Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..1
BAB II
1. Pengertian Pengcoran…………………………………………………………….2
2. Macam-macam Pengecoran……………………………………………………...3
2.1 Permanen mold casting………...……………………………………………3
2.2 Centrifugal casting…………………………………………………………..3
2.3 Investment casting…………………………………………………………..4
2.4 Die casting…………………………………………………………………..5
2.5 Injection molding…………………………………………………………...6
2.6 Blow molding………………………………………………………………7
BAB III
1. Teknik Pengecoran dan Pembentukan………………………………………….8
a. Pengecoran Cetakan Pasir…………………………………………………..8
b. Pasir ………………………………………………………………………..8
c. Jenis Cetakan Pasir…………………………………………………………8
d. Pola……………………………………………………………………........9
2. Proses peleburan logam………………………………………………………...9
3. Proses Pengecoran…………………………………………………………….10
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Pada zaman dahulu untuk menhasilkan logam yang brbentuk rumit maka benda
haruslah di panaskan dan dipukul sebagaimana proses penempaan pada umumnya.
Namun seiring kemajuan zaman tuntutan akan kebutuhan logam semakin meningkat
dan atas tuntutan itulah kini telah tercipta tungku-tungku pelebur besi yang
menhasilkan suhu diatas 1500 °C
BAB II
TEORI DASAR
1. Pengertian Pengecoran
Pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan
cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri
akhir produK jadi. Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang
memiliki rongga sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Setelah logam cair
memenuhi rongga dan kembali ke bentuk padat, selanjutnya cetakan disingkirkan dan
hasil cor dapat digunakan untuk proses sekunder. Pasir hijau untuk pengecoran
digunakan sekitar 75 percent dari 23 million tons coran yang diproduksi dalam USA
setiap tahunnya. Proses pengecoran sendiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu
traditional casting dan non-traditional/contemporary casting. Teknik traditional terdiri
atas :
1. Sand-Mold Casting
2. Dry-Sand Casting
3. Shell-Mold Casting
4. Full-Mold Casting
5. Cement-Mold Casting
6. Vacuum-Mold Casting
2. Macam-Macam Pengecoran
2.1. Permanent Mold Casting
Jenis pengecoran ini , cetakannnya dapat dipakai berulang kali (terbuat dari
logam dan grafit). Pengecoran ini dikhususkan untuk pengecoran logam non ferrous
dan paduan. Kualitas pengecoran ini tergantung dari kualitas mold, umumnya
dikerjakan dengan machining untuk mendapatkan kualitas yang bagus maka
dikerjakan dengan proses machining yang memiliki keakuratan yang tinggi.
Proses pengecoran dengan pola tertanam dalam rangka cetak , kemudian pola
dihilangkan dengan cara pemanasan sehingga diperoleh rongga cetak. Pola biasanya
terbuat dari lilin (wax) , plastik atau mateial yang mudah meleleh. Pengecoran ini
sering juga disebut Wax Lost Casting.
Cara kerja mesin ini, dimulai dari pencairan logam cair kemudian dituangkan
kedalam plungeryang berdekatan dengan cetakan, baru dilakukan penekanan secara
hidrolis. Proses ini biasanya cocok untuk logam-logam yang memiliki temperatur
leleh tinggi, misalnya aluminium dan magnesium.
Perbedaan dengan Die Casting adalah cara material diumpankan dan msuk ke
rongga cetakan . Injection molding dikhususkan untuk material non logam , mis
gelas, plastik dan karet. Butiran plastik dimasukkan dalam hopper kemudian feed
screw butiran plastik dipanaskan oleh elemen pemanas kemudian pada waktu sampai
di nozzle sudah berupA cairan plastik dan cairan plastic ditekan masuk ke rongga
cetakan . Die pada injection casting dilengkapi dengan system pendingin untuk
membentu proses pembekuan (solidifikasi).
2.6 Blow Molding
Proses ini digunakan untuk produk plastik, gelas dan karet , seperti botol
plastik, gelas minuman, nipple karet, gelas kendi , dsb. Proses ini diawali dengan
pembuatan parison (gumpalan cair dalam bentuk penampang pipa) dan dimasukkan
ke mesin cetak tiup . Kemudian udara ditiup masuk melalui lubang penampang pipa,
karena desakan udara maka gumpalan tadi akan menyesuaikan dengan bentuk
cetakan dan dibiarkan sampai menjadi padat
BAB III
METODE PENGECORAN
Terdiri dari dua buah pola yang terpisah sehingga akan diperoleh rongga cetak
dari masing-masing pola. Dengan pola ini, bentukproduk yang dapat dihasilkan rumit
dari pola tunggal.
c. Match-piate pattern
Jenis ini popular yang digunakan di industri. Pola “terpasang jadi satu” dengan suatu
bidang datar dimana dua buah pola atas dan bawah dipasang berlawanan arah pada
suatu pelat datar. Jenis pola ini sering digunakan bersama-sama dengan mesin
pembuatan cetakan dan dapat menghasilkan laju produksi yang tinggi untuk produk
produkkecil.
C. Proses Pengecoran
Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan cirri dari proses pengecoran, yaitu
1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam
dalam cetakan
3. Pengaruh material cetakan
4. Pembekuan logam dari kondisi cair
Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran dengan
sekali pakai (expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan permanent
(permanent Mold). Cetakan pasir termasuk dalam expendable mold. Karena hanya
bisa digunakan satu kali pengecoran saja, setelah itu cetakan tersebut dirusak saat
pengambilan benda coran. Dalam pembuatan cetakan, jenis-jenis pasir yang
digunakan adalah pasir silika, pasir zircon atau pasir hijau. Sedangkan perekat antar
butir-butir pasir dapat digunakan, bentonit, resin, furan atau air gelas.
a. Terminologi Pengecoran dengan Cetakan Pasir
Secara umum cetakan harus memiliki bagian-bagian utama sebagai berikut :
1. Cavity (rongga cetakan), merupakan ruangan tempat logam cair yang
dituangkan kedalam
cetakan. Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor. Rongga
cetakan dibuat dengan menggunakan pola.
2. Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat
terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Bahan inti
harus tahan menahan temperatur cair logam paling kurang bahannya dari pasir.
3. Gating sistem (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga
cetakan dari saluran turun. Gating sistem suatu cetakan dapat lebih dari satu,
tergantung dengan ukuran rongga cetakan yang akan diisi oleh logam cair.
4. Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi
vertikal. Saluran ini juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang
diinginkan. Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya
adalah untuk mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue.
Kecepatan aliran logam yang tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya
kotoran-kotoran logam cair yang berasal dari tungku kerongga cetakan.
5. Raiser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam
mengisi kembali rongga cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Doyle, Lawrence E., Cark A.1985. Proses pembuatan Material Untuk Permesinan.
New Jersey: Prentice Hall inc.
Higgins, Raymond A. 1986. Ilmu Logam Persmesinan bagian 2, Tekhnologi Proses
Ilmu Logam. Honkong:
ELBS.Kim, S.E., Hyun, Y.T., et al.2001. Centrifugal Castability Of Tial Base
Alloys.Korea –Japan: Foundary Engineers
Suprapto, Agus. 2001. Pengaruh Serbuk Rumah Kerang Laut Terhadap Kualitas
Hasil
Pengecoran Alumnium.Jakarta
Drs, Zainuddin. 2007. Teknik Pembentukan Dasar.Palembang