Anda di halaman 1dari 9

Pembhasan

Istilah alkohol biasanya digunakan untuk menyebut etanol (C2H5OH), yang berupa cairqan
jernih tidak berwarna, mudah menguap dan uapnya mudah membius dan berbau tajam.
Alkohol banyak digunakan dalam industri sebagai pelarut, di dalam industri asetaldehid,
farmasi, kedokteran, dll.
Alkohol juga dikenal dengan nama etil alkohol yang mengandung 96% C 2H5OH dan
4% H2O, sedangkan alkohol dalam perdagangan terbagi dalam tiga macam yaitu alkohol
prima dengan konsentrasi 95 96%, alkohol teknis dengan konsentrasi 94 95%, dan
alkohol premium dengan kadar 96%. Alkohol prima dan premium dianggap murni karena
jumlah impuritas (zat-zat pengotor) yang terkandung di dalamnya relatif kecil. Impuritas
yang ada biasanya berupa minyak fusel, methanol, aldehid, asam asetat, dan zat-zat pereduksi
lain.
Alkohol teknis mempunyai impuritas (zat-zat pengotor) yang relatif lebih banyak.
Alkohol teknis ini dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan spiritus dengan penambahan
bahan-bahan lain dan penambahan zat pewarna yaitu methanol, minyak tanah, dan pewarna
metylen blue. Spiritus adalah alkohol yang mempunyai konsentrasi 94 95% yang digunakan
sebagai pelarut dan bahan bakar (fuel oil) pengganti bahan bakar minyak yang tidak
menimbulkan jelaga. Metanol merupakan alkohol yang tidak berwarna, larut dalam air, dan
bersifat racun. Metanol sering dipakai sebagai bahan bakar, anti pembekuan, dan pelarut.
Spiritus biasanya berwarna biru atau ungu karena ditambah dengan metylen blue atau
metylen violet. Selain itu, spiritus juga akan mengalami penambahan zat beracun seperti
tembaga sulfat agar tidak salah digunakan sebagai minuman keras. Limbah tetes tebu dari
pabrik gula dapat diolah menjadi spiritus. Spiritus banyak digunakan untuk bahan bakar.
Proses pembuatan spiritus merupakan proses alkohol terdenaturasi yaitu etanol yang diberi
tambahan zat beracun supaya alkoholnya tidak diminum.
Menurut Samuel Cate Prescott Sc. D (1990), sampai saat ini bahan baku yang banyak
digunakan untuk produksi alkohol adalah tetes (molase). Tetes dianggap sebagai bahan baku
yang relatif murah dan berkualitas baik. Tetes (molase) merupakan sirup gula yang tidak
mengkristal setelah melalui proses kristalisasi. Meskipun terdapat bahan baku lain, namun
umumnya pabrik pembuat alkohol lebih senang menggunakan tetes, hal ini dikarenakan:
1. Molase lebih murah dan mudah didapat
2. Prosesnya lebih sederhana
3. Kandungan sukrosa tinggi

4. Selain gula, tetes juga mengandung nitrogen, phosphor, belerang, mineral, dan vitamin yang
dibutuhkan oleh yeast.
5.

Pada umumnya bahan baku yang akan dipakai dalam pembuatan alcohol berupa tetes
(molase) yang mengandung beberapa komponen. Komponen-komponen yang terkandung
didalam tetes dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel komposisi tetes (molase)
No
1
2

4
5

Komponen
Air (persen)
Senyawa organik (persen)

Kisaran
17 -25

Rata-rata
20

Sukrosa

30 40

35

Glukosa

49

Fruktosa

5 12

Gula reduksi lain

15

Protein kasar

2,5 4,5

Asam amino
Senyawa anorganik (persen)

0,3 0,5

0,4

K2O

4,80

CuO

1,20

MgO

0,98

Na2O

0,10

Fe2O3

0,12

SO3

1,90

Cl

1,80

P2O5

0,60

SiO2 tak larut


Wax, phospolipid, dan sterol (persen)
Vitamin

0,60
0,40

Biotin (H)

Cholin (B4)

880

Folic acid (B complex)

0,35

Niacin (B complex)

23

Riboplavin (B2)

40

Panthotenic acid (B complex)

2,50

Pyridoxine (B6)

Thiamine (B1)

0,80

Tetes (molase) bersifat asam dan mempunyai pH 5,5 6,5 yang disebabkan oleh adanya
asam-asam organik bebas. Selain itu dibutuhkan komponen-komponen pembantu lainnya
yang berfungsi nutrient untuk proses pertumbuhan yeast.
Bahan yang mengandung sakarosa atau sukrosa yairu, gula tebu, gula bit, air sari
buah, dan tetes (black strap molases). Sakarosa (merupakan disakarida) akan mengalami
hidrolisa dengan bantuan katalis enzim sakarase (invertase) atau oleh oengaruh asam mineral
encer (misalnya asam sulfat atau asam klorida encer) menjadi glukosa dan fluktosa dengan
bantuan enzim zymase menjadi alkohol dan CO2.
Reaksi:
C12H22O11 + H2
Sakarosa
C6H12O6
Monosakarida

H2SO4

zymase

C6H12O6 + C6H12O6
glukosa
fluktosa
-----> 2C12H5OH + 2CO2
ethanol

------>

Molase sebelum diproses lebih lanjut, perlu adanya pengolahan pendahuluan. Proses
pengolahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi bahan baku (molase) yang optimum
untuk pertumbuhan yeast dalam proses fermentasi. Yang harus diatur dalam pengolahan
pendahuluan ini adalah:
1. pH
Pengaturan pH dilakukan dengan cara penambahan asam sulfat (H 2SO4). pH awal sekitar 5,5
6,5 akan turun menjadi 4,5 5 . Asam sulfat yang digunakan adalah asam sulfat dengan
kadar 98% volume dengan kondisi pekat yang memungkinkan yeast dapat tumbuh secara
optimum. Penambahan asam sulfat berfungsi untuk pengatur pH agar sesuai dengan
pertumbuhan yeast Hal ini ditujukan agar yeast Saccharomyces cereviceae dapat tumbuh
secara optimum dan mencegah terjadinya kontaminasi bakteri lain di udara.. Selain itu asam
sulfat juga berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi hidrolissa sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa, dan sebagai pencegah kontaminasi bakteri lain di udara.
2. Konsentrasi gula
Tetes tebu (molase) yang didapat dari hasil samping pabrik gula biasanya masih terlalu pekat
85- 90 brix, oleh karena itu perlu diencerkan terlebih dahulu untuk mendapatkan kadar gula
yang optimum untuk pertumbuhan yeast (14brix untuk pembibitan dan 18 brix untuk
fermentasi). Jika konsentrasi gula terlalu tinggi akan menghambat aktifitas yeast. Selain itu
juga akan mengakibatkan waktu fermentasi lebih lama dan sebagian gula tidak terkonversi
sehingga proses fermentasi menjadi tidak ekonomis.

BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Bahan baku
Tetes dianggap sebagai bahan baku yang relatif murah dan berkualitas baik. Tetes
(molase) merupakan sirup gula yang tidak mengkristal setelah melalui proses kristalisasi.
Atau dengan kata lain tetes merupakan hasil lain dari industri gula yang masih mengandung
sukrosa.
2. Bahan pembantu
a. Urea (46%N)
Berfungsi untuk nutrient/makanan bagi ragi, karena urea mengandung N, S, dan P yang baik
untuk pertumbuhan yeast/ragi.
Menurut Perry (1984), urea mempunyai sifat fisis sebagai berikut:
Warna
: putih
Bentuk
: Kristal/prisma
Rumus molekul
: CO(NH2)2
Berat molekul
: 60,06 gr/mol
Spesifik gravity
: 1,335
Melting point (titi lebur) :132,07 C
Boiling point (titik didih) : decomposes
Kadar nitrogen (formula) : 46,76%
Spesifik panas
: 0,320 cal/grC (20C)
Kelarutan dalam air
: 78 gr/100ml pada 5C
Menurut George T. Austin (1996), urea dalam air akan terhidrolisis menjadi
ammonium karbanat yang kemudian penguraiannya menjadi ammonium dan karbondioksida.
Dalam proses fermentasi, urea diperlukan sebagai sumber nitrogen untuk
pertumbuhan dan mempertinggi aktifitas yeast. Dimana unsur nitrogen yang diperlukan
berasal dari penguraian ammonium karbanat menjadi ammonium yang akan diambil
nitrogennya saja. Sedang unsur lain akan keluar bersama sisa metabolise.
b. NPK (N 15%, P 15%, dan K 15%)
Ditambahkan sebagai sumber nitrogen, phosphor, dan kalium yang mempunyai
konsentrasi masing-masing ssebesar 15% sehingga akan mempertinggi aktifitas dan
pertumbuhan yeast
c. Asam sulfat (H2SO4)
Menurut Perry (1984), asam sulfat mempunyai sifat fisis sebagai berikut:
Warna
Bentuk
Rumus molekul

: putih
: cairan
: H2SO4

Berat molekul
Berat jenis
Spesifik gravity
Melting point (titi lebur)
Boiling point (titik didih)
Kadar nitrogen (formula)
Kelarutan dalam air

: 98,08 gr/mol
: 1,8305 gr/ml
: 1,834
:10,49 C
: 340 C
: 46,76%
: tak terhingga

Menurut vogel (1984), asam sulfat mempunyai sifat sebagai berikut:


Merupakan asam kuat dan bersifat hidrogkopis
Bereaksi dengan barium dan perak membentuk endapan putih
Asam sulfat yang digunakan adalah asam sulfat dengan kadar 98% volume dengan
kondisi pekat yang memungkinkan yeast dapat tumbuh secara optimum. Penambahan asam
sulfat berfungsi untuk pengatur pH agar sesuai dengan pertumbuhan yeast. Selain itu asam
sulfat juga berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi hidrolissa sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa, dan sebagai pencegah kontaminasi bakteri lain di udara.
d. Superflok
Superflok yang digunakan adalah C6H5NH2.HCl. Superflok ini berbentuk bubuk putih
yang berfungsi untuk mengendapan kotoran pada tangki peragian, agar tidak menimbulkan
kerak pada kolom distilasi.
e.

TRO (Turkey Red Oil)


Penambahan TRO atau minyak jarak ini untuk mengurangi timbulnya buih yang
terjadi selama proses fermentasi.

3. Yeast (ragi)
Khamir atau ragi adalah mikroorganisme bersel tunggal, tidak berklorofil,
termasuk golongan Eumycetes dan dipasok sumber C, N, dan nutrient untuk pertumbuhannya.
Khamir berukuran antara 5-20 mikron, dan berkembang biak dengan cara pembelahan atau
fusi.
Yeast yang dapat digunakan untuk proses fermentasi harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut:
1.

Cepat beradaptasi dngan lingkungan


2.

Sifatnya stabil

3.

Mampu berkembang biak dengan cepat

Pada proses pembuatan alkohol di PS Madukismo menggunakan proses fermentasi


mikrobiologis untuk menghasilkan enzim. Enzim yang digunakan sebagai biokatalisator yang

berfungsi untuk mempercepat reaksi kimia. Mikroba yang digunakan sebagai stater adalah
Saccharomyces cereviceae. Pemilihan Saccharomyces cereviceae dikarenakan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Daya fermentasiya tinggi


Selektifitas yang tinggi dalam menghasilkan produk
Kemampuannya dalam menguraikan berbagai jenis gula seperti maltose, glukosa, sukrosa,
fruktosa, dan galaktosa.
Tahan terhadap kadar etanol yang tinggi yaitu antara 9 10 % volume
Tahan terhadap kadar glukosa yang tinggi 14 25 brix
pH optimum pertumbuhan yang rendah antara 4,5 5
Suhu optimum pertumbuhan yang relative tinggi antara 25 30 C
Akumulasi produk samping yang rendah
PROSES PEMBUATAN

1. Tahap Awal

Air sebagai pengencer molase agar di dapatkan kondisi proses yang optimal. Karena kadar
gula yang terlalu tinggi (>35%) akan menghambat pertumbuhan yeast, sedangkan untuk

kadar gula rendah (<35%) mengakibatkan hasil yang diperoleh terlalu sedikit.
NPK (pupuk) sebagai sumber nitrogen, phosphor, dan kalium untuk mempertinggi aktivitas
dan pertumbuhan yeast.

Urea (CO(NH2)2) dalam proses fermentasi diperlukan sebagai sumber nitrogen untuk
pertumbuhan dan mempertinggi aktivitas yeast. Unsur hasil penguraian ammonium karbonat
menjadi ammonium dan nitrogen. Dalam proses ini yang diperlukan hanya N-nya saja,
sedangkan unsure yang lain akan dikeluarkan bersama sisa metabolisme.

Asam sulfat (H2SO4) penambahannya berfungsi untuk pengatur pH agar sesuai dengan
pertumbuhan yeast. Selain itu asam sulfat juga berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi
hidrolisa sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, dan sebagai pencegah kontaminasi bakteri
lain di udara.
2. Tahap pembibitan
Pembibitan dalam laboratorium bertujuan untuk memperbanyak yeast.
Pembibitan dilakukan dengan menambahkan yeast ke dalam campuran bahan-bahan seperti
pada tahap pertama. Hasilnya kemudian disterilkan dalam Autoclave selama 3 jam sampai
mendidih dan dibiarkan dalam suhu kamar. Proses berlangsung secara aerob.
3. Tahap Pre-fermentasi
Adalah tahap untuk persiapan fermentasi dimana yeast hasil pembibitan dicampurkan
dengan bahan campuran tahap awal. Hasil proses pencampuran ini di diamkan selama 16 jam

pada suhu 30C, sambil dialiri udara selama 6 jam pertama untuk memecah sel yeast. Suhu
pada tangki dijaga 30oC dengan cara dialiri air pendingin.
4. Tahap fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan
tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi
dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Proses fermentasi berjalan selama 50 60 jam dan berjalan baik pada suhu 30C.
Untuk menjaga suhu tetap 30C maka dialirkan air pendingin. Gas CO 2 yang terjadi di semua
tangki ditarik dengan blower dan dibuang ke udara sebagai limbah. Selama proses fermentasi
akan timbul buih dan untuk menguranginya maka ditambahkan Turkey Red Oil (TRO)
seperlunya, biasanya TRO yang digunakan sebanyak 2 liter. Untuk mempercepat proses
pengendapan kotoran yang ada dalam adonan ditambahkan Superflok 200 gram. Maksud
penambahan ini adalah untuk mencegah terjadinya kerak dalam kolom distilasi jika
fermentasi terlalu kuat.
5. Tahap destilasi
Setelah dari tahap fermentasi, campuran yang dihasilkan kemudian dipisahkan melalui
proses destilasi, untuk memisahkan alkohol dari campuranya. Selain itu dalam proses
fermentasi kadar alkohol hanya sekitar 12%. Jadi untuk menaikannya, harus dilakukan proses
destilasi.
6. Tahap denaturasi
Pada tahap ini dilakukan penambahan zat-zat beracun seperti methanol, minyak tanah
dan tembaga sulfat agar alkohol tidak digunakan sebagai minuman keras serta untuk
menghindari kewajiban pajak miras. Untuk membedakan bahan ini dengan alkohol lainnya
diberi zat pewarna yaitu methylen biru agar tidak diminum.
Proses Pengolahan Alkohol, Etanol,
Di P.S Madubaru

Selain memproduksi gula Madubaru juga memproduksi Alkohol (C2H5OH)


sebagai produk sampingan. Alkohol yang diproduksi di P.S Madubaru merupakan
alkohol jenis etanol. Etanol di P.S Madubaru dibuat dengan bahan baku tetes tebu
yang merupakan limbah dari proses produksi tebu menjadi gula. Jadi pembuatan
alkohol ini merupakan salah satu upaya P.S Madubaru untuk mengolah limbah.
Alkohol dapat digunakan sebagai campuran kosmetik dan industri farmasi. Tetes
tebu sebelum menjadi alkohol akan mengalami tahap-tahap pengolahan. Yakni :

Pengenceran
Penyaringan (Filtrasi)
Peragian
Destilasi (Penyulingan)

1. Pengenceran
Tetes tebu yang diperoleh dari sentrifuge diencer di Tangki Pengencer Brix 14
tetes tebu. Sebelumnya tetes tebu diukur di tangki ukur.

2. Penyaringan (Filtrasi)
Pada proses penyaringan, tetes tebu diatur pHnya sekitar 4,8 dengan diberi
H2SO4 agar tetes tebu tidak tekontaminasi dengan bakteri lain. Hal ini dilakukan
agar tetes tebu tidak gagal dalm proses peragian. Karena dalam proses peragian
tetes tebu akan diberi bakteri khusus yang dapat menjadikan tetes tebu menjadi
atau memiliki kandungan alkohol.

3. Peragian
Tetes tebu yang pHnya telah diatur (4,8), kemudian masuk ke tangki pembibitan
dan fermentasi. Pada tangki tersebut tetes tebu diberi ragi yang mengandung
bakteri (Sacharomyces Cereviceae).
Reaksi:
1. Sukrosa dihidrolisa menjadi glukosa
C12H22O11 + H2O 2C6H12O6
2. Gula reduksi bereaksi sehingga menjadi etanol dan CO2
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2

4. Destilasi (Penyulingan)
Tetes tebu yang telah diberi ragi akan masuk ke proses destilasi. Destilasi atau
penyulingan bertujuan untuk memisahkan alkohol dengan air sehingga kadar
alkohol lebih tinggi. Di P.S Madubaru destilasi dilakukan secara bertingkat atau
disebut destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat bertujuan untuk meningkatkan
kadar alkohol. Dalam proses destilasi tetes tebu akan masuk ke kolom-kolam
yakni :
1. Kolom Maische
2. Kolom Voorloop
3. Kolom Rektifier

4. Kolom Nachloop

1. Kolom Maische
Pada proses destilasi tebu masuk ke Kolom Maische. Hasilnya alkohol kasar kadar
45%. Alkohol kasar masuk ke kolom Voorloop.
2. Kolom Voorloop
Alkohol kasar dari kolom Maische masuk ke kolom Voorlop ini. Di dalam kolom ini
alkohl akan mengaami destilasi kembali. Hasil berupa 2 alkohol. Yakni :
1. Alkohol teknis kadar 94% beraldahide ditampung sebagai hasil akhir.
2. Alkohol muda kadar + 25%. Alkohol ini masuk ke Kolom Rektifiser.
3. Kolom Rektifier
Di kolom Rektifiser alkohol muda dari kolom voorloop mengalami destilasi
kembali. Hasilnya :
1. Alkohol murni (Prima I) kadar min 95%
2. Alkohol Muda mengandung minyak Fusel masuk Kolom Nachloop(Destilasi
selanjutnya).
3. Lutter Waser, air yang bebas alkohol, sebagai penyerap alkohol. Kembali ke
Kolom
Voorloop untuk membantu proses penyerapan alkohol.
Alkohol yang telah memiliki kadar yang tinggi tidak lagi mengalami proses
destilasi. Sedangkan alkohol yang masih berkadar rendah akan mengalami
destilasi pada kolom berikutnya.

4. Kolom Nachloop
Alkohol muda dari kolom Rektifiser mengalami destilasi di kolom Nachloop. Hasil
dari kolom Nachloop:
1. Alkohol teknis kadar 94% sebagai hasil akhir
2. Air yang bebas alkohol dibuang.
Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar yang
tinggi yakni berkisar antara 94%-96%.

Anda mungkin juga menyukai