a. Optimasi Suhu.
Oleh karena pembentukan amonia bersifat eksoterm maka untuk mengoptimalkan
produksi amonia, suhu reaksi harus tinggi atau rendah? Tentunya harus rendah
karena suhu reaksi yang tinggi akan menggeser kesetimbangan ke arah reaksi
endoterm (penguraian amonia). Jika suhu terlalu rendah, reaksi berlangsung sangat
lambat (hampir tidak bereaksi). Jika suhu terlalu tinggi, reaksi bergeser ke arah
penguraian amonia. Jadi, bagaimana cara yang efektif dan efisien? Dalam kasus
seperti ini, perlu ditentukan suhu optimum (tidak terlalu tinggi, juga tidak terlalu
rendah). Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa suhu optimum pembentukan
amonia sekitar 450oC500oC (perhatikan Gambar 5.12).
b. Optimasi Tekanan.
Selain optimasi suhu, tekanan juga perlu dioptimasi, mengapa? Ini dikarenakan
sintesis amonia melibatkan fasa gas dan rasio stoikiometri antara pereaksi dan hasil
reaksi tidak sama. Koefisien reaksi pembentukan amonia lebih kecil dari koefisien
pereaksi sehingga tekanan harus tinggi. Dalam praktiknya, tekanan yang diterapkan
sekitar 250 atm (perhatikan Gambar 5.12a).
Mengapa tekanan yang diterapkan tidak lebih tinggi lagi? Hal ini berkaitan
dengan aspek teknologi. Semakin tinggi tekanan maka diperlukan peralatan yang sangat
kuat agar tidak terjadi ledakan.
2. Reaksi Kesetimbangan pada Industri Asam Sulfat.
Di Indonesia, asam sulfat merupakan salah satu bahan baku untuk membuat
pupuk, pigmen dan cat, pembuatan besi dan baja, pembuatan pulp dan kertas, pengisi sel
accumulator, pelarut, pengatur pH di dalam proses industri, pendehidrasi, serta
pembuatan produk-produk kimia lainnya, seperti amonium sulfat dan kalsium
hidrofosfat. Pembuatan asam sulfat di industri dikembangkan melalui proses kontak
seperti pada Gambar 5.13, dengan tiga tahap utama sebagai berikut.
b. Optimasi Tekanan
Berdasarkan data koefisien reaksi, Anda dapat menduga bahwa tekanan yang
dioperasikan harus tinggi, agar posisi kesetimbangan bergeser ke arah produk.
Umumnya, tekanan yang dioperasikan berkisar antara 23 atm. Tekanan tinggi tidak
dapat dioperasikan dalam proses ini sebab peralatannya tidak mendukung (SO3 bersifat
korosif terhadap logam).
3. Reaksi Kesetimbangan pada Industri Asam Nitrat.
Asam nitrat banyak digunakan dalam pembuatan pupuk, nitrasi senyawa organik
untuk bahan eksplosif, plastik, celupan, dan pernis, juga sebagai bahan oksidator dan
pelarut. Di industri, pembuatan asam nitrat menggunakan proses Ostwald, yaitu
pembuatan asam nitrat dari bahan mentah amonia dan udara. Proses pembuatan asam
nitrat melalui tiga tahapan, yaitu:
a. Tahap pembentukan nitrogen oksida. Campuran amonia dan udara berlebih
dialirkan melewati katalis PtRh pada suhu 850C dan tekanan 5 atm. Persamaan
reaksinya:
4NH3(g) + 5O2(g) 4NO(g) + 6H2O( l ) H= 907 kJ (pada 25C)
b. Tahap pembentukan nitrogen dioksida. Nitrogen monoksida dioksidasi kembali
dengan udara membentuk gas nitrogen dioksida. Persamaan reaksinya:
2NO(g) + O2(g) 2NO2(g) H= 114,14 kJ (pada 25C)
c.Tahap pembentukan asam nitrat. Nitrogen dioksida bersama-sama dengan udara
berlebih dilarutkan dalam air panas 80C membentuk asam nitrat. Persamaannya:
4NO2(g) + O2(g) + 2H2O( l ) 4HNO3(aq)
Pada proses Ostwald, ada dua tahap reaksi yang membentuk kesetimbangan, yaitu
tahap satu dan tahap dua. Kedua tahap itu bersifat eksotermis dan memiliki koefisien
reaksi yang berbeda, yaitu koefisien hasil reaksi lebih kecil dari koefisien pereaksi. Pada
tahap dua, reaksi tidak efisien pada suhu tinggi, sehingga gas NO panas yang terbentuk
pada tahap pertama didinginkan dengan memasok udara dingin, sekaligus berfungsi
untuk mengoksidasi gas NO menjadi NO2.
http://budisma.web.id/materi/sma/kimia-kelas-xi/reaksi-kesetimbangan-di-industri-kimia/