ABSTRAKS
Ergonomi adalah ilmu terapan yang menjelaskan interaksi antara manusia dengan tempat kerjanya.
Tujuan akhir dari ilmu ergonomi adalah untuk kesempurnaan kerja dengan meminimalkan tekanan kerja
yang diterima oleh tubuh. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu ergonomi ini juga ikut mengalami
perkembangan. Pada generasi pertama ilmu ergonomi berfokus pada sistem manusia mesin, generasi
kedua berfokus pada ergonomi kognitif dan generasi ketiga berfokus pada ergonomi makro.
Perkembangan ilmu ergonomi tersebut tidak dapat dipisahkan dengan kontribusi falsafah ilmu yang
mengkaji ilmu tersebut berdasarkan aspek ontologis, epistimologi dan aksiologi. Pada paper ini
membahas kontribusi filsafat ilmu pada pradigma pengembangan disiplin ilmu teknik industri yang
berkaitan dengan aspek ergonomi makro.
ABSTRACT
Ergonomics is the applied science that describes the interaction between man and the workplace. The
final goal of the science of ergonomics is to perfection of work by minimizing the working pressure
received by the body. Along with the times, the ergonomics is also evolved. In the first generation of
ergonomics focuses on human machine system, the second-generation focuses on cognitive ergonomics
and the third-generation focuses on macro ergonomics. The development of the science of ergonomics
cant be separated from the philosophy of science that examines the contribution that science is based on
the ontological aspect, epistemological and axiologis. This paper discusses the contribution of the
philosophy of science in the development paradigm in industrial engineering disciplines related to macro
ergonomic aspects.
PENDAHULUAN
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus yang merupakan
bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua
ilmu (mater scientiarum). Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan,
pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari
filsafat. Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan
sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami
spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah
menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari
perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu.
Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan
didalami (Bakhtiar, 2005).
Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu ada yang dijadikan objek sasarannya,
sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu cabang filsafat dengan
sendirinya merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan
itu sendiri (Koento Wibisono dkk., 1997). Pada dasarnya ilmu bukanlah pengetahuan yang
hanya berisi informasi, tapi mempunyai ciri. Menurut The Liang Gie (1987) ilmu mempunyai 5
ciri pokok yaitu :
1. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan
2. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan
itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur
3. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan
pribadi
4. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian
yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-
bagian itu
5. Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
Selain ilmu memiliki ciri khusus, ilmu juga dikaji dari beberapa segi. Jadi seluruh bentuk ilmu
dapat digolongkan kedalam kategori ilmu pengetahuan dimana masing-masing bentuk dapat
dicirikan oleh karakteristik obyek ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis.
1. Obyek Ontologis , yaitu pengalaman manusia yakni segenap wujud yang dapat dijangkau
lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan panca indra.
2. Landasan Epistemologis, metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dengan
pengajuan hipotesis atau yang disebut logico hypotetico verifikasi.
3. Landasan Aksiologis, kemaslahatan umat manusia artinya segenap wujud ilmu
pengetahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Semakin banyak manusia tahu, semakin banyak pula pertanyaan yang timbul dalam dirinya.
Manusia ingin tahu tentang asal dan tujuan hidup, tentang dirinya sendiri, tentang nasibnya,
tentang kebebasannya, dan berbagai hal lainnya. Sikap seperi ini pada dasarnya sudah
menghasilkan pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan sistematis dapat dibagi
atas banyak jenis ilmu.
Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam
dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup. Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat
membiarkan insting mengatur perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia
membutuhkan kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu
manusia mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses
pencariannya.
Ilmu dan filsafat memiliki hubungan yang sangat erat, sehingga bisa dikatakan filsafat sangat
berkontribusi pada ilmu pengetahuan, di makalah ini mengkaji kontribusi filsafat ilmu dalam
perkembangan salah satu disiplin ilmu, yaitu perkembangan teknik industi yang berkaitan
dengan ergonomi makro.
Luasnya cakupan ilmu teknik industri mengakibtkan ilmu tersebut mengalami kemajuan yang pesat. Hal
tersebut bisa dikaitkan dengan adanya kemajuan bidang micro electronic, komputer dan sehagainya. Di
lain pihak disiplin Teknik Industri justru memiliki laju perrnintaan yang terus bertambah secara
spektakuler karena hal mi berkaitan erat dengan tuntutan yang terus rneningkat hagi industri dalarn upaya
inemperbaiki produktivitas, kualitas produk ataupun daya kemampuan bersaing.
KESIMPULAN
Pada artikel ini telah dilakukan kajian mengenai kontribusi falsafah ilmu dalam perkembangan
keilmuan ergonomi makro berdasarkan aspek ontologis, epistimologi dan aksiologi. Dari kajian
tersebut dapat diketahui dengan lebih jelas perkembangan dari keilmuan ergonomi makro dari
segi tujuan, manfaat, dan penerapannya.
PUSTAKA
Bactiar, A. (2005). Falsafah Ilmu. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada
Wibisono, Koento dkk. 1997. Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
pengetahuan. Klaten : Intan Pariwara
Bahagia, S. Nur. 2007. Pengantar Teknik Industri. Bandung: ITB.
Foundation of our Techno-Economic, Future. National Academy Press, Washington
DC, 1995
Patil, S.B, A.A Karad dan P.B Kushare. 2008. Industrial Engineering and
Management. Technical Publication Pune
Sulianta, Feri. 2010. IT Ergonomic. Jakarta: Gramedia.
Diaz (2009). Sejarah Ergonomi. http://ergonomi-fit.blogspot.co.id/2011/03/sejarah-
ergonomi.html (diakses pada 12 Januari 2016)
Tarwaka, Solichul H.,A, Bakri, dan Sudiajeng.,L. 2004. Ergonomi untuk keselamatan,
kesehatan kerja dan produktivitas. Surakarta UNIBA PRESS
Hendrick, H.W. and Kleiner, M.B. 2002. Macroergonomics Theory, Methods, and
Applications. Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers, Mahwah, New Jersey.
Hendricks, W. (2001). Bagaimana Mengelola Konflik. Jakarta: Bumi.
Putri, D.K. 2006. Pendekatan Ergonomi Makro Terhadap Usaha Peningkatan
Kualitas Pelayanan Loket Pembuatan Surat Keterangan Mahasiswa. Prosiding
Seminar Nasional Ergonomi dan K3, Surabaya 29 Juli 2006.
Mc Coinick, 1993. dalam https://www.academia.edu/5597227/Ergonomi_adalah
(diakses pada 12 Januari 2016)
Hendrick, H.W; Kleiner, Brian M. (2000). Macroergonomics: An Introduction to
Work System Design. America:Human Factor and Ergonomic Society.
Winardi, J. 2001. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.