KERJA PRAKTEK
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1)
Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
RAHMI MELIYANDINI
18522359
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2021
BAB I PENDAHULUAN
Kerja Praktek bertujuan sebagai sarana pengaplikasian dari ilmu yang telah
didapatkan dibangku kuliah ke dunia nyata. Dengan melaksanakan program kerja
praktek ini mahasiswa mampu melihat secara nyata permasalahan yang terdapat di
perusahaan, khususnya masalah Sistem Manufaktur, Sistem Produksi, Perencanaan
dan Pengendalian Produksi, Sistem Informasi maupun Sumber Daya yang ada dalam
perusahaan. Disamping itu program kerja praktek ini juga merupakan salah satu
syarat dalam memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1) yang harus ditempuh oleh
seluruh mahasiswa Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam
Indonesia. Dengan adanya pengaplikasian melaksanakan program kerja praktek ini,
calon engineer dapat mengetahui secara mendalam bagaimana pekerjaan yang akan
ditekuni setelah lulus dan siap untuk bekerja di dunia industri. Berdasarkan
pemaparan diatas, tempat yang menjadi tempat kerja praktek penulis yaitu pada
perusahaan PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan yang terletak di kecamatan
Pagaran Tapah Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, provinsi Riau. Berjarak kurang
lebih±4,5 KM dari Ujung Batu, ±137 KM (3,31 jam) dari Kota Pekan Baru (Ibukota
provinsi Riau).Perusahaan ini merupakan perusahaan yang dimiliki oleh negara
(BUMN). Sistem dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan yang terdapat
pada perusahaan tersebut merupakan suatu daya tarik mahasiswa untuk mampu
mempelajari secara langsung proses bisnis maupun sistem produksi yang terdapat di
perusahaan tersebut. Beberapa aspek yang dapat dipelajari secara langsung
diantaranya adalah mengenai aspek-aspek dasar kesehatan dan keselamatan kerja
meliputi keterkaitan K3 dan produktivitas kerja, perundang-undangan kesehatan dan
keselamatan kerja, program kesehatan & keselamatan kerja, higiene dan sanitasi
lingkungan kerja, faktor-faktor risiko kesehatan dan keselamatan kerja, prinsip-
prinsip pengelolaan lingkungan kerja dan pelayanan kesehatan kerja, penyakit akibat
kerja, kecelakaan kerja dan kebakaran di tempat kerja, Manajemen Risiko, dan
terutama Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012.
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Perusahaan
manager
Ast,
Administrasi/umum
Ast,
Ast, Pengolahan
Ast, Pengolahan Ast, Teknik Pabrik Pengendalian
2
Mutu
1. Manajer PKS
a. Menyusun rencana jangka panjang unit.
b. Menyusun RKAP/RKO unit Pabrik Kelapa Sawit.
c. Mengelola proses pengolahan dan pengendalian mutu di pabrik sesuai
Standard Operation Procedure (SOP)
d. Mengelola pemeliharaan mesin dan instalasi pabrik dan sarana
pendukung.
e. Mengelola limbah dan lingkungan pabrik.
4. Asisten Pengolahan
a. Menyusun RKAP/RKO bidang pengolahan di unit pabrik kelapa sawit.
b. Melaksaa dan mengendalikan proses pengolahan sesuai dengan standard
operation procedure (SOP)./
c. Mengawasi kelancaran peneriamaan bahan baku dan administrasinya.
d. Melaksanakn dan mengawasi pengisian jurnal operasional pengolahan
dimasing-masing stasiun dengan memberikan paraf atau tanda tangan
setiap jam.
e. Melaksanakan dan mengawasi pengalokasian arus listrik dari power plant
untuk kebutuhan pengolahan,domestik dan penerangan jalan serta
kebutuhan lainnya.
f. Mengawasi operasional pabrik kelapa sawit yang meliputi tenaga
kerja,peralatan dan kondisi operasional pabrik agar dapat mencapai
kinerja yang optimal
g. Melaksanakan kegiatan pembersihan instalasi pabrik kelapa sawit dan
kebersihan halam pabrik secara rutin.
5. Asisten Administrasi
a. Menyusun RKAP/RKO bidang administrasi /umum diunit pabrik kelapa
sawit sei rokan.
b. Mengkoordinasi penyusunan RKAP/RKO unit pabrik kelapa sawit sei
rokan.
c. Membuat daftar permintaan uang (DPU) dan laporan penggunaan uang
(LPU) di unit pabrik kelpa sawit sei rokan.
d. Membuat permintaan barang dan jasa yang diperlukan pabrik.
e. Melaksanakan administrasi pengadaan barang lokal (OPL) unit PKS Sein
Rokan.
f. Melaksanakan administrasi keuangan dan akutansi serta menyiapkan
laporan-laporan keuangan unit pabrik kelpa sawit.
g. Melaksankan administrasi / umum untuk karyawan yang berada
dilingkup unit Pabrik kelapa Sawit Sei Rokan.
3.5 Ketenagakerjaan
A. POS Satpam
Pos Satpam adalah pos paling pertama yang harus dijumpain sebelum
masuk kedalam pabrik. Tamu dan mobil yang masuk wajib melapor kepada
petugas yang berada didalam pos satpam karena semua itu merupakan tanggung
jawab petugas yang ada didalam (satpam).Bagi mobil pengangkut TBS harus
melapor terlebih dahulu kepada satpam dan menunjukan Surat Pengiriman
Barang (SPB), kemudian baru dilakukan pencatatan Nomor polis (BM), Nama
supir, Kebun asal, Jam tiba, atau pencatatatan yang lain yang dianggap perlu
sebagai pertinggal apabila ada kelalaian dan kesalahan. Setelah itu baru truck
tersebut dipersilahkan masuk dan menuju timbangan untuk dilakukan
penimbangan. Setelah penimbangan dan pembongkaran kemudian supir truck
melapor kembali kepada petugas yang bekerja di pos satpam agar dilakukan
kembali pencatatan jam keluar.
Penerimaan bahan baku didasari dengan jumlah bahan baku yang masuk
karena akan mempengaruhi terhadap operasi pabrik atau kapasitas olah pabrik.
Tata tertib dalam administrasi penerimaan TBS di pabrik, yaitu :
1. Sisa awal
2. TBS yang masuk hari ini (dilihat dari jembatan timbang)
3. TBS tersedia (sisa awal+sisa hari ini)
4. TBS olah
5. Sisa hari ini atau sisa awal
6. Kapasitas pabrik
7. Jam olah adalah jam pabrik mulai mengolah dan jam pabrik berhenti
mengolah dan ditambahi jam berhenti pabrik karena kerusakan atau stagnasi.
B. Jembatan Timbang
C. Loading Ramp
Loading ramp merupakan tempat penampungan TBS sementara setelah
ditimbang juga sebagai tempat melakukan sortasi untuk cross check kebenaran
pelaksanaan sistem panen dan sebelum dimasukkan ke dalam lori. Di Loading
ramp ini terdapat ferron yang berfungsi merontokkaan/menurunkan
sampah/pasir yang terikut tandan melalui kisi-kisi kompartemen.
Gambaran umum:
1. Untuk sortasi TBS dilakukan pembongkaran buah untuk menyortir buah.
Buah yang tidak sesuai dengan kriteria buah olah pabrik, maka akan di
catat jumlah buah afkirnya untuk dokumentasi. Adapun kriteria TBS yang
tidak diterima oleh pabrik, yaitu buah mentah dan buah afkir.
2. Pada PKS Sei Rokan terdapat 2 loading ramp, kapasitas Loading Ramp:
210 Ton TBS dan 28 jumlah Pintu (pintu system Hydraulic). Kisi-kisi
untuk pemisahan kotoran di perron tidak penuh melainkan hanya ¼
bagian.
D. Lori
Gambar 5. Lori
Alat yang digunakan untuk mengangkut TBS dan tempat merebus buah di
Sterilizer. Rata-rata kapasitas dari tiap lori rebusan adalah 2,5 ton/lori. Pengisian
lori harus penuh tetapi tidak boleh berlebihan karena dapat menggesek dan
merusak packing rebusan/steam distributor serta brondolan berjatuhan di lantai
rebusan sehingga menutup saringan kondensat.
Pengoperasian :
1. Buka pintu rebusan dan turunkan rail jembatan untuk lori.
2. Jembatan rail harus sejajar dengan rail rebusan dan rail mata, kemudian
pasang kunci pengaman / penahan.
3. Pasang gantungan/cantolan kabel bagian depan lori (menarik lori cantolan
harus di depan).
4. Sebelum lori di tarik harus menunggu kode dari operator.
5. Tidak dibenarkan orang melintas ketika lori di tarik.
6. Setelah selesai pekerjaan, pastikan kondisi dan tempat kerja dalam keadaan
baik dan aman.
Gambar 6. Sterilizer
Alat yang digunakan untuk menarik lori keluar dan masuk sterilizer, sebelum
capstand dijalankan, bollard harus dalam keadaan bersih dan kering, hal ini
untuk menghindari tali slip sewaktu digunakan
4. STASIUN PEMIPILAN( THRESER )
Gambar 9. Threser
5. STASIUN DIGESTER
Digester adalah ketel tegak yang mempunyai dinding rangkap, poros
pemutar yang dilengkapi dengan pisau – pisau pengaduk. Tujuan pengadukan
adalah melumatkan daging buah dan memisahkan daging buah dengan biji serta
meniriskan minyak, agar mudah diproses dalam pengempaan.Brondolan yang
telah rontok pada proses thresher, selanjutnya dimasukkan ke dalam alat
pengaduk (digester). Di dalam alat pengaduk brondolan diremas/dilumat dengan
pisau pengaduk yang berputar sambil dipanaskan. Proses pengadukan
berlangsung akibat adanya gesekan antara pisau dengan brondolan dan adanya
tekanan gaya berat dari brondolan yang terisi penuh dalam alat pengaduk.
7. STASIUN PEMURNIAN
Stasiun klarifikasi atau stasiun pemurnian minyak berfungsi untuk
memurnikan minyak kasar hasil ekstraksi dari stasiun , agar minyak tersebut
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Stasiun ini bertujuan untuk
mengontrol terhadap losis-losis atau kehlangan minyak pada setiap tahap
pemurniannya.
Praktek Kerja (KP) dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2021 - 03 April 2021
yang dimulai pada pukul 07.00 – 16.00. Praktek kerja bertempat di PT.Perkebunan
Nusantara V PKS Sei Rokan yang terletak di Desa Pagaran Tapah, Kecamatan
Pagaran Tapah Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Lembar kegiatan atau log
sheet KP dapat dilihat pada Lampiran 1
1.Wawancara
2. Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan mencari dan pengumpulan data yang berhubungan
dengan objek berupa tulisan, angka, gambar maupun foto.
3. Observasi
4. Studi Pustaka
Materi kegiatan secara khusus yaitu untuk mengetahui dan mempelajari tentang
pengendalian mutu di PT.Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan, Riau.
Berikut ini merupakan rumusan masalah yang ada pada PT Perkebunan Nusantara V
PKS Sei Rokan :
1.Mesin dan alat pelindung diri apa saja yang digunakan pada proses perebusan
kelapa sawit di PT.Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan?
2.Apa saja Kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada proses perebusan kelapa sawit ?
3.Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dan kesehatan kerja pada
proses perebusan kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan?
4.Bagaimana penerapan keselamatam dan kesehatan kerja (K3) pada proses perebusan
kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan?
5.Bagaimana cara menanggulangi kecelakaan kerja di proses perebusan kelapa sawit
di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan menggunakan metode Hazard
Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)?
4.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.Untuk mengetahui mesin dan alat pelindung diri apa saja yang digunakan dalam
proses perebusan di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan.
2.Untuk mengetahui kecelakaan kerja apa yang dapat terjadi pada proses perebusan
kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan.
3.Untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
dan kesehatan kerja pada proses perebusan kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara
V PKS Sei Rokan.
4.Untuk mengetahui bagaimana cara penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
pada proses perebusan kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan.
5.Untuk melakukan analisis penanggulangan kecelakaan kerja di proses perebusan
kelapa sawit di PT.Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan menggunakan metode
Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)?
4.4 Batasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup pada penelitian ini, maka batasan masalah yang
diberikan adalah sebagai berikut:
1.Penelitian ini hanya dilakukan pada proses perebusan/ sterilisasi kelapa sawit di PT.
Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan.
2.Data yang digunakan menggunakan data yang bersifat objektif selama kurang lebih
1 bulan pengamatan di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan.
3.Tujuan penelitian ini hingga memberikan rekomendasi perbaikan usulan yang dapat
mengurangi kecelakaan kerja pada proses perebusan kelapa sawit di PT.Perkebunan
Nusantara V PKS Sei Rokan menggunakan metode Hazard Identification Risk
Assessment and Risk Control (HIRARC).
4.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang di dapatkan dari penelitian ini antara lain:
1.Bagi Perusahaan
Perusahaan dapat mengetahui kondisi secara teoritis perkembangan keilmuan saat ini.
Selain itu, pihak perusahaan juga dapat menggunakan penelitian ini menjadi salah
satu referensi kebijakan pengembangan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) yang dapat mengurangi kecelakaan kerja terutama pada proses perebusan kelapa
sawit.
2. Bagi Peneliti
Manfaat yang di dapatkan bagi penulis yaitu penulis mampu menambah wawasan
secara langsung di sebuah perusahaan. Selain itu, penulis juga mampu
mengimplementasikan teori-teori yang telah di pelajari di bangku perkuliahan dengan
studi kasus langsung di sebuah perusahaan.
4.6 Landasan Teori
Landasan teori ini dilakukan dengan tujuan untuk menyajikan fakta yang didapatkan
secara komprehensif dan seimbang. Dimana kajian pustaka yang dilakukan ditujukan
kepada keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proses sterilisasi dengan metode
Hazard Identification Risk Assessment dan Risk Control (HIRARC).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil dan makmur.
potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti sebagai bahan untuk
Identifikasi Bahaya
Monitoring dan Peninjauan Ulang Bahaya/ Resiko
Analisa Bahaya
Penerapan
Evaluasi Resiko
Kontrol/ Pengendalian
Resiko
Gambar 11. Sistem manajemen resiko
4.6.1.2.1 Fasilitas
a. Alat Pelindung Diri (APD)
PKS Sei Rokan menyediakan APD untuk semua karyawan dan visitor
yang dapat izin utntuk masuk ke PKS Sei Rokan sesuai dengan registrasi.
Adapun APD yang akan digunakan ketika bekerja maupun hanya
mengunjungi PKS :
3) Papan Informasi K3
4) Billboard
infomasi.
4.7 Hasil Pembahasan
Consequence
Likehood
1 2 3 4 5
5 H H E E E
4 M H H E E
3 L M H E E
2 L L M H E
1 L L M H H
Pengendalian risiko (Risk Control) adalah cara untuk mengatasi potensi bahaya yang
terdapat dalam dalam lingkungan kerja. Potensi bahaya tersebut dapat dikendalikan
dengan menentukan suatu skala prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu
dalam prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu dalam pemilihan
pengendalian resiko yang disebut hirarki pengendalian resiko. (Wijaya, Panjaitan, Palit,
2015). Pengendalian risiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian (Hirarchy
of Control). Hirarki pengedalian resiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan
pengendalian resiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara
berurutan (Tarwaka, 2008). Hirarki atau metode yang dilakukan untuk mengendalikan
risiko antara lain:
a. Eliminasi (Elimination)
Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya menghilangkan bahaya.
Eliminasi merupakan langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan
utama dalam melakukan pengendalian risiko bahaya. Hal ini berarti eliminasi
dilakukan dengan upaya mengentikan peralatan atau sumber yang dapat menimblkan
bahaya.
b. Substitusi (Substitution)
Substitusi didefinisikan sebagai penggantian bahan yang berbahaya dengan
bahan yang lebih aman. Prinsip pengendalian ini adalah menggantikan sumber risiko
dengan sarana atau peralatan lain yang lebih aman atau lebih rendah tingkat
resikonya.
c. Rekayasa (Engineering)
Rekayasa / Engineering merupakan upaya menurunkan tingkat risiko dengan
mengubah desain tempat kerja, mesin, peralatan atau proses kerja menjadi lebih
aman. Ciri khas dalam tahap ini adalah melinatkan pemikiran yang lebih mendalam
bagaimana membuat lokasi kerja yang memodifikasi peralatan, melakukan
kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuansi dalam
melakukan kegiatan berbahaya.
d. Administrasi
Dalam upaya sacara administrasi difokuskan pada penggunaan prosedur
seperti SOP (Standard Operating Procedure) sebagai langkah mengurangi tingkat
risiko.
e. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri merupakan langkah terakhir yang dilakukan yang
berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat dari bahaya yang ditimbulkan.
Diagram sebab-akibat atau sering disebut diagram tulang ikan (fishbone) adalah
suatu diagram yang menujukan hubungan antara sebab-akibat. Dari diagram sebab
akibat ini akan diketahui faktor-faktor penyebab terjadinya suatu masalah. Metode
ini dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1963. Ada 5 faktor yang
berpengaruh yang perlu diperhatikan , yaitu:
a. Manusia (Man).
b. Mesin atau Alat (Machine).
c. Metode (Method).
d. Material atau bahan (Material).
e. Lingkungan (Environment).
1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Identifikasi bahaya merupakan upaya sistematis yang dilakukan untuk
mengetahui potensi bahaya dalam aktivitas pekerjaan. Potensi bahaya yang dapat
diidentifikasi berguna untuk meningkatkan kehati-hatian dalam melakukan suatu
pekerjaan, waspada serta melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi
kecelakaan. Adapun proses pekeraan yang ada di section sterilizer tandan buah segar
terdiri dari proses pengangkutan tandan buah segar kelapa sawit dan proses
perebusan tandan buah segar kelapa sawit. Berikut ini adalah contoh hasil dari
pengamatan langsung identifikasi bahaya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Identifikasi Bahaya
Identifikasi
NO Tahapan Proses Pekerjaan Resiko
Bahaya
keseleo, patah
Terpeleset,
Pengangkutan tandan buah tulang, infeksi
1 tergilas roda
segar sawit menggunakan lori pernapasan dan
lori,berdebu
mata
Penarikan lori menggunakan Terlilit tali Keseleo,kehilan
2
Capstand dan Bollard capstand gan organ tubuh
Kulit
mengalami
ruam
kemerahan dan
melepuh,
Panas,percikan
3 Membuka tutup sterilizer percikan api
api,berdebu
dapat mengenai
kulit dan mata,
infeksi
pernapasan dan
mata
Pendarahan
pada bagian
yang
Memindahkan tandan buah tertusuk tojok, , terkena,infeksi
4 segar sawit kedalam stabilizer panas,asap,mater pernapasan dan
menggunakan tojok sawit ial terjatuh mata, anggota
badan terhimpit
atau tertimpa
material
ruam merah di
kulit, infeksi
Memastikan tekanan di dalam pernapasan dan
panas,
5 stabilizer sesuai dengan norma mata, anggota
asap,percikan api
yang berlaku tubuh yang
terkena
melepuh
2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Penilaian risiko mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi nilai potensi
risiko (risk level) kecelakaan kerja. Penentuan tingkat risiko ini berdasarkan dari
kemungkinan kejadian (likelihood) dan keparahan yang dapat ditimbulkan (severity).
Berikut ini adalah contoh hasil dari penilaian risiko dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Penilaian Resiko
Tahapan Proses Identifikasi Risk
NO Resiko L C S
Pekerjaan Bahaya Level
Pengangkutan keseleo,
Terpeleset,
tandan buah segar patah 4 4 16 Ekstrem
1 tergilas roda
sawit tulang,
lori,berdebu
menggunakan lori infeksi
Penarikan lori Keseleo,ke
menggunakan Terlilit tali hilangan 4 4 16 Ekstrem
2
Capstand dan capstand organ
Bollard tubuh
Kulit
mengalami
ruam
kemerahan
dan
Membuka tutup Panas,percikan melepuh, 3 2 6 sedang
3
sterilizer api,berdebu percikan
api dapat
mengenai
kulit dan
mata,
infeksi
Pendaraha
n pada
Memindahkan bagian
tandan buah segar yang
tertusuk tojok, ,
sawit kedalam terkena,inf 3 3 9 Tinggi
4 panas,asap,mate
stabilizer eksi
rial terjatuh
menggunakan pernapasan
tojok sawit dan mata,
anggota
badan
ruam
Memastikan merah di
tekanan di dalam panas, kulit,
5 stabilizer sesuai asap,percikan infeksi 3 2 6 sedang
dengan norma api pernapasan
yang berlaku dan mata,
anggota
20%
Ekstrem
40% Sedang
Tinggi
40%
Kulit
mengala
mi ruam
kemerah
an dan
melepuh, Menggun
Panas,pe percikan akan APD Alat
Membuk Sesuai Pelindun
rcikan api dapat 3 2 6 sedang
3 a tutup dengan g Diri
api,berde mengena
sterilizer SOP yang (APD)
bu i kulit
dan berlaku
mata,
infeksi
pernapas
an dan
mata
Pendara
han pada
Memind
bagian
ahkan
yang
tandan
terkena,i SOP cara
buah tertusuk
nfeksi pengangk
segar tojok, ,
pernapas atan
sawit panas,as 3 3 9 Tinggi material
Administ
4 an dan rative
kedalam ap,mater yang baik
mata,
stabilizer ial dan
anggota
menggun terjatuh benar
badan
akan
terhimpit
tojok
atau
sawit
tertimpa
material
ruam
Memasti merah di
kan kulit,
tekanan infeksi Menggun
di dalam pernapas akan APD Alat
panas,
stabilizer an dan 3 2 6 sedang
Sesuai Pelindun
5 asap,per dengan g Diri
sesuai mata,
cikan api SOP yang (APD)
dengan anggota
norma tubuh berlaku
yang yang
berlaku terkena
melepuh
Dalam pembahasan ini penilaian risiko ekstrim (extreme risk) yang akan
diambil, yaitu aktifitas pengangkatan tandan buah segar sawit menggunakan lori.
Dimana nilai kemungkinannya (likelihood) adalah 4 dan nilai keparahannya
(severity) adalah 4 dengan skor 16 dapat mengakibatkan terpeleset, tergilas roda lori
dan berdebu dengan pengendaliannya adalah memodifikasi APD yang telah
digunakan tetapi tetap sesuai dengan SOP yang berlaku, seperti: memodifikasi APD
yang digunakan seperti sepatu yang digunakan agar tidak licin saat digunakan,
membuat sebuah alat pelindung diri yang dapat menghindari kaki pekerja tergilas
roda lori. Hirarki pengendalian risikonya menggunakan hirarki rekayasa
(engineering).Penarikan tandan segar buah sawit menggunakan capstand dan bollard
dimana nilai kemungkinan (likelihood) adalah 4 dan nilai keparahannya (severity)
adalah 4 dengan skor 16 dapat menyebabkan Keseleo,kehilangan organ tubuh dengan
pengendaliannya menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan SOP yang
berlaku.Hirarki pengendalian resikonya menggunakan hierarki alat pelindung diri
(APD).Penilaian resiko sedang yang diambil yaitu aktifitas membuka tutup sterilizer
Dimana nilai kemungkinannya (likelihood) adalah 3 dan nilai keparahannya
(severity) adalah 2 dengan skor 6 dapat mengakibatkan Kulit mengalami ruam
kemerahan dan melepuh, percikan api dapat mengenai kulit dan mata, infeksi
pernapasan dan mata. Pengendalian yang digunakan adalah menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai dengan SOP yang berlaku.Hierarki pengendalian
resikonya adalah alat pelindung diri (APD). Aktifitas sedang selanjutnya memastikan
tekanan di dalam stabilizer sesuai dengan norma yang berlaku nilai kemungkinannya
(likelihood) adalah 3 dan nilai keparahannya (severity) adalah 2 dengan skor 6
dengan resiko panas, asap,percikan api. Pengendalian yang digunakan adalah dengan
menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan SOP yang berlaku.Hirarki yang
berlaku adalah menggunakan alat pelindung diri (APD). Penilaian resiko tinggi yang
diambil yaitu aktifitas memindahkan tandan buah segar sawit kedalam stabilizer
menggunakan tojok sawit. Dimana nilai kemungkinannya (likelihood) adalah 3 dan
nilai keparahannya (severity) adalah 3 dengan skor 9 dengan resiko tertusuk tojok, ,
panas,asap,material terjatuh. Pengendalian resikonya adalah menerapkan SOP cara
pengangkatan yang baik dan benar.Hierarki yang digunakan adalah administrative.
4.7 Kesimpulan
Berdasarkan penilaian risiko (risk assessment) yang telah dilakukan oleh penulis
didapatkan 3 kategori risk level, yaitu: risiko sedang (medium risk), risiko tinggi
(high risk), dan risiko ekstrim (extreme risk). Pada resiko sedang (medium risk),
yaitu: Kulit mengalami ruam kemerahan dan melepuh, percikan api dapat mengenai
kulit dan mata, infeksi pernapasan dan mata serta ruam merah di kulit, infeksi
pernapasan dan mata, anggota tubuh yang terkena melepuh. Sedangkan untuk risiko
tinggi (high risk), yaitu: Pendarahan pada bagian yang terkena,infeksi pernapasan
dan mata, anggota badan terhimpit atau tertimpa material. Terakhir untuk risiko
ekstrim (extreme risk) yang ada di bagian sterilizer tandan buah segar kelapa sawit,
yaitu: keseleo, patah tulang, infeksi pernapasan dan mata serta Keseleo,kehilangan
organ tubuh. Pengendalian risiko (risk control) menggunakan hirarki pengendalian
(hirarchy of control). Dimana pada langkah kerja Pengangkutan tandan buah segar
sawit menggunakan lori, hirarki pengendalian risikonya menggunakan hirarki
rekayasa engineering. Kemudian pada langkah kerja Penarikan lori menggunakan
Capstand dan Bollard, hirarki pengendalian risikonya menggunakan hirarki alat
pelindung diri (APD). Untuk aktifitas Membuka tutup sterilizer hirarki pengendalian
risikonya menggunakan hirarki alat pelindung diri (APD). Sedangkan pada langkah
kerja Memindahkan tandan buah segar sawit kedalam sterilizer menggunakan tojok
sawit, hirarki yang digunakan adalah hierarki administrative dan aktifitas yang
terakhir adalah Memastikan tekanan di dalam stabilizer sesuai dengan norma yang
berlaku dengan hierarki yang digunakan adalah alat pelindung diri (APD).
DAFTAR PUSTAKA
International Labour Organization. 1998. Programme on Safety and Health at Work and the
Environment (Safe Work). (http://www.ilo.org. diakses 15 Desember 2016).
Purnama, D.S. 2015. Analisa Penerapan Metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment
and Risk Control) dan HAZOPS (Hazard and Operability Study) dalam Kegiatan Identifikasi
Potensi Bahaya dan Risiko Pada Proses Unloading Unit di PT. Toyota Astra Motor. Jurnal Pasti.
Vol. 9. No. (3). pp. 311-319.
Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3. Jakarta: PT. Dian
Rakyat.
Supriyadi, S., Nalhadi, A., & Rizaal, A. 2015 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko K3 pada
Tindakan Perawatan & Perbaikan Menggunakan Metode HIRARC (Hazard Identification and Risk
Assessment Risk Control) pada PT. X. Seminar Nasional Riset Terapan. pp. 281-286. Standard
Australia License. 1999. AS/NZS 4360:1999. Risk Management in Security Risk Analysis. Brisbane:
ISMCPI. Wijaya, A., Panjaitan, W.S. & Palit, H.C. 2015. Evaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dengan Metode HIRARC pada PT. Charoen Pokphand Indonesia. Jurnal Tirta. Vol. 3. No. (1). pp.
29-34