Anda di halaman 1dari 7

Paper

PEMANFAATAN BAHAN ALAM UNTUK PEMBUATAN


PLASTIK BIODEGRADABLE
Aulia Chintia Ambarita (1404103010056), Regia Khumairah (1404103010071)
Jannati Munthe (1404103010048), Ghazi Mauer Idroes (1404103010020)
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Unversitas Syiah Kuala,
Jl. Tgk. Syech Abdur Rauf No. 7, Kopelma Darussalam, Banda Aceh 2311
Email : auliachinta@gmail.com

Abstrak
Limbah plastik menjadi masalah lingkungan dikarenakan plastik sulit
terdegradasi. Plastik biodegradable menjadi salah satu solusinya. Bioplastik
merupakan bahan alternatif untuk menggantikan plastik kemasan konvensional agar
tidak mencemari lingkungan. Bioplastik dibuat dengan polimer alam sebagai bahan
utama sehingga mudah diurai oleh mikroorganisme. Tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk mengkaji bahan alam yaitu pati dari kulit singkong dan kulit pisang
yang dapat digunakan dalam pembuatan plastik biodegradable.

Pendahuluan
Penggunaan kemasan plastik tak bisa lepas dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini dikarenakan plastik memiliki sifat unggul seperti ringan tetapi kuat, transparan,
tahan air serta harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan
masyarakat (Latief, 2001).
Penggunaan

plastik

sebagai

kemasan

semakin

meningkat,

sehingga

menyebabkan penumpukan sampah plastik. Hal tersebut akan berdampak pada


pencemaran lingkungan karena sampah plastik merupakan sampah yang sulit terurai
oleh mikroorganisme. Berdasarkan data yang diperoleh setiap tahun, sekitar 500
miliar hingga satu triliun kantong plastik digunakan di seluruh dunia. Diperkirakan
setiap orang menghabiskan 170 kantong plastik tiap tahun dan lebih dari 17 miliar

kantong plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia setiap tahun
(Margianto, 2010).
Sampah plastik rata-rata memiliki porsi sekitar 10 persen dari total volume
sampah. Berdasarkan penelitian, kurang dari 1% plastik dapat dihancurkan karena
sampah plastik berbahan polimer sintetik yang tidak mudah diurai organisme
dekomposer. Memerlukan waktu 300-500 tahun agar dapat terdekomposisi atau
terurai sempurna. Ssaat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air
tanah. Pembakaran plastik juga bukan pilihan baik. Plastik yang tidak sempurna
terbakarpada suhu 800oC akan membentuk dioksin yang berbahaya bagi kesehatan
(Vedder, 2008).
Untuk menyelamatkan lingkungan dari bahaya plastik, saat ini telah
dikembangkan plastik biodegradable, artinya plastik ini dapat diuraikan kembali oleh
mikroorganisme secara alami menjadi senyawa yang ramah lingkungan. Biasanya
plastik konvensional berbahan dasar petroleum,gas alam, atau batu bara. Sementara
plastik biodegradable terbuat dari material yang dapat diperbaharui, yaitu dari
senyawa-senyawa yang terdapat dalam tanaman misalnya selulosa, kolagen, kasein,
protein atau lipid yang terdapat dalam hewan. (Diglib ITS)
Tujuan dari penulisan paper ini guna mempelajari pemanfaatan bahan alam
yaitu pati dari kulit pisang dan kulit singkong untuk pembuatan plastik biodegradable.
Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data dan study literature.
Isi
Plastik biodegradable adalah plastik yang dapat digunakan seperti layaknya
plastik konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme
menjadi air dan karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan.
Karena sifatnya yang dapat kembali ke alam, maka dikategorikan sebagai plastik
yang ramah lingkungan (Charles, 1999).

Berdasarkan bahan baku yang dipakai plastik biodegradasi dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok dengan bahan baku petrokimia dan kelompok dengan
bahan baku produk tanaman seperti pati dan selulosa (Feris, 2004).
Pembentukan film plastik dari pati, pada prinsipnya merupakan gelatinasi
molekul pati. Pembuatan film berbasis pati pada dasarnya menggunakan prinsip
gelatinasi. Dengan adanya penambahan sejumlah air dan dipanaskan pada suhu yang
tinggi maka akan terjadi gelatinasi. Gelatinasi mengakibatkan ikatan amilosa akan
cenderung saling berdekatan karena adanya ikatan hidrogen. Proses pengeringan akan
mengakibatkan penyusutan sebagai akibat lepasnya air sehingga gel akan membentuk
film yang stabil (Cui, 2005).
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa yang terdiri dari
amilosa dan amilopektin dengan perbandingan 1:3 (besarnya perbandingan amilosa
dan amilopektin ini berbeda-beda tergantung jenis patinya. Kandungan amilosadan
amilopektin pati kulit singkong adalah 15/73 (Cui, 2005).
Kulit pisang raja merupakan bahan buangan pisang raja hanya digunakan
sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Kulit pisang raja memiliki
kandungan pati 18,50 g/100 g kulit pisang raja sehingga kulit pisang raja dapat
digunakan sebagaibiopolimer yang dapat terdegradasi secara mudah di alam dan
bersifat dapat diperbarui (Apriliana, 2008).
Parameter yang dapat menentukan kualitas film plastik biodegradasi adalah
sifat mekanik film plastik yang terdiri dari kekuatan tarik (tensile strength), persen
pemanjangan saat putus (elongation to break) dan elastisitas (elastik/young modulus)
(Bertolini, 2010).
Parameter-parameter tersebut dapat menjelaskan bagaimana karakteristik
mekanik dari bahan film yang berkaitan dengan struktur kimianya. Selain itu, juga
menunjukkan indikasi integrasi film pada kondisi tekanan (stress) yang terjadi selama
proses pembentukan film. Kuat tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan
oleh film selama pengukuran berlansung. Kuat tarik dipengaruhi oleh bahan pemlastis
yang ditambahkan dalam proses pembuatan film. Adapun persen pemanjangan

merupakan perubahan panjang maksimum film sebelum terputus. Berlawanan dengan


itu, adalah elastisitas akan semakin menurun jika seiring dengan meningkatnya
jumlah bahan pemlastis dalam film. Elastisitas merupakan ukuran dari kekuatan film
yang dihasilkan (Platt, 1984).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulisma dkk (Anita, 2013) dalam
jurnal Pengaruh Penambahan Gliserol Tehadap Sifat Mekanik Film Plastik Dari
Pati Kulit Singkong diperoleh sifat mekanik terbaik adalah 12 gram pati, 4 ml
gliserol dengan kekuatan tarik 0,02122 Mpa dan persen pemanjangan saat putus 3,5
%. Film terdegradasi didalam tanah selama 2 minggu (14 Hari).
Penambahan gliserol berfungsi sebagai plastisizer (bahan pelembut) untuk
menurunkan kekakuan dari polimer, sekaligus meningkatkan fleksibilitas dan
ekstensibilitas polimer (Pilla, 2011). Penambahan gliserol harus sesuai dengan berat
pati agar sifat mekanik yang diperoleh optimal, apabila terlalu banyak gliserol yang
ditambahkan maka film plastik yang didapat akan cepat putus, sebaliknya apabila
terlalu sedikit gliserol yang ditambahkan maka film plastik yang didapat akan mudah
retak.
Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Meilina dkk (Utami,
2014) dalam Jurnal Sintesis plastik biodedradable dari kulit pisang dengan
penambahan kitosan dan gliserol diperoleh sifat mekanik terbaik pada campuran
pati-gliserol-kitosan dengan perbandingan pati : kitosan 6 : 4 dengan penambahan
plastikizer gliserol 15% dengan nilai kuat tarik sebesar 8,55 Mpa, elongasi 13,52%,
ketahanan air 20,75% dan Film terdegradasi didalam tanah selama 44 hari 6 jam.
Penambahan kitosan bertujuan untuk mengurangi sifat hidrofilik dari plastik (Darni,
2010).
Setelah dilakukan beberapa uji sifat mekanik diantaranya uji kuat tarik, uji
elongasi, dan uji pemanjangan saat putus pada kedua plastik berbahan dasar kulit
singkong dan kulit pisang, ternyata keduanya memiliki sifat mekanik yang mendekati
sifat plastik SNI. Selain uji sifat mekanik dilakukan pula uji degradasi plastik dengan
mengubur film didalam tanah maka di ketahui bahwa kedua plastik berbahan alami

ini memenuhi syarat sebagai plastik biodegradable. Kulit singkong dan kulit pisang
mengandung pati yang berperan dalam pembuatan plastik biodegradable.
Dari kedua penelitian diatas diketahui bahwa plastik biodegradable berbahan
dasar kulit pisang dengan penambahan kitosan lebih bagus nilai kuat tariknya
(8,55 Mpa) dibandingkan dengan plastik berbahan dasar kulit singkong tanpa
penambahan kitosan (0,02122 Mpa), namun kelebihan dari plastik ini lebih cepat
waktu degradasi didalam tanah, yaitu hanya 14 hari. Sedangkan plastik dari kulit
pisang membutuhkan waktu degradasi selama 44 hari 6 jam.
Jadi dapat disimpulkan bahwa plastik biodegradable dapat diperoleh dari
bahan alam (baik pati kulit singkong maupun kulit pisang) namun dalam
pembuatannya belum mencapai titik sempurna, oleh karena itu sampai saat ini masih
banyak penelitian-penelitian tentang pengembangan plastik biodegradable berbahan
dasar alam, sehingga pada akhirnya didapatkan plastik biodegradable yang memiliki
sifat mekanik yang optimal dengan waktu degradasi yang singkat.
Kesimpulan
Dari hasil study literature yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa plastik biodegradable adalah plastik yang dapat digunakan seperti layaknya
plastik konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme
menjadi air dan karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan.
Karena sifatnya yang dapat kembali ke alam, maka dikategorikan sebagai plastik
yang ramah lingkungan bahan-bahan alam dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan
plastik biodegradable, salah satu contohnya adalah pati yang terkandung didalam
kulit singkong dan kulit pisang yang dengan mudah dapat kita jumpai di alam.
Pemanfaatan bahan alam dalam pembuatan plastik biodegradable bertujuan untuk
mengurangi limbah plastik yang sukar terurai di alam yang akan beradampak pada
pencemaran lingkungan. Pembuatan plastik berbahan dasar alam masih pada tahap
pengembangan untuk mendapatkan hasil terbaik.

Daftar Pustaka
Anita, Zulisma; Fauzi Akbar; Hamidah Harahap. 2013. Pengaruh Penambahan
Gliserol Terhadap Sifat Mekanik Film Plastik Biodegradable Dari Pati Kulit
Singkong. Jurnal Tenik Kimia USU, Vol. 2, No.2
Apriliana, E. 2008. Pengaruh Variasi Substrat dan Lama Fermentasi terhadap
Produksi Alkohol Pisang Klutuk (Musa branchycarpa). Skripsi. Malang:
Universitas Negeri Malang
Charles; A.Harper. 1990. Modern Plastic Handbook. Maryland: Mc-Graw-Hill;
Lutherville.
Cui, S.W. 2005. Food Carbohydrates Chemistry Physic, Properties, and Applications.
New York: CRC Press.
Darni, Y & H. Utami. 2010. Studi Pembuatan dan Karakteristik Sifat Mekanik dan
Hidrofobisitas Bioplastik dari Pati Sorgum. Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan. 7 (4): 88-93
Diglib ITS. Online. Tersedia di http://diglib.its.ac.id (diakses 5 Juni 2015)
Feris, Firdaus; Chairil Anwar. 2004. Potensi Limbah Padat Cair Industri Tepung
Tapioka Sebagai Bahan Baku Film Plastik Biodegradable. Logika Volume I
No 2.
Latief, R. 2001. Teknologi Kemasan Plastik Biodegradable. Makalah. Bogor:
FalsafahSains (PPs 702) Program Pasca Sarjana /S3 Institut Pertanian Bogor
Margianto, H. 2010. Inilah Bahaya Kantong Plastik. Online. Tersedia di Kompas.com
(diakses 5 Juni 2015)
Pilla, Srikhant . 2011. Handbook of bio plastics and bio composites engineering
applications. USA: University of Wisconsin-Madison.

Platt, David K. 1984. Biodegradable Polymers. New York: Smithers Raphra limited;
United Kingdom roy.
Utami, Meilina Rahayu; Latifah; Nuni Widiarti. 2014. Sintesis Plastik Biodegradable
dari Kulit Pisang dengan Penambahan Kitosan dan Plasticizer Gliserol.
Indonesian Journal of Chemical Sciece 3 (2) (2014)
Vedder, T. 2008. Edible Film. London: CRC Press.

Anda mungkin juga menyukai