Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FILSAFAT IPTEK DAN BUDAYA


Dosen Pengapuh mata kuliah ;
Dr. NUR AZAH,S.Ag.M.Pd.I

Disusun oleh:

Islamiyah netasa diva 2093244048

Khoirotul nisa srirejeki 2093244051

Ahmad hamid abdur rozzaq 2093244067

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIIKAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

TEBUIRENG JOMBANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu dan teknologi didominasi oleh dunia Barat. Sejak abad ke-18
perkembangan itu begitu pesat ditandai dengan kehadiran revolusi industri, di bawah naungan
jiwa dan semangat Zaman Renaissance dan Aufklarung. Bisa dipahami bahwa kebudayaan Barat
pun akhirnya banyak dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi.

Menurut Koentjaraningrat (1994:2) unsur-unsur kebudayaan yang ada di dunia ini adalah;
sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan
peralatan. Dari ketujuh unsur itu yang akan menjadi telaahan adalah sistem pengetahuan
khususnya ilmu pengetahuan dan sistem teknologi.

Ilmu dan teknologi sebagai kerangka kebudayaan dapat dilihat, pertama sebagai kekuatan
produksi, kedua sebagai ideologi yang didalam termasuk politik, ketiga sebagai kerangka
kebudayaan modern, dan keempat mencari relevansi bagi pembangunan Indonesia (Wartaya,
1987:306).

Ilmu merupakan hal dasar dari setiap pengetahuan yang sering kita telaah dan terus kita
gali. Pengetahuan yang dimulai dari rasa ingin tahu, kemudian kepastian yang kadang-kadang
kita merasa ragu. Dorongan rasa ingin tahu akan kepastian sesuatu yang belum kita ketahui
ataupun yang sudah kita tahu. Ilmu itu sendiri memiliki ciri-cirinya serta kriteria-kriteria yang
dapat membedakan antara pengetahuan-pengetahuan yang lain dengan yang bukan ilmu.

Dalam perkembangannya, ilmu pun menjadi aspek utama terhadap perkembangan


teknologi serta kebudayaan. Perkembangan dua unsur tersebut tidak akan terlepas dari
perkembangan pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian ilmu, teknologi, dan kebudayaan ?
2. Bagaimana hubungan antara ilmu dan teknologi ?
3. Bagaimana hubungan ilmu dan kebudayaan ?
4. Bagaimana hubungan teknologi dan kebudayaan ?
5. bagaimana hubungan antara ilmu, teknologi, dan budaya?

C. Tujuan
Adapun tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu, teknologi, dan kebudayaan.
2. Untuk mengetahui hubungan antara ilmu dan teknologi.
3. Untuk mengetahui hubungan ilmu dan kebudayaan.
4. Untuk mengetahui hubungan teknologi dan kebudayaan.
5. Untuk mengetahui hubungan antara ilmu, teknologi, dan budaya.
BAB II
PEMBAHASAN

Jika dicermati secara sepintas antara ilmu, teknologi dan kebudayaan memiliki hubungan
yang sangat erat. Hubungan tersebut dapat dipahami dalam bingkai yang sangat luas dari
kehidupan manusia. Membicarakan hubungan istilah-istilah tersebut sesungguhnya dapat
ditelusuri dengan memahami terlebih dahulu pengertian masing-masing istilahnya. Dengan
ungkapan lain, dapat disebutkan ketiga istilah itu berkaitan secara definitif. Dalam sudut pandang
yang demikianlah makalah sederhana ini ingin mengurai bagaimana ketiga istilah itu saling
berhubungan.
Sebelum membicarakan kesaling-hubungan antara ilmu, teknologi dan kebudayaan dalam
konteks sebagaimana disebut di atas, hal bijaksana yang perlu dilakukan adalah merumuskan
definisi antara ketiga istilah di atas, secara berturut-turut sebagai berikut:

A. ILMU
Kendati telah banyak pakar yang mencoba mendefinikan ilmu, namun setidaknya definisi
atau rumusan yang mengatakan bahwa ilmu merupakan produk dari aktifitas dan proses
berpikir manusia dalam mencari kebenaran dengan menggunakan prosedur atau metode
tertentu, sehingga diperoleh pengetahuan yang sistematik dan logis, dapat dianggap cukup
representatif.
Hal penting yang patut diperhatikan dalam pengertian ilmu di atas adalah bahwa istilah
tersebut merujuk pada serangkaian aktivitas yang memiliki tujuan tertentu dan dilakukan
dengan kesadaran. Aktivitas yang dimaksud adalah segala kegiatan dan proses yang dialami
oleh seorang peneliti dalam membangun pengetahuan ilmiah. Secara sistematis pengertian
ilmu ini sesungguhnya menyangkut tiga hal, yakni: produk, proses dan prosedur. Jika ilmu
diperbicarakan pada tataran hasil dari aktivitas manusia dalam kegiatan ilmiah (penelitian)
maka ilmu dipandang sebagai hasil atau produk dari aktivitas tersebut. Adapun jika ilmu
diperbincangkan dalam konteks proses maka ia menunjuk pada “penelitian ilmiah.” Sedang
jika dipersoalkan sebagai suatu tata cara untuk mendapatkan kebenaran ilmiah menunjuk pada
“metode ilmiah.”
Menurut Prent (1969) sebagaimana dikutip oleh Tim Dosen Filsafat UGM (2003: 149)
secara etimologis ilmu berasal dari kata ”Scientia” yang berarti pengetahuan tentang, tahu juga
tentang, pengetahuan mendalam, faham benar-benar. Masih pada buku yang sama dijelaskan,
bahwa ilmu memiliki makna denotatif dan makna konotatif. Dari makna denotatif, ilmu dapat
diartikan sebagai ”pengetahuan” sebagaimana dimiliki oleh setiap manusia maupun
”pengetahuan ilmiah” yang disusun secara sistematis dan dikembangkan melalui prosedur
tertentu. Adapun konotasi istilah ilmu merujuk pada serangkaian aktivitas manusia yang
manusiawi, bertujuan dan berhubungan dengan kesadaran. Dari titik pandang internal dan
sistematis, konotasi ilmu sesungguhnya menyangkut tiga hal yaitu; proses, prosedur, dan produk.
Proses menunjuk pada ”penelitian ilmiah”, prosedur mengacu pada ”metode ilmiah”, dan ilmu
sebagai produk mengandung maksud ”pengetahuan ilmiah”.
Dari dimensi sosiologi ilmu, ilmu dibedakan menjadi dua yaitu sudut pandang ”internal”
yang mengacu pada ”ilmu akademis’, dan sudut pandang ”eksternal” yang mengacu pada ”ilmu
industrial”.”Ilmu akademis” relatif lebih menekankan pada pengkayaan tubuh pengetahuan
ilmiah untuk pengambangan ilmu itu sendiri, tanpa adanya pemikiran untuk kemungkinan-
kemungkinan penerapannya lebih jauh (ilmu untuk ilmu). Sedangkan ”ilmu industrial”
memusatkan diri pada pengkajian efek-efek teknologis dari pengetahuan ilmiah yang dihasilkan
oleh ”ilmu-ilmu murni”. Titik beratnya pada kemampuan instrumental ilmu dalam memecahkan
problem-problem praktis di segala bidang kehidupan manusia.
Ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan yang dapat diandalkan. Berfikir bukan satu-satunya cara dalam mendapatkan
pengetahuan, demikian juga ilmu bukan satu-satunya produk dari kegiatan berfikir. Ilmu
merupakan produk dari proses berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang secara umum
dapat disebut sebagai berfikir ilmiah. Ilmu merupakan kegiatan berfikir untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar, atau secara lebih sederhana ilmu bertujuan untuk mendapatkan
kebenaran. Ilmu bersifat rasional, logis, bojektif dan terbuka (Jujun. S, 2007).

B. TEKNOLOGI
Secara etimologis akar kata teknologi adalah ”techne”yang berarti serangkaian prinsip
atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek atau kecakapan tertentu.
Juga berarti seni atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode (Runer, 1976).
Beberapa pengertian teknologi yang dikaitkan dengan dimensi pengetahuan. Teknologi
adalah penerapan dari pengetahuan ilmiah kealaman (natural science) (Brinkmann 1971).
Teknologi merupakan pengetahuan sistematis tentang seni industrial atau sebutan singkatnya
sebagai ilmu industrial (The Liang Gie, 1982). Atau penerapan pengetahuan ilmiah untuk
industri (Hill,1971). Bunge menyatakan bahwa teknologi adalah ilmu terapan (apllied
science) yang dipilihnya menjadi 4 cabang yaitu, teknologi fisik (misal teknik mesin, teknik
sipil), teknologi biologis (misal, farmakologi), teknologi sosial (misal, riset, operasi),
teknologi pikir (misal, ilmu komputer) (The Liang Gie. 1982). Fleibleman memandang
teknologi sebagai pertengahan antara ilmu murni dan ilmu terapan atau merujuk pada
teknologi sebagai keahlian atau skill (The Liang Gie, 1982). Layton memandang teknologi
sebagai pengetahuan (The Liang Gie, 1982). Sedangkan Karl Mark menggunakan istilah
teknologi dalam 3 makna yang berbeda, yaitu sebagai alat kerja, pengajaran praktis dari
sekolah industri dan ilmu tentang teknik (The Liang Gie, 1982). Dari definisi di atas jelas
terdapat beberapa pendapat, pertama teknologi bukan ilmu, melainkan penerapan ilmu.
Kedua, teknologi merupakan ilmu, yang dirumuskan dalam kaitan dengan aspek eksternal,
yaitu industri dan aspek internal yang dikaitkan dengan objek material ”ilmu” maupun aspek
”murni terapan”. Dan ketiga teknologi merupakan keahlian yang terkait dengan realitas
kehidupan sehari-hari.
Sedangkan dari dimensi bukan pengetahuan, teknologi diartikan sebagai suatu produksi
untuk tujuan-tujuan ekonomis. Merupakan suatu sistem yang netral untuk tujuan penggunaan
apapun. Teknologi juga merupakan ungkapan kepentingan manusia untuk berkuasa. Segala
aktivitas kerja manusia untuk membantu secara fisik maupun intelektual dalam menghasilkan
bangunan, produk, atau layanan yang dapat meningkatkan produktivitas manusia guna
memahami, beradaptasi, dan mengendalikan lingkungannya secara lebih baik (Brinkmann,
1971). Berkner dan kranzberg memberikan pengetian teknologi sebagai aktivitas kerja
manusia untuk membantu baik secara fisik ataupun intelektual dalam menghasilkan
bangunan, produk-produk atau layanan yang dapat meningkatkan produktivitas manusia
untuk memahami, beradaptasi terhadap, dan mengendalikan lingkungannya secara lebih baik
(The Liang Gie, 1971). Reckover memahami teknologi tidak lain sebagai artefak yang
dihasilkan oleh manusia industrial modern dalam rangka memperluas kekuasannya atas jiwa
dan raga. Teknologi juga dapat diartikan sebagai aktivitas dan hasil dari aktivitas yang
merujuk pada pabrik-pabrik, barang, dan layanan (The Liang Gie, 1971). Nash bahkan lebih
sempit lagi, yakni dengan memahami teknologi sebagai aktivitas hasil dari aktivitas, yang
merujuk pada pabrik pabrik, barang dan layanan (The Liang Gie, 1971). Dan Zimah
mendefinisikan teknologi dalam kaitan dengan ilmu, dengan merumuskan ilmu sebagai ”seni
untuk tahu”( The Art of knowing), dan teknologi sebagai ”Seni untuk tahu bagaimana nya”
(The Art of Knowing How)( The Liang Gie, 1971). Abrams menyatakan bahwa teknologi
merupakan ”penerapan teknik”(Aplication of techniques) (The Liang Gie, 1982).
Sebagai suatu sistem yang kompleks, teknologi memiliki input, komponen, output, dan
lingkungan. Input teknologi berupa kekuatan-kekuatan material, keahlian, teknik,
pengetahuan, alat. Komponen teknologi berupa keahlian teknik, proses, fabrikasi, manufaktur,
maupun organisasi. Output dari teknologi adalah bangunan fisik, barang, makanan, alat,
organisasi, ataupun benda. Sedangkan lingkungan dari teknologi adalah sebagai komponen
kebudayaan terutama ilmu.
Teknologi merupakan istilah yang lahir kemudian dalam perkembangan pengetahuan
manusia. Sebagaimana definisi ilmu, teknologi memiliki berbagai macam pengertian
tergantung pada perspektif dan konteks apa teknologi itu didefinisikan. Terlepas dari itu, pada
garis besarnya, teknologi dapat didefinisikan sebagai penggunaan sumber-sumber dan
kekuatan-kekuatan alam secara metodik berdasarkan pada ilmu pengetahuan untuk maksud
memperhatikan dan memenuhi kebutuhan manusia. Namun apabila dikaitkan dengan dimensi
pengetahuan, teknologi dapat diartikan sebagai penerapan ilmu-ilmu kealaman, pengetahuan,
seni industrial, alat kerja dan sebagainya.
Adapun Perbedaan ilmu dan teknologi adalah: Ilmu bertujuan untuk menambah
pemahaman manusia terhadap fenomena alam, sedangkan Teknologi bertujuan untuk
memberikan kepraktisan bagi manusia, Input ilmu adalah ilmu yang sudah ada sebelumnya,
sedangkan Input teknologi adalah teori ditambah dengan SDA dan SDM. Karena input ini,
ilmu bersifat supranasional, maka Teknologi terbatas pada lingkungan tertentu. Output ilmu
adalah ilmu baru, sedangkan Output teknologi adalah produk.
Untuk memperjelas lagi identifikasi ilmu dan teknologi, The Liang Gie mengumpulkan
tujuh pembeda, yaitu:

Ilmu Teknologi
Memahami dan menerangkan Merupakan suatu sistem yang telah
fenomena fisik, biologis, psikologis,
ditetapkan sebelumnya. Tujuan akhir dari
dan dunia sosial manusia secara teknologi adalah untuk memecahkan
empiris. masalah-masalah material manusia, atau
untuk membawa pada perubahan-perubahan
praktis yang diimpikan manusia.
Berkaitan dengan pemahaman dan Memusatkan diri pada manfaat dan
bertujuan untuk meningkatkan pikir tujuannya adalah untuk menambah
manusia kapasitas kerja manusia.
Tujuan ilmu adalah memajukan Tujuan teknologi memajukan kapasitas
pembangkitan pengetahuan teknik dalam membuat barang atau layaan
Mencari tahu Mengerjakan
Bersifat “supra rasional” Bersifat menyesuaikan diri dengan
lingkungan tertentu
Masukan: pengetahuan yang tersedia Masukan: material alamiah, daya alamiah,
keahlian, alat, mesin, akal sehat,
pengalaman dsbnya
Keluaran: pengetahuan “baru” Menghasilkan produk tiga dimensi

Persamaan Ilmu dan Pengetahuan


1) Ilmu maupun teknologi merupakan unsur atau komponen dari kebudayaan
2) Ilmu maupun teknologi memiliki aspek ideasional maupun faktual, dimensi
abstrak maupun konkret, aspek teoretis maupun praktis.
3) Terdapat hubungan yang dialektis antara ilmu dan teknologi. Pada satu sisi, ilmu
menyediakan bahan pendukung penting bagi kemajuan teknologi berupa teori-
teori, pada sisi lainnya penemuan-penemuan teknologi sangat membantu
perluasan cakrawala penelitian ilmiah,yakni dengan dikembangkannya perangkat
penelitian berteknologi mutakhir.
Sebagai klarifikasi konsep, istilah ilmu lebih tepat dikaitkan dengan konteks
teknologi, sedangkan istilah pengetahuan lebih sesuai bila digunakan dalam konteks
teknis.

C. KEBUDAYAAN
Kebudayaan dapat diartikan sebagai seluruh nilai material maupun spiritual yang telah
dan sedang diciptakan oleh manusia sepanjang sejarah, yang mencakup segala sesuatu yang
merupakan akibat dari aktivitas manusia secara sadar dan bebas.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia1[24].
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat
dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Asal kata “kebudayaan” adalah cultuur (dalam bahasa Belanda), culture (dalam bahasa
Inggris), colere (dalam bahasa latin) yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti
culture sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengubah alam.
Dalam bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta “buddhayah”, yaitu
bentuk jamak dari buddhi yang artinya budi atau akal. Ada juga yang berpendapat bahwa

1
kebudayaan adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi daya, yang berarti daya
dari budi. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa, sedangkan
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa tersebut2[26].
Secara singkat dan sederhana, sebagaimana dipahami secara umum, kebudayaan adalah
semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-
pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Dengan mencermati ketiga definisi di atas dapat dikemukakan bahwa ilmu, teknologi
maupun kebudayaan merupakan hasil dari aktivitas dan kreativitas manusia. Sebab, aktivitas
manusia berlangsung dalam perjalanan waktu dan berlangsung dalam realitas dan secara faktual
mempengaruhi perjalanan hidup manusia. Dalam perspektif inilah, makalah sederhana ini
berbicara tentang hubungan antara ketiganya.

D. HUBUNGAN ANTARA ILMU DAN TEKNOLOGI

Secara historis, dapat disebutkan bahwa pada mulanya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi berjalan pada jalur yang terpisah. Dalam pertumbuhan peradaban modern terjadi
proses pembauran antara jalur ilmu dan teknologi. Salah satu faktor yang membawa interaksi dan
interdependensi antara ilmu dan tekonolgi adalah tuntutan peningkatan alat-alat ukur kepastian
yang sempurna untuk pengembangan pengetahuan ilmiah, khususnya yang berkenaan dengan
ilmu-ilmu eksakta: astronomi, fisika dan biologi. Hal ini merupakan jembatan dari pertumbuhan
antara ilmu modern dan teknologi modern.
Namun terlepas dari semua itu, ilmu dan teknologi, sebagaimana diungkapkan
sebelumnya, keduanya merupakan hasil karya manusia. Sebagai hasil dari kreativitas manusia,
ilmu dan teknologi merupakan dua entitas yang selalu berkembang dan mengalami perubahan.
Hubungan antara ilmu dan teknologi dapat dipahami sebagai dua dimensi inhernitas antara satu
dengan lainnya. Dengan ungkapan lain, bahwa di dalam teknologi terkandung ilmu pengetahuan.

2
Dengan demikian, perubahan di bidang ilmu akan diikuti oleh perubahan teknologi, dan
sebaliknya.
Berinspirasikan pada definisi teknologi di atas, secara ringkas dapat dikatakan bahwa
teknologi merupakan pengetahuan obyektif mengenai ketrampilan untuk mengubah, membuat
atau membentuk benda materiil yang dilakukan oleh aktivitas manusia untuk dijadikan barang
yang berguna. Sedang pengetahuan obyektif itu sendiri menunjukkan keterampilan manusia
dalam melukiskan fenomena-fenomena alam dengan metoda yang sistematis dan logis.
Ketrampilan tersebut berkaitan dengan penggunaan sumber-sumber dan kekuatan-kekuatan alam
yang didasarkan pengetahuan obyektif. Dalam pemahaman yang demikian, tampak bahwa ilmu
merupakan aspek penting dalam teknologi, dimana kemampuan manusia dalam menjelaskan
fenomena-feomena alam tersebut menjadi faktor penentu bagi kemampuan manusia dalam
mengubah, membuat atau membentuk benda-benda materiil.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sesungguhnya teknologi itu
bukanlah ilmu akan tetapi penerapan ilmu. Namun jika dikaitkan dengan aspek eksternal,
industri misalnya, dimana aspek eksternal ini disangkutpautkan dengan obyek material ilmu atau
aspek-murni terapan, maka teknologi dapat dikatakan sebagai ilmu. Teknologi juga memiliki
pengertian sebagai keahlian yang terkait dengan kehidupan manusia.
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih jernih, secara sosiologis dapat dijelaskan
bahwa teknologi merupakan pola praktek penggunaan semua sumber daya untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu yang berdasar pada ilmu pengetahuan. Pendek kata, teknologi merupakan
penerapan ilmu pengetahuan. Teknologi, sebagai manifestasi dari ilmu pengetahuan, pada
hakikatnya adalah ilmu itu sendiri. Tidak bisa dibayangkan adanya teknologi tanpa ilmu
pengetahuan. Hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya adalah hubungan
antara teori dan penerapannya. Teori-teori ilmu pengetahuan, apabila diterapkan dalam
penggunaan empiris, akan melahirkan teknologi. Dengan jelas, hubungan keduanya digambarkan
A.B. Shah, bahwa hukum-hukum gelombang elektro-magnetik adalah ilmu pengetahuan –aspek
teoritisnya. Sedang radio, dimana cara kerjanya menjelaskan hukum-hukum itu, yang merupakan
bagian dari teknologi–aspek terapannya.
Dengan demikian, barangkali dapat dirumuskan, titik singgung antara ilmu dan teknologi
lebih bersifat dialektis, dan keduanya memiliki dimensi idealistas-faktual dan teoritis-praktis.
E. HUBUNGAN ANTARA ILMU DAN KEBUDAYAAN
Definisi kebudayaan seperti telah disinggung sebelumnya menunjukkan bahwa
kebudayaan dapat diartikan sebagai seluruh nilai dari hasil kreativitas manusia. Mengacu pada
pemahaman ini, tampak bahwa ilmu merupakan bagian dari kebudayaan, karena ilmu adalah
hasil dan penjelasan yang dilakukan manusia secara sistematis dan logis terhadap fenomena-
fenomena baik alam maupun sosial. Ilmu pengetauan, sebagai suatu sistem pengetahuan,
merupakan satu di antara unsur-unsur kebudayaan. Dari ungkapan ini, jelas ilmu pengetahuan
merupakan faktor penting dari aspek kebudayaan.
Konsep kebudayaan dapat dipertegas melalui ilustrasi bahwa sebagai produk manusia,
kebudayaan sudah menjadi realitas obyektif yang kemudian mengkondisikan manusia, baik
secara individu maupun sosial, untuk menyesuaikan diri dengan hasil kreativitasnya, baik
teknologi, bahasa maupun lembaga sosialnya. Pengkondisian yang dimaksud adalah menyangkut
ekternalisasi, pencurahan kedirian manusia secara terus-menerus ke dalam dunia, baik dalam
aktivitas fisik maupun mentalnya. Dalam proses perkembangan pengkondisian manusia dalam
konteks membentuk kebudayaan ini, tradisi ilmu muncul dalam kehidupan manusia. Dalam alam
pikiran yang demikian manusia bersikap mengambil jarak terhadap alam sekitarnya, sehingga
alam menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan dan dipelajari. Dan karenanya, ilmu menjadi
komponen penting dalam kebudayaan.
Melihat keterkaitan antara ilmu dengan kebudayaan yang demikian, posisi ilmu sangat
strategis jika dilihat dari segi pengembangan kebudayaan. Oleh karena itu, pandangan yang
menyebutkan ilmu untuk ilmu sudah tidak memiliki relevansinya. Jika logika ilmu sebagai
strategi kebudayaan ini dibalik maka posisi kebudayaan juga memiliki arti strategis bagi
pengembangan ilmu, karena perkembangan ilmu sangat mempertimbangkan unsur-unsur dari
sistem kebudayaan, secara integral. Dan dengan demikian, kesalahan pemilihan terhadap proses
pembelajaran ilmu akan memiliki dampak yang langsung dapat dirasakan bagi integrasi
kebudayaan dalam masyarakat.

F. HUBUNGAN ANTARA TEKNOLOGI DAN KEBUDAYAAN

Sebagaimana ilmu, teknologi adalah komponen penting dari kebudayaan, karena ia


memiliki peranan yang tidak ringan dalam proses kebudayaan, terutama dalam kaitannya dengan
fenomena globalisasi yang tidak dapat dibendung bahkan oleh institusi manapun. Berbeda
dengan peranan ilmu terhadap kebudayaan, teknologi lebih menekankan aspek pembangunan
unsur material kebudayaan manusia. Dalam konteks ini teknologi juga merupakan bagian dari
realitas obyektif yang pada akhirnya memiliki peranan yang besar terhadap komponen
kebudayaan lain, dan terhadap manusia sendiri.
Dalam keterkaitannya dengan hal di atas, stereotif yang muncul dalam pikiran
masyarakat dewasa ini lebih memojokkan posisi teknologi, yang dianggap sebagai penyebab
utama dari goyahnya dan terkoyak-koyaknya sistem kebudayaan. Pandangan tersebut memang
tidak sepenuhnya salah. Hal ini muncul lantaran adanya inkonsistensi komunikasi antar
kebudayaan yang selalu mengalami pergeseran-pergeseran. Lagi pula produk suatu teknologi,
dengan perangkat lunak dan sistem nilainya, misalnya, sangat mudah melintasi secara akseleratif,
dan untuk kemudian memasuki wilayah sistem-sistem kebudayaan. Akselesari perlintasan sistem
nilai teknologi kedalam demarkasi kebudayaan ini dirasakan semakin sulit dikendalikan dan
sering melahirkan gejala-gejala yang tidak dikehendaki manusia sendiri.
Pergulatan entitas teknologi dan kebudayaan ini kemudian sering menimbulkan masalah
bagi kehidupan manusia. Di antaranya adalah yang sering dikenal dengan istilah kesenjangan
teknologi. Jelas bahwa masalah ini muncul lantaran munculnya perbedaan yang bersifat
mendasar antara teknologi dan kebudayaan itu sendiri. Bahkan, secara sosiologis, sifat teknologi
memunculkan ketergantungan budaya dan budaya ketergantungan. Selain itu juga teknologi
mempengaruhi budaya masyarakat yang mengarah pada sentralistik kebudayaan, kecenderungan
untuk melihat realitas secara dikotomis dan menimbulkan suatu pandangan antroposentris yang
marginalis.
Mencermati pemaparan yang demikian, hal pokok yang dapat diungkapkan berkaitan
dengan hubungan teknologi dan kebudayaan ini bahwa hubungan itu dapat dilihat melalui
perspektif teknologi maupun kebudayaan. Sudut pandang yang pertama lebih menuntut kearifan
manusia untuk melihat bahwa pilihan-pilihan yang disediakan teknologi mengandung
konsekuensi masing-masing. Disamping pula, potensi manusia dalam memenuhi hasrat yang
tidak terbatas sesungguhnya memiliki dimensi ganda yang bersifat dialektis: mengembangkan
potensi seluas-luasnya serta kemampuan untuk mengendalikannya. Sementara perspektif yang
kemudian lebih mengedepankan adanya komunikasi antar sistem budaya. Baik itu melalui
proses-proses eksternalisasi bagi pentransfer teknologi, ataupun proses-proses inkulturasi,
akulturasi bahkan invasi kebudayaan bagi pihak yang mendapatkan tranfer tekonolgi itu.
Budaya keterkaitannya dengan pengetahuan istilah teknologi tampaknya memiliki pola-
pola makna yang berujud simbul-simbul dan sistem konsep-konsep, sebagai hasil yang
diungkapkan dalam proses komunikasi, pelestarian dan perkembangan pengetahuan manusia,
sebagai warisan budaya.

G. HUBUNGAN ILMU, TEKNOLOGI, DAN KEBUDAYAAN


Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan beberapa hubungan dan perbedaan ilmu,
teknologi dan kebudayaan sebagai berikut: Ilmu dan teknologi merupakan bagian dari
kebudayaan. Kebudayaan terdiri atas banyak nilai yakni sosial, politik, ekonomi, religi, ilmu dan
teknologi. Ketiganya memiliki hubungan dialektis yang sangat kuat.
Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan berbudaya.
Teknologi sendiri dapat muncul dari ilmu pengetahuan yang selalu berkembang dari zaman ke
zaman. Namun, pengaruh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam pembentukan
budaya mempunyai dampak positf dan negatif. Dampak positif pada pembentukan kebudayaan
salah satunya adalah semakin berkembangnya daya pikir individu dalam suatu bidang, baik itu
dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, dan lain sebagainya. selain itu, kemampuan individu
dalam mencari informasi atau mengumpulkan data untuk bahan diskusi dapat mereka dapatkan
dengan cepat dan akurat melalui media yang berbasis teknologi. Dari kedua hal di atas, pengaruh
dalam pembentukan kebudayaan akan dengan sendirinya muncul di dalam lingkungan
masyarakat sebagai masyarakat modern. Adapun dampak negatifnya seperti penyalahgunaan
media teknologi sebagai sarana pencarian hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan ilmu
pengetahuan. Hal itu dapat membentuk kebudayaan yang rendah akan moral dan sumber daya
manusia yang bobrok tak berkualitas sedikitpun.
Dari 2 dampak di atas, dapat di simpulkan bahwa pengaruh IPTEK pada pembentukan
kebudayaan tergantung dari kemampuan individu dalam menilai dampak yang di timbulkan pada
dirinya sendiri maupun dalam masyarakat. Jika seseorang dapat mempelajari ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan sebaik-baiknya, maka kebudayaan yang terbentuk juga akan menjadi
kebudayaan yang maju dan berdasarkan aturan dan moral yang ada.
Tata-nilai budaya suatu masyarakat merupakan landasan penentu kemampuan masyarakat
dalam berilmu pengetahuan dan berteknologi. Ciri-ciri penting tata nilai budaya masyarakat yang
mendukung kesuburan pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah:
a. Menyenangi dan menghargai upaya untuk memperoleh kejelasan akan fenomena-fenomena
yang dijumpai dalam kehidupannya;
b. Menyenangi dan menghargai upaya-upaya memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki untuk
membentuk sistem-sistem baru;
c. Memiliki patokan-patokan yang mampu membedakan dan memilih upaya-upaya ilmiah dan
teknologis yang membawa kepada terwujudnya tata kehidupan yang lebih baik;
d. Memiliki patokan-patokan yang memungkinkan terwujudnya hubungan sosial yang lebih
terbuka, serta mengendalikan pertumbuhan dari institusi-institusi yang tidak mempunyai daya
tanggap terhadap isyarat-isyarat lingkungannya.

PENUTUP
Ilmu pengetahuan, secara fungsional, merupakan sarana untuk membebaskan dan
menjinakkan teknologi dengan melalui upaya meningkatkan kebudayaan. Tentu saja hal ini tidak
begitu saja dapat dibaca secara mudah. Karena sesungguhnya persoalan hubungan antara ilmu,
teknologi dan kebudayaan merupakan realitas yang komplek. Dalam artian bahwa mengabaikan
satu saja dari realitas tersebut ketika memperbincangkan salah satu di antaranya, justru akan
menghasilkan pandangan yang timpang. Karenanya, upaya memberi pengertian, pemahaman
terhadap salah satu realitas tersebut, teknologi misalnya, hanya dapat dilakukan dalam bingkai
relasinya terhadap realitas lainnya, ilmu dan kebudayaan, dan begitu seterusnya.
Ilmu pengetahuan mengalami perubahan yang sangat signifikan, terlebih lagi ditunjang
dengan teknologi mutakhir. Tetapi perlu dicatat, perpaduan antara science dan teknologi tidak
selamanya berdampak positive pada masyarakat. Justru terkadang malah sebaliknya, bisa
berakibat negative. Bayangkan saja pada masa ini science dan teknologi bukan saja digunakan
untuk menguasai alam melainkan juga untuk memerangi sesama manusia dan menguasai
mereka, terbukti bermacam-macam senjata pembunuh berhasil diciptakan dan dikembangkan.
Dampak tersebut tergantung pada masing-masing pengguna teknologi tersebut. Apakah dia
mampu memanfaatkannya dengan baik atau tidak? Dari sinilah pendidikan moral “pendidikan
agama” perlu dipertimbangkan. Sebenarnya pengaruh science dan teknologi tidak hanya
berdampak pada permasalahan moral saja, tetapi lebih berat lagi, karena dengannya dapat
merubah kebudayaan masyarakat tertentu dan juga dapat menghilangkan nilai-nilai suatu budaya
yang merupakan jiwa dari kebudayaan itu sendiri, sekaligus menjadi dasar dari segenap wujud
kebudayaan.
Pengalihan dan penggunaan teknologi yang berasal dari masyarakat lain harus dilakukan
dengan persiapan yang seksama, agar isyarat-isyarat yang terkandung di dalam teknologi yang
dialihkan sesempurna mungkin difahami, sehingga terhindar terjadinya degradasi kinerja dan
risiko pengoperasian yang besar, serta meminimumkan ketergantungan teknologis. kesemuanya
dapat berakibat meningkatnya biaya-biaya dalam pengoperasiannya dan menurunkan daya saing
produk teknologis yang dihasilkan, serta hal-hal lain yang merugikan.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Amsal Baktiar, MA,. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Jujun S. Suriasumantri. 1999. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2001. Jakarta : Balai Pustaka
Koentjaranigrat. 1994. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
The Liang Gie. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberti
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 1992. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty, 1986)

Anda mungkin juga menyukai