Dosen Pengempu :
Drs. Marjuki
Disusun Oleh :
1. Amalia Mufidha 20230660019
2. Amelia Nurlaili Sa'adah 20230660006
Page | 1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Pengertian Pengetahuan, Ilmu dan Konsep Iptek Seni dalam Islam”
dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Page | 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengetahuan.................................................................................6
2.2 Pengertian Ilmu..............................................................................................6
2.3 IPTEK dalam Islam........................................................................................8
2.4 Perkembangan IPTEK dizaman Islam...........................................................10
2.5 Menyikapi terhadap perkembangan IPTEK...................................................11
2.6 Seni menurut Islam........................................................................................12
2.7 Fungsi Seni menurut Islam.............................................................................14
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................17
Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 4
Sebagai contoh, perkembangan dari alat memotong atau pisau. Pada peradaban
dahulu, manusia menggunakan alat pemotong dari batu yang berbentuk
kasar,lalu mulai diperhalus, lalu mulai menemukan perunggu sebagai bahan
dasarnya, hingga akhirnya berkembang lagi menjadi seperti sekarang yang
memiliki berbagai macam inovasi bentuk dan teknisnya.
Tidak hanya ilmu saja, seni pun menjadi salah satu yang
mewarnaikehidupan masyarakat dan selalu berkembang. Bahkan seni tidak
pernah berhenti termakan oleh perkembangan zaman. Baik seni lukis, seni tari,
seni ukirdan seni musik memiliki sejarah dan perkembangannya masing-masing.
Danhingga kini pun, seni adalah sesuatu yang digemari masyarakat untuk
dikonsumsi baik secara public maupun privat.
Page | 5
BAB II
PEMBAHASAN
Page | 6
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat
secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang
ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia
berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu
pengetahuan adalah produk dari epistemologi, dengan kata lain ilmu terbentuk
dari 3 cabang filsafat yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi, jika ketiga
cabang itu terpenuhi berarti sah dan diakui sebagai sebuah ilmu.
a. Syarat – Syarat Ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan
khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan
ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai
persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam
yang telah ada lebih dahulu
1. Objektif Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari
satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak
dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah
kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek,
sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif
berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan
dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis
berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara,
jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang
digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
Page | 7
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan
menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan
dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu,
dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam
rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran
universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu
sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang
dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat
objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk
mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus
tersedia konteks dan tertentu pula.
Page | 8
IPTEK dan Seni. Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat
diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh
Nabi Muhammad SAW
Page | 9
manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam itu merupakan buah dari ilmu
pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus
berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya dengan memanfaatkan alam
sebagai pembelajaran bagi manusia. Sungguh Maha Pemurah Allah.
Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan
teknologi dengan memanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan
kepadanya. Karena itu, laju IPTEK memang tidak dapat dibendung, hanya
saja manusia dapat berusaha mengarahkan diri agar tidak diperturutkan
nafsunya untuk mengumpulkan harta dan IPTEK yang dapat membahayakan
dirinya dan yang lainnya.
Page | 10
Maka para khalifah dan para pemimpin kaum Muslim lainnya menyadari
apa yang harus dipelajari dari ilmu pengetahuan Yunani. Mereka
mengagendakan agar menerjemahkan sejumlah buku penting dapat
diterjemahkan. Beberapa terjemahan sudah mulai dikerjakan pada abad
kedelapan. Penerjemahan secara serius baru dimulai pada masa pemerintahan al-
Ma’mūn (813-833 M). Dia mendirikan Bayt al-Ḥikmah, sebuah lembaga
khusus penerjemahan. Sejak saat itu dan seterusnya, terdapat banjir
penerjemahan besar-besaran. Penerjemahan terus berlangsung sepanjang abad
kesembilan dan sebagian besar abad kesepuluh.
Page | 11
b. Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha
juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring
elemen-elemen yang tidak islami.
c. Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha
membangunnya. Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-
Faruqi yang mengintrodusir istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”.
Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas
antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu
pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan “jalan” untuk
menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut
Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya
Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan
manusia meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia secara
alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan
membawa manusia ketingkat yang lebih rendah martabatnya.
Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan
sehari-hari yang islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk
meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah
SWT. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan
kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila :
a. Mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya.
b. Dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik).
c. Dapat memberikan pedoman bagi sesama.
d. Dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu
hal dapat dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung
manfaat dalam arti luas.
Page | 12
Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilimu di Eropa mengatakan “ART”
(artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah
kegiatan.
Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan
keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat
raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang
seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman:
“Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit
pun retak-retak?” [QS 50: 6]. Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah
prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Tidak masuk surga orang yang
di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom.” Ada orang berkata,”
Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus.” Nabi
bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan
sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR.
Muslim).
Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat
indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa
kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya,
spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya
sebagai sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan
keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus.
Rasulullah bersabda :“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi)
Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya
mencintai keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan
kehidupan manusia. Namun bagaimana dengan fenomena sekarang yang
ternyata dalam kehidupan sehari-hari nyanyian-nyanyian cinta ataupun gambar-
gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian orang semakin marak
menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-anak.Sebaiknya di kembalikan
Page | 13
kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al-Qur’an disebutkan : “Dan
diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itu memperoleh azab
yang menghinakan.” (Luqman:6) Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu
merupakan perkataan-perkataan yang tidak berguna bahkan menyesatkan
manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian tersebut. Nyanyian-nyanyian
yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut maka
kesenian tersebut haram hukumnya.
Page | 14
Seni dapat dibilang sebagai kegiatan menyeimbangkan antara badan dan
jiwa manusia. Dan islam telah mengembangkan suatu keseluruhan yang
harmonis di dalam diri manusia. Islam menuntut untuk mengembangkan
bakat-bakat kesenian manusia dengan jiwa kesedarhanaan, tidak berlebih-
lebihan. Firman Allah SWT: “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit
yang dekat dengan lampulampu”.“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa
yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka
siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”.
Page | 15
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada
deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas
Bayesian adalah benar atau berguna.
Ilmu adalah suatu usaha sistematis dengan metode ilmiah dalam
pengembangan dan penataan pengetahuan yang dibuktikan dengan penjelasan
dan prediksi yang teruji sebagai pemahaman manusia tentang alam semesta dan
dunianya. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.
Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah SWT berupa “alat” untuk
mencapai dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah : indera, untuk
menangkap kebenaran fisik. naluri, untuk mempertahankan hidup dan
kelangsungan hidup manusia secara pribadi maupun social. Pikiran dan
kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga jenis
pengetahuan akal (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan
penghantar untuk menuju kebenaran tertingi. Imajinasi, daya khayal yang
mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan pengetahuannya. Hati
nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran tingkah
laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral. Dalam menghadapi
perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK yang sangat
Page | 16
pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-
norma Islam dengan perkembangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://marlinara.blogspot.com/2013/04/iptek-dan-seni-dalam-islam.html
Samantho, Y.Ahmad.IPTEK dari Sudut Pandang
Islam.http://ahmadsamantho.wordpress.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan
Page | 17