Mahalli Ridho
NRP 02111640000038
Reynald Sapoetra
NRP 02111640000085
Timothy Wibisono
NRP 02111640000093
Dosen Pembimbing
Dinny Harnani, S.T., M.Sc.
NIP 198905132019032013
Pembimbing Lapangan
Rachmat Hasan
Mengetahui,
Koordinator Kerja Praktik Dosen Pembimbing
iii
Rachmat Hasan
Section Head Machining
iv
ABSTRAK
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang tidak bisa diragukan lagi dan sudah terbukti di mancanegara mendorong
penulis untuk melakukan observasi terhadap proses produksi die di PT.
Toyota Motor Manufacturing Indonesia yang mampu menghasilkan produk
berkualitas dan cara-cara perawatan yang biasa dilakukan untuk menjaga
kondisi mesin-mesin produksi die.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang di angkat oleh penulis dalam laporan kerja Praktik
adalah;
1. Bagaimana proses PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia Plant 2
Sunter Divisi Dies and Jig memproduksi dies?
2. Bagaimana cara merawat mesin produksi Dies and Jig?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan laporan yang diangkat oleh penulis dalam laporan kerja
praktik adalah;
1. Untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai mahasiswa Departemen
Teknik Mesin ITS dalam rangka menempuh gelar sarjana.
2. Untuk mengetahui pengaplikasian dari ilmu yang telah dipelajari penulis
selama menuntut ilmu di Departemen Teknik Mesin ITS.
3. Untuk mengetahui proses – proses yang dilakukan oleh PT. Toyota
Motor Manufacturing Indonesia Plant 2 Sunter Divisi Dies and Jig
dalam memproduksi dies.
4. Untuk mengetahui cara merawat mesin produksi Dies and Jig.
2
2. Penelitian terkait perawatan mesin produksi hanya dilakukan pada mesin
NCB-7 di divisi Press and Tooling Engineering Sunter Plant 2 PT.
Toyota Motor Manufacturing
3
BAB IV
Analisa proses perawatan mesin produksi, data indeks mesin, dan parameter
yang digunakan dalam perawatan mesin.
Bab V
Analisa proses pembuatan die untuk panel front floor, center floor, dan rear
floor.
BAB VI
Penutup, membahas tentang kesimpulan dan saran penulis setelah melakukan
analisa data
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
5
Engine dan Assembly di area industri Sunter, Jakarta. Untuk meningkatkan
kualitas produk dan kemampuan produksi, pada tahun 1998 diresmikan pabrik di
Karawang yang menggunakan teknologi terbaru di Indonesia.
Sejak tanggal 15 Juli 2003, TAM direstrukturisasi menjadi 2 perusahaan,
yaitu:
PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia disingkat TMMIN yang
merupakan perakit produk Toyota dan eksportir kendaraan dan suku
cadang Toyota. Komposisi kepemilikan saham di perusahaan ini adalah
Astra International 5 % dan TMC menjadi 95%.
PT. Toyota-Astra Motor sebagai agen penjualan, importir dan distributor
produk Toyota di Indonesia. Komposisi kepemilikan saham di perusahaan
ini adalah Astra International 51 % sedangkan TMC 49%.
6
2.3 Struktur Divisi PTED PT. TMMIN Plant Sunter 2
Gambar 2.1 Struktur Divisi PTED PT. TMMIN Sunter 2 Plant (dokumen penulis)
7
2.4 Prinsip Sistem Manajemen Mutu
PT. Toyota menggunakan sistem manajemen mutu sebagai berikut:
1. Membuat produk dan memberikan pelayanan yang bermutu tinggi, serta
sesuai dengan kebutuhan dan harapan para pelanggan.
2. Membangun kompetensi sumber daya manusia yang berwawasan mutu
serta mampu berperan serta dalam program peningkatan mutu produk
dan layanan.
3. Menggunakan Prinsip BIQ (Built In Quality) sehingga setiap pekerja
bertanggung jawab atas pekerjaannya untuk tidak melakukan 3M
(Menerima, Membuat, dan Meneruskan defect (cacat))
BAB III
DASAR TEORI
Piercing
Trimming
Parting
Perforating
Lancing
Cutting
b. Pembentukan(Forming)
Proses Pembentukan (Forming) Sheet Metal memiliki banyak
tujuan, sesuai dengan fungsi dari proses pembentukan, berikut adalah
macam-macam proses pembentukan tersebut:
Forming
Drawing
Burring
Crimping
Flanging
Stamping
Swaging
Expanding
Gambar 3.26 Mesin Crank Press dan Knuckle Press (Theryo, 2009)
Crank press
Mesin press yang mekanisme penggerak dari slidenya
menggunakan crankshaft atau eccentric shaft. Umum dipakai karena
proses manufakturnya yang relatif mudah serta mudah untuk mentukan
titik mati bawah secara tepat. Banyak digunakan pada high speed
automatic press dan untuk proses cold dan hot forging, karena tumpuan
antara dua bearing yang lebih pendek sehingga lebih rigid saat
menahan beban.
Knuckle press
Mesin press yang mekanisme penggerak dari slidenya
menggunakan mekanisme knuckle. Dibandingkn dengan crank press,
kecepatan dan gerakan slidenya lebih rendah, namun titik mati bawah
(TMB) dapat ditentukan dengan tepat seperti pada crank press. Cocok
untuk proses pembentukan seperti coining, sizing, cold forging.
Gambar 3.27 Mesin Friction Press dan Screw Press (Theryo, 2009)
Friction press
Friction press adalah mesin press yang mekanisme penggeraknya
menggunakan screw. Agar dapat menahan beban yang besar, maka
digunakan ulir trapesium. Mesin ini dioperasikan dengan memutar
piringan yang terhubung dengan mekanisme penggerak. Konstruksi
relatif sederhana sehingga dapat dibuat dengan mudah dan relatif
murah. Mesin ini sudah cukup langka dan tidak presisi, TMB tidak
dapat ditentukan, sehingga hanya digunakan untuk proses yang
sederhana saja seperti flattening, bending, dan coining.
Screw press
Screw press adalah mesin press yang mekanisme penggeraknya
adalah roda cacing (worm gear) yang menggerakan cacing (worm)
sebagai bagian dari slide mesin. Mesin press tipe ini kurang efektif
untuk kebutuhan penunjang maintenance seperti memasang bushing,
bearing atau roll.
Gambar 3.28 Mesin Rack Press dan Link Press (Theryo, 2009)
Link press
Link press adalah mesin press yang mekanisme penggeraknya
menggunakan berbagai link (penghubung) untuk mengurangi cycle time
pada proses drawing sehingga dapat mempertahankan kecepatan
produksi. Caranya adalah dengan mengurangi cycle time pada saat
drawing punch kembali ke posisi top dead center.
Rack press
Rack Press adalah mesin press yang mekanisme penggeraknya
adalah roda gigi (pinion) yang menggerakan bagiandari slide yang
menyatu dengan rack. Mesin press tipe ini kurang efektif untuk
kebutuhan produksi massal. Biasa dipakai unutk penunjang
maintenance seperti untuk memasang bushing, bearing atau roll.
Dimana :
S = Panjang stroke
n = Jumlah stroke per menit (SPM)
e. Bolster Area
Ukuran bolster menjadi penentu ukuran press dies atau sejumlah dies
yang dapat dipasang pada mesin press. Press Dies (cetakan) diikat pada T-
slot dari bolster mesin dengan sistem clamping atau baut. Mesin press
dengan kapasitas yang berbeda memiliki T-slot dengan jumlah, jarak, dan
ukuran yang berbeda. Sehingga saat mendesain dies, masalah clamping
harus sudah diperhitungkan.
Bolster biasanya terbuat dari material Ferro Casting (FC) dan pada
tengah terdapat lubang yang dipakai sebagi tempat jatuhnya scrap atau
produk kebawah mesin. Bolster juga dilengkapi lubang – lubang bulat untuk
cushion pin pada proses drawing.
f. Slide Area
Ukuran dari slide mesin press menentukan ukuran upper plate dari
press dies (cetakan) yang dapat diikat. Slide mesin mempunyai T-slot
dengan jumlah, jarak dan ukuran yang berbeda untuk mesin yang berbeda
kapasitasnya. Sehingga ukuran slide sangat diperlukan pada saat merancang
press dies.
g. Slide Adjustment
Slide adjustment umumnya sangat terbatas dan hanya dilakukan untuk
kasus-kasus tertentu, supaya tidak membuang waktu setiap kali men-setting
dies pada mesin press.
h. Electric Motor
Motor elektrik yang digunakan pda umumnya adalah motor AC 3 fase.
Pada mesin press mekanik, motor akan memutar flywheel dari mesin press.
Selanjutnya, dengan mekanisme clutch akan memindahkan gerakan berputar
ke crankshaft yang akan menggerakan slide mesin. Pada mesin press
hidrolik, motor berfungsi menggerakan pompa hidrolik yang akan
mengalirkan oli ke silinder hidrolik sehingga piston akan bergerak menaikan
atau menurunkan slide mesin.
i. Die Cushion
Die cushion adalah suatu mekanisme yang terletak di bawah bolster
mesin press yang digunakan khususnya pada proses drawing untuk
mencegah terbentuknya kerutan (wrinkles), yang komponen utamanya
adalah silinder dan [piston yang pada umumnya dijalankan dengan sistem
pneumatik. Cushion akan berfungsi setelah dialiri angin dengan tekanan 4-5
kgf dalam silinder yang selanjutnya akan menggerakan cushion pin dari
blank holder dari dies. Die cushion juga ada yang kerjanya dengan
menggunakan sistem hydro-pneumatic.
c. Punch
Pisau pemotong atas atau cetakan laki-laki (male) dari press dies uang
terikat pada upper plate dan terbuat dari material tool steel, seperti DF2,
XW-5 atau XW-41. Punch harus dikeraskan dengan derajat kekerasan 58-63
HRC.
d. Die
Pisau pemotong bawah atau cetakan perempuan (female) dari press dies
uang terikat pada lower plate dan terbuat dari material tool steel, seperti
DF2, XW-5 atau XW-41. Punch harus dikeraskan dengan derajat kekerasan
58-63 HRC.
e. Stripper Bolt
Berfungsi sebagai pemegang stripper plate yang bergerak pada batas
yang sudah ditentukan. Stripper bolt merupakan standard part dan terbuat
dari baja karbon.
f. Spring
Merupakan standard part yang berfungsi untuk penggerak mekanisme
stripper, pad, dan blank holder. Dipasaran tersedia spring dengan berbagai
spesifikasi, urethane dapat digunakan sebagai spring.
g. Shank
Terpasang pada upper plate dan berfungsi sebgai pengikat upper die
pada mesin press. Terbuat dari baja karbon dan tidak perlu dikeraskan.
Umumnya press dies diikat pada mesin dengan sistem clamping.
h. Guide Pin dan Guide Bush
Terikat pada lower plate yang akan masuk dengan sliding-fit pada
lubang guide bush. Guide pin dan guide bush berfungsi sebagai pelurus
antara punch dan die, sehingga tidak perlu men-setting lagi pada saat akan
digunakan. Guide pin dan guide bush dapat dibeli sebagai standard part dan
minimal dibutuhkan 2 set pada setiap press die.
i. Stripper Plate
Bagian dari press dies yang berfungsi untuk menahan material sheet
metal dan juga untuk melepas produk (sheet metal part) yang terkadang
menempel pada punch atau die. Terbuat dari material mild steel (SS41) atau
baja karbon (S45C) dan tidak perlu dikeraskan.
Panjang langkah dari stripper plate ditentukan oleh panjang langkah
dari proses pemotongan yang direncanakan. Panjang langkah yang pendek
dapat membuat biaya konstruksi stripper plate menjadi lebih murah.
j. Guide Pin Stopper
Stopper yang ditempatkan pada guide pin dan berfungsi untuk
membatasi die height, sehingga bila terjadi overstroke kerusakan dies dapat
terhindar.
k. Blank Holder
Dengan mengartikan dari namanya saja sudah dapat ditebak, bahwa
blank holder itu berfungsi untuk memegang material atau blank pada proses
drawing. Bila tidak ada blank holder maka selama proses drawing produk-
produk seperti cangkir, panel dan fuel tank mobil dapat terjadi kerutan
ataupun sobek pada bagian luar blank-nya. Hal ini dikarenakan blank holder
berfungsi untuk menekan blank serta mengatur laju aliran material yang
membentuk produk.
Mekanisme blank holder dapat menggunakan spring, urethane, dan air
cushion. Proses “trial and error” dibutuhkan untuk menentukan tekanan
yang tepat untuk memproduksi produk dengan kualitas yang baik. Karena
permasalahan tersebut, sektor industri umumnya menggunkan air cushion
hal ini dikarenakan tekanan yang tercipta lebih stabil dan mudah untuk
diatur tanpa perlu mengganti material. Karena blank holder berhubungan
langsung dengan benda kerja sehingga diperlukan ketahan terhadap gesekan
sehingga digunakan material seperti ferro casting dan tool steel yang
dikeraskan sebagai material pembuatnya.
l. Cushion Pin
Komponen ini berfungsi untuk meneruskan gerakan dari air cushion, ke
blank holder atau pad dan hampir sama seperti fungsi spring atau urethane.
Untuk mengetahui struktur bagian-bagian dari sebuah dies dengan lebih
baik, kita dapat melihat pada gambar 3.30 dan penjelasannya pada tabel 3.2.
Pada tabel 3.3 dijelaskan mengenai berbagai jenis standar pada material
dies serta material bandingannya antara satu standar dengan standar lain.
b. Drop-Thru Dies
d. Compound Dies
e. Combination Dies
f. Continental Dies
g. Subpress Dies
Gambar 3.37 Continental Dies (Theryo, 2009)
Dies jenis ini cukup komplit, mempunyai guide pin, lower plate, idan
upper plate, tetapi pada saat produksi hanya lower plate saja yang
diikat pada bolster mesin, sedangkn upper plate-nya bebas. Slide
mesin press akan mendorong upper plate sehingga terjadi proses
cutting, kemudian upper platekembali ke posisi semula karena
mekanisme spring. Dies jenis ini biasa digunakan untuk blanking dan
piercing.
h. Progressive Dies
i. Transfer Dies
3. Cam
4. Rocker
Mekanisme konstruksi digunakan untuk mengubah gerakan vertikal
menjadi gerakan menyudut. Rocker ini biasanya terdiri atas 2 unit (R&L) dan
dipakai untuk proses bending, khususnya bending pipa. Gerakan vertikal
diberikan oleh punch dan pembentukan sudutnya dilakukan oleh rocker yang
berfungsi sama seperti pada dies. Rocker harus dibuat dari material yang tahan aus
dan dikeraskan.
𝑑𝑑 − 𝑑𝑝 (3.2)
𝑐=
2
Dimana :
c = clearance
dd = diameter dies
dp = diameter punch
Besarnya clearance sangat mempengaruhi kualitas produk
hasil pemotongan. Apabila besarnya clearance sama dengan
ketebalan dari sheet metal atau t seta punch dan die berada
dalam keadaan tumpul, maka pemotongan yang terjadi adalah
karena tarikan sehingga kualitas yang dihasilkan buruk.
Clearance untuk baja karbon umumnya adalah 4-5% dari tebal
sheet metal sedangkan untuk material yang lebih lunak dan
tipis umumnya memiliki clearance yang lebih kecil lagi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi clearance yang
dibutuhkan untuk memotong suatu material adalah jenis sheet
metal, kekerasannya, ketebalannya, dan metode manufaktur
yang digunakan. Jika clearance terlalu besar maka akan
mengurangi cutting force, sedangkan ketika clearance terlalu
kecil maka dapat menyebabkan umur cetakan yng lebih
pendek, permukaan potong kasar karena terjadi potongan
kedua (secondary fracture), proses manufakturnya sulit.
Burr
Burr adalah cacat pada sisi potong dari produksi sheet
metal berupa penajaman pada sisi tersebut. Burr dapat terjadi
karena beberapa hal diantaranya:
Sisi potong dari punch atau die yang sudah tumpul.
Clearance antara punch dan die terlalu besar.
Cutting Force
Pada umumnya die yang digunakan untuk proses
pemotongan sheet metal mempunyai sisi potong yang rata dan
tegak lurus tehadap center dari die tersebut. Sehingga pada saat
die tertutup pemotongan terjadi sepanjang keliling punch dan
die secara serentak. Untuk menajamkan kembali (resharpen)
sisi potong dapat dilakukan cukup dengan face grinding,
namun hal ini dapat mengurangi tinggi dies. Ketika
pengurangan ini sudah cukup banyak maka diperlukan
penyesuaian kembali.
Dalam prose pemotongan diperlukan stripping force yang
berfungsi menjaga sheet metal agar tidak bergerak pada saat
proses pemotongan. Menghitung cutting force ini bertujuan
untuk menentukan besaran daya yang dibutuhkan mesin press
untuk proses produksi. Umumnya, Perusahaan sudah memiliki
mesin press dengan daya tertentu dengan loading yang dapat
divariasikan, sehingga untuk merancang dies perlu
memperhatikan kondisi perusahaan. Berikut adalah persamaan-
persmaan yang digunakan:
𝑃 = (𝐿 × 𝑡 × 𝜎𝐵) (3.3)
Dimana :
P = gaya potong atau cutting force (Kgf)
L = Keliling bidang potong atau blanking perimeter
(mm)
t = Ketebalan material atau sheet thickness (mm)
𝜎𝐵 = Shear resistance dari material (Kgf/mm2)
𝑠 (3.4)
𝑃𝑠𝑡 = (5% 15%) × 𝑃
𝑑
Dimana:
Pst = gaya stripper atau stripper force (Kgf)
Dimana:
Pm = Kapasitas mesin Press (Tonf)
Sf = Safety Factor (1,2-1,5)
Tabel 3.4 Shear Resistance, Tensile Strength, Penetration Factor (Theryo, 2009)
b. Proses Bending
Dalam banyak proses pembentukan pada sheet metal, proses
bending adalah proses termudah yang dapat dilakukan dengan alat yang
sederhana. Proses ini masuk dalam grup proses pembentukan. Gaya-
gaya yang terdapat pada proses bending saling berlawanan arah sama
seperti pada proses cutting. Tetapi gaya-gaya pada proses bending
saling terpisah jauh.
Pada proses cutting dua gaya terpisah sejauh clearance, yaitu
sebesar 4-5% dari tebal steel sheet. Sendangkan pada proses bending
(U-bend), jarak antara gaya adalah sebesar tebal material + radius dari
punch and die. Pada proses bending, stress hanya terjadi pada bagian
radius yang dibentuk, sedangkan pada bagian yang rata tidak terjadi
stress. Pada proses bending bagian luar radius terjadi proses tertarik
(tension-stress) dan mulur, sedangkan pada radius dalam terjadi
compression-stress. Sehingga bila terjadi kerusakan pada proses ini
maka pada bagian luar radius akan terjadi crack dan bagian dalam
radius akan timbul kerutan.
Sumbu Netral (Netral Axis)
Springback
Dimana :
𝛼1 = sudut dari die (°)
𝛼2 = sudut dari produk yang diinginkan (°)
𝑠 = tebal material (mm)
𝑟𝑖1 = punch radius (mm)
𝑟𝑖2 = radius dalam produk (mm)
(180° − β) 𝑠 (3.9)
𝑣 = [𝜋 × (𝑟 + × 𝑘) − (𝑟 + 𝑠)] 𝑚𝑚
180° 2
(180° − β) 𝑠 (3.10)
𝑣 = [𝜋 × (𝑟 + × 𝑘) − (𝑟 + 𝑠)
180° 2
(180° − β)
× 𝑡𝑎𝑛 ( )] 𝑚𝑚
2
r / s sampai dengan 5
1 𝑟 (3.12)
𝑘 = 0,65 + 2 × log (𝑠 )
Dimana:
a,b = panjang kaki yang tidak mengalami pembentukan (mm)
A = nilai tabel Romanowski
𝛼 = sudut bending (°)
R = radius dalam bending (mm)
𝜆 = nilai konstan
t = tebal sheet metal (mm)
Nilai konstanta 𝜆 yang digunakan untuk menghitung blank
development dapat diperoleh dari tabel 3.5 berdasarkan jenis
bending dan besarnya nilai R/t.
L-bend
Dimana :
Pb𝐿 = L-bending force (Kgf)
𝑆 = Tensile Strength (Kgf/mm2)
𝑊 = Panjang sheet metal (mm)
𝑡 = Tebal sheet metal (mm)
𝐿 = Lebar span (mm)
𝑟𝑑 = Radius dari die (mm)
𝑟𝑝 = Radius dari punch (mm)
U-bend
Z-bend
Gambar 3.53 Proses Z-bend (Theryo, 2009)
Z-bend merupakan kombinasi antara 2 kali L-bend yang dapat
dilaksanakan dengan satu kali proses, namun harus memenuhi
persyaratan tertentu. Agar dapat menghasilkan produk yang baik, maka
r minimum harus dipenuhi agar tidak terjadi keretakan pada bagian
radius dengan h minimum = 6t.
c. Proses Drawing
Drawing adalah sebuah proses pembentukan (forming) dari sheet
metal menjadi produk dengan bentuk tertentu baik itu yang sederhana
maupun yang kompleks. Proses pembentukan ini dilakukan dengan
menarik material menjadi bentuk tertentu dengan melibatkan gaya tarik
(tensile stress) dan gaya tekan (compression stress). Pada proses ini
terjadi aliran material sheet metal diantara blank holder dan drawing
die sebagai bentuk negatif dan drawing punch sebagai pembentuk
positif. Agar terbentuk sempurna maka laju aliran material harus
dikendalikan.
Untuk proses drawing yang dalam dibutuhkan lebih dari 1 kali
proses dan biasanya disebut sebagai deep drawing. Namun untuk
mengetahui apakah produk tersebut dapat dilakukan proses drawing
lebih dari satu kali maka perlu dilakukan perhitungan lebih lanjut. Pada
proses ini, gaya-gaya yang bekerja cukup kompleks sehingga
menganalisis pergerakan gaya hanya dengan penglihatan saja pada saat
trial tidak cukup. Oleh karenanya digunakan marking untuk
mempermudah identifikasi variabel-variabel yang perlu diperbaiki.
Berikut adalah gaya-gaya yang bekerja pada aktivitas proses drawing
diantaranya:
Compression force adalah gaya-gaya tekan yang terjadi pada
bagian luar dari produk yang dijepit oleh blankholder dan die serta
pada radius dalam produk. Bila tidak ada keseimbangan gaya maka
gaya ini dapat menimbulkan kerutan (wrinkles).
Tension force adalah gaya-gaya yang terjadi pada bagian radius
luar produk dan bagian dinding pada produk. Bila tidak ada
keseimbangan gaya maka gaya ini dapat menimbulkan sobek
(crack).
Gaya gesek (friction) terjadi pada bagian luar blank di mana
material harus mengalir diantara die dan blankholder. Untuk
memperkecil gesekan maka permukaan die atau blankholder
diperhalus dan diberi pelumas.
Punch force adalah gaya utama yang bekerja pada punch yang
menyebabkan terjadinya drawing. Punch force berasal dari mesin
press.
Blankholder force adalah gaya pada blankholder yang diperlukan
agar terjadi aliran material pada sheet metal. Blankholder force
didapat dari mekanisme spring, urethane atau air cushion.
Punch radius
Besarnya radius punch untuk produk akhir tergantung pada
besarnya radius produk. Tetapi untuk semua proses drawing,
sebelumnya harus ditentukan berapa besarnya punch radius(rp).
Apabila punch radius dibuat besar, maka penipisan dari bagian luar
daerah radius produk menjadi lebih kecil, sehingga mengurangi
resiko sobek. Tetapi pada bagian lain yang tidak ditekan oleh
punch ada kemungkinan berkerut. Proses drawing untuk bentuk
setengah bola adalah contoh aplikasi punch radius yang maksimal,
diaman problem kerutan selalu dapat terjadi.
Pada umumnya besar rp dibuat sama dan besarnya (4-6)t < rp
< (10-20)t. Pada Praktiknya punch radius dapat dibuat bertahap
darikecil hingga besar sesuai dengan radius produk yang diminta.
Aliran material dan bead
Konstruksi bead berfungsi seperti speed bumper yang berguna
mengontrol aliran material agar tidak terlalu cepat ataupun lambat
hingga menyebabkan sobekan(tears) dan kerutan (wrinkles)
sehingga produk yang diproduksi sesuai dengan tuntutan
konsumen. Pada produksi barang seperti mangkok yang memiliki
aliran merata maka bead tidak diperlukan. Berikut adalah fungsi-
fungsi dari bead:
Memgang material saat bagian lainnya bergerak
Memperlambat bagian-nagian yang mengalir terlalu cepat sehingga
terjadi keseimbangan aliran proses drawing
Menghindari terjadinya kerutan(wrinkles atau shiwa) pada produk
Drawing Force
Menghitung drawing force untuk produk yang kompleks
adalah sesuatu yang sulit. Rumus perhitungan hanya tersedia
untuk bentuk-bentuk produk yang beraturan seperti silinder
dan kotak. Oleh karena itu, Pada Praktik dilapangan bentuk
kompleks ini biasa dilakukan pendekatan terhadap bentuk yang
lebih sederhana seperti silinder dan kotak. Selain itu,
diperlukan pengalaman lapangan dari para perancang. Untuk
menghitung drawing force dapat digunakan persamaan
berikut:
Produk berbentuk cup (silinder)
Drawing pertama :
𝑃1 = 𝜋. 𝑑1 . 𝑡. 𝜎𝐵. 𝑘1 (3.25)
Drawing kedua :
𝑉𝑑 = 𝜋. 𝑆. 𝑛 (3.26)
Dimana :
𝑑1 = diameter punch drawing 1 (mm)
𝑑2 = diameter punch drawing 2 (mm)
𝑡 = tebal sheet metal (mm)
𝜎𝐵 = tensile strength (Kgf/mm2)
𝑘1 = nilai koefisien drawing 1
𝑘2 = nilai koefisien drawing 2
Tabel 3.11 Nilai Kf dari Sheet Metal (𝜎𝐵 = 32 − 45 𝐾𝑔𝑓/𝑚𝑚2 ) (Theryo, 2009)
Drawing Efficiency dp/D
df/dp
0,35 0,38 0,40 0,42 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65 0,70 0,75
3,0 1,00 0,90 0,83 0,75 0,68 0,56 0,45 0,37 0,30 0,23 0,18
2,8 1,10 1,00 0,90 0,83 0,75 0,62 0,50 0,42 0,34 0,26 0,20
2,5 1,10 1,00 0,90 0,83 0,70 0,56 0,46 0,37 0,30 0,22
2,2 1,10 1,00 0,90 0,77 0,64 0,52 0,42 0,33 0,25
2,0 1,10 1,00 0,85 0,70 0,58 0,47 0,37 0,28
1,8 1,10 0,95 0,8 0,65 0,53 0,43 0,33
1,5 1,10 0,90 0,75 0,62 0,50 0,40
1,3 1,00 0,85 0,70 0,56 0,45
𝐷 (3.33)
𝑃𝑏 = 0,25 [( − 1)
𝑑𝑝
𝑑𝑝
+ 0,005 ( )] 𝜎𝐵
𝑡
Dimana:
𝐴𝑛 = Luas Blankholder (cm2)
𝑃𝑏 = Blankholder pressure per unit area(Kgf/cm2)
𝑑𝑝 = Diameter punch (mm)
𝑑𝑑 = Diameter die (mm)
𝑟𝑑 = Radius dari die (mm)
4
.
1
.
4.1.1.4 Backlash
Backlash merupakan kemampuan gerak balik spindle dari titik
balik gerakan. Ada kalanya suatu mesin dapat memiliki gerak balik yang
lebih panjang atau lebih pendek daripada gerak awalnya di suatu sumbu.
Hal ini menyebabkan rendahnya akurasi mesin ketika digunakan untuk
memotong material secara bolak-balik. Pengecekan backlash pada mesin
produksi dies dilakukan secara satu-satu, yaitu untuk X axis, Y axis, Z axis,
dan W axis.
Benda Kerja
Y
Z Y
4.4.4 Backlash
Backlash merupakan kemampuan gerak balik meja kerja dari titik
tertentu. Pengukuran backlash pada suatu mesin sangat penting dilakukan
untuk memastikan bahwa jarak gerakan balik mata pahat sama dengan jarak
gerakan awalnya.
Spindle 1000 mm
X mm
Gambar 4.5 Ilustrasi Pengecekan Backlash Spindle (dokumen
penulis)
Bearing
Fungsi pada panel bodi mobil juga berbeda beda. Disini penulis hanya
membedakan dari sisi outer dan sisi inner saja. Untuk sisi outer, fungsinya secara
khusus untuk estetika dari kendaraan tersebut. Selain untuk estetika, outer panel
juga digunakan untuk menyerap energi jika terjadi tabrakan, sehingga penumpang
di dalam mobil akan tetap aman. Lalu untuk sisi inner, fungsi utamanya adalah
untuk memperkuat atau memperkokoh struktur mobil. Dengan berbagai proses
yang telah dilewati banyak hingga menjadi bentuk tertentu, maka inner panel akan
menjadi lebih kuat daripada hanya lembaran plat lurus. Selain untuk memperkuat
struktur mobil, fungsi dari inner panel adalah sebagai tempat assembly bagian
dalam mobil, misalnya kursi. Dan sama seperti fungsi outer panel, inner panel
juga mempunya nilai estetika namun tidak terlalu besar porsinya.
Perlu diketahui bahwa proses finishing pada outer panel akan lebih ketat
daripada inner panel. Karena outer panel benar benar terlihat mata, apabila ada
cacat sedikit seperti bentuk yang tidak sama maka akan segera di-repair ulang
diesnya, namun jika itu terjadi pada inner maka tidak akan berpengaruh banyak.
Banyak part – part mobil yang diproduksi PT. TMMIN, dari yang kecil hingga
yang besar. Dan juga perlu diketahui, PT. TMMIN tidak hanya mencetak panel
bodi mobil Toyota saja, namun juga ada Daihatsu dan Hino.
2. Trimming
Trimming merupakan tahap lanjutan dari proses drawing. Setelah proses
drawing dilakukan, lembaran pelat yang telah terbentuk akan memiliki
bagian berlebih yang tidak tercetak. Bagian panel yang berlebih ini
kemudian akan dipotong pada proses trimming. Proses ini dilakukan
dengan menggunakan trimming die.
3. Flange Process
Setelah melalui proses trimming, bagian panel yang berlebih telah
dipotong. Meskipun demikian, hasil potongan panel masih sangat tajam,
sehingga perlu ditekuk (flange) untuk faktor keselamatan dan untuk
mempermudah proses pemasangan panel. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan flange die.
Pada pengamatan yang dilakukan, dies yang diamati hanya dibatasi pada
floor panel drawing die, yaitu die yang hanya berfungsi untuk mencetak lembaran
pelat menjadi bentuk panel floor kendaraan. Panel floor merupakan panel
kendaraan bagian bawah. Panel yang termasuk jenis inner ini terbagi berdasarkan
lokasinya menjadi 3 jenis, yaitu front floor, center floor, dan rear floor.
d) Casting
Casting atau pengecoran logam adalah suatu proses manufaktur yang
menggunakan logam cair sebagai komponen utama dan cetakan tertentu
(sesuai design) untuk menghasilkan bentuk yang mendekati bentuk
geometri akhir produk jadi. Berikut adalah karakteristik dari beberapa
teknik pengecoran yang tersajo dalam Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Karakteristik Umum Proses Casting (Theryo,2009)
Gambar 5.6 Proses Lost Foam Casting(bernierinc.com)
Dari proses sebelumnya dapat diketahui bahwa proses casting yang
dilakukan adalah lost foam casting. Proses casting ini mirip dengan
investment casting, namun yang membedakan adalah material yang
digunakan sebagai pattern. Pada lost foam casting material yang
digunakan sebagai pattern adalah material berjenis polystyrene foam
sedangkan pada investment casting, pattern yang digunakan adalah
berupa wax. Berikut adalah proses lost foam casting pada proses
pembuatan dies PT.TMMIN:
Pada proses sebelumnya pattern dies sudah dibuat dan di
assembly oleh bagian polymodel selanjutnya pattern tersebut
dibawa menuju divisi casting.
Setelah pattern diterima divisi casting, proses coating dilakukan
yang bertujuan memperkuat pattern serta menutup pori-pori pada
permukaan pattern sehingga surface finish yang dihasilkan
diharapkan menjadi lebih baik.
Selanjutnya pattern yang sudah di coating dimasukan ke cetakan
yang diisi pasir khusus yang telah diberi aditif khusus yang
disebut green sand. Setelah cetakan diisi pasir sampai penuh,
pasir pada cetakan dipadatkan secara merata.
Setelah cetakan dirasa cukup padat maka proses casting dapat
dilakukan. Material yang digunakan untuk mengisi pattern pada
proses casting ini adalah besi cor atau oleh PT.TMMIN sering
disebut sebagai FC (Ferrous Carbon). Untuk memanaskan dapur
peleburan logam dibutuhkan waktu hingga 2 hari sebelum dapat
dilakukan proses casting.
Setelah proses casting dilakukan dibutuhkan waktu tunggu yang
cukup lama sampai dies dapat dikeluarkan dari cetakan, untuk
dies berukuran kecil bila mengkuti SOP maka dibutuhkan waktu
36 jam dari waktu pengecoran hingga dies dapat dibuka.
Sedangkan untuk dies berukuran besar waktu yang dibutuhkan
adalah sebesar 72 jam.
e) Machining
Machining adalah proses permesinan pada benda kerja (die) untuk
menghilangkan material yang tidak diinginkan pada benda kerja dalam
bentuk scrap. Pada proses machining die di PT.TMMIN Sunter 2, proses
yang dilakukan adalah ; drilling, boring, finishing, roughing dan
chamfering. Berdasarkan jenis benda kerjanya, proses machining die di
PT. TMMIN terbagi menjadi 3 proses, yaitu proses machining BN, KN,
dan polymodel.
Gambar 5.7 Sub-Proses Setting pada saat Proses Finishing (dokumen penulis)
Repair Repair
Pad
Ware dame
Suri Awase
Distance Block
FAT
Panel Making
Panel Fitting
Pad Awase
Clearance Check
Panel Making
Proses Perataan
Sisi Bawah Roughing
Proses Konstruksi
Proses Konstruksi
Roughing
Proses Surface Model
Sisi Atas
Proses Konstruksi
Finishing
Proses Surface Model
Secara garis besar proses Pembuatan ketiga floor panel dies sama
seperti pembuatan dies untuk panel jenis lainnya. Dalam proses
pembuatannya ketiga dies juga mengalami proses yang sama seperti
pembuatan dies panel kendaraan yang sudah dijelaskan sebelumnya yaitu
seperti proses design, CAD CAM, polymodel, casting, machining, finishing,
dan Tryout sebelum terjadinya buy off. Kegiatan yang dilakukan pada proses
tersebut hampir sama, namun yang paling terlihat perbedaannya adalah pada
proses machining dan finishing.
Proses schedule pembuatan die ditunjukkan pada Tabel 5.3, 5.4, dan
5.5 secara berurutan merupakan proses schedule pembuatan front floor,
center floor, dan rear floor panel die tahap pertama atau tahap proses draw.
Berdasarkan posisinya pada bodi mobil, panel-panel tersebut merupakan
inner panel.
Tabel 5.3, 5.4, dan 5.5 menunjukkan urutan setiap proses permesinan
yang dilalui oleh setiap jenis die dan angka yang menunjukkan lamanya
waktu masing-masing proses dalam satuan jam. Secara umum, waktu yang
dialokasikan untuk proses permesinan setiap die adalah 20 hari. Sementara
itu, alokasi proses permesinan dies dalam sehari adalah 16 jam yang terdiri
dari dua shift yaitu shift pagi dan malam. untuk mengupayakan proses
permesinan die selesai dalam 20 hari, komponen-komponen die yang
kompleks perlu dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih banyak agar
dapat diproses secara bersamaan pada mesin-mesin yang terpisah. Pada
tabel 5.4, terlihat bahwa center floor panel die memiliki item komponen
yang paling banyak dibandingkan dengan front floor panel die dan rear
floor panel die. Hal ini disebabkan oleh bentuk die center floor yang lebih
kompleks karena memuat banyak komponen kendaraan. Oleh karena itu
center floor panel perlu dibagi menjadi beberapa bagian agar dapat diproses
terpisah, kemudian digabungkan pada proses assembly di akhir.
Proses permesinan die secara umum tidak luput dari kesalahan seperti
misalnya penyimpangan akurasi proses permesinan. Kesalahan yang ada
kemudian harus ditanggulangi dengan melakukan perbaikan die. Perbaikan
die dapat menimbulkan keterlambatan proses produksi die. Untuk dapat
mengatasi kemungkinan adanya kesalahan produksi tersebut, schedule
proses permesinan harus juga mengakomodasi adanya proses perbaikan atau
repetisi proses tertentu. Pada tabel 5.3, dapat dilihat bahwa pada front floor
panel die, item upper die mengalami dua kali proses finishing F1 agar dapat
dilakukan assy upper pad, lalu dilakukan pengecekan kembali proses assy
dan finishing yang sebelumnya dilakukan. Proses finishing F1 lanjutan ini
penting dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan sebelum upper die
diassembly ke lower die.
Proses permesinan floor panel die secara umum mengikuti alur proses
seperti pada gambar 5.12, yaitu mulai dari roughing bagian bawah,
kemudian dilanjutkan dengan roughing dan finishing di bagian konstruksi
dan profil bagian atas die. Meskipun demikian, berdasarkan tabel 5.3, 5.4,
dan 5.5 dapat terlihat bahwa tidak semua item mengalami proses welding
atau pengelasan. Pada tabel 5.3. item upper pad front floor panel die
mengalami proses welding selama 30 jam. Proses welding tersebut tidak
terjadi pada item upper die front floor panel die. Hal ini terjadi karena tidak
semua komponen die membutuhkan kekerasan permukaan yang sama.
Nama Item
QTY Material Process Schedule
Komponen No
BJN1 BY,RA BN1 K1 WE BJN2,BN2 RA
Upper Ring 41 1 FCD
12 4,3 5 12 44 8,6 4
PL BJN RA BN1 K1 BN2 BY F1 K2.1 K2.2 AM FR
Upper Die 71 1 FCD
24 8 2 20 22 10 10 6 25 65 8
BJN1 BN1 K1 WE BJN2 K2.1 K2.2 RA
Lower Pad 21 1 FCD
20 16 14 44 10 15 26 6
PL BJN BN1 K1
Lower Punch 31 1 FCD
8 6 6 26
PL BJN BN1 BN2 RA F K2 AM F1 FT FK FC SK R R TO PM
Lower Die 61 1 FC
14 18 10 14 8 4 56 8 10 24 23 4 16 4
Tabel 5.5 Process Schedule rear floor panel dies (Drawing)
Nama
Item No QTY Material
Komponen Process Schedule
PL BJN BY BN1 K1 WE K2.1 BN2 K2.2 RA
Upper Pad 41 1 FCD
4 7 4 5 29 45 15 5 42 3
PL BJN BY RA BN1 WE K2.1 BN2 AM FS F3 FR
Upper Die 71 1 FCD
22 8 5 3 10 45 12 11 5 5 28
PL BJN BN1 K1 WE K2.1 BN2 K2.2 RA AM FT F2 FK FC
Lower Die 61 1 FC
23 20 13 42 45 20 5 62 5 26 6 23 46
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, produksi dies di PT. TMMIN
dilakukan sesuai dengan proses berikut, yaitu:
1. Design, yaitu proses perancangan die face sesuai dengan bentuk benda
kerja dan proses konstruksi die untuk memperkuat die.
2. CAD CAM, yaitu pembuatan G-code untuk machining die dan
polymodel.
3. Polymodel Machining, yaitu proses pembuatan polymodel untuk
membentuk die.
4. Casting, yaitu pengecoran polymodel menggunakan besi tuang menjadi
komponen-komponen die.
5. Dies Machining, yaitu proses pengurangan material di permukaan
benda kerja sesuai dengan kebutuhan.
6. Finishing, yaitu proses penghalusan permukaan die untuk
mempermudah proses assembly dan mengkondisikan permukaan
benda kerja.
7. Try Out, yaitu proses pengujian fungsi die yang telah dibuat.
8. Quality Assurance, yaitu proses pengecekan kembali kualitas die yang
telah dibuat sebagai bentuk jaminan produk kepada customer.
Untuk dapat menghasilkan die yang sesuai dengan desain awal, diperlukan
mesin yang mampu memproses polymodel dan die hasil pengecoran, Setelah
dilakukan penelitian terkait akurasi mesin dan indeks mesin, diperoleh data
bahwa indeks mesin semakin menyimpang setiap bulannya. Adapun
penyimpangan ini disebabkan oleh karena faktor-faktor berikut, yaitu:
1. Lifetime Komponen,
Komponen mesin tidak dirancang untuk dapat digunakan selamanya.
Komponen-komponen yang harus diganti meliputi pelumas (oli),
bearing, screw, dsb. Daftar lifetime komponen mesin NCB-7 dapat
dilihat pada bagian lampiran.
2. Perubahan Struktur
Sebuah mesin dapat bekerja dengan baik sesuai dengan struktur yang
telah dirancang pada awalnya. Perubahan struktur yang terjadi pada
mesin dapat menimbulkan berbagai permasalahan, seperti
penyimpangan ketegaklurusan, penyimpangan kelurusan,
penyimpangan putaran, dan permasalahan pada berbagai operasi mesin
lainnya yang membutuhkan kepresisian.
3. Muatan Berlebih
Muatan yang berlebih pada sebuah mesin dapat menimbulkan
permasalahan yang berujung pada kerusakan komponen mesin.
Material benda kerja yang tidak sesuai dan terlalu berat mengharuskan
mata pahat untuk berputar lebih cepat. Hal ini dapat berdampak pada
kerusakan komponen seperti motor atau bearing karena dioperasikan
melebihi batasnya dan menimbulkan getaran berlebih yang dapat
merubah struktur mesin.
Hal ini menyebabkan perlunya dilakukan pemeriksaan oleh pengguna mesin
dan perawatan yang bersifat korektif dari divisi maintenance dalam bentuk:
a. Perbaikan Paralelisme, dengan melakukan penyesuaian
kembali tekanan pompa oli foating gage dan tidak
megoperasikan mesin melebihi batas atas putaran motor listrik.
b. Perbaikan Ketegaklurusan, dengan cara memperbaiki struktur
mesin kembali ke struktur awalnya sesuai dengan manual book,
serta mengganti linear gauge yang telah mengalami keausan.
c. Perbaikan Pitch, dengan mengatur kembali jarak antar gigi
menggunakan pitch master.
d. Perbaikan Backlash, dengan cara mengencangkan bearing
spindle yang longgar, atau dengan mengganti komponen roda
gigi di gearbox.
e. Perbaikan Defleksi Spindle, dengan cara mengencangkan
bearing spindle, serta memperbaiki struktur yang rusak sesuai
dengan manual book.
Selain dengan perbaikan beberapa item tersebut, akurasi mesin dapat kembali
ditingkatkan dengan mengganti sejumlah komponen mesin sesuai dengan
lifetime yang dianjurkan di lampiran.
Perawatan oleh pengguna mesin penting dilakukan untuk menjaga kualitas
hasil produksi mesin. Kurangnya perawatan korektif dan preventif dari
pengguna mesin menimbulkan dampak bagi hasil produksi, antara lain
kurangnya akurasi proses permesinan, hal ini ditunjukkan dengan munculnya
penyimpangan antara hasil produksi dan rancangan awal die yang ditemukan
pada proses scanning atos.
5.1 Saran
Kualitas produksi die di PT.Toyota Motor Manufacturing Indonesia bisa
dipertahankan dengan tindakan preventive seperti :
1. Melakukan permeriksaan dan pemeliharaan rutin terhadap mesin
produksi, mencatat setiap masalah dan tindakan yang diberikan
pada mesin tersebut sehingga apabila ditemukan permasalahan
pada mesin yang sama akan mempermudah untuk melakukan
tindakan corrective maintenance.
2. Mengadakan evaluasi terhadap kinerja mesin dan operator yang
bertugas, untuk melihat produktivitas dari produksi dan mencegah
terjadinya kerusakan mesin dan kesalahan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Aida, Kimikazu. 1992. Aida Press Handbook. Third Edition. Japan: Aida
Engineering, Ltd.
Akira, Ota. 1980. Press Dies Constuction and Design. Four Edition in Japanese.
Japan: Nikan Kogyo.
Press Die Components Team. 2007. Misumi Press Die Standard Parts Technical
Specification. 1st edition. Japan: Misumi Corporation.
Prof. Dr. Ing. H. Hoffmann, Dipl. Ing. M. Kasparbauer, SCHULER Team. 1998.
Metal Forming, Hanbook. Germany: Springer by Shuler Gmbh.
https://docplayer.info/48933732-Landasan-teori-mesin-power-press-adalah-
peralatan-yang-mempunyai-prinsip-kerja.html diakses pada tanggal (10
Agustus 2019)
https://www.hyundaipartsdepartment.com/2017-hyundai-tucson-sport-gas_1.6_4-
transaxle_automatic_dual_clutch_7-body_hardware-floor_rails-1002545/
diakses pada tanggal (10 Agustus 2019)
https://www.hyundaipartsdepartment.com/2017-hyundai-tucson-sport-gas_1.6_4-
transaxle_automatic_dual_clutch_7-body_hardware-floor_rails-
rear_floor_pan_65510D3000-item/ diakses pada tanggal (10 Agustus 2019)
https://www.hyundaipartsdepartment.com/2017-hyundai-santa_fe-limited-
gas_3.3_6-transaxle_automatic_6-body_hardware-floor_rails-1063732/
diakses pada tanggal (10 Agustus 2019)
https://shubmachinery.com/machine/snk-rb-5vsm-5-face-double-column-cnc-
milling-machine/3-47/ diakses pada tanggal (10 Agustus 2019)
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132304806/pendidikan/Pert+6_Komponen+Bodi
+Kendaraan.pdf, diakses pada tanggal (10 Agustus 2019)
LAMPIRAN
Tabel Data Corrective Maintenance
15
11 Ganti LM guide X - axis
Years
15
12 Ganti LM guide Y - axis
Years
15
13 Ganti LM guide Z - axis
Years
15
14 Ganti LM guide W - axis
Years
D. Penggantian bearing spindle - attachment
16 Ganti bearing spindle 5 Years
17 Ganti bearing ATT - 1000 (Normal) 5 Years
18 Ganti bearing ATT - 1200/1500 (30) 5 Years
19 Ganti bearing ATT - 1300/1700 (90) 5 Years
15
20 Ganti shaft ATT 1000
Years
15
21 Ganti shaft ATT 30
Years
15
22 Ganti shaft ATT 90
Years
E. Penggantian unit attachment
15
23 Ganti ATT 1000
Years
15
24 Ganti ATT 30
Years
15
25 Ganti ATT 90
Years
F. Penggantian unit scale
26 Ganti Preamp - AD converter scale X - axis 5 Years
27 Ganti Preamp - AD converter scale Y - axis 5 Years
28 Ganti Preamp - AD converter scale Z - axis 5 Years
29 Ganti Preamp - AD converter scale W - axis 5 Years
30 Ganti Preamp - AD converter scale V - axis 5 Years
31 Ganti scale X - axis 5 Years
32 Ganti scale Y - axis 5 Years
33 Ganti scale Z - axis 5 Years
34 Ganti scale W - axis 5 Years
35 Ganti scale V - axis 5 Years
36 Ganti hose lubrication 3 Years
37 Ganti hose hydraulic 3 Years
38 Ganti o - ring & seal oil hydraulic 3 Years
39 Ganti distributor & nepple oil lubrication 3 Years
40 Ganti cover crossrail Add
41 Ganti cover table Add
42 Ganti cover coulumn Add
43 Ganti cuprex kabel spindle head Add
G. Penggantian unit silinder balancer
44 Ganti silinder balancer Z - axis 5 Years
45 Ganti silinder balancer W - axis 5 Years
46 Ganti silinder rack AAC 5 Years
47 Ganti silinder ATC 5 Years
H. Penggantian solenoid
48 Ganti solenoid ATC 3 Years
49 Ganti solenoid AAC 3 Years
50 Ganti solenoid CLAMP - UNCLAMP 3 Years
51 Ganti solenoid hydraulic 3 Years
I. Penggantian seal & O - ring
52 Hydraulic unit mesin 1 Year
53 ATC unit 1 Year
J. Penggantian control FANUC
54 Ganti Main CPU 5 Years
55 Ganti I/O unit 5 Years
56 Ganti Power supply module (PSM) 3 Years
57 Ganti Power supply module (PSU) 3 Years
58 Ganti Spindle Amplifier Module (SPM) 3 Years
59 Ganti Spindle Drive 3 Years
60 Ganti Servo Amplifier X 5 Years
61 Ganti Servo Amplifier Y 5 Years
62 Ganti Servo Amplifier Z 5 Years
63 Ganti Servo Amplifier W 5 Years
64 Ganti Servo Amplifier V 5 Years
65 Ganti power mate ATC 5 Years
66 Ganti power mate AAC 5 Years
67 Ganti I/O 5 Years
68 Ganti MPG 3 Years
69 Ganti battery backup APC 1 Year
70 Ganti battery backup memory 1 Year
10
71 Ganti AC servo motor X - axis
Years
10
72 Ganti AC servo motor Y - axis
Years
10
73 Ganti AC servo motor Z - axis
Years
10
74 Ganti AC servo motor W - axis
Years
10
75 Ganti AC servo motor V - axis
Years
10
76 Ganti AC servo motor Spindle
Years
10
77 Ganti AC servo motor ATC
Years
10
78 Ganti AC servo motor AAC
Years
10
79 Ganti AC servo motor Laser Tool Length
Years
80 Ganti motor lubrication 5 Years
81 Ganti motor hydraulic 5 Years
82 Ganti motor oil mist ATT - 1000 5 Years
83 Ganti motor oil mist ATT - 1500 5 Years
84 Ganti motor lubrication (all) 5 Years
85 Ganti motor hydraulic mesin (all) 5 Years
86 Ganti motor hydraulic ATC 5 Years
87 Ganti motor oil matic 5 Years
88 Ganti motor lubrication (Table) 5 Years
89 Ganti motor lubrication (YZWV) 5 Years
90 Ganti pump oil mist ATT - 1000 5 Years
91 Ganti pump oil mist ATT - 1500 5 Years
92 Ganti pump lubrication (all) 3 Years
93 Ganti pump hydraulic mesin (all) 3 Years
94 Ganti pump hydraulic ATC 3 Years
95 Ganti pump oil matic 3 Years
96 Ganti pump lubrication (Table) 3 Years
97 Ganti pump lubrication (YZWV) 3 Years
98 Ganti hydraulic hose 3 Years
99 Ganti fan (module, control panel, AC servo motor) 1 Year
10
Ganti oil lubrication 1 Year
0
10
Ganti oil hydraulic ATC 1 Year
1
10
Ganti oil hydraulic mesin 1 Year
2
10
Ganti oil matic 1 Year
3
10
Ganti oil gearbox motor crossrail 1 Year
4
10
Ganti silinder balancer Z - axis 5 Years
5
10
Ganti silinder balancer W - axis 5 Years
6
10
Ganti silinder ATC 5 Years
7
10
Ganti silinder AAC 5 Years
8
10 10
Ganti spring plate shaft spindle
9 Years
11
Ganti arm ATC 5 Years
0
11 10
Ganti oil matic (unit)
1 Years
11
Ganti accessories ATC 3 Years
2
11
Ganti accessories AAC 3 Years
3
11
Ganti solenoid ATC transport 3 Years
4
UP
Ba
up
(B
ck