Anda di halaman 1dari 8

BAB II

DESTILASI

2.1. Tujuan Percobaan


- Mengetahui efisiensi pada alat destilasi
- Mengetahui kemurnian distilat pada proses destilasi
- Mengetahui pengaruh suhu dan waktu destilasi dengan kemurnian etanol yang
dihasilkan pada proses destilasi.
2.2. Tinjauan Pustaka
Destilasi adalah proses pemisahan termal yang digunakan secara luas di bidang
teknik untuk memisahkan campuran (larutan) dalam jumlah yang besar. Pada proses
tersebut pemisahan terjadi oleh penguapan salah satu komponen dari campuran, artinya
dengan cara mengubah bagian-bagian yang sama dari keadaan cair menjadi bentuk uap.
Persyaratannya adalah kemudahan menguap (Volalitas) dari komponen yang akan
dipisahkan berbeda satu dengan yang lainnya.
Destilasi berarti memisahkan komponen-komponen yang mudah menguap dari
suatu campuran cair dengan cara menguapkannya, yang diikuti dengan diikuti dengan
kondensasi uap yang terbentuk dan menampung kondensat yang dihasilkan. Uap yang
dikeluarkan dari campuran disebut uap bebas, kondensat yang jatuh sebagai destilat dan
bagian cairan yang tidak menguap sebagai residu. Apabila yang diinginkan adalah bagian
campuran yang tidak teruapkan dan bukan destilatnya, maka proses tersebut biasanya
dinamakan pengentalan dengan evaporasi (Bernasconi, 1995).
Hasil dari campuran biner tergantung dari jenis campurannya. Bila ditinjau dari
uapnya, uap ini berisi lebih banyak zat kedua, jika diuapkan makan diperoleh larutan dari
zat kedua yang murni dan disebut destilat. Jadi destilasi bertingkat larutan akan diperoleh
larutan pertama yang murni sebagai residu, dan larutan kedua yang murni sebagai destilat
(Sukarjo, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi operasi kolom destilasi diantaranya :
1. Kondisi Feed (q)
Keadaan campuran dan komposisi feed (q) mempengaruhi garis operasi dan jumlah
stage dalam pemisahan. Itu juga mempengaruhi lokasi feed tray.
2. Kondisi Refluks
Pemisahan semakin baik jika sedikit tray yang digunakan untuk mendapatkan tingkat
pemisahan. Tray minimum dibutuhkan dibawah kondisi total refluks, yakni tidak ada
penarikan destilat. Sebaiknya refluks berkurang, garis operasi untuk seksi rektifikasi
bergerak terhadap garis kesetimbangan.
3. Kondisi Aliran Uap
Kondisi aliran uap yang merugikan dapat menyebabkan :
a. Foaming
Mengacu pada ekspansi liquid melewati uap atau gas. Walaupun menghasilkan
kontak antar fase liquid-uap yang tinggi, foaming berlebihan sering mengarah pada
terbentuknya liquid pada tray.
b. Entrainment
Mengacu pada liquid yang terbawa uap menuju tray di atasnya dan disebabkan laju
alir uap yang tinggi menyebabkan efisiensi tray berkurang. Bahan yang sukar
menguap terbawa menuju plate yang menahan liquid dengan bahan yang mudah
menguap. Dapat mengganggu kemurnian destilat. Enterainment berlebihan dapat
menyebabkan flooding.
c. Weeping/Dumping
Fenomena ini disebabkan aliran uap yang rendah. Tekanan yang dihasilkan uap
tidakcukup untuk menahan liquid pada tray. Karena itu liquid mulai merembes
melalui perforasi.
d. Flooding
Terjadi karena aliran uap berlebih menyebabkan liquid terjebak pada uap di atas
kolom. Peningkatan tekanan dari uap berlebih menyebabkan kenaikkan liquid yang
tertahan pada plate di atasnya. Flooding ditandai dengan adanyapenurunan tekanan
diferensial dalam kolom dan penurunan yang signifikan pada efisiensi pemisahan.
Jumlah tray aktual yang diperlukan untuk pemisahan khusus ditentukan oleh
efisiensi plate dan packing. Semua faktor yang menyebabkan penurunan efisiensi tray
juga akan mengubah kinerja kolom. Effisiensi tray dipengaruhi oleh fooling, korosi, dan
laju dimana ini terjadi bergantung pada sifat liquid yang diproses. Material yang sesuai
harus dipakai dalam pembuatan tray. Kebanyakan kolom destilasi terbuka terhadap
lingkungan atmosfer. Walaupun banyak kolom diselubungi, perubahan kondisi cuaca
tetap dapat mempengaruhi operasi kolom. Reboiler harus diukur secara tetap untuk
memastikan bahwa dihasilkan uap yang cukup selama musim dingin dan dapat dimatikan
selama musim panas (Komariah, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi destilasi, yaitu:
1. Berat jenis
Kualitas minyak bumi yang terpenting dalam proses distilasi mempunyai nilai dalam
berrat jenis atau Spesific Grafity.
2. Viskositas (Viscosity)
Kualitas lain daripada minyak tergantung pada distilasi adalah viskositasnya,
Viskositas adalah daya hambatan yang dilakukan oleh cairan jika suatu benda berputar
dalam cairan tersebut. Satuan Viscositas lain disebut Sentipoise.
3. Titik nyala (Flash Point)
Titik nyala adalah suatu titik dimana pada temperature terendah minyak bumi cukup
uap untuk menyambar suatu percikan api sehingga terjadi pembakaran pada proses
distilasi.
4. Klasifikasi berdasarkan berat jenis
Berat jenis (SG) dan ˚API gravity dapat dipakai untuk menentukan klasifikasi minyak
bumi pada proses distilasi akan didapat (Lilis, 1998).
Berdasar hukum Raoult, tekanan parsial uap komponen yang mudah menguap dari
larutan, sama dengan tekanan uap murni kali fraksi molnya.
𝑃𝐴 = 𝑃𝐴 𝑜 . 𝑁𝐴 .......................................................(2.1)
𝑃𝐵 = 𝑃𝐵 𝑜 . 𝑁𝐵 .......................................................(2.2)
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (𝑃𝐵 𝑜 − 𝑃𝐴 𝑜 ) 𝑁𝐵 + 𝑃𝐴 𝑜 .....................................(2.3)
(Sukarjo, 1985).
2.3. Tinjauan Bahan
A. Aquadest
- rumus kimia : H2O
- bau : tidak berbau
- bentuk : cair
- berat molekul : 18,02 g/mol
- titik didih : 100 oC
- titik leleh : 0 oC
- warna : tidak berwarna
A. Etanol
- rumus molekul : C2H5OH
- bau : bau etanol
- bentuk : cair
- berat molekul : 46,08 g/mol
- titik didih : 78,2 °C
- titik leleh : -130 °C
- warna : tidak berwarna
2.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
- Alcohol Meter - Aquades
- Beaker Glass - Etanol 96%
- Gelas Ukur
- Kolom Destilasi
2.5. Variabel Percobaan
A. Variabel Tetap
- Konsentrasi etanol : Perbandingan etanol : aquades (1 : 3)
- Volume larutan : ± 2000 ml
B. Variabel Berubah
- Suhu destilasi : 90 °C dan 95 °C
- Waktu destilasi : 5, 10, dan 15 menit
2.6. Prosedur Kerja
A. Preparasi Bahan
- Menyiapkan larutan etanol 96%.
- Mengencerkan etanol dengan aquades dengan perbandingan (1:3).
B. Tahap Destilasi
- Menyiapkan seperangkat alat destilasi.
- Memasukkan larutan etanol yang sudah diencerkan ke dalam tabung ekstraksi.
- Mengalirkan larutan etanol ke dalam tabung destilasi dengan membuka valve 1
dan valve 2.
- Menyalakan tombol power pada alat destilasi.
- Mengatur suhu operasi yang telah ditentukan (90 ℃ dan 95 ℃).
- Mengamati destilat yang keluar dari tangki penampung selama waktu yang telah
ditentukan (5, 10, 15 menit).
- Catat hasil data yang telah didapatkan.
2.7. Data Pengamatan
Tabel 2.1. Pengaruh suhu dan waktu destilasi pada efisiensi alat pada suhu 90 °C
Waktu
5 menit 10 menit 15 menit
Suhu

90 °C 100 mL 30 mL 15 mL
Jumlah 145 mL

Tabel 2.2. Pengaruh suhu dan waktu destilasi pada efisiensi alat pada suhu 95 °C.
Waktu
5 menit 10 menit 15 menit
Suhu

95 °C 260 mL 260 mL 140 mL


Jumlah 660 mL
Tabel 2.3. Pengaruh suhu dan waktu destilasi pada densitas destilat pada suhu 90
°C dan 95 °C
Waktu
5 menit 10 menit 15 menit
Suhu
90 °C 0,9468 g/cm3 0,9476 g/cm3 0,9480 g/cm3
95 °C 0,9248 g/cm3 0,9288 g/cm3 0,9296 g/cm3
Tabel 2.4. Pengaruh suhu dan waktu destilasi pada konsentrasi destilat pada suhu
90 °C dan 95 °C
Waktu
5 menit 10 menit 15 menit
Suhu
90 °C 43,1 % 42,6 % 42,3 %
95 °C 54,7 % 52,7 % 52,3 %
2.8. Grafik

43.2
43
Konsentrasi (%)

42.8
42.6
42.4
42.2
42 y = -0.08x + 43.467
R² = 0.9796
41.8
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)

Grafik 2.1. Pengaruh suhu dan waktu destilasi pada kemurnian destilat pada
suhu 90 °C.

55
54.5
54
Konsentrasi (%)

53.5
53
52.5
52
51.5
51 y = -0.24x + 55.633
R² = 0.871
50.5
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)

Grafik 2.2. Pengaruh suhu dan waktu destilasi pada kemurnian destilat pada
suhu 95 °C.
2.9. Pembahasan
- Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hubungan pengaruh suhu dan waktu
terhadap efisiensi kerja alat, dimana semakin tinggi suhu dan semakin lama
waktu yang digunakan maka efisiensi kerja alat akan semakin besar pula. Pada
suhu 90 °C diperoleh efisiensi alat sebesar 29 %, sedangkan pada 95 °C
diperoleh efisiensi sebesar 132%, hal ini disebabkan karena Aquadest yang
digunakan merupakan residu dari destilasi sebelumnya, sehingga kemungkinan
masih mengandung etanol sehingga dapat mempengaruhi volume dari destilat
yang dihasilkan.
- Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hubungan pengaruh suhu dan waktu
terhadap kemurnian destilat, dimana semakin tinggi suhu dan semakin lama
waktu yang digunakan maka kemurnian destilat akan semakin menurun. Hal ini
disebabkan karena sebagian air ikut teruapkan bersama etanol di dalam destilat
sehingga menyebabkan kemurnian destilat semakin menurun.
2.10. Kesimpulan
- Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa efisiensi total kerja alat distilasi
pada suhu 90 °C adalah sebesar 29 % dan pada suhu 95 °C adalah sebesar 132
%
- Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa kemurnian destilat pada suhu 90
°C adalah sebesar 42,3 % dan pada suhu 95 °C adalah sebesar 52,3 %
- Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hubungan pengaruh suhu dan waktu
distilasi terhadap kemurnian etanol yang dihasilkan adalah berbanding terbalik,
dimana semkain semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu yang digunakan
maka kemurnian destilat akan semakin menurun. Hal ini disebabkan karena
sebagian air ikut teruapkan bersama etanol di dalam destilat sehingga
menyebabkan kemurnian destilat semakin menurun.
DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.


Komariah, dkk. 2009. Tinjauan Teoritis Perancangan Kolom Distilasi untuk Pra-
rencana Pabrik Skala Industri. Palembang: Jurusan Teknik Kimia Universitas
Sriwijaya.
Lilis. 1998. Proses Pembuatan Migas. Cepu: Pusdiklat Migas Cepu.
Sukardjo. 1985. Kimia Fisika. Yogyakarta: Bina Aksara.

Anda mungkin juga menyukai