Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

MENGGUNAKAN METODE HAZARD IDENTIFICATION RISK


ASSESSMENT DAN RISK CONTROL (HIRARC) PADA PROSES
STERILISASI TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DI PKS SEI ROKAN
PT.PERKEBUNAN NUSANTARA V

KERJA PRAKTEK

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1)
Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

RAHMI MELIYANDINI
18522359
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek


Industri manufaktur saat ini terus mengalami perkembangan dan telah menjadi bagian
penting dalam perkembangan dunia saat ini. Perkembangan industri yang pesat ini
membawa implikasi dalam persaingan antar perusahaan dalam industri. Perusahaan
dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerja perusahaannya
dalam masa krisis maupun menghadapi persaingan yang ketat. Salah satu faktor
dalam meningkatkan kinerja perusahaan adalah sumber daya manusia (SDM).
Sumber daya manusia dituntut untuk memiliki keahlian, pengalamaan dan kepekaan
dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada di dunia kerja. Maka dari itulah
ilmu-ilmu yang didapatkan dalam perkuliahan merupakan ilmu yang bersifat teoritis,
yang akan diimplementasikan secara langsung dalam dunia nyata yaitu dengan
melaksanakan kerja praktek.

Kerja Praktek bertujuan sebagai sarana pengaplikasian dari ilmu yang telah
didapatkan dibangku kuliah ke dunia nyata. Dengan melaksanakan program kerja
praktek ini mahasiswa mampu melihat secara nyata permasalahan yang terdapat di
perusahaan, khususnya masalah Sistem Manufaktur, Sistem Produksi, Perencanaan
dan Pengendalian Produksi, Sistem Informasi maupun Sumber Daya yang ada dalam
perusahaan. Disamping itu program kerja praktek ini juga merupakan salah satu
syarat dalam memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1) yang harus ditempuh oleh
seluruh mahasiswa Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam
Indonesia. Dengan adanya pengaplikasian melaksanakan program kerja praktek ini,
calon engineer dapat mengetahui secara mendalam bagaimana pekerjaan yang akan
ditekuni setelah lulus dan siap untuk bekerja di dunia industri. Berdasarkan
pemaparan diatas, tempat yang menjadi tempat kerja praktek penulis yaitu pada
perusahaan PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan yang terletak di kecamatan
Pagaran Tapah Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, provinsi Riau. Berjarak kurang
lebih±4,5 KM dari Ujung Batu, ±137 KM (3,31 jam) dari Kota Pekan Baru (Ibukota
provinsi Riau).Perusahaan ini merupakan perusahaan yang dimiliki oleh negara
(BUMN). Sistem dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan yang terdapat
pada perusahaan tersebut merupakan suatu daya tarik mahasiswa untuk mampu
mempelajari secara langsung proses bisnis maupun sistem produksi yang terdapat di
perusahaan tersebut. Beberapa aspek yang dapat dipelajari secara langsung
diantaranya adalah mengenai aspek-aspek dasar kesehatan dan keselamatan kerja
meliputi keterkaitan K3 dan produktivitas kerja, perundang-undangan kesehatan dan
keselamatan kerja, program kesehatan & keselamatan kerja, higiene  dan  sanitasi
lingkungan kerja, faktor-faktor risiko kesehatan dan keselamatan kerja, prinsip-
prinsip pengelolaan lingkungan kerja dan pelayanan kesehatan kerja, penyakit akibat
kerja, kecelakaan kerja dan kebakaran di tempat kerja, Manajemen Risiko, dan
terutama Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012. 

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan Kerja Praktek yaitu untuk memberikan kesempatan mahasiswa untuk :

1. Mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman mengenai keilmuan Teknik


Industri serta melihat relevansinya di system perusahaan.
2. Mampu menganalisis permasalahan di perusahaan secara sederhana untuk kasus
tertentu melalui tugas khusus dan mmemberikan usulan perbaikan berdasarkan
hasil analisis dan juga teori terkait yang telah didapatkan di perkuliahan.
3. Memahami dan mendapatkan pengalaman dengan lingkungan kerja sebenarnya
sehingga mampu memberikan umpan balik berupa perkembangan keilmuan
didalamnya.
4. Memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan strata 1 (S-1) di
Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Islam Indonesia.
1.3 Batasan Kerja Praktek
Program Kerja Praktek ini dilaksanakan dengan memberikan beberapa batasan
permasalahan agar pembahasan yang dilakukan terfokus, tidak meluas dan terarah.
Berikut merupakan batasan Kerja Praktek yang dilaksanakan :

1. Tempat Kerja Praktek berlokasi di Pagaran Tapah Darussalam, Kabupaten Rokan


Hulu, provinsi Riau. Berjarak kurang lebih±4,5 KM dari Ujung Batu, ±137 KM
(3,31 jam) dari Kota Pekan Baru (Ibukota provinsi Riau)

2. Penempatan Kerja Praktek dilaksanakan pada bagian produksi.


3. Permasalahan yang dikaji pada kerja praktek terbatas pada stasiun kerja sterilisasi
tandan buah segar (TBS).
4. Kerja Praktek dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2021 hingga 03 April 2021.
1.4 Manfaat Kerja Praktek
Manfaat yang dapat diambil pada Program Kerja Praktek ini antara lain :

1. Bagi Mahasiswa

a. Sebagai persiapan diri untuk membekali wawasan dan pengetahuan di dunia


industri secara langsung
b. Sebagai sarana perbandingan (komparasi) antara hasil yang diperoleh pada
saat teori di perkuliahan dengan lapangan industri secara langsung.
c. Sebagai sarana mendalami ilmu maupun bentuk kerja profesi secara nyata di
lapangan dunia kerja.
d. Sebagai sarana untuk menguji kemampuan sejauh mana yang dimiliki
mahasiswa.

e. Memenuhi persyaratan akademik untuk menempuh matakuliah tugas akhir

2. Bagi Perusahaan

a. Membantu memecahkan permasalahan yang ada di perusahaan sesuai dengan


kapasitas pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa.
b. Mengetahui profesi keilmuan teknologi industri khususnya di bidang teknik
industry

c. Membina hubungan baik dengan pihak institusi perguruan tinggi dan


mahasiswa

3. Bagi Perguruan Tinggi

a. Memberi kesempatan kepada Mahasiswa untuk mengenal lebih dekat tentang


dunia industri dalam skala yang konkrit.
b. Sebagai bahan evaluasi dalam peningkatan kualitas kurikulum dimasa depan.

c. Meningkatkan kualitas dan pengalaman lulusan yang dihasilkan

d. Menjalin hubungan baik antara Universitas Islam Indonesia dengan PT


Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan
BAB II

Gambaran Umum Perusahaan


3.1 Unit Usaha Sei Rokan PT.Perkebunan Nusantara V Yang Terdiri Dari:
1. Perkebunan kelapa sawit
2. Pabrik kelapa sawit

3.2 Sejarah PKS Sei Rokan PT. Perkebunan Nusantara V Yaitu :


1. Pabrik kelapa sawit sei rokan ini berdiri pada tanggal 24 Mei 1984 yang
diresmikan langsung oleh Mantan Presiden Republik IndonesiaKe-2 Bapak
Soeharto dengan kapasitas terpasang 60 Ton TBS/jam. Namun kapasitas
yang diperoleh hanya berkisar 45 Ton TBS/jam. Sumber bahan baku (TBS)
PKS Sei Rokan seluruhnya berasal dari kebun Rokan.
2. Pengolahan TBS berlangsung selama 24 jam dengan sistem kerja yang
dilaksanakan dalam 2 shift. Pengelolaan PKS Sei Rokan dipimpin oleh
seorang Manager sesuai SK No.05.09/SKEP/R/1978/1999 Tanggal 26 April
1999 tentang pemisahan unit pengolahan, kebun dan PKS di PTPN V, dan
dibantu oleh beberapa orang Karyawan Pimpinan (Tabel 1.1).
3. Pada 7 Oktober 2014, PT Perkebunan Nusantara V (Persero) berubah status
nya menjadi anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
sehingga nama nya menjadi PT Perkebunan Nusantara V

3.3 Lokasi PKS Sei Rokan


Terletak di kecamatan Pagaran Tapah Darussalam, Kabupaten Rokan
Hulu, provinsi Riau. Berjarak kurang lebih±4,5 KM dari Ujung Batu, ±137
KM (3,31 jam) dari Kota Pekan Baru (Ibukota provinsi Riau).

3.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan


dapat dilihat pada gambar dibawah ini Pada PT Perkebunan Nusantara
V PKS Sei Rokan, setiap stakeholder dalam Struktur Organisasi
mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Berikut adalah
tugas dan tanggung jawab pada beberapa stakeholder dalam struktur
Organisasi di PT Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan.

manager

Ast,
Administrasi/umum

Ast,
Ast, Pengolahan
Ast, Pengolahan Ast, Teknik Pabrik Pengendalian
2
Mutu

Gambar 1. Skema Struktur Organisasi PKS Sei Rokan

1. Manajer PKS
a. Menyusun rencana jangka panjang unit.
b. Menyusun RKAP/RKO unit Pabrik Kelapa Sawit.
c. Mengelola proses pengolahan dan pengendalian mutu di pabrik sesuai
Standard Operation Procedure (SOP)
d. Mengelola pemeliharaan mesin dan instalasi pabrik dan sarana
pendukung.
e. Mengelola limbah dan lingkungan pabrik.

2. Asisten Teknik Pabrik


a. Menyusun RKAP/RKO bidang teknik pabrik kelapa sawit.
b. Membuat rencana kerja perawatan harian, mingguan, bulanan, tahunan,
serta overhaul mesin-mesin dan instalasi pabrik.
c. Melaksanakan perawatan/perbaikkan harian, mingguan, bulanan,
tahunan, serta overhaul mesin-mesin, instalasi pabrik, dan sarana
pendukung lainnya, sesuai dengan standard operation procedure (SOP).
d. Melaksakan pembuatan alat-alat / komponen yang yang diperlukan
dalam pelaksanaan pemeliharaan mesin-mesin dan instalasi pabrik sesuai
dengan kemampuan perbengkelan yang dimiliki.
e. Melakukan evaluasi dan penegndalian terhadap biaya pememliharaan
mesin-mesin dan instalasi pabrik.

3. Asisten Pengendalian Mutu


a. Menyusun RKAP/RKO bidang penegndalian mutu di unit pabrik kelapa
sawit
b. Melaksanakan dan mengendalikan proses analisis laboraturium sesuai
dengan Standard Operation Procedure (SOP). Dalam rangka
pengendalian mutu proses dan produksi, pengolahan limbah dan
lingkungan hidup.
c. Mengawasi penerimaan dan sortasi bahan TBS yang diterima di pabrik
d. Memantau kegiatan proses pengolahan, melakukan analisis hasil
pemantauan dan membuat tindak lanjut.
e. Memantau hasil produksi minyak sawit dan inti sawit yang dihasilkan
oleh pabrik, melakukan analisi hasil pemantauan dan membuat tindak
lanjut.
f. Melakukan evaluasi hasil kerja operasional analisis laboraturium dan
merencanakan tindak lanjut.

4. Asisten Pengolahan
a. Menyusun RKAP/RKO bidang pengolahan di unit pabrik kelapa sawit.
b. Melaksaa dan mengendalikan proses pengolahan sesuai dengan standard
operation procedure (SOP)./
c. Mengawasi kelancaran peneriamaan bahan baku dan administrasinya.
d. Melaksanakn dan mengawasi pengisian jurnal operasional pengolahan
dimasing-masing stasiun dengan memberikan paraf atau tanda tangan
setiap jam.
e. Melaksanakan dan mengawasi pengalokasian arus listrik dari power plant
untuk kebutuhan pengolahan,domestik dan penerangan jalan serta
kebutuhan lainnya.
f. Mengawasi operasional pabrik kelapa sawit yang meliputi tenaga
kerja,peralatan dan kondisi operasional pabrik agar dapat mencapai
kinerja yang optimal
g. Melaksanakan kegiatan pembersihan instalasi pabrik kelapa sawit dan
kebersihan halam pabrik secara rutin.

5. Asisten Administrasi
a. Menyusun RKAP/RKO bidang administrasi /umum diunit pabrik kelapa
sawit sei rokan.
b. Mengkoordinasi penyusunan RKAP/RKO unit pabrik kelapa sawit sei
rokan.
c. Membuat daftar permintaan uang (DPU) dan laporan penggunaan uang
(LPU) di unit pabrik kelpa sawit sei rokan.
d. Membuat permintaan barang dan jasa yang diperlukan pabrik.
e. Melaksanakan administrasi pengadaan barang lokal (OPL) unit PKS Sein
Rokan.
f. Melaksanakan administrasi keuangan dan akutansi serta menyiapkan
laporan-laporan keuangan unit pabrik kelpa sawit.
g. Melaksankan administrasi / umum untuk karyawan yang berada
dilingkup unit Pabrik kelapa Sawit Sei Rokan.

3.5 Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di PT Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan sampai bulan


Agustus Tahun 2019 sebanyak 170 orang. Jumlah Karyawan Pria tercatat
sebanyak 160 orang dan Karyawan wanita sebanyak 3 orang. Penyebaran
karyawan dibagian pengolahan dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 1. Pembagian Tenaga Kerja PKS Sei Rokan

No. Uraian Pekerja


Pria Wanita Jumlah
1 Karyawan pimpinan 6 - 6
1 Tata usaha/admin 8 3 11
3 Pengamanan 6 - 6
4 Teknik 39 - 39
5 Pengolahan 72 - 72
6 Laboratorium 35 - 35
7 Supir 1 - 1
Jumlah 167 3 170

Tabel 2. Pembagian Tenaga Kerja Pengolahan

No. Uraian Pekerja


Pria Wanita Jumlah
1 Krani 8 3 11
2 Mandor Pengolahan & Lab 4 - 4
Operator Pengolahan 68 - 68
Petugas Sortasi 4 - 5
Petugas Timbangan 2 - 2
Jumlah 106 3 109

Tabel 3. Pembagian Tenahga Kerja Pengolahan Bagian Teknik

No. Uraian Pekerja


Pria Wanita Jumlah
1 Mandor 2 - 2
2 Petugas bengkel listrik/umum 13 - 13
3 Supir alat berat 3 3
4 Petugas reparasi mesin 21 - 21
Jumlah 39 39

Sumber : Dokumen Admin PKS Sei Rokan, 2020

a. Visi dan Misi PKS Sei Rokan


1. Visi
Menjadi perkebunan agribisnis terintegrasi yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
2. Misi
“Pengolahan agro industri kelapa sawit dan karet secara efisien bersama mitra
untuk kepentingan stakefolder”
“penerapan prinsip – prinsip good corporate govermance. Kriteria minyak
sawit berkelanjutan, penerapan standar industri dan pelestarian lingkungan
guna menghasilkan produk yang dapat diterima oleh pelanggan”
“penciptaan keunggulan kompetitif dibidang SDM melalui pengelolaan
sumber daya manusia berdasarkan praktek – praktek terbaik dan sistem
manajemen SDM terkini guna meningkatkan kompetensi inti perusahaan”

b. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu permasalahan


yang banyak menyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena mencakup
permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek
hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi itu sendiri.Pengawasan
pengendalian dan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT
Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan menjamin terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, produktif, dan efektif di seluruh bagian dan Unit - Unit
Usaha dengan memenuhi peraturan dan perundang-undangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja secara berkesinambungan dan terpelihara.

Pengawasan, pengendalian, dan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) dilakukan dengan cara :
i. Meminimalisasi potensi bahaya dengan menjaga sistem pengawasan,
perawatan kesiapan lingkungan, dan tata cara pelaksanaan kerja
karyawan.
ii. Memakai atau mempergunakan APD (Alat Pelindung Diri) di lokasi
kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
iii. Memastikan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dipatuhi dan dilaksanakan sesuai kebijakan dan prosedur serta
instruksi kerja yang telah ditetapkan.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja memiliki beberapa hal


penting yang harus diketahui oleh semua stakeholder yang ada di Unit Usaha
Sei Rokan diantaranya :
1. Pengelolaan sistem keselamatan dan kesehatan kerja kepada tamu
dilakukan oleh P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan kerja)
dan Manager Unit sebagai ketuanya.
2. Sistem izin kerja.
3. Prosedur keadaan darurat yaitu jika lonceng darurat berbunyi maka
seluruh pekerja harus keluar menuju titik evakuasi.
4. Semua stakeholder yang mengetahui adanya sumber bahaya harus
melaporkan kepada P2K3.
5. Menyediakan kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
6. Semua stakeholder maupun tamu yang memasuki areal kerja pabrik harus
menggunakan APD.
7. Memasuki pembatas akses yaitu merupakan garis berwarna kuning yang
berada di lantai merupakan daerah terlarang bagi tamu terkecuali
didampingi oleh pembimbing lapangan.

c. Sistem Managemen Mutu (ISO 9001-2015) dan Sistem Managemen


Lingkungan (ISO 14001-2019)
Dalam upaya meningkatkan pengelolaan Perusahaan menjadi lebih baik,
maka Manajemen PT Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan memutuskan
untuk menerapkan Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan secara
terintegrasi. Tujuan dari Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001-2015) adalah
untuk menjamin produksi yang dihasilkan bermutu baik secara konsisten dan
memuaskan pelanggan. Audit dilakukan oleh pihak eksternal yang dilakuan re-
sertifikasi setiap tahun. Sedangkan tujuan dari Sistem Manajemen Lingkungan
(ISO 14001-2015) adalah untuk memenuhi misi pengembangan usaha
perkebunan dan Industri hilir yang berwawasan lingkungan. Audit juga
dilakukan oleh PT TUV Nord Indonesia. Sistem Manajemen Mutu dan
Lingkungan adalah sistem Manajemen Perusahaan yang dipakai sebagai acuan
bagi semua aspek kegiatan dan diterapkan mulai dari kegiatan penerimaan
bahan baku, spare parts, proses pengolahan, penanganan limbah, kepuasan
pelanggan, dan pengelolaan lingkungan.

2.9 Pengolahan kelapa sawit (TBS) menjadi CPO


1.a.5.a.A.1.1.1 Stasiun Penerimaan TBS

A. POS Satpam
Pos Satpam adalah pos paling pertama yang harus dijumpain sebelum
masuk kedalam pabrik. Tamu dan mobil yang masuk wajib melapor kepada
petugas yang berada didalam pos satpam karena semua itu merupakan tanggung
jawab petugas yang ada didalam (satpam).Bagi mobil pengangkut TBS harus
melapor terlebih dahulu kepada satpam dan menunjukan Surat Pengiriman
Barang (SPB), kemudian baru dilakukan pencatatan Nomor polis (BM), Nama
supir, Kebun asal, Jam tiba, atau pencatatatan yang lain yang dianggap perlu
sebagai pertinggal apabila ada kelalaian dan kesalahan. Setelah itu baru truck
tersebut dipersilahkan masuk dan menuju timbangan untuk dilakukan
penimbangan. Setelah penimbangan dan pembongkaran kemudian supir truck
melapor kembali kepada petugas yang bekerja di pos satpam agar dilakukan
kembali pencatatan jam keluar.

Penerimaan bahan baku didasari dengan jumlah bahan baku yang masuk
karena akan mempengaruhi terhadap operasi pabrik atau kapasitas olah pabrik.
Tata tertib dalam administrasi penerimaan TBS di pabrik, yaitu :
1. Sisa awal
2. TBS yang masuk hari ini (dilihat dari jembatan timbang)
3. TBS tersedia (sisa awal+sisa hari ini)
4. TBS olah
5. Sisa hari ini atau sisa awal
6. Kapasitas pabrik
7. Jam olah adalah jam pabrik mulai mengolah dan jam pabrik berhenti
mengolah dan ditambahi jam berhenti pabrik karena kerusakan atau stagnasi.
B. Jembatan Timbang

Gambar 3. Jembatan Timbang

Timbangan berfungsi untuk mengetahui berat bahan baku yang masuk


dan keluar dari pabrik yaitu dengan cara menghitung bruto, tara, netto dari TBS.
Setiap truk yang masuk ke pabrik harus melakukan penimbangan terlebih
dahulu untuk mengetahui berat TBS dan mengetahui asal bahan baku yang
masuk ke pabrik. Cara yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Brutto : Berat TBS dengan truk


Tarra : Berat truk kosong
Netto : Selisih dari Brutto dan Tarra
PKS Sei Rokan PTPN-V menggunakan 2 buah timbangan. Sebelum
melakukan penimbangan krani harus mengecek anggka display timbangan
digital benar-benar dalam posisi angka nol. Penimbangan dilakukan dengan baik
agar angka yang dihasilkan timbangan sesuai dengan beratnya

Petunjuk yang harus diperhatikan :


1. Kondisi fisik pekerja dalam keadaan baik dan sehat.
2. Mengenakan pakaian kerja /dinas.
3. Pastikan situasi dan tempat kerja dalam keadaan bersih, aman, dan
terkendali.

C. Loading Ramp
Loading ramp merupakan tempat penampungan TBS sementara setelah
ditimbang juga sebagai tempat melakukan sortasi untuk cross check kebenaran
pelaksanaan sistem panen dan sebelum dimasukkan ke dalam lori. Di Loading
ramp ini terdapat ferron yang berfungsi merontokkaan/menurunkan
sampah/pasir yang terikut tandan melalui kisi-kisi kompartemen.

Gambaran umum:
1. Untuk sortasi TBS dilakukan pembongkaran buah untuk menyortir buah.
Buah yang tidak sesuai dengan kriteria buah olah pabrik, maka akan di
catat jumlah buah afkirnya untuk dokumentasi. Adapun kriteria TBS yang
tidak diterima oleh pabrik, yaitu buah mentah dan buah afkir.
2. Pada PKS Sei Rokan terdapat 2 loading ramp, kapasitas Loading Ramp:
210 Ton TBS dan 28 jumlah Pintu (pintu system Hydraulic). Kisi-kisi
untuk pemisahan kotoran di perron tidak penuh melainkan hanya ¼
bagian.

Instruksi Kerja Loading Ramp,Petunjuk yang harus diperhatikan :


1. fisik pekerja dalam keadaan baik dan sehat
2. Mengenakan pakaian kerja /dinas
3. Pastikan situasi dan tempat kerja dalam keadaan bersih, aman, dan
terkendali.
4. Gunakan Alat Pelindung Diri, sesuai dengan kondisi dan tempat kerja.

Sortasi dilakukan untuk melihat kualitas dari buah yang masuk ke


pabrik. Di sortasi dilakukan pemisahaan buah sesuai dengan jenis dan fraksinya.
Proses ini dilakukan agar buah yang belum matang dan buah yang sudah terlalu
matang tidak terikut dalam pengolahan. Buah yang belum matang
mengakibatkan kurangnya rendemen yang diperoleh dan yang terlalu matang
mengandung ALB yang tinggi dan akan merusak kualitas dari sortasi dilakukan
langsung di loading ramp, hal ini bertujuan agar tidak adanya buah yang
menginap pada pelataran dari loading ramp, dan sebaiknya sortasi dilakukan
segera mungkin, hal ini bertujuan agar tidak mengakibatkan buah menjadi rusak
dan banyak buah yang terlindas oleh truk dan akhirnya akan menimbulkan losis
yang tak terhitung.

Prosedur kerja dalam pensortasian:


1. Amati tingkat kematangan buah
2. Pisahkan TBS berdasarkan fraksi,buah sakit,buah banci,tangkai panjang
3. TBS yang disortasi dari kebun SEI ROKAN dilakukan dengan kriteria
matang panen sesuai SE Direksi.

Penerimaan bahan baku dilakukan diloading ramp dengan cara sortasi


buah.Sortasi dilakukan untuk mengetahui kualitas buah yang diterima di PKS
Sei Rokan yang berasal dari kebun sendiri yaitu Kebun Sei Rokan, yang terdiri
dari 10 afdeling.
Fungsi dari sortasi adalah untuk mengetahui kondisi buah yang akan
diolah sehingga dapat diperkirakan kualitas hasil yang akan didapat, proses
perebusan bagaimana yang akan dilakukan dan menyortir buah yang di luar
kriteria. kriteria matang panen sangat menentukan di dalam pencapaian
randemen minyak dan randemen inti. Sortasi dilakukan di lantai Avron.

Tabel 4. Kriteria Kematangan Buah

FRAKSI KEMATANGAN MEMBRONDOL

Fraksi 00 Sangat mentah Tidak ada

Fraksi 0 Mentah 1-12 %

Fraksi 1,2 Matang 12%-25%

Fraksi 3,4 Matang 25%-50%

Fraksi 5 Lewat matang 50%-75%


Fraksi 6 Busuk 75%-100%

Hasil sortasi panen digunakan untuk menghitung rendemen distribusi tiap –


tiap afdeling pemasok dan membuat material balance / analisa tandan untuk
setiap Fraksi, tahun tanam dan setiap afdeling kebun.

D. Lori

Gambar 5. Lori

Alat yang digunakan untuk mengangkut TBS dan tempat merebus buah di
Sterilizer. Rata-rata kapasitas dari tiap lori rebusan adalah 2,5 ton/lori. Pengisian
lori harus penuh tetapi tidak boleh berlebihan karena dapat menggesek dan
merusak packing rebusan/steam distributor serta brondolan berjatuhan di lantai
rebusan sehingga menutup saringan kondensat.

Petunjuk yang harus diperhatikan :


1. Fisik pekerja dalam kondisi sehat
2. Pakaian kerja harus rapi
3. Pastikan situasi dan tempat kerja dalam keadaan aman dan terkendali.
4. Pergunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti :
a. Helm
b. Sarung Tangan
c. Sepatu.
5. Pergunakan peralatan / alat bantu dengan semestinya.

Pengoperasian :
1. Buka pintu rebusan dan turunkan rail jembatan untuk lori.
2. Jembatan rail harus sejajar dengan rail rebusan dan rail mata, kemudian
pasang kunci pengaman / penahan.
3. Pasang gantungan/cantolan kabel bagian depan lori (menarik lori cantolan
harus di depan).
4. Sebelum lori di tarik harus menunggu kode dari operator.
5. Tidak dibenarkan orang melintas ketika lori di tarik.
6. Setelah selesai pekerjaan, pastikan kondisi dan tempat kerja dalam keadaan
baik dan aman.

2. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Gambar 6. Sterilizer

Sterilizer memiliki beberapa fungsi,yaitu:


1. Memudahkan brondolan lepas dari tandan, untuk mempermudah proses
penebahan
2. Menonaktifkan enzim lipase yang dapat menaikkan kadar ALB
3. Mengurangi kadar air
4. Melunakkan daging buah karena dapat memudahkan partikel-partikel terpisah
dari minyak yang terdiri dari : air kondensat (yang berasal dari air buah dan air
uap), minyak, air, dan serat.
5. Memudahkan pemecahan biji dan memudahkan inti lepas daricangkang karena
terjadi pengurangan kadar air pada biji.
Grafik sistem perebusan:

Gambar 7. Grafik Triple Peak

Hal-hal yang mempengaruhi perebusan:


1. Tekanan steam perebusan = 2,5- 3 kg/cm2
2. Waktu perebusan = 90 menit
3. Temperatur steam = 130º

Capstand dan Bollard

Gambar 8. Capstand dan Bollard

Alat yang digunakan untuk menarik lori keluar dan masuk sterilizer, sebelum
capstand dijalankan, bollard harus dalam keadaan bersih dan kering, hal ini
untuk menghindari tali slip sewaktu digunakan
4. STASIUN PEMIPILAN( THRESER )

Gambar 9. Threser

Tempat dimana brondolan akan dilepaskan dari janjangan (tankos), cara


kerjanya dengan cara membanting TBR dengan bantingan 5-6 kali bantingan
threser memiliki putaran untuk membanting TBR putarannya 23rpm.

5. STASIUN DIGESTER
Digester adalah ketel tegak yang mempunyai dinding rangkap, poros
pemutar yang dilengkapi dengan pisau – pisau pengaduk. Tujuan pengadukan
adalah melumatkan daging buah dan memisahkan daging buah dengan biji serta
meniriskan minyak, agar mudah diproses dalam pengempaan.Brondolan yang
telah rontok pada proses thresher, selanjutnya dimasukkan ke dalam alat
pengaduk (digester). Di dalam alat pengaduk brondolan diremas/dilumat dengan
pisau pengaduk yang berputar sambil dipanaskan. Proses pengadukan
berlangsung akibat adanya gesekan antara pisau dengan brondolan dan adanya
tekanan gaya berat dari brondolan yang terisi penuh dalam alat pengaduk.

Screw press berfungsi untuk mengeluarkan minyak dari mesokrapnya


dengan cara dipress. Dipress dengan menggunakan tekanan yang dihasilkan
oleh hidrolic cone dengan besar tekakan 35-40 ampere. Oleh tekanan screw
yang ditahan oleh cone, daging buah diperas sehingga melalui lubang – lubang
seicher minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Tekanan pada press harus
dijaga agar tidak terjadi losis.

6. STASIUN PENGEMPAAN (Pressing)


Brondolan yang telah mengalami pencecahan dan keluar melalui bagian
bawah digester sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke
alat pengempaan yang berada persis dibagian bawah digester. Pada pabrik
kelapa sawit, umumnya digunakan screw press sebagai alat untuk pengempaan
untuk memisahkan minyak dari daging buah.

7. STASIUN PEMURNIAN
Stasiun klarifikasi atau stasiun pemurnian minyak berfungsi untuk
memurnikan minyak kasar hasil ekstraksi dari stasiun , agar minyak tersebut
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Stasiun ini bertujuan untuk
mengontrol terhadap losis-losis atau kehlangan minyak pada setiap tahap
pemurniannya.

8. STASIUN NUT DAN KERNEL


Proses pemisahan biji serabut dari ampas pengempaan bertujuan terutama
untuk memperoleh biji sebersih mungkin. Kemudian dari biji tersebut harus
menghasilkan inti sawit secara rasional, yakni kerugian yang sekecil-kecilnya
dengan hasil inti sawit yang setinggi-tinggi nya. Pemisahan biji dari gumpalan
ampas pengempaan sangat dipengaruhi oleh segi-segi teknis dari proses
pendahulunya (Pahan 2011)
BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktek Kerja (KP) dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2021 - 03 April 2021
yang dimulai pada pukul 07.00 – 16.00. Praktek kerja bertempat di PT.Perkebunan
Nusantara V PKS Sei Rokan yang terletak di Desa Pagaran Tapah, Kecamatan
Pagaran Tapah Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Lembar kegiatan atau log
sheet KP dapat dilihat pada Lampiran 1

3.2 Metode Pengumpulan Data

Pada praktek kerja yang dilaksanakan di PT.Perkebunan Nusantara V PKS Sei


Rokan, Riau dilakukan dengan mengikuti kegiatan sesuai keadaan lapangan. Untuk
mendukung kelengkapan atau penunjang keberhasilan Praktek Kerja dilakukan
beberapa metode pengumpulan data, meliputi:

1.Wawancara

Metode dilakukan dengan cara menyusun beberapa pertanyaan yang akan


ditanyakan yang akan ditanyakan langsung kepada beberapa sumber yang
bersangkutan untuk memperoleh data dan informasi dari secara lisan.

2. Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan mencari dan pengumpulan data yang berhubungan
dengan objek berupa tulisan, angka, gambar maupun foto.

3. Observasi

Metode dengan pengamatan dan pencatatan langsung sesuai dengan keadaan


lapangan.

4. Studi Pustaka

Metode yang dilakukan dengan bantuan dari bermacam-macam sumber pustaka


seperti buku, jurnal, laporan, maupun sumber-sumber tulisan yang relevan.

3.3 Materi Kegiatan

Materi kegiatan praktek kerja di PT.Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan,


Riau terdiri dari dua bagian yaitu:

3.3.1 Materi Kegiatan Umum

Materi kegiatan umum yang dipelajari meliputi sejarah perusahaan, lokasi


perusahaan, struktur organisasi, ketenagakerjaan, tata letak fasilitas, mesin dan
peralatan, proses produksi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), limbah,
sanitasi dan pemasaran.
3.3.2 Materi Kegiatan Khusus

Materi kegiatan secara khusus yaitu untuk mengetahui dan mempelajari tentang
pengendalian mutu di PT.Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan, Riau.

3.3.3 Jadwal Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan praktek di PT.Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan,


Riaudapat dilihat pada Tabel 3.1
BAB IV Tugas Khusus
4.1 Latar Belakang
Komoditas kelapa sawit memiliki berbagai macam keguanan baik untuk industri
pangan maupun non pangan.Prospek pengembangannya tidak hanya terkait dengan
pertumbuhan permintaan minyak nabati dalam negri maupun dunia, namun terkait
juga dengan perkembangan sumber minyak nabati lainnya. Selain menghasilkan
produk utama yang bernilai tinggi berupa crude palm oil (CPO) dan inti sawit, Produk
yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit juga memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi produk yang bernilai sehingga dapat meningkatkan
keuntungan perusahaan dan menjaga kualitas lingkungan.
PT. Perkebunan Nusantara V (PTPN V) merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit , meliputi pembukaan lahan, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan sampai dengan pengolahan hasil produksi berupa minyak
kelapa sawit, inti sawit, palm kernel oil (PKO) dan produk lainnya. PT. Perkebunan
Nusantara V, Riau dilengkapi pabrik pengolahan pabrik yang menghasilkan minyak
sawit salah satunya adalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Sei Rokan. PKS Sei Rokan
menghasilkan produk utama berupa crude plam oil (CPO) dan inti sawit.
Proses pengolahan kelapa sawit terdiri dari beberapa tahapan yang memiliki
potensi terjadinya kecelakaan kerja cukup tinggi.Oleh karena itu perlu adanya
program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di perusahaan . Keselamatan dan
kesehatan merupakan suatu upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khusunya dan manusia pada umumnya.
Terjadinya kecelakaan kerja dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Hal
ini yang melatarbelakangi pengambilan topik tugas mata kuliah Keselamatan dan
Kesehatan kerja (K3) yang berjudul Analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Pada Proses Perebusan Kelapa Sawit Menggunakan Metode Hazard Identification
Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) di PT. Perkebunan Nusantara V PKS
Sei Rokan, Riau.
4.2 Rumusan Masalah

Berikut ini merupakan rumusan masalah yang ada pada PT Perkebunan Nusantara V
PKS Sei Rokan :

1.Mesin dan alat pelindung diri apa saja yang digunakan pada proses perebusan
kelapa sawit di PT.Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan?
2.Apa saja Kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada proses perebusan kelapa sawit ?
3.Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan dan kesehatan kerja pada
proses perebusan kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan?
4.Bagaimana penerapan keselamatam dan kesehatan kerja (K3) pada proses perebusan
kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan?
5.Bagaimana cara menanggulangi kecelakaan kerja di proses perebusan kelapa sawit
di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan menggunakan metode Hazard
Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)?
4.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.Untuk mengetahui mesin dan alat pelindung diri apa saja yang digunakan dalam
proses perebusan di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan.
2.Untuk mengetahui kecelakaan kerja apa yang dapat terjadi pada proses perebusan
kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan.
3.Untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
dan kesehatan kerja pada proses perebusan kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara
V PKS Sei Rokan.
4.Untuk mengetahui bagaimana cara penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
pada proses perebusan kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan.
5.Untuk melakukan analisis penanggulangan kecelakaan kerja di proses perebusan
kelapa sawit di PT.Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan menggunakan metode
Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)?
4.4 Batasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup pada penelitian ini, maka batasan masalah yang
diberikan adalah sebagai berikut:
1.Penelitian ini hanya dilakukan pada proses perebusan/ sterilisasi kelapa sawit di PT.
Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan.
2.Data yang digunakan menggunakan data yang bersifat objektif selama kurang lebih
1 bulan pengamatan di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei Rokan.
3.Tujuan penelitian ini hingga memberikan rekomendasi perbaikan usulan yang dapat
mengurangi kecelakaan kerja pada proses perebusan kelapa sawit di PT.Perkebunan
Nusantara V PKS Sei Rokan menggunakan metode Hazard Identification Risk
Assessment and Risk Control (HIRARC).
4.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang di dapatkan dari penelitian ini antara lain:
1.Bagi Perusahaan
Perusahaan dapat mengetahui kondisi secara teoritis perkembangan keilmuan saat ini.
Selain itu, pihak perusahaan juga dapat menggunakan penelitian ini menjadi salah
satu referensi kebijakan pengembangan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) yang dapat mengurangi kecelakaan kerja terutama pada proses perebusan kelapa
sawit.

2. Bagi Peneliti
Manfaat yang di dapatkan bagi penulis yaitu penulis mampu menambah wawasan
secara langsung di sebuah perusahaan. Selain itu, penulis juga mampu
mengimplementasikan teori-teori yang telah di pelajari di bangku perkuliahan dengan
studi kasus langsung di sebuah perusahaan.
4.6 Landasan Teori
Landasan teori ini dilakukan dengan tujuan untuk menyajikan fakta yang didapatkan
secara komprehensif dan seimbang. Dimana kajian pustaka yang dilakukan ditujukan
kepada keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proses sterilisasi dengan metode
Hazard Identification Risk Assessment dan Risk Control (HIRARC).

4.6.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4.6.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

4.6.1.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Filosofi


( Mangkunegara)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil dan makmur.

4.6.1.1.2 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Keilmuan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
(PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.

4.6.1.1.3 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut OHSAS


18001:2007

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang


dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun
orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja

4.6.1.2 Sistem keselamatan kerja

Sistem pengelolaan keselamatan kerja dimulai dengan

melaksanakan identifikasi bahaya untuk mengetahui faktor dan

potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti sebagai bahan untuk

dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan membuat

standart operational procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah

analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi.

Setelah dianalisa, tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah

evaluasi resiko untuk menilai seberapa besar tingkat resikonya yang

selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau pengendalian resiko.

Kegiatan pengendalian resiko ini ditandai dengan menyediakan alat

deteksi, penyediaan APD, pemasangan rambu-rambu dan

penunjukan personel yang bertanggung jawab sebagai pengawas.


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja memiliki
beberapa hal penting yang harus diketahui oleh semua stakeholder
yang ada di Unit Usaha Sei Rokan diantaranya :
8. Pengelolaan sistem keselamatan dan kesehatan kerja kepada
tamu dilakukan oleh P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan kerja) dan Manager Unit sebagai ketuanya.
9. Sistem izin kerja.
10. Prosedur keadaan darurat yaitu jika lonceng darurat berbunyi
maka seluruh pekerja harus keluar menuju titik evakuasi.
11. Semua stakeholder yang mengetahui adanya sumber bahaya
harus melaporkan kepada P2K3.
12. Menyediakan kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan).
13. Semua stakeholder maupun tamu yang memasuki areal kerja
pabrik harus menggunakan APD.
14. Memasuki pembatas akses yaitu merupakan garis berwarna
kuning yang berada di lantai merupakan daerah terlarang bagi tamu
terkecuali didampingi oleh pembimbing lapangan.
dilakukan pengendalian resiko untuk tindakan pengawasan adalah dengan
melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko
Sistem Pengelolaan Keslamatan Kerja

Setelah dilakukan pengendalian resiko untuk tindakan pengawasan adalah


dengan melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko.
Berikut adalah skema sistem pengelolaan keselamatan kerja:

Identifikasi Bahaya
Monitoring dan Peninjauan Ulang Bahaya/ Resiko
Analisa Bahaya

Penerapan

Evaluasi Resiko

Kontrol/ Pengendalian
Resiko
Gambar 11. Sistem manajemen resiko

4.6.1.2.1 Fasilitas
a. Alat Pelindung Diri (APD)

PKS Sei Rokan menyediakan APD untuk semua karyawan dan visitor
yang dapat izin utntuk masuk ke PKS Sei Rokan sesuai dengan registrasi.
Adapun APD yang akan digunakan ketika bekerja maupun hanya
mengunjungi PKS :

1) Alat pelindung kepala (safety helmet)


2) Alat pelindung telinga (ear plug dan ear muff)

3) Alat pelindung mata (googles)

4) Alat pelindung kaki (safety shoes)

5) Alat pelindung pernapasan (masker)

6) Alat pelindung tangan (gloves)

7) Pelindung badan (baju pelampung dan jas hujan)

Seperti yang telah disebutkan, APD yan telah disebutkan


sudah sesuai dengan standar untuk bekerja di parik agar tidak
terjadinya kecelakaan saat bekerja dan tidak mengurangi
produktifitas proses produksi. Adapun beberapa Kawasan yang
wajib memakai APD yang telah ditetapkan oleh peraturan yang ada
di PKS Sei Rokan seperti gambar di bawah ini :

Gambar 12. Penerapan K3 di PKS Sei Rokan


Gambar 13. Penerapan K3 di PKS Sei Rokan

Dengan adanya gambar diatas yaitu mempunyai tujuan tertentu,


diantaranya adalah :
i. Meminimalisasi potensi bahaya dengan menjaga sistem
pengawasan, perawatan kesiapan lingkungan, dan tata cara
pelaksanaan kerja karyawan.
ii. Memakai atau mempergunakan APD (Alat Pelindung Diri)
di lokasi kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
iii. Memastikan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dipatuhi dan dilaksanakan sesuai
kebijakan dan prosedur serta instruksi kerja yang telah
ditetapkan.

4.6.1.2.2 Media komunikasi K3


1) Rambu

Rambu-rambu yang terpasang adalah jenis rambu larangan,

perintah, infomasi dan peringatan. Rambu ini dipasang di

sepanjang jalan hauling dan di area produksi


2) Poster

Poster K3 banyak terpasang di ruang kerja dengan tujuan

sebagai peringatan dan sebagai motivasi bagi karyawan untuk

mempertimbangkan dan mengutamakan kesehatan dan

keselamatan kerja ketika bekerja.

3) Papan Informasi K3

Papan informasi dipasang dengan tujuan untuk

memberikan informasi baik kepada karyawan maupun

kepada visitor. Papan informasi di PKS Sei Rookan dipasang

di halaman depan dengan harapan mudah dilihat karena

diletakkan di jalur masuk ke kantor.

4) Billboard

Billboard di PT. MGM diletakkan di tempat yang sering

dilalui karyawan sehingga mudah untuk dibaca. Billboard ini

berisi pengumuman sebagai media komunikasi yang berisi

infomasi.
4.7 Hasil Pembahasan

Menurut International Labour Organization (ILO) (1998) Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) adalah suatu promosi, perlindungan dan peningkatan derajat kesehatan yang
setinggi tingginya mencakup aspek fisik, mental, dan social untuk kesejahteraan seluruh
pekerja di semua tempat kerja. Pelaksanaan K3 merupakan bentuk penciptaan tempat
kerja yang aman, bebas dari pencemaran lingkungan sehingga mampu mengurangi
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Hazard Identification Risk
Assessment and Risk Control (HIRARC) merupakan sebuah metode dalam mencegah
atau meminimalisir kecelakaan kerja. HIRARC merupakan metode yang dimulai dari
menentukan jenis kegiatan kerja yang kemudain diidentifikasi sumber bahayanya
sehingga di dapatkan risikonya. kemudian akan dilakukan penilaian resiko dan
pengendalian risiko untuk mengurangi paparan bahaya yang terdapat pada setiap jenis
pekerjaan. (Purnama, 2015). Menurut AS/NZS 4360:1999, risiko (risk) adalah peluang
terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan
hokum sebab akibat. Risiko diukur berdasarkan nilai likelihood dan consequence.
Penilaian risko (Risk Assessment) adalah proses penilaian yang digunakan untuk
mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat terjadi. Tujuan dari risk assessment adalah
memastikan kontrol risiko dari proses, operasi atau aktifitas yang dilakukan berada pada
tingkat yang dapat diterima. Penilaian dalam risk assessment yaitu Likelihood (L) dan
Severity (S) atau Consequence (C). Likelihood menunjukkan seberapa mungkin
kecelakaan itu terjadi, sedangkan Severity atau Consequence menunjukkan seberapa
parah dampak dari kecelakaan tersebut. Nilai dari Likelihood dan Severity akan
digunakan untuk menentukan Risk Rating atau Risk Level. (Wijaya, Panjaitan, Palit,
2015). Berikut ini merupakan tabel consequence, table likelihood dan risk matrix menurut
standar AS/NZS 4360:1999:

Tabel 1 Kriteria consequence


Level Kriteria Penjelasan
Tidak terjadi cidera,kerugian finansial
1 Insignification
kecil
P3K, penanganan di tempat, dan
2 Minor
kerugian finansial sedang
Memerlukan perawatan medis,
penanganan di tempat dengan
3 Moderate
bantuan pihak luar, kerugian
finansial besar
Cidera berat, kehilangan kemampuan
produksi, penanganan luar area
4 Major
tanpa efek negative, kerugian
finansial besar
Kematian, keracunan hingga ke luar
5 Catastrophic area dengan efek gangguan, kerugian
finansial besar

Tabel 2 Kriteria Likehood

Level Kriteria Penjelasan


Terjadi hampir di
1 Almost certain
semua keadaan
Sangat mungkin
2 Likely terjadi hampir
disemua keadaan
Dapat terjadi
3 Possible
sewaktu-waktu
Kemungkinan
4 Unlikely
terjadi jarang
Hanya dapat terjadi
5 Rare pada keadaan
tertentu

Tabel 3 Risk Matrix

Consequence
Likehood
1 2 3 4 5
5 H H E E E
4 M H H E E
3 L M H E E
2 L L M H E
1 L L M H H
Pengendalian risiko (Risk Control) adalah cara untuk mengatasi potensi bahaya yang
terdapat dalam dalam lingkungan kerja. Potensi bahaya tersebut dapat dikendalikan
dengan menentukan suatu skala prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu
dalam prioritas terlebih dahulu yang kemudian dapat membantu dalam pemilihan
pengendalian resiko yang disebut hirarki pengendalian resiko. (Wijaya, Panjaitan, Palit,
2015). Pengendalian risiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian (Hirarchy
of Control). Hirarki pengedalian resiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan
pengendalian resiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara
berurutan (Tarwaka, 2008). Hirarki atau metode yang dilakukan untuk mengendalikan
risiko antara lain:
a. Eliminasi (Elimination)
Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya menghilangkan bahaya.
Eliminasi merupakan langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan
utama dalam melakukan pengendalian risiko bahaya. Hal ini berarti eliminasi
dilakukan dengan upaya mengentikan peralatan atau sumber yang dapat menimblkan
bahaya.
b. Substitusi (Substitution)
Substitusi didefinisikan sebagai penggantian bahan yang berbahaya dengan
bahan yang lebih aman. Prinsip pengendalian ini adalah menggantikan sumber risiko
dengan sarana atau peralatan lain yang lebih aman atau lebih rendah tingkat
resikonya.
c. Rekayasa (Engineering)
Rekayasa / Engineering merupakan upaya menurunkan tingkat risiko dengan
mengubah desain tempat kerja, mesin, peralatan atau proses kerja menjadi lebih
aman. Ciri khas dalam tahap ini adalah melinatkan pemikiran yang lebih mendalam
bagaimana membuat lokasi kerja yang memodifikasi peralatan, melakukan
kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuansi dalam
melakukan kegiatan berbahaya.
d. Administrasi
Dalam upaya sacara administrasi difokuskan pada penggunaan prosedur
seperti SOP (Standard Operating Procedure) sebagai langkah mengurangi tingkat
risiko.
e. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri merupakan langkah terakhir yang dilakukan yang
berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat dari bahaya yang ditimbulkan.
Diagram sebab-akibat atau sering disebut diagram tulang ikan (fishbone) adalah
suatu diagram yang menujukan hubungan antara sebab-akibat. Dari diagram sebab
akibat ini akan diketahui faktor-faktor penyebab terjadinya suatu masalah. Metode
ini dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1963. Ada 5 faktor yang
berpengaruh yang perlu diperhatikan , yaitu:
a. Manusia (Man).
b. Mesin atau Alat (Machine).
c. Metode (Method).
d. Material atau bahan (Material).
e. Lingkungan (Environment).
1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Identifikasi bahaya merupakan upaya sistematis yang dilakukan untuk
mengetahui potensi bahaya dalam aktivitas pekerjaan. Potensi bahaya yang dapat
diidentifikasi berguna untuk meningkatkan kehati-hatian dalam melakukan suatu
pekerjaan, waspada serta melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi
kecelakaan. Adapun proses pekeraan yang ada di section sterilizer tandan buah segar
terdiri dari proses pengangkutan tandan buah segar kelapa sawit dan proses
perebusan tandan buah segar kelapa sawit. Berikut ini adalah contoh hasil dari
pengamatan langsung identifikasi bahaya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Identifikasi Bahaya
Identifikasi
NO Tahapan Proses Pekerjaan Resiko
Bahaya
keseleo, patah
Terpeleset,
Pengangkutan tandan buah tulang, infeksi
1 tergilas roda
segar sawit menggunakan lori pernapasan dan
lori,berdebu
mata
Penarikan lori menggunakan Terlilit tali Keseleo,kehilan
2
Capstand dan Bollard capstand gan organ tubuh
Kulit
mengalami
ruam
kemerahan dan
melepuh,
Panas,percikan
3 Membuka tutup sterilizer percikan api
api,berdebu
dapat mengenai
kulit dan mata,
infeksi
pernapasan dan
mata
Pendarahan
pada bagian
yang
Memindahkan tandan buah tertusuk tojok, , terkena,infeksi
4 segar sawit kedalam stabilizer panas,asap,mater pernapasan dan
menggunakan tojok sawit ial terjatuh mata, anggota
badan terhimpit
atau tertimpa
material
ruam merah di
kulit, infeksi
Memastikan tekanan di dalam pernapasan dan
panas,
5 stabilizer sesuai dengan norma mata, anggota
asap,percikan api
yang berlaku tubuh yang
terkena
melepuh
2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Penilaian risiko mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi nilai potensi
risiko (risk level) kecelakaan kerja. Penentuan tingkat risiko ini berdasarkan dari
kemungkinan kejadian (likelihood) dan keparahan yang dapat ditimbulkan (severity).
Berikut ini adalah contoh hasil dari penilaian risiko dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Penilaian Resiko
Tahapan Proses Identifikasi Risk
NO Resiko L C S
Pekerjaan Bahaya Level
Pengangkutan keseleo,
Terpeleset,
tandan buah segar patah 4 4 16 Ekstrem
1 tergilas roda
sawit tulang,
lori,berdebu
menggunakan lori infeksi
Penarikan lori Keseleo,ke
menggunakan Terlilit tali hilangan 4 4 16 Ekstrem
2
Capstand dan capstand organ
Bollard tubuh
Kulit
mengalami
ruam
kemerahan
dan
Membuka tutup Panas,percikan melepuh, 3 2 6 sedang
3
sterilizer api,berdebu percikan
api dapat
mengenai
kulit dan
mata,
infeksi
Pendaraha
n pada
Memindahkan bagian
tandan buah segar yang
tertusuk tojok, ,
sawit kedalam terkena,inf 3 3 9 Tinggi
4 panas,asap,mate
stabilizer eksi
rial terjatuh
menggunakan pernapasan
tojok sawit dan mata,
anggota
badan
ruam
Memastikan merah di
tekanan di dalam panas, kulit,
5 stabilizer sesuai asap,percikan infeksi 3 2 6 sedang
dengan norma api pernapasan
yang berlaku dan mata,
anggota

Terdapat 5 proses pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja. Nilai


risiko yang terdapat dalam risiko ekstrim sebanyak 40%, risiko tinggi sebanyak 20%,
risiko sedang sebanyak 40.Adapun persentase penilaian risiko menggunakan diagram
pie dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Diagram Pie
Diagram Pie Risk Level

20%
Ekstrem
40% Sedang
Tinggi

40%

3 .Pengendalian Risiko (Risk Control)


Pengendalian risiko (risk control) dilakukan terhadap seluruh bahaya yang
ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan peringkat risiko
untuk menentukan prioritas dan cara pengendaliannya. Berikut ini adalah contoh
hasil dari pengendalian risiko dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Pengendalian Resiko
Tahapa
Identifik Hierarc
n Proses Risk Risk
NO asi Resiko L C S hy of
Pekerja Level Control
Bahaya Control
an
Memodifi
kasi APD
Pengang
keseleo, yang
kutan Terpeles
patah telah
tandan et,
tulang, digunaka Rekayasa
buah tergilas 4 4 16 Ekstrem n tetapi Engineeri
1 infeksi
segar roda tetap ng
pernapas
sawit lori,berd sesuai
an dan
menggun ebu dengan
mata
akan lori SOP yang
berlaku
Penarika
Menggun
n lori
Keseleo, akan APD Alat
menggun Terlilit Sesuai Pelindun
kehilang 4 4 16 Ekstrem
2 akan tali dengan g Diri
an organ
Capstan capstand SOP yang (APD)
tubuh
d dan berlaku
Bollard

Kulit
mengala
mi ruam
kemerah
an dan
melepuh, Menggun
Panas,pe percikan akan APD Alat
Membuk Sesuai Pelindun
rcikan api dapat 3 2 6 sedang
3 a tutup dengan g Diri
api,berde mengena
sterilizer SOP yang (APD)
bu i kulit
dan berlaku
mata,
infeksi
pernapas
an dan
mata

Pendara
han pada
Memind
bagian
ahkan
yang
tandan
terkena,i SOP cara
buah tertusuk
nfeksi pengangk
segar tojok, ,
pernapas atan
sawit panas,as 3 3 9 Tinggi material
Administ
4 an dan rative
kedalam ap,mater yang baik
mata,
stabilizer ial dan
anggota
menggun terjatuh benar
badan
akan
terhimpit
tojok
atau
sawit
tertimpa
material
ruam
Memasti merah di
kan kulit,
tekanan infeksi Menggun
di dalam pernapas akan APD Alat
panas,
stabilizer an dan 3 2 6 sedang
Sesuai Pelindun
5 asap,per dengan g Diri
sesuai mata,
cikan api SOP yang (APD)
dengan anggota
norma tubuh berlaku
yang yang
berlaku terkena
melepuh

Dalam pembahasan ini penilaian risiko ekstrim (extreme risk) yang akan
diambil, yaitu aktifitas pengangkatan tandan buah segar sawit menggunakan lori.
Dimana nilai kemungkinannya (likelihood) adalah 4 dan nilai keparahannya
(severity) adalah 4 dengan skor 16 dapat mengakibatkan terpeleset, tergilas roda lori
dan berdebu dengan pengendaliannya adalah memodifikasi APD yang telah
digunakan tetapi tetap sesuai dengan SOP yang berlaku, seperti: memodifikasi APD
yang digunakan seperti sepatu yang digunakan agar tidak licin saat digunakan,
membuat sebuah alat pelindung diri yang dapat menghindari kaki pekerja tergilas
roda lori. Hirarki pengendalian risikonya menggunakan hirarki rekayasa
(engineering).Penarikan tandan segar buah sawit menggunakan capstand dan bollard
dimana nilai kemungkinan (likelihood) adalah 4 dan nilai keparahannya (severity)
adalah 4 dengan skor 16 dapat menyebabkan Keseleo,kehilangan organ tubuh dengan
pengendaliannya menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan SOP yang
berlaku.Hirarki pengendalian resikonya menggunakan hierarki alat pelindung diri
(APD).Penilaian resiko sedang yang diambil yaitu aktifitas membuka tutup sterilizer
Dimana nilai kemungkinannya (likelihood) adalah 3 dan nilai keparahannya
(severity) adalah 2 dengan skor 6 dapat mengakibatkan Kulit mengalami ruam
kemerahan dan melepuh, percikan api dapat mengenai kulit dan mata, infeksi
pernapasan dan mata. Pengendalian yang digunakan adalah menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai dengan SOP yang berlaku.Hierarki pengendalian
resikonya adalah alat pelindung diri (APD). Aktifitas sedang selanjutnya memastikan
tekanan di dalam stabilizer sesuai dengan norma yang berlaku nilai kemungkinannya
(likelihood) adalah 3 dan nilai keparahannya (severity) adalah 2 dengan skor 6
dengan resiko panas, asap,percikan api. Pengendalian yang digunakan adalah dengan
menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan SOP yang berlaku.Hirarki yang
berlaku adalah menggunakan alat pelindung diri (APD). Penilaian resiko tinggi yang
diambil yaitu aktifitas memindahkan tandan buah segar sawit kedalam stabilizer
menggunakan tojok sawit. Dimana nilai kemungkinannya (likelihood) adalah 3 dan
nilai keparahannya (severity) adalah 3 dengan skor 9 dengan resiko tertusuk tojok, ,
panas,asap,material terjatuh. Pengendalian resikonya adalah menerapkan SOP cara
pengangkatan yang baik dan benar.Hierarki yang digunakan adalah administrative.
4.7 Kesimpulan

Berdasarkan penilaian risiko (risk assessment) yang telah dilakukan oleh penulis
didapatkan 3 kategori risk level, yaitu: risiko sedang (medium risk), risiko tinggi
(high risk), dan risiko ekstrim (extreme risk). Pada resiko sedang (medium risk),
yaitu: Kulit mengalami ruam kemerahan dan melepuh, percikan api dapat mengenai
kulit dan mata, infeksi pernapasan dan mata serta ruam merah di kulit, infeksi
pernapasan dan mata, anggota tubuh yang terkena melepuh. Sedangkan untuk risiko
tinggi (high risk), yaitu: Pendarahan pada bagian yang terkena,infeksi pernapasan
dan mata, anggota badan terhimpit atau tertimpa material. Terakhir untuk risiko
ekstrim (extreme risk) yang ada di bagian sterilizer tandan buah segar kelapa sawit,
yaitu: keseleo, patah tulang, infeksi pernapasan dan mata serta Keseleo,kehilangan
organ tubuh. Pengendalian risiko (risk control) menggunakan hirarki pengendalian
(hirarchy of control). Dimana pada langkah kerja Pengangkutan tandan buah segar
sawit menggunakan lori, hirarki pengendalian risikonya menggunakan hirarki
rekayasa engineering. Kemudian pada langkah kerja Penarikan lori menggunakan
Capstand dan Bollard, hirarki pengendalian risikonya menggunakan hirarki alat
pelindung diri (APD). Untuk aktifitas Membuka tutup sterilizer hirarki pengendalian
risikonya menggunakan hirarki alat pelindung diri (APD). Sedangkan pada langkah
kerja Memindahkan tandan buah segar sawit kedalam sterilizer menggunakan tojok
sawit, hirarki yang digunakan adalah hierarki administrative dan aktifitas yang
terakhir adalah Memastikan tekanan di dalam stabilizer sesuai dengan norma yang
berlaku dengan hierarki yang digunakan adalah alat pelindung diri (APD).
DAFTAR PUSTAKA

International Labour Organization. 1998. Programme on Safety and Health at Work and the
Environment (Safe Work). (http://www.ilo.org. diakses 15 Desember 2016).

Purnama, D.S. 2015. Analisa Penerapan Metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment
and Risk Control) dan HAZOPS (Hazard and Operability Study) dalam Kegiatan Identifikasi
Potensi Bahaya dan Risiko Pada Proses Unloading Unit di PT. Toyota Astra Motor. Jurnal Pasti.
Vol. 9. No. (3). pp. 311-319.

Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3. Jakarta: PT. Dian
Rakyat.

Supriyadi, S., Nalhadi, A., & Rizaal, A. 2015 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko K3 pada
Tindakan Perawatan & Perbaikan Menggunakan Metode HIRARC (Hazard Identification and Risk
Assessment Risk Control) pada PT. X. Seminar Nasional Riset Terapan. pp. 281-286. Standard
Australia License. 1999. AS/NZS 4360:1999. Risk Management in Security Risk Analysis. Brisbane:
ISMCPI. Wijaya, A., Panjaitan, W.S. & Palit, H.C. 2015. Evaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dengan Metode HIRARC pada PT. Charoen Pokphand Indonesia. Jurnal Tirta. Vol. 3. No. (1). pp.
29-34

Anda mungkin juga menyukai