Anda di halaman 1dari 32

BAHAN AJAR

“Metodologi Penelitian Pendidikan”

Nama : Azzahra Siregar

NIM : 4203151042
Dosen : Dr. Mariati Purnama
Pengampu Simanjuntak, S.Pd,
M.Si.
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Pendidikan
Program Studi : S1 Pendidikan IPA
Kelas : Pendidikan IPA B 2020

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan pada Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia- Nya
saya dapat menyelesaikan Bahan Ajar untuk mata kuliah Metodologi Penelitian pendidikan
dengan kajian materi tentang ―Experimental Research Designs (Desain Penelitian
Eksperimental)‖. Tujuan pembuatan Bahan Ajar ini adalah untuk menambah pengetahuan
mahasiswa mengenai desain penelitian eksperimental.
Dengan adanya Bahan Ajar ini, diharapkan agar mahasiswa yang membacanya bisa
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai Desain Penelitian Eksperimental pada
mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. Setelah mempelajari materi ini, maka
mahasiswa diharapkan bisa membuat sebuah karya dengan ide kreatif yang dikembangkan
dalam karya tulis ilmiah berupa artikel/jurnal,proposal maupun skripsi yang akan dirancang
dalam program S-1 Pendidikan.
Dengan keterbatasan dalam Bahan Ajar ini, saya mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan Bahan Ajar. Semoga Bahan Ajar ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
dan penulis khususnya.

Medan , November 2022

Azzahra Siregar

(4203151042)

i|Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

1.1 Deskripsi ................................................................................................................... 1

1.2 Petunjuk Penggunaan Modul .................................................................................... 2

1.3 Tujuan Akhir ............................................................................................................. 2

1.4 Kompetensi ............................................................................................................... 2

1.5 Cek Kemampuan ....................................................................................................... 3

BAB II........................................................................................................................................ 4

PEMBELAJARAN .................................................................................................................... 4

2.1 Kegiatan Belajar 11................................................................................................... 4

2.1.1 Tujuan Kegiatan Pembelajaran .............................................................................. 4

2.1.2 Uraian Materi ......................................................................................................... 4

2.1.3 Rangkuman .......................................................................................................... 17

2.1.4 Tugas .................................................................................................................... 18

2.1.5 Tes Formatif ......................................................................................................... 19

2.1.6 Kunci Jawaban Formatif ...................................................................................... 21

2.1.7 Lembar Kerja ....................................................................................................... 23

BAB III .................................................................................................................................... 24

EVALUASI.............................................................................................................................. 24

3.1 Uji Kompetensi ....................................................................................................... 24

3.2 Umpan Balik ........................................................................................................... 25

3.3 Tes Formatif ............................................................................................................ 26

PENUTUP................................................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 29

ii | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi

EXPERIMENTAL RESEARCH DESIGNS

Desain eksperimen adalah rencana umum untuk melakukan penelitian dengan


variabel bebas aktif. Desain ini penting karena menentukan validitas internal penelitian, yaitu
kemampuan untuk mencapai kesimpulan yang valid tentang pengaruh perlakuan
eksperimental pada variabel dependen.
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses
penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian
(Sugiyono, 2010). Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat
desain penelitian. Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun
serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat
melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah
yang jelas.
Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang di dalamnya melibatkan
manipulasi terhadap kondisi subjek yang diteliti, disertai upaya kontrol yang ketat terhadap
faktor-faktor luar serta melibatkan subjek pembanding atau metode ilmiah yang sistematis
yang dilakukan untuk membangun hubungan yang melibatkan fenomena sebab akibat
(Arifin, 2009: 127). Metode penelitian eksperimental merupakan metode penelitian yang
dapat menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab akibat). Dalam
studi eksperimental peneliti memanipulasi paling sedikit satu variable, mengontrol variable
lain yang relevan, dan mengobservasi efek/pengaruhnya terhadap satu atau lebih variable
terikat.

1|Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan


1.2 Petunjuk Penggunaan Modul
1. Baca terlebih dahulu materi yang ditentukan didalam bahan ajar yang telah diberikan.
2. Pahamilah bahan ajar mengenai materi yang telah ditentukan.
3. Pahami konsep beserta contohnya yang berada di dalam bahan ajar ini jika menemui
kesulitan saat mempelajarinya.
4. Menyiapkan media / alat ,bahan dan sumber belajar yang dibutuhkan untuk kegiatan
pembelajaran setiap hari.
5. Menyelesaikan tugas yang diberikan dan menyerahkannya kepada dosen sesuai
dengan jadwal yang di tentukan, baik secara langsung atau mengirimkannya melalui
media sosmed yang telah diberikan.

1.3 Tujuan Akhir


1. Mahasiswa mampu menelaah dan mengkaji hakekat penelitian dalam pendidikan dan
pendekatan penelitian (C5) (P2) (A4).
2. Mahasiswa mampu merancang latar belakang penelitian (C3) (A3).
3. Mahasiswa mampu menganalisis data penelitian dengan statistik deskriptif dan
inferensial.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar-dasar pengukuran dalam penelitian.
5. Mahasiswa mampu menerapkan metode penelitian yang tepat.
6. Mahasiswa mampu membuat proposal dan laporan penelitian.
7. Mahasiswa mampu menyusunan artikel jurnal ilmiah untuk publikasi hasil penelitian,
etika penelitian, pencegahan plagiarisme.

1.4 Kompetensi

Kompetensi yang akan dibentuk atau dipelajari pada modul ini adalah mahasiswa
mampu memahami konsep-konsep sifat penelitian ilmiah yang mencakup pembahasan
mengenai sumber pengetahuan umum, aspek ilmu pengetahuan lain, dan sifat penelitan
secara benar dan efisien. Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada modul
dengan benar dan tepat. Unjuk kerja yang didapat meliputi kemampuan dibidang kognitif,
psikomotor dan afektif.

2|Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan


1.5 Cek Kemampuan

Untuk melihat sejauh mana penguasaan yang telah diperoleh setelah mempelajari dan
mengiomplementasikan modul ini dalam proses pembelajaran, berikut ini diberikan daftar
pertanyaan yang akan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan peserta terhadap
kompetensi yang diharapkan.

No Pertanyaan Benar Salah


1 Apakah anda sudah memahami isi modul dengan baik?
2 Sudahkah anda menguasai isi modul pembelajaran ini dengan
baik?
3 Apakah Anda sudah paham membedakan antara penalaran
deduktif dengan penalaran induktif?
4 Apakah anda dapat menarik kesimpulan dalam pembahasan
perumusan teori ilmiah?
5 Apakah Anda sudah mengimplementasikan salah satu jenis-
jenis penelitian dalam tugas penelitan Anda?

3|Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan


BAB II

PEMBELAJARAN

Kegiatan Belajar 11 “Experimental Research Designs”

2.1.1 Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Mahasiswa akan dapat :
1. Menjelaskan fungsi desain penelitian.
2. Jelaskan hubungan antara desain penelitian dan validitas internal.
3. Definisikan desain pra-eksperimental dan diskusikan keterbatasannya.
4. Jelaskan rancangan percobaan acak yang paling umum dan nyatakan keunggulan
masing-masing.
5. Tentukan desain faktorial dan nyatakan kelebihannya.
6. Membedakan desain eksperimen antar-kelompok dan dalam-kelompok.
7. Definisikan desain kuasi-eksperimental dan diskusikan keterbatasannya.
8. Jelaskan penelitian eksperimental subjek tunggal dan kegunaannya.

2.1.2 Uraian Materi


A. Pengertian Desain Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan pendekatan saintifik
dengan menggunakan dua set variabel. Set pertama bertindak sebagai konstanta, yang Anda
gunakan untuk mengukur perbedaan dari set kedua. Metode penelitian kuantitatif, misalnya,
bersifat eksperimental.
Keuntungan dari penelitian eksperimental
 Peneliti memiliki pegangan yang lebih kuat atas variabel untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan.
 Subjek atau industri tidak mempengaruhi efektivitas penelitian eksperimental. Setiap
industri dapat menerapkannya untuk tujuan penelitian.
 Hasilnya spesifik.
 Setelah menganalisis hasilnya, Anda dapat menerapkan temuan Anda pada ide atau
situasi serupa.
 Anda dapat mengidentifikasi sebab dan akibat dari suatu hipotesis. Peneliti
selanjutnya dapat menganalisis hubungan ini untuk menentukan ide yang lebih
mendalam.

4|Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan


 Penelitian eksperimental membuat titik awal yang ideal. Data yang Anda kumpulkan
adalah dasar untuk membangun lebih banyak ide dan melakukan lebih banyak
penelitian.
Desain eksperimen adalah rencana umum untuk melakukan penelitian dengan
variabel bebas aktif. Desain ini penting karena menentukan validitas internal penelitian, yaitu
kemampuan untuk mencapai kesimpulan yang valid tentang pengaruh perlakuan
eksperimental pada variabel dependen. Desain berbeda dalam efisiensi dan tuntutan mereka
dalam hal waktu dan sumber daya, tetapi perbedaan utama adalah seberapa efektif mereka
mengesampingkan ancaman terhadap validitas internal. Jelas, yang pertama memilih desain
yang sesuai untuk menguji hipotesis penelitian. Dari desain yang sesuai, seseorang harus
memilih salah satu yang akan (1) memastikan bahwa subjek yang ditugaskan ke kelompok
perlakuan dan kontrol tidak berbeda secara sistematis pada variabel apa pun kecuali yang
sedang dipertimbangkan dan (2) memastikan bahwa hasilnya adalah konsekuensi dari
manipulasi variabel bebas dan bukan dari variable asing.
Desain eksperimental dapat diklasifikasikan menurut jumlah variabel independen:
desain variabel tunggal dan desain faktorial. Desain variabel tunggal memiliki satu variabel
independen yang dimanipulasi; desain faktorial memiliki dua atau lebih variabel independen,
setidaknya satu di antaranya dimanipulasi. Desain eksperimental juga dapat diklasifikasikan
menurut seberapa baik mereka memberikan kontrol terhadap ancaman terhadap validitas
internal: desain praeksperimental, eksperimen sejati, dan eksperimen semu. Desain pra -
eksperimental tidak memiliki penugasan acak subjek ke kelompok atau strategi lain untuk
mengontrol variabel asing. Desain eksperimental sejati (juga disebut desain acak)
menggunakan pengacakan dan memberikan kontrol maksimum variabel asing. Desain kuasi-
eksperimental kurangnya pengacakan tetapi menggunakan strategi lain untuk memberikan
beberapa kontrol atas variabel asing. Mereka digunakan, misalnya, ketika ruang kelas utuh
digunakan sebagai kelompok eksperimen dan kontrol. Dengan demikian, desain eksperimen
sejati memiliki validitas internal terbesar, desain eksperimen semu memiliki validitas internal
yang sedikit lebih rendah, dan desain praeksperimen memiliki validitas internal paling
rendah.
Sugiyono (2007:73) membagi macam-macam desain penelitian eksperimenal menjadi
empat yaitu (a) Pre-experimental, (b) True Experimental, (c) Quasi Experimental, dan (d)
Factorial Experimental. Sementara Emzir (2008:96-110) membaginya menjadi tiga jenis
besar, dan Faktorial Experimental dianggap merupakan elaborasi dari True Experimental.

5|Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan


Rincian masing-masing jenis desain yang dikemukakan di bawah ini diambil dari Emzir
(2008) (lihat Gay, 1981: 224 – 236; Wiersma, 1991: 106 – 116; Creswell, 2003: 168 – 170).
Berdasarkan banyaknya kelompok yang digunakan, secara umum penelitian
eksperimen dapat dikelompokkan menjadi:
A. Between Group Design (Desain Antar Kelompok)
1. Pre-Experimental Designs (Poor Experimental Designs)
2. True eksperiments (pretest-posttest, posttest only)
3. Quasi-experiments (pretest-posttest, posttest only)
4. Factorial Design
5. The Solomon Four-Group Design
B. Within Group or Individual Design (Desain Dalam Kelompok atau Individual)
1. Time Series Experiments
2. Repeated measures experiments
3. Single subject eksperiments

B. Between Group Design (Desain Antar Kelompok)


Desain eksperimen yang paling sering digunakan adalah between group design,
terutama dalam penelitian eksperimentasi pendidikan. Hal ini dikarenakan desain ini
memungkinkan peneliti untuk dapat lebih mudah melakukan penelitian serta
menyesuaikannya dengan kondisi sekolah atau objek penelitian.
1. Pre-Experimental Designs (Poor Experimental Designs)
Desain ini menggunakan desain penelitian eksperimental pada umumnya, namun
tidak menggunakan kelompok kontrol. Desain yang termasuk pra-eksperimental adalah Studi
Kasus Satu Tembakan (The One Shot Case Study), Satu Kelompok Prates-Postes (The One
Group Pretest-Post test), dan Perbandingan Kelompok Statis (The Static Group Comparison).
Diagram ketiga jenis desain pra-eksperimental adalah sebagai berikut:

6|Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan


Ketiga bentuk desain tersebut bila diterapkan untuk penelitian, akan banyak varibel-
variabel luar yang masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal
penelitian menjadi rendah. Adapun contoh dari Desain Pretest–Posttest Satu Kelompok
yaitu,misalnya : Bahwa seorang guru sekolah dasar ingin mengevaluasi efektivitas teknik
baru untuk mengajar matematika kelas empat. Pada awal tahun ajaran, siswa diberikan tes
standar (pretest) yang tampaknya menjadi ukuran yang baik untuk pencapaian tujuan
matematika kelas empat. Guru kemudian memperkenalkan teknik pengajaran baru dan pada
akhir semester melaksanakan tes standar yang sama (posttest), membandingkan nilai siswa
dari pretest dan posttest untuk menentukan apakah paparan teknik pengajaran baru membuat
perbedaan. Keterbatasan desain ini adalah karena tidak ada kelompok kontrol yang
digunakan, peneliti tidak dapat berasumsi bahwa peningkatan skor disebabkan oleh teknik
baru.
Dua variabel asing yang jelas tidak dikontrol dalam desain ini adalah sejarah dan
pematangan. Hal-hal yang terjadi antara pretest dan posttest, selain perlakuan eksperimental,
yang dapat mempengaruhi pembelajaran.
2. True Eksperimen (Eksperimen Murni)
Penelitian eksperimen murni merupakan jenis penelitian eksperimen yang paling kuat.
Jenis penelitian eksperimen ini disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini
peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen.
Jadi, validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan
dengan hal tersebut, tujuan dari true experiments menurut (Suryabrata, 2011 dalam I Putu
Ade Andre Payadnya, 2018) adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab
akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol
yang tidak diberi perlakuan. True experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang
digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari
populasi tertentu, atau dengan kata lain dalam true experiments pasti ada kelompok kontrol
dan pengambilan sampel secara random. Dalam kelompok eksperimen diberikan perlakuan
yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan
perlakuan. Terdapat dua jenis desain true experiments yaitu:
a) Posttest Only Control Group Design
Dalam Rancangan ini penelitian yang dilakukan hanya menggunakan posttest atau test
akhir yang kemudian hasilnya akan dianalisis untuk mengetahui keberhasilan penelitian. Data
awal yang digunakan biasanya adalah nilai rapor, nilai uts, uas, ataupun ulangan harian siswa.
Berikut adalah skema dari desain ini.
7|Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan
b) Prettest-Posttest Only Control Group Design
Dalam penelitian ini peneliti memberikan prettest atau test awal kepada objek
penelitian sebelum penelitian dimulai untuk memperoleh nilai awal siswa. Posttest juga
diberikan di akhir penelitian yang akan dianalisis untuk menarik kesimpulan penelitian.
Berikut adalah skema dari desain ini.

Prosedurnya menurut Borg dan Gall (1989 dalam Latief, 2010: 119) sebagai berikut.
a. Tentukan populasi yang bisa diakses.
b. Pilih secara acak sampel yang mewakili populasi.
c. Bagilah sampel menjadi 2 kelompok, eksperimen dan kontrol/pembanding.
d. Berikan pre-tes pada 2 kelompok tersebut untuk meyakinkan bahwa keduanya tidak
memiliki perbedaan kemampuan yang mencolok. Jika ada nilai yang mencolok,
adakan pengacakan ulang atau mengatur agar masing-masing kelompok distribusinya
merata.
e. Berikan perlakuan pada kelompok eksperimen sesuai perencanaan.
f. Berikan post-tes pada 2 kelompok tersebut di akhir masa perlakuan.
g. Lakukan analisis untuk melihat perbedaan hasil belajar 2 kelompok tersebut dengan
proses statistik tes hipotesa.
3. Quasi Experiment (Eksperimen Semu)
Penelitian quasi experiment atau eksperimen semu merupakan penelitian eksperimen
yang tidak sekuat eksperimen murni. Disebut eksperimen semu karena dalam penelitian
eksperimen jenis ini banyak variabel yang tidak bisa dikontrol. Bentuk desain ini merupakan
pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan.
Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk
mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan

8|Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan


jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi tidak
cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dalam eksperimen ini, jika
menggunakan random tidak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup kontrol. Misalnya,
dalam melakukan penelitian eksperimen di sekolah, seorang peneliti tidak dapat mengontrol
pengaruh dari kondisi kesehatan siswa, kondisi psikologis siswa, kondisi lingkungan rumah
siswa, ataupun jika ada siswa yang mengikuti pembelejaran lain di luar jam sekolah misalnya
di bimbingan belajar. Sama seperti pada true experiments, terdapat dua jenis rancangan pada
quasi experiments yaitu:
a) Posttest Only Control Group Design
Dalam rancangan ini penelitian yang dilakukan hanya menggunakan posttest atau test
akhir yang kemudian hasilnya akan dianalisis untuk mengetahui keberhasilan penelitian. Data
awal yang digunakan biasanya adalah nilai rapor, nilai uts, uas, ataupun ulangan harian siswa.
Berikut adalah skema dari desain ini.

b) Prettest-Posttest Only Control Group Design


Dalam rancangan ini peneliti memberikan prettest atau test awal kepada objek
penelitian sebelum penelitian dimulai untuk memperoleh nilai awal siswa. Posttest juga
diberikan di akhir penelitian yang akan dianalisis untuk menarik kesimpulan penelitian.
Berikut adalah skema dari desain ini.

4. Factorial Design (Desain Faktorial)


Beberapa desain yang telah dibahas sebelumnya merupakan desain yang hanya
menggunakan variabel tunggal. Dalam desain-desain tersebut, peneliti memanipulasi satu
variabel bebas untuk mendapatkan eveknya terhadap variabel terkait. Namun dalam kasus
gejala sosial yang lebih rumit biasanya terdapat beberapa variabel yang saling berinteraksi

9|Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan


secara simultan, sehingga usaha untuk membatasi kajian hanya satu variabel tertentu akan
sama artinya dengan penyederhanaan situasi sosial yang seharusnya jauh lebih kompleks.
Variabel bebas itu sendiri mungkin berinteraksi dengan variabel lainnya, sehingga penelitian
yang dicapai dari desain satu variabel tunggal mungkin tidak memberikan arti yang
signifikan. Sebagai contoh, keefektifan metode pembelajaran tertentu mungkin tergantung
pada sejumlah variabel, misalnya tingkat kecerdasan siswa, keperibadian guru, kondisi ruang
kelas, dan sebagainya. Pengajaran terprogram misalnya, mungkin lebih efektif bagi siswa
yang kurang cerdas daripada siswa yang cerdas. Desain satu variabel tunggal tidak akan dapat
mengungkapkan pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat kecerdasan
tersebut.
Informasi yang diberikan terhadap suatu eksperimen dapat ditingkatkan secara nyata
dngan cara menegaskan efek simultan dari dua atau lebih variabel bebas dengan
menggunakan desain faktorial. Dalam desain faktorial dua atau lebih variabel bebas
dimanipulasi secara simultan untuk menyelidiki pengaruhnya terhadap variabel terikat,
disamping itu juga pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antara beberapa variabel itu
sekaligus dapat diukur melalui desain faktorial ini. Dalam desain faktorial peneliti
memungkinkan untuk memanipulasi hanya satu variabel bebas namun dengan mengontrol
variabel-variabel atribut yang mempengaruhi variabel bebas itu. Beberapa contoh variabel
atribut yang dikontrol itu adalah umur, jenis kelamin, kecerdasan, sikap, motivasi, presepsi,
status sosial ekonomi, dan sebagainya. Penggunaan variabel atribut dalam desain eksperimen
faktorial dimaksud untuk meningkatkan keakuratan dan ketergeneralisasian hasil penelitian.
Dalam desain faktorial, fariabel eksperimen dan variabel atribut biasanya dibagi atas
beberapa level. Contoh desaim faktorial 2x2 (2 level variabel eksperimen dan 2 level variabel
atribut), sebagai berikut.

Berdasarkan desain faktorial 2x2 tersebut peneliti dapat menentukan :


1) Pengaruh utama (main effect) variabel eksperimen (A) terhadap variabel terikat tanpa
mempertimbangkan pengaruh variabel tersebut.
2) Pengaruh utama (main effect) variabel atribut (B) terhadap variabel terkait tamoa
mempertimbangkan pengaruh variabel eksperimen.

10 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
3) Pengaruh interaksi antara variabel eksperimen (A) dan variabel atribut (B) terhadap
variabel terikat.
4) Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A1 terhadap masingmasing level
variabel atribut B (B1,B2,B3).
5) Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A2 terhadap maingmasing level
variabel atribut B (B1,B2,B3).
Dalam desain variabel eksperimen faktorial memungkinkan pula bagi peneliti untuk
memanipulasi lebih dari satu variabel bebas secara bersamaan. Contoh: desain faktorial 2x2
yang memanipulasi dua variabel bebas adalah sebagai berikut.

Melalui desain ini dapat diuji :


1) Pengaruh utama (main effect) variabel eksperimen (A) terhadap variabel terkait tanpa
mempertimbangkan pengaruh variabel eksperimen (B).
2) Pengaruh utama (main effect) variabel eksperimen (B) terhadap variabel terikat tanpa
mempertimbangkan variabel eksperimen (A).
3) Pengaruh interaksi antara variabel eksperimen (A) dan variabel eksperimen (B)
terhadap variabel terkait.
4) Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A1 terhadap masingmasing level
variabel eksperimen B n(B1 dan b2).
5) Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A2 terhadap masingmasing level
variabel eksperimen B (B1 dan b2).

Desain faktorial dapat diperluas menjadi desain eksperimen yang lebih rumit yaitu
dengan melibatkan lebih dari dua variabel bebas, misalnya desain variabel 2x2x2. Angka-
angka dalam desain ini menunjukan banyaknya level variabel bebas yang dilibatkan. Jadi
desain eksperimen faktorial 2x2x2 berarti digunakan tiga variabel bebas yang memiliki 2
level, 2 level dan 2 level.

11 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
Secara teoritis dalam desain fakatorial dapat dilibatkan variabel bebas berapapun
banyaknya dengan level yang bervariasi pula dan dengan menggunakan rangan faktorial yang
lebih rumit. Hambatan yang mungkin ditemui peneliti jika menggunakan desain faktorial
yang lebih kompleks adalah akan kesulitan dalam mengatur subyek dalam kelompok-
kelompok penelitian serta analisis statistiknya akan menjadi rumit. Namun dengan demikian,
dengan menggunakan desain faktorial ini maka memungkinkan bagi peneliti untuk:
1) Menguji pengaruh interaksi antara variabel bebas terhadap fariabel terkait, menguji
pengaruh utama (main effect) variabel bebas terhadap variabel terkait, dan menguji
pengaruh sederhana (simple effect) masing-masing level variabel bebas terhadap
variabel terkait.
2) Penggunaan beberapa variabel bebas dengan level yang berbeda menyebabbkan
variabel-variabel tersebut saling mengintrol antara satu dengan yang lainnya, sehingga
hasial pengujian hipotesis penelitian menjadi lebih akurat.
3) Dalam sekali eksperimen dapat menjawab lebih banyak masalah dibandingkan
dengann jika hanya menggunakan desain eksperimen satu variabel tunggal.
5. Desain Empat Kelompok Solomon Diacak (The Solomon Four Group Design)
Desain ini berusaha untuk mengatasi pengaruh tes awal. Penempatan subyek dalam
setiap kelmpok subyek dilakukan secara acak. Dua kelompok diberikan tes awal dan dua
kelompok lainnya tidak. Satu kelompok yang diberi tes awal dan satu kelompok lainnya yang
tidak diberi tes awal dijadikan sebagai kelompok eksperimen. Sedangkan dua kelompok
lainnya dijadikan sebagai kelompok kontrol. Desain empat kelompok solomon diacak.

Dalam desain ini terlihat bahwa :


1) Penempatan subyek pada semua kelompok diacak.
2) Dua kelompok sebagai kelompok eksperimen.
3) Satu kelompok eksperimen diberi tes awal (Y1).
4) Dua kelompok seagai kelompok control.
5) Satu kelompok kontrol diberi tes awal (Y3).
6) Semua kelompok diberi tes akhir (Y2,Y4,Y5,Y6).

12 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
Desain ini menggabungkan dua desain eksperimen murni yang dibahas sebelumnya.
Dua kelompok pertama menunjukan desain tes awal akhir dua kelompok diacak sedangkan
dua kelompok berikutnya menunjukan desain tes akhir dua kelompok diacak. Desain empat
kelompok solomon sangat cocok untuk mengontrol ancaman validitas internal seperti telah
dibahas sebelumnya. Namun kelemahan utama desain ini adalah membutuhkan banyak
sampel untuk dimasukan kedalam empat kelompok penelitian, juga membutuhkan banyak
waktu dan tenaga untuk memberikan perlakuan pada keempat kelompok tersebut.

C. Within Group or Individual Design (Desain Dalam Kelompok atau Individual)


1. Time Series Eksperiments (Eksperimen Rangkaian Waktu)
Ketika seorang peneliti eksperimen memiliki akses ke hanya satu kelompok dan dapat
mempelajarinya suatu periode, desain time series adalah pendekatan eksperimental yang baik.
Desain deret waktu terdiri dari mempelajari satu kelompok, dari waktu ke waktu, dengan
beberapa langkah pretest dan posttest atau observasi yang dilakukan oleh peneliti. Desain ini
tidak memerlukan akses ke banyak peserta, dan hanya membutuhkan satu kelompok untuk
penelitian. Ini sangat ideal untuk diperiksa perubahan di seluruh sistem (misalnya, distrik
sekolah) di mana akan sulit untuk menemukan kelompok atau sistem kontrol yang bersedia
bekerja sama. Namun, desain ini bersifat padat karya karena peneliti perlu mengumpulkan
banyak tindakan.
2. Repeated Measures (Pengukuran Berulang)
Desain eksperimental lain yang memiliki keunggulan menggunakan hanya satu
kelompok adalah desain pengukuran berulang. Dalam desain tindakan berulang, semua
peserta dalam satu kelompok berpartisipasi dalam semua perawatan eksperimental, dengan
masing-masing kelompok menjadi kontrolnya sendiri. Peneliti membandingkan kinerja grup
di bawah satu perlakuan eksperimental dengan kinerjanya di bawah perlakuan eksperimental
lainnya. Peneliti memutuskan pada beberapa perawatan (seperti dalam desain faktorial) tetapi
mengatur masing-masing secara terpisah hanya satu kelompok. Setelah setiap administrasi,
peneliti mendapatkan ukuran atau observasi.
Setelah memilih peserta, peneliti memutuskan pada perlakuan eksperimental yang
berbeda untuk menentukan efek masing-masing pada satu atau lebih hasil. Ukuran hasil atau
observasi mengikuti perlakuan eksperimental pertama, dan kemudian ukuran hasil kedua atau
observasi diambil setelah perlakuan eksperimental kedua. Variasi dalam ukuran hasil
kemudian dinilai untuk perbedaan dari perlakuan ke perlakuan.

13 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
3. Single-Subject Designs (Penelitian Subjek Tunggal)
Penelitian subjek tunggal (juga disebut N dari 1 penelitian, analisis perilaku, atau
penelitian dalam subjek) melibatkan studi individu tunggal, pengamatan selama periode awal,
dan administrasi suatu intervensi. Ini diikuti oleh pengamatan lain setelah intervensi untuk
menentukan apakah perawatan memengaruhi hasilnya. Misalnya, dalam satu subjek tunggal
belajar, peneliti menguji apakah siswa SD dengan ketidakmampuan belajar mencapai lebih
baik jika kita memantau perilaku mereka dalam mengerjakan tugas. Tanpa pengacakan,
desain ini adalah eksperimen semu dan bukan desain eksperimental. Peneliti mempelajari
perilaku individu tunggal (satu atau lebih) sekelompok subjek, dengan subjek yang menjadi
kontrolnya sendiri dalam eksperimen.

D. Validitas Penelitian Eksperimen


Dalam proses analisis akan terlihat nilai validitas hasil penelitian. Tinggi rendahnya
validitas hasil penelitian dipengaruhi beberapa aspek (Borg & Gall, 1989 dalam Latief,
2010). Akan disebut rendah apabila hasil perolehan kelompok eksperimen dan pembanding
tidak sama karena dipengaruhi faktor berikut:
 Adanya pengaruh lain seperti pemberian motivasi yang berlebihan pada kelompok
eksperimen, sedangkan pada kelompok pembanding tidak cukup termotivasi.
 Ketidaksamaan kehadiran peserta pada salah satu kelompok. Misalnya banyak peserta
yang absen dari proses belajar mengajar, tentunya validitas penelitian akan rendah.
 Jika siswa mengingat soal pre-tes dan mencari kunci jawaban yang kemudian diulang
saat post-tes, maka validitas penelitian akan rendah.
 Bila peneliti tidak obyektif, misalnya saat tes wawancara akhir menggunakan praduga
berdasarkan skor pre-tes. Siswa yang pre-tes tinggi cenderung diberi nilai tinggi pada
tes akhir. Sebaliknya yang skor pre-tesnya rendah cenderung diberi skor rendah saat
tes akhir. Hal ini menyebabkan validitas hasil penelitian rendah.
 Bila kelompok pembanding merasa diperlakukan tidak sebaik kelompok eksperimen
lalu kehilangan semangat belajarnya, maka validitas hasil penelitian akan rendah.

Lebih jauh mengenai validitas dalam penelitian eksperimental perlu dipahami tentang
konsep validitas internal dan validitas eksternal (Ary dkk, 2009). Validitas internal meliputi:
 Sejarah. Apabila pada kelompok eksperimen telah mengalami kejadian tertentu
antara pre-tes dan pos-tes sehingga mempengaruhi variabel terikat.

14 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
 Kematangan. Proses pematangan diri yang dialami subyek dalam kelompok
eksperimen sering disalahartikan sebagai salah satu hasil perlakuan. Bisa jadi yang
menyebabkan perbedaan perolehan pada variabel terikat karena subyek lebih tenang,
lebih dewasa pada saat pos tes dibanding saat pre tes.
 Awal tes. Karena subyek telah melakukan pre tes, apapun jenis perlakuan yang
diberikan akan mempengaruhi perolehan selanjutnya.
 Instrumen pengukur. Perubahan materi tes, cara skoring, pengamat yang terlibat,
bisa memberikan pengaruh hasil perbedaan nilai pre-tes dan post-tes.
 Regresi statistik. Jika memilih kelompok berdasarkan skor ekstrim, muncul regresi
statistik yang bisa disalahartikan sebagai efek eksperimen.
 Perbedaan memilih subyek. Jika subyek dalam kelompok eksperimen lebih cerdas
daripada kelompok pembanding sebelum perlakuan diberikan, tentunya hasil akan
mudah diduga.
 Mortalitas eksperimen. Jika pada salah satu kelompok ada subyek yang
mengundurkan diri di tengah proses perlakuan, akan berdampak pada hasil penelitian.
 Interaksi akibat pemilihan. Ini bisa muncul pada penelitian eksperimental kuasi
dimana peneliti terpaku pada pengelompokan yang ada. Kedua kelompok bisa
melakukan interaksi yang mempengaruhi perolehan nilai.

Adapun pada validitas eksternal dapat meliputi hal-hal lain yang mempengaruhi
proses generalisasi temuan. Bracht dan Glass (dalam Ary dkk, 2009), menyebutkan ada dua
macam validitas eksternal.
1) Validitas populasi; yaitu harapan peneliti agar temuan dari kelompok eksperimennya
dapat digeneralisir ke populasi yang lebih luas. Ada pembedaan populasi yang perlu
diketahui: populasi terakses untuk eksperimen dan populasi target. Populasi terakses
untuk eksperimen yaitu kelompok yang terjangkau oleh peneliti. misalnya dari
jurusan Sastra Inggris universitas setempat. Populasi targetnya yaitu jurusan Sastra
Inggris seluruh Indonesia, misalnya. Jika peneliti mengambil sampel beberapa subyek
dari Sastra Inggris se Kota Malang, maka hasil penelitian akan mudah digeneralisir ke
kelompok yang lebih luas. Namun jika peneliti ingin menggeneralisir hasil temuan ke
jurusan Sastra Inggris se-Indonesia, ini tentunya sangat beresiko karena dapat terjadi
perbedaan derajat kesahihan. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang bersifat reliable
untuk memastikan kesamaan ciri antara populasi yang terakses penelitian dengan

15 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
populasi target. Kesamaan ciri dapat meliputi kesamaan komposisi gender, usia
subyek, latar belakang budaya dan lain-lain.
2) Validitas ekologis. Peneliti perlu menyadari bahwa temuan atau hasil penelitian
dipengaruhi faktor lain sehingga beberapa hal perlu diperhatikan agar hasilnya bebas
dari efek lingkungan. Contohnya yaitu reaksi subyek pada saat pengaturan kelompok
yang bisa menimbulkan perbedaan pada hasil penilaian. Hal lain yaitu:
 Penjelasan mengenai variabel bebas bisa menimbulkan praduga pada saat
perlakuan.
 Pengaruh perlakuan berulang. Jika perlakuan diulang beberapa kali dapat
menimbulkan kejenuhan subyek sehingga mengacaukan hasil penilaian.
 Perilaku subyek bisa terdampak dari persepsi pada proses eksperimen. Jika
subyek sadar sedang terlibat dan diamati dalam penelitian eksperimental, ini
akan mempengaruhi hasil pengukuran.
 Kebaruan perlakuan bisa memberikan semangat bagi subyek pada kelompok
eksperimen sehingga perolehannya jelas lebih baik daripada kelompok
pembanding.
 Efek peneliti. Apabila perilaku peneliti menimbulkan bias terhadap subyek
penelitian maka hasilnya juga akan terpengaruh.

16 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
2.1.3 Rangkuman

Desain yang dipilih untuk digunakan sangat penting validitas dari setiap kesimpulan
yang mungkin diambil dari penelitian. Kami mengklasifikasikan desain ed sebagai pra-
eksperimental, eksperimen acak, atau kuasi-eksperimental tergantung pada derajat kontrol
yang disediakan. Pra-eksperimental desain memberikan sedikit atau tidak ada kontrol dari
yang asing variabel dan tidak direkomendasikan.

Rancangan percobaan acak adalah terbaik untuk menyelidiki hubungan sebab akibat
di antara variabel. Seperti namanya, mereka membutuhkan penugasan mata pelajaran secara
acak ke level dari variabel bebas. Karena itu pengacakan, mereka memberikan kontrol terbaik
dari faktor yang mengancam internal dan eksternal validitas dan direkomendasikan untuk
digunakan kapan saja mungkin. Eksperimen dapat menggunakan grup yang berbeda subjek
untuk kondisi eksperimen yang berbeda, atau eksperimen mungkin memiliki setiap subjek
mengalami setiap kondisi. Mantan adalah disebut eksperimen antar-mata pelajaran dan yang
terakhir disebut eksperimen dalam subjek.

Desain faktorial menggunakan dua atau lebih independen variabel, masing-masing


memiliki setidaknya dua tingkat. Desain faktorial memungkinkan peneliti untuk menyelidiki
efek utama dari masing-masing independen variabel terhadap variabel terikat serta pengaruh
interaksi dari variabel bebas variabel. Interaksi terjadi ketika variabel A memiliki efek yang
berbeda pada variabel dependen ketika digabungkan dengan satu tingkat variabel B daripada
ketika digabungkan dengan level lain dari variabel B. Jadi, satu percobaan desain factorial
dapat mencapai lebih dari dua tunggal,percobaan variabel bebas.

Desain kuasi-eksperimental digunakan ketika: penyelidik tidak dapat secara acak


menetapkan subjek untuk perawatan. Kontrolnya kurang variabel asing dalam eksperimen
semu; dengan demikian, mereka tunduk pada berbagai perbedaan ancaman terhadap validitas
internal. Kuasi-eksperimental desain yang mempelajari efek pengobatan pada a subjek
tunggal telah terbukti berguna dalam perilaku riset. Desain eksperimental subjek tunggal
gunakan satu atau beberapa peserta untuk menyelidiki efek dari prosedur baru atau intervensi.
Karakteristik dasarnya adalah bahwa mengukur dari variabel dependen diulang sebelum dan
setelah intervensi atau pengobatan dilaksanakan. Peneliti membandingkan perbedaannya
dalam perilaku sebelum dan kemudian setelah intervensi. Penelitian subjek tunggal banyak
digunakan di penelitian dengan anak-anak luar biasa dan dalam konseling situasi.

17 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
2.1.4 Tugas
1. Ada 3 bentuk penelitian eksperimental. Apa kelebihan masing-masing bentuk
penelitian tersebut dan bentuk penelitian apa yang paling sering digunakan?
2. Jelaskan dan berikan contoh masing-masing karakteristik penelitian eksperimental!
3. Jelaskan 3 prinsip dasar penelitian eksperimenta!
4. Bentuk penelitian merupakan suatu tahapan, berikan 1 contoh kasus penelitian
eksperimental terkait dengan fisioterapis!
5. Jelaskan dan berikan contoh mengenai validitas eksternal penelitian eksperimental!
6. Apa yang dimaksud dengan ―kondisi yang sama ketika penelitian diulang‖ dan
mengapa bahasa statistika dikatakan sebagai kekurangan penelitian eksperimental?
7. Mengapa pada penelitian eksperimental bentuk pra eksperimental dikatakan tidak ada
dasar perbandingan untuk melakukan komparasi , dan error displation karena tidak
ada perbandingan?

18 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
2.1.5 Tes Formatif

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!


1. Dari sekelompok siswa yang terdaftar dalam IPS di sebuah sekolah menengah,
seorang peneliti secara acak memilih 60 siswa. Para siswa kemudian dibagi menjadi
dua kelompok dengan tugas acak dari 30 ke kelompok A, kurikulum IPS tradisional,
dan 30 ke kelompok B, sebuah program baru yang dirancang untuk menangani
sejarah kelompok etnis tertentu. Kedua kelompok dibandingkan pada akhir semester
pada skala yang dirancang untuk mengukur sikap terhadap kelompok etnis.
Dalam penelitian ini,mengidentifikasi hal-hal berikut :
a. Variabel bebas
b. Variabel tak bebas
c. Grup control
d. Grup eksperimen
e. Metode yang digunakan untuk mengontrol perbedaan antar kelompok
f. Desain penelitian yang digunakan
g. Setiap ancaman terhadap validitas internal
2. Pertimbangkan pertanyaan penelitian berikut: Apakah mengajar tahun pertama bahasa
Prancis melalui pendekatan lisan-aural, daripada metode transformasi tata bahasa,
mengubah kinerja murid pada tes akhir tahun standar dalam tata bahasa, membaca,
dan kosa kata ?
a. Identifikasi eksperimen yang ideal untuk menjawab pertanyaan ini, dengan asumsi
bahwa tidak ada batasan administratif atau lainnya.
b. Identifikasi eksperimen yang kemungkinan besar diperlukan di lingkungan
sekolah menengah biasa.
c. Nyatakan keuntungan relatif dari desain eksperimen ideal (Latihan 2a)
dibandingkan dengan desain pada Latihan 2b.
3. Rancang eksperimen yang ideal untuk menguji hipotesis berikut: Anak-anak yang
menonton film interaksi rasial yang harmonis akan menunjukkan sikap yang lebih
positif terhadap ras minoritas daripada anak-anak yang menonton film yang
menggambarkan konflik rasial.
4. Kembali ke masalah penelitian di Latihan 2, misalkan Anda juga ingin mengetahui
apakah kedua metode pengajaran bahasa Prancis memiliki efek yang berbeda untuk

19 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
anak laki-laki dan perempuan. Garis besar desain eksperimental yang memungkinkan
Anda menjawab pertanyaan ini pada saat yang sama.
5. Asumsikan seorang peneliti menggunakan dua metode pengajaran (A1 dan A2)
dengan dua kelompok siswa (B1 dan B2) memiliki tingkat motivasi berprestasi yang
berbeda-beda. Kelompok-kelompok tersebut dibandingkan pada tes prestasi pada
akhir penelitian.Sarana pra dikirim di sini. Interpretasi apa yang akan Anda buat dari
hasil ini?

6. Apa yang harus terjadi untuk membangun kredibilitas hasil dalam desain subjek
tunggal?
7. Seorang peneliti ingin menguji keefektifan dua metode pembelajaran berbasis
komputer yang berbeda dalam mengajar satu unit cuaca di kelas tujuh sains. Peneliti
menemukan seorang guru yang akan mengizinkan tiga kelasnya untuk berpartisipasi:
Dua kelas menggunakan instruksi berbasis komputer,dan yang ketiga menerima
instruksi kelas konvensional. Peneliti memberikan pretest kepada semua siswa, setiap
kelas memiliki metode pengajaran yang berbeda, dan kemudian diberikan posttest.
a. Tentukan desain penelitian ini dan wakili dengan menggunakan sistem notasi
yang digunakan dalam bab ini.
b. Statistik apa yang akan Anda pilih untuk menganalisis data?
8. Tunjukkan apakah desain ABAB atau desain multibaseline akan sesuai untuk hal-hal
berikut:
a. Anda memiliki seorang siswa dengan masalah menggigit kuku yang ekstrem dan
Anda ingin bekerja dengannya untuk menghilangkan perilaku tersebut.
b. Anda memiliki seorang siswa yang memiliki beberapa perilaku bermasalah yang
mengganggu dan mengganggu pembelajaran di kelas. Anda telah meminta
psikolog sekolah untuk membantu.

20 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
2.1.6 Kunci Jawaban Formatif

Jawaban dari pertanyaan diatas :

1. a. Jenis kurikulum IPS


b. Skor pada skala sikap etnis
c. Grup A, kurikulum saat ini
d. Grup B, kurikulum dengan etnis sejarah
e. Pemilihan sampel secara acak dari populasi dan penugasan acak dari sampel ke
eksperimen dan kelompok control
f. Desain 3, subjek acak, pasca- desain grup kontrol hanya tes
g. Jika pengacakan tidak kontrol untuk perbedaan kelompok awal, di sana tidak ada
pretest yang digunakan untuk memeriksa apakah ada perbedaan sikap sebelum penelitian
2. a. Gunakan Desain 3—yaitu, tetapkan secara acak siswa Prancis tahun pertama ke salah
satu dari tata bahasa-transformasi (kontrol) atau kelompok oral-aural (eksperimental).
Menjaga kondisi yang sama, waktu yang dihabiskan, guru, dan fasilitas kelas untuk kedua
kelompok sehingga hanya metode pengajarannya saja yang berbeda.
b. Menyelenggarakan tes di akhir tahun dan membandingkan prestasi kelompok. Secara
acak menetapkan kelas utuh dari tahun pertama siswa Perancis untuk dua metode
mengajar. Setiap guru memiliki persamaan jumlah dari dua jenis kelas.
c. Dalam desain yang ideal, ancaman terhadap eksternal dan validitas internal
dikendalikan dengan lebih baik melalui pengacakan siswa individu. Desain dalam Latihan
2b dapat memiliki masalah dengan ketidaksetaraan dari subjek sebelum diberikan
perlakuan sehingga perbedaan skor tes bisa disebabkan oleh faktor selain perbedaan
perlakuan.
3. Eksperimen yang ideal akan dilakukan secara acak menugaskan siswa ke dalam
kelompok. Hasil dari ukuran sikap pasca perawatan terhadap ras minoritas akan
digunakan untuk membandingkan kelompok eksperimen dan kontrol.
4. Soal ini membutuhkan desain faktorial dengan setengah dari anak laki-laki dan setengah
dari anak perempuan ditugaskan secara acak ke kontrol dan kondisi eksperimental.
5. Terlihat ada interaksi antara motivasi berprestasi dan jenis instruksi. Siswa yang
berprestasi di level B1 lebih baik dengan metode A1, sedangkan mereka yang berada di
level B2 melakukannya lebih baik dengan metode A2. Kans signifikan dari interaksi ini
dapat diuji dengan F uji. Tidak ada efek keseluruhan dari motivasi atau metode
instruksional karena berarti untuk A1 dan A2, dan B1 dan B2, adalah sama.

21 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
6. Harus ada perubahan yang jelas dalam perilaku setiap kali ada perubahan dalam
perlakuan.
7. a. Kelompok kontrol yang tidak diacak, pretest desain pasca tes:
E Y1 X Y2
E Y1 X Y2
C Y1 — Y2
b. Jika kelompok tidak berbeda secara signifikan berbeda pada pretest, Anda bisa
menggunakan analisis varians pada nilai posttest. Jika tidak, ANCOVA dapat digunakan
dengan skor pretest sebagai kovariat.
8. a. ABAB
b. Beberapa dasar

22 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
2.1.7 Lembar Kerja

Adapun kegiatan yang akan di lakukan peserta dalam pembelajaran Experimental Research
Designs ini, yaitu :

Rancanglah sebuah eksperimen dengan mengikuti tahap-tahap berikut :

1. Memilih ide / topik penelitian.


2. Merumuskan masalah & hipotesis penelitian.
3. Menentukan VB (Variabel Bebas), VT (Variabel Terikat), & VS (Variabel Sekunder).
4. Menentukan tipe & desain penelitian.
5. Merencanakan & melaksanakan penelitian.
6. Menganalisis hasil & menguji hipotesis penelitian.
7. Membuat kesimpulan mengenai hubungan kausalitas antara 2 variabel /lebih.

23 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
BAB III

EVALUASI

3.1 Uji Kompetensi

Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas !

1. Jelaskan perbedaan penelitian eksperimen dengan penelitian non eksperimen!


2. John Stuart Mill membuat kanon atau hukum untuk menyimpulkan adanya hubungan
sebab-akibat antar variabel. Sebutkan metode-metode yang dipakai dalam hukum
kausalitas (sebab-akibat) untuk menerangkan tentang hubungan sebab-akibat tersebut!
3. Jelaskanlah hal-hal berikut :
a. Variabel eksperimental
b. Variabel non eksperimental
c. Variabel ekstrane
d. Kesesatan
4. Variabel terikat adalah respon subjek yang diukur sebagai akibat dari variasi atau
manipulasi variabel bebas. Setiap jenis varibel terikat dapat diukur dengan cara yang
berbeda-beda. Sebutkan apa saja cara-cara pengukuran variabel terikat dalam
penelitian eksperimental!

Judul penelitian : Perbedaan keterampilan Higher Order Thinking antara kelompok yang
diberi media belajar problematic film dan kelompok yang diberi media belajar narrative
film.

5. Sebutkan mana variabel bebas dan variabel terikatnya!


6. Tulislah rumusan masalah dari penelitian di atas!
7. Buatlah hipotesis nol dan hipotesis alternatif statistik dua ujung (dua ekor) dari
penelitian di atas!
8. Sebutkanlah variabel-variabel sekunder yang terdapat dalam penelitian eksperimen di
atas!

24 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
3.2 Umpan Balik

Jawablah semua latihan pada Bab II ini. Kemudian cocokkan jawaban saudara dengan
kunci jawaban dan nilai hasilnya. Apabila benar semua, maka pemahaman saudara 100%.
Apabila salah satu, maka pemahaman saudara 80%. Apabila salah dua, maka pemahaman
Saudara 60%. Apabila salah tiga, maka pemahaman 40%. Apabila salah empat, maka
pemahaman 20%, dan apabila salah semua, maka pemahaman 0 %. Apabila saudara
mendapatkan hasil minimal 80% maka Saudara dinyatakan lulus, apabila mendapatkan 0%,
25%, 40% atau 60%, maka saudara diminta membaca dan memahami modul kembali dan
menjawab latihan lagi.

25 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
3.3 Tes Formatif

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!


1. Dari sekelompok siswa yang terdaftar dalam IPS di sebuah sekolah menengah,
seorang peneliti secara acak memilih 60 siswa. Para siswa kemudian dibagi menjadi
dua kelompok dengan tugas acak dari 30 ke kelompok A, kurikulum IPS tradisional,
dan 30 ke kelompok B, sebuah program baru yang dirancang untuk menangani
sejarah kelompok etnis tertentu. Kedua kelompok dibandingkan pada akhir semester
pada skala yang dirancang untuk mengukur sikap terhadap kelompok etnis.
Dalam penelitian ini,mengidentifikasi hal-hal berikut :
h. Variabel bebas
i. Variabel tak bebas
j. Grup control
k. Grup eksperimen
l. Metode yang digunakan untuk mengontrol perbedaan antar kelompok
m. Desain penelitian yang digunakan
n. Setiap ancaman terhadap validitas internal
2. Pertimbangkan pertanyaan penelitian berikut: Apakah mengajar tahun pertama bahasa
Prancis melalui pendekatan lisan-aural, daripada metode transformasi tata bahasa,
mengubah kinerja murid pada tes akhir tahun standar dalam tata bahasa, membaca,
dan kosa kata ?
d. Identifikasi eksperimen yang ideal untuk menjawab pertanyaan ini, dengan asumsi
bahwa tidak ada batasan administratif atau lainnya.
e. Identifikasi eksperimen yang kemungkinan besar diperlukan di lingkungan
sekolah menengah biasa.
f. Nyatakan keuntungan relatif dari desain eksperimen ideal (Latihan 2a)
dibandingkan dengan desain pada Latihan 2b.
3. Rancang eksperimen yang ideal untuk menguji hipotesis berikut: Anak-anak yang
menonton film interaksi rasial yang harmonis akan menunjukkan sikap yang lebih
positif terhadap ras minoritas daripada anak-anak yang menonton film yang
menggambarkan konflik rasial.
4. Kembali ke masalah penelitian di Latihan 2, misalkan Anda juga ingin mengetahui
apakah kedua metode pengajaran bahasa Prancis memiliki efek yang berbeda untuk

26 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
anak laki-laki dan perempuan. Garis besar desain eksperimental yang memungkinkan
Anda menjawab pertanyaan ini pada saat yang sama.
5. Asumsikan seorang peneliti menggunakan dua metode pengajaran (A1 dan A2)
dengan dua kelompok siswa (B1 dan B2) memiliki tingkat motivasi berprestasi yang
berbeda-beda. Kelompok-kelompok tersebut dibandingkan pada tes prestasi pada
akhir penelitian.Sarana pra dikirim di sini. Interpretasi apa yang akan Anda buat dari
hasil ini?

6. Apa yang harus terjadi untuk membangun kredibilitas hasil dalam desain subjek
tunggal?
7. Seorang peneliti ingin menguji keefektifan dua metode pembelajaran berbasis
komputer yang berbeda dalam mengajar satu unit cuaca di kelas tujuh sains. Peneliti
menemukan seorang guru yang akan mengizinkan tiga kelasnya untuk berpartisipasi:
Dua kelas menggunakan instruksi berbasis komputer,dan yang ketiga menerima
instruksi kelas konvensional. Peneliti memberikan pretest kepada semua siswa, setiap
kelas memiliki metode pengajaran yang berbeda, dan kemudian diberikan posttest.
c. Tentukan desain penelitian ini dan wakili dengan menggunakan sistem notasi
yang digunakan dalam bab ini.
d. Statistik apa yang akan Anda pilih untuk menganalisis data?
8. Tunjukkan apakah desain ABAB atau desain multibaseline akan sesuai untuk hal-hal
berikut:
c. Anda memiliki seorang siswa dengan masalah menggigit kuku yang ekstrem dan
Anda ingin bekerja dengannya untuk menghilangkan perilaku tersebut.
d. Anda memiliki seorang siswa yang memiliki beberapa perilaku bermasalah yang
mengganggu dan mengganggu pembelajaran di kelas. Anda telah meminta
psikolog sekolah untuk membantu.

27 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
PENUTUP

Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun
secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai
mahasiswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran. Dengan pembelajaran mata kuliah melalui
penggunaan bahan ajar, diharapkan akan membantu mahasiswa menjadi lebih mandiri dalam
belajar, dapat mengukur dan menilai kemampuan diri sendiri. Mahasiswa lebih mendalami
materi lain di samping materi yang ada di bahan ajar ini melalui berbagai sumber, jurnal,
maupun internet.

Semoga bahan ajar ini mahasiswa dapat menggunakan sebagai raferensi tambahan
dalam proses pembelajaran pada kegiatan perkuliahan. Tak lupa dalam kesempatan ini,
penulis mohon saran dan kritik yang membangun terhadap, demi sempumanya penyusunan
bahan ajar ini untuk pembuatan bahan ajar yang akan datang. Semoga modul ini memberikan
manfaat bagi mahasiswa dan pembaca lainnya.

28 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
DATAR PUSTAKA

Ary, D., Jacobs., L.C., Sorensen, C. & Razavieh, A. (2010). Introduction to Research in
Education 8th Edition. Wadsworth, Cengage Learning.

I Putu Ade Andre Payadnya, S. M. (2018). PANDUAN PENELITIAN EKSPERIMEN


BESERTA ANALISIS STATISTIK DENGAN SPSS. Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Latief, Adnan. 2010. Tanya Jawab Metode Penelitian Pembelajaran Bahasa. Malang: UM
Press.

Levin, I., & Aram, D. (2012). Mother–child joint writing and storybook reading and their
effects on kindergartners’ literacy: An intervention study. Reading and Writing, 25(1),
217-249.

Mulyadi, M. (2012). Riset desain dalam metodologi penelitian. Jurnal Studi Komunikasi Dan
Media, 16(1), 71-80.

Ratminingsih, N. M. (2010). Penelitian Eksperimental dalam Pembelajaran Bahasa


Kedua. Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, Dan Pengajarannya, 6(11).

Saifuddin, A. (2020). Apakah Desain Eksperimen Satu Kelompok Layak


Digunakan?. Literasi: Jurnal Kajian Keislaman Multi-Perspektif, 1(1), 1-22.

29 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n

Anda mungkin juga menyukai