Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH

IPTEK DALAM ISLAM

Disusun Oleh :

KELOMPOK 10

 RISKA NUR HIDAYAT


 SITI NURHALIZAH TALANI
 DIPANA
 NUR IFFA HIJRIANTI
 ACHMAD MULYADI NUR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN PLAMONIA

MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT dan segala puji syukur hanya
bagi-Nya Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya dalam penyusunan makalah Pendidikan Agama Islam ini.
Maksud penyusunan makalah ini adalah sebagai syarat memenuhi
tugas Pendidikan Agama Islam. Makalah ini juga menguraikan beberapa
materi mengenai IPTEK Dalam Islam dan juga untuk mempermudah
pemahaman kepada kita semua, khususnya mahasiswa Institut Ilmu
Kesehatan Plamonia Makassar.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada para mahasiswa
dari hasil makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini
dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama, bermanfaat bagi
penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini.

Makassar, 17 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................
C. Tujuan.......................................................................................
D. Manfaat.....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian IPTEK....................................................................
B. Pentingnya IPTEK dalam Islam...............................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................
B. Saran......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dizaman modern yang canggih seperti saat ini, kemajuan
akan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Seni,
sangatlah berpengaruh terhadap segala aspek dalam kehidupan
manusia. Tidak dapat dipungkiri, keberadaan IPTEK dan seni tidak
pernah lepas dengan keberadaan manusia. Manusia sebagai
subjek dari berkembangnya ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan, maka berkembanglah pula
teknologi dan seni. Keberadaan yang tidak akan pernah
terpisahkan tersebut, kemudian memunculkan beberapa dampak
terhadap kehidupan manusia didunia. Dampak tersebut berupa
dampak positif dan negatif. Adanya dampak negatif terhadap
kehidupan manusia ini, akan menimbulkan beberapa yang kurang
di inginkan.
Peran Islam dalam perkembangan IPTEK pada dasarnya
ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma
ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang sheharusnya dimiliki
umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang.
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib
dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu
pengetahuan. Ini bukan berarti bahwa Aqidah Islam sebagai
sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi
standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan,
sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak
boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari
Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan IPTEK dalam
kehidupan sehari-hari.Standar atau kriteria inilah yang seharusnya

4
yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar
syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan IPTEK,
didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah
Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan IPTEK jika telah
dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek IPTEK
dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat
untuk memenuhi kebutuhan manusia.
B. Rumusan makalah
1. Apa Pengertian IPTEK?
2. Apa pentingnya IPTEK dalam Islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian IPTEK
2. Mengetahui pentingnya IPTEK dalam Islam
D. Manfaat
Agar mahasiswa megetahui kosep IPTEKS dalam islam,
integasi iman ilmu dan amal, keutamaan orang berilmu, serta
tanggung jawab para ilmuan terhadap alam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IPTEK

Menurut buku Tiga Inovasi Pembangun Negeri, IPTEK merupakan


singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. IPTEK berisi sumber
informasi yang bisa meningkatkan pengetahuan alam atau menjadi
wawasan seseorang dalam bidang teknologi.

Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian


dasar. Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala
alam yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah
(scientific method) (Aji, 2017). Sedang teknologi adalah pengetahuan
dan keterampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan
dalam kehidupan manusia sehari-hari.

IPTEK adalah ilmu yang mempelajari perkembangan teknologi


berdasarkan ilmu pengetahuan dan hasil dari segala langkah dan
pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan
iptek. Seiring berjalannya perkembangan global, ilmu pengetahuan
dan teknologi berjalan beriringan membentuk kemajuan.

Pengetahuan dapat di artikan sebagai hasil tahu manusia terhadap


sesuatu objek yang dihadapi, hasil usaha manusia untuk memahami
suatu objek tertentu. Maka , pengetahuan adalah segala fenomena
alam yang dapat dicapai oleh indra manusia. Konsekwensi logis dari
pengetahuan akan melahirkan berbagai pengalaman manusia, akan
tetapi pengalaman manusia ini terkadang kebenarannya tidak mutlak
dan perlu diuji lagi.

6
Kata sains disadur dalam bahasa Indonesia menjadi ilmu
pengetahuan , sedangkan dalam sudut pandang filsafat ilmu,
pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tanggapan
panca indera dan instuisi, sedangkan ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang telah diinterpretasi , diorganisasi dan
disistematisasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif , sudah
diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara alamiah. Secara
etimologis kata ilmu berarti kejelasan , karena segala yang terbentuk
dari akar katanya mempunyai cirri kejelasan (M. Daud Ali, 1998:69)

1. Hubungan Pengetahuan dan Teknologi

IPTEK merupakan cabang ilmu yang harus dikuasai dalam


mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sejarah
menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mengutip buku Perubahan Pengetahuan Teknologi Mendukung


Kualitas Sumber Daya Manusia di Era New Normal, teknologi
menggunakan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah.
Sebaliknya, ilmu pengetahuan menggunakan teknologi untuk membuat
penemuan baru.

Tujuan dari ilmu pengetahuan adalah menjawab pertanyaan


dan tujuan teknologi adalah menemukan solusi untuk sebuah masalah.
Dengan tujuan tersebut, ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan
beriringan. Masing-masing saling membantu untuk sebuah kemajuan.

Contohnya, ilmu pengetahuan ilmiah digunakan untuk


menciptakan teknologi seperti teleskop luar angkasa. Sementara
teknologi memungkinkan para ilmuwan mengeksplorasi dan
menjelajah galaksi serta seisinya.

7
2. Manfaat IPTEK

Dampak IPTEK yang paling dirasakan manusia adalah membuat


hidup lebih mudah. Selain itu, berikut manfaat IPTEK lainnya:

 Mempermudah komunikasi
 Mempermudah pekerjaan manusia
 Waktu yang digunakan lebih efisien
 Membantu meningkatkan dan memanfaatkan sumber energi
baru yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia
 Sumber daya alam yang ada di bumi lebih mudah dikelola
dengan optimal dan berkualitas.
3. Jenis-Jenis IPTEK

Mengutip Buku Isu-isu Kritis Pendidikan, berbagai jenis IPTEK


bisa digunakan oleh masyarakat. Misalnya, dalam bidang kesehatan,
astronomi dan teknologi.

a) Kesehatan

IPTEK digunakan semaksimal mungkin untuk meningkatkan


pelayanan kesehatan, penanganan penyakit, perbaikan gizi,
kecukupan farmasi, dan menjaga kesehatan lingkungan. IPTEK
juga berperan penting dalam perbaikan jaringan informasi seputar
kesehatan.

Selain itu, IPTEK memungkinkan perbaikan dalam bidang teknologi


dan alat-alat kedokteran. Beberapa rumah sakit bahkan melakukan
penelitian pemanfaatan Radio Immuno Assay atau alat diagnosa
dengan teknik radioisotop.

b) Astronomi

Perkembangan astronomi identik dengan kemajuan penerapan


IPTEK di Indonesia. Masyarakat tentu tak asing dengan

8
Observatorium Bosscha yang diresmikan pada 7 Juni 1928.
Observatorium ini memiliki teropong besar dengan refraktor ganda
berdiameter 60 cm.

Observatorium Bosscha menjadi salah satu penegak ilmu


astronomi di Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya,
Bosscha diupayakan tetap jadi pusat astronomi sebagai situs ilmiah
yang keutuhan dan nilainya selalu terlindungi dan menjadi sumber
informasi astronomi untuk masyarakat.

c) Komunikasi

Banyaknya penemuan teknologi mendorong kemajuan di bidang


komunikasi dan informasi. Pada tahun 1906, sebagai pengganti
dalam pengiriman morse, pemancar radio pertama kali dibuat untuk
menyiarkan lagu-lagu natal. Berikutnya tercipta televisi, gambar
bergerak yang digabung dengan teknologi pemancar radio.

Tahun 1928, Vladimir K. Zworykin, ahli fisika dari Rusia


mendemonstrasikan televisi elektronik pertama. Selanjutnya pada
tahun 1960, echo I berhasil menerima gelombang radio dari bumi
dan memancarkan kembali ke bumi. Saat itu mulai diluncurkan
satelit ke luar angkasa.

B. PENTINGNYA IPTEK DALAM ISLAM

Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut


pandang budaya , teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai
hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya
teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi
tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak
dan potensi kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan
dengan teknologi.

9
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak
negative berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia
dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Netralitas
teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi
kehidupan manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu
sendiri. Oleh sebab itu kebenaran ipteks sangat relatif. Sumber ipteks
dalam islam adalah wahyu allah. Ipteks yang islami selalu mengutamakan
kepentingan orang banyak dan kemaslahatan bagi kehidupan manusia.
Untuk itu ipteks dalam pandangan islam tidak bebas nilai. Integrasi ipteks
dengan agama merupakan suatu keniscayaan untuk menghindari
terjadinya proses sekularisasi yaitu pemisah antaradoktrin-doktrin agama
dengan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Hamda
Mansoer,2004:93)

Tujuh factor yang menjadi pendorong bagi kemajuan IPTEK di dunia


islam pada abad yang lalu, antara lain:

a. Kesatuan agama dan budaya agama islam


b. Arabisasi dan peranan bahasa arab
c. Akademi, sekolah, observasi, dan perpustakaa
d. Kebijakan negara tentang pengembangan iptek
e. Perlindungan negara sangat jelas terhadap para ilmuan dan para
insinyur
f. Penelitian, eksperimen dan penemuan baru
g. Perdagangan internasional

1. Integrasi Iman, Iptek, dan Seni

Iptek terdiri dari tiga kata, yaitu ilmu, pengetahuan, dan teknologi.
Ilmu merupakan pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Ilmu
merupakan keistimewaan manusia yang membedakan manusia dengan
makhluk lain dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Menurut Al-

10
Qur’an, ilmu terdiri dari dua macam, yaitu ilmu ladunni yakni ilmu yang
diperoleh tanpa upaya manusia (QS. Al-Kahfi:65) dan ilmu kasbi yakni
ilmu yang diperoleh tanpa usaha manusia. Objek ilmu meliputi materi dan
non materi serta fenomena dan non fenomena.

Pengetahuan merupakan paham suatu subjek mengenaik objek


yang dihadapi. Subjek yang dimaksud di sini adalah manusia sebagai
kesatuan berbagai macam kesanggupan, seperti akal dan panca indra,
yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Objek disini adalah benda
atau hal yang diselidiki yang merupakan realitas bagi manusia yang
menyelidiki. Pengetahuan merupakan proses dari manusia untuk tahu.
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai.
Pengetahuan itu semua milik atau isi pikiran.

Dengan potensi yang ada, manusia dapat membaca, memahami,


meneliti, dan menghayati fenomena alam yang nantinya dapat
menimbulkan pengetahuan. Fenomena alam ini disebut juga ayat-ayat
kauniyah. Fenomena lainnya adalah berupa quraniyah yaitu Al-Qur’an. Al-
Qur’an bukan sekedar buku atau dokumen sejarah, tapi juga sebuah
kenyataan hidup dan berlaku dalam kehidupan manusia. Semua itu dapat
menimbulkan pengetahuan bagi manusia yang mau membaca, meneliti,
dan menghayati fenomena tersebut.

Pengetahuan pada hakikatnya adalah salah satu sarana untuk


mendekatkan diri kepada Allah. Tingginya derajat pengetahuan yang
dimiliki seseorang bukan untuk kesombongan, tapi untuk memperbanyak
syukur atas nikmat pengetahuan yang diberikan. Agar pengetahuan dapat
membimbing seseorang menuju Allah, maka pengisiannya harus
bersentuhan dengan unsur fitri manusia seperti roh, qalbu, akal, dan
nafsu.

Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan


untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.

11
Dengan demikian mesin atau alat canggih yang digunakan manusia
bukanlah teknologi, namun merupakan hasil dari teknologi. Ketersediaan
lahan yang diciptakan Allah mengantarkan manusia berpotensi
memanfaatkan alam. Keberhasilan memanfaatkan alam ini merupakan
hasil dari teknologi.

Seni merupakan keindahan yang mengekspresikan roh dan budaya


manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan dan lahir dari
sisi terdalam manusia yang didorong oleh kecenderungan kepada yang
indah. Kemampuan berseni merupakan salah satu pembeda manusia
dengan makhluk lain. Islam mendukung kesenian selama penampilannya
mendukung fitrah manusia yang suci. Kawasan keindahan sangat luas
bagi manusia, seluas keanekaragaman dan perkembangan peradaban
teknologi, sosial, dan budaya manusia. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa keindahan merupakan bagian dari kehidupan manusia dan tidak
dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.

Fenomena dan kecenderungan kehidupan dunia saat ini memang


sangat dipengaruhi oleh pesatnya kemajuan iptek dengan segala
dampaknya, baik yang positif maupun yang negatif. Hal ini mendorong
terjadinya arus globalisasi yang mengalir deras dan mendatangkan
berbagai implikasi di semua aspek kehidupan manusia. Manusia
berhadapan dengan kemajuan iptek yang berkembang pesat serta berada
di dalam arena percaturan hidup yang kompleks dan ditandai dengan
berkembangnya sikap dan gaya hidup global. Di sini iman berperan
sebagai pengendali sikap dan perilaku kehidupan manusia, maupun
sebagai landasan moral, etika, dan spiritual masyarakat suatu bangsa
dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang.

Penguasaan, pengembangan, dan pendayagunaan iptek yang tidak


disertai dengan keluhuran akhlak atau budi pekerti, akan membawa
manusia atau suatu bangsa menuju kepada penderitaan dan
kesengsaraan atau bahkan kehancuran. Oleh karena itu, penguasaan,

12
pengembangan, dan pendayagunaan iptek harus selalu berada di jalur
nilai keimanan dan kemanusiaan yang luhur.

Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang menghendaki manusia


bersikap dan berpikir kritis terhadap fenomena alam semesta dan
terhadap dirinya sendiri, misalnya Surat Fushshilat ayat 53. Dengan
bersikap dan berpikir kritis diharapkan dapat mengantarkan seseorang
kepada iman yang makin kuat melalui pengakuan akan kebesaran Allah
dan kesempurnaan nikmat-Nya.

Iptek dan segala hasilnya harus mengingatkan manusia kepada


Allah dan kepada diri sendiri bahwa manusia adalah khalifah alam
semesta. Berdasarkan petunjuk Al-Qur’an, manusia dapat menerima hasil
iptek yang tidak menyebabkan maksiat dan bermanfaat bagi manusia.
Jika penggunaan hasil iptek melalaikan seseorang dari dzikir dan tafakkur
serta mengantarkan kepada keruntuhan nilai kemanusiaan, manusia
harus diperingatkan dan diarahkan dalam menggunakan teknologi. Jika
hasil iptek sejak awal diduga dapat menggeserkan manusia dari jati diri
dan tujuan penciptaan, sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh Islam
karena menjadi persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara
memadukan mekanik demi penciptaan ipek dengan pemeliharaan nilai
fitrahnya. Oleh karena itu, diharapkan iptek dapat searah dan sejalan
dengan nilai ilahiah.

Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya


meningkatkan kemampuan ipteknya, misalnya Surat Thaha ayat 114 dan
Yusuf ayat 72. Nabi Muhammad SAW juga diperintahkan agar berusaha
dan berdoa agar selalu ditambahkan ilmu pengetahuan karena di atas
setiap pemilik pengetahuan ada yang amat mengetahui, yaitu Allah. Hal
ini memotivasi manusia untuk mengembangkan ipteknya dengan
memanfaatkan anugerah Allah yang dikaruniakan kepadanya. Oleh
karena itu, perkembangan iptek tidak dapat dibendung. Manusia harus

13
mengarahkan diri agar tidak menurutkan nafsunya untuk mengembangkan
iptekyang dapat membahayakan diri dan lingkungannya.

Mengenai seni, islam dapat menerima semua hasil karya manusia


selama sejalan dengan pandangan islam. Al-Qur’an memerintahkan
manusia untuk menegakkan kebajikan, melaksanakan perbuatan ma’ruf
dan mencegah perbuatan yang munkar. Kesenian yang ma’ruf merupakan
budaya masyarakat yang sejalan dengan nilai islam, sedangkan yang
munkar adalah perbuatan yang tidak sejalan dengan nilai islam. Setiap
orang hendaknya memelihara nilai seni yang ma’ruf dan sejalan dengan
ajaran islam. Hal ini mengantarkan mereka untuk memelihara hasil
kesenian setiap manusia. Seandainya ada pengaruh yang dapat merusak
kebudayaan dan kreasi seni suatu masyarakat, seorang muslim harus
tampil mempertahankan yang ma’ruf yang telah ada dan diakui
masyarakat. Dengan demikian, pada hakikatnya islam sangat menghargai
segala kreasi manusia, termasuk kreasi manusia yang lahir dari
penghayatan manusia terhadap wujud alam semesta, selama kreasi
tersebut sejalan dengan fitrah kesucian jiwa manusia.

Dalam pandangan islam, antara islam, ilmu pengetahuan,


teknologi, dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang
terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut dinul islam. Di dalamnya
terkandung tiga unsur pokok, yaitu akidah, syariah, dan akhlak, dengan
kata lain iman, ilmu, dan amal saleh.

Islam merupakan ajaran agama yang sempurna.


Kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Ada
tiga inti ajaran islam, yaitu iman, islam, dan ihsan. Dalam Surat Ibrahim
24-25 dinyatakan:

۲۴﴿ ‫ت َّو َف ۡر ُع َها فِى ال َّس َمٓا ۙ ِء‬ ۡ َ‫ب هّٰللا ُ َمثَاًل َكلِ َم ًة َط ِّي َب ًة َك َش َج َر ٍة َط ِّي َب ٍة ا‬
ٌ ‫صلُ َها َث ِاب‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫﴾اَلَمۡ َت َر َك ۡي‬
َ ‫ف‬

۲۵﴿ ‫اس لَ َعلَّهُمۡ َي َت َذ َّكر ُۡو َن‬ ‫هّٰللا اۡل‬ ۡ ‫﴾ ُت ۡؤت ِۡۤى ا ُ ُكلَ َها ُك َّل ح ِۡي ۢ ٍن ِبا ِۡذ ِن َر ِّب َها‌ؕ َو َي‬
ِ ‫ض ِربُ ُ ا َ ۡم َثا َل لِل َّن‬

14
“Tidakkah kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik (Dinul Islam) seperti sebatang pohon
yang baik, akarnya kokoh (menghujam ke bumi) dan cabangnya
menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat”.

Ayat di atas menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu, dan amal


dengan menganalogikan dinul islam bagaikan sebatang pohon yang baik.
Hal ini menggambarkan iman, ilmu, dan amal merupakan suatu kesatuan
yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Iman diidentikkan dengan akar
yang menopang tegaknya ajaran islam. Ilmu bagaikan batang pohon yang
mengeluarkan dahan dan cabang ilmu pengetahuan. Amal ibarat buah
dari pohon yang menggambarkan teknologi dan seni. Iptek yang
dikembangkan di atas nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh,
bukan kerusakan alam.

Orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya dengan ikhlas


merupakan orang yang dihargai. Salah satu bentuk pengamalannya
adalah dengan mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Orang yang
berilmu tapi tidak mengamalkannya termasuk orang yang celaka.

Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun


(hamba Allah) dan sebagai khalifah di bumi. Esensi dari abdun adalah
ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada Allah, sedangkan esensi
khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungannya,
baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Dalam konteks abdun,
manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah yang memiliki
konsekuensi adanya keharusan untuk taat dan patuh kepada penciptanya.
Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah akan
menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Allah berupa
potensi sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lain, yaitu potensi
akal. Hilangnya rasa syukur mengakibatkan manusia menghambakan

15
dirinya kepada selain Allah, misalnya hawa nafsu. Keikhlasan
penghambaan diri kepada Allah akan mencegah penghambaan diri
kepada sesama manusia atau hawa nafsu.

Manusia diciptakan dengan dua kecenderungan, yaitu


kecenderungan kepada ketakwaan dan kecenderungan kepada kefasikan.
Allah SWT berfirman:

۸﴿ ۙ ‫﴾ َفا َ ۡل َه َم َها فُج ُۡو َر َها َو َت ۡق ٰوٮ َها‬

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia kefasikan dan


ketakwaan.” Asy-Syams:8

Dengan adanya dua kecenderungan tersebut, Allah memberi


petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan
kepada keimanan dan ketakwaan, bukan kepada kejahatan yang didorong
oleh nafsu amarah. Untuk itu Allah berfirman:

‌ِۚ ‫﴾ َو َهد َۡي ٰن ُه ال َّن ۡجد َۡي‬


۱۰﴿ ‫ن‬

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” Al-Balad:10

Dalam hal ini, berdasarkan petunjuk Allah SWT, maka akal memiliki
kemampuan untuk memilih salah satu yang terbaik bagi dirinya.

Fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi berarti manusia


memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan
lingkungan tempat mereka tinggal. Manusia diberi kebebasan untuk
mengeksplorasi, menggali sumber daya, dan memanfaatkan dengan
sebaik mungkin karena alam diciptakan untuk kehidupan manusia. Untuk
menggali sumber daya dan memanfaatkan alam diperlukan ilmu
pengetahuan yang cukup, sehingga hanya orang yang memiliki
pengetahuan cukup yang bisa melakukannya. Orang-orang tersebut harus
sadar bahwa potensi sumber daya alam dapat habis jika tidak dijaga
keseimbangannya.

16
Oleh karena itu, tanggung jawab kekhafilahan banyak bertumpu
pada ilmuwan dan cendekiawan. Orang yang tidak mempunyai ilmu
pengetahuan tidak mungkin mengeksploitasi alam karena tidak memiliki
kemampuan dan kesanggupan untuk mengeksploitasi sumber daya alam
dan mereka tidak sanggup menjaga keseimbangan dan kelestariannya
secara sistematis.

Kerusakan alam dan lingkungan lebih banyak disebabkan oleh


perbuatan manusia. Mereka berkhianat terhadap perjanjiannya kepada
Allah sebagai khalifah yang menjaga kelestarian alam, sebagaimana
firman Allah SWT:
ۡ ۡ ۡ
۴۱﴿ ‫ض الَّذ ِۡى َع ِملُ ۡوا لَ َعلَّهُمۡ َي ۡر ِجع ُۡو َن‬ ِ ‫﴾ َظ َه َر ال َف َسا ُد فِى ال َبرِّ َوال َب ۡح ِر ِب َما َك َس َب ۡت اَ ۡيدِى ال َّن‬
َ ‫اس لِ ُيذ ِۡي َقهُمۡ َب ۡع‬

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).” Ar-Rum:41

Dua fungsi di atas merupakan satu kesatuan yang tidak boleh


dipisah dan simbol kedua fungsi itu adalah dzikir dan fikir.

Untuk menjalankan tanggung jawabnya, manusia diberi


keistimewaan berupa kebebasan untuk memilih dan berkreasi sekaligus
menghadapkannya dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk psiko-
fisik. Namun ia harus sadar akan keterbatasannya yang menuntut
ketaatan dan ketundukan kepada aturan Allah, baik ketaatan terhadap
perintah ibadah langsung (fungsi sebagai abdun) maupun ketaatan
terhadap sunatullah di alam (fungsi sebagai khalifah). Perpaduan antara
tugas ibadah dan khalifah akan menciptakan manusia yang ideal, yaitu
manusia yang selamat dunia dan akhirat.

2. Keutamaan Orang Beriman dan Berilmu

Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shaleh apabila


perbuatan tersebut tidak di bangun diatas nilai-nilai iman dan ilmu yang

17
benar. Sama halnya pengembangan ipteks yang lepas dari keimanan
dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan
menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan dan alam
lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya
sendiri.

Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna.


Kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang
paling utama adalah akal. Akal berfungsi untuk berfikir hasil
pemikirannya adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan


kepada allah Swt, akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi
kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya. Allah berjanji
dalam QS 58(al-Mujadalah) :11 yang artinya “allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat”

Disamping itu Rasullulah SAW banyak memberikan perumpamaan


tentang keutamaan orang yang berilmu dengan sabdanya : “carilah ilmu
walaupun di negeri china, mencari ilmu itu wajib bagi kaum muslim laki-
laki dan perempuan sejak dari ayunan sampai ke liang lahat”.

Berikut ini adalah beberapa ayat al-Qur’an dan hadist yang dapat
dijadikan sebagai dalil orang yang beriman dan berilmu memiliki
keutamaan dan derajat yang istimewa.

1. Surat az-Zumar ayat : 9 yang artinya “katakanlah : “adakah sama


orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?”
2. Surat father ayat : 28 yang artinya : “sesungguhnya yang takut
kepada allah diantara hamba-hambNya adalah ulama.
3. Hadits riwayat bukhori yang artinya : “barang siapa melalui sesuata
jalan untuk mencari ilmu, maka allah memudahkan jalan baginya
kesurga.

18
4. Hadist riwayat tirmidzi (sunan tirmidzi juz 4) yang artinya : “dunia
dilaknat, dilaknat apa yang ada di dalamnya kecuali zikir kepada
allah Taa’ala dan orang alim (berilmu)atau penuntut ilmu”
5. Hadits riwayat tirmidzi yang artinya :”keutamaan orang pandai
terhadap orang yang beribadah adalah sebagai mana keutamaanku
atas orang yang paling rendah diantara
kalian.”dilanjutkan :”sesungguhnya allah , malaikatNya, penghuni
langit dan bumi sampai semut didalam lubangnya dan juga ikan ,
mendoakan kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada
manusia (ulama).
Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk
mengorganisasikan dan mensistematisasikan usaha untuk
mengorganisasikan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan
dalam kehidupan sehai-hari. Namun, dilanjutkan dengan suatu
pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai
metode.
Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif,
tujuannya untuk menggambarkan dan member makna terhadap dunia
faktual. Analisis ilmu itu objektif dan menyampingkan unsure pribadi,
pemikiran logika diutamakan, netral dalam arti tidak dipengaruhi oleh
sesuatu yang bersifat kedirian, karena dimulai dengan fakta. Ilmu
merupakan lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten
mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu yang
jauh dan dapat diamati panca indera manusia.

Dari sejumlah pengertian yang ada , sering ditemukan kerancuan


antar pengertian Menjelaskan keutamaan-keutamaan orang yang
berilmu , Al-Gazali mengatakan “barang siapa berilmu , membimbing
manusia dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan
matahari, selain menerangi dirinya uga menerangi orang lain. Dia
bagaikan minyak kesturi yang harum dan menyebarkan
keharumannya kepada orang yang berpapasan dengannya.

19
Dan menurut al-Gazali mengatakan juga “seluruh manusia akan
binasa, kecuali orang yang berilmu. Orang-orang berilmu pun akan
celaka jika tidak mengamalkan ilmunya. Dan orang yang
mengamalkan ilmunya pun akan binasa kecuali orang-orang yang
ikhlas”

3. Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Alam

Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai


Abdun(hamba Allah) dan sebagai Khalifah Allah (wakil Allah) di bumi.
Esensi dari Abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan
kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi dari Khalifah
adalah tanggung jawab terhadap dirinya dan lingkungannya, baik
lingkungan sosial maupun lingkungan alam.

Dalam konteks Abdun, manusia menempati posisi sebagai


ciptaan Allah yang memiliki konsekwensi adanya keharusan manusia
untuk taat dan patuh kepada penciptanya. Keengganan manusia
menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta dirinya akan
menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Sang
pencipta kepadanya. Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan
manusia menghamba kepada selain Allah, termasuk menghambakan
diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan
dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada
sesama manusia termasuk kepada dirinya.

Fungsi kedua adalah sebagai Khalifah (wakil Allah) di muka


bumi. Dalam posisi ini manusia mempunyai tanggung jawab untuk
menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka
tinggal. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksploitasi,
menggali sumber-sumber alam, serta memanfaatkannya dengan
sebesar-besarnya untuk kemanfaatan umat manusia, asalkan tidak
berlebih-lebihan dan melampaui batas. Karena pada dasarnya, alam

20
beserta isinya ini diciptakan oleh Allah untuk kehidupan dan
kemaslahatan manusia.

Untuk menggali potensi alam dan pemanfaatannya diperlukan


ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya orang yang memiliki ilmu
pengetahuan yang cukup (para ilmuwan atau para cendekiawan) yang
sanggup menggali dan memberdayakan sumber-sumber alam ini.
Akan tetapi, para ilmuwan juga harus sadar bahwa potensi sumber
daya alam ini terbatas dan akan habis terkuras apabila tidak dijaga
keseimbangannya. Oleh karena itu, tanggung jawab memakmurkan,
melestarikan, memberdayakan dan menjaga keseimbangan alam
semesta banyak bertumpu pada para ilmuwan dan cendekiawan.
Mereka mempunyai amanat atau tanggung jawab yang lebih besar
dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan.

Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan


karena ulah tangan manusia sendiri (Qs. Ar Rum : 41). Mereka
banyak yang menghianati perjanjiannya sendiri kepada Allah. Mereka
tidak menjaga amanat sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga,
melestarikan alam ini. Justru mengeksploitir alam ini untuk
kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Kedua fungsi manusia tersebut tidak boleh terpisah, artinya


keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang seharusnya
diaktualisasikan dalam kehidupan manusia. Jika hal tersebut dapat
dilakukan secara terpadu, akan dapat mewujudkan manusia yang
ideal (insan kamil) yakni manusia sempurna yang pada akhirnya akan
memperoleh keselamatan hidup dunia dan akhirt.

21
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPILAN
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurnaan.
kesempurnaan ini  membuat manusia diberikan potensi untuk
mengembangkan, memanfaatkan dan mengelola sumber daya
alam yang telah diciptakan Allah swt untuk kita dengan ilmu
pengetahuan teknologi dan seni yang kita miliki. Oleh sebab itu
marilah kita menjaga dan melestarikan alam ini agar tidak punah
dan tetap berpedoman pada al-Qur’an dan as sunnah sebagai rasa
syukur kita kepada Allah swt.
B. SARAN
Untuk mengembangkan IPTEKS harus kita didasair dengan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt agar dapat
memberikan  bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.

Daftar Pustaka

22
Al Faruqi, Ismail R,  2001. Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah peradaban,
Bandung; Cet. III Gemilang Mizan.

Daim, Abdullah. 1984. Tarbiyah ‘Abdru Tarikh, Min Ushuri Qadimah hatta Qarnu
Isyrin. Beirut; Darul ‘Ilmi lil Mu’allim. Cet. Ke 5.

Daud, Ali Muhammad, 1998. Pendidikan Agama Islam, Jakarta; PT Rajawali Grafindo
Persada.

Departemen Agama RI, 2001. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum,
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Jakarta.

Nasution, Harun, 1986. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta; Bulan Bintang.

Shihab, M, Quraish. 1996. Mermbumikan Al-Qur’an. Bandung; Cetakan ke 12. Mizan.

Wahyuddin. dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta;
PT. Gramedia

Ainiyah, N. (2013). Pembentukan karakter melalui pendidikan agama Islam. Al-Ulum,


13(1), 25-38.

Andriani, A. (2016). Munculnya Lembaga Pendidikan Islam. FALASIFA: Jurnal Studi


Keislaman, 7(2), 285-298.

WIARTHA, H. A. P. (2017). PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI-


NILAI AGAMA ISLAM DI DESA WINONG KALIDAWIR TULUNGAGUNG.

Zahroh, L. (2015). Integrasi iman dan ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam
(kajian QS Al-Mujadalah ayat 11, QS Al-Taubah ayat 122, dan QS Al-Isra ayat 36)
(Doctoraldissertation, UIN Walisongo).

23

Anda mungkin juga menyukai