MANUFAKTUR ADITIF
Oleh :
Teknologi manufaktur aditif sudah ada tiga dekade lalu dan telah digunakan oleh banyak
perusahaan manufaktur seperti garmen, otomotif, dan juga baja. Sejatinya dalam proses
manufaktur aditif bukan hanya berpengaruh pada end process atau pembuatan barang jadi.
Namun mempengaruhi efektifitas alat atau rapid tooling dan juga kecepatan dalam membuat
prototipe atau rapid prototyping.
Manufaktur aditif adalah metode atau teknologi dengan menambahkan seperti bahan dan nilai
pada proses produksi barang manufaktur. Salah satu metode manufaktur aditif adalah 3D
printing. Teknologi manufaktur aditif biasanya berbasis cloud dan mengandalkan koneksi
internet yang merupakan ciri-ciri dari revolusi industri 4.0. Sehingga dengan menggunakan
teknologi ini, perusahaan-perusahaan siap untuk menjalani persaingan industri dengan sistem
serba internet tersebut.
Berbeda dengan manufaktur subtraktif atau konvensional, manufaktur aditif lebih menekankan
pada efektifitas dan kecepatan produksi. Berikut manfaat dari teknologi manufaktur aditif :
- Kecepatan dalam membuat prototipe dan penyesuaian desain.
- Kemudahan dalam kostumisasi dan diferensiasi produk.
- Meningkatkan kualitas produk jadi dimana produk akan memiliki nilai fungsi lebih,
durabilitas yang lebih baik dan lebih ergonomis (mudah digunakan dan produk yang
dihasilkan lebih ringan)
- Proses manufaktur yang fleksibel dan lebih cepat seperti; mempercepat waktu perbaikan,
mengurangi energi yang dihasilkan, tidak memerlukan waktu pengaturan yang lama, tidak
membutuhkan banyak bahan, dan tahapan produksi yang lebih ringkas.
- Less waste, artinya bahan yang digunakan dapat dimanfaatkan secara penuh bahkan bahan
sisa dapat digunakan kembali.
- Memudahkan supply chain management.
- Mempengaruhi bisnis secara keseluruhan terutama pada end-sales.
Meskipun memiliki banyak manfaat, beberapa industri manufaktur masih enggan untuk beralih
menggunakan teknologi manufaktur aditif karena risiko dan pertimbangan seperti :
- Kurangnya pengetahuan dan ahli yang mengetahui proses pencetakan aditif.
- Risiko adanya pembajakan desain. Karena biasanya desain pada 3D printing hanya
mengutamakan fungsi, efektifitas, dan keragaman sehingga desain mudah untuk dibajak.
- Membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
- Bagi industri manufaktur besar seperti; pembuat bodi pesawat atau mesin turbin kapal,
menggunakan 3D printing adalah hal yang sulit dilakukan.
- Jika dilakukan dengan tidak benar akan sangat mempengaruhi pada kualitas produk.
- Beberapa kasus, 3D printing masih sulit untuk memproses part-part yang rumit.
Cara kerja dan proses additive manufacturing memang berbeda dengan manufaktur tradisional.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, manufaktur aditif lebih berfokus pada penambahan
material daripada membuang material. Jika dianalogikan, manufaktur aditif seperti membuat
bentuk dari lilin atau clay sedangkan manufaktur tradisional seperti mengukir sebuah kayu.
Jika membuat benda dari lilin, akan lebih mudah membentuk lilin tersebut ke bentuk apapun
tanpa sisa. Jika terdapat sisa, lilin tersebut masih bisa ditambahkan ke dalam bentuk jadi tanpa
merubah bentuknya. Berbeda dengan mengukir kayu yang dimana sisa-sisa ukiran atau
serpihan kayu tersebut tidak bisa ditambahkan pada bentuk jadi.
Pada penerapan teknologi additive manufacturing, bahan-bahan yang digunakan dapat berupa
gabungan dari bahan yang berbeda seperti penggabungan bahan baja dengan plastik, bahan
padat dengan bahan cair dan lain sebagainya. Berikut beberapa proses teknologi manufaktur
aditif :
1. Sheet Lamination
Proses ini adalah yang paling sederhana dan paling tua dari manufaktur aditif. Teknik ini
dilakukan dengan cara menumpuk lapisan-lapisan yang berbeda seperti penggabungan baja
dengan plastik kemudian direkatkan dengan las atau bahan adhesif. Setelah direkatkan,
bahan kemudian dipotong-potong menggunakan laser untuk membentuk barang jadi.
2. Granular Materials Binding
Metode ini menggunakan wadah yang berisi bahan atau butiran-butiran yang dipanaskan
menggunakan sinar laser ke dalam bentuk solid dan dicetak secara berlapis-lapis. Jenis cara
kerja metode ini adalah tergantung pada jenis bahan yang digunakan, dan juga cara
pencetakannya yaitu disinter atau dilelehkan. Disinter berarti proses pembentukan barang
tidak melampaui titik leleh, sedangkan dilelehkan berarti proses pembentukan dilakukan
hingga melampaui titik leleh.
Misalnya saja selective laser sintering yang menggunakan bahan bubuk seperti nilon,
keramik, atau kaca. Electron beam melting yang menggunakan butiran logam yang
dipadatkan sehingga pembentukan menggunakan sinar elektron. Selective laser melting
menggunakan bahan pasir logam seperti baja, titanium, krom, dan aluminium.
3. Light Polymerization
Proses ini mengubah bahan cair menjadi bentuk solid melalui pemurnian sinar ultraviolet.
Sama seperti granular binding, light polymerization juga ditempatkan pada wadah. Salah
satu proses yang paling sering digunakan adalah digital light processing dan
stereolithography.
4. Extrusion Deposition
Teknik ini adalah teknik yang paling populer. Bahkan tidak hanya di industri manufaktur
namun pada proses 3D printing rumahan. Cara kerjanya adalah bahan-bahan dilelehkan
pada nosel yang akan bergerak ke atas-bawah dan menyamping dan membentuk desain
utuh. Dapat dikatakan, proses ini adalah yang paling modern. Teknik ini biasanya digunakan
untuk membuat produk baru yang belum pernah dibuat. Proses ini memungkinkan membuat
objek dengan geometri dan rongga yang lebih kompleks. Bahkan oleh para pakar, metode
ini dianggap yang paling ramah lingkungan karena tidak memerlukan daya yang tinggi
untuk mengoperasikannya.
Sampai dengan saat ini tidak semua bahan dapat diolah dengan proses aditif. Banyak faktor
pengolahan bahan yang menjadi pertimbangan dalam proses ini seperti morfologi serbuk, daya
dan kecepatan laser, proses akhir yang kadang cacat yang dapat merusak nilai produk itu
sendiri.
Produksi objek cetak 3D dicapai dengan menggunakan proses aditif. Dalam prosedur aditif,
suatu barang diproduksi dengan meletakkan lapisan-lapisan produk berikutnya sampai barang-
barang itu diproduksi. Masing-masing lapisan ini dapat dilihat sebagai potongan melintang
objek yang sangat halus. Pencetakan 3D adalah kebalikan dari produksi subtraktif yang
menghilangkan/menggali item baja atau plastik dengan sebagai contoh perangkat
penggilingan. Pencetakan 3D memungkinkan untuk membuat bentuk yang kompleks dengan
menggunakan bahan yang jauh lebih sedikit daripada metode produksi standar.Teknologi 3D
printing juga dikenal di dunia sebagai manufaktur aditif dan digunakan untuk membuat objek
3D dari model CAD atau model digital lainnya yang menjadikan terciptanya trend dan inovasi
baru.
Saat ini, 3D printing memegang peranan penting dalam industri barang konsumsi. Ini dapat
digunakan untuk mengembangkan model siap cetak 3D untuk produk yang disesuaikan,
sehingga mempercepat kecepatan siklus pengembangan produk. Selain itu, teknologi ini juga
menawarkan dukungan yang diinginkan kepada pelanggan dan pengecer untuk bertahan dalam
lingkungan pasar yang didorong oleh konsumen yang kompetitif. 3D printing menawarkan
solusi alternatif untuk desain tradisional dan batasan manufaktur. Secara bersamaan
menghasilkan beberapa iterasi desain sehingga masing-masing dapat diuji bentuk, kesesuaian,
dan fungsinya. Pada saat yang sama, periksa ergonomi, dan daya tarik visual, semuanya tanpa
peralatan yang mahal.
3D printing merupakan proses pembuatan yang menghasilkan objek sesuai dengan model
digital 3D. Dengan menggunakan printer 3D dan menambahkan bahan lapis demi lapis, seperti
plastik dan logam, benda kompleks dapat diproduksi dengan cepat dan dengan biaya rendah,
dalam waktu singkat atau sebagai bagian yang unik. 3D printing, atau manufaktur aditif
membuka seluruh dunia dengan kemungkinan terbaru yakni pengguna dapat membuat bentuk
apapun yang dapat dibayangkan menjadi produk nyata dengan biaya yang efisien, fleksibel dan
cepat dengan konsumsi bahan yang minimal. Manufaktur aditif membangun objek lapis demi
lapis dalam satu langkah. Penerapan bahan yang ditargetkan ini memungkinkan pembuatan
produk yang stabil dan sangat ringan.
4. Personalisasi
Personalisasi adalah istilah yang dikaitkan dengan teknologi sejak awal proses itu sendiri. Ini
adalah salah satu manfaat utamanya, yang paling menguntungkan bagi industri barang
konsumsi. Dengan teknologi ini, lebih mudah untuk menyesuaikan semua jenis produk, mulai
dari headphone custom-made hingga alas kaki. Disamping itu barang dapat diproduksi dengan
kecepatan yang lebih cepat sehingga mengurangi biaya dan waktu produksi. Anda tidak perlu
mengumpulkan tenaga kerja intensif dan biaya perkakas dan penyiapan yang mahal, seperti
proses tradisional.
Perusahaan yang berurusan dengan produksi alat bantu manufaktur dan alat cetakan injeksi
juga dapat memperoleh keuntungan darinya. Ambil contoh perusahaan, Unilever. Mereka
menggunakan teknologi ini untuk cetakan injeksi sekaligus berhasil meminimalkan lead time
dari prototipe-nya hingga 40%.