Anda di halaman 1dari 15

MINI RISET

METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN


"Penerapan Penggunaan Modul sebagai Media
Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas VIII SMP Al-
Washliyah 30 Martubung"

Nama : Azzahra Siregar


NIM : 4203151042
Dosen Pengampu : Dr. Mariati Purnama
Simanjuntak, S.Pd, M.Si.
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Pedidikan
Program Studi : S1-Pendidikan IPA
Kelas : Pendidikan IPA B 2020

PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugrah-Nya penulis dapat menyusun Laporan Mini Research yang berjudul “Penerapan
Penggunaan Modul sebagai Media Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas VIII SMP Al-
Washliyah 30 Martubung” dengan tepat waktu. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Dr. Mariati Purnama Simanjuntak, S.Pd, M.Si sebagai dosen pengampu mata
kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan yang telah membimbing dan memberi arahan
kepada penulis. Tidak lupa juga penulis berterimakasih kepada kedua orangtua dan juga
teman-teman yang selalu mendukung penulis baik memberikan semangat dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
maka dari itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun sebagai bahan perbaikan di
kemudian hari. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Medan, Oktober 2022

Penyusun

Azzahra Siregar

4203151042

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan.............................................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................4

TINJAUAN TEORITIS.............................................................................................................4

BAB III.......................................................................................................................................6

METODE PENELITIAN...........................................................................................................6

BAB IV......................................................................................................................................7

PEMBAHASAN........................................................................................................................7

BAB V........................................................................................................................................9

PENUTUP..................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

LAMPIRAN.............................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengaruh teknologi informasi dan komunikasi berdampak pada inovasi-inovasi


pengembangan bahan ajar yang lebih menarik dan komunikatif. Terlebih dengan penggunaan
internet seorang guru dapat mencari atau mengembangkan bahan ajar selain dengan bahan
ajar yang disediakan oleh sekolah. Dalam kegiatan belajar mengajar guru dituntut untuk
mampu menyanjikan materi pembelajaran dengan optimal. Oleh Karena itu diperlukan
kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian pelajaran di sekolah.
Kreatifitas yang dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode,
pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi. Selain itu guru juga harus memilki
strategi belajar yang tepat, untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik
media pembelajaran.

Penerapan penggunaan bahan ajar dengan memanfaatkan teknologi dapat memberikan


dampak positif pada hasil belajar siswa karena pembelajaran akan berpusat pada siswa
sehingga guru bukan lagi sebagai sumber belajar melainkan sebagai fasilitator dan siswa akan
lebih mudah mengakses dan menyerap materi pembelajaran. Proses pembelajaran di sekolah
masih menerapkan metode ceramah dalam memberikan pemahaman konsep kepada siswa.
Guru masih enggan memanfaatkan alat peraga ataupun menggunakan laboratorium sekolah.
Keadaan seperti ini menyebabkan pembelajaran kurang menarik sehingga siswa kurang
termotivasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang terjadi sering hanya mengandalkan buku
cetak sebagai bahan belajar. Menurut Daryanto (2011) media diklasifikasikan menjadi tujuh,
yaitu : benda untuk didemonstrasikan, komunikasikan lisan, media cetak, gambar diam,
gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Pada hasil belajar terdapat tiga ranah salah
satunya yaitu ranah kognitif. Gunawan dan Palupi (2015) mengatakan bahwa taksonomi
bloom ranah kognitif yang telah direvisi meliputi enam kategori, yaitu mengingat
(remember), memahami (understand), mengaplikasikan (apply), menganalisis (analyze),
mengevaluasi (evaluate), dan mencipta (create).

Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA Kelas VIII di SMP Al-
Washliyah 30 Martubung ditemukan beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran
terutama pencapaian hasil belajar dalam penguasaan materi (ranah kognitif) siswa masih

1
rendah, kondisi siswa yang kurang termotivasi belajar dan terbatasnya bahan ajar.
Berdasarkan wawancara tersebut narasumber berkata bahwa sekolah SMP Al-Washliyah 30
Martubung masih menerapkan metode ceramah pada pembelajaran IPA, contohnya itu di
materi Usaha dan pesawat sederhana, Sistem pernapasan manusia, dll. Kendala lainnya
berupa sumber belajar seperti buku paket yang masih terbatas serta pembelajaran yang biasa
dilakukan masih berpusat pada guru. Proses pembelajaran yang dilakukan belum
mengarahkan peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Kendala-kendala
tesebut berdampak pada hasil belajar yang rendah sehingga masih banyak peserta didik yang
belum mencapai KKM. Menurut Eggen (2012: 401) salah satu kelemahan dari metode
ceramah adalah proses belajar mengajar yang berpusat pada guru dimana siswa berperan
pasif selama proses pembelajaran. Padahal dalam Kurikulum 2013 menuntut siswa aktif dan
dapat belajar secara mandiri selama proses pembelajaran.

Salah satu alternative ataupun solusi untuk mengatasi permasalahan di sekolah SMP
Al-Washliyah 30 Martubung yaitu pembelajaran dengan penggunaan modul. Modul sebagai
salah satu media pembelajaran yang harus dirancang sedemikian rupa dengan ciri khas
tertentu. Modul biologi diharapkan menjadi salah satu upaya menyelesaikan masalah terlebih
dahulu. Masalah inilah yang harus dipikirkan dan dijawab oleh siswa pada saat pembelajaran,
sehingga dengan kegiatan ini memungkinkan hasil belajar siswa berkembang dan
memuaskan.

Berdasarkan pemaparan terkait permasalahan dan solusi yang ditawarkan diatas,


bahwa penerapan penggunaan modul sebagai media pembelajaran IPA pada siswa kelas VIII
SMP Al-Washliyah 30 Martubung dapat meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari mini riset ini adalah :
1. Apakah dengan penerapan penggunaan modul sebagai media pembelajaran IPA di
kelas VIII SMP Al-Washliyah 30 Martubung kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
dengan baik?
2. Apakah dengan adanya modul pembelajaran IPA di kelas VIII SMP Al-Washliyah 30
Martubung peserta didik dapat menerima materi dengan baik?
3. Apakah dengan penerapan penggunaan modul sebagai media pembelajaran IPA di
kelas VIII SMP Al-Washliyah 30 Martubung guru lebih mudah menyampaikan materi
yang dibahas?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dengan penerapan penggunaan modul sebagai media pembelajaran
IPA pada siswa kelas VIII SMP Al-Washliyah 30 Martubung dapat berjalan dengan
baik.
2. Untuk mengetahui dengan adanya modul pembelajaran IPA pada siswa kelas VIII
SMP Al-Washliyah 30 Martubung peserta didik dapat menerima materi dengan baik.
3. Untuk mengetahui dengan penerapan penggunaan modul sebagai media pembelajaran
IPA pada siswa kelas VIII SMP Al-Washliyah 30 Martubung guru lebih mudah
menyampaikan materi yang dibahas.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis

Menghadapi era globalisasi saat ini, peserta didik harus dibekali dengan memiliki
ketrampilan abad 21 yang dikenal dengan istilah 6C, yaitu communication, collaboration,
critical thinking, citizenship, creativity dan character. Ketrampilan abad 21 tidak hanya
dibutuhkan dalam lingkup pendidikan, namun ketrampilan ini dibutuhkan bagi peserta didik
untuk beradaptasi dalam dunia kerja dan menghadapi berbagai tugas kehidupan (Stehle &
Burton, 2019).

Pembelajaran saat ini diarahkan pada suasana aktif, kritis, analisis dan kreatif dalam
pemecahan masalah melalui pengembangan kemampuan berpikir. Hal tersebut dapat
dilakukan jika peserta didik memiliki keyakinan diri, motivasi dan kemandirian dalam
belajar. Dalam melaksanakan tugas, peserta didik mengalami kesulitan bukan karena tidak
memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk melaksanakan tugas tersebut, melainkan karena
mereka kurang memiliki keyakinan diri mampu melaksanakan tugas dengan kemampuan
yang dimilikinya (Geitz, dkk., 2015).

Modul merupakan bahan ajar cetak yang memiliki komponen terlengkap


dibandingkan bahan ajar lainnya, seperti LKS, dan handout. Modul memuat semua
komponen penting dari bahan ajar, yaitu: judul, petunjuk belajar, KD, informasi pendukung,
latihan, tugas/langkah kerja dan penilaian (Depdiknas, 2008: 18).

Menurut Mulyasa (2004 : 43-45) modul merupakan paket belajar mandiri yang
meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan serta dirancang secara sistematis
untuk membantu siswa mencapai tujuan belajar. Modul memiliki beberapa komponen yaitu :
(1) lembar kegiatan siswa , memuat pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Susunan materi
sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai, disusun langkah demi langkah
sehingga mempermudah siswa belajar., (2) lembar kerja , menyertai lembaran kegiatan siswa
yang dipakai untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal tugas atau masalah-masalah yang
harus dipecahkan, (3) kunci lembar kerja siswa ,berfungsi untuk mengevaluasi atau
mengoreksi sendiri hasil pekerjaan siswa. (4) lembar soal, berisi soal-soal guna melihat
keberhasilan siswa dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam modul, (5) kunci jawaban

4
untuk lembar soal, merupakan alat koreksi terhadap penilaian yang dilaksanakan oleh para
siswa sendiri.

Komponen-komponen tersebut disusun menjadi sebuah modul dengan prinsip-prinsip


penyusunan sebagai berikut : (1) bahasa modul harus menarik dan selalu merangsang siswa
untuk berfikir, (2) informasi tentang materi pelajaran dilengkapi oleh gambar-gambar atau
alat peraga lainnya, (3) modul harus memungkinkan penggunaan multimedia yang relevan
dengan tujuan, (4) waktu mengerjakan modul sebaiknya berkisar antara 4 sampai 8 jam
pelajaran, (5) modul harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa, dan modul
memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikannya secara individual (Nana Sujana,
1992 : 98).

Indriyanti (2010:3) mengungkapkan keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan


penerapan modul adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan motivasi peserta didik, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran
yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
b. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan peserta didik mengetahui benar pada modul yang
mana peserta didik telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum
berhasil.
c. Peserta didik mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya.
d. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.

Depdiknas (2009:2) kualitas modul dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya. (1)
aspek kelayakan isi, yang mencakup: kesesuaian dengan KI dan KD, kesesuaian dengan
perkembangan anak, kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar, kebenaran substansi materi
pelajaran, manfaat untuk penambahan wawasan, kesesuaian dengan nilai moral dan nilainilai
sosial, (2) aspek kelayakan bahasa, yang mencakup: keterbacaan, kejelasan informasi,
kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, pemanfaatan bahasa secara
efektif dan efisien (jelas dan singkat), (3) aspek kelayakan penyajian, yang mencakup
kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai, urutan sajian, pemberian motivasi, daya tarik,
interaksi (pemberian stimulus dan respon), kelengkapan informasi, dan (4) aspek kelayakan
kegrafikan yang mencakup penggunaan font (jenis dan ukuran), lay out atau tata letak,
ilustrasi, gambar, foto, dan desain tampilan.

5
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam mini riset ini adalah metode instrument wawancara
disertai dokumentasi. Wawancara yang dilakukan di sekolah SMP Al-Washliyah 30
Martubung yang melibatkan beberapa narasumber yaitu pada guru-guru IPA Kelas VIII dan
beberapa peserta didiknya. Argument yang diberikan narasumber akan diterima, dengan itu
penulis memilah permasalahan berdasarkan hasil wawancara dari narasumber, dan kemudian
penulis memberikan sebuah solusi dari permasalahan yang diangkat.

6
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA Kelas VIII di SMP Al-
Washliyah 30 Martubung ditemukan beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran
terutama pencapaian hasil belajar dalam penguasaan materi (ranah kognitif) siswa masih
rendah, kondisi siswa yang kurang termotivasi belajar dan terbatasnya bahan ajar.
Berdasarkan wawancara tersebut narasumber berkata bahwa sekolah SMP Al-Washliyah 30
Martubung masih menerapkan metode ceramah pada pembelajaran IPA, contohnya itu di
materi Usaha dan pesawat sederhana, Sistem pernapasan manusia, dll. Kendala lainnya
berupa sumber belajar seperti buku paket yang masih terbatas serta pembelajaran yang biasa
dilakukan masih berpusat pada guru. Proses pembelajaran yang dilakukan belum
mengarahkan peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Kendala-kendala
tesebut berdampak pada hasil belajar yang rendah sehingga masih banyak peserta didik yang
belum mencapai KKM. Menurut Eggen (2012: 401) salah satu kelemahan dari metode
ceramah adalah proses belajar mengajar yang berpusat pada guru dimana siswa berperan
pasif selama proses pembelajaran.

Salah satu alternative ataupun solusi untuk mengatasi permasalahan di sekolah SMP
Al-Washliyah 30 Martubung yaitu pembelajaran dengan penggunaan modul. Modul sebagai
salah satu media pembelajaran yang harus dirancang sedemikian rupa dengan ciri khas
tertentu. Modul biologi diharapkan menjadi salah satu upaya menyelesaikan masalah terlebih
dahulu. Masalah inilah yang harus dipikirkan dan dijawab oleh siswa pada saat pembelajaran,
sehingga dengan kegiatan ini memungkinkan hasil belajar siswa berkembang dan
memuaskan. Modul menurut Suprawoto (2009: 2) adalah sarana pembelajaran dalam bentuk
tertulis atau cetak yang disusun secara sistematis dalam materi pembelajaran, metode, tujuan
pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, petunjuk
kegiatan belajar mandiri (self instructional), dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut. Dalam proses
pembelajaran, modul memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, dan
melatih siswa belajar secara mandiri baik di kelas maupun di luar kelas sehingga diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar kognitif siswa.

7
Berdasarkan pemaparan terkait permasalahan dan solusi yang ditawarkan diatas,
bahwa penerapan penggunaan modul sebagai media pembelajaran IPA pada siswa kelas VIII
SMP Al-Washliyah 30 Martubung dapat meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik.
Seperti pendapat Mulyasa (2003: 44) tujuan utama modul untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, dan tenaga guru dalam
mencapai tujuan secara optimal. Modul juga memiliki kegunaan dalam proses pembelajaran
antara lain sebagai berikut: “sebagai penyedia informasi dasar karena dalam modul disajikan
berbagai materi pokok yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai petunjuk bagi
siswa Prastowo (2010: 109).

8
BAB V

PENUTUP

Modul pembelajaran IPA lebih efektif digunakan pada saat pembelajaran


dibandingkan hanya menggunakan lks/buku teks saja. Dengan menggunakan modul
pembelajaran IPA belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, yang dimana peserta didik
mampu memahami materi yang dibahas dengan baik dan guru dapat lebih mudah
menyampaikan materi yang dibahas kepada peserta didiknya. Cara yang makin baik dalam
menggunakan modul adalah siswa aktif mempelajarinya bersama dengan rekan kerja
sementara guru melakukan pengecekan secara intensif dan memberikan bantuan kepada
siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari modul secara individual.

Penulis menyarankan bahwa penerapan penggunaan modul sebagai media


pembelajaran IPA pada siswa kelas VIII SMP Al-Washliyah 30 Martubung dapat berjalan
dengan lancar, dan selalu diterapkan di sekolah, tidak hanya menerapkan modul
pembelajaran IPA saja melainkan pembelajaran lain pun seharusnya juga menggunakan
modul sebagai media pembelajaran, agar pendidikan di era globalisasi saat ini dapat
berkembang lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Daryanyo. (2011). Media Pembelajaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas

Eggen, P., Don Kauchak, & Satrio, w. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran:
Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: PT Indeks.

Geitz, G., Brinke, D.J., & Kirschner, P.A. 2016. Changing learning behaviour: self-efficacy
and goal orientation in pbl groups in higher education. International Journal of
Educational Research, 75:146–158.

Gunawan, I. (2015). Taksonomi Bloom Revisi Ranah Kognitif: kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian. Premie Educandum , 2(2).

Indriyanti, N.Y., & Susilowati E. 2010. Pengembangan Modul. Surakarta: Universitas


Sebelas Maret

Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan


Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa , E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan


Implementasi . Bandung : Remaja Rosdakarya

Prastowo, A. (2010). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovasai: Menciptakan Metode
Pengembangan yang Menarik dan Menyenangkan. Yogyakarta: DIVA Press.

Stehle, S.M., & Burton, E.E. 2019. Developing student 21st century skills in selected
exemplary inclusive stem high schools. International Journal of STEM Education,
6(39):1- 15.

10
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 2003. Teknologi Pengajaran. Bandung : Sinar Baru
Algensindo

Suprawoto, N. A. (2009). Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai