Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

“Ilmu pengetahuan Teknologi Islam”

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
1. AZZAHRA SIREGAR (4203151042)
2. MIRANDA NIHDATUL ZAHWA (4203351011)
3. M. ARI MAULANA (4203250015)
4. RETNO WULANDARI (4203151038)
5. WALIDA FITRI (4201151015)
6. REZA ANANDA HATMI (4203550014)

MATA KULIAH : AGAMA ISLAM


DOSEN PENGAMPU : Dr HAPNI LAILA SIREGAR
S.Ag. M.Ag

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji hanya bagiNya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya, dan jugakepada para pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman. Puji syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan segala rahmat dankarunia Nya. Sehingga penulisan makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Makalah dengan judul “IPTEK DALAM ISLAM” sebagai tugas mata kuliah
PendidikanAgama Islam. Dalam penulisan makalah ini kami bayak menerima
bantuan bimbingan dandorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, kami
tidak lupa mngucapkan terimakasih yang sedalam- dalamnnya kepada:1. Bapak H.
Sihabuddin Afroni S. selaku dosen mata kuliah agama Islam.2. Orang tua kami yang
telah memberikan bantuan materiil dan spirtual.3. Teman-teman kami di UNTAR,
atas segala bantuannya. Kami berharap makalah ini dapatmemberikan manfaat bagi
mahasiswa UNTAR. Kami menyadari bahwa dalam penulisanmakalah ini masih jauh
dari sempurna, karena masih banyak kekurangan dan kesalahan.Maka penulis
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
meyempurnakanmakalah ini. Dengan makalah ini, kami mengharapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaatdan berguna bagi penulis serta pembaca pada
umumnya.

Penyusun

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Ilmu dan Teknologi.................................................................................................4
B. Integrasi Iman,Iptek,dan Iman.................................................................................4
C. Anjuran Melakukan Penelitian................................................................................7
D. Kewajiban Menuntut dan Mengamalkan ilmu........................................................12
E. Tanggung Jawab Ilmuwan.......................................................................................21
BAB III PENUTUP...........................................................................................................27
A. Kesimpulan..............................................................................................................27
B. Saran........................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur‘an adalah kitab suci agama Islam. Namun Al-Qur‘an diturunkan
tidak hanya untuk umat Islam. Al-Qur‘an diturunkan untuk seluruh umat
manusia sebagai pedoman dan petunjuk dalam menjalani hidup dan
kehidupan ini. Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi,
tidak dengan tangan kosong, tetapi dengan diberikan bekal yang cukup
berupa indera dan akal sehingga dapat memahami tanda-tanda kebesaran
Allah melalui isyarat ilmiah yang tersurat dan tersirat dalam Al-Qur‘an
sebagaimana firman Allah dalam Q.S Fushshilat/41: 53.

Artinya:
Akan Kami (Allah) perlihatkan kepada mereka kelak bukti-bukti
kekuasaan Kami di segenap penjuru dunia ini dan bahkan pada diri mereka
sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur‟an itu adalah benar.
Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu? (Q.S Fushshilat : 53).
Al-Qur‘an, kitab suci yang berisikan ayat-ayat tanziliyah, mempunyai
fungsi utama sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia baik hubungannya
dengan Tuhan, manusia, maupun alam raya. Dengan begitu, yang dipaparkan
Al- Quran tidak hanya masalah-maslah kepercayaan (akidah), hukum,
ataupun pesan- pesan moral, tetapi di dalamnya terdapat petunjuk
memahami rahasia-rahasia alam raya1.
Dari sini muncul usaha-usaha untuk memperlihatkan berbagai
dimensi Al- Qur‘an yang dapat menaklukkan siapapun yang meragukannya,
sehingga kebenaran bahwa ia bukan tutur kata manusia menjadi tak
terbantahkan. Setiap orang dapat menagkap pesan dan kesan yang berbeda
dari lainnya. Seorang pakar

1
bahasa akan mempunyai kesan yang berbeda dengan yang ditangkap oleh
ilmuwan, tetapi keduanya dapat saling melengkapi. Demikian Al-Qur‘an
menyuguhkan hidangannya untuk dinikmati dan disantap oleh semua orang
di sepanjang zaman2.
Hal ini memberikan peluang kepada para peneliti untuk melakukan
penelitian dengan ide yang berbasis pada isyarat ilmiah yang disampaikan
Al- Qur‘an. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk
memberi gambaran bagaimana kita seharusnya menyikapi perkembangan
teknologi dalam Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ilmu dan teknologi?
2. Apa itu integrasi iman, iptek, dan amal?
3. Bagaimana anjuran melakukan penelitian dalam Islam?
4. Bagaimana kewajiban dalam menuntut dan mengamalkan ilmu dalam
Islam?
5. Bagaimana tanggung jawab seorang ilmuan menurut Islam?
6. Bagaimana integrasi iman, iptek, dan amal dalam diri seseorang yang
beriman?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu ilmu dan teknologi.
2. Mengetahui apa itu integrasi iman, iptek, dan amal.
3. Mengetahui dasar – dasar melakukan penelitian dalam Islam.
4. Mengetahui kewajiban dalam menuntut dan mengamalkan ilmu dalam
Islam.
5. Mengetahui bentuk tanggung jawab seorang ilmuan dalam Islam.
6. Mengetahui integrasi iman,iptek,dan amal dalam pribadi seseorang yang
beriman.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu dan Teknologi
a) Pengertian IPTEK
Mengenai kata Ipteks orang berbeda pendapat, ada yang menganggap
merupakan singkatan dari dua komponen yaitu ilmu pengetahuan dan
teknologi dan ada pula yang memasukkan unsur seni di dalamnya sehingga
singkatannya menjadi ipteks.
Definisi ilmu pengetahuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai gabungan berbagai pengetahuan yang di susun secara logis
dan bersistem dengan memperhitungkan sebab dan akibat.
Menurut Ali Syariati dalam buku Cakrawala Islam yang ditulis oleh Amin
Rais, Ilmu adalah pengetahuan manusia tentang dunia fisik dan fenomenanya.
Ilmu merupakan imagi mental manusia mengenai hal yang kongkret. Ia
bertugas menemukan hubungan prinsip, kausalitas, karakteistik di dalam diri
manusia, alam, dan entitas-entitas lainnya .
Sedangkan kata teknologi berasal dari bahasa Yunani "teknikos" berarti
"teknik". Apabila ilmu bertujuan untuk berbuat sesuatu, maka teknologi
bertujuan untuk membuat sesuatu. Karena itu maka teknologi itu berarti
suatu metode penerapan ilmu untuk keperluan kehidupan manusia.
Menurut Zalbawi Soejati, teknologi adalah wujud dari upaya manusia
yang sistematis dalam menerapkan atau memanfaatkan ilmu pengetahuan /
sains sehingga dapat memberikan kemudahan dan kesejahteraan bagi umat
manusia.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
ilmu pengetahuan merupakan kumpulan beberapa pengetahuan manusia
tentang alam empiris yang disusun secara logis dan sistematis. Sedangkan
Teknologi merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan tersebut, yang tujuan
sebenarnya adalah untuk kemaslahatan manusia.

b) Konsep IPTEK dalam Islam


Sudah menjadi pemikiran yang umum bahwasanya agama yang identik
dengan kesakralan dan stagnasi tidak sejalan atau bahkan bertentangan
3
dengan ipteks yang notabene selalu berkembang dengan pesat. Namun
pemikiran ini tidak berlaku lagi ketika agama tidak hanya dilihat dari
ritualitas-ritualitas belaka namun juga melihat nilai-nilai spiritualitas yang
hakiki.
Allah SWT menciptakan alam semesta dengan karakteristik khusus
untuk tiap ciptaan itu sendiri. Sebagai contoh, air diciptakan oleh Allah dalam
bentuk cair mendidih bila dipanaskan 100 C pada tekanan udara normal dian
menjadi es bila didinginkan sampai 0 C. Ciri-ciri seperti itu sudah lekat pada
air sejak air itu diciptakan dan manusia secara bertahap memahami ciri-ciri
tersebut. Karakteristik yang melekat pada suatu ciptaan itulah yang
dinamakan sunnatullah. Dari Al Qur‟an dapat diketahui banyak sekali ayat
yang memerintahkan manusia untuk memperhatikan alam semesta, mengkaji
dan meneliti ciptaan Allah.
Disinilah sesungguhnya hakikat Iptek dari sudut pandang Islam yaitu
pengkajian terhadap sunnatullah secara obyektif, memberi kemaslahatan
kepada umat manusia, dan yang terpenting adalah harus sejalan dengan nilai-
nilai keislaman.
Allah SWT. secara bijaksana telah memberikan isyarat tentang ilmu, baik
dalam bentuk uraian maupun dalam bentuk kejadian, seperti kasus mu‟jizat
para Rasul. Manusia yang berusaha meningkatkan daya keilmuannya mampu
menangkap dan mengembangkan potensi itu, sehingga teknologi Ilahiyah
yang transenden ditransformasikan menjadi teknologi manusia yang imanen.
Menurut Mahdi Ghulsyani (1998 : 62), studi Al Qur‟an dan sunnah
menunjukkan bahwa karena dua alasan fundamental, Islam mengakui
signifikansi sains:
1.Peranan sains dalam mengenal Tuhan
2.Peranan sains dalam stabilitas dan pengembangan masyarakat Islam

B. Integrasi Iman, Iptek, dan Amal


a) Pengertian Iman

Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut


istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan
dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Jadi, seseorang
4
dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila
memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui
dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan
lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur
keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.
b) Pengertian IPTEK
Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi,
disistimatisasi, dan diinterpretasi, menghasilkan kebenaran obyektif,
sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah.
Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala
yang terbrntuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu
dengan berbagai bentuknya berulang 854 kali dalam Al-Qur‘an. Dari
sudut pandang fisafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan
pengetahuan.
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam
sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya
sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada
dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam
situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk
merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu
pengetahuan dengan teknologi.
Adapun seni termasuk bagian dari budaya, berbagai hasil
ungkapan akal budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan
hasil ekspresi jiwa yang berkembang menjadi bagian dari budaya
manusia.
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak
negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan
lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Netralitas
teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi
kehidupan manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu

5
sendiri
c) Pengertian Amal

Amal adalah perbuatan manusia, amal pada garis besarnya terbagi


dua yaitu amal lahiriyah dana mal batiniyah, amal lahiriyah adalah amal
yang dilakukan oleh anggota badan seperti berdzikir, shalat, puasa dan
lain-lain. Sedangkan amal batiniyah adalah perbuatan-perbuatan
manusia yang dilakukan oleh hati seperti beriman, bersabar, bertawakal
dan lain-lain.

d) Integrasi Iman,Iptek,dan Amal

 Dalam pandangan Islam antara iman (taqwa) di satu sisi, dengan


ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni di sisi lain, haruslah terjadi
hubungan yang harmonis dan tidak boleh dipisah-pisahkan.
System yang terintegrasi inilah yang dinamakan dengan Dinul
Islam yang berarti telah memuat aqidah, syari‘ah dah akhlaq.
 Aktifitas manusia tidak akan bernilai sebagai amal shalih kalua
tidak dibangun di atas iman dan ilmu yang benar.
 Pencarian dan pengembangan iptek yang lepas dari keimanan dan
ketaqwaan tidak akan bernilai ibadah, serta tidak akan
menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan
lingkungannya, bahkan menjadi malapetaka.
Seperti digambarkan dalam Q.S Ibrahim :24-25

6
Yang artinya :‖ Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik (Dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh
(menghujam ke bumi) dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan
buahnya setiap musim dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan itu agar manusia selalu ingat.

Ayat di atas mengidentikkan bahwa Iman adalah akar, Ilmu adalah pohon yang
mengeluarkan pohon dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah
dari pohon itu yang identik dengan teknologi dan seni. Iptek yang dikembangkan diatas
nilai-nilai Iman dan Ilmu akan menghasilkan amal shalih bukan kerusakan alam.

C. Anjuran Melakukan Penelitian

Penelitian merupakan upaya untuk menemukan, mengembangkan dan menguji


kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Secara
umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang
dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu.
Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif, eksperimental atau noneksperimental, interaktif atau
noninteraktif.

Melalui isyarat ilmiah, Al-Qur‘an mendorong manusia untuk melakukan penelitian.


Upaya ini dapat digagas mulai dari hal yang paling sederhana dari jenjang sekolah dasar
dan secara formal dibatasi sampai sekolah menengah atas. Penelitian yang lebih intensif
dapat dilakukan di perguruan-perguruan tinggi. Bagi perguruan tinggi Islam seharusnya
lebih berani melakukan eksperimen realistik, setidaknya mengakomodasi dalam
subbidang atau subjurusan dan bimbingan tugas akhir.
Menurut Saefuddin (2010), ada perbedaan mendasar mengapa kaum muslim
sekarang mengalami ketertinggalan iptek dibandingkan dengan kaum muslim pada era
golden age. Pertama, semangat mempelajari ilmu, terutama iptek yang kurang bagi
kaum muslim sekarang dibandingkan kaum muslim era golden age. Perbedaan yang
kedua, kaum muslim era golden age belajar mengkaji peradaban-peradaban non-muslim
dibarengi dengan bekal keimanan yang kuat, sedangkan kaum muslim sekarang
mengkaji keilmuan Barat tanpa berbekal keimanan sama sekali.
Alam semesta merupakan realitas yang dihadapi manusia yang sampai kini baru
sebagian kecil yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagian terbesar masih
7
merupakan suatu misteri yang tidak dikenal oleh manusia betapapun kemajuan
yang telah mereka capai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi
manusia tidak akan berhenti untuk mencari, meneliti dan mempelajari rahasia-
rahasia yang terkandung di dalam alam semesta itu.
Semakin giat manusia meneliti alam semesta ini semakin banyak kabut rahasia
yang tersingkap darinya. Sejalan dengan itu, manusia pun semakin maju dalam
segala bidang penghidupannya.
Bagi seorang ilmuan yang mengetahui betapa luasnya alam semesta ini akan
menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukan seluruh alam
semesta. Betapapun hebatnya manusia, ia tidak akan mampu mengetahui segala
realitas yang ada di alam ini. Bahkan seorang ilmuan yang beriman akan
menyadari bahwa setiap ilmu bertambah atau setiap dia menemukan hal-hal baru,
ia akan semakin bertambah sadar bahwa yang telah diketahuinya barulah setitik
dari alam semesta yang begitu luas.
Di dalam Al-Qur‘an ditemukan banyak ayat yang menganjurkan diadakannya
penelitian (research) pada segala bidang, termasuk untuk meneliti hewan yang
masih banyak menyimpan misteri yang perlu disingkap. Apakah tujuan penelitian
itu? jika ditelaah Al-Qur‘an maka anjuran melakukan penelitian mempunyai tujuan
yang bertingkat.
Pertama ialah untuk menyingkap tabir kegelapan yang masih terselubung.
Masih banyak misteri yang belum mampu dipecahkan oleh manusia, dan masih
banyak peraturan Allah (sunatullah) yang belum diketahui. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan penelitian.
Dalam bidang astronomi, Allah menyinggung di dalam surah Al – Isra ayat 12 :

8
Artinya :
Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami
hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu
mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun –
tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.
Ayat ini mengisyaratkan kepada manusia bahwa matahari memiliki
sinar untuk menerangi dan pergantian malam dan siang itu merupakan
sebuah isyarat adanya perhitungan waktu, yaitu siang dan malam, atau
antara perhitungan melalui peredaran bumi pada matahri (perhitungan
Syamsiah) atau peradaran malam, yaitu perhitungan peredaran bulan pada
bumi (Qamariyah). Kedua perhitungan itu memiliki keutamaan terhadap
yang lain.
Dalam bidang zoology dan peternakan masih banyak misteri yang
perlu dipecahkan dan masih banyak rahasia yang perlu digali. Sebagai
contoh, dapat dilihat adanya anjuran Al-Qur‘an untuk mengadakan penelitian
terhadap unggas yang bertentangan di angkasa raya :

Artinya :
“Tidaklah mereka memperhatikan burung – burung yang dimudahkan
berterbangan di angkasa. Tiada kekuatan yang menahannya kecuali Allah.
Sesungguhnya hal itu menjadi keterangan bagi kamu yang beriman” (Surah An –
Nahl : 79).
Dengan jelas ayat tersebut di atas menyuruh memperhatikan keadaan
unggas yang dapat terbang di angkasa raya, suatu petunjuk untuk melakukan
penelitian dengan seksama. Rahasia apakah yang melatar belakangi kemampuan
burung yang dengan sayapnya dapat terbang dengan bebasnya di udara? Apakah
artinya sayap yang berbeda – beda di antara berbagai jenis unggas dan dengan
kesanggupan yang berbeda – beda pula? Dengan malakukan penelitian terhadap
berbagai jenis burung dan kondisi terbangnya, maka dapat diungkap sunatullah

9
yang ada padanya, antara lain hukum – hukum keseimbangan badan dengan
udara, kecepatan terbang, daya dorong, dan ketahanannya berada di cakrawala.
Secara sepintas, kelihatannya cukup sederhana mengapa burung tersebut
tidak jatuh, namun sebenarnya ada sistem pada burung yang membuatnya bisa
mengepakkan sayap dan terbang. Ini bukanlah hal yang sederhana tetapi sesuatu
yang luar biasa yang diciptakan Allah sehingga ia bisa beradaptasi dengan udara,
cuaca, dan kecepatan yang diinginkannya ketika terbang, mendarat, hinggap, dan
memualai terbang. Ini bisa dijadikan manusia sebagai ibarah untuk menciptakan
pesawat terbang. Namun di balik itu manusia juga melihat unsur – unsur zoology
pada burung itu memiliki kelebihan disbanding dengan hewan lain.
Sungguh, dari hasil penelitian tersebut banyak memberikan faedah bagi
manusia. Dari hasil penelitian ini, maka hukum keseimbangan yang telah
diketahui oleh manusia pada burung dapat dimanfaatkan. Manusia sanggup
membuat kapal terbang untuk kepentingan perhubungan dan peperangan.
Penelitian dapat diarahkan kepada unggas pada aspek keunikan lainnya.
Al-Qur‘an menyodorkan suatu topik yang perlu ditelaah mengenai persamaan –
persamaannya dengan manusia. Allah berfirman :

Artinya :
“Dan tiada satupun binatang yang merayap di bumi dan tiada satupun
burung terbang di udara dengan kedua sayapnya, kecuali sebagai (makhluk) yang
berbangsa – bangsa seperti kamu juga” (Surah Al – An‘am : 38).
Di samping secara prinsipil terdapat perbedaan antara manusia dengan
binatang, juga terdapat persamaan sebagai makhluk, antara lain kesamaan dalam
sebagian anatomi (konstruksi tubuh), hidup berkelompok (berbangsa – bangsa),
kesenangan dan kesulitan, pencarian rezki dan lain – lainnya. Sebagai contoh
Allah menerangkan :

10
Artinya :
“Dan betapa banyaknya yang tidak sanggup membawa (menanggung)
rezekinya sendiri, Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepada kamu
juga. Dia Maha Mendengar dan Maha Tahu.” (Surah Al – Ankabut : 60).
Perlu diperhatikan bahwa penelitian di dalam Islam bukanlah untuk
penelitian itu sendiri. Penelitian adalah wasilah (media) untuk menyingkap misteri
keilmuan yang mengantarkan kepada modernisasi dan rasionalisasi tersebut dapat
dikembangkan guna kesejahteraan manusia sebagai makhluk Allah, baik pada
ranah agama, sosial, politik, dan ekonomi. tegasnya, penelitian dilakukan adalah
untuk pengembangan ilmu dan teknologi tidak lain adalah diperuntukkan bagi
kemaslahatan dan kebutuhan manusia sebagaimana halnya rahmat Tuhan yang
bertebaran pada hewan – hewan itu. Semuanya adalah untuk kesejahteraan
manusia dan sebagai karunia Allah kepada hamba – hamba-Nya. Dalam hubungan
ini dikemukakan dalam Al-Qur‘an :

Artinya :
“Tidakkah mereka perhatikan, bahwa Kami telah jadikan untuk mereka
sebahagian dari apa yang dibuat oleh tangan – tangan Kami (yaitu) binatang –
binatang ternak lalu mereka memilikinya. Dan Kami jinakkan dia untuk mereka.
Maka setengah daripadanya jadi tunggapan mereka, dan sebahagian
daripadanya untuk mereka makan. Dan mereka peroleh daripadanya beberapa
manfaat dan (jadi) sumber minuman. Mengapa mereka tidak berterima kasih?”

11
(Surah Yasin : 71 – 73).

Hasil penelitian dan pengamatan itulah yang menjadi bahan yang bernilai
bagi para ahli untuk diambil manfaatnya. Dari berbagai jenis binatang itu
ditemukan gunanya sendiri – sendiri antara lain untuk keperluan angkutan, sumber
makanan, sumber minuman, dan bahan pakaian.
Binatang ternak adalah salah satu objek pelajaran dan bahan penelitian yang
dapat dengan langsung dinikmati hasilnya. Al-Qur‘an menjelaskan

Artinya :
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu menjadi pelajaran bagi
kamu. Kami beri minum kepadamu dengan apa yang keluar dari dalam perutnys
diantara tahi dan darah, yaitu susu yang bersih yang mudah bagi orang – orang
yang mau minum.” (Surah An – Nahl : 66).
Melakukan penelitian yang demikian merupakan metode yang praktis di
samping cara belajar melalui kepustakaan dengan menggunakan gambar – gambar
atau uraian – uraian abstrak.
Hal terpenting dari peneltian tersebut adalah untuk mempelajari tanda-
tanda kebesaran Allah sehingga berujung pada bertambahnya keimanan (sebagai
abdullah) dan pengembangan/penyebarluasan hasil penelitian (sebagai
khalifatullah).

D. Kewajiban Menuntut dan Mengamalkan Ilmu

Dalam islam dikenal dengan istilah tholabul ‟ilmi, yaitu menuntut ilmu.
Ilmu adalah pemberian Allah dan semua adalah pemberian Allah, tetapi Allah
akan memeberikan sesutu itu kepada orang yang telah layak menerimnya.
Maksudnya jika kita ingin diberi ilmu oleh Allah maka kita harus bersunguh-
sungguh untuk menyiapkan diri, memantaskan diri kita, dan berusaha sekuat
tenaga untuk menuntut ilmu agar Allah memberikan ilmu itu kepada kita. Ilmu
juga sebuah titipan dari Allah SWT, maka jika kita diberi ilmu kita harus
12
menjaganya dengan cara mengamalkannya dan mengajarkannya kembali kepada
orang yang membutuhkan pengajaran.
Islam datang untuk memberantas dan memusuhi serta mengikis habis
dengan akar-akarnya pohon kebodohan dan kemiskinan. Mengenai hal ini,
Rasulullah Saw. Bersabda yang diriwayatkan oeh Imam At-Tirmidzi, yang
artinya: ―Ketika Allah menciptakan akal, dan Allah berfirman kepada akal: “Hai
akal! Menghadaplah! maka akal pun menghadap‖ Allah berfirman kemudian:
“Hadaplah ke belakang!”Akal lalu membelakang. Kemudian Allah berfirman:
“Demi keagunganku dan keluhuran–Ku, Aku tidak akan meletakkanmu kecuali
buat orang-orang yang Aku cinta”. Ketika Allah menciptakan kebodohan, Allah
berfirman kepada kebodohan: “Menghadaplah!” Ia menghadap dan
membelakangi” Lalu Allah berfirman: “Demi keagungan dan keluhuran-Ku, Aku
tidak akan meletakkanmu kecuali kepada orang-orang yang Aku benci di antara
makhluk-Ku.” 9
Allah berfirman :

Artinya: “Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-


Qur‟an dan as-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa
yang dianugerahi al-Hikmah, dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang
banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah).‖ (QS. Al-Baqarah: 269).

Maka dari itu umat islam harus menuntut ilmu, umat islam harus memiliki
ilmu pengetahuan, dan iman sebagai penyeimbang antara akal dan rasio, orang
yang bodoh sangat di benci oleh Allah, maka dari itu janganlah umat islam
menjadi umat yang bodoh, tak memiliki ilmu pengetahuan karena beramal tanpa
menggunakan ilmu akan sia-sia, Abu bakar As sidiq pernah ditanya oleh seorang
sahabat, wahai Abu Bakar, amalan apa yang paling utama dari sholat, maka Abu
bakar menjawab Sholat menggunakan Ilmu, Bukan menafikan ibadah yang
bersifat mahdoh, maksudnya jika orang sholat tidak menggunakan ilmu maka
akan terjadi banyak kesalahan, dan terkadang melakukan kesalahan yang sifatnya

13
membatalkan sholat, tetapi pelakunya tidak tau karena kebodohanya itu.

Dalam islam Menuntut Ilmu hukumnya wajib ‗ain sesui dengan (HR. Ibn
Abdul Barr):

"Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki


maupun perempuan." (HR. Ibn Abdul Barr)
Allah mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib. Sebagaimana
firman Allah

Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (Ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa
orang umtuk memperdalam pngetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaummnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah :122)
Dari ayat diatas Allah
menunjukkan keutamaan ilmu,
lebih-lebih ilmu yang mendatangkan keimanan kepada Allah. Selain itu Allah
juga berfirman

Artinya : “Dan aku (Allah) tidaklah menjadikan jin dan manusia itu melainkan
ilmu Tauhid mereka menyembah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)

14
15
Ayat diatas menunjukkan agungnya keutamaan ibadat, sehingga
disebutkan bahwa tiada lain maksud dan tujuan dalam menciptakan jin dan
manusia kecuali untuk menyembah kepada-Nya. Namun, ilmu adalah media untuk
menemukan bagaimana cara beribadat yang benar. Apabila menilik pada keadaan
lahiriahnya, seolah-olah antara ilmu dan ibadah laksana kenderaan dan tujuan
yang akan dituju. Tanpa ada media untuk menyampaikan kepada alamat yang
akan didatangi maka manusia tidak akan pernah sampai pada tujuan.
Didalam hadis Nabi banyak ditemukan keutamaan ilmu. Di antaranya
Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
―Sesungguhnya keutamaan seseorang alim melebihi seseorang yang
beribadat, adalah seperti keutamaanku melebihi orang yang terendah dari umatku.‖
Bahkan Ayat yang pertama kali turun Adalah wahyu yang memerintahkan
kita untuk membaca terdapat pada Surat Al- alaq ayat 1-5

Artinya: Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yangmenciptakan (1) Yang


menciptakanmu dari segumpal darah (2) Bacalah dan tuhan mu yang maha mulia
(3) Yang mengajarkan manusia dengan qolam (4) Yang mengajarkan manusia
apa yang tidak diketahui (5) ( Q.S Al-‗Alaq 1-5).
Islam adalah satu-satunya agama yang mendorong kepada umatnya untuk
memperbesar tradisi sekolah dan Al qur‟an selalu menuntut kepada pembacanya
untuk melakukan safar intelektual. Kebodohan adalah tanaman yang berbenih
kekafiran; berlahan kemunafikan; cabangnya berupa kesombongan; daunnya
berupa kesesatan; buahnya dikutuk dan berada di neraka selama-lamanya, perlu
kita ketahui, siapa memiliki kebodohan berarti: dia telah menanam benih

16
kekafiran; mengelola tanah kemunafikan; dan dia pasti memetik buahnya yaitu
berakhir bersama iblis di neraka.10
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan
bahkan islampun mengangkat derajat orang-orang yang memiliki ilmu hal ini
sebagai mana firmana Allah Swt:

Artinya: Hai orang orang yang beriman jika dikatakan kepadamu berlapanglah
di majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberikan kelapangan
bagimu, Dan apa bila dikatakan Berdirilah kamu maka niscaya berdirilah,
Niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
diantara kamu beberapa derajat, Dan Allah maha mngetahui apa yang kamu
kerjakan (QS. Al-Mujadalah : 11)
Dalam ayat tersebut jelas-jelas disebutkan bahwa Allah akan mengangkat
derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat, Iman
disandingkan dengan ilmu maksudnya jika orang hanya memeiliki ilmu saja tanpa
beriman maka sama saja bohong. Artinya ilmu tanpa pengamalan sama saja
dengan pohon tanpa buah, karena iman dan taqwa adalah buah dari ilmu, maka
dari itu iman dalah pemberian Allah dan sekaligus buah dari pengalaman ilmu
tersebut.
Biasa kita lihat pada era modern ini Negara yang banyak maju dan
berkembang pesat adalah negara yang memiliki ilmu pengetahuan yang maju.
Tidak biasa pungkiri bahwa negar-negara seperti Amerika, Jepang, dan Cina lebih
maju dari Indonesia. Memang benar hadis nabi yang menjelaskan tentang
tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Dan sekarang Negara Cina menjadi pusat

17
peradaban hal itu dikarenakan cina memiliki perkembngan ilmu pengetahuan yang
pesat.
Maka dari itu islam sangat menekankan menuntut ilmu, karena ilmu
pengetahuan adalah kunci untuk meraih kebahagiaan dunia dan Akhirat, bagimana
tidak, ketika orang bekerja atau beramal tanpa ilmu maka amalnya akan sia-sia,
ada pendapat ulama yang mengatakan‖ banyak dari amalan-amalan Akhirat yang
menjadi amalan dunia karena salahnya niat, dan banyak sekali amalan-amalan
dunia yang menjadi amalan akhirat akarena bagusnya niat‖ untuk mengetahui
apakah niat di hati kita sudahkan benar itu juga kita harus menggunakan ilmu.
Maka dari itulah ilmu dikatakan sebagai kunci dari kebahagian dunia akhirat hal
ini sebagai mana hadis nabi Muhammad Saw:

Artinya: Barang siapa yang menghendaki kebahagiaan di dunia maka harus


dengan ilmu, dan barang siapa menghendaki kebahagiaan akhirat maka harus
dengan ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kebahagiaan keduanya (dunia
dan akhirat) maka harus dengan ilmu (H.R. Thabrani)
Memang Orang yang paling bahagia adalah orang yang mendapatkan rido
Allah, tapi bagai mana akan mendapat Rido Allah jika orang tersebut tidak
memiliki Ilmu. Jadi secara tidak langsung ilmu adalah kunci dari kebahagian
dunia akhirat. Hal ini seperti sebuah qaidah usuliyah yang berbunyi “Manla
yatimu wajibun fahua wajibun ( sesuatu yang menyempurnakan kewajiban maka
di anggap suatu kewajiban pula”. Sesuai qoidah tersebut ilmu adalah sesuatu
yang menyempurnakan seorang hamba agar mendapat rido Allah, jadi untuk
memperoleh rido Allah maka memiliki ilmu juga hukumnya wajib.
Dalam hadis itu dijelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa menuntut Ilmu
itu hukumnya Wajib, karena Ilmu pengetahuan adalah kunci untuk bahagia. Maka
dari itu kita sebagai seorang muslim kita harus meningkankatkan Intelektual kita,
hal ini sudah menjadi kewajiban semua pihak dan harus di utamakan dalam

18
rangka membanguh peradaban dan kebutuhan asasi yang bersifat
kemanusiawian.11
Iman seorang muslim terkadang murni pemberian Allah, menurut imam
al-ghozali Hidayah dan Taqwa adalah buah dari Ilmu. Imam al-Ghazali menulis
kitab berjudul Bidayah al-Hidayah (awal tumbuhnya hidayah). Secara umum,
kitab ini berisi etika (adab) sehari-hari dalam kehidupan seorang muslim, sejak
bangun tidur sampai tidur kembali. Dalam muqaddimah kitab tersebut, beliau
menyatakan bahwa hidâyah adalah tsamrah al-‗ilm (buah dari ilmu).Dengan kata
lain, hidayah tidak akan tercapai tanpa landasan ilmu,dan niat mencari ilmu
haruslah demi meraih hidayah Allah. Dalam pembukaan Bidayah al-Hidayah,
Imam Al Ghazali menulis,―Sesungguhnya hidayah yang merupakan buah dari
ilmu—mempunyaipangkal (bidayah) dan ujung (nihayah), yang tampak
(zhahir)dan yang tersembunyi (bathin). Tidak mungkin sampai ke ujungnya
sebelum memantapkan pangkalnya. Tidak akan mengerti bathin-nyasebelum
menyaksikan (musyahadah) terhadap zhahir-nya.‖12
Islam juga memberikan perhatian yang luar biasa terhadap orang yang
berilmu pengetahuan, bahkan ada istilah Al „ulama warosatul Ambia‟ yang
artinya ulama adalah pewaris nabi. Yang dimaksud ulama disini adalah orang
yang berilmu dan mengamalakan ilmunya. Jika orang hanya memeiliki ilmu tetapi
tidak mengamalkan ilmunya maka bukan di sebut ulama, memang begitu berat
dan sulit untuk mencapai kriteria ulama, maka dari itu ulama adalah pewaris nabi
jadi tidak semua rang yang pandai di katagorikan sebagai ulama‟.
Allah menjelaskan dalam firmannya

Artinya : ―siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata.” Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri?” (QS. Fushshilat: 33)

19
Syaikh jamaluddin al-Qasimi menyatakan didalam tafsirnya ,‖ tidak ada
seorangpun yang lebih baik perkataannya dari pada orang-orang yang menyeru
manusia untuk mengabdikan kepada Allah Ta‖ala, ia tergolong sebagai orang yang
shalih yang mengikuti perintah Allah dan menundukkan wajah mereka kepada
Allah Ta‖ala didalam mentauhidkan-Nya.‖13. Orang yang dapat mmenyeru kepada
agama Allah adalah orang yang memiliki ilmu terhadap apa yang diserukannya.
Jika ia tidak memiliki ilmu tentu ia tidak mengetahui hakikat kebenaran yang
disampaikan tersebut.
Diantara faktor yang membuat seseorang harus antusias menyampaikan
ilmu Agama Allah kepada manusia disebakan adanya do‘a Nabi Muhammad
SAW. Bagi orang-orang yang mmenyampaikan perkataannya kepada orang lain.
Sungguh, Imam Ibn Majah meriwyatkan dari jubair bin Muth‘im ra dimana ia
berkata,‖ Rasulullah saw. Berdiri di khaif bagian dari Mina seraya berkata,‖ Allah
memberikan cahaya terhadap seseorang yang mendengar perkataanku (ilmuku)
lalu ia manyampaikannya.‖ Sebab, tidakk sedikit orang yng membawa suatu ilmu
tetapi ia tidak memahaminya, dan tidak sedikit pula orang yang menerima ilmu
lebih paham dari pada pembawanya.14
Orang yang menyampaikan ilmu kepada orang lain akan mendapatkan
pahala orang yang mengikut ajaran dan ajakannya. Sabda Nabi saw
―Abi Mas‘ud berkata,‖ Rasulullah saw. Bersabda: siapa yang
menunjukkan (jalan) kebaikan (kepada orang lain) maka ia menerima pahala
seperti pahala orang yang melakukannya.‖ (HR. Muslim)
Berdasarkan wahyu menceritakan kabar gembira kepada pengajar ilmu
kebaikan kepada Allah Ta‘ala, malaikat, segala makhluk yang ada dilangit dan
bumi bershalawt kepadanya. Imam At-Tirmizi meriwayatkan dari abu Umamah
Al-Bahili ra berkata,‖Rasulullah saw. Bersabda,‖ Sesungguhnya, Allah, Malaikat-
Nya, dan penduduk langit dan bumi bhkan semut di dalam lubangnya dan paus di
(lautan) bershalawat kepada pengajar kebaikan kepada manusia.‖
Jika ilmu wajib disampaikan maka tidak boleh menyembunyikannya.
Allah berfirman didalam surah Al-Baqarah: 159

19
Artinya: sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami
turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami
menerangkannya kepada mmanusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Alllah
dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.

Selanjutnya liihatlah surah An-Nisa‘ ayat 37:

Artinya : (Yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruuh orang lain berbuat
kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yng telah diberikan-Nya kepada
mereka (ilmu). Dan kami telah menyediakan untuk oraang-orang kafir siksa yang
menghinakan.
Ancaman bagi seorang yang berilmu/'Alim yang tidak mengamalkan
ilmunya :
Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saww. bahwasanya beliu bersabda :
―Tiadalah seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya, melainkan
Allah mencabut ruhnya tanpa syahadat, dan memanggilnya pemanggil dari
langit: ―Hai orang yang berdosa, merugilah kamu di dunia dan di akhirat. (Kitab
Tanqihul Qaul). Ibnu Mas‘ud ra. Nabi Muhammad saww. bersabda : ―Tiap
orang yang diberi oleh Allah ilmu agama, lalu disembunyikannya, maka Allah
mengendalikan mulutnya pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka.‖ (HR.
Ath Thabarani, Kitab ‘Ibad) Abu Hurairah ra., Nabi Muhammad saww. bersabda
: ―Barangsiapa yang belajar ilmu agama yang seharusnya untuk mencapai
keridho‘an Allah, tiba- tiba dipelajarinya hanya untuk mencapai tujuan dunia,
maka ia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari kiamat.‖ (HR. An Nasa‘I,
Kitab Irsyadul ‗Ibad).

20
E. Tanggung Jawab Ilmuwan

Di antara tanggungjawab seorang ilmuan sebagai makhluk Allah adalah


mengembangkan ilmu dan mengajarkannya kepada manusia untuk tujuan ibadah
dan kemaslahatan seluruh makhluk-Nya, termasuk juga menjaga alam dan
lingkungan dan seisinya. Oleh sebab itu , seorang ilmuan tidak boleh fakum
terhadap apa yang sudah dicapainya. Ia harus terus mengembangkan dan
mengajarkan ilmunya.Sebab, ketika ia fakum maka ia telah kehilangan
kesempatan untuk berbuat baik kepada dirinya, manusia, dan makhluk-makhluk
Allah yang lainnya. Oleh sebab itu, mempelajari,meneliti, mengembangkan, dan
mengajarkan merupakan ibadah kepada Allah dalam bentuk yang lain.
Seorang Muslim memandang alam sebagai milik Allah yang wajib
disyukurinya dengan cara menggunakan dan mengelola alam sebaik-baiknya agar
dapat memberi manfaat bagi makhluk Allah, terutama manusia. Pemanfaatan alam
yang diajarkan Islam adalah pemanfaatan yang didasari sikap tanggung jawab,
tanpa merusaknya. Alam yang memberi keuntungan tidak hanya diambil
keuntungnnya tetapi dijaga agar alam melakukan rehabilitasi atau membantunya
mempercepat pemulihannya kembali.
Seorang ilmuan akan berakhlak kepada Allah, yaitu dengan cara beribadah
hanya kepada-Nya dan tidak menserikatkan-Nya. Berakhlak kepada manusia
adalah menempatkannya sebagai makhluk mulia dan menjaga kehidupan dan
kedudukannya sebagai kedudukan manusia. Berakhlak kepada alam berarti
menyikapi alam dengan cara memelihara kelestariannya. Karena itu Allah
menisyaratkan agar manusia dapat mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi
alam. Sebab, alam yang rusak akan dapat merugikan bahkan menghaancurkan
manusia itu sendiri.
Sebagaimana yang pernah disebutkan bahwa manusia diciptakan Allah
dan digelar sebaagai khalifah-Nya adalah untuk mengelola isi bumi dalam rangka
mematuhi Allah dan mematuhi kebutuhan hidup makhluk Allah. Karena Allah
telah memberikan potensi yang begitu besar kepada dirinya, maka ia memiliki
kewajiban untuk melaksanakan amanah tesebut .
Allah berfirmaan dalam Q.S . Luqman ayat 20 :

21
Artinya : “Tidaklah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan
untuk (kepentingaan) apa yang dilangit dan apa yang di bumi, menyempurnakan
untukmu nikmatnya lahir dan batin” (Q.S.Luqman 31:20).
Di dalam surah Hud ayat 61 Allah berfirman :

Artinya :
“Dia menciptakan kalian dari bumi dan menjadikan kalian sebagai
pemakmurannya” (Q.S.Hud 11: 61).
Memakmurkan bumi adalah mengelola sumber daya yang disediakan
Allah.Semuanya ditujukan untuk kebahagian dan kesejahteraan dan kesejahteraan
hidup. Ini merupakan tanggung jawab manusiam terutama para ilmuannya yang
melakukan tugas-tugas pemakmuran tersebut .
Lihat juga di dalam firman-Nya berikut ini :

Artinya : “Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu di muka bumi itu


(sumber) penghidupan , namun sedikit sekali kamu bersyukur” (Q.S.al A‘raf
7:10).

a) Integrasi Iman, Iptek, dan Amal dalam Islam


Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan
kehidupan manusia. Menurut Novan (2012 : 82) pendidikan adalah sebuah

22
kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa yang memiliki Ilmu dan ketrampilan
kepada anak didik, demi terciptanya Insan Kamil.
Konsep pendidikan menurut pandangan Islam harus dirujuk dari berbagai
aspek, antara lain aspek keagamaan, aspek kesejahteraan, aspek kebahasaan,
aspek ruang lingkup dan aspek tanggung jawab. Adapun yang dimaksud dengan
aspek keagamaan adalah bagaimana hubungan Islam sebagai agama dengan
pendidikan. Maksudnya adalah, apakah ajaran Islam memuat informasi
pendidikan hingga dapat dijadikan sumber rujukan dalam penyusunan konsep
pendidikan Islam. Sedangkan aspek kesejahteraan merujuk kepada latar belakang
sejarah pemikiran para ahli tentang pendidikan dalam Islam dari zaman ke zaman,
khusus mengenai ada tidaknya peran Islam dalam bidang pendidikan dalam
kaitanya dengan peningkatan kesejahteraan hidup manusia15.
Tujuan pendidikan terdiri dari beberapa aspek, yaitu (Ahmad Barizi dalam
Qurratul dkk, (2017)):
1. Tujuan teknis artinya pendidikan diorientasikan kepada kemahiran dan
keahlian (skill), seperti kerajinan tangan dan seni, membaca, menulis, dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan kemampuan peserta didik
menggunakan alat-alat dengan cekatan.
2. Tujuan humanistik adalah sikap disiplin, penundukan pada tuntutan
tuntutan objektif bagaimana mengolah partisipasi dan intregasi di dalam
pergaulan sosial, dan pemanfatan secara maksimal semua potensi manusia
secara individual dan sosial
3. Tujuan induktif adalah bagai mana membanguan peserta didik ke arah
kesadaran akan tradisi, simbol, dan nilai serta kepercayaan yang dipegangi
bersama sehingga terjadi proses internalisasi dan ingkulturisasi. Artinya,
sistem pendidikan Islam yang ada dihadapkan tidak saja ―melek‖ teknologi
dan Informasi, tetapi juga melapisi diri dengan kesadaran religius agar
tidak terjadi split personality dan split intregrity oleh penetrasi
perkembangan global yang menyusup keseluruh ruang kehidupan manusia
Kemajuan teknologi dalam tiga dewasa ini telah menampakan
pengaruhnya pada setiap dan semua kehidupan individu, masyarakat dan negara.

23
Setidaknya ada dua kecenderungan yang bisa diidentifikasi berkaitan dengan
zaman globalisasi. Pertama, semakin kuatnya ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) dalam kehidupan manusia. Iptek menjadi ―malaikat imajinatif‖ kreatifitas
dan produktifitas, mampu merekayasa apa saja semaksimal mungkin bagi
kepentingan hidup manusia. Tak satupun kekayaan alam bisa dieksplorasi,
dieksploitasi, dan dimanfaatkan oleh manusia kecuali dengan penguasaan iptek
secara sempurna. Manusia berpotensi positif terhadap iptek untuk kelangsungan
hidup dan kehidupannya. Seakan-akan boleh dikatakan bahwa tak ada satu bidang
kehidupanpun yang tidak didekati dengan menggunakan iptek. Kedua, kuatnya
dominan iptek pelan-pelan menggeser nilai-nilai luhur yang secara universal
dijunjung tinggi oleh manusia. Nilai-nilai kemanusiaan, budaya, dan agama
mengalami aliensi baik pemahaman, pelestarian, maupun aplikasinya. Hampir
mayoritas pemerhati sosial keagamaan sepakat bahwa, globalisasi dan teknologi
menyebabkan bergesernya nilai baik-buruk di masyarakat16.
Untuk itulah diperlukan adanya pendidikan agama Islam, tujuannnya
adalah untuk membuat manusia menjadi Insan Kamil. Ini mengandung arti bahwa
pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya
dan masyarakatnya serta gemar mengamalkan dan mengembangankan ajaran
Islam dengan berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat
mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk
kepentingan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti17.
Selain itu, tujuan pendidikan agama islam juga memperhatikan tujuan
akal. Aspek tujuan ini bertumpu pada pengembangan intelegensi (kecerdasan)
yang berada dalam otak. Sehingga mampu memahami dan menganalisis
fenomena-fenomena ciptaan Allah di jagad raya ini. Seluruh alam ini bagaikan
sebuah bola besar yang harus dijadikan obyek pengamatan dan renungan pikiran
manusia sehingga daripadanya ia mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) yang makin berkembang dan makin mendalam. Firman Allah yang

24
mendorong pendidikan akal banyak terdapat di dalam Al- Qur‘an tak kurang dari
300 kali.
Kebahagiaan seseorang terletak pada keyakinannya terhadap hal-hal
mutlak mengenai realitas alam, identitas diri dan tujuan hidupnya hingga hari
akhirat nanti. Kebahagiaan juga menyangkut keselarasan antara penyerahan diri
dan ketaatan pada ajaran Allah SWT. Yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Keyakinan dan keselarasan itu sendiri merupakan landasan dari amal-amal yang
utama (fardha‟il) dalam Islam, baik yang eksternal maupun internal, yang
termasuk di dalamnya pelaksanaan semua kewajiban agama, latihan spiritual,
menjauhi semua larangan agama, bersikap bijaksana, sabar, berani, dan adil.
Adanya amal-amal yang utama ini mengindikasikan bahwa seseorang itu harus
memiliki ilmu pengetahuan dahulu mengenai amal-amal tersebut dan pada
kenyataannya hal ini semakin memperkuat posisi ilmu pengetahuan sebagai faktor
yang sangat mendasar dalam akidah Islam. Adanya kemungkinan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dan diwajibkannya setiap individu Muslim untuk
mencari ilmu pengetahuan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari akidah
Islam19.
Berdasarkan beberapa urian di atas, maka integralisasi yang dapat
dilakukan untuk menyatuan iman, IPTEK, dan amal seseorang adalah dengan
menanamkan ajaran Islam kepada setiap orang, sehingga terbentuklah Insan
Kamil pada diri setiap orang.
Dengan adanya integralisasi konsep iman, IPTEK dan amal, maka
seseorang diharapkan akan20 :
1. Dengan pemahaman atas IPTEK kesadaran atas kemahaEsaan Allah
semakin mempertebal iman sehingga menuntut ilmu menjadi kewajiban
bagi manusia. Dengan menuntut ilmu berarti manusia memanfaatkan
semua anugerah fasilitas akal dan alam semesta.
2. Memikirkan perihal pembentukan, susunan dan evolusi alam semesta
dalam tinjauan astronomi merupakan cara mengenal kekuasaan Allah yang
pada gilirannya akan memperkuat Aqidah.

25
3. Untuk mengembangkan Etos keilmuan perlu senantiasa diciptakan stabilita
yang dinamis dalam kehidupan bernegara. Melalui keadaan yang stabil itu
proses-proses mempertajam pikiran, memperluas pandangan syiar ilmu,
menciptakan buah pikiran dan menggerakkan aktifitas memajukan IPTEK
dapat dilaksanakan dengan baik.
4. Salah satu pilar penting kemajuan suatu bangsa adalah bergantung pada
kemajuan penguasaan terhadap ilmu dan teknologi. Ilmu dan teknologi
membawa bangsa ke derajat kemuliaan, kebahagian, dan kekuasaan.
Menurut (Qurratul, dkk. 2017:112), konsep iman, iptek dan amal menuju
terbentuknya Insan Kamil dalam Perspektif Pendidikan Islam adalah: Akal berfungsi
secara optimal dan mampu menciptakan budaya yang merupakan manifestasi
(perwujudan) dari nilai-nilai penerapan Ipteks dalam kehidupan manusia, menghiasi
dirinya dengan sifat ketuhanan dan intuisi yang berfungsi adalah merupakan
perwujudan dari nilai keimanan manusia, berakhlak mulia serta berjiwa seimbang
adalah merupakan perwujudan amaliyah manusia selama di dunia.

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa fakta ilmiah di dalam al-Qur'an, amatlah jelas bahwa al-
Qur'an memberikan petunjuk kepada manusia tentang berbagai hal. Untuk
mengetahui secara detail dan seksama, maka manusialah yang harus berusaha
untuk memecahkan berbagai problematika keilmuan yang didapati dalam
kehidupan ini dengan berlandaskan pada ajaran al-Qur'an. Dengan
berlandaskan kepada al-Qur'an, manusia akan mengetahui hasil penelitiannya
mengenai alam melalui "pengkomparasian (pencocokan)" dengan al-Qur'an",
apakah sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh al-Qur'an atau sebaliknya.

B. Saran
Setelah mempelajari kajian ini, maka penulis menyarankan agar kita
sebagai manusia dapat menyadari tugas kita di dunia ini, salah satunya ialah
dengan terus melakukan penelitian yang berdasarkan dengan al – Qur‘an.
Karena sesungguhnya Allah telah memberikan kita petunjuk tentang berbagai
hal di alam semesta ini mengenai kekuasaannya, tinggal bagaimana kita mencari
tahu serta memanfaatkan potensi yang ada tersebut.

27
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, dkk. 2005. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum.
Bogor : Ghalia Indonesia
Ardy Wiyani, Novan. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa.
Yogyakarta : Teras
Chudhori , Achmad. 2013. Al Qur‟an Dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Pemikiran
Keislaman , 19, no. 2

Purwanto, Agus. 2015. Nalar Ayat-ayat Semesta: Menjadikan Al-Qur‟an Sebagai


Basis Konstruksi Ilmu Pengetahuan, Bandung: Penerbit Mizan

Dr.Hapni Laila Siregar, M.A. (Ed.). 2021. ISLAM KAFFAH. Medan: CV.Kencana
Emas Sejahtera.

28

Anda mungkin juga menyukai