Penemuan dan pengembangan terhadap mesin pengubah daya, yang dapat menggantikan
tenaga manusia, seperti : roda air, mesin uap dan motor listrik. Disusul oleh penemuan dan
pengembangan terhadap bahan / material besi dan bukan besi (ferrous and non-ferrous)
mendorong manusia untuk memasuki dunia teknologi. Apalagi dengan pengembangan yang
dilakukan manusia terhadap pengontrol mekanis, listrik, elektronika dan komputer, akhirnya
memudahkan manusia dalam mengendalikan proses pemesinan.
Manufaktur Ekonomis
Tujuan : membuat suatu produk sedemikian rupa, agar menguntungkan.
Dengan demikian berarti :
Seluruh segi pembiayaan harus ditekan, sehingga harga produk dapat diterima dan
mampu bersaing.
Diciptakan kebutuhan dan pangsa pasar untuk produk tersebut.
Perancangan Produk
Produk harus dirancang sedemikian rupa sehingga harga bahan, ongkos manufaktur dan
biaya penyimpanan dapat ditekan seminimal mungkin.
Hampir semua produk dapat dibuat lebih kuat, lebih tahan lama. Namun demikian
perancang harus dapat menarik batas, sehingga dihasilkan produk yang ekonomis.
Suatu disain dapat saja dibuat dari bahan yang lebih murah dalam jumlah yang lebih
banyak, untuk menggantikan bahan yang lebih kuat tetapi lebih mahal.
Produk tidak perlu dirancang melebihi persyaratan pemakaiannya, karena ada kalanya
rancangan yang baik mencangkup pemilihan cara penyelesaiannya.
Orang sering memilih suatu produk berdasarkan fungsi, cara operasi dan penampilannya.
Produk tertentu dengan warna dan penampilan yang menarik seringkali lebih mudah
dipasarkan. Namun tidak dapat disangkal bahwa umumnya fungsi suatu suku cadang
merupakan faktor penentu. Umpamanya disyaratkan kekuatan yang tinggi, ketahanan aus,
daya tahan korosi atau batasan berat yang ketat.
Bahan Teknik
Sifat fisik, ciri pemesinan, cara pemberian bentuk dan daya guna berbagai jenis bahan
sangat beraneka ragam. Seorang perancang harus mempertimbangkan hal-hal tersebut
dalam memilih bahan yang paling ekonomis dan proses yang terbaik untuk produk yang
dirancangnya.
Bahan teknik ada beribu-ribu jenisnya. Secara garis besar terbagi dua, yaitu : logam dan
non-logam. Logam terdiri dari besi dan selain besi. Bahan selain logam terdiri atas bahan
organik dan bahan non-organik. Ada ribuan jenis bahan logam murni ataupun paduannya
dan juga bahan bukan logam. Sehingga untuk menentukan pilihan yang tepat diperlukan
pengetahuan yang memadai.
Bahan teknik jarang ditemukan sebagai bahan siap pakai di alam semesta ini. Logam
ditemukan sebagai mineral dalam bentuk Oksida, Sulfida atau Karbonat. Sebelum diolah
lebih lanjut dia harus dimurnikan terlebih dahulu.
Perubahan Bentuk
Bentuk mula logam umumnya adalah batang (ingot), yang diperoleh sebagai hasil proses
pengolahan bijih. Bijih logam cair dituangkan ke dalam cetakan logam atau grafit, sehingga
dihasilkanlah ingot dengan ukuran tertentu yang memudahkan pembentukan selanjutnya.
Berbagai proses pengubahan bentuk logam atau bahan lain secara non–cutting dapat dilakukan
sebagai berikut :
Proses Pegecoran (casting) 11. Proses putar-tekan
Proses penempaan (forging) 12. Proses tarik-tekan
Proses ekstrusi (drawing) 13. Proses rol-bentuk
Proses pengerolan (rolling) 14. Pemotongan nyala
Proses penarikan 15. Pembentukan eksplosif
Proses penekanan 16. Pembentukan elektrohidrolik
Proses tusuk-tekan 17. Pembentukan magnetik
Proses pemukulan 18. Pembentukan elektro
Proses pembengkokan 19. Pembentukan serbuk logam
Proses pengguntingan (shearing) 20. Pencetakan plastik
Pemesinan
Dalam memmanufaktur dikenal berbagai operasi pemesinan :
Proses pemotongan geram tradisional (cutting), yang meliputi :
Pembubutan (turning) 7. Penggergajian (sawing)
Penyerutan 8. Pemotongan tarik
Pengetaman (planning) 9. Pemfraisan (milling)
Penggurdian 10. Penggerindaan
Pelebaran 11. Hobbing
Pengeboran (drilling) 12. Routing
Proses pemesinan (cutting) bukan tradisional (modern), meliputi :
Ultrasonik 5. Frais kimia
Erosi loncatan listrik 6. Pemotongan abrasi
Laser optik 7. Pemesinan oleh berkas elektron
Elektro kimia 8. Busur plasma
Proses kelompok B umumnya diterapkan pada proses manufaktur yang memerlukan ketelitian
yang tinggi.
Penyambungan
Produk yang terdiri dari dua atau lebih bagian memerlukan proses penyambungan yang
meliputi :
Pengelasan 5. Penyambungan baut
Solder 6. Pengelingan
Sinter 7. Penyambungan pasak
Penyambungan muai-susut 6. Perekatan dengan lem
Penyelesaian Permukaan
Untuk menghasilkan permukaan yang licin, datar dan bagus atau untuk menghasilkan lapisan
pelindung, maka dapat dilakukan beberapa proses operasi penyelesaian permukaan, sebagai
berikut :
polis
gosok amril/amplas
pelapisan listrik
pelapisan semprot logam
Lapisan anorganik
Pelapisan phospat (Parkerizing)
Anodisasi
Manufacturing Process
Manufacturing
Process
Value
Raw material added $$ Processed parts
$ $$$
Apa beda Manufaktur dan produksi ?
Khususnya pada bidang teknik Mesin, kata Production dan Manufacturing digunakan
dalam pengertian yang sama. Hanya keduanya digunakan dalam dua pengertian,
yaitu arti luas dan arti sempit.
Dalam arti luas, manufaktur dan manufaktur mencakup seluruh aktivitas perusahaan
manufaktur, mulai dari perencanaan dan perancangan produk hingga penjualan dan
service purna jual.
Dalam arti sempit, manufaktur dan manufaktur berarti kegiatan mengolah bahan
mentah dengan mengubah bentuk, sifat dan/atau tampilan, menjadi komponen, dan
merakitnya menjadi produk.
Pabrik (factory, plant): tempat melakukan kegiatan manufaktur.
Perusahaan Manufaktur (manufacturer, manufacturing firm):
perusahaan yang melakukan kegiatan manufaktur dan penjualannya.
Operations
Shaping Processes: mengubah bentuk bahan mentah dengan berbagai metode.
Solidifications processes, bahan mentah dipanaskan hingga mencair,
kemudian dituangkan dalam cetakan, dan didinginkan dan dipadatkan.
Particulate processing, bahan mentah berupa serbuk (powder) dimasukkan
dalam cetakan dan dipanaskan sehingga dihasilkan bentuk yang diinginkan.
Deformation processes, bahan mentah padat dan ulet (biasanya logam)
dibentuk dengan deformasi plastis dengan diberi gaya besar.
Material removal processes, bahan mentah berbentuk padat (ulet maupun
getas), dipotong dengan pahat potong untuk menghilangkan bagian yang tidak
berguna.
Property-Enhancing Processes: memberi nilai tambah pada bahan dengan
meningkatkan sifat fisik tanpa mengubah bentuk. Proses utamanya adalah heat
treatment dan sintering.
Surface Processing Operations: dilakukan untuk membersihkan, melapiskan dan
menempelkan suatu material pada permukaan terluar benda.
Cleaning and surface treatments. Cleaning mencakup proses kimia dan
mekanik untuk membersihkan kotoran, minyak dan kontaminan lain dari
permukaan benda kerja. Surface treatments mencakup pengerjaan mekanik
seperti: shot peening dan sand blasting, dan proses fisika seperti diffusion dan
ion implantation.
Coating and thin film deposition processes. Penerapan bahan pelapis
(coating) pada permukaan terluar dari benda kerja. Proses Coating meliputi
electroplating, anodizing of aluminum, organic coating (call it painting), dan
porcelain enameling. Thin film deposition processes (penempelan lapisan tipis)
meliputi physical vapor deposition (PVD) and chemical vapor deposition
(CVD) untuk membentuk lapisan yang sangat tipis dari berbagai unsur.
Referensi.
Fundamentals of Modern Manufacturing, Materials, Processes, and Systems;
Second Edition, Mikell P. Groover; John Wiley & Sons, Inc.
Teknologi Mekanik, Sriati Djaprie, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Manufacturing
Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John Wiley & Sons
Manufacturing Process I, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002.
Teknologi Mekanik Jilid 2, Bambang Priambodo, Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:
Manufacturing Process, B.H. Amstead, Philip F. Ostwald, Myron L. Begeman John
Wiley & Sons
Manufacturing Process II, Kenji Asakura, Fumio Hasimoto, Kyouritsu Syuppan, 2002
Manufacturing Processes for Engineering Materials, Fourth Edition, Serope
Kalpakjian and Steven R. Schmid, Prentice Hall, New Jersey, 2003.
BAB 2
SADURAN BEGEMEN
Sifat Bahan
Jenis bahan baku yang digunakan industri saat ini sudah sangat manca ragam. Masing-masing
memiliki keunggulan yang saling berbeda antara satu dengan lainnya. Pemilihan tidak lagi
berdasarkan pertimbangan teknis belaka, karena pertimbangan ekonomis memegang peran
yang sangat penting pula.
Pemilihan Bahan
Penentuan bahan yang tepat pada dasarnya merupakan kompromi antara berbagai sifat
bahan, lingkungan dan cara pemakaian.serta sampai dimana sifat bahan dapat memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan.
Karena ada beberapa jenis bahan yang masih diimpor, maka masalah pengadaan,
persediaan dan harga memegang peranan yang penting. Faktor ini berubah dari waktu ke
waktu maupun dari tempat ke tempat dan sangat tergantung dari situasi. Jadi dapat
dikatakan bahwa pemilihan bahan merupakan suatu proses berkesinambungan yang perlu
ditinjau secara teknis – ekonomis dan objektif.
Ada beberapa sifat teknis yang harus diperhatikan seorang perancang mesin sewaktu memilih
bahan :
Sifat mekanik.
Modulus Elastisitas - Tahan aus
Batas mulur - Daya tahan thd : tekuk, torsi dan geser
Kekuatan tarik - Peka takik
Sifat fatik - Fatik takik
Keuletan - Impak
Sifat yang diperlukan selama proses pembentukan.
Mampu mesin (machinability) - Karakteristik pengerjaan panas.
Mampu las (weldability) - Mampu tempa.
Karakteristik pengerjaan dingin.
Pengelompokan Bahan
Secara garis besar, bahan-bahan yang digunakan dalam teknik dapat dikelompokkan dalam
dua kelompok besar :
Bahan Logam
Besi, baja dan paduannya (ferrous).
Seperti : besi (Fe), baja karbon (Fe3C), molybdenum (Fe2C-Mo), triple alloy steels
(FeCrNiMo) dan lain-lain.
Logam selain besi dan paduannya (non-ferrous)
seperti : timah (Sn), alumunium (Al), tembaga (Cu), seng (Zn), nikel (Ni), mangan (Mn),
vanadium (V), tintanium (Ti), wolfram (W) dan lain-lain.
Umumnya logam jarang digunakan dalam keadaan murni, kecuali untuk hal-hal khusus.
Bahan Bukan logam
Organik, berasal dari alam (tumbuhan, hewan atau bahan yang mengandung unsur
karbon).
seperti : karet alam, kertas, minyak bumi, gas alam, kayu, kulit dan plastik.
Anorganik
Seperti : mineral-mineral, batuan-batuan, semen, beton, keramik, gelas dan grafit
(memiliki struktur tersendiri).
Bahan organik memiliki perbedaan sifat yang mendasar dibandingkan bahan anorganik.
Bahan organik umumnya larut dalam cairan organik, seperti : alkohol, tetapi sukar larut
dalam air. Bahan anorganik umumnya lebih tahan terhadap panas dibanding bahan organik.
Struktur Logam
Dalam keadaan padat struktur logam memiliki atom-atom yang tersusun mengikuti pola
geometri tertentu, sehingga berbentuk kristal. Dikenal ada 7 sistim kisi ruang kristal logam,
yaitu : Kubik, Tetragonal, Orthorombik, Monoklinik, Triblinik, Heksagonal dan Rombohedral.
Bentuk dan ukuran atom kisi tersebut dapat ditentukan secara difraksi sinar – X .
Logam biasanya mempunyai struktur Kubik, yaitu :
Kubik pemusatan ruang (kpr), yang mempunyai atom pada setiap titik sudut kubus dan
sebuah dipusatnya.
Logamnya adalah : Besi ( - Fe) pada suhu ruang, khrom, molibden, vanadium dan
tungsten (wolfram).
Kubik pemusatan sisi (kps), mempunyai atom pada setiap titik sudut kubus dan sebuah
atom pada bagian tengah setiap sisinya.
Logamnya adalah : Besi ( - Fe) pada suhu tinggi, alumunium, perak, emas, tembaga
dan nikel.
Heksagonal tumpukan padat (htp).
Logamnya adalah : berilium, kadmium, titanium dan magnesium.
Dengan demikian besi (Fe) memiliki struktur yang berbeda pada suhu yang berlainan, sifat
ini disebut alotropi. Pada suhu ruang , besi mempunyai struktur kpr yang disebut juga
sebagai besi ( - Fe). Pada suhu diatas 910o C, strukturnya berubah menjadi kps atau Besi ( -
Fe).
Sifat logam berkaitan erat dengan strukturnya. Logam dengan struktur htp umumnya kurang
kenyal dan rapuh bila ditekuk atau dimesin, sedangkan logam kps umumnya lebih kenyal.
Paduan logam akan menghasilkan susunan atom yang berlainan dengan logam induknya.
Diantaranya :
Larutan padat subtitusi, seperti pada paduan seng dan tembaga yang membentuk
kuningan, dimana atom-atom seng menggantikan atom-atom
tembaga pada kisi.
Larutan padat interstisi, seperti pada paduan karbon dengan besi. Karena ukuran atom
karbon lebih kecil dari atom besi, maka atom karbon menempati ruang kosong disela-
sela atom-atom besi dalam kisi.
Ikatan atom logam paduan akan mencair pada suhu tertentu dan memiliki konduktivitas dan
keuletan yang lebih rendah, sebaliknya memiliki kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi.
Contoh lainnya adalah Alumunium – tembaga, Tembaga – magnesium dan timah putih –
antimony.
Pembentukan Butir
Terjadi pada saat logam cair membeku, atom-atomnya mengatur diri mengikuti suatu pola
geometris tertentu. Mula-mula terbentuk inti yang kemudian tumbuh menjadi kristal dengan
susunan kisi yang teratur. Inti terbentuk sewaktu logam cair mulai membeku dengan arah
pertumbuhan yang acak.
Fasa padat Fasa cair
Pertemuan antara kristal yang satu dengan kritas lain yang atomnya sama-sama sedang
tumbuh, menghentikan pertumbuhan tersebut pada permukaan singgung diantaranya yang
disebut batas butir. Orientasi (arah) kristal akan selalu berbeda pada batas butir.
Pada umumnya pertumbuhan kristal tidak merata, ada yang cepat ada yang lambat dan
strukturnya menyerupai dahan dan ranting pepohonan.
Besar butir tergantung laju pendinginan pada saat proses pengerjaan panas dan
pengerjaan dingin, sewaktu logam dibentuk.
Logam dengan butiran yang halus umumnya memiliki kekuatan dan keuletan yang lebih
baik dibanding logam berbutir kasar. Karena pada proses deformasi yang dialaminya, logam
berbutir halus memiliki hambatan slip yang lebih besar dibanding yang berbutir kasar. Selain
itu logam berbutir halus tidak mudah retak sewaktu dicelup (didinginkan dengan tiba-tiba).
Logam berbutir kasar lebih mudah pemesinannya, lebih mudah dikeraskan melalui
perlakuan panas, memiliki daya hantar panas dan listrik yang lebih baik serta merata tingkat
kekerasannya.
Besarnya ukuran butir menentukan sekali pada sifat-sifat logam. Penambahan zat-zat
tertentu pada logam yang sedang mencair dapat mengendalikan pertumbuhan butirnya.
Pemberian alumunium pada baja dapat menghasilkan butir-butir yang halus. Kuningan pada
selonsong peluru, butirnya yang kasar akan memudahkan pada proses pembentukan.
Pembentukan butir yang halus setelah proses pencetakan akan menghasilkan permukaan
yang lebih halus dan meningkatkan keuletan logamnya.
Dengan demikian tingkat kekerasan maupun ukuran butir logam tergantung dari riwayat
thermalnya. Pendinginan logam dari suhu tinggi secara cepat dengan mencelupkannya
dalam air, akan meningkatkan kekerasannya. Sebaliknya pendinginan secara perlahan
dengan celupan minyak melalui proses Anil, akan melunakkannya, meningkatkan keuletan
dan ketangguhan serta meniadakan tegangan-tegangan.
Sifat Bahan
Sifat bahan mencangkup berat jenis, tekanan uap, muai panas, daya hantar panas, sifat
listrik dan magnet serta sifat teknik lainnya.
Sifat teknik adalah kekuatan tarik, kekuatan tekan, kekuatan torsi, modulus elastisitas dan
kekerasan. Kekuatan tarik dan kekerasan adalah sifat utama dari logam.
Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik ditentukan pada percobaan tarik. Ia merupakan salah satu sifat bahan yang
dapat digunakan untuk memperkirakan karakteristik bahan sewaktu mengalami pelenturan
dan pemesinan.
Dari data yang berhasil dihimpun selama penarikan benda uji, dapat dibuat kurva tegangan
– regangan, dimana :
Bentuk kurvanya biasa jadi berbeda-beda, tergantung pada jenis bahan dan perlakuan
panas yang diterima logam. Dalam hal ini sebagai berikut :
Awal garis yang lurus akibat besarnya tegangan sama dengan regangan menunjukkan
daerah batas sifat elastis logam. Jadi jika pembebanan masih diwilayah ini, maka perubahan
bentuk dan ukuran benda tidak bersifat permanen dan dapat kembali kesediakala. Pada
daerah inilah terletaknya Modulus Elastisitas.
Kekuatan geser bahan besarnya sekitar 50% dari kekuatan tarik. Sedangkan besarnya
kekuatan torsi sekitar 75% dari kekuatan tarik.
Kekuatan tekan pada benda yang rapuh mudah ditentukan, karena mudah patah. Tapi pada
bahan yang ulet (duktil) kekuatan tekannya baru terlihat bila beban yang diberikan besar.
Bahan rapuh seperti besi cor kira-kira 3 – 4 kali kekuatan tarik. Tetapi untuk baja, karena
sangat ulet sulit untuk ditentukan.
Keuletan (ductility)
Bahan yang mudah untuk ditekuk, ditarik, diregang dan dibentuk (bentuknya dirubah secara
permanen) adalah bahan yang ulet. Bahan yang ulet memiliki sifat yang bertolak belakang
dengan bahan yang keras, karena bahan yang keras biasanya rapuh dan gampang patah.
Percobaan tarik dapat digunakan sebagai patokan suatu bahan dengan menentukan besar
regangannya (dalam %) saat benda uji putus.
Suatu jenis logam bisa jadi keras dan kuat, namun tidak tahan terhadap beban kejut atau
impak.
Guna mengetahui ketahanan bahan dari beban kejut, pengujian yang lazim digunakan
adalah percobaan Charpy.
Untuk ini, benda uji yang sudah diberi takik di bagian tengah panjangnya, diletakkan pada
sebuah tumpuan. Ayunan palu bandul kemudian ditimpakan pas dibagian yang bertakik.
Dari besarnya gerakan akhir ayun bandul yang tercatat, akan dapat ditentukan besarnya
jumlah energi yang diperlukan untuk mematahkan benda uji, yang menjadi indikasi
ketahanan logam terhadap beban kejut.
Kekerasan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan kekerasan bahan. Untuk
keperluan industri biasanya digunakan metode pengukuran ketahanan terhadap penetrasi
bola kecil, kerucut atau piramida.
Dalam pelaksanaannya, alat tekan yang berujung bola kecil, kerucut atau piramida ditekan
kedalam bahan dengan beban mula tertentu. Kemudian beban dinaikkan, sehingga akhirnya
kekerasan dapat dibaca dari selisih kedalaman yang ditimbulkan oleh beban akhir dikurangi
beban mula. Sedangkan skala kekerasan tergantung dari bentuk dan jenis penekan dan
beban.
Pengujian kekerasan Rockwell dalam hal ini banyak digunakan, karena penekan dan
besarnya beban dapat diubah sesuai kebutuhan. Dengan demikian kekerasan dari selaput
tipis hingga logam yang paling keraspun dapat diukur oleh alat ini.
Bila penekannya terbuat dari intan dan beban yang digunakan besarnya 331 pound, maka
disebut kekerasan skala Rockwell C. Skala ini umumnya digunakan untuk baja yang keras.
Pada bahan baja yg lebih lunak dan logam bukan ferrous, digunakan skala B. Disini
penekannya berbentuk bola berdiameter 1/16 inci dengan beban sebesar 220 lb.
Pada metode kekerasan Brinell digunakan bola berdiameter 10 mm dengan pembebanan
sebesar 3000 kg. Diameter jejak diukur melalui mikroskop yang mampu mengukur hingga
ketelitian 0,05 mm.
Pengukuran kekerasan dikelompokkan dalam bentuk pengujian tak merusak dan diterapkan
untuk inspeksi berbagai suku cadang. Karena mudah ditentukan dan tidak merusak, jenis
pengujian ini sering dimanfaatkan untuk pengendalian mutu pada proses-proses perlakuan
panas, pembentukan dingin dan panas.
BAB 3
PEMBUATAN BESI DAN PADUANNYA
Penggunaan besi dan baja meliputi 95 % dari penggunaan seluruh manufaktur dunia dan
satu-satunya logam yang memenuhi persyaratan teknis maupun ekonomis. Diperkirakan,
besi telah dikenal manusia sejak tahun 1200 SM.
Di beberapa bidang, penggunaannya sudah mulai disaingi oleh logam bukan besi dan
bahan baku bukan logam.
Proses pembuatan baja diperkenalkan pertama kali oleh Sir Henry Bessemmer dari Inggris,
sekitar tahun 1800. Sedangkan dalam waktu yang hampir bersamaan William Kelly dari
Amerika berhasil membuat besi mampu tempa (malleable iron).
Tanur Tinggi
Pada proses pembuatannya, bahan baku dinaikkan ke puncak tanur dengan pemuat
otomatis, kemudian dimasukkan ke dalam hopper. Untuk menghasilkan 1000 Mg besi kasar
diperlukan sekitar 2000 Mg bijih besi, 800 Mg kokas, 500 Mg batu kapur yang disusun
berlapis-lapis melalui hembusan 4000 Mg udara panas temperatur 5002C dari tuyer. Kalor
yang diperlukan berasal dari reaksi pembakaran gas karbon monoksida yang keluar dari
tanur melalui tuyer yang terletak tepat di atas pusat pengumpulan besi cair.
Batu kapur digunakan sebagai fluks untuk mengikat kotoran yang terdapat dalam bijih, dan
membentuk terak cair. Karena lebih ringan dari besi cair, terak ini akan terapung di atasnya
dan secara berkala disadap.
Disamping setiap Mg besi dihasilkan pula 0,5 Mg terak dan 6 Mg gas panas. Terak dapat
digunakan sebagai bahan bangunan (campuran beton) atau sebagai bahan isolasi panas.
Reduksi Langsung
Pada proses ini bijih besi (pellet) direaksikan dengan gas alam menjadi besi spons yang
berbentuk butiran. Dari 100 Mg besi pellet dapat dihasilkan 63 Mg besi spons.
Besi spons memiliki komposisi kimia : Fe (88 – 91 %), C (1,5 – 2,5 %), SiO2 (1,25 – 3,43
%), Al2O3 (0,61 – 1,63 %), CaO (0,2 – 2,1 %), MgO (0,31 – 1,62 %), Cu (0,001 – 0,004 %)
dan kotoran / oksida-oksida lainnya (0,1 – 0,5 %).
Tingkat metalisasi 86 – 90 %.
Besi spons bersama-sama besi tua (scrap) dan paduan fero dilebur dan diolah menjadi billet
baja.
Karakteristik setiap proses/dapur berlainan. Bahan dan sumber energi yang digunakan
berbeda pula. Pembuatan baja pada hakekatnya adalah proses pemurnian besi kasar,
diiringi perpaduan dengan persyaratan kimia tertentu.
Baja karbon :
Baja karbon rendah (C < 0,3 %)
Digunakan untuk : kawat, profil, sekrup, ulir dan baut.
Baja karbon sedang (0,3 < C < 0,7 %)
Digunakan untuk : rel kereta api, as, roda gigi dan suku cadang yang berkekuatan
tinggi atau dengan kekerasan sedang sampai tinggi.
Baja karbon tinggi (0,7 < C < 1,4 %)
Digunakan untuk : perkakas potong seperti pisau, gurdi, tap dan bagian-bagian yang
harus tahan gesekan.
Baja paduan :
Baja paduan rendah (paduan khususnya < 8 %)
Baja paduan tinggi (paduan khususnya > 8 %)
Baja paduan meliputi 15 % dari seluruh manufaktur baja. Digunakan untuk keperluan
khusus, karena sifatnya yang unggul dibanding baja karbon.
Struktur ingot yang berbeda dapat diperoleh dengan meniadakan atau mengendalikan
terbentuknya gas selama proses pembekuan. Ada beberapa jenis baja dengan struktur ingot
berbeda :
Baja killed (tenang), merupakan baja yang telah mengalami deoksidasi dan selama
pembekuan tidak terjadi pelepasan gas. Proses pembuatannya sangat rumit dan bahan
yang digunakan berkadar karbon lebih tinggi dari yang dipersyaratkan. Bila penurunan
kadar karbon akibat terjadinya reduksi sampai pada batas minimum, baja dideoksidasi di
dalam dapur atau ladel dengan menambahkan besi kasar atau paduan berkadar silikon
tinggi. Baja berkadar C > 0,3 % yang dihasilkan harus ditenangkan guna mendapatkan
ingot dengan segresi minimal dan struktur yang baik.
Baja rimmed. Jenis ini sama sekali tidak mengalami deoksidasi. Sewaktu dituang, terjadi
pelepasan gas karbon monoksida, akibatnya logam cair tampak seolah-olah mendidih.
Struktur yang terjadi disebut struktur sarang tawon (honey comb). Renik-renik atau pori
tidak berakibat buruk asalkan tidak bersentuhan dengan udara luar dan dapat tertutup
akibat tekanan pada proses pengerjaan panas. Ingot yang dihasilkan mempunyai
permukaan mulus, karena kecil kemungkinannya untuk pembentukan rongga/pipe.
Selain melalui proses pembentukan ingot, juga terdapat proses pengolahan baja secara
kontinyu. Disini pembekuan dimulai saat baja mendingin pada waktu melalui cetakan, jadi
logam cair lansung dibentuk menjadi slab dalam waktu 45 menit saja. Dibanding waktu 12
jam yang diperlukan pada proses pembentukan ingot.
Dikenal ada lima jenis tanur dapur : Tanur terbuka, tanur busur listrik, dapur induksi, dapur
oksigen basa dan dapur kowi untuk mengecor baja.
Karena suhu tuang baja cair berkisar antara 1590 – 1760 o C maka diperlukan bahan tahan
api dan pasir yang tahan temperatur tinggi.
Cetakan yang digunakan untuk benda cor sedang dan besar biasanya dipanaskan atau
dikeringkan terlebih dahulu untuk mencegah pelepasan gas dalam cetakan. Khusus pada
cetakan cor baja diperlukan saluran penambah yang agak besar untuk kompensasi
penyusutan yang cukup tinggi.
Besi Cor
Terbuat dari paduan besi – karbon – silikon dengan unsur tambahan lainnya.
Tingginya kadar karbon menyebabkan besi cor bersifat rapuh dan tidak dapat ditempa.
Unsur-unsur paduan yang dimasukan ke dalamnya seperti : karbon, silicon, mangan, fosfor
dan belerang akan berpengaruh besar pada pembentukan sifat fisik/mekaniknya.
Ada beberapa jenis besi cor :
Besi kasar, dihasilkan dari tanur tinggi. Tidak cocok untuk benda coran, sehingga perlu
dilebur kembali dalam dapur kupola atau dapur jenis lain.
Besi cor kelabu, sesuai dengan patahannya yang berwarna keabu-abuan, karena
kandungan karbonnya membentuk serpihan grafit. Grafit ini ternyata memberikan
kekuatan kepada besi cor. Semakin halus dan merata serpihnya, semakin kuat
logamnya. Kekuatan tarik besi cor kelabu bervariasi antara 140 – 415 Mpa akan tetapi
keuletannya sangat rendah.
Besi cor putih, memiliki bidang perpatahan yang berwarna putih. Karbon yang
dikandungnya terikat sebagai karbida Fe3 C yang bersifat keras. Sehingga besi cor yang
banyak mengandung karbida sulit untuk dimesin.
Besi yang mengandung kadar karbon > 2 % adalah besi cor dan besi cor kelabu (3 – 4 %).
Kadar karbon ini tergantung dari jenis besi kasarnya, besi bekas dan yang diserap dari kokas
selama proses peleburan.
Sifat fisis logam selain tergantung pada kadar karbon, juga ditentukan oleh bentuk karbon
(grafit)nya. Morfologi grafit tergantung dari laju pendinginan dan kadar silikon.
Kadar silikon yang tinggi memperbesar kemungkinan pembentukan grafit. Grafit
meningkatkan kemampuan pemesinan. Kekuatan dan kekerasan besi meningkat dengan
bertambahnya kadar karbon.
Silikon
Kandungan kadar silikon sampai 3,25 % bersifat menurunkan kekerasan besi. Sebaliknya
kelebihan silikon diatas 3,25 % akan membentuk ikatan yang keras dengan besi, sehingga
meningkatkan kekerasan besi. Kadar silikon menentukan berapa bagian dari karbon terikat
dengan besi dan berapa bagian membentuk grafit (karbon bebas) setelah tercapai keadaan
setimbang.
Pada benda coran yang kecil dianjurkan menggunakan kadar silicon yang tinggi dan yang
besar dengan kadar yang lebih rendah.
Untuk memperoleh paduan yang tahan asam dan tahan korosi, sebaiknya diberi kadar
silicon 13 – 17 %. Besi tuang kelabu berkadar silicon rendah mudah untuk perlakuan panas.
Siliko yang mungkin hilang selama proses peleburan berkisar 10 %.
Mangan
Belerang
Fosfor
Fosfor dapat meningkatkan fluiditas logam cair dan menurunkan titik cair. Karenanya
diberikan fosfor sampai 1 % dalam benda cor yang kecil dan yang memiliki bagian-bagian
yang tipis.
Saat peleburan umum terjadi peningkatan kadar fosfor sampai 0,02 %. Untuk
mengendalikannya perlu dipilih grade besi bekas yang tepat.
BAB 4
PELEBURAN LOGAM
Logam-logam yang dihasilkan juga tersusun atas dua atau lebih unsur-unsur lain, dimana salah
satunya merupakan unsur logam, sehingga dinamakanlah logam campur dan campuran zat-zat
lainnya.
Logam campur harus memenuhi sifat-sifat yang khusus misalnya :
kuat,
keras dan liat,
tahan terhadap temperatur tinggi,
tahan korosi,
mudah didapat dan murah
mempunyai tahanan listrik yang baik dsb.
Dalam dunia teknik terdapat beberapa jenis logam campur yang terpenting yaitu :
Logam campur dengan induk logam besi, misalnya : baja, chrom, besi tuang.
Logam campur dengan induk logam Aluminium
Logam campur dengan induk logam tembaga dan seng
Logam campur dengan induk logam timbal
Besi (Iron) merupakan suatu metal rekayasa dasar yang sangat penting. Iron didapatkan dari
molekul bahan mineral bijih besi (ores). Metalic iron atau steel metal dimanufaktur dari bahan
mineral ini dan telah berperan sangat luas di bidang pengembangan peradaban manusia.
Pig iron / besi kasar pertama-tama dimanufaktur pada proses konversi dari bijih besi menjadi
metal yang banyak dimanfaatkan dalam kebutuhan sehari-hari dan dimanufaktur dengan
menggunakan blast furnace (lihat gambar 4.1.)
Pada umumnya bijih besi dikelompokkan dalam 3 type bijih besi yaitu :
1. Oxide :
a) Magnetic Ores, komposisinya terdiri atas mineral Magnetic (Fe3O4) dimana Magnetic
berwarna coklat dengan kadar bijih besi yang tinggi yakni diatas 56%
b) Haematite Ores, komposisinya terdiri atas mineral Haematite (Fe2O3) dimana Magnetic
berwarna kuning kemerahan dengan kadar bijih besi 40 hingga 65 %
2. Hydrate Ores berisi limotite (2Fe2O3.3H2O) dan Geothite(Fe2O3.3H2O) dengan kadar besi
20 hinga 55 %
3. Karbonates, berisi mineral Siderite (FeCO3 dengan kadar besi 30 %.
Bijih besi diproses didalam dapur tinggi (blast furnace) menjadi besi kasar (pig iron) yang keluar
berbentuk besi tuang untuk diperhalus menjadi besi kasar (wrought iron) selanjutnya menjadi
baja yang kemudian menjadi besi tuang (cast irons) dengan karakteristik yang lebih spesifik.
Untuk membuat besi tuang atau baja tuang, maka bahan tsb harus diolah dalam dapur
peleburan. Dapur peleburan (Furnace) ada 5 macam yaitu :
Peleburan dengan menggunakan bahan bakar padat yaitu :
Dapur tinggi
Dapur kupola
Peleburan dengan menggunakan bahan bakar cair/gas yaitu :
Crubicle furnace
Open heart furnace
Rotary furnace
Peleburan dengan menggunakan elektroda (arc furnace) yaitu :
Direct arc furnace
Indirect arc furnace
Peleburan denga resistance furnace yaitu :
Resistane furnace
Rod-resistance furnace
Converter furnace
4.1.1. Dapur Tinggi/Blast Furnace
Pada umumnya dapur tinggi diigunakan untuk mengolah logam-logam tambang (bijih-bijih besi),
kokas, batu kapur untuk dijadikan besi kasar.
Besi kasar yang dihasilkan ini masih perlu diolah kembali di dapur-dapur baja untuk dijadikan
baja atau baja tuang.
Dalam pembuatan besi kasar, dapur tinggi memerlukan 100 ton biji besi tiap jam, kira-kira 3,5
ton udara panas setiap ton bijih-bijih besi, antara 0,6 – 0,9 ton kokas setiap ton bijih besi dan
dapat menampung bahan-bahan 10.000 ton per dapur tinggi.
Blast furnace merupakan dapur pengecoran logam yang terdiri dari struktur baja, berbentuk
melingkar/silinder yang mengecil, dengan ketinggian berkisar 30 s/d 40 meter, dilapisi dengan
batu tahan api/refractory brick, diameter ± 10 meter. Cairan pig iron dituang setiap 4 s/d 6 jam,
dengan kapasitas 1000 s/d 4000 ton per hari.
Dapur kupola termasuk dapur pengolahan baja, dimana dapur ini digunakan untuk mengolah
basi kasar kelabu/besi rongsokan/besi bekas menjadi baja.
ROTARY FURNACE
Keterangan gambar :
Dindingnya : terdiri dari batu tahan api sedangkan bagian luarnya terbuat dari baja.
Roda gigi : untuk memutar dapur
Posisi dapur tidur dan diputar oleh roda gigi sehingga logam cair dapat
bercampur.
Proses peleburan :
Bahan dimasukkan 1/3 dari volume dapur
Brader dinyalakan, kemudian dapur diputar perlahan-lahan. Gas dari brader akan
mencairkan logam.
Setelah logam mencair, maka logam dikeluarkan.
CRUCIBLE FURNACE
Crusibel furnace adalah dapur tertua yang digunakan untuk melebur baja, terbuat dari
campuran grafit dan tanah liat, mudah pecah dalam keadaan biasa, akan tetapi memiliki
kekuatan yang cukup berarti dalam keadaan panas. Dapat dipanaskan dengan kokas,
minyak/gas alam. Baja karbon rendah, baja bekas, arang kayu dan paduan fero digunakan
untuk membuat baja.
Crucible furnace termasuk dapur yang terbalik untuk untuk memproses/membuat baja
dibandingkan dengan dapur-dapur baja yang lainnya. Proses di dalam dapur ini terjadi didalam
ruangan tertutup, sehingga alat-alat perlengkapannya dan proses pembuatan baja di dalam
dapur ini termasuk sangat mahal dan oleh karena itu dapur ini hanya digunkan untuk membuat
atau mengerjakan baja-baja istimewa atau kores.
Proses kerja :
Pertama-tama cawan ini diisi baja dan besi kasar, kemudian cawan ditutup dengan
merapatkan tutup dapur cawan dengan dempul tanah liat.
Setelah itu cawan diletakkan dalam dapur api. Di dalam dapur api dimasukkan gas-gas
panas sekeliling cawan sehingga cawan-cawan di dalam dapur api menjadi panas dan
mencairkan baja/besi yang berada di dalam cawan dan mereaksikan unsur-unsur yang
terdapat di dalam baja/besi.
Setelah proses selesai, maka cairan baja dikeluarkan dari dalam cawan dan dibawa ke
cetakan penuangan baja untuk dijadikan baja-baja kroes atau baja-baja istimewa.
Baja-baja yang dikerjakan dalam dapur cawan adalah baja-baja istimewa karena bisa
didapatkan baja-baja yang sangat murni dengan campuran yang homogen. Untuk logam-
logam yang sangat sulit dicampur secara merata sangat baik mengerjakannya dengan
dapur cawan karena campuran seperti Si,Mn ,Ni,Cr tidak akan berubah ( tetapi kadar
arangnya akan berubah)
Baja-baja dari cawan ini akan dipakai untuk perkakas tempa, pahat-pahat, pegas-pegas, baja-
baja perkakas, paku keling, pesawat-pesawat pengengkat, kabel-kabel, dsb. Tetapi karena
harganya yang sangat tinggi, maka baja-baja cawan ini terdesak oleh baja-baja listrik.
Dapur ini digunakan untuk membuat baja, dan untuk menaikkan efisiensi panas, maka dapur ini
dilengkapi dengan regenarasi panas / cheker work menurut sistem Siemen Martin.
Besi/baja rongsokan makin lama makin banyak di dunia, untuk mengolah besi/baja rongsokan
ini diperlukan suatu dapur yang mempunyai temperature yang sangat tinggi yaitu ± 3000oC
karena diketahui bahwa besi/baja akan cair pada ± 1800oC.
Untuk mengolah besi/baja rongsokan yang memerlukan suhu yang sangat tinggi, pada tahu
1865, seorang bangsa Perancir bernama Pierra Martin membuat dapur yang menggunakan
sistem regenerator (dinamakan dapur Siemen Martin)
Proses pembuatan :
Peleburan (melting)
Karena charge yang digunakan umumnya barupa campuran dari pig iron dan steel scrap
maka terlebih dahulu dilakukan pencairan seluruhnya. Setelah seluruh logam cair, maka
suhu di atur tidak terlalu tinggi karena refining akan terlambat.
Ore feeding
Biji hematite (Fe2O3) ditambahkan untuk meninggikkan kadar O2 dalam molten metal
sehingga kontak antara C dan O2 lebih cepat. Fe2O3 yang dimasukkan akan masuk pada
interface (molten metal slag) kontak dengan Fe cair sehingga terjadi reaksi den terbentuk
FeO. FeO ini akan masuk ke dalam molten metal dan bertemu dengan carbon yang bebas
sehingga terjadi reaksi dan terbentuk Fe dan CO. Gas CO akan naik dan menyebabkan
gaya pengadukan terhadap molten metal atau carbon boiling.
Pembentukan slag/terak.
Ketika proses peleburan telah dimulai dan aksida terhadap Si, Mn, C dengan penambahan
flux maka terbentuk slag. Karena slag ini merupakan penghambat panas, maka slag yang
terbentuk sebaiknya tipis/sedikit sehingga suhu antara slag dan logam cair tidak terlalu
kasar dan tidak terjadi perbedaan Yng besar.
Alloying
Baja yang dimanufaktur hanya mempunyai komp[osisi tertentu, hal ini diatur dengan
penembahan paduan.
Pada dapur listrik busur cahaya langsung, ruang dapur dilapisi dengan batu tahan api jenis
basa atau asam.
Dapur berlapis batu tahan api asam, beralaskan serbuk genister dan berdinding bata silica,
digunakan untuk membuat baja karbon rendah dan baja paduan rendah. Bahan bakunya, besi
bekas, harus mempunyai kadar fosfor dan belerang n yang rendah.
Dapur berlapis batu tahan api basa, beralaskan magnesit, berdinding magnesia dan batu
alumina, digunakan untuk membuat berbagai jenis baja atau baja paduan. Dapur basa, yang
banyak digunakan dapat mengontrol kadar fosfor dengan baik, disamping itu mengurangi
belerang, dan pengendalian suhu serta komposisi sangat baik. Secara berkala komposisi logam
cair ditentukan dan bila perlu ditambahkan unsur paduan tertentu sehingga sewaktu logam cair
dituangkan, komposisi baja akan memenuhi persyaratan.
Kebutuhan gas panas dalam dapur ini tidak terlalu banyak karena api dihasilkan oleh elektroda
dan reduksi tidak langsung CO tidak banyak terjadi, sehingga tempat yang panas di dalam
dapur terbatas di sekitar tungku (hard).
Gas CO yang dihasilkan akan naik ke atas dan mengadakan reduksi pada bahan-bahan
mentah seperti baja/besi cair atau dingin, baja rongsokan dsb.
Pada dapur ini untuk memproses 1 ton bahan-bahan mentah diperlukan 350 Kg arang kayu
dan 5-9 Kg elektroda arang. Kapasitas dapur ini 20 – 70 ton dengan daya 2300 kw
Pada dapur listrik busur cahaya tak langsung, busur dipancarka dari dua elektroda yang
terdapat di atas logam. Logam menjadi panas akibat radiasi. Jenis ini sudah jarang
depergunakan karena kurang ekonomis. Jenis dapur ini ada 2 macam yaitu :
Dapur Stessano yang mempergunakan 2 atau 3 elektroda yang disusun mendatar.
Dapur Renefelt yang mempergunakan 3 buah elektroda, dimana 2 buah elektroda disusun
mendatar dan sebuah elektroda disusun tegak lurus dan dapur ini mempergunakan arus
yang berputar.
Kedua jenis dapur ini tidak dipergunakan untuk pembuatan baja disebabkan karena :
Temperatura yang dihasillkan tidak merata dalam muatan, dimana yang di bawah busur
cahaya lebih tinggi temperaturenya daripada tempat yang lainnya.
Kesukaran karena elektrodanya panas, bahaya melengkung karena berat elektroda dan
lapisan dapur.
Dapur ini hanya digunakan untuk mengerjakan logam non ferro dan besi tuang.
Daftar Pustaka :
A.Schey.John, Proses Manufaktur : Introduction to Manufacturing Process 3rd edition,
2009, Mc.Graw-Hill.Co.
Al-Rasyid.Soepardi.Haroen, Pengetahuan Dasar Pengecoran Logam Besi, 2005, Bandung.
Surdia.Tata, Teknik Pengecoran Logam, 2002,Pradnya Paramita,Jakarta
Surjana.Hardi,Teknik Pengecoran Logam,2008,Depdiknas
Hampir 20 % dari logam yang diolah menjadi produk industri, adalah bukan besi (non-
ferrous). Meliputi : timah putih, tembaga, nikel, alumunium.
Dalam keadaan murni logam bukan besi memiliki sifat yang sangat baik. Namun dalam hal
kekuatan, harus ditingkatkan. Umumnya dengan cara mencampurkan logam lain padanya,
membentuk paduan.
Pemilihan paduan tentunya tergantung dari banyak hal : kekuatan, kemudahan dalam
pemberian bentuk, berat jenis, harga bahan baku, upah pembuatan dan penampilan.
Ciri yang dimilikinya :
Daya tahan terhadap korosi (air atau kelembaban). Makin berat suatu logam bukan besi
makin baik daya tahan korosinya. Kecuali alumunium, karena pada permukaannya
terbentuk suatu lapisan oksida yang melindungi nya dari korosi lanjutan.
Daya hantar listrik yang lebih baik dibanding besi. Daya hantar listrik tembaga : 5,3 kali
dan alumunium 3,2 kali daya hantar listrik besi.
Mudah saat diubah bentuknya, karena lebih lunak. Kecuali titanium dan nikel sulit
dipotong.
Umumnya sulit dilas.
Peleburan
Logam bukan besi di alam bebas tidak ada yang murni, melainkan terikat sebagai oksida
dengan kotoran-kotoran membentuk bijih. Pengolahannya mengikuti beberapa tahap :
Tahap penghalusan mineral.
Tahap pencucian
Tahap pemisahan antara logam dengan kotoran
Tahap peleburan.
Dapur Peleburan
Pada dapur tinggi, bahan bakar kokas dicampur dengan bijih, kemudian dihembuskan udara
untuk mempercepat proses pembakaran. Kemudian dicampurkan fluks untuk memperoleh
logam yang lebih murni dan untuk mengurangi viskositas terak.
Pembuatan Alumunium
Bauksit merupakan salah satu sumber alumunium yang ekonomis.
Cara penambangannya terbuka, dimana bauksit yang didapat dihaluskan, dicuci dan
dikeringkan. Setelah itu bauksit mengalami pemurnian menjadi oksida alumunium atau
alumina.
Proses Bayer, dikembangkan oleh Karl Yosef Bayer, seorang ahli kimia bangsa Jerman.
Proses ini biasanya digunakan untuk memperoleh alumunium murni. Bauksit halus yang
kering dimasukan ke dalam pencampur, diolah dengan soda api (NaOH) di bawah pengaruh
tekanan dan pada suhu diatas titik didih. NaOH bereaksi dengan bauksit menghasilkan
aluminat natrium yang larut. Setelah proses selesai, tekanan dikurangi dan ampas yang
terdiri dari oksida besi yang tak larut, silicon, titanium dan kotoran-kotoran lainnya ditekan
melalui suatu saringan dan dikesampingkan. Cairan yang mengandung alumina dalam
bentuk aluminat natrium dipompa ke dalam tangki pengendap.
Ke dalam tangki tersebut, dibubuhkan kristal hidroksida alumunium halus sebagai media inti
kristalisasi. Hidroksida alumunium yang terkumpul kemudian disaring dan dipanaskan
sampai suhu diatas 980 0 C. Alumina berubah dan siap untuk dilebur.
Logam alumunium dihasilkan melalui proses elektrolisa, dimana alumina terurai menjadi
oksigen dan alumunium. Prosesnya, alumina murni dilarutkan ke dalam criolit cair (natrium
aluminium fluorida) di dalam dapur elektrolitik yang besar. Arus listrik dialirkan ke dalam
campuran melewati elektroda karbon dan selanjutnya logam aluminium diendapkan pada
katoda karbon di dasar sel. Panas yang dihasilkan arus listrik, memanasi isi sel sehingga
terjaga tetap cair. Dengan demikian alumina dapat ditambahkan terus menerus (proses
kontinyu). Pada saat-saat tertentu aluminium disadap dari sel dan logam cair tersebut
dipindahkan ke dapur penampungan untuk dimurnikan atau untuk keperluan paduan.
Terakhir baru dituangkan ke dalam ingot untuk diolah lebih lanjut.
Pembuatan Magnesium
Magnesium berasal dari air laut. Prosesnya : Air laut yang mengandung 1300/sejuta bagian
magnesium, direaksikan dengan kapur yang berasal dari hasil pembakaran kulit kerang pada
1320 o
C. Kapur dan air laut akan bereaksi menghasilkan endapan Mg (OH)2. Endapan
kental ini mengandung 12 % Mg (OH)2.
Endapan kental ini kemudian disaring sehingga bertambah pekat, lalu direaksikan dengan
HCl membentuk Mg Cl2. Setelah melalui tahapan filtrasi dan pengeringan, konsentrasi Mg
Cl2 meningkat menjadi 68 % dengan bentuk butiran. Terakhir dipindah ke dalam sel
elektrolisa yang berukuran 100 m3 dan beroperasi pada suhu 700 0
C. Elektroda grafit
sebagai anoda dan potnya sendiri merupakan katoda. Arus searah 60.000 Amp.
menguraikan Mg Cl2 menjadi logam magnesium yang akan terapung diatas larutan dan gas
klorida (HCl) sebagai rendemen yang akan diumpan kembali ke proses. Setiap pot dapat
menghasilkan 550 kg logam Mg per hari dalam bentuk ingot.
Pembuatan Tembaga
Pengolahannya dari bijih merupakan proses yang kompleks. Konsentrat timah hitam yang
mengandung 65 – 80 % Pb harus dipanggang terlebih dahulu untuk menghilangkan sulfida-
sulfida. Batu kapur, pasir, terak dan bijih besi dicampur dengan konsentrat timah sebelum
proses sinter. Oksida sulfur yang menguap akibat sinter, ditampung untuk diolah menjadi H2
SO4. Bahan yang disinter dimasukkan kedalam tanur tinggi dengan bahan bakar kokas. Gas
dan debu yang masih mengandung klorida kadmium diolah tersendiri menjadi kadmium.
Bullion yang terjadi di-dross. Dross tembaga yang terapung mengikat belerang sehingga
memudahkan pemisahan tembaga dari dross. Campuran timah cair teroksidasi dalam dapur
yang disebut dapur pelunakan.
Terak yang dihasilkan oleh dapur pelunakan mengandung antimony dan arsen. Di dalam
ketel de silverisasi ditambahkan seng pada campuran timah. Emas dan perak yang mungkin
ada akan larut bersama-sama seng. Paduan seng kemudian dimasukkan ke dalam retort.
Uap seng diembunkan dalam kondensor dan diperoleh seng padat. Cairan yang tersisa
diolah secara elektrolisa, menghasilkan emas dan perak. Timah yang terdapat dalam ketel
de silverisasi dimurnikan dengan cara menginjeksikannya dalam keadaan panas ke ruang
hampa sebelum dicampur dengan soda api, seng yang ada akan menguap dan masuk ke
dalam ruang kondensasi. Kotoran-kotoran dipisahkan secara kimia dalam ketel, dan terakhir
timah dicor berbentuk balok-balok.
Cara pengecorannya berbeda sedikit dengan pengecoran besi. Cetakan umumnya dibuat
dengan cara dan alat yang sama. Pasir cetak harus lebih halus, karena benda cetaknya
umumnya lebih kecil dan biasanya diinginkan permukaan yang rata. Bahannya tak perlu
tahan panas yang tinggi, karena suhu pengecoran lebih rendah.
Biasanya digunakan dapur kowi dengan sumber energi panas dapat dari kokas, minyak
atau gas. Peleburan dengan gas atau minyak berlansung lebih cepat.
Untuk maksud tertentu dimana diperlukan pengendalian suhu yang cermat, dapat
digunakan dapur tahanan listrik, busur tak lansung atau dapur induksi.
Dapur listrik cocok untuk penelitian di laboratorium maupun untuk instalasi berkapasitas
besar.
Paduan Mampu Bentuk (Wrought Alloys)
Paduan ini merupakan paduan yang dapat dibentuk baik melalui pengerjaan dingin atau panas.
Benda yang dibentuk umumnya memiliki keunggulan dalam sifat.
Paduan Aluminium
Paduan alumunium digunakan secara luas dalam dunia industri dewasa ini, karena ringan
dan mampu bertahan terhadap berbagai bentuk korosi. Sebahagian besar peka terhadap
perlakuan panas dan berkekuatan tinggi. Tembaga selalu menjadi salah satu unsur
paduannya, dan dalam jumlah di atas 8 % akan menambah kekuatan dan kekerasan.
Paduan alumunium dengan kandungan silikon, memiliki sifat cor yang baik sekali dan
meningkatkan ketahanan terhadap korosi. Magnesium sebagai unsur meningkatkan sifat
pemesinan, menjadikan benda cor lebih halus serta meningkatkan daya tahan korosi.
Kekuatannya berkisar antara 83 – 310 Mpa.
Melalui penambahan unsur paduan, pengerjaan panas atau dingin dan perlakuan panas,
dapat diperoleh paduan dengan kekuatan melebihi 700 Mpa.
Paduan aluminium dapat ditempa, diekstrusi, dilengkungkan, direnggangkan, diputar,
dispons, diembos, dibentuk sambil di rol atau ditarik menjadi kawat.
Di pasaran sudah tersedia paduan alumunium dalam bentuk kawat, foil, lembaran, plat dan
profil. Semua paduan alumunium mampu bentuk dapat dimesin, dilas atau dipatri.
Paduan Tembaga
Paduan tembaga yang banyak pemakaiannya adalah kuningan dan perunggu.
Kuningan merupakan paduan antara tembaga dan seng dengan kadar bervariasi antara 10
– 40 %. Kekuatan, kekerasan dan keuletan paduannya akan meningkat seiring dengan
meningkatnya kadar seng yang dicampurkan. Bila kadar seng melampaui 40 %, terjadi
penurunan kekuatan dan sewaktu dilebur seng mudah menguap. Penambahan unsur timah
sebanyak 0,5 – 5 % dapat meningkatkan kemampuan pemesinan. Kuningan banyak sekali
digunakan di dunia industri, karena selain kuat, penampilannya bagus, daya tahan korosi
tinggi serta mudah dirol, dituang atau diekstrusi.
Perunggu adalah paduan yang terdiri dari tembaga dengan unsur tambahan mangan dan
beberapa elemen lainnya. Unsur tambahan dapat meningkatkan kekerasan, kekuatan dan
daya tahan korosi.
Kekuatan tarik paduan tembaga berkisar antara 200 Mpa untuk tembaga murni, sampai
1380 Mpa untuk tembaga berilium (Be < 2 %).
Tembaga dengan unsur paduan <5 % umumnya digunakan untuk kawat penghantar listrik
atau tahanan rendah, pipa refrigeran dan pipa air.
Paduan antara tembaga – seng atau kuningan digunakan dalam alat penukar panas (heat
exchangers) dan untuk suku cadang yang tahan korosi dan kuat serta memiliki keuletan
tertentu.
Nikel-perak, perunggu, paduan tembaga-tin jauh lebih mahal dari kuningan, digunakan
sebagai pegas, lonceng dan pada lingkungan korosif dengan kekuatan tarik tinggi.
Paduan Magnesium
Paduan magnesium berguna bila diperlukan bobot ringan, karena massanya dua-pertiga
dari aluminium dan seperempat dari massa logam ferrous coran.
Magnesium dapat membentuk paduan dengan kekuatan tinggi, kemampuan pemesinan
yang baik, mudah dilas dan mudah dibentuk.
Paduan magnesium terkorosi oleh asam dan larutan garam dan tidak dapat digunakan pada
suhu diatas 150 0 C, karena kekuatannya berkurang dengan naiknya suhu.
Pada suhu rendah (cryogenic temperatues) kekuatan magnesium tetap terjaga. Angka
pemuaiannya tinggi oleh karena itu perlu berhati-hati dalam perhitungan konstruksi.
Magnesium lebih mahal dari aluminium atau baja dan hanya digunakan bila diperlukan
konstruksi yang ringan, seperti pada pesawat terbang, alat potret, teropong, suku cadang
mesin suhu rendah, peralatan yang dapat dipindahkan, penghisap debu dan untuk peralatan
yang berputar pada rpm sangat tinggi dimana diperlukan nilai inersia yang rendah.
Dipasarkan dalam bentuk batang, plat dan lembaran.