NIM : 4203151042
Dosen : Dr. Mariati Purnama
Pengampu Simanjuntak, S.Pd,
M.Si.
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Pendidikan
Program Studi : S1 Pendidikan IPA
Kelas : Pendidikan IPA B 2020
Puji syukur saya panjatkan pada Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia- Nya
saya dapat menyelesaikan Bahan Ajar untuk mata kuliah Metodologi Penelitian pendidikan
dengan kajian materi tentang ―Experimental Research Designs (Desain Penelitian
Eksperimental)‖. Tujuan pembuatan Bahan Ajar ini adalah untuk menambah pengetahuan
mahasiswa mengenai desain penelitian eksperimental.
Dengan adanya Bahan Ajar ini, diharapkan agar mahasiswa yang membacanya bisa
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai Desain Penelitian Eksperimental pada
mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. Setelah mempelajari materi ini, maka
mahasiswa diharapkan bisa membuat sebuah karya dengan ide kreatif yang dikembangkan
dalam karya tulis ilmiah berupa artikel/jurnal,proposal maupun skripsi yang akan dirancang
dalam program S-1 Pendidikan.
Dengan keterbatasan dalam Bahan Ajar ini, saya mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan Bahan Ajar. Semoga Bahan Ajar ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
dan penulis khususnya.
Azzahra Siregar
(4203151042)
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 4
PEMBELAJARAN .................................................................................................................... 4
EVALUASI.............................................................................................................................. 24
PENUTUP................................................................................................................................ 28
ii | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi
1.4 Kompetensi
Kompetensi yang akan dibentuk atau dipelajari pada modul ini adalah mahasiswa
mampu memahami konsep-konsep sifat penelitian ilmiah yang mencakup pembahasan
mengenai sumber pengetahuan umum, aspek ilmu pengetahuan lain, dan sifat penelitan
secara benar dan efisien. Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada modul
dengan benar dan tepat. Unjuk kerja yang didapat meliputi kemampuan dibidang kognitif,
psikomotor dan afektif.
Untuk melihat sejauh mana penguasaan yang telah diperoleh setelah mempelajari dan
mengiomplementasikan modul ini dalam proses pembelajaran, berikut ini diberikan daftar
pertanyaan yang akan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan peserta terhadap
kompetensi yang diharapkan.
PEMBELAJARAN
Prosedurnya menurut Borg dan Gall (1989 dalam Latief, 2010: 119) sebagai berikut.
a. Tentukan populasi yang bisa diakses.
b. Pilih secara acak sampel yang mewakili populasi.
c. Bagilah sampel menjadi 2 kelompok, eksperimen dan kontrol/pembanding.
d. Berikan pre-tes pada 2 kelompok tersebut untuk meyakinkan bahwa keduanya tidak
memiliki perbedaan kemampuan yang mencolok. Jika ada nilai yang mencolok,
adakan pengacakan ulang atau mengatur agar masing-masing kelompok distribusinya
merata.
e. Berikan perlakuan pada kelompok eksperimen sesuai perencanaan.
f. Berikan post-tes pada 2 kelompok tersebut di akhir masa perlakuan.
g. Lakukan analisis untuk melihat perbedaan hasil belajar 2 kelompok tersebut dengan
proses statistik tes hipotesa.
3. Quasi Experiment (Eksperimen Semu)
Penelitian quasi experiment atau eksperimen semu merupakan penelitian eksperimen
yang tidak sekuat eksperimen murni. Disebut eksperimen semu karena dalam penelitian
eksperimen jenis ini banyak variabel yang tidak bisa dikontrol. Bentuk desain ini merupakan
pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan.
Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk
mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan
10 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
3) Pengaruh interaksi antara variabel eksperimen (A) dan variabel atribut (B) terhadap
variabel terikat.
4) Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A1 terhadap masingmasing level
variabel atribut B (B1,B2,B3).
5) Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A2 terhadap maingmasing level
variabel atribut B (B1,B2,B3).
Dalam desain variabel eksperimen faktorial memungkinkan pula bagi peneliti untuk
memanipulasi lebih dari satu variabel bebas secara bersamaan. Contoh: desain faktorial 2x2
yang memanipulasi dua variabel bebas adalah sebagai berikut.
Desain faktorial dapat diperluas menjadi desain eksperimen yang lebih rumit yaitu
dengan melibatkan lebih dari dua variabel bebas, misalnya desain variabel 2x2x2. Angka-
angka dalam desain ini menunjukan banyaknya level variabel bebas yang dilibatkan. Jadi
desain eksperimen faktorial 2x2x2 berarti digunakan tiga variabel bebas yang memiliki 2
level, 2 level dan 2 level.
11 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
Secara teoritis dalam desain fakatorial dapat dilibatkan variabel bebas berapapun
banyaknya dengan level yang bervariasi pula dan dengan menggunakan rangan faktorial yang
lebih rumit. Hambatan yang mungkin ditemui peneliti jika menggunakan desain faktorial
yang lebih kompleks adalah akan kesulitan dalam mengatur subyek dalam kelompok-
kelompok penelitian serta analisis statistiknya akan menjadi rumit. Namun dengan demikian,
dengan menggunakan desain faktorial ini maka memungkinkan bagi peneliti untuk:
1) Menguji pengaruh interaksi antara variabel bebas terhadap fariabel terkait, menguji
pengaruh utama (main effect) variabel bebas terhadap variabel terkait, dan menguji
pengaruh sederhana (simple effect) masing-masing level variabel bebas terhadap
variabel terkait.
2) Penggunaan beberapa variabel bebas dengan level yang berbeda menyebabbkan
variabel-variabel tersebut saling mengintrol antara satu dengan yang lainnya, sehingga
hasial pengujian hipotesis penelitian menjadi lebih akurat.
3) Dalam sekali eksperimen dapat menjawab lebih banyak masalah dibandingkan
dengann jika hanya menggunakan desain eksperimen satu variabel tunggal.
5. Desain Empat Kelompok Solomon Diacak (The Solomon Four Group Design)
Desain ini berusaha untuk mengatasi pengaruh tes awal. Penempatan subyek dalam
setiap kelmpok subyek dilakukan secara acak. Dua kelompok diberikan tes awal dan dua
kelompok lainnya tidak. Satu kelompok yang diberi tes awal dan satu kelompok lainnya yang
tidak diberi tes awal dijadikan sebagai kelompok eksperimen. Sedangkan dua kelompok
lainnya dijadikan sebagai kelompok kontrol. Desain empat kelompok solomon diacak.
12 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
Desain ini menggabungkan dua desain eksperimen murni yang dibahas sebelumnya.
Dua kelompok pertama menunjukan desain tes awal akhir dua kelompok diacak sedangkan
dua kelompok berikutnya menunjukan desain tes akhir dua kelompok diacak. Desain empat
kelompok solomon sangat cocok untuk mengontrol ancaman validitas internal seperti telah
dibahas sebelumnya. Namun kelemahan utama desain ini adalah membutuhkan banyak
sampel untuk dimasukan kedalam empat kelompok penelitian, juga membutuhkan banyak
waktu dan tenaga untuk memberikan perlakuan pada keempat kelompok tersebut.
13 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
3. Single-Subject Designs (Penelitian Subjek Tunggal)
Penelitian subjek tunggal (juga disebut N dari 1 penelitian, analisis perilaku, atau
penelitian dalam subjek) melibatkan studi individu tunggal, pengamatan selama periode awal,
dan administrasi suatu intervensi. Ini diikuti oleh pengamatan lain setelah intervensi untuk
menentukan apakah perawatan memengaruhi hasilnya. Misalnya, dalam satu subjek tunggal
belajar, peneliti menguji apakah siswa SD dengan ketidakmampuan belajar mencapai lebih
baik jika kita memantau perilaku mereka dalam mengerjakan tugas. Tanpa pengacakan,
desain ini adalah eksperimen semu dan bukan desain eksperimental. Peneliti mempelajari
perilaku individu tunggal (satu atau lebih) sekelompok subjek, dengan subjek yang menjadi
kontrolnya sendiri dalam eksperimen.
Lebih jauh mengenai validitas dalam penelitian eksperimental perlu dipahami tentang
konsep validitas internal dan validitas eksternal (Ary dkk, 2009). Validitas internal meliputi:
Sejarah. Apabila pada kelompok eksperimen telah mengalami kejadian tertentu
antara pre-tes dan pos-tes sehingga mempengaruhi variabel terikat.
14 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
Kematangan. Proses pematangan diri yang dialami subyek dalam kelompok
eksperimen sering disalahartikan sebagai salah satu hasil perlakuan. Bisa jadi yang
menyebabkan perbedaan perolehan pada variabel terikat karena subyek lebih tenang,
lebih dewasa pada saat pos tes dibanding saat pre tes.
Awal tes. Karena subyek telah melakukan pre tes, apapun jenis perlakuan yang
diberikan akan mempengaruhi perolehan selanjutnya.
Instrumen pengukur. Perubahan materi tes, cara skoring, pengamat yang terlibat,
bisa memberikan pengaruh hasil perbedaan nilai pre-tes dan post-tes.
Regresi statistik. Jika memilih kelompok berdasarkan skor ekstrim, muncul regresi
statistik yang bisa disalahartikan sebagai efek eksperimen.
Perbedaan memilih subyek. Jika subyek dalam kelompok eksperimen lebih cerdas
daripada kelompok pembanding sebelum perlakuan diberikan, tentunya hasil akan
mudah diduga.
Mortalitas eksperimen. Jika pada salah satu kelompok ada subyek yang
mengundurkan diri di tengah proses perlakuan, akan berdampak pada hasil penelitian.
Interaksi akibat pemilihan. Ini bisa muncul pada penelitian eksperimental kuasi
dimana peneliti terpaku pada pengelompokan yang ada. Kedua kelompok bisa
melakukan interaksi yang mempengaruhi perolehan nilai.
Adapun pada validitas eksternal dapat meliputi hal-hal lain yang mempengaruhi
proses generalisasi temuan. Bracht dan Glass (dalam Ary dkk, 2009), menyebutkan ada dua
macam validitas eksternal.
1) Validitas populasi; yaitu harapan peneliti agar temuan dari kelompok eksperimennya
dapat digeneralisir ke populasi yang lebih luas. Ada pembedaan populasi yang perlu
diketahui: populasi terakses untuk eksperimen dan populasi target. Populasi terakses
untuk eksperimen yaitu kelompok yang terjangkau oleh peneliti. misalnya dari
jurusan Sastra Inggris universitas setempat. Populasi targetnya yaitu jurusan Sastra
Inggris seluruh Indonesia, misalnya. Jika peneliti mengambil sampel beberapa subyek
dari Sastra Inggris se Kota Malang, maka hasil penelitian akan mudah digeneralisir ke
kelompok yang lebih luas. Namun jika peneliti ingin menggeneralisir hasil temuan ke
jurusan Sastra Inggris se-Indonesia, ini tentunya sangat beresiko karena dapat terjadi
perbedaan derajat kesahihan. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang bersifat reliable
untuk memastikan kesamaan ciri antara populasi yang terakses penelitian dengan
15 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
populasi target. Kesamaan ciri dapat meliputi kesamaan komposisi gender, usia
subyek, latar belakang budaya dan lain-lain.
2) Validitas ekologis. Peneliti perlu menyadari bahwa temuan atau hasil penelitian
dipengaruhi faktor lain sehingga beberapa hal perlu diperhatikan agar hasilnya bebas
dari efek lingkungan. Contohnya yaitu reaksi subyek pada saat pengaturan kelompok
yang bisa menimbulkan perbedaan pada hasil penilaian. Hal lain yaitu:
Penjelasan mengenai variabel bebas bisa menimbulkan praduga pada saat
perlakuan.
Pengaruh perlakuan berulang. Jika perlakuan diulang beberapa kali dapat
menimbulkan kejenuhan subyek sehingga mengacaukan hasil penilaian.
Perilaku subyek bisa terdampak dari persepsi pada proses eksperimen. Jika
subyek sadar sedang terlibat dan diamati dalam penelitian eksperimental, ini
akan mempengaruhi hasil pengukuran.
Kebaruan perlakuan bisa memberikan semangat bagi subyek pada kelompok
eksperimen sehingga perolehannya jelas lebih baik daripada kelompok
pembanding.
Efek peneliti. Apabila perilaku peneliti menimbulkan bias terhadap subyek
penelitian maka hasilnya juga akan terpengaruh.
16 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
2.1.3 Rangkuman
Desain yang dipilih untuk digunakan sangat penting validitas dari setiap kesimpulan
yang mungkin diambil dari penelitian. Kami mengklasifikasikan desain ed sebagai pra-
eksperimental, eksperimen acak, atau kuasi-eksperimental tergantung pada derajat kontrol
yang disediakan. Pra-eksperimental desain memberikan sedikit atau tidak ada kontrol dari
yang asing variabel dan tidak direkomendasikan.
Rancangan percobaan acak adalah terbaik untuk menyelidiki hubungan sebab akibat
di antara variabel. Seperti namanya, mereka membutuhkan penugasan mata pelajaran secara
acak ke level dari variabel bebas. Karena itu pengacakan, mereka memberikan kontrol terbaik
dari faktor yang mengancam internal dan eksternal validitas dan direkomendasikan untuk
digunakan kapan saja mungkin. Eksperimen dapat menggunakan grup yang berbeda subjek
untuk kondisi eksperimen yang berbeda, atau eksperimen mungkin memiliki setiap subjek
mengalami setiap kondisi. Mantan adalah disebut eksperimen antar-mata pelajaran dan yang
terakhir disebut eksperimen dalam subjek.
17 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
2.1.4 Tugas
1. Ada 3 bentuk penelitian eksperimental. Apa kelebihan masing-masing bentuk
penelitian tersebut dan bentuk penelitian apa yang paling sering digunakan?
2. Jelaskan dan berikan contoh masing-masing karakteristik penelitian eksperimental!
3. Jelaskan 3 prinsip dasar penelitian eksperimenta!
4. Bentuk penelitian merupakan suatu tahapan, berikan 1 contoh kasus penelitian
eksperimental terkait dengan fisioterapis!
5. Jelaskan dan berikan contoh mengenai validitas eksternal penelitian eksperimental!
6. Apa yang dimaksud dengan ―kondisi yang sama ketika penelitian diulang‖ dan
mengapa bahasa statistika dikatakan sebagai kekurangan penelitian eksperimental?
7. Mengapa pada penelitian eksperimental bentuk pra eksperimental dikatakan tidak ada
dasar perbandingan untuk melakukan komparasi , dan error displation karena tidak
ada perbandingan?
18 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
2.1.5 Tes Formatif
19 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
anak laki-laki dan perempuan. Garis besar desain eksperimental yang memungkinkan
Anda menjawab pertanyaan ini pada saat yang sama.
5. Asumsikan seorang peneliti menggunakan dua metode pengajaran (A1 dan A2)
dengan dua kelompok siswa (B1 dan B2) memiliki tingkat motivasi berprestasi yang
berbeda-beda. Kelompok-kelompok tersebut dibandingkan pada tes prestasi pada
akhir penelitian.Sarana pra dikirim di sini. Interpretasi apa yang akan Anda buat dari
hasil ini?
6. Apa yang harus terjadi untuk membangun kredibilitas hasil dalam desain subjek
tunggal?
7. Seorang peneliti ingin menguji keefektifan dua metode pembelajaran berbasis
komputer yang berbeda dalam mengajar satu unit cuaca di kelas tujuh sains. Peneliti
menemukan seorang guru yang akan mengizinkan tiga kelasnya untuk berpartisipasi:
Dua kelas menggunakan instruksi berbasis komputer,dan yang ketiga menerima
instruksi kelas konvensional. Peneliti memberikan pretest kepada semua siswa, setiap
kelas memiliki metode pengajaran yang berbeda, dan kemudian diberikan posttest.
a. Tentukan desain penelitian ini dan wakili dengan menggunakan sistem notasi
yang digunakan dalam bab ini.
b. Statistik apa yang akan Anda pilih untuk menganalisis data?
8. Tunjukkan apakah desain ABAB atau desain multibaseline akan sesuai untuk hal-hal
berikut:
a. Anda memiliki seorang siswa dengan masalah menggigit kuku yang ekstrem dan
Anda ingin bekerja dengannya untuk menghilangkan perilaku tersebut.
b. Anda memiliki seorang siswa yang memiliki beberapa perilaku bermasalah yang
mengganggu dan mengganggu pembelajaran di kelas. Anda telah meminta
psikolog sekolah untuk membantu.
20 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
2.1.6 Kunci Jawaban Formatif
21 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
6. Harus ada perubahan yang jelas dalam perilaku setiap kali ada perubahan dalam
perlakuan.
7. a. Kelompok kontrol yang tidak diacak, pretest desain pasca tes:
E Y1 X Y2
E Y1 X Y2
C Y1 — Y2
b. Jika kelompok tidak berbeda secara signifikan berbeda pada pretest, Anda bisa
menggunakan analisis varians pada nilai posttest. Jika tidak, ANCOVA dapat digunakan
dengan skor pretest sebagai kovariat.
8. a. ABAB
b. Beberapa dasar
22 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
2.1.7 Lembar Kerja
Adapun kegiatan yang akan di lakukan peserta dalam pembelajaran Experimental Research
Designs ini, yaitu :
23 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
BAB III
EVALUASI
Judul penelitian : Perbedaan keterampilan Higher Order Thinking antara kelompok yang
diberi media belajar problematic film dan kelompok yang diberi media belajar narrative
film.
24 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
3.2 Umpan Balik
Jawablah semua latihan pada Bab II ini. Kemudian cocokkan jawaban saudara dengan
kunci jawaban dan nilai hasilnya. Apabila benar semua, maka pemahaman saudara 100%.
Apabila salah satu, maka pemahaman saudara 80%. Apabila salah dua, maka pemahaman
Saudara 60%. Apabila salah tiga, maka pemahaman 40%. Apabila salah empat, maka
pemahaman 20%, dan apabila salah semua, maka pemahaman 0 %. Apabila saudara
mendapatkan hasil minimal 80% maka Saudara dinyatakan lulus, apabila mendapatkan 0%,
25%, 40% atau 60%, maka saudara diminta membaca dan memahami modul kembali dan
menjawab latihan lagi.
25 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
3.3 Tes Formatif
26 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
anak laki-laki dan perempuan. Garis besar desain eksperimental yang memungkinkan
Anda menjawab pertanyaan ini pada saat yang sama.
5. Asumsikan seorang peneliti menggunakan dua metode pengajaran (A1 dan A2)
dengan dua kelompok siswa (B1 dan B2) memiliki tingkat motivasi berprestasi yang
berbeda-beda. Kelompok-kelompok tersebut dibandingkan pada tes prestasi pada
akhir penelitian.Sarana pra dikirim di sini. Interpretasi apa yang akan Anda buat dari
hasil ini?
6. Apa yang harus terjadi untuk membangun kredibilitas hasil dalam desain subjek
tunggal?
7. Seorang peneliti ingin menguji keefektifan dua metode pembelajaran berbasis
komputer yang berbeda dalam mengajar satu unit cuaca di kelas tujuh sains. Peneliti
menemukan seorang guru yang akan mengizinkan tiga kelasnya untuk berpartisipasi:
Dua kelas menggunakan instruksi berbasis komputer,dan yang ketiga menerima
instruksi kelas konvensional. Peneliti memberikan pretest kepada semua siswa, setiap
kelas memiliki metode pengajaran yang berbeda, dan kemudian diberikan posttest.
c. Tentukan desain penelitian ini dan wakili dengan menggunakan sistem notasi
yang digunakan dalam bab ini.
d. Statistik apa yang akan Anda pilih untuk menganalisis data?
8. Tunjukkan apakah desain ABAB atau desain multibaseline akan sesuai untuk hal-hal
berikut:
c. Anda memiliki seorang siswa dengan masalah menggigit kuku yang ekstrem dan
Anda ingin bekerja dengannya untuk menghilangkan perilaku tersebut.
d. Anda memiliki seorang siswa yang memiliki beberapa perilaku bermasalah yang
mengganggu dan mengganggu pembelajaran di kelas. Anda telah meminta
psikolog sekolah untuk membantu.
27 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
PENUTUP
Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun
secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai
mahasiswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran. Dengan pembelajaran mata kuliah melalui
penggunaan bahan ajar, diharapkan akan membantu mahasiswa menjadi lebih mandiri dalam
belajar, dapat mengukur dan menilai kemampuan diri sendiri. Mahasiswa lebih mendalami
materi lain di samping materi yang ada di bahan ajar ini melalui berbagai sumber, jurnal,
maupun internet.
Semoga bahan ajar ini mahasiswa dapat menggunakan sebagai raferensi tambahan
dalam proses pembelajaran pada kegiatan perkuliahan. Tak lupa dalam kesempatan ini,
penulis mohon saran dan kritik yang membangun terhadap, demi sempumanya penyusunan
bahan ajar ini untuk pembuatan bahan ajar yang akan datang. Semoga modul ini memberikan
manfaat bagi mahasiswa dan pembaca lainnya.
28 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n
DATAR PUSTAKA
Ary, D., Jacobs., L.C., Sorensen, C. & Razavieh, A. (2010). Introduction to Research in
Education 8th Edition. Wadsworth, Cengage Learning.
Latief, Adnan. 2010. Tanya Jawab Metode Penelitian Pembelajaran Bahasa. Malang: UM
Press.
Levin, I., & Aram, D. (2012). Mother–child joint writing and storybook reading and their
effects on kindergartners’ literacy: An intervention study. Reading and Writing, 25(1),
217-249.
Mulyadi, M. (2012). Riset desain dalam metodologi penelitian. Jurnal Studi Komunikasi Dan
Media, 16(1), 71-80.
29 | B a h a n A j a r M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n P e n d i d i k a n