Anda di halaman 1dari 23

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE

TANYA JAWAB SISWA KELAS V SDN KARANGSARI I

Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Ditujukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester dalam mata
kuliah Penelitian Tindakan Kelas

Dosen Pengampu : Dr. Yayan Alpian, S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Rizqi Nur Fadhlullah

20416286206101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG

2023

I
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................................... I
DAFTAR ISI ................................................................................................................................II
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ III
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 3
C. Manfaat Penelitian ................................................................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................ 5
A. Kajian Teoritik ......................................................................................................................... 5
B. Kerangka Teoretik ................................................................................................................. 12
C. Penelitian yang Relevan ......................................................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................. 14
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................................... 14
B. Desain dan Rancangan Penelitian .......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20

II
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas semi proposal PTK yang berjudul
"Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Metode Tanya Jawab Siswa Kelas V SDN
Karangsari I" tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan semi proposal ptk ini adalah untuk memenuhi nilai tugas
ujian tengah semester pada pelajaran Penelitian Tindakan Kelas

Dalam penyusunan semi proposal ini, saya menyadari masih banyak kekurangan baik dari
teknik penulisan maupun materi yang jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dan mendidik untuk perbaikan selanjutnya. Saya
berharap proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya. Terima kasih.

Karawang, 08 April 2023

Rizqi Nur Fadhlullah

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hakekatnya, Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran yang lebih menitik


beratkan pada prosesnya dan bukan sekedar pada hasil. Dalam prosesnya, ada 3 hal
sekaligus yang harus diperoleh siswa pada setiap mata pelajaran, yakni sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional yaitu
mengembangkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, dengan
mengarahkannya menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggungjawab kepada masyarakat dan bangsa. Iklim belajar mengajar yang baik dapat
menumbuhkan rasa percaya diri. Budaya belajar dikalangan masyarakat yang dapat
menumbuhkan sikap dan prilaku yang kreatif, inovatif serta keinginan untuk maju (Dasna,
2015) sangat perlu dikembangkan. Maka, peran guru dalam hal ini sangat diperlukan,
karena guru tidak hanya sebagai tenaga pengajar, pendidik dan pembimbing, tetapi sebagai
guru juga dituntut menjadi motivator dan manager. Sebagai seorang guru akan senantiasa
mendorong siswanya untuk menguasai latihan belajar serta memotivasi siswa untuk
bekerja keras agar mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, serta bekerja sama dengan
siswa lainnya untuk mencapai tujuan
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai
nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir
semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama
dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia menempatkan
pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini di lihat dari isi pembukaan
UUD 1945 alenia IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

1
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah tidak selalu berjalan dengan
baik, banyak hal yang terjadi pada siswa dan hasil belajar yang diperoleh. Hal tersebut
dapat dipengaruhi dari cara mengajar guru. Guru mengajar dengan berbagai metode.
Metode yang diterapkan harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Ditinjau dari cara
mengajar guru metode tanya jawab adalah metode yang dapat memberikan kebiasaan baik
pada siswa. Menurut pendapat Bahrudin (2013:62) dengan metode tanya jawab siswa
diajarkan untuk berani bertanya dan menjawab, selain itu dengan metode tanya jawab guru
dapat meninjau langsung kemampuan anak dalam memahami materi. Dengan metode
tanya jawab juga dapat membuat anak lebih interaktif dalam berkomunikasi dengan guru.
Lebih lanjut Sudjana (2009:32) mengungkapkan bahwa, dalam penerapannya metode
tanya jawab dapat dilakukan secara individual, kelompok, maupun klasikal antar siswa
dengan guru, siswa dengan siswa, guru kesiswa. Dengan demikian tujuan pembelajaran
yang diinginkan guru akan lebih mudah tercapai dengan baik.
Dalam penerapan metode harus sesuai dengan materi yang diajarkan, metode tanya
jawab dapat membantu memaksimalkan dalam pembelajaran matematika. Matematika
merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak bangku sekolah dasar.
Pentingnya akan pelajaran matematika membuat matematika menjadi salah satu mata
pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional di Indonesia. Selain itu matematika memiliki
banyak materi. Melalui metode tanya jawab ini guru dapat mengetahui siswa yang belum
paham dengan materi dan siswa yang sudah paham dengan materi. Metode tanya jawab
akan diterapkan pada kelas tinggi yaitu kelas V SDN Karangsari I. Pada sekolah tersebut
jumlah siswa cukup banyak sehingga dengan metode tanya jawab guru dapat mendekati
siswa yang kurang paham akan materi. Siswa diberikan pertanyaan oleh guru kemudian
siswa tidak bisa menjawab berarti siswa tersebut belum memahami materi yang telah di
sampaikan guru.
Menurut pendapat (Fathani, 2016:139) seorang guru perlu menghargai sekaligus
memfasilitasi keunikan dan perbedaan masing-masing individu siswa. Jikalau perbedaan
individu kurang diperhatikan, maka banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dan
kegagalan belajar. Kenyataan ini menuntut agar siswa dapat dilayani sesuai perkembangan
individual masing-masing. Konsekuensinya adalah pembelajaran perlu melayani siswa
secara individual untuk menghasilkan perkembangan yang sempurna kepada siswa.

2
Metode tanya jawab dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran
Matematika pada kelas V SDN Karangsari I. Menurut Sudjana (2009:33) metode tanya
jawab merupakan salah satu metode mengajar yang efektif dan efisien dalam membangun
kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang
diinginkan guru akan lebih mudah tercapai dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan metode tanya jawab dapat meningkatkan dalam pembelajaran
matematika siswa kelas V SDN Karangsari I?
2. Apakah hambatan dalam penerapan metode tanya jawab dalam pembelajaran
matematika siswa kelas V SDN Karangsari I?
3. Bagaimana solusi terhadap hambatan penerapan metode tanya jawab dalam
pembelajaran matematika siswa kelas V SDN Karangsari I?

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai berikut :


1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya
dalam pembelajaran matematika. Adapun kegunaannya adalah yaitu menjadi
kontribusi pemikiran bagi perkembangan pendidikan matematika terutama dalam
penerapan metode pembelajaran di sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa
a) Sebagai sarana siswa mengembangkan pengetahuan matematika
dengan baik.

3
b) Sebagai sarana untuk mempermudah tercapainya tujuan pendidikan
yang diharapkan.
2) Bagi Guru
a) Sebagai sarana guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan
matematika.
b) Sebagai sarana guru untuk mendidik dengan baik.
3) Bagi Sekolah
a) Sebagai sarana penelitian lebih lanjut mengenai penerapan metode
pembelajaran yang berkualitas.
b) Sebagai sarana sekolah untuk mengembangkan kualitas sekolah.
c) Sebagai sarana sekolah untuk mencapai tujuan kurikulum.
4) Bagi Peneliti Lain
a) Dijadikan dasar atau rujukan untuk peneliti lain.
b) Dikembangkan aspek metodologi variabel dan subjek akan
penelitian lainnya

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.


Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang
kognitig, efektif, dan psikomotoris. Menurut Hintzam, dalam buku The Psychology
of Learning and Memory yang dikutip dalam Oemar Hamalik berpendapat bahwa
“Learning is change sin organism due to experience which can affect”. Bahwa
belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau
hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme tersebut. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses
untuk mencapai tujuan. Jadi, belajar merupakan langkah-langkah atau prosedur
yang ditempuh.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interkasi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh
aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefenisikan sebagai “Belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interkasi dengan lingkungannya.”
Belajar dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik
menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar
dimaksudkan sebagai usaha penguasaan meteri ilmu pengetahuan yang merupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2011:
22). Banyak ahli mengemukakan mengenai belajar. Pandangan beberapa ahli
tentang belajar dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002: 12-13), yakni sebagai berikut
:

5
a) Belajar menurut James O. Whittaker adalah merumuskan belajar sebagai proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
b) Belajar menurut Cronbach adalah Learning is shown by change inbehavior as a
result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
c) Belajar menurut Howard L. Kingskey adalah bahwa Learning is theprocess by
which behavior (in the broader sense) is originated orchanged through practice
or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
d) Slameto merumuskan pengertian belajar sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa definisi di atas, belajar merupakan perubahan tingkah laku
yang terbentuk karena pengalaman maupun ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang. Pengalaman tersebut diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya
maupun melalui ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Dari penjelasan di atas,
belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku. Ciri-ciri perubahan tingkah laku
tersebut adalah sebagai berikut (Slameto, 2003: 3-5) :
a) Perubahan terjadi secara sadar, ini berarti seseorang yang belajar akan
menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan
telah terjadi adanya suatu perubahan pada dirinya.
b) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional sebagai hasil belajar,
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan
perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau pun proses belajar
berikutnya.
c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif dalam perbuatan belajar,
perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

6
Hasil belajar merupakan ukuran berhasil atau tidaknya peserta didik dalam
mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Sehingga evaluasi hasil belajar
adalah proses untuk menentukan nilai belajar peserta didik melalui kegiatan
penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Hasil yang diperoleh dari penilaian
peserta didik akan menggambarkan kemajuan selama beberapa periode tertentu.
Jadi, hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai peserta didik
dalam usaha belajarnya. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri peserta didik, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan.

2. Pembelajaran Matematika

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 pengajaran


matematika di sekolah dasar pada dasarnya bersifat sangat abstrak, sehingga
diperlukan metode atau strategi dalam menyampaikan materi matematika yang
abstrak tersebut menjadi konkrit, selanjutnya dari permasalahan yang konkrit baru
dialihkan kebentuk konsep-konsep matematika yang abstrak. Selanjutnya menurut
Karso (2007: 1.4) menyatakan bahwa “matematika adalah ilmu yang deduktif,
aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan
semacamnya”.
Sedangkan menurut Wijayanti, (2011) mengemukakan tentang matematika
yaitu ilmu yang mempelajari tentang kuantitas, bentuk, susunan, dan ukuran, yang
utama adalah metode dan proses untuk menemukan dengan konsep yang tepat dan
lambang yang konsisten, sifat dan hubungan antara jumlah dan ukuran, baik secara
abstrak, matematika murni atau dalam keterkaitan manfaat pada matematika
terapan. Menurut Wahyudi (2012:10), “matematika berkenaan dengan ide
(gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan, yang diatur secara logis
sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Matematika
merupakan pengetahuan yang disusun secara deduktif dan dapat digunakan untuk
mendidik dan melatih untuk berpikir secara logik”. Sejalan dengan Wahyudi,
Heruman (2007:27) mengemukakan “matematika merupakan ilmu pengetahuan

7
yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya”.
Hal ini berarti belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur
konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan
pelajaran yang tersusun secara logis, beraturan, berkesenjangan dari yang paling
mudah hingga ke paling sulit. Sedangkan pembelajaran matematika pada dasarnya
yaitu proses yang telah dirancang dengan tujuan untuk menciptakan keadaan
lingkungan yang memungkinkan bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar
matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika.
Pembelajaran matematika seharusnya mampu menanamkan konsep matematika
secara jelas, tepat dan akurat kepada siswa sesuai dengan jenjang kelasnya. Untuk
mencapai pembelajaran matematika yang dapat memungkinkan bagi siswa
melaksanakan kegiatan belajar matematika maka diperlukan model pembelajaran
yang berbasis pemecahan masalah matematika sehingga pembelajaran tidak hanya
berpusat pada guru dan dapat memecahkan masalah matematika.

3. Metode Tanya Jawab

Berdasarkan penelitian yang ingin diteliti terkait metode tanya jawab, bisa
dilihat terlebih dahulu beberapa pengertian metode tanya jawab tersebut menurut
beberapa ahli, yaitu :
a) Menurut Drs. Roestiyah N.K, metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar
dimana guru dan siswa aktif bersama, guru bertanya siswa memberikan
jawaban, siswa mengemukakan pendapat ide baru, dan dengan ini guru
bertujuan.
b) Menurut Drs. Soetomo, metode tanya jawab adalah suatu metode dimana guru
menggunakan/memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab, atau
sebaliknya siswa bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan siswa.

8
c) Menurut Syaiful B. Djamrah, metode tanya jawab adalah cara penyajian
pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama oleh guru
kepada siswa, tapi dapat pula dari siswa kepada guru.
d) Menurut Armai Rief, metode tanya jawab adalah suatu tehnik penyampaian
pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan. Atau suatu metode di
dalam pendidikan dimana guru bertanya sedangkan siswa menjawab tentang
materi yang diperoleh.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwasanya metode tanya jawab merupakan sebuah tehnik penyampaian proses
pembelajaran dimana guru dan siswa sangat berperan aktif, guru memberikan siswa
pertanyaan dan siswa menjawab atau bisa pula sebaliknya siswa yang bertanya dan
guru yang menjawab. Dalam kegiatan seperti ini maka siswa dapat menjadi lebih
aktif dan dapat mendorong rasa ingin tahu siswa sehingga keterampilan bertanya
siswa semakin meningkat. Adapun tujuan penggunaan metode tanya jawab dalam
kegiatan belajar mengajar adalah untuk :
a) Menyimpulkan materi yang telah lalu. Setelah guru menguraikan suatu
persoalan, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan. Pertanyaan-
pertanyaan itu dijawab oleh peserta didik, sedangkan hasil jawaban yang
benar/betul disusun dengan baik sehingga merupakan ikhtisar pelajaran yang
akan menjai milik peserta didik.
b) Melanjutkan pelajaran yang sudah lalu. Dengan mengulang pelajaran yang
sudah diberikan dalam bentuk pertanyaan, guru akan dapat menarik perhatian
kepada pelajaran yang lalu.
c) Menarik perhatian peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan
pegalaman.
d) Memimpin pengalaman atau pemikiran peserta didik. Ketika peserta didik
menghadapi suatu persoalan maka pemikiran peserta didik dapat dibimbing
dengan mengajukan pertanyaan-pertayaan atau seorang peserta didik yang tidak
memperhatikan pembicaraan guru yang dapat mengusahakan supaya
perhatiannya kepada keterangan-keterangan guru dengan mengejutkan dengan
memberikan beberapa pertanyaan.

9
e) Menyelangi pembicaraan untuk merangsang perhatian peserta didik dalam
belajar sehingga dengan demikian ada kerjasama antara peserta didik dengan
guru dan dapat menimbulkan semangat peserta didik tersebut.
Sebagai suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang lain. Begitu juga dengan metode tanya jawab dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain, adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah :
a) Keadaan peserta didik Peserta didik : merupakan unsur yang harus
diperhitungkan, karena metode-metode yang hendak ditetapkan itu merupakan
alat untuk menggerakkan mereka agar dapat mencerna/mempelajari bahan yang
disajikan. Kita hanya mungkin dapat menggerakkan peserta didik seandainya
metode itu sesuai dengan tingkat perkembangan/kematangan peserta didik, baik
secara kelompok (kelas) maupun secara individual. Kita tidak memaksakan
peserta didik untuk melaksanakan atau bergerak menurut acuan metode.
Pemaksaan bukan hanya tidak akan menghasilakan gerak (aktivitas belajar)
melainkan juga akan merusak perkembangan peserta didik itu sendiri.
b) Materi atau bahan pengajaran : Penguasaan bahan oleh guru hendaknya
mengarah kepada sifat spesialisasi atas ilmu atau kecakapan yag diajarkanya
mengingat isi, sifat dan luasnya, maka guru harus mampu menguaraikan ilmu
atau kecakapan dan apa-apa yang akan diajarkannya ke dalam bidang ilmu atau
kecakapan yang bersangkutan. Penyusunan unsur-unsur atau informasi-
informasi yang baik itu bukan saja akan memudahkan peserta didik untuk
mempelajarinya, melainkan juga memberikan gambaran yang jelas sebagai
petunjuk dalam menetapakan metode mengajar.
c) Situasi : Yang dimaksud situasi disini adalah suasana belajar atau suasana kelas.
Termasuk dalam pengertian ini ialah suasana yang bersangkut-paut dengan
keadaan peserta didik, seperti: kelelahan dan semangat belajar, keadaan cuaca,
keadaan guru, misalnya sudah tidak segar lagi (lelah) atau tiba-tiba mendapat
"tekanan” (stress), keadaan kelas-kelas yang berdekatan yang mungkin
mengganggu atau terganggu karena penggunaan suatu metode.
d) Fasilitas : Fasilitas ialah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya atau
memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. Fasilitas-fasilitas

10
tersebut harus diperhitungkan dalam menetapkan metode-metode, karena
terdapat metode-metode yang menuntut fasilitas yang memadai, sehingga tanpa
alat-alat tertentu metode-metode yang terakhir ini tidak mungkin dapat
dilaksanakan. Disamping itu guru harus mengenal betul-betul terhadap
fasilitas-fasilitas apa saja yang terdapat disekolahnya dan betapa pula cara-cara
memperoleh dan mempergunakannya.
e) Tujuan instruksional khusus : Tujuan instruksional khusus merupakan unsur
utama yang harus dikaji dalam rangka menetapkan metode. Cara-cara atau
metode yang hendak dipergunakan itu harus disesuaikan dengan tujuan, karena
tujuan itulah yang menjadi tumpuan dan arah untuk memperhitungkan
efektivitas suatu metode. Apabila anda perhatikan dengan seksama ternyata
juga bahwa dalam setiap tujuan instruksional khusus terkandung petunjuk atau
kriteria bagi penetapan metode. Petunjuk-petunjuk itu adakalanya jelas tampak,
tetapi tidak jarang juga yang tersembunyi. Pengkajian tujuan intruksional
khusus dalam hubungan ini ialah menampilkan kriteria-kriteria atau ciri-ciri
yang memungkinkan anda melihat dengan jelas cara-cara atau metode-metode
yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang bersangkutan.
f) Guru : Guru adalah pelaksana dan pengembang program kegiatan belajar
mengajar. Guru adalah pemilik pribadi keguruan, yang unik, artinya tidak ada
dua guru yang memiliki pribadi keguruan yang sama. Jadi setiap guru memliki
pribadi keguruannya masing-masing yang tidak ada duanya. Pribadi keguruan
harus senantiasa diperkembangkan untuk menyempurnakan penguasaan
terhadap berbagai kompetensi dibidang keguruan yang kian terus berkembang.
Dalam hal ini kompetensi untuk menetapkan, mengembangkan dan
mempergunakan semua metode-metode mengajar sehingga terjadilah
kombinasi-kombinasi dari variansinya yang efektif.
g) Kebaikan dan kelemahan metode-metode : Yang penting diperhitungkan guru
dalam menetapkan metode ialah mengatahui batas-batas kebaikan dan
kelemahan metode yang akan dipergunakannya, sehingga memungkinkan ia
merumuskan kesimpulan mengenai hasil penilaian/pencapaian tujuan dari
putusannya itu.

11
Dari penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
pemilihan sebuah metode yang tepat khususnya dalam metode tanya jawab faktor-
faktor tersebut sangat menentukan dalam pemilihan metode. Karena ketepatan
suatu metode akan mempengaruhi tujuan pembelajaran tersebut. Jika metode
pembelajaran yang digunakan sesuai maka tujuan dari pembelajaran tersebut akan
tercapai.

B. Kerangka Teoretik

Mulai pembelajaran dan


belum menggunakan
Kondisi Awal
metode tanya jawab

Menerapkan metode
Tindakan tanya jawab kepada
siswa ketika proses
pembelajaran

1. Pemahaman siswa terhadap


materi meningkat
2. Minat belajar siswa meningkat
Kondisi Akhir
3. Peran aktif siswa meningkat
4. Hasil
pembelajaran siswa meningkat

12
C. Penelitian yang Relevan

1. Menurut Yayan A, dkk (2019). Berdasarkan hasil penelitiannya pada jurnal "pengaruh
metode tanya jawab terhadap hasil belajar siswa" menyatakan bahwa analisis yg
dilakukan terhadap siswa kelas XI IPS SMA N 1 Telaga Kabupaten Gorontalo
menujukan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari metode tanya jawab
terhadap hasil belajar siswa, dengan demikian setiap terjadi perubahan satuan metode
tanya jawab akan meningkatkan hasil belajar.
2. Menurut Vanny Yuniawardani, Mawardi. Hasil penelitian dibuktikan dengankenaikan
nilai dari kondisi awal ketuntasan kondisi belajar sebanyak 24 siswa (66,7%)
meningkat pada siklus I sebanyak 28 siswa (77,8%) dan pada siklus siklus II
mengalami peningkatan menjadi 31 siswa (86,1%). Dapat disimpulkan bahwa
penelitian tersebut berhasil.
3. Menurut Khusna Widhyahrini. Data yang diperoleh dianalis secara deskriptif. Hasil
analisis data bahwa kualitas pembelajaran pada siklus 1 sebesar 88,07% tergolong
kategori berkualitas dan siklus 2 kualitas pembelajaran sebesar 93,03% tergolong
kategori sangat baik. Ketuntasan hasil belajar pada siklus 1 sebesar 78,57% tergolong
kategori belum tuntas dan siklus 2 Ketuntasan hasil belajar sebesar 96,43% tergolong
kategori tuntas. Jadi, dapat disimpulkan Model Pembelajaran Interaktif dengan
menggunakan Metode Tanya Jawab terbukti dapat Meningkatkan Hasil Belajar siswa.

13
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini di lakukan di SDN Karangsari I yang beralamat di Jalan


Karangsari, Kampung Pedes, Desa Karangsari, Kecamatan Purwasari, Kabupaten
Karawang, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama (4) bulan dari bulan Januari sampai
bulan April 2023

B. Desain dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK atau
classroom action research. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian
tindakan (action research) yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi
permasalahannya, kemudian peneliti menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya.
(Endang Mulyatiningsih (2011 : 60)
1. Pra Tindakan
Sebelum pelaksanaan siklus I, peneliti menyiapkan bahan ajar dan lembar
observasi yang akan dipergunakan pada pertemuan awal sebelum menggunakan
metode tanya jawab. Kegiatan proses pembelajaran dilaksanakan dalam 2 (dua)
siklus dengan dua kali tatap muka dan pokok bahasan tentang pemerintah pusat.
2. Pelaksanaan Tindakan
a) Tahap Perencanaan
Peneliti menetapkan kompetensi dasar yang akan diajarkan, menyusun
persiapan pembelajaran dengan menggunakan metode tanya jawab dan
menyiapkan lembar observasi dan pedoman wawancara.
b) Tindakan
Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode tanya
jawab.

14
c) Observasi
Tahap ini merupakan upaya untuk mendokumentasikan seluruh proses yang
terjadi di lapangan sesuai dengan kenyataan. Hasil observasi inilah yang
kemudian dijadikan dasar untuk melakukan refleksi terhadap tindakan-
tindakan yang dilakukan dalam mproses pembelajaran. Hasil ini juga
digunakan sebagai dasar untuk analisis dan pelaporan serta tindakan dalam
penelitian ini.
d) Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir observasi. Hal ini dilakukan untuk melihat
apakah rencana pelaksanaan model tersebut telah sesuai dengan kondisi dan
situasi yang diinginkan. Refleksi juga dilakukan setelah dilaksanakannya
tindakan, hal ini untuk melihat apakah tindakan yang telah dilakukan sesuai
tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini. Hasil yang didapatkan dalam
tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis.

Pelaksanaan tindakan untuk setiap siklusnya meliputi perencanaan tindakan,


tindakan, observasi dan refleksi. Adapun hasil pelaksanaan siklus I dan II diuraikan sebagai
berikut :

1) Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I


a) Perencanaan Tindakan
Pada perencanaan siklus I, kegiatan yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan motivasi belajar sebagai berikut :
1. Menetapkan bahan ajar
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3. Menyiapkan pertanyaan sesuai bahan ajar
4. Membuat lembaran observasi pelaksaan kegiatan pembelajaran
5. Melakukan tes akhir siklus
b) Tindakan
Tindakan pembelajaran siklus I dilakukan sesuai dengan tahap
perencanaan. Pembelajaran dilakukan pada hari Selasa, 17 Januari 2023
yang berlangsung pukul 07.15 – 08.25 WIB. Pembelajaran pada tindakan

15
ini menggunakan metode tanya jawab tentang hubungan antara makhluk
hidup. Berdasarkan hasil akhir dari pelaksanaan tindakan motivasi belajar
siswa diperoleh hasil persentase rata-rata kegiatan siswa yang aktif adalah
55,71 %.
c) Observasi
Kegiatan pembelajaran berlangsung cukup baik. Siswa menunjukkan
perhatian dan memiliki semangat mengikuti pembelajaran. Beberapa siswa
sudah mulai berani untuk mengajukan ataupun menjawab pertanyaan.
Sebagian besar siswa masih malu atau belum memilki keberanian untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan, karena siswa masih butuh penyesuaian
dengan penerapan metode Tanya jawab yang digunakan dalam
pembelajaran.
d) Refleksi
Setelah dilakukan observasi, dilanjutkan refleksi terhadap kekurangan
seluruh aktivitas yakni kegiatan siswa yang belum optimal dalam mengikuti
pembelajaran, sehingga menjadi bahan masukan untuk refleksi berikutnya.
Berikut ini hasil observasi motivasi belajar siklus I dapat dilihat pada tabel
4.2.

Tabel 4.2 Hasil Observasi Motivasi Belajar Siklus I

Jumlah Persentase (%)


Jumlah
Siswa
No Kegiatan Siswa Siswa Tidak
Tidak Aktif
Aktif Aktif Aktif
1 2 3 4 5 6
Meningkatkan motivasi
dan rasa ingin tahu
1. 14 0 100 0
terhadap suatu pokok
bahasan
Terpusat perhatian pada
2. 9 5 64,29 35,71
materi ajar

16
Siswa lebih aktif dalam
3. 6 8 42,86 57,14
bertanya dan menjawab
Siswa bekerja sama
4. 6 8 42,86 57,14
dengan baik
Siswa antusias belajar dan
5. menggunakan waktu 4 10 28,57 71,43
dengan optimal
Jumlah Rata-rata (%) 55,71 44,29

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil observasi yaitu meningkatkan motivasi dan
rasa ingin tahu terhadap suatu pokok bahasan 100% atau 14 orang, terpusat perhatian pada
materi ajar 64,29% atau 9 orang, siswa lebih aktif dalam bertanya dan menjawab 42,86%
atau 6 orang, siswa bekerja sama dengan baik 42,86% atau 6 orang, dan siswa antusias
belajar dan menggunakan waktu dengan optimal 28,57% atau 4 orang.

2) Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II


a) Perencanaan
Tindakan Perencanaan tindakan pada silus II didasarkan pada refleksi siklus
I. Pada tahap ini umumnya sama dengan siklus I, yaitu :
1. Menetapkan bahan ajar
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3. Menyiapkan pertanyaan sesuai bahan ajar
4. Membuat lembaran observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran
5. Melakukan tes akhir siklus
b) Tindakan
Tindakan pembelajaran siklus II dilakukan pada hari Selasa, 24 Januari
2023 yang berlangsung pukul 07.15 – 08.25 WIB. Pelaksanaan tindakan
pada siklus ini disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I. Materi yang
diberikan adalah tentang Pemerintahan Pusat dengan menggunakan metode
Tanya jawab seperti pada siklus I. Berdasarkan hasil akhir dari pelaksanaan
tindakan motivasi belajar siswa diperoleh hasil persentase rata-rata kegiatan
siswa yang aktif adalah 89,99 %.

17
c) Observasi Kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik. Siswa sangat
antusias mendengarkan penjelasan guru dan sebagian besar sudah berani
untuk mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan.
d) Refleksi Pada siklus II, kekurangan yang terjadi pada siklus I sebagian besar
sudah teratasi. Proses pembelajaran berlangsung dangan baik dan tidak
membosankan sehingga terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Berikut
hasil observasi motivasi belajar siklus II dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.2 Hasil Observasi Motivasi Belajar Siklus I

Jumlah Persentase (%)


Jumlah
Siswa
No Kegiatan Siswa Siswa Tidak
Tidak Aktif
Aktif Aktif
Aktif
1 2 3 4 5 6
Meningkatkan motivasi
dan rasa ingin tahu
1. 14 0 100 0
terhadap suatu pokok
bahasan
Terpusat perhatian pada
2. 12 2 85,71 14,29
materi ajar
Siswa lebih aktif dalam
3. 12 2 85,71 14,29
bertanya dan menjawab
Siswa bekerja sama
4. 12 2 85,71 14,29
dengan baik
Siswa antusias belajar dan

5. menggunakan waktu 13 1 92,86 71,43


dengan optimal
Jumlah Rata-rata (%) 89,99 22,86

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh hasil observasi yaitu meningkatkan motivasi dan
rasa ingin tahu terhadap suatu pokok bahasan 100% atau 14 orang, terpusat perhatian pada
materi ajar 85,71% atau 12 orang, siswa lebih aktif dalam bertanya dan menjawab 85,71%

18
atau 12 orang, siswa bekerja sma dengan baik 85,71 atau 12 orang, dan siswa antusias
belajar dan menggunakan waktu dengan optimal 92,86% atau 13 orang.

Berdasarkan hasil analisis penelitian diatas diketahui bahwa pada siklus I


persentase rata-rata kegiatan siswa aktif masih rendah yakni 55,71% . Hal ini disebabkan
karena siswa belum memiliki perhatian untuk mengikuti proses pembelajaran. Selain itu
sebagian besar siswa bekerja sama dengan baik dalam pembelajaran dan siswa masih takut
atau malu untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan.

Metode ceramah selama ini digunakan juga mempengaruhi siswa, sehingga sisa
cenderung pasif dalam prose pembelajaran. Siswa juga kurang diberi kesempatan untuk
mengutarakan pendapatnya.

Selanjutnya pada siklus II, motivasi belajar siswa sudah mengalami peningkatan.
Hal ini disebabkan karena siswa sangat antusias mengikuti dan menyimak materi yang
diajarkan. Sebagian besar siswa sudah melengkapi peralatan belajar yang diperlukan.
Penggunaan metode Tanya jawab menarik perhatian siswa dan tidak membosankan dalam
proses pembelajaran sehingga siswa sudah berani untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan. Persentase rata-rata kegiatan siswa yang aktif pada siklus II mencapai 89,99%

19
DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sardiman, 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Garafindo
Persada.
Ali, M. & Khusna, W. 2019. Model Pembelajaran interaktif dengan metode tanya jawab dalam
meningkatkan hasil belajar siswa di madrasah ibtidaiyah. IAIN Salatiga
Anugraheni, I. 2017. Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar guru-guru
sekolah dasar. Jurnal Manajemen Pendidikan, 4 (2), 205-212.
Hasibuan, J.J. Mudjiono, 1995. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito
Mudjiono & Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Nirwana, P. 2015. Ketuntasan Belajar Dengan Penerapan Metode Tanya Jawab dan Pemberian
Tugas Dalam Pembelajaran Matematika Pada Konsep Akar Kuadrat. Jurnal Serambi Ilmu.
Oemar Hamalik 1992. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang tujuan pembelajaran
matematika. Jakarta: Depdiknas.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. PT. Bumi Aksara
Wahyudi. 2012. Matematika Realistik dan Imlementasinya dalam proses pembelajaran matematika.
Salatiga UKSW.
Widyantini. 2009. Pemanfaatan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP Diklat SMP
Jenjang dasar. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Yayan, A., Muhammad, A, A., & Sudirman. (2019). Pengaruh Metode Tanya Jawab Terhadap
Hasil Belajar Siswa. Universitas Negeri Gorontalo.

20

Anda mungkin juga menyukai