Anda di halaman 1dari 8

KONTRIBUSI FALSAFAH ILMU PADA PRADIKMA

PENGEMBANGAN DISIPLIN ILMU TEKNIK INDUSTRI


BERKAITAN DENGAN ASPEK ERGONOMI MAKRO

Garnet Filemon Waluyono 1, Ringgo Ismoyo Buwono2


1,2
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126
Telp. 0271-6322110
Email: garnetwaluyo@gmail.com, ringgois1409@gmail.com

ABSTRAKS
Ergonomi adalah ilmu terapan yang menjelaskan interaksi antara manusia dengan tempat kerjanya.
Tujuan akhir dari ilmu ergonomi adalah untuk kesempurnaan kerja dengan meminimalkan tekanan kerja
yang diterima oleh tubuh. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu ergonomi ini juga ikut mengalami
perkembangan. Pada generasi pertama ilmu ergonomi berfokus pada sistem manusia mesin, generasi
kedua berfokus pada ergonomi kognitif dan generasi ketiga berfokus pada ergonomi makro.
Perkembangan ilmu ergonomi tersebut tidak dapat dipisahkan dengan kontribusi falsafah ilmu yang
mengkaji ilmu tersebut berdasarkan aspek ontologis, epistimologi dan aksiologi. Pada paper ini
membahas kontribusi filsafat ilmu pada pradigma pengembangan disiplin ilmu teknik industri yang
berkaitan dengan aspek ergonomi makro.

Kata kunci: ergonomi, falsafah ilmu, teknik industri, ergonomi makro

ABSTRACT
Ergonomics is the applied science that describes the interaction between man and the workplace. The
final goal of the science of ergonomics is to perfection of work by minimizing the working pressure
received by the body. Along with the times, the ergonomics is also evolved. In the first generation of
ergonomics focuses on human machine system, the second-generation focuses on cognitive ergonomics
and the third-generation focuses on macro ergonomics. The development of the science of ergonomics
cant be separated from the philosophy of science that examines the contribution that science is based on
the ontological aspect, epistemological and axiologis. This paper discusses the contribution of the
philosophy of science in the development paradigm in industrial engineering disciplines related to macro
ergonomic aspects.

Keywords: ergonomic, philosophy of science, industrial engineering, macro ergonomic

PENDAHULUAN
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus yang merupakan
bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua
ilmu (mater scientiarum). Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan,
pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari
filsafat. Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan
sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami
spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah
menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari
perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu.
Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan
didalami (Bakhtiar, 2005).
Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu ada yang dijadikan objek sasarannya,
sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu cabang filsafat dengan
sendirinya merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan
itu sendiri (Koento Wibisono dkk., 1997). Pada dasarnya ilmu bukanlah pengetahuan yang
hanya berisi informasi, tapi mempunyai ciri. Menurut The Liang Gie (1987) ilmu mempunyai 5
ciri pokok yaitu :
1. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan
2. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan
itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur
3. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan
pribadi
4. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian
yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-
bagian itu
5. Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
Selain ilmu memiliki ciri khusus, ilmu juga dikaji dari beberapa segi. Jadi seluruh bentuk ilmu
dapat digolongkan kedalam kategori ilmu pengetahuan dimana masing-masing bentuk dapat
dicirikan oleh karakteristik obyek ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis.
1. Obyek Ontologis , yaitu pengalaman manusia yakni segenap wujud yang dapat dijangkau
lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan panca indra.
2. Landasan Epistemologis, metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dengan
pengajuan hipotesis atau yang disebut logico hypotetico verifikasi.
3. Landasan Aksiologis, kemaslahatan umat manusia artinya segenap wujud ilmu
pengetahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Semakin banyak manusia tahu, semakin banyak pula pertanyaan yang timbul dalam dirinya.
Manusia ingin tahu tentang asal dan tujuan hidup, tentang dirinya sendiri, tentang nasibnya,
tentang kebebasannya, dan berbagai hal lainnya. Sikap seperi ini pada dasarnya sudah
menghasilkan pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan sistematis dapat dibagi
atas banyak jenis ilmu.
Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam
dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup. Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat
membiarkan insting mengatur perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia
membutuhkan kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu
manusia mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses
pencariannya.
Ilmu dan filsafat memiliki hubungan yang sangat erat, sehingga bisa dikatakan filsafat sangat
berkontribusi pada ilmu pengetahuan, di makalah ini mengkaji kontribusi filsafat ilmu dalam
perkembangan salah satu disiplin ilmu, yaitu perkembangan teknik industi yang berkaitan
dengan ergonomi makro.

PERKEMBANGAN DISIPLIN ILMU TEKNIK INDUSTRI


Teknik industri muncul setelah revolusi industri di Inggris pada dekade akhir abad 18. Salah
satu perintis dan dianggap sebagai bapak teknik industi adalah F.W. Taylor berkat
eksperimennya dalam melakukan perbaikan metode kerja melalui kaidah ilmiah. Falsafah yang
pernah dikeluarkan oleh Taylor adalah there is a one best way yang menyatakan bahwa hanya
ada satu cara terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun falsafah tersebut terbantahkan
oleh falsafah there is no best way to do a job, there is always a better way yang menyatakan
bahwa tidak ada cara terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan, tetapi akan selalu ada cara yang
lebih baik dari cara sebelumnya. Falsafah tersebut menjadi landasan ilmu teknik industri untuk
terus melakukan perbaikan-perbaikan yang memberikan nilai tambah.
Menurut IIE (Institute of Industrial and System Engineering) Teknik Industri adalah suatu
teknik yang mencakup bidang desain, perbaikan, dan pemasangan dari sistem integral yang
terdiri dari manusia, bahan-bahan, informasi, peralatan dan energi. Hal ini digambarkan sebagai
pengetahuan dan keterampilan yang spesifik pada metematika, fisika, dan ilmu-ilmu sosial
bersama dengan prinsip dan metode dari analisis keteknikan dan desain untuk mengkhususkan,
memprediksi, dan mengevaluasi hasil yang akan dicapai dari suatu sistem.

Gambar 2. Sistem Integral Teknik Industri


Sumber: Diolah dari Bahagia (2007)

Luasnya cakupan ilmu teknik industri mengakibtkan ilmu tersebut mengalami kemajuan yang pesat. Hal
tersebut bisa dikaitkan dengan adanya kemajuan bidang micro electronic, komputer dan sehagainya. Di
lain pihak disiplin Teknik Industri justru memiliki laju perrnintaan yang terus bertambah secara
spektakuler karena hal mi berkaitan erat dengan tuntutan yang terus rneningkat hagi industri dalarn upaya
inemperbaiki produktivitas, kualitas produk ataupun daya kemampuan bersaing.

Berikut adalah perkembangan cakupan teknik industri (Patil dkk., 2008):


1. Value engineering
2. Operation research
3. CPM and PERT
4. Human Engineering (Ergonomics)
5. System Analysis
6. Advances in information technology
7. Mathematical and statistical tool
Dari ketujuh cakupan tersebut yang berhubungan dengan manusia adalah human engineering
atau lebih dikenal dengan ergonomi.

PERKEMBANGAN ERGONOMI MAKRO


The international ergonomic assosiation juga mendefinisikan ergonomi sebagai bidang
keilmuan yang mempelajari interaksi manusia dengan elemen mesin yang berfokus pada
kesehatan dan produktivitas (Sulianta, 2010). Ilmu ergonomi mulai berkembang pada era
pioner atau era perintisan yang ditandai dengan penggunaan metode ilmiah dalam memecahkan
masalah.
Ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya
telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. (Diaz, 2009) Beberapa kejadian penting
diilustrasikan sebagai berikut:
1. T. Thackrah, England, 1831
Trackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan pekerjaan dari
seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan
lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh para operator di tempat
kerjanya. Ia mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah
kesehatan. Pada saat itu Trackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi
dan dimensi kursi-meja yang kurang sesuai secara antropometri, serta pencahayaan yang
tidak ergonomis sehingga mengakibatkan menbungkuknya badan dan iritasi indera
penglihatan.
2. F.W. Taylor, U.S.A., 1989
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metoda ilmiah
untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan.
3. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih mendetail
dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang
diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat
diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur turun-naik (adjustable).
4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board), England,
1918
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada
Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap harinya meningkat
dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.
5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu Perusahaan
Listrik. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik
seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para
operator kerja pada unit perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang secara cepat
(seperti misalnya pesawat terbang). Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan
dan identifikasi utnuk pengendali pesawat terbang, efektivitas alat peraga (display),
handel pembuka, ketidak-nyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain
pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada
kinerja operator.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research Society) di
England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak
berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah ilmiah) pertama
dalam bidang Ergonomi pada Nopember 1957. Perkumpulan Ergonomi Internasional
(The International Ergonomics Association) terbentuk pada 1957, dan The Human
Factors Society di Amerika pada tahun yang sama. Diketahui pula bahwa Konperensi
Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini
mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The
Ergonomics Society of Australian and New Zealand)
Secara umum penerapan ergonomi terdiri dari banyak tujuan. berikut ini tujuan dalam
penerapan ergonomi:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi
dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan
mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun
waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari
setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup
yang tinggi. (Tarwaka. dkk, 2004).
Perkembangan ergonomi dewasa ini telah sampai pada konsep yang sifatnya makro, hal ini
dikarenakan kebutuhan yang sifatnya global. Konsep ergonomi mikro saat ini sudah tidak
mampu lagi untuk mengatasi cepatnya perkembangan kebutuhan manusia. Oleh karena
penyelesaian masalah tidak bisa ditangani secara mikro, namun harus dilakukan secara makro.
Ergonomi makro merupakan suatu pendekatan sosioteknik dari tingkat atas ke bawah yang
diterapkan pada perancangan sistem kerja secara keseluruhan dengan tujuan mengoptimalkan
desain sistem kerja dan memastikan sistem kerja tersebut berjalan dengan harmonis (Hendrick
and Kleiner, 2002 ; Putri, 2006). Efektivitas kerja yang tinggi dapat dicapai jika terjadi
kesesuaian antara lingkungan kerja dan pekerjanya sendiri.
Hendrick W, (2001) dalam Elfrida adalah orang yang pertama kali memperkenalkan cabang
ilmu ergonomi makro pada tahun 1980 an. Kemunculan cabang ilmu ini disebabkan pesatnya
perkembangan teknologi melebihi perkembangan organisasi. Makro ergonomi merupakan hasil
dari pengembangan mikro ergonomi yang didalamnya menambahkan suatu konsep baru
mengenai manajemen yang berkelanjutan dan lebih mementingkan aspek sosioteknologi.
Konsep dari ergonomi makro adalah top-down sociotechnical dengan sistem pendekatan
terhadap sistem kerja dan aplikasi dari desain sistem kerja keseluruhan yang meliputi manusia
dengan pekerjaanya, manusai dengan alat/mesin dan manusia dengan penggunaan software.
Guna melengkapi ilmu empiris, muncul metodologi untuk menganalisa dan mendesain sistem
kerja, seperti struktur sistem kerja dan analisa sosioteknik terhadap desain proses sistem kerja,
Bagi para ergonomist, ergonomi makro merupakan perspektif untuk melihat sistem dalam skala
yang lebih besar agar investasi dari ergonomi mikro lebih berhasil (Hendrick W, 2000).
Definisi ergonomi makro juga dapat dilakukan dengan cara menjabarkannya dalam fokus,
tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick 1993) dimana dalam penjelasannya
disebutkan sebagai berikut:
1. Secara fokus
Ergonomi makro menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan produk,
peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana sehari-hari manusia hidup dan
bekerja.
2. Secara tujuan
Tujuan ergonomi makro ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta
peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan kerja, pengurangan
rasa lelah dan sebagainya.
3. Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi makro adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-
keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk
merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.
Berdasarkan cakupan di atas dapat didefinisikan ergonomi makro sebagai ilmu ergonomi yang
mempunyai cakupan yang cukup luas. Keilmuan ergonomi makro mencangkup organisasi,
perusahaan, masyarakat luas, bahkan negara. Ergonomi makro dapat dikaji menjadi beberapa
beberapa aspek, dari aspek kajian ontologis, kajian epistimologi dan kajian aksiologi, sebagai
berikut,
1. Kajian Ontologis
Ergonomi makro merupakan suatu pendekatan sosioteknik dari tingkat atas ke bawah
yang diterapkan pada perancangan sistem kerja secara keseluruhan dengan tujuan
mengoptimalkan desain sistem kerja dan memastikan sistem kerja tersebut berjalan
dengan harmonis (Hendrick & Kleiner, 2002 ; Putri dkk, 2006). Secara rinci, ergonomi
organisasi, disebut juga sebagai ergonomi makro, adalah bidang ergonomi yang fokus
pada pengoptimalan sistem sociotechnical, termasuk struktur organisasi, kebijakan, dan
proses organisasi. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi organisasi antara lain:
komunikasi kerja, manajemen sumber daya manusia (MSDM), perancangan kerja dan
tugas, perancangan waktu kerja (time study), teamwork, perancangan partisipasi,
komunitas ergonomi, kultur organisasi, organisasi virtual, shift kerja, penjadwalan kerja,
kepuasan kerja, motivasi, pengawasan kerja, budaya kerja, kerja sama tim, telecommuting
/ telework, etika, kerja kooperatif (misalnya kooperatif berfasilitaskan komputer),
paradigama kerja baru, manajemen mutu dll.
2. Kajian Epistimologi
Menurut Putri (2006), metode yang digunakan oleh rgonomi makro dalam mendesain
sistem kerja yang optimal adalah:
a Ergonomi Partisipatif
Merupakan metode paling dasar dari Ergonomi makro. Pendekatan yang paling
manusiawi karena faktor manusia dengan segala atributnya (nilai, pandangan dan
sikap) ditempatkan dalam prioritas utama. Aplikasi dari Ergonomi Partisipati antara
lain:
Partisipasi dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
Partisipasi dalam desain sistem dan produk.
Partisipasi dalam desain training, desain dan analisis sistem kerja.
b Eksperimen Laboratorium
Pendekatan ini merupakan pendekatan ilmiah untuk menentukan hubungan sebab
akibat. Pendekatan yang utama ialah memanipulasi beberapa variabel bebas yang
mempunyai pengaruh atau menghilangkan efek dari variabel lain yang berpengaruh
pada variabel bebas.
Metode Studi Lapangan
Disebut sebagai pengamatan langsung ke dunia nyata, sehingga peneliti tidak perlu
memanipulasi.
Metode Eksperimen Lapangan
Berbeda dengan metode studi lapangan, tidak perlu menunggu sampai terjadi dan
dari segi waktu lebih efisien.
Kuesioner
Metode ini dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai
organisasi, keuntungannya data yang terkumpul sifatnya rahasia dan pengaruhnya
bagi para karyawan dapat mengungkapkan perasaan dan pendapatnya secara bebas.
Interview
Metode ini dengan mengumpulkan data yang sifatnya nonverbal dan kadang-
kadang data ini justru memiliki peranan penting (Hendrick W, 2000).
3. Kajian Aksiologi
Ergonomi organisasi penting dalam suatu lingkungan kerja karena organisasi merupakan
tempat dimana para pegawai melakukan aktivitas pekerjaanya sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan oleh pimpinan organisasi. Oleh karena itu, organisasi
tempat kerja harus didesain secara ergonomi sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pekerjaan, baik dalam hal mempernyaman penggunaan, mengurangi kesalahan,
dan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, ergonomi organisasi dapat
menambah nilai-nilai kemanusiaan yang diinginkan, seperti meningkatkan keselamatan
kerja, mengurangi kelelahan atau stres akibat pekerjaan, meningkatkan kepuasan kerja,
dan memperbaiki kualitas hidup.
Organisasi tempat kerja dapat menjadi pendorong atau penarik bagi pegawai untuk
melakukan tugas sesuai dengan uraian tugas yang diberikan kepada pegawai. Untuk dapat
melakukan tugas dengan baik setiap individu pegawai harus memiliki motivasi kerja yang
baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Menurut Gray (1984) (dalam
Winardi, 2001) motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau
eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan
persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.

KESIMPULAN
Pada artikel ini telah dilakukan kajian mengenai kontribusi falsafah ilmu dalam perkembangan
keilmuan ergonomi makro berdasarkan aspek ontologis, epistimologi dan aksiologi. Dari kajian
tersebut dapat diketahui dengan lebih jelas perkembangan dari keilmuan ergonomi makro dari
segi tujuan, manfaat, dan penerapannya.

PUSTAKA
Bactiar, A. (2005). Falsafah Ilmu. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada
Wibisono, Koento dkk. 1997. Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
pengetahuan. Klaten : Intan Pariwara
Bahagia, S. Nur. 2007. Pengantar Teknik Industri. Bandung: ITB.
Foundation of our Techno-Economic, Future. National Academy Press, Washington
DC, 1995
Patil, S.B, A.A Karad dan P.B Kushare. 2008. Industrial Engineering and
Management. Technical Publication Pune
Sulianta, Feri. 2010. IT Ergonomic. Jakarta: Gramedia.
Diaz (2009). Sejarah Ergonomi. http://ergonomi-fit.blogspot.co.id/2011/03/sejarah-
ergonomi.html (diakses pada 12 Januari 2016)
Tarwaka, Solichul H.,A, Bakri, dan Sudiajeng.,L. 2004. Ergonomi untuk keselamatan,
kesehatan kerja dan produktivitas. Surakarta UNIBA PRESS
Hendrick, H.W. and Kleiner, M.B. 2002. Macroergonomics Theory, Methods, and
Applications. Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers, Mahwah, New Jersey.
Hendricks, W. (2001). Bagaimana Mengelola Konflik. Jakarta: Bumi.
Putri, D.K. 2006. Pendekatan Ergonomi Makro Terhadap Usaha Peningkatan
Kualitas Pelayanan Loket Pembuatan Surat Keterangan Mahasiswa. Prosiding
Seminar Nasional Ergonomi dan K3, Surabaya 29 Juli 2006.
Mc Coinick, 1993. dalam https://www.academia.edu/5597227/Ergonomi_adalah
(diakses pada 12 Januari 2016)
Hendrick, H.W; Kleiner, Brian M. (2000). Macroergonomics: An Introduction to
Work System Design. America:Human Factor and Ergonomic Society.
Winardi, J. 2001. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai