Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PENGENDALIAN MUTU KULIT SAMAK IKAN NILA DI BALAI


BESAR KULIT, KARET DAN PLASTIK YOGYAKARTA

Disusun oleh:
Dhomas Indiwara Prana Jhouhanggir
18/430653/PT/07808

PROGAM STUDI ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

PEGENDALIAN MUTU KULIT SAMAK IKAN NILA


DI BALAI BESAR KULIT, KARET DAN PLASTIK YOGYAKARTA

Disusun oleh:

Dhomas Indiwara Prana Jhouhanggir


18/430653/PT/07808

Telah disetujui

Dosen Pembimbing Lapangan


Praktek Kerja Lapangan

Prof. Ir. Ambar Pertiwiningrum, M.Si., Tanggal 28 Januari 2022


Ph.D., IPM., ASEAN Eng.
NIP. 19660209 199003 2 001

Ketua Program Studi


Ilmu dan Industri Peternakan
Fakultas Peternakan UGM

Ir. Tri Satya Mastuti Widi, S.Pt., M.P., Tanggal ... Februari 2022
M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng.
NIP. 19750329 200212 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini. Laporan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab
mahasiswa selama melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan dan
salah satu mata kuliah yang wajib untuk mendapatkan gelar Sarjana
Peternakan (S. Pt) di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Ir. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU selaku Dekan
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
2. Ir. R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPM.
ASEAN Eng. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kemahasiswaan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
3. Ir. Tri Satya Mastuti Widi, S.Pt., M.P., M.Sc., Ph.D.,IPM., ASEAN
Eng. selaku Ketua Program Studi Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
4. Prof. Ir. Ambar Pertiwiningrum, M.Si., Ph.D., IPM.,ASEAN Eng.
selaku dosen Pembimbing Praktek Kerja Lapangan saya yang
telah memberikan banyak arahan, masukan, nasehat, dan
bimbingan selama ini.
5. Bagian Akademik dan Kemahasiswaan yang telah membantu
dalam proses administrasi dan mendukung pelaksanaan
kegiatan Praktek Kerja Lapangan.
6. Ir. Agus Kuntoro, M.T.A. selaku Kepala Balai Besar Kulit Karet
dan Plastik Yogyakarta beserta jajaran yang telah mengizinkan
saya melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di lingkungan
balai khususnya Laboratorium Uji Produk Kulit, Karet dan Plastik
(LUPKKP), Bidang Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi (PASKAL)
Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik Yogyakarta.

iii
7. Ahmad Mursid Widodo A.Md., S.Si. selaku pembimbing
lapangan yang telah membimbing dengan baik selama hampir
satu bulan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan.
Terimakasih atas ilmu, bimbingan, arahan, dan masukannya
selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan berlangsung.
8. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang
telah membantu proses penyusunan laporan Praktek Kerja
Lapangan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk masukan ataupun
saran dari semua pihak yang bersifat membangun, demi lebih baiknya
laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dan
manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi semua pembaca umumnya.

Yogyakarta,26 Januari 2022

Penulis

Dhomas Indiwara Prana Jhouhanggir

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL .........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................... 3
KEADAAN UMUM INSTITUSI .................................................................... 4
Lokasi ................................................................................................... 4
Sejarah Perkembangan ........................................................................ 4
Visi, Misi, Tugas Pokok, dan Fungsi ..................................................... 6
Jenis Usaha .......................................................................................... 7
Struktur Organisasi ............................................................................... 7
Ketenagakerjaan ................................................................................. 13
Sarana dan Prasarana ........................................................................ 15
Proses Bisnis ...................................................................................... 16
KEGIATAN PKL ........................................................................................ 20
Pengujian Fisika Kulit Samak.............................................................. 20
Pengujian Kimia Kulit Samak .............................................................. 22
Pengolahan Data ................................................................................ 24
PEMBAHASAN ......................................................................................... 26
Kulit Ikan Nila ...................................................................................... 26
Bahan Penyamak Kulit Ikan Nila ......................................................... 27
Penyamakan Kulit Ikan Nila ................................................................ 28
Uji Kualitas Kulit Samak Ikan Nila ....................................................... 32
PENUTUP ................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 38

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah pegawai berdasarkan jenjang pendidikan ...................... 14


Tabel 2. Jumlah tenaga fungsional yang berkerja di BBKKP .................... 15

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur organisasi BBKKP ....................................................... 8


Gambar 2. Preparasi sampel uji kualitas fisika ......................................... 21
Gambar 3. Pengukuran tebal dan lebar sampel........................................ 21
Gambar 4. Pengujian kualitas fisika sampel ............................................. 22
Gambar 5. Penimbangan sampel uji kimia ............................................... 23
Gambar 6. Pengujian kadar air kulit samak .............................................. 23
Gambar 7. Pengujian kadar minyak/ lemak kulit samak ........................... 24
Gambar 8. Pengolahan data hasil pengujian ............................................ 25
Gambar 9. Ilustrasi pemasangan cuplikan pada Tensile Strain Tester ..... 34

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Lokasi BBKKP Yogyakarta ........................................ 40


Lampiran 2. Surat Tanda Uji Kulit Samak Ikan Nila .................................. 41
Lampiran 3. Surat Keterangan Praktek Kerja Lapangan ........................... 42
Lampiran 4. Lembar Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ............................. 43

viii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kulit merupakan organ tubuh bagian terluar hewan yang merupakan
hasil samping dari pemotongan hewan. Kulit dipisahkan dari tubuh hewan
pada proses pengulitan setelah hewan dipotong. Kulit mentah dibedakan
berdasarkan ukuran hewan. Kulit hewan besar seperti sapi, kerbau, kuda,
dan sebagainya disebut hides sedangkan kulit yang berasal dari hewan kecil
seperti kambing, domba, kelinci, dan sebagainya disebut skins (Rapika et
al., 2016). Hasil ikutan berupa kulit ternak tersebut banyak dimanfaatkan
oleh industri penyamakan kulit untuk diolah menjadi kulit samak dan
dijadikan produk-produk komersial, seperti sepatu, tas, jaket, dompet, dan
lain sebagainya.
Industri penyamakan kulit yang semakin berkembang di Indonesia
ternyata tidak diikuti dengan ketersediaan bahan baku kulit mentah yang
dihasilkan oleh ternak. Permasalahan bahan baku tersebut tentu menjadi
kendala besar bagi industri penyamakan kulit, sehingga perlu adanya bahan
baku alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan bahan baku pada industri
penyamakan. Kulit ikan nila menjadi salah satu pilihan bahan baku alternatif
untuk memenuhi kebutuhan industri penyamakan dan dianggap potensial
karena memiliki motif yang indah, tiga dimensi mirip seperti kulit hewan reptil.
Kulit ikan nila tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam
pembuatan sepatu, jaket, dompet, hingga aksesoris yang indah. Ahmad et
al. (2015) menyatakan bahwa ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air
tawar. Ikan nila dijual dalam bentuk segar dan terdapat beberapa
perusahaan yang mengolah ikan nila menjadi fillet. Pengolahan ikan nila
menjadi fillet menghasilkan produk ikutan berupa kulit. Kulit ikan nila
memiliki nilai ekonomi yang tinggi berupa kulit ikan nila samak.
Kulit ikan nila hasil penyamakan yang akan di proses menjadi produk
komersial tentu harus melalui proses pengendalian mutu untuk menjamin
kualitas produk yang dihasilkan. Pengendalian mutu dilakukan untuk

1
mengetahui apakah kulit hasil penyamakan sudah memenuhi standar yang
telah ditetapkan atau belum. Ibrahim (2013) menyatakan bahwa
pengendalian mutu atau kontrol kualitas merupakan suatu tindakan,
aktivitas, dan teknik terencana yang dilakukan untuk mencapai dan
mempertahankan kualitas suatu produk atau jasa agar sesuai dengan
standar yang ditetapkan dan memenuhi kepuasan konsumen.
Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta merupakan
instansi di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri milik
Kementerian Perindustrian Indonesia. BBKKP Yogyakarta
menyelenggarakan pelayanan publik di bidang penelitian dan
pengembangan, standardisasi, pengujian, kalibrasi, sertifikasi, pelatihan
teknis, konsultasi, rancang bangun dan perekayasaan industri, penanganan
limbah industri, dan pelayanan jasa teknis yang mengenai kulit, karet dan
plastik sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan. BBKKP
Yogyakarta juga merupakan instansi yang sudah terpercaya,
berpengalaman, dan memiliki fasilitas lengkap untuk melakukan pengujian
dan sertifikasi produk kulit sehingga penulis tertarik untuk melakukan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di BBKKP Yogyakarta dengan megambil
tema mengenai pengendalian mutu kulit samak, khususnya kulit samak ikan
nila.

2
Tujuan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Balai Besar Kulit, Karet, dan
Plastik Yogyakarta memiliki tujuan untuk memenuhi mata kuliah wajib di
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada serta meningkatkan
wawasan dan pengetahuan mengenai pengendalian mutu pada kulit samak
ikan nila sebagai bahan baku produk non pangan. Kegiatan Praktek Kerja
Lapangan ini juga dilakukan untuk mengetahui dan memahami
permasalahan yang dapat terjadi pada proses pengendalian mutu kulit
samak ikan nila. Tujuan selanjutnya adalah untuk mengetahui dan
memahami implementasi bidang studi ilmu dan industri peternakan pada
balai besar pengujian kulit, karet, dan plastik.

3
KEADAAN UMUM INSTITUSI

Lokasi
Balai Besar Kulit Karet dan Plastik Yogyakarta dibawah Kementrian
Perindustrian Republik Indonesia yang juga merupakan pusat
pengembangan kulit, karet, dan plastik di Indonesia. Balai Besar Kulit Karet
dan Plastik Yogyakarta berlokasi di Jalan Sukonandi II No. 9, Semaki,
Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, D. I. Yogyakarta. Wilayah di
sekitar balai terdapat beberapa tempat yaitu Kantor Kejaksaan Negeri Tinggi
Yogyakarta, SMK SMTI Yogyakarta, Kejaksaan Negeri Yogyakarta, serta
terdapat aliran Kali Manunggal yang juga menjadi tempat pembuangan hasil
penanganan dan pengolahan limbah cair dari instalasi pengolahan air
limbah milik balai.
Luas areal lahan secara keseluruhan Balai Besar Kulit, Karet, dan
Plastik Yogyakarta adalah seluas 17.756 m2. Lahan tersebut terdiri dari
kantor pusat, rumah dinas, lahan parkir, taman, masjid serta gedung
serbaguna. Balai terletak pada dataran rendah dengan ketinggian berada
diatas 117 mdpl. Suhu lingkungan di balai berada pada kisaran 21⁰C sampai
dengan 34⁰C dengan suhu rata-rata sebesar 26⁰C. Kelembapan di area
balai mencapai sebesar 82% dengan curah hujan yang cukup rendah, yaitu
sebesar 2.182 mm/th. Denah lokasi serta layout atau tata letak balai dapat
dilihat pada lampiran.

Sejarah Perkembangan
Balai Kulit, Karet, dan Plastik Yogyakarta merupakan unit pelaksana
teknis dibawah naungan Kementrian Perindustrian Indonesia yang berada
di dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Industri yang memiliki fokus
pada pengembangan produk serta turunannya dari bahan kulit, karet, dan
plastik. Balai ini didirikan sejak tahun 1927 oleh Pemerintahan Hindia
Belanda pada zaman kolonial. Balai ini pertama kali didirikan bernama
4Leerloirij in Leder bewerking Stichting met Het Laboratorium Voor Leder

4
bewerking en Schoen Makerij is een Van Drie Centrale Nijverhelds voor
Lichting : Departement van Economische Zaken yang didirikan di Bogor.
Selanjutnya dipindahkan ke Jalan Diponegoro, Yogyakarta pada tahun 1935
yang berubah nama menjadi Laboratorium voor Leder bewerking en
Schoemakerij. Kemudian mulai pada tahun 1958 balai dipindahkan ke Jalan
Sukonandi No. 9, Yogyakarta dengan pergantian nama menjadi Balai
Penyelidikan Kulit beberapa tahun seteleh Indonesia merdeka. Mulai sejak
tanggal 16 Januari 1961 balai ini berubah nama menjadi Balai Penelitian
Kulit yang dijelaskan berdasarkan SK BPU PNPR No.142/SEK/BPU/61.
Tanggal 5 Juni 1980 terjadi pergantian nama kembali yang semula
dikenal dengan nama Balai Penelitian Kulit berubah menjadi Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Industri Bidang Kulit, Karet, dan Plastik yang
dijelaskan dalam SK Menteri Perindustrian No.218/M/SK/6/80. Departemen
Perindustrian mulai digabung dengan Dengan Departemen Perdagangan,
menjadi Departemen Perindustrian dan Perdagangan pada tanggal 6
Desember 1996. Tanggal 22 November 2002 terjadi perubahan organisasi,
tata kerja, dan nama menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Industri Barang Kulit, Karet, dan Plastik. Tanggal 22 November 2002 lalu
berubah nama menjadi Industri Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik. Balai
Besar Kulit, Karet, dan Plastik berada dibawah Departemen Perindustrian
dan Departemen Perdagangan.
Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik berada dibawah Departemen
Perindustrian sesuai dengan SK Menperin No. 45/M-IND/PER/6/2006.
Kemudian sejak tanggal 3 November 2009, Departemen Perindustrian
berganti nama menjadi Kementrian Perindustrian sesuai Peraturan Presiden
No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Kementrian
Negara, namun Organisasi dan Tata Kerja tidak berubah. Mulai pada tahun
2010 Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP) berada di bawah Badan
Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri (BPKIMI) sesuai dengan
Peraturan Menteri Perindustrian No. 105/M-IND/PER/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Perindustrian tanpa mengalami

5
perubahan tugas pokok maupun fungsi. Tahun 2015 terjadi perubahan
nama BPKIMI menjadi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI),
yang ditegaskan dalam Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2015 tentang
Kementrian Perindustrian, sehingga BBKKP berada dibawah BPPI tanpa
mengalami perubahan dalam tugas pokok maupun fungsi.

Visi, Misi, Tugas Pokok, dan Fungsi


Visi
Visi dari Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik yang merupakan pusat
pengembangan dan inovasi dari kulit, karet, dan plastik adalah menjadi
pusat inovasi teknologi kulit, karet, dan plastik yang profesional, terpercaya,
dan diakui di tingkat nasional maupun internasional.
Misi
Misi yang ingin dituju oleh Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik yaitu
meningkatkan penelitian dan pengembangan inovatif dan pengaplikasian
teknologi, meningkatkan layanan teknologi industri, meningkatkan
kemampuan sumber daya Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik dan Industri,
serta meningkatkan jejaring nasional maupun internasional.
Tugas Pokok dan Fungsi
Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP) memiliki tugas pokok
yaitu melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, kerjasama,
melakukan standarisasi dan pengujian, memberikan sertifikasi, melakukan
kalibrasi dan juga melakukan penegmbangan kompetensi industri kulit, karet,
dan plastik. Fungsi dari Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik adalah sebagai
berikut.
1. Penelitian dan pengembangan, pelayanan jasa teknis bidang
teknologi bahan baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan,
dan pelaksanaan pelayanan dalam bidang pelatihan teknis,
konsultasi atau penyuluhan, alih teknologi serta rancang bangun dan
perekayasaan industri, inkubasi, dan penanggulangan pencemaran
industri.

6
2. Pelaksanaan pemasaran, kerjasama, pengembangan dan
pemanfaatan teknologi informasi.
3. Pelaksanaan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan
pembantu, dan produk industri kulit, karet, dan plastik serta kegiatan
kalibrasi mesin dan peralatan.
4. Pelaksanaan perencanaan, pengelolaan, dan koordinasi sarana
dan prasarana kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkungan
Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, serta penyusunan dan
penerapan standarisasi industri kulit, karet, dan plastik.
5. Pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di
lingkungan Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik.

Jenis Usaha
Jenis usaha Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik adalah unit
pelaksana teknis dibawah naungan Kementrian Perindustrian. Balai Besar
Kulit, Karet, dan Plastik memberikan pelayanan jasa sertifikasi, penelitian,
dan pengembangan di bidang bahan baku kulit, karet, dan plastik. Balai
Besar Kulit, Karet, dan Plastik juga menawarkan jasa pengujian produk kulit,
karet, dan plastik serta turut menyediakan pelatihan teknis dalam
pembuatan produk berbahan kulit, karet, dan plastik yang telah sesuai
dengan standar dan telah mendapatkan akreditasi oleh Kantor Akreditasi
Nasional (KAN).

Struktur Organisasi
Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik dipimpin oleh seorang Kepala
Balai yang membawahi Bagian Tata Usaha, serta empat bidang, yaitu
Bidang Pengembangan Jasa Teknis, Bidang Sarana dan Riset Standarisasi,
Bidang Pengujian Sertifikiasi dan Kalibrasi, serta Bidang Pengembangan
Kompetensi dan Alih Teknologi, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Struktur
organisasi Balai Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP) dapat dilihat pada Gambar
1.

7
Kepala Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik

Bagian
Tata Usaha

Sub Bagian
Sub Bagian
Program dan
Umum
Pelaporan

Sub Bagian Sub Bagian


Keuangan Kepegawaian

Bidang Bidang Sarana Bidang Bidang


Pengembangan dan Riset Pengujian Pengembangan
Jasa Teknis Standarisasi Sertifikasi dan Kompetensi Alih
Kalibrasi Teknologi

Seksi Seksi Sarana


Pemasaran Riset Kulit Seksi Seksi
dan Produk Pengujian Konsultasi
Seksi Kulit
Kerjasama
Seksi
Seksi Sarana Sertifikasi Seksi
Seksi Riset Karet Pelaksana
Informasi dan Plastik Teknis
Seksi
Kalibrasi

Seksi Seksi Alih


Standarisasi Teknologi

Kelompok
Jabatan
Fungsional

Gambar 1. Struktur organisasi BBKKP

8
Kepala Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik
Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP) dipimpin oleh seorang
kepala yang bertanggungjawab terhadap koordinasi dan pengambilan
kebijakan dalam menunjang tugas pokok dan fungsi BBKKP, yakni
penelitian, pengembangan, standarisasi, kerjasama, pengujian, sertifikasi,
kalibrasi, dan pengembangan kompetensi industri kulit, karet, dan plastik
sesuai arahan kerja yang diatur oleh perundang-undangan yang berlaku.
Kepala BBKKP dijabat oleh Ir. Agus Kuntoro, M.T.A.
Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan penyiapan
penyusunan progam, rencana kerja dan anggaran, pelaksanaan kerja sama,
penyiapan evaluasi dan pelaporan, serta pelaksanaan urusan kepegawaian,
keuangan, rumah tangga, dan perlengkapan. Bagian Tata Usaha diketuai
oleh Drs. Sri Widodo, M.M. Bagian Tata Usaha terdiri atas 4 sub bagian,
yaitu sub bagian umum, sub bagian kepegawaian, sub bagian keuangan,
dan sub bagian progam dan pelaporan.
Sub Bagian Umum. Sub Bagian Umum adalah sub bagian yang
bertugas untuk melakukan urusan progam, melakukan monitoring terhadap
progam yang berjalan, melakukan evaluasi, dan pembuatan laporan. Sub
bagian Umum diketuai oleh Aulia Muhammad, S.E.
Sub Bagian Kepegawaian. Sub Bagian Kepegawaian adalah sub
bagian yang bertugas untuk melakukan perencanaan dan pengembangan
serta bertanggungjawab atas urusan kepegawaian, mutasi atau
perpindahan, dan kesejahteraan pegawai. Sub Bagian Kepegawaian
diketuai oleh Prastawa Sunu Saputra, S.H.
Sub Bagian Keuangan. Sub Bagian Keuangan adalah sub bagian
yang bertanggungjawab terhadap penentuan anggaran, pembuatan
perencanaan belanja tahunan, dan pelaporan keuangan. Sub Bagian
Keuangan diketuai oleh Maria Sandhiasari, S.E.
Sub Bagian Progam dan Pelaporan. Sub Bagian Progam dan
Pelaporan adalah sub bagian yang bertanggungjawab dalam penentuan

9
progam, bertanggungjawab terhadap urusan administratif, pendataan dan
perekapan, serta urusan kearsipan. Sub Bagian Progam dan Pelaporan
diketuai oleh Rossandi, S.I.P.
Bidang Pengembangan Jasa Teknis
Bidang Pengembangan Jasa Teknis mempunyai tugas melakukan
pemberian pelayanan teknis pemasaran, kerjasama dengan instasi lain, dan
informasi. Bidang Pengembangan Jasa Teknis dikepalai oleh Satija, M.Si.
Bidang Pengembangan Jasa Teknis terbagi menjadi tiga seksi, yaitu Seksi
Pemasaran, Seksi Kerjasama, dan Seksi Informasi.
Seksi Pemasaran. Seksi pemasaran bertugas dalam
mempersiapkan dan merencanakan pemasaran, perhitungan hasil kegiatan,
pembuatan kontrak kerja usaha, pemberian layanan terhadap pelanggan,
dan pengembangan pasar. Seksi Pemasaran dikepalai oleh Haris Nur Salim,
A.Md., S.Pd.
Seksi Kerjasama. Seksi Kerjasama bertugas dan bertanggungjawab
dalam urusan kerjasama, baik dengan instansi lain, maupun urusan
negosiasi usaha. Seksi Kerjasama dikepalai oleh M.Fadjar Apriliyanto, S.T.,
M.E.
Seksi Informasi. Seksi Informasi adalah seksi yang mempunyai
tanggungjawab dan tugas untuk menyiapkan perencanaan, pengelolaan,
pengembangan, dan pemanfaatan teknologi informasi dan menjalankan
perpustakaan sebagai pusat informasi dari hasil riset untuk ditujukan kepada
publik. Seksi Informasi dikepalai oleh Tri Rahayu Setyo Utami, S.T., M.Eng.
Bidang Sarana dan Riset Standarisasi
Bidang Sarana dan Riset Standarisasi memiliki tugas melakukan riset
terhadap kulit dan produk kulit, melakukan riset terhadap karet, plastik, dan
produk turunannya, serta melakukan standarisasi. Bidang Pengujian
Sertfikasi dan Kalibrasi memiliki tugas untuk melakukan pengujian terhadap
kualitas produk kulit, karet, dan plastik. Melakukan sertifikasi terhadap
produk, dan melakukan kalibrasi terhadap alat yang digunakan. Bidang
Sarana Riset dan Standarisasi ini dikepalai oleh Drs. Metrison. Bidang

10
Sarana Riset dan Standarisasi terdiri atas 3 seksi atau bagian, yaitu Seksi
Sarana Riset Kulit dan Produk Kulit, Seksi Sarana Riset Karet dan Plastik,
dan Seksi Standarisasi.
Seksi Sarana Riset Kulit dan Produk Kulit. Tugas seksi ini adalah
untuk menyiapkan bahan perencanaan, serta menjadi pelaksana kegiatan
riset dan penelitian juga pengembangan mengenai bahan kulit dan produk
dari kulit. Seksi Sarana Riset Kulit dan Produk Kulit juga bertanggungjawab
atas pemanfaatan teknologi dalam kemajuan pengolahan kulit dan
pembuatan produk kulit. Seksi ini dikepalai oleh Tri Kanthi Rokhmadianto
S.Sn.
Seksi Sarana Riset Karet dan Plastik. Seksi ini bertugas untuk
menyiapkan perencanaan dan pengembangan, serta bertanggungjawab
menangani riset di bidang bahan karet dan plastik, serta produk turunannya.
Seksi ini juga bertanggungjawab dalam pengaplikasian teknologi dalam
pengelolaan industri pembuatan karet dan plastik. Seksiini dikepalai oleh
Endang Susiani, S.T.
Seksi Standarisasi. Seksi ini bertugas untuk menyiapkan
perencanaan dan pengembangan, dan bertanggungjawab dalam
melakukan kegiatan standarisasi alat dan bahan, proses pengkerjaan atau
kegiatan, dan revisi dalam menentukan standar operasional penggunaan
alat dan bahan yang digunakan dalam pengembangan dan pengolahan
produk berbahan kulit, karet, dan plastik. Seksi ini juga bertanggungjawab
terhadap penerapan teknologi di bidang penetuan prosedur kerja agar
memiliki sistem yang baku dan menghasilkan produk yang sudah sesuai
standar. Seksi ini dikepalai oleh Teguh Martianto, S.Si., M.T.
Bidang Pengujian, Sertifikasi, dan Kalibrasi
Bidang Pengujian, Sertifikasi, dan Kalibrasi adalah bidang yang
bertugas dan bertanggungjawab untuk melakukan kegiatan pengujian
kualitas produk, dan sertifikasi serta melakukan kalibrasi terhadap alat ukur
dan mesin yang digunakan dalam kegiatan proses produksi dalam industri
kulit, karet, dan plastik. Bidang Pengujian, Sertifikasi, dan Kalibrasi saat ini

11
dikepalai oleh Drs. Metrison. Bidang ini terdiri atas 3 macam seksi, yaitu
Seksi Pengujian, Seksi Sertifikasi, dan Seksi Kalibrasi.
Seksi Pengujian. Seksi pengujian adalah seksi yang bertugas untuk
melakukan pengujian dan penentuan bahan baku uji, bahan pembantu uji,
dan bertanggungjawab dalam penentuan kualitas produk kulit, karet, dan
plastik serta evaluasi dari hasil pengujian. Seksi pengujian juga bertugas
dalam menerbitkan laporan dari hasil uji, yang kemudian disusun dan dapat
digunakan sebagai sumber data dalam menentukan kebijakan selanjutnya.
Seksi Pengujian dikepalai oleh Dwi Ningsih, S.T.
Seksi Sertifikasi. Seksi Sertifikasi adalah seksi yang bertugas untuk
melakukan sertifikasi dan melakukan pengembangan dari penentuan mutu
dan kualitas produk hasil industri kulit, karet, dan plastik. Seksi ini juga
bertanggungjawab dalam penentuan sistem kemanan dan keselamatan
kerja, pengambilan contoh, dan juga memberikan jasa layanan penerbitan
sertifikat dari kegiatan sertifikasi. Seksi Sertifikasi dikepalai oleh Rambat,
M.Sc.
Seksi Kalibrasi. Seksi Kalibrasi adalah seksi yang bertugas untuk
menyiapkan bahan pelaksanaan kalibrasi internal dan eksternal untuk mesin
dan peralatan, mengevaluasi hasil kalibrasi, menerbitkan sertfikat kalibrasi,
melaksanakan sertifikat ulang dan menyusun seta melakukan pelaporan
dari hasil kegiatan kalibrasi. Seksi Kalibrasi dikepalai oleh Wahyu Pradana
Arsitika, S.T.
Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi
Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi mempunyai
tugas yaitu melayani konsultasi, melakukan pelatihan teknis maupun dasar,
rancang bangun dan perekayasaan industri, melakukan penyuluhan dan
komunikasi mengenai alih teknologi, dan penanggulangan pencemaran
industri. Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi dikepalai
oleh Hardjaka, A.Md., M.Sn. Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih
Teknologi terdiri atas 3 macam seksi, yaitu Seksi Konsultasi, Seksi Pelatihan
Teknis, dan Seksi Alih Teknologi dan Inkubasi.

12
Seksi Konsultasi. Seksi konsultasi adalah seksi yang bertugas
untuk menyiapkan bahan konsultasi kepada masyarakat industri kulit, karet,
dan plastik. Seksi konsultasi dikepalai oleh Subandriyo, S.E.
Seksi Pelatihan Teknis. Seksi ini adalah seksi yang bertugas untuk
melakukan pelatihan teknis terhadap tenaga industri, baik kulit, karet,
maupun plastik. Seksi Pelatihan Teknis dipimpin oleh Sita Azizah Wahyuni,
S.T.
Seksi Alih Teknologi dan Inkubasi. Seksi Alih Teknologi dan
Inkubasi adalah seksi yang betugas untuk menyiapkan bahan alihteknologi,
serta bertanggungjawab terhadap rancang bangun dan perekayasaan
dalam pengaplikasian industri, dan penerapan sistem inkubasi. Seksi ini
dikepalai oleh Subandriyo, S.E.
Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional merupakan tenaga kerja yang
memiliki keahlian khusus atau fungsional di berbagai bidang kebutuhan
dalam mendukung tujuan serta tugas pokok dan fungsi BBKKP. Kelompok
jabatan fungsional terdiri atas peneliti, perekayasa mekanika, penyuluh
industri, perencana, penguji mutu barang, teknisi litkayasa, pengendali
dampak lingkungan, analisis manajemen mutu industri, analisis
kepegawaian, pustakawan, pranata komputer, arsiparis, dan penyuluh
perindustrian dan perdagangan. Kelompok Jabatan Fungsional
bertanggungjawab terhadap bidang keahlian masing-masing.

Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan penggerak atau eksekutor berjalannya
suatu instansi sehingga diperlukan angkatan kerja atau sumber daya
manusia yang memumpuni untuk memaksimalkan kinerja dalam mencapai
tujuan yang sudah termuat dalam visi dan misi instansi, serta tugas pokok
dan fungsi. Tenaga kerja yang berada di Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik
dibagi menjadi dua yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Calon Pegawai

13
Negeri Sipil (CPNS). Ketenagakerjaan meliputi sumber daya manusia yang
dimuat sebagai berikut.
Sumber Daya Manusia
BBKKP memiliki pegawai sejumlah 125 orang sampai dengan
Agustus 2020 dengan rincian 97 orang merupakan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan 28 orang sisanya Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
(PPNPN). PNS adalah pegawai yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang, dan diberikan tugas
dalam suatu jabatan negeri atau tugas negara lainnya, dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan
PPNPN adalah pegawai yang berstatus tidak tetap dan diangkat menduduki
jabatan dalam jangka waktu tertentu dan dibayarkan oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Berdasarkan jenjang pendidikan pegawai
PNS di BBKKP dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah pegawai berdasarkan jenjang pendidikan
Pendidikan Jumlah (Orang)
S3 2
S2 26
S1/D IV 39
D III 30
SLTA/ D I Ke Bawah 25
SMP 1
SD 2
Jumlah 125

Hari kerja di BBKKP yaitu wajib lima hari kerja dalam satu minggu,
sedangkan pada masa pandemi COVID 19 BBKKP menerapkan sintem shift
dengan waktu kerja 4 hari masuk kantor 1 hari Work From Home (WFH).
Selama masa pandemi COVID 19 di BBKKP tetap menerapkan protokol
kesehatan. Jam kerja untuk pegawai BBKKP pada hari senin hingga kamis
dimulai pada pukul 07.30 WIB dan berakhir pada pukul 16.00 WIB. Jam kerja
pada hari jumat dimulai pada pukul 07.30 WIB dan berakhir pada pukul
16.30 WIB. Penerapan jam kerja dilaksanakan oleh seluruh pegawai BBKKP,
siswa dan mahasiswa PKL yang berada di BBKKP. Berdasarkan 125 orang

14
jumlah pegawai tersebut, sebanyak 74 diantaranya adalah tenaga
fungsional. Rincian tanaga fungsional yang dimiliki oleh BBKKP dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah tenaga fungsional yang berkerja di BBKKP
Jabatan Fungsional Jumlah (Orang)
AMMI 12
Analis Anggaran 1
Analis Kepegawaian 2
Analis Pengelolaan Keuangan APBN 1
Arsiparis 2
Pembina Industri 6
Peneliti 14
Pengendali Dampak Lingkungan 1
PMB 8
Penyuluh Perindustrian 1
Perekayasa 6
Perencana 1
PPBJ 1
Pranata Humas 1
Pranata Keuangan APBN 1
Pranata Komputer 3
Teknisi Litkayasa 13
Jumlah 74

Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang terdapat di BBKKP yaitu sarana
pelayanan industri, sarana informasi, dan sarana riset laboratorium. Sarana
pelayanan industri terdiri atas Laboratorium Penyamakan Kulit dan
Pengolahan Limbah Kulit, Laboratroium Finishing Kulit, Laboratorium
Barang Kulit dan Garmen, Laboratorium Rancang Bangun dan
Perekayasaan, Pelayanan Pelatihan dan Konsultasi, serta Standarisasi,
Penelitian dan Pengembangan. Sarana informasi yang terdapat di BBKKP
yaitu Laboratorium Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta terdapat
Perpustakaan. Sarana riset dan laboratorium terdiri atas Laboratorium Riset.
Kulit, Laboratorium Riset Alas Kaki, Laboratorium Riset Karet dan Plastik,

15
dan Laboratorium Instrumen. Laboratorium uji dan kalibrasi terdiri dari
Laboratorium Produk Kulit, Karet, dan Plastik, Laboratorium Uji Lingkungan,
dan Laboratorium Kalibrasi.
Alat dan Teknologi
Alat dan teknologi merupakan penunjang aktivitas kegiatan di
lingkungan kerja BBKKP untuk memudahkan pekerjaan. Alat dan teknologi
digunakan dalam menunjang kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
yang dijalankan oleh BBKKP. Alat dan teknologi juga mempermudah tenaga
kerja dan pegawai dalam melakukan kegiatan kerja di lingkungan BBKKP.
Seluruh alat dan teknologi yang terdapat di BBKKP cukup lengkap hanya
saja ada beberapa alat yang sudah rusak sehingga tidak dipakai kembali.
Alat dan teknologi yang ada di lingkungan BBKP antara lain adalah alat dan
teknologi proses penyamakan dan finishing kulit, alat dan teknologi
pengujian ban, alat dan teknologi pengujian barang jadi, alat dan teknologi
pengujian kimia dan fisika kulit, karet dan plastik, serta alat dan teknologi
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Lembaga
Lembaga yang terdapat di lingkungan kerja BBKKP yaitu Lembaga
Sertifikasi dan Lembaga Internal. Lembaga Sertifikasi yang dimiliki oleh
BBKKP telah terkareditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Lembaga-lembaga tersebut antara lain, Lembaga Sertifikasi Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Yogya Quality Assurance-YOQA,
Lembaga Sertifikasi Produk Jogja Product Assurance-JPA (LSPro-JPA),
dan Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001: 2005
Jogja Environment Certification Assureance-JECA. Lembaga Internal yang
terdapat di dalam lingkungan kerja BBKKP yaitu lembaga koperasi, lembaga
kepungurusan masjid yang dimiliki oleh BBKKP.

Proses Bisnis
Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik Yogyakarta menyediakan dan
melayani layanan kerjasama dalam bidang riset kulit, industri kulit, karet, dan

16
plastik. Pemberian layanan dalam bidang riset berupa melakukan penelitian
secara berkala yang kemudian dipublikasikan sehingga masyarakat dapat
mengetahui informasi terbaru mengenai riset kulit, serta pembaruan dalam
bidang kulit, karet, dan plastik. Pelayanan selain riset yang dilakukan yaitu
sertifikasi pengujian, kalibrasi, standarisasi, alih teknologi dan inkubasi,
pelatihan teknis, konsultasi, rancang bangun dan perekayasan, penanganan
limbah industri, serta pelayanan jasa teknis.
Standarisasi dan Pengujian
BBKKP melakukan kajian dan perumusan SNI untuk produk kulit,
karet dan plastik serta penyusunan dan penerapan SNI. Standar Nasional
Indonesia (SNI) merupakan standar nasional yang disepakati oleh semua
pihak terkait yang terdiri dari pemerintah, produsen, konsumen, assosiasi,
ilmuwan dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). SNI
disusun dari Rancangan SNI yang dirumuskan oleh Panitia Teknis dengan
melalui tahap pembahasan dalam rapat teknis, rapat prakonsensus dan
rapat konsensus yang dihadiri oleh semua pihak terkait. BBKKP sebagai
anggota Panitia Teknis mempunyai pengalaman dalam melakukan
penyusunan Rancangan SNI dan kaji ulang SNI untuk produk kulit, karet dan
plastik. Standar yang telah disusun meliputi Standar produk, Standar unjuk
kerja mesin dan Standar pengujian. BBKKP menyediakan layanan terkait
pengujian kulit, produk kulit dan sepatu, Pengujian karet, produk karet,
plastik dan produk plastik serta sepatu, pengujian kualitas lingkungan, air
dan air limbah, dan pengujian ban luar dan ban dalam kendaraan bermotor
dan mobil.
Sertifikasi
BBKKP memiliki 5 (lima) lembaga sertifikasi sebagai berikut :
a) LSSM BBKKP YOQA
Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu BBKKP YOQA (LSSM BBKKP
YOQA) telah mendapatkan akreditasi oleh Komite Akreditasi
Nasional (KAN) sejak 12 Januari 1996. Ruang lingkup sertifikasi
sistem manajemen mutu :

17
• Industri kulit dan produk kulit
• Produk karet dan plastik
• Makanan, minuman dan tembakau
• Kimia, produk kimia dan serat
• Tekstil dan produk tekstil
SSM BBKKP YOQA memberikan layanan terbaik Sertifikasi Sistem
Manajemen Mutu SNI ISO 9001:2015. Dengan dukungan Sumber
Daya Manusia yang berpengalaman dan berdedikasi akan
menjadikan perusahaan anda ke arah pencapaian konsistensi
sistem mutu dan kepercayaan konsumen. Kepercayaan merupakan
akar loyalitas, dan keloyalan konsumen merupakan aset perusahaan
anda yang tak tertandingi.
b) LSPr BBKKP JPA
Lembaga Sertifikasi Produk BBKKP JPA (LSPr BBKKP JPA)
memberikan layanan sertifikasi produk kulit, karet dan plastik
dengan tujuan memberikan kepastian mutu produk dengan
mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI). Lembaga
Sertifikasi Produk BBKKP JPA (LSPr BBKKP JPA) adalah lembaga
independen di lingkungan Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik
(BBKKP), Badan Penelitian dan Pengembangan Industri,
Kementerian Perindustrian, yang melayani dan menangani kegiatan
Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI atau Standar lain yang
diacu/diakui. 19 LSPr BBKKP JPA telah diakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN), dengan No. LSPr- 009-IDN berlaku 23
April 2016 sampai dengan 22 April 2020. LSPr BBKKP JPA dalam
kegiatannya didukung oleh SDM yang kompeten di bidang Sistem
Manajemen Mutu, Laboratorium, Standar, Keteknikan, dan Keilmuan,
dengan personel lembaga yang memenuhi persyaratan suatu
lembaga sertifikasi.

18
c) LSSML BBKKP JECA
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan BBKKP
JECA (LSSML BBKKP JECA) melaksanakan kegiatan sertifikasi ISO
14001:2015 dan telah terakreditasi oleh KAN.
d) LSIH BBKKP
Lembaga Sertifikasi Industri Hijau BBKKP (LSIH BBKKP)
ditunjuk Kementerian Perindustrian Republik Indonesia berdasarkan
Permenperin RI Nomor 41/M-IND/PER/12/2017 tentang Lembaga
Sertifikasi Industri Hijau. Dalam menyelenggarakan kegiatan
Sertifikasi Industri Hijau dan menerbitkan Sertifikat Industri Hijau,
LSIH BBKKP mengacu pada Standar Industri Hijau (SIH).
e) LSSMK3 BBKKP
Saat ini, BBKKP sedang dalam proses pembentukan
Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) sesuai ISO 45001:2018 dan dalam proses
akreditasi awal oleh KAN.

19
KEGIATAN PKL

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di Balai


Besar Kulit, Karet, dan Plastik Yogyakarta telah dilaksanakan pada tanggal
3 November 2021 hingga 3 Desember 2021. PKL ini dilaksanakan di
Laboratorium Uji Produk Kulit, Karet dan Plastik (LUPKKP), Bidang
Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi (PASKAL). Kegiatan yang dilakukan
selama melaksanakan PKL meliputi mengamati, mengikuti, dan
mempraktekkan proses pengujian kulit samak mulai dari penerimaan
sampel hingga penginputan data hasil pengujian ke dalam sistem komputasi,
sehingga memperoleh informasi secara lengkap mengenai alur proses
pengujian kulit samak yang salah satunya adalah kulit samak ikan nila.
Proses pengujian kulit samak dilakukan berdasarkan permintaan dari client.
Proses pengujian kulit samak dilakukan menggunakan sarana yang tersedia
di laboratorium yang terdiri dari pengujian fisik dan kimia.

Pengujian Fisika Kulit Samak


Kulit samak merupakan kulit yang dihasilkan dari proses
penyamakan. Kulit samak memiliki sifat khusus yang sangat berbeda
dengan kulit mentahnya, baik sifat fisis maupun sifat khemisnya. Kulit
mentah mudah membusuk sedangkan kulit tersamak memiliki sifat yang
awet dan lebih stabil terhadap pengaruh lingkungan luar. Kegiatan
pengujian fisika kulit samak yang dilakukan di lingkungan BBKKP meliputi
sebagai berikut.
Preparasi Sampel
Preparasi sampel merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh
para penguji sebelum melakukan pengujian produk kulit samak. Preparasi
sampel dilakukan diruang pengambilan contoh uji yang sudah dilengkapi
dengan sarana penunjang kegiatan. Pengambilan contoh uji dilakukan
berdasarkan metode pengambilan sampel sesuai Standard Nasional
Indonesia (SNI) Pengujian Kulit Tersamak. Sampel dipreparasi secara

20
membujur dan melintang dengan masing-masing sebanyak 3 pengulangan.
Sampel yang telah dipreparasi diberi nomor urut dan tanda “B” untuk sampel
membujur serta “L” untuk sampel melintang.

Gambar 2. Preparasi sampel uji kualitas fisika


Pengambilan Data Sampel
Sampel yang sudah dipreparasi selanjutnya diambil data berupa tebal
serta lebar dan dicatat dalam lembar data pengujian. Pengukuran dilakukan
sebanyak tiga pengulangan pada masing-masing sampel membujur dan
melintang dengan 3 titik pengukuran yang berbeda posisi. Pengambilan
data sampel sangat dipengaruhi oleh keakuratan dan ketelitian alat ukur
yang sudah dikalibrasi secara rutin.

Gambar 3. Pengukuran tebal dan lebar sampel

21
Pengujian Kuat Sobek, Kuat Tarik dan Kemuluran
Pengujian kuat sobek, kuat tarik dan kemuluran kulit dilakukan
menggunakan alat tensile strain tester. Sampel pengujian dijepitkan pada
grip atas dan grip bawah, selanjutnya tensile strain tester dioperasikan
dengan menggunakan komputer yang sudah dihubungkan dengan alat.
Hasil pengujian berupa beban yang dibutuhkan untuk menarik sampel
hingga putus beserta pertambahan panjang sampel akan muncul di layar
komputer disertai grafik hasil uji. Data yang muncul selanjutnya dicatat pada
lembar data pengujian.

Gambar 4. Pengujian kualitas fisika sampel

Pengujian Kimia Kulit Samak


Karakteristik kulit samak yang baik ditentukan pada tahap-tahap
selama proses penyamakan berlangsung. Pengujian kimia kulit samak
dilakukan untuk mengetahui karakteristik kimia kulit hasil peyamakan.
Kegiatan pengujian kimia kulit samak yang dilakukan di lingkungan BBKKP
meliputi sebagai berikut.
Preparasi Sampel
Preparasi sampel pada pengujian kimia dilakukan dengan
memperkecil ukuran sampel dan melakukan penimbangan sampel yang
akan diuji. Kegiatan preparasi dilakukan diruang penimbangan sampel.
Sampel dipotong hingga menyerupai butiran beras menggunakan gunting.

22
Sampel yang telah dipotong-potong selanjutnya ditimbang dengan
timbangan digital sesuai kebutuhan analisis.

Gambar 5. Penimbangan sampel uji kimia


Pengujian Kadar Air
Pengujian kadar air kulit samak dilakukan menggunakan seperangkat
alat Dean Stark sesuai metode SNI 06-0644-1989. Bahan yang sudah
ditimbang sebanyak 3 gram dibungkus kertas kedap udara dan diekstraksi
dalam alat Dean Stark menggunakan larutan xylene selama 2 jam. Air yang
telah tersari selanjutnya dibaca jumlahnya sesuai skala ukur yang terdapat
pada tabung.

Gambar 6. Pengujian kadar air kulit samak

23
Pengujian Kadar Minyak/ Lemak
Pengujian kadar minyak/ lemak kulit samak dilakukan menggunakan
seperangkat alat Soxhlet sesuai metode SNI 06-0564-1989. Bahan yang
sudah ditimbang sebanyak 10 gram dibungkus dengan kertas saring dan
diekstraksi dalam seperangkat alat soxhlet menggunakan larutan karbon
tetraklorida selama 5 jam. Minyak/ lemak yang telah tersari dalam larutan
karbon tetraklorida diekstraksi hingga seluruh larutan karbon tetraklorida
menguap dan tersisa minyak/ lemak didalam labu. Labu selanjutnya
dimasukkan oven selama dua jam lalu didinginkan dalam desikator dan
ditimbang. Kegiatan pengovenan hingga penimbangan dilakukan terus
menerus hingga didapat berat tetap. Proses penimbangan dapat
berlangsung dua hingga tiga hari, berat tetap didapat setelah mecapai berat
terendah sampel ketika dilakukan pengulangan proses oven hingga
penimbangan. Labu uji tidak boleh disentuh oleh kulit penguji karena akan
mempengaruhi hasil pengujian.

Gambar 7. Pengujian kadar minyak/ lemak kulit samak

Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh pada saat preparasi hingga pengujian
diinput dalam sistem komputasi untuk diperoleh hasil pengujian. Hasil
pengujian selanjutnya direview ulang oleh manager laboratorium. Hasil yang
sudah direview dan diverifikasi selanjutnya diterbitkan dalam bentuk
Sertifikat Tanda Uji (STU) yang disahkan oleh Kepala Bidang Pengujian,

24
Sertifikasi dan Kalibrasi. STU yang telah disahkan dapat diberikan kepada
client dan client dapat melakukan uji banding ke balai lain untuk
mendapatkan hasil yang akurat.

Gambar 8. Pengolahan data hasil pengujian

25
PEMBAHASAN

Kulit Ikan Nila


Ikan nila (Oreochromis sp.) adalah jenis ikan air tawar yang banyak
dikembangkan secara budidaya oleh masyarakat. Ikan nila mempunyai
daya tahan hidup yang bagus terhadap pengaruh lingkungan perairan,
mudah berkembang biak dan rasa dagingnya diterima masyarakat luas
karena tidak terlalu banyak durinya. Ikan nila juga mempunyai bentuk daging
yang tebal sehingga sangat memungkinkan untuk dijadikan produk dalam
bentuk fillet baik dengan kulit (skin on) maupun tanpa kulitnya (skin less)
(Suyanto, 2002). Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan nila
dijual dalam bentuk segar dan terdapat beberapa perusahaan yang
mengolah ikan nila menjadi fillet. Hasil samping pengolahan ikan nila
menjadi fillet berupa kulit. Kulit ikan nila berpotensi memiliki nilai ekonomi
yang tinggi dengan menjadikannya sebagai kulit ikan nila samak (Ahmad et
al., 2015). Mei et al. (2004) menyatakan bahwa kulit adalah produk samping
dari usaha peternakan sehingga ketersediaannya sangat bergantung dari
tingkat konsumsi protein. Konsumsi protein masyarakat dapat dipenuhi
dengan meningkatkan hasil perikanan seperti ikan. Perikanan di Indonesia
secara umum telah berhasil meningkatkan produksi pada berbagai bidang
usaha. Alfindo (2009) menyatakan bahwa untuk menambah nilai dari limbah
kulit ikan maka sangat cocok untuk dijadikan bahan baku penyamakan.
Pengolahan limbah kulit seperti ikan patin, ikan pari dan beberapa jenis ikan
lainnya selama ini hanya dimanfaatkan menjadi kerupuk
Salah satu bentuk penanganan limbah kulit ikan nila adalah dengan
mengubah kulit ikan nila mentah menjadi kulit ikan nila tersamak. Ikan nila
yang saat ini banyak dibudidayakan diharap mampu menghasilkan kulit
yang dapat menjadi alternatif bahan baku bagi industri penyamakan untuk
dijadikan produk komersial. Penelusuran potensi kulit ikan dapat dilakukan
dengan melihat data jenis ikan yang biasa diolah menjadi fillet dan jumlah
produksinya. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan komoditas

26
perikanan air tawar yang banyak dibudidayakan saat ini. Pada tahun 2010,
produksi ikan nila sebesar 464.191 ton meningkat hingga tahun 2013
menjadi sebesar 1.110.810 ton atau meningkat hampir tiga kali lipat atau
rata-rata volume produksi ikan nila mengalami peningkatan sebesar 79,66%
per tahun (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014). Peningkatan
produksi ikan disebabkan karena meningkatnya permintaan ikan nila, baik
di pasar domestik maupun ekspor. Haq (2013) menyatakan bahwa
perusahaan fillet ikan nila di Indonesia contohnya di daerah Semarang,
Jawa Tengah dan Medan, Sumatera Utara menghasilkan produk-produk
ikan nila yang salah satunya berupa fillet ikan nila tanpa kulit. Kulit nila hasil
fillet tersebut merupakan hasil samping yang cukup potensial untuk
dijadikan produk penyamakan yang menonjolkan segi keindahan karena
mempunyai bentuk dan corak permukaan kulit yang spesifik dan beda dari
kulit lainnya serta mempunyai ketebalan dan luas yang memungkinkan
untuk dijadikan produk kulit seperti dompet, tas, sepatu sandal dan
sebagainya. Kulit ikan nila tidak memerlukan proses emboss untuk
menghasilkan motif karena kulit nila memiliki motif tiga dimensi asli yang
terkesan natural.

Bahan Penyamak Kulit Ikan Nila


Bahan penyamak yang cocok digunakan untuk penyamakan kulit
ikan nila adalah bahan penyamak nabati, misalnya bahan penyamak
mimosa dan syntan. Bahan penyamak nabati memiliki kelebihan jika
digunakan pada penyamakan kulit ikan nila. Penggunaan bahan penyamak
nabati pada proses penyamakan ikan akan semakin menampakkan rajah
atau motif pada kulit ikan nila.
Syntan
Syntan adalah bahan penyamak sintesis karena melalui proses
kondensasi dan sulfitasi. Jenis bahan penyamak dalam perdagangan
bernama basyntan, iragatan, tanigan, dan lain-lain. Sifat bahan penyamak
syntan dapat memperbaiki sifat fisik seperti kelunakan, kemuluran,

27
kepadatan, dan memberi warna yang lebih muda (Sunarto, 2001). Bahan
penyamak sintetis dikenal dengan nama syntan (synthetic tanning agent).
Syntan diperoleh ketika mononuclear dan polynuclear phenols, naftalena
dan turunannya kresol, naftol, dan aromatic ethers dikondensasikan dengan
formaldehida lalu disulfonasi. Syntan terdapat dalam bentuk garam sodium
dan/atau amoniumnya dan dibuat dengan sifat tertentu. Mayoritas syntan
bersifat bermuatan anionik dan beberapa amfoterik. Syntan mempunyai
klasifikasi dan sifat tergantung produk dan prosedur pembuatan. Kulit yang
disamak dengan syntan akan berwarna putih, tahan terhadap pengaruh
asam dan basa, dan dapat di cat dasar asam atau direct. Walaupun
demikian kulit tersebut mempunyai kelemahan yaitu mempunyai daya serap
terhadap air yang terlalu tinggi(Sah, 2013).
Mimosa
Mimosa (mimosa ekstrak) adalah sari kulit kayu akasia (Acasia
deoureus) yang sudah diprosesdengan bahan-bahan kimia. Kulit kayu
akasiamerupakan salah satu bahanpenyamak nabati yang mengandung 35%
tanin dalam bentuk babakan kulit,sedangkan dalam bentuk ekstrak padat
mengandung 63% tanin. Dalam sari akasia terkandung beberapa macam
bahan antara lain 63% zat penyamak, 16% zat bukan penyamak, 19.5% air,
dan 1% ampas. Sifat-sifat bahan penyamak mimosa adalah mudah larut
dalam air,mempunyai daya penyamak yang baik, baik untuk segala macam
kulit, ramah lingkungan, menghasilkan kulit yang lebih berisi (padat),
warnanya coklat, dan kekuatan tariknya cukup tinggi (Purnomo, 2001).

Penyamakan Kulit Ikan Nila


Penyamakan adalah teknik mengubah kulit segar yang mudah rusak
menjadi kulit samak atau kulit matang yang stabil, tidak mudah rusak
olehpengaruh biologis, kima dan fisik. Kulit nila harus melalui tahapan-
tahapan tertentu dalam proses penyamakan agar dapat dijadikan produk
kulit dengan mutu yang unggul. Kuria et al. (2016) menyatakan bahwa
penyamakan merupakan proses pengubahan kulit mentah menjadi kulit

28
samak yang memiliki sifat stabil dan tidak mudah rusak dengan
menghambat aktivitas mikrobia.
Preparasi bahan baku utama
Kulit ikan nila yang diperoleh dari produsen diawetkan menggunakan
600% air, 30% garam kristal dan 0,5% antiseptic yang direndam selama 10
menit, sebelum disimpan dalam cold storage. Kulit ikan nila yang telah
diawetkan kemudian dimasukkan dalam cold storage.
Sortasi Bahan Baku
Kulit yang akan digunakan dalam proses penyamakan harus
diseleksi terlebih dahulu. Kulit dipilih berdasarkan kualitas kulit yang sesuai.
Kulit yang sesuai adalah kulit yang terlihat seperti kulit segar dengan ciri-ciri
tidak berbau busuk, tidak robek, sisik tidak rusak, dan memiliki luasan yang
cukup.
Pembuangan daging atau sisik (Fleshing)
Fleshing dilakukan untuk menghilangkan daging dan sisik yang
masih menempel pada kulit. Proses ini dilakukan dengan menggunakan
pisau seset. Sisa daging dan sisik, kemudian dibuang.
Pencucian (Washing)
Kulit yang telah dibersihkan dari sisa daging dan sisik, kemudian
dicuci sampai bersih. Pencucian dilakukan untuk membersihkan kulit dari
sisa daging dan sisik. Pencucian kulit dilakukan dengan menggunakan air
mengalir agar lebih bersih.
Penimbangan
Kulit setelah pencucian yang telah dibersihkan dari sisa daging dan
sisik, kemudian ditiriskan. Kulit ditimbang menggunakan timbangan untuk
mengetahui beratnya. Berat kulit yang diketahui digunakan untuk
menentukan jumlah bahan-bahan yang digunakan pada setiap tahapan
proses penyamakan.
Pengapuran (Liming)
Kulit yang telah ditimbang, selanjutnya dilakukan proses pengapuran.
Proses pengapuran dilakukan dengan memasukkan air sebanyak 600% dari

29
berat kulit. Teepol sebanyak 1% dan kapur sebanyak 5% ditambahkan ke
dalam air. Kulit dimasukkan dan diaduk selama 30 menit ke dalam larutan,
selanjutnya didiamkan selama 36 30 menit. Perlakuan tersebut dilakukan
sebanyak 4 kali. Kulit direndam dan didiamkan selama semalam untuk
memaksimalkan proses pengapuran. Tahap pengapuran dapat sesuai
berjalan jika sisik pada kulit ikan nila sudah terlepas secara merata. Kulit
yang telah bersih dari sisik dan daging, kemudian dilakukan penimbangan
kembali untuk diketahui beratnya.
Pengapuran ulang (Reliming)
Proses pengapuran ulang dilakukan dengan memasukkan air
sebanyak 600% dari berat kulit. Teepol sebanyak 1% dan kapur sebanyak
5% ditambahkan ke dalam air. Kulit dimasukkan dan diaduk selama 20 menit
ke dalam larutan, selanjutnya didiamkan selama 30 menit. Perlakuan
tersebut dilakukan sebanyak 4 kali. Kulit direndam dan didiamkan selama
semalam untuk memaksimalkan proses pengapuran.
Pembuangan kapur (Deliming)
Pembuangan kapur dilakukan dengan menambahkan air sebanyak
200% dan ZA sebanyak 1% ke dalam kulit dan diaduk selama 30 menit.
Penambahan FE sebanyak 1% ke dalam kulit dan diaduk selama 30 menit.
Kulit dicuci sampai bersih setelah pembuangan kapur. Pencucian kulit
menggunakan air mengalir, kemudian pH diukur sampai 7.
Pengikisan protein (Bating)
Pengikisan protein dilakukan dengan menambahkan enzim
pancreobat sebanyak 4% dan teepol sebanyak 1% ke dalam kulit dan diaduk
selama 60 menit. Kulit dicuci sampai bersih setelah diaduk selama 60 menit.
Pencucian kulit menggunakan air mengalir.
Pembuangan lemak (Degreasing)
Pembuangan kemak dilakukan dengan menambahkan degreasing
agent sebanyak 1% ke dalam kulit dan diaduk selama 30 menit. Kulit dicuci
sampai bersih setelah diaduk selama 30 menit. Pencucian kulit
menggunakan air mengalir.

30
Pengasaman (Pickling)
Pengasaman dilakukan dengan menambahkan air sebanyak 150%
dan garam sebanyak 15% ke dalam kulit, lalu diaduk selama 30 menit. FA
sebanyak 1% ditambahkan ke dalam kulit, lalu diaduk selama 30 menit.
H2SO4 sebanyak 0,5% ditambahkan 3 kali ke dalam kulit setiap 20 menit
dan diaduk selama 60 jam. Pengecekan pH dilakukan selama pengadukan
agar mendapatkan suasana larutan dengan pH sekitar 3,5 sampai 5. Kulit
yang telah bercampur dengan larutan asam, kemudian direndam selama
semalam.
Penyamakan (Tanning)
Penyamakan dilakukan dengan menambahkan air sebanyak 100%
ke dalam kulit. Bahan penyamak berupa mimosa ditambahkan sebanyak 4%,
pengambilan konsentrasi formalin berdasarkan hasil terbaik penelitian
Sahubawa et al., (2011) kosentrasi mimosa yang digunakan yaitu 4% dan
6%. Kulit diaduk selama 30 menit. Bahan penyamak berupa syntan
ditambahkan sebanyak 8%, pengambilan konsentrasi syntan berdasarkan
hasil terbaik penelitian Sahubawa et al., (2011) kosentrasi syntan yang
digunakan yaitu 6% dan 8%. Kulit lalu diaduk selama 30 menit.
Pengasaman ulang (Repiclking)
Pengasaman ulang dilakukan dengan menambahkan garam
sebanyak 15% ke dalam kulit, lalu diaduk selama 30 menit. FA sebanyak 1%
ditambahkan, lalu diaduk selama 30 menit. H2SO4 sebanyak 0,5%
ditambahkan 3 kali ke dalam kulit setiap 20 menit dan diaduk selama 60 jam.
Pengecekan pH dilakukan selama pengadukan agar mendapatkan suasana
larutan dengan pH sekitar 3,5 sampai 5.
Penyamakan ulang (Retanning)
Penyamakan ulang dilakukan dengan menambahkan air sebanyak
100% ke dalam kulit. Bahan penyamak berupa formalin ditambahkan
sebanyak 4%, lalu diaduk selama 30 menit. Bahan penyamak berupa syntan
ditambahkan sebanyak 8%, lalu diaduk selama 30 menit.

31
Netralisasi
Netraslisasi dilakukan dengan menambahkan larutan nafo sebanyak
0,5% ke dalam kulit. Pencampuran bahan dilakukan dengan pengadukan
selama 30 menit. Pengecekan pH dilakukan selama pengadukan agar
mendapatkan suasana larutan dengan pH sekitar 5,5 sampai 6.
Peminyakan (Fatliquoring)
Peminyakan dilakukan dengan menambahkan agensi fatliquoring
sebanyak 5%. Penambahan agensi fatliquoring diaduk selama 60 menit,
selanjutnya penambahan FA sebanyak 1% diaduk selama 45 menit.
Pembasahan kembali (Wetting back)
Pembasahan kembali dilakukan untuk mempersiapkan proses
pengecatan dasar. Penambahan air sebanyak 400%, wetting agent
sebanyak 1%, dan amonia sebanyak 0,5% yang diaduk selama 30 menit.
Pengecatan dasar (Dyeing)
Kulit dicuci menggunakan air mengalir sampai bersih sebelum
pengecatan dasar. Penambahan air hangat (60 oC) sebanyak 100% dan
lavelling agent sebanyak 1% diaduk selama 10 menit. Penambahan dyes
sebanyak 1% diaduk selama 60 menit. Penambahan minyak sulphonasi
sebanyak 3% diaduk selama 60 menit. Penambahan HCOOH sebanyak 1,5%
diaduk selama 20 menit. Penambahan anti jamur sebanyak 0,02% diaduk
selama 10 menit. Kulit dicuci bersih menggunakan air mengalir.
Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara mementangkan kulit pada papan
pentang menggunakan paku. Permukaan kulit ikan disikat. Kulit ikan
dikeringkan dengan cara dibiarkan saja sampai kering selama semalam.

Uji Kualitas Kulit Samak Ikan Nila


Pengujian kualitas kulit samak ikan nila di Balai Besar Kulit, Karet dan
Plastik Yogyakarta meliputi uji kualitas fisika dan uji kualitas kimia. Uji
kualitas fisika yang dilakukan adalah uji kuat tarik dan kemuluran,
sedangkan uji kualitas kimia yang dilakukan adalah uji kadar air dan minyak

32
atau lemak dalam kulit tersamak. Pengujian kualitas fisika kulit samak ikan
nila dilakukan di Laboratorium Uji Komoditi Karet, Plastik dan Sepatu
(LUKKAPS), sedangkan pengujian kualitas kimia dilakukan di Laboratorium
Uji Komoditi Kulit dan Sepatu (LUKKUS). Metode pengujian dilakukan
berdasarkan prosedur pengujian kulit tersamak yang sudah ditentukan.
Uji Kuat Tarik dan Kemuluran
Kekuatan tarik adalah besarnya gaya maksimal yang diperlukan
untuk menarik kulit sampai putus. Satuan kekuatan tarik dinyatakan dalam
N/cm2. Kekuatan tarik menjadi salah satu parameter yang digunakan untuk
mengukur kualitas kulit tersamak. Proses penyamakan yang baik akan
menghasilkan kulit dengan kekuatan tarik yang tinggi (Purnomo, 1985).
Kekuatan tarik akan meningkat dengan bertambahnya lebar kulit, makin
lebar kulitnya maka struktur kulitnya akan semakin kuat karena adanya
perkembangan kolagen pada sel-sel yang menyusun kulit. Kekuatan tarik
juga dipengaruhi oleh adanya lemak atau minyak pada kulit yang akan
menaikan kekuatan tarik pada kulit disamak (Budiyanto, 2010).
Kemuluran adalah pertambahan panjang kulit saat kulit ditarik sampai
putus dibagi panjang semula. Satuan kemuluran dinyatakan dalam persen
(%). Semakin panjang ukuran kulit saat putus, maka nilai kemuluran yang
dihasilkan semakin besar, sehingga kemuluran buruk. Kemuluran yang baik
memiliki ukuran yang pendek. Faktor yang dapat mempengaruhi kemuluran
adalah adanya proses pementangan, pelemasan, dan pengamplasan
(Purnomo, 1985). Faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kulit adalah
ketebalan kulit, umur ternak, jenis kelamin dan spesies asal hewan. Umur
ternak semakin tua makaketebalan kulitnya akan semakin bertambah
karena jaringan kulit akan menjadi lebih padat dan kuat akibat dari
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang menyusun kulit (Budiyanto,
2010). Faktor lain yang dapat mempengaruhi kekuatan tarik dan kemuluran
kulit adalah ketebalan kulit, tebal kulit tergantung dari umur, jenis kelamin
dan spesies asal hewan. Semakin tua maka ketebalan kulitnya akan
semakin bertambah karena jaringan kulit akan menjadi lebih padat dan kuat

33
akibat dari pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang menyusun kulit
(Yeni dan Syafrudin, 2009).
Pengujian kuat tarik dan kemuluran kulit samak ikan nila dilakukan
menggunakan Tensile Strain Tester. Prosedur pengujian berpedoman pada
SNI-06-1795-1990. Sampel atau cuplikan dikondisikan pada Relatif
Humidity (RH) 63 - 67%, suhu 25 ± 5°C selama 24 ± 2 jam. Tebal cuplikan
diukur menggunakan alat ukur tebal kulit pada tiga tempat dan diambil
ukuran yang paling kecil dari ketiga tempat tersebut. Lebar cuplikan juga
diukur pada tiga tempat menggunakan jangka sorong dan diambil ukuran
yang paling kecil dari ketiga tempat tersebut. Hasil yang terkecil tersebut
dinyatakan sebagai tebal dan lebar cuplikan. Mesin Tensile Strain Tester
disiapkan dan cuplikan dipasang dengan jarak yang telah diatur dan
disesuaikan. Beban awal harus diangka nol sebelum memulai penarikan.
Mesin dijalankan hingga cuplikan tertarik sampai putus. Besarnya beban
maksimal dan pertambahan panjang dicatat.

Gambar 9. Ilustrasi pemasangan cuplikan pada Tensile


Strain Tester
Data hasil pengujian yang telah didapat dimasukkan dalam sistem
komputasi untuk diolah sehingga menghasilkan nilai uji kualitas dengan
perhitungan sebagai berikut.

34
F
Kuat Tarik =A

Pj. Akhir -Pj. Awal


Kemuluran = x 100 %
Pj. Awal

F : Gaya yang dibutuhkan


A : Luas penampang kulit

Nilai parameter uji kuat tarik dan kemuluran kulit samak ikan nila menurut
SNI 06-4586-1998 tentang syarat mutu kulit jadi ular air tawar berturut-turut
adalah minimal 1000 N/cm2 dan kurang dari 30%.
Uji Kadar Air dalam Kulit Tersamak
Pengujian kadar air digunakan untuk mengetahui persentase
kandungan air dalam kulit samak ikan nila. Purnomo (1991) menyatakan
bahwa proses pengeringan yang sempurna akan menghasilkan kulit dengan
kadar air yang sesuai dengan standar tanpa mengurangi kelemasan kulit
jadi. Proses pengeringan dipengaruhi beberapa faktor antara lain
temperatur, sirkulasi udara dan perbedaan udara sekitar. Kadar air produk
kulit yang melebihi batas maksimum, berdampak pada pertumbuhan
mikroba (bakteri dan jamur) pada kulit tersamak dan produk, serta
berpeluang untuk terjadi kerusakan fisik (seperti produk menjadi terkelupas,
pecah-pecah serta menimbulkan bau tidak enak).
Pengujian kadar air kulit samak ikan nila dilakukan menggunakan
seperangkat alat Dean Stark. Prosedur pengujian berpedoman pada SNI-
06-1795-1989. Cuplikan contoh kulit dimasukkan kedalam labu alat Dean
Stark, lalu ditambahkan larutan xylol secukupnya. Alat Dean Stark dipasang
diatas kompor listrik, pendingin dijalankan. Cairan hasil pengembunan
ditampung dalam penerima, air akan terpisah dari xylol. Pemanasan
dikerjakan sampai volume air dalam penerima tidak bertambah lagi. Jumlah
diamati, kemudian dihitung dan dinyatakan dalam persen berat. Data hasil
pengujian yang telah didapat dimasukkan dalam sistem komputasi untuk
diolah sehingga menghasilkan nilai uji kualitas dengan perhitungan sebagai
berikut.

Massa Air
Kadar Air (%) = x 100
Massa Sampel

35
Nilai parameter uji kadar air kulit samak ikan nila berdasarkan berdasarkan
SNI 06-6121-1999 tentang kulit ikan pari untuk barang jadi maksimal
sebesar 20%
Uji Kadar Minyak atau Lemak dalam Kulit Tersamak
Kadar lemak adalah banyaknya konsentrasi lemak yang terkandung
dalam suatu produk. Heriyati (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi minyak yang digunakan mengakibatkan nilai kadar lemak
semakin meningkat. Peningkatan nilai kadar lemak pada kulit samak ikan
berbanding lurus dengan tingginya konsentrasi minyak yang digunakan
sehingga meningkatkan kadar kelenturan kulit dan mudah berjamur.
Pengujian kadar minyak atau lemak kulit samak ikan nila dilakukan
menggunakan seperangkat alat Soxhlet. Prosedur pengujian berpedoman
pada SNI-06-0564-1989. Cuplikan contoh kulit dimasukkan dalam
selongsong uji lemak (thimbles). Selongsong selanjutnya dimasukkan dalam
alat penyari lalu disarikan terus menerus dengan karbon tetra klorida.
Pelarutnya kemudian dipisahkan. Hasil minyak atau lemak dikeringkan pada
suhu 100 ± 2°C sampai mendapat berat tetap. Kadar minyak atau lemak
dihitung dan dinyatakan dalam persen berat cuplikan sampai dua desimal.
Data hasil pengujian yang telah didapat dimasukkan dalam sistem
komputasi untuk diolah sehingga menghasilkan nilai uji kualitas dengan
perhitungan sebagai berikut.

Bobot Lemak
Kadar Lemak = x 100%
Bobot Sampel

Nilai parameter uji kadar lemak dalam kulit tersamak berdasarkan SNI 06-
6121-1999 tentang kulit ikan pari untuk barang jadi maksimal sebesar 12%.

36
PENUTUP

Praktek Kerja Lapangan telah dilakukan selama 20 hari di


Laboratorium Uji Produk Kulit, Karet dan Plastik (LUPKKP), Bidang
Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi (PASKAL) Balai Besar Kulit, Karet, dan
Plastik Yogyakarta. Kegiatan PKL di BBKKP Yogyakarta memberikan
manfaat berupa memperoleh wawasan dan pengetahuan mengenai
pengendalian mutu pada kulit samak ikan nila sebagai bahan baku produk
non pangan serta memperoleh kesempatan dalam mengimplementasikan
bidang studi ilmu dan industri peternakan mengenai proses pengujian kulit
samak. Proses pengendalian mutu kulit samak ikan nila dilakukan melalui
beberapa pengujian, baik secara fisika maupun kimia. Secara keseluruhan
proses pengendalian mutu kulit samak ikan nila di BBKKP Yogyakarta telah
menggunakan teknologi yang mumpuni serta dilakukan berdasarkan
prosedur pengujian yang telah ditetapkan sesuai Standar Nasional
Indonesia sehingga memperoleh produk yang unggul dan hasil uji yang
akurat.

37
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, J. F., H. R. Putut dan Amalia. 2015. Karakteristik kulit samak ikan
nila dengan penambahan bating agent alami dari pankreas sapi.
Jurnal Saintek Perikanan. 10 (2): 80-83.
Alfindo, T. 2009. Penyamakan Kulit Ikan Tuna (Thunnus sp) Menggunakan
Kulit Kayu Akasia Terhadap Mutu Fisik Kulit (Acacia mangium Willd).
Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Skripsi]
Badan Standarisasi Nasional. 1989. Cara Uji Kadar Air Dalam Kulit. SNI 06-
0644-1989. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 1989. Cara Uji Kadar Minyak atau Lemak
dalam Kulit Tersamak. SNI 06-0564-1989. Dewan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 1990. Cara Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran
Kulit. SNI 06-1795-1990. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta
Badan Standarisasi Nasional. 1998. Persyaratan Mutu Kulit Ular Air Tawar.
SNI 06-4586- 1998. Dewan Standarisasi Nasional Indonesia.
Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 1999. Syarat Mutu Kulit Ikan Pari Untuk
Barang Kulit. SNI 06-6121-1999. Dewan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
Budiyanto, R.A. 2010. Pengaruh Kadar (Cr2O3) terhadap Mutu Kulit Ikan
Kakap (Lutjonus Sp) Tersamak. (Skripsi). Teknologi Hasil Pertanian
Bogor. Bogor.
Haq, N. 2013. Penyamakan kulit ikan nila (oreochromis sp.) dengan
perlakuan pemucatan (bleaching) menggunakan peroksida. Jurnal
Perikanan. 15(2): 62-67.
Hermiyati, Indri. 2009. Panduan Analisa Kulit. Akademi Teknologi Kulit.
Yogyakarta.
Ibrahim, M. F. 2013. Analisis Quality Control Pengolahan Kulit Ular pada PT.
Sumber Murni Lestari Makassar. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Laporan Tahunan Direktorat
Produksi Tahun 2013. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
KKP. Jakarta.
Kuria, A., J. Ombui, A. Onyuka, A. Sasia, C. Kipyegon, P. Kaimenyi, dan A.
Ngugi. 2016. Quality evaluation of leathers produced by selected
vegetable tanning materials from Laikipia County, Kenya. IOSR
Journal of Agriculture and Veterinary Sciences. 9(4): 13–17.

38
Mei D.E, Yayan H dan Saptanto S., 2004. Adopsi Teknologi Pembenihan
Ikan Nila (Tilapia sp) di Jawa barat; Journal Penelitian Perikanan
Indonesia Ed. Sosial Ekonomi, Vol. 10, No. 7, 91-100.
Pertiwi, S. V. dan H. Mustofa. 1994. Penelitian pengaruh cuaca terhadap
perubahan sifat tegangan putus dan perpanjangan putus berbagai
jenis kulit. Majalah Barang Kulit, Karet dan Plastik. 10(16): 84-94
Purnomo, E. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit.
Akademi teknologi Kulit. Yogyakarta.
Purnomo, E. 1991. Penyamakan Kulit Reptil. Kanisius. Yogyakarta.
Purnomo, E. 2001. Penyamakan Kulit Reptil. Kanisius. Yogyakarta.
Rapika, Zulfikar, dan Zumarni. 2016. Kualitas fisik gelatin hasil ekstraksi kulit
sapi dengan lama perendaman dan konsentrasi asam klorida(hcl)
yang berbeda. Jurnal Peternakan. 13(1): 26-32.
Sah, N., 2013. Greener approach to leather techniques, Thesis, Centria
University of Applied Sciences.
Sahubawa, L., A. Pertiwiningrum, dan A. T. Pamungkas. 2011. Pengaruh
kombinasi bahan penyamak formalin dan syntan terhadap kualitas
kulit ikan pari tersamak. Majalah Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik
Yogyakarta. 27(1):38-45.
Sunarto. 2001. Pengetahuan Bahan Kulit untuk Seni dan Industri. Kanisius.
Yogyakarta.
Suyanto, R.S. 2002. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yeni dan Syafrudin, 2009. Perbedaan Daya Samak dari Bahan Penyamak
(Cube Black Limbah Gambir) Terhadap Mutu dan Tekno Ekonomi
Kulit, Baristand.Padang.

39
LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Lokasi Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta

40
Lampiran 2. Surat Tanda Uji Kulit Samak Ikan Nila

41
Lampiran 3. Surat Keterangan Praktik Kerja Lapangan

42
Lampiran 4. Lembar Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

43
44
45
46
47
48
49
50

Anda mungkin juga menyukai