Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Pengetahuan, Ilmu dan Konsep Iptek Seni dalam Islam

Dosen Pengempu :
Drs. Marjuki

Disusun Oleh :
1. Amalia Mufidha 20230660019
2. Amelia Nurlaili Sa'adah 20230660006

Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan


Universitas Muhammadiyah Surabaya
Tahun ajaran 2023-2024

Page | 1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Pengertian Pengetahuan, Ilmu dan Konsep Iptek Seni dalam Islam”
dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Pengertian


Pengetahuan, Ilmu dan Konsep Iptek Seni dalam Islam dan untuk dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Page | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengetahuan.................................................................................6
2.2 Pengertian Ilmu..............................................................................................6
2.3 IPTEK dalam Islam........................................................................................8
2.4 Perkembangan IPTEK dizaman Islam...........................................................10
2.5 Menyikapi terhadap perkembangan IPTEK...................................................11
2.6 Seni menurut Islam........................................................................................12
2.7 Fungsi Seni menurut Islam.............................................................................14
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................17

Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat melalui proses
tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Sebagai bagian pengetahuan, Ilmu
Pengetahuan lebih bersifat merupakn kegiatan daripada sekedar produk yang
siap dikonsumsikan (Suriasumantri 2001, 9).
lmu Pengetahuan dan Teknologi atau sering kita sebut dengan IPTEK
adalah sesuatu yang selalu berkembang, dan tidak akan pernah berhenti
berkembang. Sejak zaman peradaban awal, hingga kini, manusia tidak
terlepasdari berkembangnya IPTEK tersebut. Inovasi-inovasi baru dari IPTEK
kian hari pun kian berwarna-warni. Bahkan, berkembangnya kebudayaan
manusia punturut dipengaruhi oleh berkembangnya inovasi-inovasi IPTEK
tersebut.
ilmu adalah satu kesatuan pengetahuan yang tersusun secara sistematis
yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan dandipertanggungjawabkan dalam
suatu kajian ilmiah. Sedangkan, teknologi adalah segala sesuatu yang dapat
berpengaruh dan memberi manfaat pada kehidupan manusia. Istilah teknologi
merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya, teknologi
merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan.
Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif
dannetral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki
potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu
pengetahuan dengan teknologi. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan
ilmu eksakta dan berdasarkan proses teknis”. Teknologi tidak hanya berwujud
peralatan-peralatan canggih saja, namun segala sesuatu yang dapat membantu
manusia dalam melaksanakan kegiatannya disebut dengan teknologi.
Perkembangan teknologi pun kini dapat kita lihat dengan sangat signifikan.

Page | 4
Sebagai contoh, perkembangan dari alat memotong atau pisau. Pada peradaban
dahulu, manusia menggunakan alat pemotong dari batu yang berbentuk
kasar,lalu mulai diperhalus, lalu mulai menemukan perunggu sebagai bahan
dasarnya, hingga akhirnya berkembang lagi menjadi seperti sekarang yang
memiliki berbagai macam inovasi bentuk dan teknisnya.
Tidak hanya ilmu saja, seni pun menjadi salah satu yang
mewarnaikehidupan masyarakat dan selalu berkembang. Bahkan seni tidak
pernah berhenti termakan oleh perkembangan zaman. Baik seni lukis, seni tari,
seni ukirdan seni musik memiliki sejarah dan perkembangannya masing-masing.
Danhingga kini pun, seni adalah sesuatu yang digemari masyarakat untuk
dikonsumsi baik secara public maupun privat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari pengertian?
2. Apa pengertian dari Ilmu?
3. Bagaiama Konsep IPTEK dalam Islam?
4. Bagaimana Perkembangan IPTEK di zaman Islam?
5. Bagaimana menyikapi IPTEK dalam perkembangan Islam?
6. Apa pengertian Seni menurut Islam?
7. Apa fungsi Seni menurut Islam?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dalam kehidupan
manusia terlebih lagi dalam hubungannya dengan kehidupan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dan Seni dalam pandangan Islam.
2. Untuk melihat dan menganalisa bagaimana Islam dalam mengatur IPTEK
dan Seni, dan sejauh mana batasan yang mampu dikembangkan dalam
IPTEK dan Seni dalam Islam.

Page | 5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengetahuan


Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari
oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi,
hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian
adalah benar atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika
seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan
pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak
seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif
terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Mana kala informasi
dan data sekadar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan
menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk
mengarahkan tindakan.

2.2 Pengertian Ilmu


Ilmu adalah suatu usaha sistematis dengan metode ilmiah dalam
pengembangan dan penataan pengetahuan yang dibuktikan dengan penjelasan
dan prediksi yang teruji sebagai pemahaman manusia tentang alam semesta dan
dunianya. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.
Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Page | 6
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat
secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang
ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia
berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu
pengetahuan adalah produk dari epistemologi, dengan kata lain ilmu terbentuk
dari 3 cabang filsafat yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi, jika ketiga
cabang itu terpenuhi berarti sah dan diakui sebagai sebuah ilmu.
a. Syarat – Syarat Ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan
khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan
ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai
persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam
yang telah ada lebih dahulu
1. Objektif Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari
satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak
dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah
kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek,
sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif
berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan
dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis
berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara,
jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang
digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

Page | 7
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan
menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan
dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu,
dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam
rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran
universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu
sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang
dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat
objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk
mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus
tersedia konteks dan tertentu pula.

2.3 IPTEK dalam Islam


Banyak kontroversi dari perkembangan IPTEK khususnya dari sudut
pandang Islam. Ada sumber yang menyebutkan itu hanyalah karangan Barat,
sesuatu yang tidak syar’i, banyak bersifat mudharat, dan lain sebagainya.
Melihat opini-opini tersebut, orang awam akhirnya hanya akan merasa Islam
begitu kolot dan sempit, tidak mau berkembang beriringan dengan
perkembangan zaman, dan akhirnya dengan batasan-batasan tersebut, orang
yang tidak memiliki iman yang kuat akan merasa malas dan mulai menembus
batas-batas yang ada.
Apabila demikian, idealnya orang akan jarang untuk berbondong-
bondong masuk Islam, namun, jika dilihat dari kenyataan sejarah, mengapa
manusia pada zaman dahulu banyak yang berbondong-bondong masuk Islam?
Dan mengapa Islam malah disebut sebagai agama yang universal? Pada
kenyataannya, Allah SWT telah mengatur segalanya. Termasuk dalam hal

Page | 8
IPTEK dan Seni. Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat
diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh
Nabi Muhammad SAW

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Diamengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Q.S. Al-A’laq;1-5)
Lalu pada ayat lain menjelaskan :

“Dan dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian


diperintahkan kepada malaikat-malaikat, seraya berfirman “Sebutkan
kepadaku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar” (QS. Al Baqarah
(2):31)
Kedua ayat di atas memperlihatkan kita bahwa Allah SWT telah
merahmati manusia dengan memberikan pengajaran kepada kita tentang
berbagai macam hal. Allah lah Sang Pemilik jagad raya ini, tentu saja Allah
Maha Mengetahui apa apa saja yang terjadi dan apa apa saja yang ada pada
jagad raya ini. Dari ayat di atas juga, kita diajak untuk melihat alam beserta
fenomenanya, dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan
memanfaatkannya. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam
semesta. Adanya potensi tersebut, dan tersedianya lahan yang diciptakan
Allah, serta ketidakmampuan alam untuk membangkang pada perintah dan
hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian
mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itu menghantarkan pada

Page | 9
manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam itu merupakan buah dari ilmu
pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus
berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya dengan memanfaatkan alam
sebagai pembelajaran bagi manusia. Sungguh Maha Pemurah Allah.
Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan
teknologi dengan memanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan
kepadanya. Karena itu, laju IPTEK memang tidak dapat dibendung, hanya
saja manusia dapat berusaha mengarahkan diri agar tidak diperturutkan
nafsunya untuk mengumpulkan harta dan IPTEK yang dapat membahayakan
dirinya dan yang lainnya.

2.4 Perkembangan IPTEK di zaman Islam


Islam pernah berjaya di bidang IPTEK sekitar abad VIII sampai
denganabad XIII. Tradisi keilmuan umat Islam dipelopori oleh Al-Kindi (filosof
penggerak dan pengembang ilmu pengetahuan) yang mengatakan bahwa Islam
itu dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi dari manapun sumbernya,
asalkan tidak bertentangan dengan akidah dan syariat. Hal ini sejalan dengan
hadits nabi yang menyuruh umatnya berlayar sampai ke negeri China untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Padahal China adalah negara non muslim.
Menurut Harun Nasution, pemikiran rasional berkembang pada jaman
Islam (650-1250 M). Pemikiran ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana
tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadits.
Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan
sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam
Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria),
dan Bactra (Persia). W. Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa
ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu
pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar.
Terdapat sebuah sekolah terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian
dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian pada sekitar tahun 900 M ke
Baghdad.

Page | 10
Maka para khalifah dan para pemimpin kaum Muslim lainnya menyadari
apa yang harus dipelajari dari ilmu pengetahuan Yunani. Mereka
mengagendakan agar menerjemahkan sejumlah buku penting dapat
diterjemahkan. Beberapa terjemahan sudah mulai dikerjakan pada abad
kedelapan. Penerjemahan secara serius baru dimulai pada masa pemerintahan al-
Ma’mūn (813-833 M). Dia mendirikan Bayt al-Ḥikmah, sebuah lembaga
khusus penerjemahan. Sejak saat itu dan seterusnya, terdapat banjir
penerjemahan besar-besaran. Penerjemahan terus berlangsung sepanjang abad
kesembilan dan sebagian besar abad kesepuluh.

2.5 Menyikapi terhadap Pekembangan IPTEK


Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah SWT berupa “alat” untuk
mencapai dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah : indera, untuk
menangkap kebenaran fisik. naluri, untuk mempertahankan hidup dan
kelangsungan hidup manusia secara pribadi maupun social. Pikiran dan
kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga jenis
pengetahuan akal (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan
penghantar untuk menuju kebenaran tertingi. Imajinasi, daya khayal yang
mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan pengetahuannya. Hati
nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran tingkah
laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.
Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan
perkembangan IPTEK yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari
keterkaitan antara sistem nilai dan norma-norma Islam dengan perkembangan
tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam menghadapi perkembangan
IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok :
a. Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan
berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari
ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai.

Page | 11
b. Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha
juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring
elemen-elemen yang tidak islami.
c. Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha
membangunnya. Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-
Faruqi yang mengintrodusir istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”.
Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas
antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu
pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan “jalan” untuk
menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut
Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya
Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan
manusia meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia secara
alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan
membawa manusia ketingkat yang lebih rendah martabatnya.
Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan
sehari-hari yang islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk
meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah
SWT. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan
kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila :
a. Mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya.
b. Dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik).
c. Dapat memberikan pedoman bagi sesama.
d. Dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu
hal dapat dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung
manfaat dalam arti luas.

2.6 Seni menurut Islam


Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan
mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata
seni berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/

Page | 12
Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilimu di Eropa mengatakan “ART”
(artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah
kegiatan.
Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan
keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat
raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang
seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman:
“Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit
pun retak-retak?” [QS 50: 6]. Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah
prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Tidak masuk surga orang yang
di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom.” Ada orang berkata,”
Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus.” Nabi
bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan
sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR.
Muslim).
Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat
indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa
kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya,
spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya
sebagai sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan
keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus.
Rasulullah bersabda :“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi)
Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya
mencintai keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan
kehidupan manusia. Namun bagaimana dengan fenomena sekarang yang
ternyata dalam kehidupan sehari-hari nyanyian-nyanyian cinta ataupun gambar-
gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian orang semakin marak
menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-anak.Sebaiknya di kembalikan

Page | 13
kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al-Qur’an disebutkan : “Dan
diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itu memperoleh azab
yang menghinakan.” (Luqman:6) Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu
merupakan perkataan-perkataan yang tidak berguna bahkan menyesatkan
manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian tersebut. Nyanyian-nyanyian
yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut maka
kesenian tersebut haram hukumnya.

2.7 Fungsi seni menurut Islam


Dari segi fungsi, seni merupakan media mensyukuri nikmat Allah yang
telah menganugerahi manusia dengan berbagai potensi baik potensi diri maupun
potensi indrawi(panca indra). Fungsi seni yang lain ialah menghayati kebesaran
Allah baik yang terdapat di alam maupun yang terdapat pada kreasi manusia.
Muslim yang baik mengerti bahwasanya berkreasi seni pada hakikatnya :
a. melaksanakan tugas ibadah.
b. menunaikan fungsi khalifah.

Islam telah memulai perkembangan kesenian-kesenian diantara orang-orang


islam, dibuktikan dengan:

1. Pembacaan kitab suci Al.Quran sehingga menciptakan suatu cabang


musik baru.
2. Pemeliharaan naskah Al.Quran telah mengharuskan tulisan yang bagus
dan penjilidan buku
3. Naskah-naskah Al.Quran telah dihiasi dengan warna
4. Pembangunan masjid telah mengembangkan ilmu pengetahuan dan
kesenian hiasan.
5. Mimbar didalam masjid telah disipakan untuk Nabi dengan dihias
sedemikian rupa.

Page | 14
Seni dapat dibilang sebagai kegiatan menyeimbangkan antara badan dan
jiwa manusia. Dan islam telah mengembangkan suatu keseluruhan yang
harmonis di dalam diri manusia. Islam menuntut untuk mengembangkan
bakat-bakat kesenian manusia dengan jiwa kesedarhanaan, tidak berlebih-
lebihan. Firman Allah SWT: “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit
yang dekat dengan lampulampu”.“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa
yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka
siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”.

Islam tidak melarang mengenai kemajuan kesenian akan tetapi,


memberikan larangan yang bersifat mutlak terhadap gambaran bentuk-
bentuk hewan termasuk gambaran manusia dengan alasan yang bersifat
methafisis, biologis, dan sosial. Al.Quran sendiri telah menganjurkan
keindahan pada bangunan-bangunan masjid dan bangunan-bangunan
lainnya.

Selain kesenian dalam bidang bangunan, kesenian lain yang sangat


popular dikalangan islam adalah Qiro’ah(bahasa Jawa) atau pembacaan
Al.Quran tidak disertai instrument-instrumen musik. Al.Quran menjadi suatu
objek perhatian besar untuk maksud-maksud pembacaan sejak masa Nabi.
Dalam hal syair, karya-karya orang islam yang puitis didapatkan didalam
semua bahasa dan berhubungan dengan semua zaman. Seni senantiasa
mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang
kematangan jiwanya terus bertambah.

Page | 15
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada
deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas
Bayesian adalah benar atau berguna.
Ilmu adalah suatu usaha sistematis dengan metode ilmiah dalam
pengembangan dan penataan pengetahuan yang dibuktikan dengan penjelasan
dan prediksi yang teruji sebagai pemahaman manusia tentang alam semesta dan
dunianya. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.
Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah SWT berupa “alat” untuk
mencapai dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah : indera, untuk
menangkap kebenaran fisik. naluri, untuk mempertahankan hidup dan
kelangsungan hidup manusia secara pribadi maupun social. Pikiran dan
kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga jenis
pengetahuan akal (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan
penghantar untuk menuju kebenaran tertingi. Imajinasi, daya khayal yang
mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan pengetahuannya. Hati
nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran tingkah
laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral. Dalam menghadapi
perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK yang sangat

Page | 16
pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-
norma Islam dengan perkembangan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

http://marlinara.blogspot.com/2013/04/iptek-dan-seni-dalam-islam.html
Samantho, Y.Ahmad.IPTEK dari Sudut Pandang
Islam.http://ahmadsamantho.wordpress.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan

Page | 17

Anda mungkin juga menyukai