Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PAI

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI

DOSEN PENGAJAR

Jainudin, S.Ag., M.Pd.

Disusun oleh:

 Putri Latifah

STKIP PGRI BANJARMASIN

Pendidikan Teknologi Informasi

2021/2022
DAFTAR ISI......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................

1.1 Latar Belakang ………………………………………………….

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….

1.3 Tujuan……………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………….

2.1 Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni ………………………….

2.1.1 Definisi Ilmu Pengetahuan ……………………………………..

2.1.2 Definisi Teknologi………………………………………………

2.1.3 Definis Seni……………………………………………………...

2.2 Konsep Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam Islam…….

2.3 Sumber Ilmu Pengetahuan…………………………………………

2.4 Batasan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam Islam…….

2.5 Intergrasi Iman, Ilmu, Teknologi dan Seni…………………………

2.5.1 Iman, Islam, Ihsan, dan Ilmu…………………………………….

2.5.2 Ilmu dan Taqwa………………………………………………….

2.6 Keutamaan Orang yang Berilmu…………………………………..

2.7 Tanggung Jawab Ilmuan Terhadap Lingkungan…………………..

BAB III PENUTUP……………………………………………………

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………

3.2 Saran ……………………………………………………………….


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam penciptaan alam semesta ini, sebagaiman yang tersurat dalam ayat-
ayat Al-Qur'an mulai dari proses penciptaan jagad raya, proses penciptaan
manusia dan lain sebagainya, semua menggandung ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga memberikan inspirasi kepada manusia, makhluk hidup yang
dibekali akal pikir untuk mengembangkan pengetahuan agar keilmuan yang
bermanfaat bagi manusia di bumi. Segala sumber pengetahuan dari Allah SWT,
maka seharusnya manusia membangun ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai
dengan kehendak, aturan dan petunjuk Allah SWT, baik yang tersurat dalam Al-
Qur'an ataupun tersirat di alam semesta.

Teknologi sangat berkembang pesat dizaman sekarang ini, laju


perkembangannya diterima dengan mudah oleh manusia. Keperluan hidup sehari-
hari manusia sudah sangat modern dan penuh dengan teknologi mulai dari tempat
tinggal, alat transportasi, alat-alat komunikasi, alat-alat kesehatan hingga hiburan,
aspek kehidupan manusia di zaman sekarang tidak terlepas dari menggunakan
produk teknologi

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah yang terdapat


dalam makalah ini sebagai berikut: (1)Apa pengertian dan konsep ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dalam islam?, (2)Darimana sumber-sumber ilmu
pengetahuan dalam islam berasal?, (3)Apa saja batasan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni dalam islam?, (4)Bagaiman integrasi iman, ilmu, teknologi dan
seni?, (5)Apa keutamaan orang yang berilmu?, (6)Bagaimana tanggung jawab
ilmuan terhadap lingkungan?.
1.3 Tujuan

Makalah ini ditulis untuk tujuan mengidentifikasi, menggambarkan, dan


menganalisis ajaran Islam dalam penerapan ilmu pengetahuan, teknologi , dan
seni. Makalah ini berusaha mendefinisikan apa itu ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni, mengetahui sumber sumber ilmu pengetahuan, integrasi ketiganya serta
iman, memahami batasan di dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
islam, keutamaan orang berilmu, dan tanggung jawab ilmuan terhadap
lingkungan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni

1. Definisi Ilmu Pengetahuan

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm (‘alima-ya’lamu-‘ilm) yang


berarti pengetahuan (al-ma’rifah), kemudian berkembang menjadi pengetahuan
tentang hakikat sesuatu yang dipahami secara mendalam. Dari asal kata ‘ilm ini
selanjutnya di-Indonesia-kan menjadi ‘ilmu’ atau ‘ilmu pengetahuan’ . Dalam
perspektif Islam, ilmu merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang
sungguh-sungguh (ijtihad) dari para ilmuwan muslim (‘ulama’/mujtahid) atas
persoalan-persoalan duniawi dan ukhrawi dengan bersumber kepada wahyu Allah.

Ilmu pengetahuan, sains, ilmu adalah semua usaha yang di lakukan secara
sadar untuk menemukan, menyelidiki dan meningkatkan tentang pemahaman
terhadap manusia dalam segala sudut kenyataan terhadap alam manusia. Sudut
pandang ini di berikan batas agar rumusan-rumusan menjadi pasti. Pengertian
ilmu memberikan kepastian tentang pengetahuan dengan membatasi ruang
lingkup pandangannya, dan juga sebuah kepastian ilmu di dapatkan dari
keterbatasanya. Ilmu bukan hanya sebuah pengetahuan(knowledge), namun
mencakup sekumpulan pengetahuan yang di dasari oleh teori-teori yang sudah di
sepakati dan bisa secara sistematik di uji dengan berbagai cara yang diikuti dalam
bentuk ilmu tertentu.

Menurut Horton, P, B., dan Chester L, H, ilmu pengetahuan merupakan


upaya pencarian pengetahuan yang dapat diuji dan diandalkan, yang dilakukan
secara sistematis menurut tahap-tahap yang teratur dan berdasarkan prinsip-
prinsip serta prosedur tertentu.

Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen:


1. Ontologis, sebagai hakikat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas
ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahannya, dengan kata lain
ontologis merupakan objek formal dari suatu pengetahuan.
2. Epistemologis, sebagai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan
disusun menjadi tubuh pengetahuan.
3. Aksiologis, merupakan asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari
ilmu pengetahuan.

2. Definisi Teknologi

Menurut Horton, P, B., dan Chester L, H, Teknologi adalah penerapan


penemuan-penemuan ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah praktis,
pengertian lain Teknologi adalah aktifitas atau kajian yang menggunakan
pengetahuan sains untuk tujuan praktis dalam industri, pertanian, perobatan,
perdagangan dan lain-lain. Teknologi juga dapat didefiniskan sebagai kaidah atau
proses menangani suatu masalah teknis yang berasaskan kajian saintifik maju
seperti menggunakan peralatan elektronik, proses kimia, manufaktur, permesinan
yang canggih, dan lainnya.

Teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu tekne, yang bearti pekerjaan, dan
logos, berarti suatu studi peralatan, prosedur dan metode yang digunakan pada
berbagai cabang industri. Definisi teknologi menurut para ahli:

1. Menurut Prayitno dalam Ilyas(2001), teknologi adalah seluruh perangkat ide,


metode, teknik benda-benda material yang di gunakan dalam waktu dan
tempat tertentu maupun untuk memenuhi kebutuhan.
2. Menurut Mardikanto (1993), teknologi adalah suatu perilaku produk,
informasi dan praktek-praktek baru yang belum banyak di ketahui, diterima
dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu
lokasi tertentu untuk mendorong perubahan individu dan atau seluruh warga
masyarakat yang bersangkutan.
3. Menurut Jaques Ellul memberi arti teknologi sebagai “keseluruhan metode
yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang
kegiatan manusia”

Secara umum pengertian teknologi adalah: 1) proses yang meningkatkan nilai


tambah, 2) produk yang digunakan dan di hasilkan untuk memudahkan dan
meningkatkan kinerja, 3) struktur atau sistem di mana proses dan produk itu di
kembangkan dan di gunakan.

3. Definisi Seni

Seni menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah kecakapan


membuat(menciptakan) sesuatu yang elok-elok atau indah. Sedangkan kata "seni"
sendiri di ambil dari bahasa Inggris "art", yang berakar pada bahasa Latin "ars",
yang berarti keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman, pengamatan, atau
proses belajar. Kamus Webster mendefinisikan seni sebagai penggunaan
keterampilan dan imajinasi secara kreatif dalam menghasilkan benda-benda
estetis. Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi
kehalusannya, keindahannya, fungsinya, bentuknya, makna bentuknya, dan
sebagainya), seperti tari, lukisan, ukiran dan lain-lain. Umunya seni di bagi
menjadi dua, yaitu seni murni(fine art) dan seni terapan (applied art). Karya seni
rupa murni adalah ungkapan daya cipta pembuatnya seperti (seni lukis, seni grafis,
seni patung dan seni musik). Sementara karya seni terapan merupakan jenis seni
yang memperhatikan nilai kepraktisan atau kegunaan dari karya seni, atau disebut
juga desain seperti (desain produk, desain grafis/desain komunikasi visual, desain
bangunan/arsitektur,dan desain interior).

Seni Budaya Islam adalah keahlian mengekpresikan ide dan pemikiran


estetika dalam penciptaan benda, suasana atau karya yang mampu menimbulkan
rasa indah dengan berdasar dan merujuk pada Al-Qur'an dan Hadits. Sedangkan
seni Islam menurut Sayyid Husein Nasr setidaknya mengandung 3 hal:
1)Mengandung nilai-nilai religius, sehingga tidak ada yang disebut seni sekuler.
Tidak ada dikotomi religius dan sekuler dalam Islam. Disebut kekuatan atau unsur
sekuler dalam masyarakat Islam selalu memiliki pengertian religius seperti halnya
hukum Ilahi yang secara spesifik memiliki unsur-unsur religius, 2) Menjelaskan
kualitas-kualitas spiritual yang bersifat santun akibat pengaruh nilai-nilai sufisme,
3)Ada hubungan halus dan saling melengkapi antara masjid dan istana, dalam hal
perlindungan, penggunaan, dan fungsi berbagai seni. Karena itu menurut Nasr,
seni Islam tidak hanya berkiatan dengan bahan-bahan material yang digunakan
tetapi juga unsur kesadaran religius kolektif yang menjiwai bahan-bahan material
tersebut. Seni Islam bukan sekedar karena seni itu diciptakan oleh seorang
muslim, tetapi lebih karena didasari oleh wahyu Ilahi. Seni dalam Islam identik
dengan kaligrafi, bangunan berkubah atau yang liriknya berbahasa arab.

Cendekiawan KH Quraish Shihab dalam situsnya quraishshihab


menjelaskan,seni adalah keindahan yang bisa tampil dalam berbagai bentuk dan
cara. Selama tujuannya mengantarkan manusia ke nilai yang lebih, berbagai
bentuk dan cara disebut seni Islami. Karena itu Islam dapat menerima aneka
ekspresi keindahan, asal tidak bertentangan dengan nilai Al-Khair dan Al-Ma'ruf
yang duajarkan dalam Islam secara universal. Rasulullah SAW berkata: "Allah
Maha indah menyukai keindahan." Dia menganugerahi manusia dengan fitrah
menyenangi keindahan. Karena itu, mustahil seniNya kecuali ada unsur luar yang
menyertai seni itu.

2.2 Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam Islam

Al-Qur'an mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya


merupakan suatu gumpalan melalui firmanNya:"Tidakkah orang-orang kafir
memperhatikan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu yang pada
(gumpalan), kemudian Kami memisahkannya dan Kami jadikan dari air segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?" (Q.S Al
Anbiya': 30)
Al-Qur'an tidak menjelaskan bagaimana terjadinya pemisahan itu, namun apa
yang di kemukakan di atas tentang perpaduan alam raya kemudian pemisahannya
di benarkan oleh observasi para ilmuawan. Observasi Edwin P. Hubble (1889-
1953) melalui teropong bintang raksasa pada tahun 1929 menunjukkan adanya
pemuaian alam semesta. Ini berarti alam semesta berekspansi, bukannya statis
seperti dugaan Einstein. Ekspansi itu menurut fisikawan Rusia, George Gamow
(1904-1968), melahirkan seratus miliar galaksi yang masing masing rat-rata
memiliki 100 miliar bintang, Dan bilang ditarik ke belakang semuanya
merupakan satu gumpalan yang terdiri dari neutron. Gumpalan itulah yang
meledak dan dikenal dengan istilah Big Bang.

Kemajuan teknologi mampu membawa perubahan besar terhadap dunia,


termasuk sebuah peradaban. Allah telah memerintahkan umat Islam untuk
mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi jauh sebelum teknologi itu di
ciptakan. Dalam Q.S Al-Alaq (96): ayat 1-5 yang artinya: “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telaha menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantara qalam. Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.”

Ilmu pengetahuan dalam Islam memiliki karakteristik khas yang berbeda


secara fundamental dengan ilmu-ilmu yang dikembangkan di Barat, baik
landasan, sumber, sarana, dan metodologinya. Dalam Islam, ilmu pengetahuan
memiliki landasan yang kokoh melalui al-Qur’ān dan Sunnah; bersumber dari
alam fisik dan alam metafisik; diperoleh melalui indra, akal, dan hati/intuitif.
Cakupan ilmunya sangat luas, tidak hanya menyangkut persoalan-persoalan
duniawi, namun juga terkait dengan permasalahan ukhrāwi.

Dalam Islam, teknologi berfungsi sebagai kemudahan untuk membantu


melakukan aktifitas manusia yang bermanfaat ( QS. 21:107), alat untuk
mengeksplorasi (QS. 55:33), alat untuk kemajuan dakwah dan kemajuan Islam
( QS. 8:60), dan sebagai sarana untuk lebih mengenal Allah (QS. 88: 17-21),
(QS.41:53). Tentunya segala penggunaan tegnologi tersebut jangan sampai
berakibat pada rusaknya alam ( QS. 30:41).

Allah SWT berfirman dalam Al-qur'an surat Ar-Rahman: 33:

"Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan."

Nash di atas merupakan bukti bahwa islam juga merupakan pedoman utama
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan


keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat
raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang
seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman:
“Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit
pun retak-retak?” [QS 50: 6].

Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan
Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan
bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Tidak masuk surga orang yang di dalam
hatinya terbetik sifat sombong seberat atom.” Ada orang berkata, “Sesungguhnya
seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus.” Nabi bersabda,”
Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong
adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).

Rasulullah bersabda : “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu


Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi)

Islam memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni


dalam kehidupan manusia. Martabat manusia selain ditentukan oleh
peribadatannya juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Allah juga menyatakan bahwa orang-orang
berilmulah yang takut kepada Allah. Hal ini disampaikan dalam ayat QS.35
(Fathir):28
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ٰ
ِ ‫ف اَ ْل َوا نُهٗ َكذلِكَ  ۗ اِنَّ َما يَ ْخ َشى َ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْال ُعلَمٰ ٓ ؤُا ۗ اِ َّن َ ع‬
‫َز ْي ٌز‬ ٌ ِ‫س َوا ل َّد َوٓا بِّ َوا اْل َ ْن َعا ِم ُم ْختَل‬
ِ ‫َو ِمنَ النَّا‬
‫َغفُوْ ٌر‬

"Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan
hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di
antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.
Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun."

Allah juga akan mengangkat derajat dan martabat orang yang berilmu, seperti
difirmankan dalam QS.58 (Al-Mujaddilah) : 11

‫ح هّٰللا ُ لَـ ُك ْم ۚ  َواِ َذا قِي َْل ا ْن ُش ُزوْ ا فَا ْن ُش ُزوْ ا يَرْ فَ ِع‬ ۤ
ِ ‫س فَا ْف َسحُوْ ا يَ ْف َس‬ ِ ِ‫ٰيا َ يُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ۤوْ ا اِ َذا قِ ْي َل لَـ ُك ْم تَفَ َّسحُوْ ا فِى ْال َم ٰجل‬
‫ت ۗ  َوا هّٰلل ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ خَ بِ ْي ٌر‬
ٍ ‫هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ْم ۙ  َوا لَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم َد َر ٰج‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah


kelapangan di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan."

Islam tidak boleh diabaikan ketika manusia mengembangkan ilmu pe-


ngetahuan serta memanfaatkan kekayaan alam. Hal ini dimaksudkan agar hasil
yang diperoleh memberikan manfaat sesuai dengan fitrah hidup manusia.

Seni Islam murni melahirkan bentuk plastis yang dapat membuat manusia
merenungkan keesaan Ilahi, begitu pula dengan semua ilmu yang bersifat Islami
menunjukkan ke-satupaduan dan saling berhubungan dari segala yang ada. Kedua
hal ini, seni dan ilmu pengetahuan yang bersifat Islami, menjadikan manusia dapat
menuju kearah perenungan keagungan dan keesaan Ilahi. Lahirnya Islam
membawa manusia pada sumber pengetahuan lain dengan tujuan baru, yakni
lahirnya tradisi intelektual-induktif. Dalam QS. 41 (Fusilat) : 52
‫هّٰللا‬
َ َ‫قُلْ اَ َر َء ْيتُ ْم اِ ْن َكا نَ ِم ْن ِع ْن ِد ِ ثُ َّم َكفَرْ تُ ْم بِ ٖه َم ْن ا‬
ٍ ۢ ‫ضلُّ ِم َّم ْن هُ َو فِ ْي ِشقَا‬
‫ق بَ ِع ْي ٍد‬

"Katakanlah, "Bagaimana pendapatmu jika (Al-Qur'an) itu datang dari sisi


Allah, kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada
orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran)?""

2.3 Sumber Ilmu Pengetahuan

Dalam pemikiran Islam terdapat dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu.

Al-Qur‟an dan Sunnah adalah dua sumber utama ilmu dalam Islam yang dirujuk
sebagai sumber wahyu. Setelah itu akal yang menjadi sumber imu yang berada di
bawah naungan wahyu. Allah SWT berfirman: "Sebagaimana Kami telah
mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu
Kitab (Al-Qur‟an) dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum
kamu ketahui. " (Al-Baqarah:151).

Atas dasar tersebut ilmu dalam pemikiran Islam terbagi dua jenis:

1. Bersifat abadi (perennial knowledge) yang tingkat kebenarannya mutlak


karena bersumber dari wahyu Allah

2. Bersifat perolehan (absolut) yang tingkat kebanarannya bersifat


nisbi/relatif, karena bersumber dari akal pikiran manusia. Akal adalah
perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (hati) manusia, antara pikiran
dan emosi manusia. Intelek digunakan untuk memperoleh pengetahuan
yang nyata/konkret, se-dangkan intuisi digunakan untuk pengetahuan alam
tak nyata.

Wahyu adalah tuntunan yang diberikan Allah kepada nabi-Nya dalam


menjalankan fungsi kehidupannya dialam semesta. Selain sebagai
bimbinganfungsional biologis, wahyu juga merupakan bimbingan ajaran pada
manusia pilihan Allah SWT. Hadits Rasulullah pada dasarnya wahyu juga namun
disampaikan oleh malaikat Jibril dalam bentuk makna, sedangkan al-Qur‟an
disampaikan dalam lafaz dan makna. Menurut urutan kebenarannya, sumber ilmu
dalam Islam dapat dikelompokkan sebagai berikut.

A. Al-Quran dan as-Sunnah Al-Qur‟an dan As-Sunnah se-bagai sumber


pertama ilmu karena keduanya diturunkan langsung dari sisi Allah SWT
dan berada dalam pengawasan-Nya, sehingga terjaga dari kesalahan.

B. Alam semesta Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk


memikirkan alam semesta (QS. Al-imran 190-192) dan mengambil
berbagai hukum serta manfaat darinya. Ayat-ayat yang telah dibuktikan
oleh pengetahuan: Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula
(QS Fushsilat 11). Ayat bahwa bintang merupakan sumber panas yang
tinggi (QS At-thariq 3), sebagai contoh matahari yang panasnya mencapai
6000 derajat C. Ayat tentang teori ekspansi kosmos (QS Adz-Dzariyat 47).

C. Diri manusia Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan


tentang proses penciptaannya, baik secara fisiologis/ fisik (QS At-thariq 5)
maupun psikologis/jiwa manusia tersebut (QS Asy-Syams 7-10).

D. Sejarah Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran


wahyu-Nya melalui sejarah (QS Yusuf 111).

Jika manusia masih ragu akan kebenaran wahyu-Nya dan akan datangnya hari
pembalasan, maka perhatikanlah kaum Nuh, Hud, Shalih, Fir‟aun, dan
sebagainya, yang keberadaannya dibenar-kan dalam sejarah hingga saat ini.

Al-Qur’an dan al-Hadits merupakan wahyu Allah yang berfungsi sebagai


petunjuk (hudan) bagi umat manusia, termasuk dalam hal ini adalah petunjuk
tentang ilmu dan aktivitas ilmiah. Al-Qur’an memberikan perhatian yang sangat
istimewa terhadap aktivitas ilmiah. Terbukti, ayat yang pertama kali turun
berbunyi: “Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah
menciptakan”. Membaca, dalam artian yang luas, merupakan aktivitas utama
dalam kegiatan ilmiah. Kata Ilmu disebut sebanyak 150 kali dalam Al-Qur’an.
Sedangkan jadiannya di sebut sebanyak 744 kali. Kata jadian yang di maksud
adalah: ‘alima (35 kali), ya’lamu (215 kali), i’lam (31 kali), yu’lamu (1 kali),
‘alim (18 kali), ma’lim (13 kali), ‘alamin (73 kali), ‘alam (3 kali), ‘a’lam (49
kali), ‘alim atau ‘ulama’ (163 kali), ‘allam (4 kali), ‘allama (12 kali), yu’limu (16
kali), ‘ulima (3 kali), mu’allam (1 kali), dan ta’allama (2 kali).

Menurut epistemologis Islam, pengetahuan ilmiah adalah segala sesuatu


yang bersumber dari alam fisik dan non-fisik. Dengan demikian, menjadi jelas
bahwa sumber pengetahuan dalam islam adalah alam fisik yang bisa diindera dan
alam metafisik yang tidak bisa diindera seperti Tuhan, malaikat, alam kubur, alam
akhirat. Alam fisik dan alam non-fisik sama bernilai sebagai sumber ilmu
pengetahuan dalam Islam. Hal ini berbeda denga epistemologi Barat yang hanya
mengakui alam fisik sebagai sumber ilmu pengetahuan sehingga sesuatu yang
bersifat non-indrawi, non-fisik, dan metafisik tidak termasuk ke dalam obyek
yang dapat diketahui secara ilmiah.

Ilmu pengetahuan dalam Islam bisa dicapai melalui tiga elemin: indra,
akal, dan hati. Didalam prakteknya diterapkan dengan metode yang berbeda:
indra untuk metode observasi (bayani), akal untuk metode logis atau
demonstrative indra, dan hati untuk metode intuitif (‘irfani). Dengan panca indra,
manusia mampu menangkap obyek-obyek indrawi melalui observasi, dengan
mengunakan akal manusia dapat menangkap obyek-obyek spiritual (ma’qulat)
atau metafisik secara silogistik, yakni menarik kesimpulan tentang hal-hal yang
tidak diketahui dari hal-hal yang telah diketahui.

2.4 Batasan Ilmu pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam Islam

Ilmu pengetahuan dan teknologi segala hasilnya dapat diterima oleh masyarakat
Islam manakala bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil iptek
akan melalaikan seseorang dari dzikir dan tafakkur, serta mengantarkan pada
rusaknya nilai-nilai kemanusiaan, maka bukan hasil teknologinya yang ditolak,
melainkan manusiannya yang harus diperingatkan dan diarahkan dalam
menggunakan teknologi.

Dalam prespektif Islam, Ilmu pengetahuan, Teknologi dan Seni


merupakan pengembangan potensi manusia yang telah diberika oleh Allah berupa
akal dan budi. Prestasi gemilang dalam pengembangan ilmu pengetahuan
teknologi pada hakikatnya tidak lebih dan sekedar menemukan bagaimana proses
sunnatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan merancang atau menciptakan
hukum baru di luar sunnatullah (hukum alam hukum Allah).

Seharusnya temuan-temuan baru di bidang ilmu pengetahuan teknologi dan seni


semakin membuat manusia mendekatkan diri pada Allah, bukan semakin angkuh
dan menyombongkan diri.

Sumber pengembangan Ilmu pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam Islam


adalah wahyu Allah. Yang Islaminya selalu mengutamakan dan mengedepankan
kepentingan orang banyak dan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia.
Untuk itu ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam pandangan islam tidak
bebas nilai

2.5 Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi dan Seni

1. Iman, Islam, dan Ihsan

Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaannya


dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Ada tiga inti ajaran Islam yaitu
Iman, Islam dan Ihsan yang terintegrasi di dalam sebuah sistem ajaran yang
disebut Dienul Islam.

Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai
mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur
keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan
Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan,
maka orang tersebut tidak bisa dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab,
ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak
dapat dipisahakan. Iman adalah keyakinan manusia pada aqidah dasar (rukun
iman) agar selamat dari jalan yang sesat.

Islam berarti "Penyerahan diri", maksudnya adalah penyerahan diri


seutuhnya pada tujuan dan kehendak Sang Pencipta. Realisasi dari penyerahan diri
ini adalah taat kepadaNya. Dengan demikian, kata "Islam" mengandung dua
pengertian Sang Pencipta (tauhid) dan taat atau patuh pada ajaran Islam secara
ikhlas. Inti ajaran Islam sendiri ada tiga, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Islam
adalah pokok-pokok ibadah yang wajib di kerjakan. Sedangkan Ihsan adalah cara
mendekatkan diri kepada Allah.

2. Ilmu dan Taqwa

Dalam pandangan Islam antara iman (taqwa) di satu sisi, dengan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni di sisi lain, haruslah terjadi hubungan yang
harmonis dan tidak boleh dipisah-pisahkan. System yang terintergrasi inilah yang
dinamakan dengan Dinul Islam yang berarti telah memuat aqidah, syari'ah dan
akhlaq. Aktifitas manusia tidak akan bernilai sebagai amal shalih kalau tidak
dibangun berdasarkan iman dan ilmu yang benar.

Seperti digambarkan dalam Q.S Ibrahim: 24-25

Yang artinya: "Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan


kalimay yang baik (Dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya
kokoh (menghujan ke bumi) dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu
mengeluarkan buahnya setiap musim dengan seizin Tuhannya. Dan Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu agar manusia selalu ingat."
Ayat di atas mengindentikkan bahwan iman adalah akar, ilmu adalah
pohon yang mengeluarkan pohon dan cabang-cabang ilmu pengetahuan.
Sedangkan amal ibaratkan buah dari pohon itu yang identik dengan teknologi dan
seni. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan
menghasilkan amal shalih bukan kerusakan alam.

Ilmu ibaratkan lampu yang menerangi ketiganya (Iman, Islam dan Ihsan) dan
menuntun seluruh tindakan serta amal ibadah di dalam kehidupan, lahir dan batin,
yang tersurat dan yang tersirat.

2.6 Keutamaan orang berilmu

Firman Allah dalam Q.S. Ali 'Imran: 110, artinya:"Kamu adalah umat
yang paling baik (Khaira ummah, umat pilihan), yang dilahirkan untuk
kepentingan manusia; menyuruh mengerjakan yang benar dan melarang
membuat salah, serta beriman kepada Allah . Sekiranya orang-orang keturunan
Kitab itu beriman, sesungguhnya itu baik untuk mereka. Sebahagian mereka
beriman, tetapi kebanyakannya orang-orang yang jahat."

Disinilah terdapat tantangan, di samping peluang terhadap umat Islam sepanjang


masa dalam meniti setiap perubahan zaman. Khaira Ummah menjadi identitas
umat Islam, ditandai sikap istiqamah atau konsisten, yaitu:1) tetap memebawa,
menyeru, mengajak umat kepada yang baik,atau amar makruf, 2) melarang
membuat salah, atau nahyun 'anil munkar, 3) tetap beriman kepada Allah. Amar
makruf dan 'anil munkar, hanya terlaksana dengan ilmu pengetahuan. Ketika
manusia pertama diciptakan, diberikan beberapa perangkat ilmu, diajarkan
pertama kali pengenalan terhadap nama, sifat sesuata dari alam, yang tidak
diberikan kepada makhluk lainnya termasuk malaikat. Hal itu tertera jelas dalam
dialog Allah dengan para malaikat ketika menciptakan manusia pertama (Adam),
seperti tertera dalam Q.S Al Baqarah: 30-35, tujuannya adalah mengemban misi
mulia, yaitu sebagai khalifah di bumi.

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan tinggi dan mulia di sisi Allah dan
masyarakat. Al-Qur'an memberi golongan ini dengan berbagai gelar mulia dan
terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di
sisi Allah SWT dan makhlukNya. Mereka digelari sebagai "al-raasikhun fil Ilm"
(Al 'Imran:7), "Ulul al-Ilmi" (Al 'Imran:18), "Ulul al-Bab" (Al 'Imran:190), "al-
Basir" dan "as-Sami" (Hud:24), "al-A'limun" (al-A'nkabut:43), "al-Ulama"
(Fatir:28), "al-Ahya" (Fatir:35), dan banyak nama baik dan gelar mulia lainnya.

Usaha untuk memperoleh ilmu melalui berbagai sumber dan pancaindera yang
dikaruniakan Allah SWT membimbing seseorang ke arah mengenal dan mengakui
ketauhidan Rabbul Jalil. Ini memberiksn satu isyarat dan petunjuk yang penting
bahwa ilmu mempunyai keterkaitan yang amat erat dengan dasar akidah tauhid.
Orang yang memiliki ilmu sepatutnya mengenal dan mengakui keesaan Allah
SWT dan keagunganNya. Orang yang berilmu akan tunduk, kerdil, dan hina
berhadapan dengan kekuasaan dan keagungan Allah SWT. Sifat ikhlas, berani dan
tegas, serta senantiasa istiqomah akan selalu ada dalam diri orang berilmu.
Mereka tidak mengharap ganjaran dan pujian dari manusia. Keikhlasan mereka
adalah hasil dari perpaduan kecintaan dan keyakinan kepada prinsip kebenaran
yang menjadi tonggak pegangan mereka. Orang berilmu amat menjunjung tinggi
prinsip kebenaran. Mereka tidak menafikan kebanaran dari pihak lain dan tidak
pula merasa kebenaran hanya mutlak ada pada dirinya.

Keberanian orang berilmu adalah hasil keyakinan teguh kepada kekuatan


dan kekuasaan Allah. Firman Allah SWT, "Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang-orang yang berilmu).
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Penyanyang," (Q.S. Fathir:28)

Orang yang berilmu harus mampu menyampaikan kebenaran ilmunya dan


mengamalkannya. Peringatan Allah dan Rasul sangat keras terhadap kalangan
yang menyembunyikan kebenaran dan ilmu, sebagaimana firmanNya,
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami
turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka dilaknati Allah dan
dilaknati pula oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati." (Q.S Al-
Baqarah:159)
Rasulullah SAW juga bersabda, "Barangsiapa yang menyembunyikan
ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari
api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh
al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih)

Yang menjadi panutan orang-orang berilmuadalah Rasulullah SAW dan para


sahabat beliau yang mulia. Karena hanya dengan mengikuti jalan Rasulullah dan
para sahabatlah yang akan memasukkan seorang muslim ke dalam golongan yang
selamat. Sebagaimana sabda Rasulullah, "Semua golongan tersebut tempatnya di
neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti diatasanya."
(HR Tirmidzi)

Rasulullah menyatakan pentingnya bagi manusia untuk menuntut ilmu


sebagaimana sabdanya, "Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntu ilmu
di dalamnya, maka Allah Azza wa Jalla akan menuntunnya menuju di antara
jalan-jalan menuju surga. Dan sesungguhnya para malaikat akan mengepakkan
sayap-sayap mereka untuk sang penuntut ilmu, karena ridho (terhadap apa yang
mereka perbuat). Dan sesungguhnya, orang berilmu itu akan dimohonkan ampun
oleh seluruh penghuni langit dan bumi serta ikan-ikan di perut laut. Dan
sesungguhnya, keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan seorang ahli
ibadah, adalah bagaikan keutamaan bulan di malam purnama atas seluruh
bintang-bintang di angkasa. Sesungguhnya para ahli ilmu (utama) adalah
pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya, para Nabi itu tidak mewariskan dinar
dan juga dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu semata. Maka
barangsiapa yang mengambilnya, sejatinya ia telah mengambil bagian yang
banyak." (H.R. Imam Ahmad, dan Ashhab As-Sunan dari riwayat Abu Ad
Darda'ra.)

2.7 Tanggung Jawab Ilmuan Terhadap Lingkungan


Untuk mencegah terus terjadinya kerusakan di muka bumi, diperlukan tanggung
jawab besar ilmuwan terhadap masa depan kehidupan seluruh makhluk hidup di
bumi.

Tanggung jawab ilmuwan itu di antaranya:

1. Tanggung jawab profesional terhadap dirinya sendiri, sesama ilmuwan,


dan masyarakat, yaitu menjamin kebenaran dan keteraandalan pernyataan-
pertanyaan ilmiah yang dibuatnya secara formal.

2. Tanggung jawab sosial, yaitu tanggung jawab ilmuwan terhadap


masyarakat yang menyangkut asas moral dan etika.

3. Tanggung jawab lingkungan, yaitu tanggung jawab ilmuwan untuk


menjaga lingkungan, mencegah terjadinya kerusakan lingkungan, dan
mengatasi masalah-masalah lingkungan yang timbul akibat teknologi itu
sendiri.

Karena itu, penggali secara komprehensif ajaran dan etika Islam tentang lingkung
mutlak diperlukan, lalu diajarkan dan dipraktekkan sebagai nilai-nilai universal
sebagaimana halnya implementasi ubudiyah yang lain.

Untuk mencegah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyimpang


dan destruktif (merusak), ilmuwan wajib memelihara keteguhan dalam
menghadapi berbagai penetrasi budaya asing yang terjadi di sekeliling penerapan
teknologi tersebut. Dengan basis agama, budaya, dan ilmu pengetahuan, maka
kemajuan atau perubahan akan berhasil membawa umat Islam menjadi kuat tanpa
harus merusak.

Yang mesti dijaga dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi


menurut ajaran Islam, adalah terjalinnya hubungan baik antara sesama manusia
(hablum minan-nas), dan hubungan erat dengan aturan-aturan Allah (hablum
minallah), serta hubungan manusia dengan makhluk-makhluk Tuhan lainnya di
bumi. Hal itu karena manusia tidaklah hidup sendiri di bumi. Manusia mengambil
banyak hal dari alam, karena itu manusia harus memberi timbale balik pada alam
dengan menjaga kelestariannya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu pengetahuan mempunyai teori atau rumusan yang tetap, dan


teknologi merupakan praktek atau ilmu terapan dari teori-teori yang berasal dari
ilmu pengetahuan. Jadi, ilmu pengetahuan dan teknologi saling mempunyai
hubungan, jika tidak ada ilmu pengetahuan, teknologi tidak ada.

Dari beberapa fakta ilmiah di dalam Al-Qur'an, amatlah jelas bahwa Al-
Qur'an memberikan petunjuk kepada manusia tentang berbagai hal. Untuk
mengetahui secara detail dan seksama, maka manusialah yang harus berusaha
untuk memecahkan berbagai problematika keilmuan yang didapati dalam
kehidupan ini dengan berlandaskan pada ajaran Al-Qur'an. Dengan berlandaskan
kepada Al-Qur'an, manusia akan mengetahui hasil penelitiannya mengenai alam
melalui "pengkomparasian (pencocokan)" dengan Al-Qur'an", apakah sesuai
dengan apa yang telah dijelaskan oleh Al-Qur'an atau sebaliknya.

Dalam melaksanakan ajaran Islam, diperlukan pemahaman yang tinggi


terhadap keimanan, keislaman dan keihsanan. Dalam memahami ajaran Islam itu
diperlukan juga ilmu pengetahuan, karena amal yang dikerjakan tanpa ilmu hanya
akan menjadi pekerjaan yang sia-sia.

Sumber dari ilmu pengetahuan adalah taqwa. Segala sesuatu yang ada di
bumi dan alam semesta sudah di tentukan oleh Allah. Proses terjadinya semesta,
susunan benda-benda langit, pergantian siang dan malam, deretan gunung-gunung
semuanya merupakan ciptaan Tuhan yang merupakan aplikasi dari ilmu
pengetahuan dan teknologi Tuhan yang tidak terbatas, juga suatu maha karya seni
Tuhan yang luar biasa indah. Semua yang manusia lihat, dengar, rasakan dan
nikmati, diciptakan agar manusia bertaqwa. Sebagai khalifah dibumi, manusia di
wajibkan mencari ilmu setinggi-tingginya dan juga menyampaikan atau
mengamalkannya. Sebagai khalifah, manusia juga wajib mengembangkan
teknologi demi kemajuan umat. Namun, manusia juga punya tanggung jawab
besar untuk tidak merusak apa yang sudah Tuhan ciptakan untuk manusia atas
nama kemajuan zaman dan teknologi sekalipun.

3.2 Saran

Setelah mempelajari kajian ini, maka penulis menyarankan agar


tidak sebagai manusia dapat menyadari tugas kita di dunia ini, salah satunya ialah
dengan terus melakukan penelitian yang berdasarkan dengan al-Qur'an. Karena
sesungguhnya Allah telah memberikan kita petunjuk tentang berbagai hal di alam
semesta ini mengenai kekuasaannya, tinggal bagaimana kita mencari tahu serta
memanfaatkan potensi yang ada tersebut.

Teknologi hanyalah suatu keterampilan, dan merupakan hasil penerapan


ilmu pengetahuan. Teknologi tidak berarti apa-apa bila manusia yang berada di
belakangnya tidak berfungsi. Jadi, sebelum teknologi di hidupkan, kesadaran
manusia lah yang seharusnya terlebih dahulu di hidupkan, agar hasilnya dapat di
manfaatkan untuk hidup manusia lainnya. Untuk itu, ilmuwan diharapkan dapat
menciptakan teknologi yang bermanfaaat, menyeluruh, globaal, tidak
merendahkan harkat manusia, tidak merusak lingkungan, namun tidak
menyimpang dari ajaran Islam. Selain itu, umat Islam diharapkan tidak terus-
menerus terjajah oleh budaya barat, dan bisa bangkit dengan ilmu pengetahuan ,
teknologi dan seni seperti pada zaman Kebangkitan Islam.

Anda mungkin juga menyukai