Anda di halaman 1dari 48

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KALIMAT


THAYYIBAH TA’AWUDZ MELALUI MODEL INDEX CARD MATCH
DI KELAS II MIS HIDAYATUL MUSTAQIM GALIGUR
KECAMATAN KELUA KABUPATEN TABALONG
TAHUN PELAJARAN 2023/2024

Oleh :
SAIPUL RAHMAN, S.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) DALJAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
AR-RANIRY BANDA ACEH
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang Masalah

Manusia tidak bisa lepas dari pendidikan, pendidikan merupakan suatu


kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan manusia sepanjang hayat. Secara
formal pendidikan itu dilaksanakan sejak usia dini sampai perguruan tinggi. Adapun
secara hakiki pendidikan dilakukan seumur hidup sejak lahir sampai dewasa.

Menurut Ki Hajar Dewantara, sebuah pendidikan berlangsung dalam tiga


lingkungan, yaitu dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan dalam masyarakat atau
lebih dikenal dengan sebutan Tri Pusat Pendidikan. Dari ketiga lingkungan
pendidikan tersebut, lingkungan sekolah adalah satu-satunya lingkungan belajar yang
terbentuk secara formal. Mendidik merupakan tugas utama bagi orangtua kepada
anaknya akan tetapi tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orangtua
dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam
keterampilan. Oleh karena itu orangtua menitipkan sebagian tanggungjawabnya
kepada sekolah untuk mendidik anak-anaknya.

Sebagai suatu lembaga formal, tentu sekolah mempunyai aturan-aturan dan


tujuan yang jelas, salah satunya dalam hal pemberlakuan kurikulum yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi
keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum berisi rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk pendidikan tertentu. Tanpa kurikulum
yang sesuai dan tepat akan sulit mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang
diingginkan. Dewasa ini, proses pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-
center) masih banyak diterapkan oleh para guru di kelas. Pembelajaran yang demikian
lebih mementingkan hasil darAkidah Akhlakda proses pembelajaran itu sendiri,
sehingga pembelajaran terkesan monoton. Proses pembelajaran yang berpusat pada
guru sebenarnya tidak ada salahnya asalkan dalam penerapannya, guru tetap
melibatkan siswa untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran baik itu bertanya
jawab maupun menyampaikan pendapat.

Dalam sebuah proses pembelajaran, siswamenjadi penentu terjadinya atau


tidak terjadinya proses belajar. Hal ini sesuai dengan Dimyati & Mudjiono yang
menyatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks,

2
dan sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri, sehingga siswa
adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.1

Belajar merupakan kegiatan yang kompleks yang melibatkan banyak hal.


Menurut Gagne dalam Dimyati & Mudjiono belajar terdiri dari 3 komponen penting
yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar 2 . Hasil belajar menjadi
komponen terakhir dalam sebuah proses pembelajaran. Hasil belajar berhubungan
dengan nilai atau aspek kognitif siswa dan perilaku siswa yangberubah setelah
mengalami sebuah proses pembelajaran. Tujuan sederhana dari belajar adalah
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan agar siswa yang awalnya tidak tahu
menjadi tahu dan siswa yang awalnya tidak terampil menjadi terampil. Maka dari itu,
diharapkan proses pembelajaran yang terjalin antara guru dan siswa menjadi proses
pembelajaran yang bermakna dan berkualitas.

Proses pembelajaran yang berkualitas melibatkan banyak hal, salah satunya


adalah metode atau model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Menurut Slameto
metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar 3 .
Metode pembelajaran yang diterapkan akan sangat mempengaruhi siswa dalam
menyerap materi yang disampaikan oleh guru. Jika seorang guru menyampaikan
materi menggunakan metode pembelajaran yang variatif dan menyenangkan, maka
siswa akan lebih tertarik untuk menyimak materi yang disampaikan. Sebaliknya jika
guru hanya mengajar dengan metode konvensional yaitu ceramah maka siswa akan
bosan dan tidak tertarik menyimak materi yang sedang diajarkan. Hal tersebut
tentunya akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang tidak menyimak materi
pembelajaran akan mengalami kesulitan jika guru memberikan soal-soal yang
berkaitan dengan materi tersebut.

Yang menjadi permasalahan adalah ketika dalam menyampaikan materi di


kelas, guru selalu menerapkan metode pembelajaran yang seperti itu secara terus
menerus dan menjadi kebiasaan sehingga siswa menjadi kurang aktif dan kesulitan
dalam memahami materi yang disampaikan. Oleh karena itu proses pembelajaran
yang masih berpusat pada guru sudah seharusnya di ubah menjadi proses
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Untuk memulai perubahan tersebut, guru

1
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta Cipta: Rineka, 2006), hal.7
2
Dimyati & Mudjiono, Belajar ..., hal.10
3
Asis Saefudin dan Ika Berdiati, Pembelajaran Efektif (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2014),hal.8

3
perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
memahami materi ajar dan aplikasi serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan yaitu Kurangnya Aktivitas


siswa ketika proses pembelajaran sehingga membuat siswa kurang berpartisAkidah
Akhlaksi dalam proses belajar dan rendahnya hasil belajar Akidah Akhlak materi
kalimat Thayyibah Ta’awudz pada siswa kelas II MIS Hidayatul Mustaqim Galigur
Kecamatan Kelua Kabupaten Tabalong. Hal ini dapat terlihat saat siswa diberikan
pertanyaan oleh guru, hanya beberapa siswa saja yang mampu menjawab pertanyaan,
jawabannya pun masih terkesan seadanya dengan membaca kembali tulisan atau
penjelasan yang ada di buku tanpa menggunakan pendapat pribadi.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti fokus pada peningkatan hasil
belajar siswa mata pelajaran akidah akhlak materi kalimat tayyibah ta’awudz
dengan metode pembelajaran Index Card Match.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang permasalahan sebagaimana tersebut diatas, maka
rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana hasil belajar siswa kelas II pada mata pelajaran akidah akhlak di
MIS Hidayatul Mustaqim Galigur Kecamatan Kelua Kabupaten Tabalong?
b. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas II pada
mata pelajaran akidah akhlak materi kalimat tayyibah Ta’awudz metode
pembelajaran Index Card Match di MIS Hidayatul Mustaqim Galigur
Kecamatan kelua Kabupaten Tabalong ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingi dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas II pada mata pelajaran akidah akhlak
di MIS Hidayatul Mustaqim Galigur Kecamatan kelua Kabupaten Tabalong
2. Untuk mengetahui upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas II
pada mata pelajaran akidah akhlak metode pembelajaran Index Card Match di
MIS Hidayatul Mustaqim Galigur Kecamatan kelua Kabupaten Tabalong.

4
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Bagi Guru, lebih berkompeten dan membuka wawasan dalam melakukan proses
pembelajaran dan selalu memberi peningkatan hasil belajar kepada siswanya agar
giat belajar dalam pembelajaran mata pelajaran Akidah Akhlak
b. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman serta meningkatkan
keaktifan dan kreativitas siswa.
c. Bagi peneliti, dengan penelitian ini peneliti dapat memahami secara mendalam
strategi pembelajaran aktif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

BAB II

KERANGKA TEORI

5
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa merupakan salah satu alat ukur untuk melihat capaian
seberapa jauh siswa dapat menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan
oleh guru. Hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh setelah kegiatan
belajar. Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu yang dicapai
oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan meliputi keterampilan
kognitif, afektif, maupun psikomotor (Wulandari, 2021). Pendapat dari Mustakim
(2020) hasil belajar adalah segala sesuatu yang dicapai oleh peserta didik dengan
penilaian tertentu yang sudah ditetapkan oleh kurikulum lembaga pendidikan
sebelumnya. Menurut Purwanto (2011 : 46) hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan dalam domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam domain
kognitif diklasifikasikan menjadi kemampuan hapalan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam domain afektif hasil belajar meliputi level
penerimaan, partisAkidah Akhlaksi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi.
Sedang domain psikomotorik terdiri dari level persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativititas.4
Dari beberapa pendapat diatas hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil dari
proses belajar mengajar baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dengan
penilaian yang sesuai dengan kurikulum pembelajaran lembaga pendidikan

2. Kalimat Tayyibah Ta’awudz


a) Kalimat Ta’awudz
Kalimat thayyibah merupakan pondasi dasar atau aqidah keimanan yang harus
dibangun oleh setiap orang yang ingin jadi muslim, layaknya sebuah pondasi yang
menentukan sebuah bangunan, kalimat thayyibah sebagai aqidah yang tertanam
kuat dalam hati dan jiwa seseoarang juga menentukan kekuatan, keindahan, dan
ketulusan perilaku,perbuatan, dan perkataan seseorang. Kalimat thayyibah di
samping sebagai do’a juga sebagai ungkapan dzikir yang akan selalu
mengingatkan pembacanya kepada Allah sang pencipta dan pengatur alam

4
https://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-hasil-belajar-dan-faktor.html

6
semesta, yang harus disembah dan dimintai pertolonganNya. Oleh karena itu,
setiap orang islam dianjurkan untuk menghiasi, memagari, dan membentengi
dirinya dengan kalimat thayyibah.
Ta'awudz atau isti'adzah merupakan doa untuk memohon perlindungan dan
penjagaan. Kalimat yang dimaksudkan ini adalah untuk memohon perlindungan
dan penjagaan kepada Allah swt yang Maha Pelindung dari bisikan serta godaan
setan.5
Imam Asy-Syafi'i, Abu Hanifah dan mayoritas ahli qira'ah menilai laradz
inilah yang paling afdhal karena berdasarkan surat An-Nahl ayat 98, berbunyi:

‫َفِإَذ ا َقَر ْأَت اْلُقْر آَن َفاْسَتِع ْذ ِباِهَّلل ِم َن الَّشْيَطاِن الَّر ِج يِم‬

Artinya: "Apabila kamu membaca Al-Qur'an, mintalah perlindungan kepada


Allah dari setan yang terkutuk." (QS. An-Nahl [16]: 98)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa membaca ta'awudz merupakan


permohonan agar terhindar dari hal-hal negatif yang bersifat batiniah dan untuk
mendatangkan kebaikan. Anjuran membaca ta'awudz tidak dibatasi oleh ruang
dan waktu sehingga boleh dibaca kapan saja. Terutama saat hendak membaca ayat
suci Al-Qur'an.

b) Waktu yang tepat membaca kalimat ta’awudz


1) Membaca Ta’awudz ketika hendak membaca Al-qur’an
Membaca Taawudz biasanya dilafazkan ketika hendak membaca
AlQuran, atau berbagai keperluan lainnya baik dalam ibadah wajib, sunnah atau
kehidupan sehari-hari yang mengharapakan perlindungan kepada Allah Ta’ala.
Manfaat membaca Ta’awudz membuat yang melafazkannya lebih tenang karena
mendapat perlidungan dan pertolongan dari Allah Ta’ala.’Apabila engkau akan
membaca Al Qur’an, maka mohonlah perlindungan kepada Allah SWT dari
godaan syetan yang terkutuk.“ (Q.S. An Nahl: 98).
Dalam islam disaat kita akan membaca AlQuran, maka disunahkan
membaca Ta’awudz kemudian membaca Basmalah, kecuali pada Surat At
Taubah (cukup membaca Ta’awudz saja, tanpa membaca Basmalah). Pada

5
https://news.detik.com/berita/d-4875279/lafadz-taawudz-arti-dan-maknanya

7
saat membaca AlQuran dengan diawali membaca taawudz maka akan
diberikan kemudahan dan kelancaran dalam membaca AlQuran, apalagi bagi
mereka yang sedang belajar membaca Alquran maka harus dibiasakan dari
awal untuk membaca Ta’awudz agar diberikan kemudahan dan cepat bisa
lancar membaca AlQuran serta mendapatkan keberkahan dari setiap huruf
AlQuran yang dibaca.
2) Membaca Ta’awudz ketika sholat
Membaca Taawudz disunnahkan dibaca setelah doa iftitah, dengan
urutan niat sholat, membaca takbiratul ihram lalu doa iftitah setelah membaca
ta’awudz pada rakaat pertama ketika sholat, baik sholat wajib 5 waktu, sholat
jum’at maupun sholat sunnah. Hal ini disepakati oleh para ulama dan tidak ada
pertentangan diantara 4 Mahzab.
3) Membaca Ta’awudz ketika Marah
Membaca Ta’awudz pada saat marah atau emosi dengan berbagai
penyebab sangat dianjurkan, hal ini sesuai dengan anjuran Rosululllah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.Dari Sulaiman bin Shurd radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, “Aku pernah duduk di samping Nabi saat dua orang lelaki tengah
saling caci. Salah seorang dari mereka telah memerah wajahnya dan urat
lehernya tegang.”
Beliau (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) bersabda, “Aku
benar-benar mengetahui perkataan yang bila diucapkannya, niscaya akan
lenyap apa (emosi) yang ia alami. Andai ia mengatakan, “A’uudzubillaahi
minasy-syaithaanir-rajim” pastilah akan lenyap emosi yang ada padanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
4) Membaca Ta’awudz ketika Takut, Cemas dan Khawatir
Perasaan takut, cemas dan khawatir bisa disebabkan oleh godaan atau
gangguan dari bisikan setan, dalam Agama Islam dianjurkan bila diri kita
merasakan hal tersebut untuk melindungi dirinya dengan menyandarkan
meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala. Untuk mengatasi takut, cemas dan
khawatir bisa membaca Taawudz dilanjutkan membaca ayat kursi dan Surah
Al Ikhlas, Al Falaq dan Annas agar mendapatkan perlidungan yang sempurna
dari segala macam bahaya baik gangguan jin, setan, sihir maupun yang
lainnya.

8
Membaca Ta’awudz dalam kehidupan sehari-hari sudah harus
dilakukan dalam mengawali berbagai kegiatan baik urusan ibadah maupun
pekerjaan dan urusan lainnya. Dengan melafazkan bacaan Ta’awudz maka kita
akan selalu dalam pengawasan dan perlindungan Allah Azza Wa Jalla yang
tentungan ketenangan dan keberkahan akan senantiasa dilimpahkan kepada
yang membacanya.6
3. Model Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match (ICM)
Model pembelajaran aktif tipe index card match (ICM) adalah metode atau
cara belajar siswa yang dikembangkan untuk menjadikan siswa aktif
mempertanyakan gagasan diri sendiri atau gagasan orang lain dengan cara
mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya melalui teknik
mencari pasangan kartu yang merupakan soal atau jawaban. 7 Menurut Suprijono
(2013), model pembelajaran index card match adalah metode mencari pasangan
kartu yang cukup menyenangkan digunakan untuk mengulangi materi
pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya8.
4. Prinsip-prinsip Index Card Match
Menurut Ismail (2008), prinsip-prinsip yang digunakan dalam model
pembelajaran aktif tipe index card match adalah sebagai berikut:
a. Memahami sifat peserta didik. Pada dasarnya peserta didik memiliki sifat rasa
ingin tahu atau berimajinasi. Kedua sifat ini merupakan dasar bagi
berkembangnya sikap/berpikir krisis dan kreatif. Untuk itu kegiatan
pembelajaran harus dirancang menjadi lahan yang subur bagi berkembangan
kedua sifat tersebut.
b. Mengenal peserta didik secara perorangan. Peserta didik berasal dari latar
belakang dan kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus
diperhatikan dan garis tercermin dalam pembelajaran. Semua peserta didik
dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan

6
https://www.belajarislam.web.id/bacaan-taawudz-adalah-audzu-billahi-minas-syaitanir-
rajimi-dan-artinya/ (diakses 7/13/ 2023)

7
Riadi, Muchlisin. (2020). Model Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match (ICM). Diakses
pada 7/13/2023, dari https://www.kajianpustaka.com/2020/01/model-pembelajaran-aktif-tipe-
index-card-match.html
8
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

9
berbeda dengan kecepatan belajarnya. Peserta didik yang memiliki
kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah
(tutor sebaya).
c. Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam berorganisasi belajar. Peserta
didik selain alami bermain secara berpasangan atau kelompok. Perilaku yang
demikian dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pengorganisasian kelas. Dengan
berkelompok akan mempermudah mereka untuk berinteraksi atau bertukar
pikiran.
d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mampu memecahkan
masalah. Pada dasarnya hidup adalah memecahkan masalah, untuk itu peserta
didik perlu dibekali kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk menganalisis
masalah, dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah, dan
kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Jenis pemikiran
tersebut sudah ada sejak lahir, guru diharapkan dapat mengembangkannya.
e. Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
Ruangan kelas yang menarik sangat disarankan dalam index card match. Hasil
pekerjaan peserta didik sebaiknya dAkidah Akhlakjang di dalam kelas, karena
dapat memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan
inspirasi bagai peserta didik yang lain. Selain itu pajangan dapat juga dijadikan
bahan ketika membahas materi pelajaran yang lain.
f. Memanfaatkan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
Ruangan kelas yang menarik sangat disarankan dalam kelas, karena dapat
memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih dan menimbulkan inspirasi bagi
peserta didik yang lain.
g. Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar. Lingkungan (fisik,
sosial, budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar
peserta didik. Lingkungan dapat berfungsi sebagai media belajar serta objek
belajar peserta didik.
h. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan. Pemberian
umpan balik dari guru kepada peserta didik merupakan suatu interaksi antar
guru dengan peserta didik. Umpan balik hendaknya lebih mengungkapkan
kekuatan dan kelebihan peserta didik dari pada kelemahannya. Umpan balik
juga harus dilakukan secara santun dan elegan sehingga tidak meremehkan dan
menurunkan motivasi.

10
i. Membedakan antara aktif-fisik dengan aktif mental. Dalam pembelajaran
index card match, aktif secara mental lebih diinginkan dari pada aktif fisik.
Karena itu, aktivitas sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain,
mengemukakan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.
5. Langkah-langkah Index Card Match
Menurut Suprijono (2013), langkah-langkah strategi belajar menggunakan
model pembelajaran aktif tipe index card match adalah sebagai berikut:
a. Buatlah potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas dan
bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
b. Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan dibelajarkan.
Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
c. Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
telah dibuat. Kemudian kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara
soal dan jawaban.
d. Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang
dilakukan yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal
dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.
e. Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang
sudah menemukan pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk
berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberi tahu materi yang mereka
dapatkan kepada teman yang lain.
f. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah
kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang
diperoleh dengan keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya soal-
soal tersebut dijawab oleh pasangannya.
g. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
Sedangkan menurut Zaini (2008), langkah-langkah model pembelajaran aktif
tipe tipe index card match adalah sebagai berikut:
a. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada di dalam
kelas.
b. Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
c. Tulislah pertanyaan materi yang telah disiapkan.
d. Tulis jawaban di setiap kartu yang separuhnya.
e. Kocok kartu sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.

11
f. Beri setiap peserta didik satu kertas. Dan jelaskan bahwa ini adalah aktivitas
yang dilakukan berpasangan. Separoh peserta didik akan mendapatkan soal
dan separoh yang lain akan mendapatkan jawaban.
g. Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika sudah ada yang
sudah menemukan pasangan minta mereka untuk duduk berdekatan.
Terangkan juga agar mereka tidak memberi tahu materi yang mereka dapatkan
kepada teman yang lain.
h. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan,
minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang di
peroleh dengan kertas kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal
tersebut di jawab oleh pasangan-pasangan yang lain.
i. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya, lakukan secara berulang
sampai waktu pembelajaran selesai. Siapa saja yang menjadi juara berilah
mereka apresiasi, agar di lain kesempatan lebih baik. Berilah motivasi bagi
yang belum berhasil.
j. Kesimpulan/penutup. Setelah selesai buatlah kesimpulan secara bersama-
sama.9

6. Kelebihan dan Kekurangan Index Card Match


Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga
dengan model pembelajaran aktif tipe index card match. Menurut Suprijono
(2013), kelebihan dan kekurangan index card match adalah sebagai berikut
a. Kelebihan Index Card Match
Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran aktif tipe index card match
adalah:
1. Menumbuhkan rasa gembira pada saat kegiatan belajar mengajar.
2. Penyampaian materi menjadi lebih menarik perhatian siswa.
3. Dapat menciptakan suasana yang aktif menyenangkan.
4. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai taraf ketuntasan belajar.
5. Penilaian siswa dapat dilakukan langsung antara guru dan siswa.
b. Kekurangan Index Card Match

9
Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani.

12
Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran aktif tipe index card match
adalah:
1. Siswa membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menyelesaikan
tugas dan prestasinya.
2. Membutuhkan waktu yang lama bagi guru untuk mempersiapkan.
3. Keterampilan yang memadai dan jiwa yang demokratis dalam diri guru
harus dikuasai dalam pengelolaan kelas.
4. Siswa dituntut agar dapat bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
5. Kelas menjadi gaduh dan ricuh sehingga dapat mengganggu kelas yang
lain.

B. PENELITIAN TERDAHULU
1. Judul Penelitian: “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akidah
Akhlak Materi Kalimat Tayyibah dan Asmaul Husna melalui Penerapan Strategi
Index Card Match”.Tujuan penelitian ini untuk mengangkat masalah upaya
meningkatkan hasil belajar aspek afeketif pada mata pelajaran Aqidah Akhlak
materi Kalimat Toyibah dan Asmaul Husna dengan menggunakan startegi Index
Card Match memungkinkan pembelajaran lebih aktif dan menyenagkan serta
mendorong siswa belajar lebih konstruktif di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Singkawang.
2. Judul Penelitian: “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 17
Mungguk pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Asmaul Husna dengan
Strategi Index Card Match”. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa melalui Strategi Index Card Match pada Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam materi Asmaul Husna
3. PTK Ainur Rahmah yang berjudul IMPLEMENTASI MODEL DISCOVERY
LEARNING DALAM MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR SISWA
KELAS IV MI MAMBAUL ULUM PADA MATERI KALIMAT TAYYIBAH
TAHUN PELAJARAN 2022/2023 menyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan pada siklus I kategori keaktifan belajar siswa mencapai
60% dengan kategori “sedang”, dan pada siklus II mencapai 88% dengan kategori
“memuaskan”. Kesimpulan bahwa diperoleh dari penelitian ini adalah,
penggunaan model pembelajaran discovery learning mampu meningkatkan
aktifitas belajar siswa. Dengan begitu, penerapan model pembelajaran discovery

13
learning dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang akan
diterapkan pada mata pelaran Akidah Akhlak salah satunya materi klimat tayyibah
subhanallah dan Allahu Akbar.
4. PTK Aan Abida Wasulah yang berjudul PENINGKATAN HASIL BELAJAR
AKIDAH AKHLAK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL
PADA SISWA MIN 2 KOTA PALANGKA RAYA menyimpulkan bahwa Hasil
penelitian selama dua siklus ini menunjukan bahwa hasil belajar peserta didik
khususnya materi akhlak terpuji pada mata pelajaran Akidah Akhlak dalam
penerapan Media Audio Visual, mengalami peningkatan terlihat dari rata-rata nilai
sebelum melakukan penerapan adalah 57,96 dan setelah penerapan Audio Visual
pada siklus I meningkat dengan rata-rata nilai 69,15 dan pada siklus II Mencapai
78,9. Maka, penggunaan Media Audio Visual dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak khususnya pada materi akhlak
terpuji di MIN 2 Kota Palangka Raya
5. PTK yang berjudul UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATERI KALIMAT THAYYIBAH MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT) DI KELAS IV MI. MIFTAH DARUSSALAM KABUPATEN HULU
SUNGAI SELATAN” menyimpulkan bahwa Dalam kegiatan pembelajaran mulai
dari siklus I sampai pada siklus II
terlihat aktivitas siswa sangat baik, hal ini sesuai dengan persentase hasil
observasi teman sejawat terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
yaitu pada siklus I pertemuan pertama 77,14%, pertemuan kedua 82,85% dan pada
siklus II pertemuan ketiga 88,57%, dan pertemuan keempat 97,14%. Rata-rata
keseluruhan 86,42%..
6. Skripsi Asep Saipudin yang berjudul UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR AKIDAH AKHLAK MELAUI METODE SOSIODRAMA PADA
SISWA KELAS VIII DI SMP ISLAM TERATAI PUTIH GLOBAL BEKASI
menyimpulkan bahwa Adapun indikator keberhasilan yang dicapai KKM adalah
≥66. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran metode
Sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dari skor
pra siklus ke skor siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Pada pra siklus siswa yang
mencapai nilai KKM adalah 18,5%, pada siklus I siswa yang mencapai nilai KKM
adalah 37% dan untuk siklus II siswa yang mencapai nilai KKM adalah 100%

14
C. HEPOTESIS PENELITIAN
Penelitian ini akan direncanakan sebagai kedalaman dua siklus. Setiap siklus
akan dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) melalui ketiga siklus tersebut akan
diamati peningkatan hasil belajar siswa pada materi kalimat thayyibah ta’awudz
melalui model index card match di MIS Hidayatul Mustaqim.

BAB III

METODE PENELITIAN

15
A. Jenis Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu jenis penelitian yang dilakukan di
lingkungan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan praktik
pembelajaran secara kontinu. Jenis penelitian yang diusulkan dalam proposal ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan pendekatan penelitian yang dilakukan
oleh guru di dalam kelasnya sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan praktik pembelajaran
dan mencapai perubahan yang diinginkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa terutama
pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MIS Hidayatul Mustaqim Galigur Kecamatan Kelua
Kabupaten Tabalong.

Dalam penelitian ini, metode ini digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
mata pelajaran akidah akhlak kelas II MIS Hidayatul Mustaqim Penelitian ini akan dilakukan
dalam beberapa siklus, dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Pada tahap perencanaan, guru akan merancang strategi pembelajaran yang melibatkan
metode pembelajaran model index card match untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Selanjutnya, pada tahap pelaksanaan, guru akan melaksanakan pembelajaran dengan
mengaplikasikan metode pembelajaran model index card match pada proses pembelajaran
agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar. Selama pelaksanaan, guru akan mengamati dan
mencatat kemajuan siswa dalam pemahaman mereka tentang kalimat tayyibah melalui
penggunaan instrument penilaian yang relevan. Observasi akan dilakukan secara berkala
untuk mengumpulkan data yang akan dianalisis dan digunakan sebagai dasar untuk
mengambil tindakan perbaikan dalam siklus berikutnya.

Setelah satu siklus penelitian selesai, akan dilakukan tahap refleksi. Guru akan
mengevaluasi hasil pembelajaran dan mempertimbangkan pengalaman yang diperoleh untuk
mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi, guru akan melakukan perubahan dan penyesuaian
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya. Tujuan penelitian
ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kalimat tayyibah ta’awudz
dengan menggunakan metode pembelajaran model index card match di MIS Hidayatul
Mustaqim.

B. Variabel Penelitian

16
1. Variabel Independen:

Variabel independen adalah metode pembelajaran model index card match yang digunakan
dalam penelitian ini. pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam dalam
kelompok kecil. Variabel ini akan dimanipulasi oleh peneliti untuk melihat pengaruhnya
terhadap pemahaman siswa tentang materi kalimat tayyibah ta’awudz.

2. Variabel Dependen:

Pemahaman Siswa tentang kalimat tayyibah ta’awudz: Variabel dependen adalah tingkat

pemahaman siswa mengenai kalimat tayyibah ta’awudz setelah mengikuti pembelajaran


dengan metode diskusi kelompok. Pemahaman siswa dapat diukur melalui tes, tugas tulis,

atau instrumen penilaian lain yang sesuai.

3. Variabel Kontrol:

a. Materi Pembelajaran: Variabel ini mengacu pada isi pembelajaran yang diberikan
kepada siswa tentang materi kalimat tayyibah ta’awudz. Materi pembelajaran harus
konsisten dan seragam untuk semua kelompok dalam penelitian.

b. Metode Pembelajaran Tradisional: Variabel ini mencakup metode pembelajaran yang


biasa digunakan dalam kelas, seperti ceramah atau penugasan individu. Variabel ini
dijadikan sebagai pembanding dengan metode Index card Match untuk mengevaluasi
efektivitasnya.

c. Karakteristik Siswa: Variabel ini meliputi faktor-faktor seperti latar belakang sosial-
ekonomi, kecerdasan, dan kemampuan bahasa siswa. Karakteristik siswa perlu
diperhatikan agar tidak menjadi faktor pengganggu dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, variabel independen (metode index card match) akan diterapkan
pada kelompok eksperimen,sedangkan kelompok kontrol akan menggunakan metode
pembelajaran tradisional. Setelah periode pembelajaran, pemahaman siswa tentang materi
kalimat tayyibah ta’awudz akan diukur dan dibandingkan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol untuk melihat apakah penggunaan metode index card match dapat
meningkatkan pemahaman siswa.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

17
Populasi dalam proposal ini merujuk pada semua siswa yang berada di Kelas II MIS
Hidayaul Mustaqim Galigur. Populasi ini mencakup seluruh siswa yang memiliki
tingkat pemahaman tentang Kalimat Tayyibah Ta’awudz .

2. Sampel

Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang dipilih untuk menjadi subjek
penelitian. Dalam proposal ini, sampel merupakan sekelompok siswa yang dipilih
secara acak atau berdasarkan kriteria tertentu dari populasi Kelas II MIS Hidayatul
Mustaqim Galigur. Pemilihan sampel yang representatif dan memadai sangat penting
untuk memastikan hasil penelitian yang lebih mewakili keseluruhan populasi. Dalam
proposal ini, peneliti dapat menggunakan metode random sampling atau purposive
sampling untuk memilih sampel yang tepat.

D. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif.

a. Data kualitatif

Berupa observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok
dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Akidah Akhlak
selama 2x35 menit terhadap tahapan-tahapan mengajar.

b. Data kuantitatif

Berupa nilai hasil belajar yang diperoleh siswa yang terdiri dari nilai tes formatif dan
sumatif.

2. Sumber Pengumpulan Data

a. Observasi: Pengamatan langsung terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh


siswa untuk memahami materi kalimat tayyibah ta’awudz

c. Wawancara: Wawancara dengan peserta didik, guru, dan orang tua untuk mendapatkan
informasi tambahan mengenai pemahaman siswa tentang materi kalimat tayyibah
ta’awudz yang telah guru sampaikan dengan menggunakan metode pembelajaran index
card match.

18
d. Dokumen: Analisis terhadap dokumen seperti catatan materi, tugas, dan pekerjaan
peserta didik yang berhubungan dengan pemahaman materi kalimat tayyibah ta’awudz.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes: Memberikan tes tertulis sebelum dan setelah penerapan metode yang bervariasi
untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa tentang materi kalimat tayyibah
ta’awudz

b. Observasi : Terhadap aktivitas belajar siswa menyelesaikan tugas yang dilakukan


dengan metode pembelajaran index card match

Dengan menggunakan kombinasi data kualitatif dan kuantitatif serta sumber dan teknik
pengumpulan data yang variatif, diharapkan proposal PTK ini dapat memberikan gambaran
yang komprehensif tentang efektivitas penggunaan metode pembelajaran index card match
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pemahaman siswa tentang materi kalimat
tayyibah ta’awudz di Kelas II MIS Hidayatul Mustaqim Galigur.

E. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik Analisis:

Dalam penelitian ini, digunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif untuk
menganalisis data yang diperoleh. Berikut adalah penjelasan mengenai teknik analisis
yang akan digunakan:

a. Analisis Kualitatif:
Data yang diperoleh dari observasi, wawancara, atau catatan lapangan akan dianalisis
secara kualitatif. Hal ini melibatkan proses pengorganisasian, pengklasifikasian, dan
penginterpretasian data yang bersifat deskriptif. Hasil analisis kualitatif akan
digunakan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang pengaruh penggunaan
metode Index Card Match terhadap pemahaman siswa tentang materi kalimat tayyibah
ta’awudz.
b. Analisis Kuantitatif:
Data yang diperoleh dari tes, kuesioner, atau instrumen penilaian lainnya akan
dianalisis secara kuantitatif. Analisis ini melibatkan penggunaan statistik untuk
mengolah data menjadi angka-angka yang dapat diinterpretasikan. Teknik analisis
statistik yang akan digunakan, seperti uji beda atau uji perbandingan, akan tergantung

19
pada jenis data yang dikumpulkan. Hasil analisis kuantitatif akan memberikan
informasi tentang perubahan pemahaman siswa setelah penerapan metode Index card
match.

2. Pengujian Hipotesis:

Dalam penelitian ini, akan diajukan hipotesis penelitian untuk menguji pengaruh
penggunaan metode index card match terhadap pemahaman siswa tentang materi kalimat
tayyibah ta’awudz Sebagai contoh, hipotesis penelitian yang diajukan dapat
berbunyisebagai berikut:

Hipotesis Nol (H0): Tidak ada perbedaan signifikan dalam pemahaman siswa tentang materi
kalimat tayyibah ta’awudzsebelum dan setelah penerapan metode index card match di Kelas
II MIS Hidayatul Mustaqim Galigur .

Hipotesis Alternatif (H1): Terdapat perbedaan signifikan dalam pemahaman siswa materi
kalimat tayyibah ta’awudz sebelum dan setelah penerapan metode index card match di
Kelas II MIS Hidayatul Mustaqim.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik statistik yang sesuai,


misalnya uji beda berpasangan jika data bersifat berpasangan atau uji beda antar kelompok
jika data bersifat tidak berpasangan. Hasil pengujian hipotesis akan memberikan informasi
apakah terdapat perbedaan signifikan dalam pemahaman siswa setelah penerapan metode
index card match.

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

20
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Madrasah

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MIS Hidayatul Mustaqim Galigur


Desa Binturu RT. 04 Kec. Kelua Kabupaten Tabalong Prov. Kalimantan Selatan.
Madrasah Ibtidaiyah Swasta Hidayatul Mustaqim Galigur di dirikan pada tanggal 15
Mei 1981 oleh masyarakat. Pada tahun 2015 bergabung dengan Yayasan Ma’arif
Nahdlatul Ulama Banjarmasin dengan cabang yayasan Ma’arif Nadlatul Ulama Cabang
Kelua 8 Kalimantan Selatan. Pelaksanaan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah ini
dilaksanakan proses pembelajaran dengan terus mengembangkan untuk memajukan
madrasah dengan meningkatkan fasilitas pendidikan di setiap kelas guna memudahkan
proses belajar mengajar.
2. Keadaan Guru MIS Hidayatul Mustaqim
Keadaan Guru MIS Hidayatul Mustaqim Galigur Desa Binturu Kec. Kelua
Kabupaten Tabalong Tahun Pelajaran 2023/2024 berjumlah 12 Orang dan berstatus
Non-PNS.
Tabel 4.1 Keadaan Guru MIS Hidayatul Mustaqim
Status
No Nama Jabatan
Kepegawaian
1 Saipul Rahman, S.Pd.I Kepala Madrasah Non PNS
2 Abriannor Guru Mulok Non PNS
3 M. Haderi, S.Pd.I Bendahara Non PNS
4 M. Haderani, S.Pd.I Guru PJOK Non PNS
5 Norhafizah, S.Pd.I Guru B. Arab Non PNS
6 Maulidiyah, S.Pd.I Guru SKI Non PNS
7 Irma Heniati, S.Pd.I Wali Kelas I Non PNS
8 Fitria Fatma, S.Pd Wali Kelas II Non PNS
9 Mina Laila, S.Pd.I Wali Kelas III Non PNS
10 Harliana, S.Pd,SD Wali Kelas IV Non PNS
11 Zahratun Nisa, S.Pd Wali Kelas V Non PNS
12 Nor Anisa, S.Pd Wali Kelas VI Non PNS
Sumber Data : Dokumentasi MIS Hidayatul Mustaqim Galigur Kec. Kelua
Kab. Tabalong Tahun 2023
3. Keadaan Siswa MIS Hidayatul Mustaqim

21
Adapun keadaan siswa MIS Hidayatul Mustaqim tahun pelajaran 2023/2024
sebagai berikut :
Tabel 4.2 Keadaan siswa
Jenis Kelamin
No Kelas Jumlah
Lk Pr
1 I 5 3 8
2 II 5 7 12
3 III 6 2 8
4 IV 6 8 14
5 V 11 2 13
6 VI 8 11 19
Jumlah 41 33 74
No Jenis/Ruang Jumlah
1 Ruang Guru 1
2 Ruang Kelas 6
3 Ruang UKS 1
4 Ruang Perpustakaan 1
5 WC 2
6 Gudang 1
7 Tempat Parkir 1
8 Lapangan Olahraga 1
Kab. Tabalong Tahun 2023

B. Deskripsi Hasil Penelitian


Dapat diketahui hasil observasi terhadap aktivitas guru dan aktivitas

siswa,peneliti melakukan tahapan penelitian melalui dua siklus. Pada setiap

siklus dilengkapi dengan satu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) /

Modul Ajar (MA) sebagai perangkat dalam proses belajar mengajar.

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan oleh peneliti yang

bertindak sebagai guru (pengajar) pada hari Senin tanggal 24 Juli 2023 dan

siklus II dilaksanakan pada hari Rabu yaitu: tanggal 2 Agustus 2023.

22
Adapun uraian pelaksanaan tiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Hasil Pre Tes (Tes Awal)

Sebelum dilaksanakannya siklus I, peneliti melakukan penelitian

mengenai kondisi awal siswa sebelum diterapkan model pembelajaran aktif

tipe tipe index card match. Berdasarkan observasi awal yang telah

dilakukan oleh peneliti, proses pembelajaran didominasi oleh peneliti yang

bertindak sebagai guru. siswa terlihat kurang aktif pada saat proses

pembelajaran berlangsung, yang mana ketika peneliti sedang menjelaskan

materi, beberapa siswa bermain dan bercanda dengan temannya. Guru pada

umumnya banyak menggunakan metode ceramah dalam materi

pembelajaran sehinngga siswa tidak tertarik untuk memperhatikan materi

yang dijelaskan oleh guru. Hal tersebut sangat mempengaruhi hasil

belajar siswa.

Untuk mengetahui data awal hasil belajar Akidah Akhlak siswa

dengan materi kalimat tayyibah ta’awudz, maka peneliti melakukan pre

test terlebih dahulu. Soal pre test terdiri dari 10 soal . Adapun hasil pre

23
test siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4: Skor Hasil PreTest Siswa

Jenis Tes
No Nama Siswa Keterangan
Skor KKM
1. Abdul Majid Zubaidi 80 70 Tuntas
2. Alpina 60 70 Tidak Tuntas
3. Annisa Nor Adellia 50 70 Tidak Tuntas

4. M. Abdan Nukman 60 70 Tidak Tuntas


Wafei
5. M. Abdillah 70 70 Tuntas
6. M. Khairunnizam 80 70 Tuntas
7. Naila Az zahra 60 70 Tidak Tuntas
8. Nor Azizah 70 70 Tuntas

9. Nor Kamila 70 70 Tuntas

10. Rafa Azka Putra 40 70 Tidak Tuntas

11. Rahmatun Nisa 50 70 Tidak Tuntas

12. Reisa Aprilia Putri 60 70 Tidak Tuntas

Jumlah 750
Nilai Rata-rata 62,5
Nilai Terendah 40
Nilai Tertinggi 80
Tuntas 5
Presentase Ketuntasan 41,67%
Klasikal
Kriteria Kurang

Sumber: Hasil Penelitian di MIS Hidayatul Mustaqim 2023

24
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-

rata pretest siswa kelas II pada mata pelajaran Akidah Akhlak dengan

materi kalimat tayyibah ta’awudz adalah 62,50.

Berbeda sekali dengan nilai ketuntasan minimal yaitu 70. Nilai

tertinggi yang diperoleh siswa saat pre test adalah 80 dan nilai terendah

adalah 40. Soal yang diberikan pada pre test ini berjumlah 10 soal,

sehingga rata-rata siswa hanya mampu menjawab 6 pertanyaan dari 10

soal yang diberikan. Siswa yang nilainya tuntas atau >70 berjumlah 5 siswa

( 41,67%) sedangkan yang nilainya masih belum tuntas atau <70 berjumlah

7 siswa (58,33% ). Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas II

MIS Hidayatul Mustaqim perlu mendapatkan tindakan agar hasil belajar

yang diperoleh dapat mengalami peningkatan, terutama pada mata

pelajaran Akidah Akhlak.

2. Proses Pembelajaran Siklus I


Penelitian tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan melalui empat

tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan

tahap refleksi. Setiap siklus dilaksanakan selama 2 jam pelajaran atau satu

kali pertemuan sesuai dengan jadwal di MIS Hidayatul Mustaqim. Tahapan

dalam penelitian tindakan kelas yang diterapkan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

25
a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan beberapa hal, yaitu Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 01)/ Modul Ajar (MA 01), Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD 1), Tes tahap 1, lembar observasi aktivitas

siswa, dan lembar observasi aktivitas guru mengelola pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan (Tindakan)


Tahap pelaksanaan (tindakan) RPP 1, dilakukan pada tanggal 24 Juli

2023. Pada penelitian ini peneliti yang bertindak melakukan

pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu pendahuluan

(kegiatan awal), kegiatan inti dan kegiatan akhir (penutup). Tahap-tahap

tersebut sesuai dengan RPP I (terlampir).

1) Pendahuluan

Kegiatan pembelajaran pada tahap pendahuluan diawali

dengan mengucapkan salam, kemudian guru mengkondisikan kelas,

berdoa dan mengabsensi siswa. Guru mengajukan beberapa

pertanyaan untuk mengarahkan siswa mengaitkan antara materi

komponenKalimat Tayyibah Ta’awudzdengan kehidupan siswa

sehari-hari. Selanjutnya guru menyampaikan judul mata pelajaran

yang akan diberikan kepadasiswa.

26
2) Kegiatan Inti

Tahap selanjutnya yaitu kegiatan inti. Pada tahap ini guru

mengarahkan kepada siswa untuk menyaksikan video pembelajaran

yang telah disiapkan oleh guru melalui media LCD, kemudian

menjelaskan pokok bahasan yang akan diajarkan melalui media

PPT. Kemudian guru memberikan penjelasan tentang pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe-tipe index

card match dan selanjutnya guru memperlihatkan kepada siswa

permainan kartu game tentang kalimat tayyibah ta’awudz, yaitu

siswa dibagi menjadi dua kelompok teridiri dari kelompok 1

(pertanyaan) dan kelompok 2 (jawaban). Kemudian guru

memanggil siswa dari kelompok 1dan kelompok 2 secara

bergantian untuk mengambil satu kartu . Setelah itu guru

mengarahkan siswa untuk mencari pasangan pertanyaan dan

jawaban yang tepat. Kemudian guru memberi penguatan dan

kesimpulan.

3) Kegiatan Akhir (Penutup).

Pada kegiatan akhir guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengungkapkan kesulitannya dan guru memberikan

test siklus tahap 1 kepada siswa. Kemudian guru bersama siswa

membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari dan

setelah semuanya selesai guru menutup pelajaran dengan salam

27
(a) Tahap Pengamatan (Observasi)

Observasi dilakukan selama proses kegiatan

pembelajaran siklus I berlangsung. Observasi dilakukan

terhadap aktivitas guru, terhadap aktivitas siswa dan hasil

belajar serta mencatat semua hal-hal yang terjadi selama

pelaksanaan pembelajaran.

(b) Aktivitas Guru pada Siklus I


Pada tahap ini, pengamatan terhadap aktivitas guru

menggunakan instrument yang berupa lembar observasi

aktivitas guru. Aktivitas guru diamati oleh seorang guru kelas

yaitu ibu Fitria Fatma, S.Pd Data hasil aktivitas guru pada siklus

I dapat dilihat pada tabel berikut

28
Tabel 4. 5 :
Hasil Pengamatan Aktifitas Guru dengan Menerapkan model pembelajaran
aktif tipe-tipe index card match pada siklus I

Nilai
No Aspek yang Diamati
1 2 3 4
1. Pendahuluan
a. Kemampuan dalam mengingatkan kembali √
pelajaran sebelumnya. √
b. Kemampuan dalam menyampaikan tujuan
pembelajaran.
c. Kemampuan menyampaikan langkah-langkah √
pembelajaran
d. Kemampuan menyajikan materi dengan
menggunakan model pembelajaran tipe indek √
card macth
e. Kemampuan memotivasi dan menumbuhkan
minat siswa dengan menjelaskan manfaat

materi yang akan dipelajari
2. Kegiatan Inti
a. Kemampuan guru dalam √
menyampaikanmateri

b. Membagi siswa ke dalam kelompok.
c. Kemampuan guru dalam membagikan LKPD √
d. Kemampuan dalam membimbing siswa √
dalam melakukan model Indek card macth
pada proses pembelajaran berlangsung.
e. Kemampuam mengelola waktu √
f. Kemampuan memberi kesempatan siswa √
untuk bertanya
Penutup
3.
a. Kemampuan dalam menyimpulkan dan √
menegaskan kembali hal-hal penting yang
berkaitan dengan materi yang telah diajarkan.
b. Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. √
c. Memberikan post-test. √

29
Skor Total =45
Skor Maksimal =56 BAIK
Persentase Aktivitas Guru = ×100%= 80,35%

Sumber: Hasil Penelitian di MIS Hidayatul Mustaqim Tahun 2023


Keterangan:
4 = Sangat
Baik 3 = Baik
2 = Kurang
Baik 1 = Tidak
Baik

P 100%

= ×100%

= 80,35%

Berdasarkan data observasi yang dilakukan oleh pengamat terhadap

aktivitas guru pada siklus I, jumlah skor nilai keseluruhan yang mencakup

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir di peroleh 45 skor dan

jumlah maksimal 56 skor. Dengan demikian nilai rata-rata adalah

× 100% = 80,35%. Berarti taraf keberhasilan aktivitas guru berdasarkan

observasi pengamatan termasuk ke dalam kategori baik.

30
c) Aktivitas Siswa pada Siklus I

Pada tahap ini adalah kegiatan mengamati aktivitas siswa pada

saat pembelajaran berlangsung, dari awal sampai akhir untuk setiap

pertemuan. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada RPP I dapat

dilihat pada table 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6: Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa dengan menggunakan


model pembelajaran aktif tipe-tipe index card matchpada Siklus I

Nilai
No. Aspek yang Diamati
1 2 3 4
1. Pendahuluan

a. Siswa terlibat aktif, mendengar, dan menanggapi √


pernyataan guru pada kegiatan apersepsi.
b. Siswa memberikan pertanyaan dan menjawab √
pertanyaan guru pada kegiatan motivasi.
c. Siswa mendengarkan langkah-langkah indek card √
macth

2. Kegiatan Inti
a. Siswa mempersiapkan diri untuk belajar √
b. Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan √
guru
c. Siswa duduk menurut kelompok masing-masing. √
d. Siswa menanyakan hal-hal yang belum di pahami √
e. Siswa memikirkan soal yang di bagikan √
f. Siswa terdorong ikut aktif dalam menjawab soal yang
ada dalam kelompoknya. √

3. Penutup
a. Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. √
b. Siswa mengerjakan post-test yang diberikan guru. √

31
4. Suasana Kelas
a. Antusias siswa √
b. Perhatian siswa √
c. Kerja sama dalam Kelompok √
Skor Total =44
BAIK
Skor Maksimal =56
Persentase Aktivitas Siswa = ×100%= 78,57%
Sumber: Hasil Penelitian di MIS Hidayatul Mustaqim tahun2023
Keterangan:

4 = Sangat

Baik 3 = Baik

2 = Kurang

Baik 1 = Tidak

Baik

P= × 100%

= ×100%

= 78,57%

Berdasarkan data observasi yang dilakukan pengamat

terhadap aktivitas siswa, jumlah skor nilai secara keseluruhan yang

mencakup kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir diperoleh 44

skor dan jumlah maksimal 56 skor.

Dengan demikian nilai rata-rata adalah P = ×100 = 78,57%.

Berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa berdasarkan observasi

pengamat termasuk ke dalam kategori baik.

d) Hasil Belajar Siswa pada Siklus I


Setelah berlangsungnya proses belajar mengajar pada

32
RPP siklus I, guru memberikan soal tes untuk mengetahui

kemampuan siswa setelah menerapkan model pembelajaran aktif

tipe-tipe index card match yang diikuti 12 siswa, dengan kriteria

ketuntasan minimal 70. Hasil tes belajar pada siklus I pada materi

Ekosistem, dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4 7: Daftar Nilai Hasil post Tes Belajar Siklus I


Jenis
No Nama Siswa Keterangan
Skor KKM
1. Abdul Majid Zubaidi 90 70 Tuntas
2. Alpina 70 70 Tuntas
3. Annisa Nor Adellia 60 70 Tidak Tuntas
4. M. Abdan Nukman 70 70 Tuntas
Wafei
5. M. Abdillah 80 70 Tuntas
6. M. Khairunnizam 90 70 Tuntas
7. Naila Az zahra 60 70 Tidak Tuntas
8. Nor Azizah 80 70 Tuntas
9. Nor Kamila 90 70 Tuntas
10. Rafa Azka Putra 60 70 Tidak Tuntas
11. Rahmatun Nisa 60 70 Tidak Tuntas
12. Reisa Aprilia Putri 80 70 Tuntas

Sumber: Hasil Penelitian di MIS Hidayatul Mustaqim

KKM= x 100%

= 8 x 100%
12
= 66,67%
Berdasarkan nilai hasil tes belajar siklus I, terdapat 4 orang siswa

yang belum mencapai ketuntasan belajar secara individu yaitu siswa yang

memperoleh daya serap < 70 sesuai dengan KKM di sekolah tersebut untuk

33
mata pelajaran Akidah Akhlak, dan siswa yang memperoleh daya serap ≥ 70

berjumlah 8 orang dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal

sebesar 66,67%.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar secara

klasikal pada siklus I bel tercapai.

e) Tahap Refleksi

Tabel 4.8 : Hasil Temuan dan Revisi Selama Proses Pembelajaran


Siklus I

No. Refleksi Hasil temuan Revisi

1. Aktivitas Guru tidak menyampaikan Guru harus menyampaikan


guru tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran agar dapat
tersampaikan dengan jelas
kepada siswa

2. Aktivitas Guru harus memotivasi siswa


Siswa sulit menayakan hal- agar mau menanyakan hal-hal
siswa
hal yang belum dipahami yang belum dipahami

3 hasil Untuk pertemuan selanjutnya,


post tes Masih ada 4 siswa yang guru harus memberikan
siklusI hasil belajarnya belum penekanan tentang materi
mencapai skor ketuntasan kalimat tayyibah ta’awudz
dikarenakan siswa sulit (waktu yang tepat membaca
tujuan membaca kalimat kalimat ta’awudz dan
tayyibah ta’awudz manfaatnya)
.

Sumber: Hasil Penelitian di


MIS Hidayatul Mustaqim2023

3. Proses Pembelajaran Siklus II

Penelitian tindakan kelas pada Siklus II terdiri atas 4 tahapan

yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan

refleksi. Tahapan-tahapanpada siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:

34
a. Tahap Perencanaan Siklus II

Pada tahap ini, Guru juga mempersiapkan RPP (02), lembar

observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru dalam

mengelola pembelajaran, soal post tes tahap 2 dan model pembelajaran

index card match.

b. Tahap Pelaksanaan (Tindakan) Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal

2 Agustus 2023. Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus ini hampir

sama dengan kegiatan pada siklus I yaitu kegiatan awal, kegiatan inti,

dan kegiatan akhir.

c. Tahap Pengamatan (Observasi) Siklus II

Observasi dilakukan selama proses kegiatan pembelajaran

siklus II berlangsung. Observasi dilakukan terhadap aktivitas guru,

terhadap aktivitas siswadan hasil belajar serta mencatat semua hal-hal

yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran.

1) Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II

Pada tahap ini, pengamatan terhadap aktivitas guru

menggunakan instrument yang berupa lembar observasi aktivitas guru.

Aktivitas guru diamati oleh guru kelas yaitu ibu Fitria Fatma, S. Pd.

Data hasil aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.9 : Hasil Pengamatan Aktifitas Guru dengan Menerapkan model


index card match pada Siklus II

Nilai

35
1 2 3 4
No Aspek yang Diamati
1. Pendahuluan
a. Kemampuan dalam mengingatkan kembali V
pelajaran sebelumnya. V
b. Kemampuan dalam menyampaikan tujuan
pembelajaran.
c. Kemampuan menyampaikan langkah- V
langkah pembelajaran
d. Kemampuan menyajikan materi dengan
V
menggunakan model index card match.
e. Kemampuan memotivasi dan menumbuhkan V
minat siswa dengan menjelaskan manfaat
materi yang akan dipelajari
2. Kegiatan Inti
a. Kemampuan guru dalam menyampaikan V
materi
b. Membagi siswa ke dalam kelompok. V
c. Kemampuan guru dalam membagikan LKPD V
d. Kemampuan dalam membimbing siswa dalam V
melakukan model index card match pada proses
pembelajaran berlangsung.
e. Kemampuam mengelola waktu V
f. Kemampuan memberi kesempatan siswauntuk V
bertanya.

36
3. Penutup
a. Kemampuan dalam menyimpulkan dan
menegaskan kembali hal-hal penting yang V
berkaitan dengan materi yang telah diajarkan.
b. Membimbing siswa dalam membuat V
kesimpulan.
V
c. Memberikan post-test.

Skor Total =46

Skor Maksimal =56


BAIK

Persentase Aktivitas Guru 46


𝑥 100%= 82%
56

Sumber: Hasil Penelitian di MIS Hidayatul Mustaqim

Berdasarkan data observasi yang dilakukan oleh pengamat terhadap

aktivitas guru diatas dapat disimpulkan bahwa hasil observasi terhadap

aktivitas guru pada siklus II dalam pembelajaran Akidah Akhlak dengan

penerapan model pembelajaran aktif tipe-tipe index card matchmerupakan

aktivitas guru yang tergolong dalam kategori sangat baik, hal ini dapat

dilihat dari persentase nilai rata-rata dari pengamat adalah 82 % dikarenakan

sebab adanya peningkatan guru dalam mengelola pembelajaran dengan

penerapan model index card match. Maka dengan terjadinya peningkatan

tersebut telah membuktikan bahwa pada siklus kedua ini mencapai

peningkatan belajar yang lebih baik dari siklus I, serta dengan demikian

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak.

37
2) Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II

Pada tahap ini adalah kegiatan mengamati aktivitas siswa pada saat

pembelajaran berlangsung, dari awal sampai akhir untuk setiap

pertemuan. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada RPP II dapat dilihat

pada table 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10: Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa dengan menerapkan model


index card match pada Siklus II
Nilai
No. Aspek yang Diamati
1 2 3 4
1. Pendahuluan
a. Siswa terlibat aktif, mendengar, dan
menanggapi pernyataan guru pada V
kegiatan apersepsi.
V
b. Siswa memberikan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan guru pada
kegiatan motivasi. V
c. Siswa mendengarkan langkah-langkah
model index card match

2. Kegiatan Inti
a. Siswa mempersiapkan diri untuk belajar V
b. Siswa mendengarkan dan V
memperhatikan penjelasan guru
V
c. Siswa duduk menurut kelompok
masing-masing.
V
d. Siswa menanyakan hal-hal yang belum
di pahami V
e. Siswa memikirkan soal yang di bagikan
f. Siswa terdorong ikut aktif dalam V
menjawab soal yang ada dalam
kelompoknya.
3. Penutup
a. Siswa menyimpulkan hasil V
pembelajaran.
b. Siswa mengerjakan post-test yang V
diberikan guru.

38
4. Suasana Kelas

a. Antusias Siswa V
b. Perhatian siswa V
c. Kerja sama dalam Kelompok V
Skor Total =46
Skor Maksimal =56 BAIK
Persentase Aktivitas Siswa = 46×100%= 82%
56
Sumber: Hasil Penelitian di MIS Hidayatul Mustaqim

Berdasarkan data observasi yang dilakukan oleh pengamat terhadap

aktivitas siswa diatas dapat disimpulkan bahwa hasil observasi terhadap

aktivitas siswa pada siklus II dalam pembelajaran Akidah Akhlak dengan

penerapan model pembelajaran aktif tipe-tipe index card matchmenunjukkan

bahwa penilaian terhadap aktivitas siswa tergolong kedalam kategori sangat

baik dengan persantase 82%. Hal ini disebabkan karena siswa sudah lebih

fokus dalam memperhatikan dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh

guru pada saat proses belajar mengajar dengan penerapan modelpembelajaran

aktif tipe-tipe index card matchsedang berlangsung, serta meningkatnya hasil

belajar Akidah Akhlak.

3) Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Setelah berlangsungnya proses belajar mengajar pada RPP siklus II,

guru memberikan tes untuk mengetahui kemampuan siswa setelah

menyelesaikan soal pada materi asmaul husna dengan menggunakan model

pembelajaran aktif tipe-tipe index card matchdengan ketuntasan yang diikuti

12 siswa. Hasil tes belajar dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah berikut:

39
Tabel 4.11 : Daftar Nilai Hasil Tes Belajar Siklus II

Jenis Tes
No Kode Siswa Keterangan
Skor KKM
1. Abdul Majid Zubaidi 100 70 Tuntas
2. Alpina 80 70 Tuntas
3. Annisa Nor Adellia 80 70 Tuntas
4. M. Abdan Nukman 80 70 Tuntas
Wafei
5. M. Abdillah 90 70 Tuntas
6. M. Khairunnizam 100 70 Tuntas
7. Naila Az zahra 80 70 Tuntas
8. Nor Azizah 100 70 Tuntas
9. Nor Kamila 100 70 Tuntas
10 Rafa Azka Putra 60 70 Tidak Tuntas
11 Rahmatun Nisa 70 70 Tuntas
12 Reisa Aprilia Putri 90 70 Tuntas

KKM= x 100%
= 11 x 100
12
= 91,67%

Berdasarkan nilai hasil tes belajar siswa, terdapat 1 orang siswa yang

belum mencapai ketuntasan belajar secara individu siswa yang memperoleh

daya serap < 70 sesuai dengan KKM di madrasah tersebut, dan siswa yang

memperoleh daya serap ≥ 70 berjumlah 11 orang dengan persentase ketuntasan

belajar secara klasikal sebesar 91,67%. Sesuai dengan kriteria ketuntasan

belajar secara klasikal di sekolah dinyatakan tuntas apabila 85% siswa tuntas

secara individu, maka ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk siklus II

sudah tercapai.

40
B. Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti sekaligus guru lakukan

dalam 2 siklus yang dimulai dari tanggal 24 Juli 2023 dan 2 Agustus 2023 di

MIS Hidayatul Mustaqim, dengan hasil dari observasi aktivitas belajar

mengajar, maka peneliti akan membahas mengenai hasil-hasil yang telah

diperoleh di lapangan.

1. Aktivitas Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Pengamatan terhadap aktivitas guru dilakukan oleh Ibu Fitria Fatma, S.

Pd yang merupakan guru Guru Kelas II di MIS Hidayatul Mustaqim.

Berdasarkan pengamatan beliau dalam mengelola pembelajaran menggunakan

model pembelajaran aktif tipe-tipe index card matchsetiap pertemuan bernilai

baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan 4.9. Pada RPP siklus pertama

aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran sudah tergolong baik,

selanjutnya pada RPP siklus kedua pembelajaran terlihat bahwa aktivitas guru

dalam mengelola pembelajaran mulai mengalami peningkatan sangat baik

yang mana pada siklus I 80,35% , pada siklus II smenjadi 82%, terlihat pada

aspek 1) kemampuan mendorong siswa untuk memahami materi yang sesuai

dengan penjelasan yang diberikan,

2) kemampuan mendorong siswa dan membimbing apabila menemukan

kesulitan,

3) kemampuan mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan dan

mengeluarkan pendapat,

Beberapa hal di atas sudah termasuk kategori baik dibandingkan pada

RPP siklus I yang masih kurang pada poin-poin tersebut. Berdasarkan hasil

analisis terhadap kemampuan guru diperoleh gambaran bahwa pembelajaran

41
dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe-tipe index card match

pada materi kalimat tayyibah ta’awudz tergolong dalam kategori sangat baik.

Adapun faktor yang mendukung keberhasilan guru dalam mengelola

pembelajaran antara lain adalah tersedianya alat-alat yang mendukung dan

fasilitas yang memadai yang dapat membantu siswa menemukan sendiri cara

penyelesaian masalah yang ada di LKPD. Guru hanya memberikan pengetahuan

terbatas kepada siswa sedangkan yang berperan aktif adalah siswa dan suasana

belajarpun menyenangkan.

Berdasarkan uraian di atas bahwa keberhasilan guru dalam mengajar

bukan hanya pada penguasaan materi semata tetapi juga didukung oleh sarana

danprasarana lainnya yang dapat membantu dalam proses belajar mengajar.

2. Aktivitas Siswa selama Pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa selama proses

pembelajaran adalah efektif pada RPP siklus kedua. Data hasil pengamatan

terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran aktif tipe-tipe index card match pada materi kalimat tayyibah

ta’awudz, selama dua siklus dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan 4.10. Hasil

pengamatan terhadap aktivitas siswa yang dilakukan oleh 1 orang pengamat,

ada 1 poin aktivitas siswa yang belum efektif selama pembelajaran

berlangsung, tetapi pada RPP siklus kedua mengalami perubahan/peningkatan

yang baik. Pada RPP siklus I siswa sulit menanyakan hal yang belum

dipahami, oleh karena itu guru harus memotivasi siswa agar tidak merasa

enggan dalam menanyakan hal yang belum dipahami. Sehingga dapat

dikatakan aktivitas siswa pada siklus II lebih baik dari siklus I yang mana hasil

presentase lebih meningkat pada siklus I dengan nilai 78,57% dan

42
pada siklus II menjadi 82%

Hasil analisis dalam pengamatan ini, menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan penerapan model index card match, aktivitas siswa

lebih dominan dibandingkan aktivitas guru selama pembelajaran

berlangsung. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada setiap aspek

pengamatan dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa untuk masing-masing

kategori adalah efektif.

3. Hasil Belajar Siswa

Kemampuan siswa pada materiKalimat Tayyibah Ta’awudzdengan

menggunakan model index card match dapat dilihat dari hasil tes. Oleh sebab

itu, maka peneliti mengadakan tes, pemberian tes dilakukan 3 tahap yaitu pre

test, siklus I dan siklus II. Pre Tes dilakukan sebelum pembelajaran dimulai,

Tes siklus I dilakukan setelah pembelajaran siklus I dan Tes siklus II

dilakukan setelah pembelajaran siklus II. Dari hasil tes pada setiap siklus

akan diketahui berapa banyak siswa yang mencapai peningkatan pada materi

kalimat tayyibah ta’awudz dan berapa banyak yang tidak mencapai

peningkatan. Tes yang diadakan pada setiap siklus bertujuan untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada materi

pelajaran. Setelah hasil tes terkumpul maka data tersebut diolah dengan

melihat hasil akhir pada setiap siklus pasa setiap siswa untuk melihat

peningkatan secara individu dan melihat nilai rata- rata kelas untuk melihat

peningkatan secara klasikal.

43
Berdasarkan nilai hasil pre tes yang terlihat pada tabel 4.4 terdapat

7 siswa yang belum tuntas sesuai dengan KKM pada materi Kalimat

Tayyibah Ta’awudz dengan nilai rata-rata 62,5 . Pada siklus I yang terlihat

dalam Tabel 4.6 terdapat 4 orang siswa yang belum meningkat hasil

belajar pada materi Kalimat Tayyibah Ta’awudz, jadi hasil rata-rata

kemampuan siswa pada materi Kalimat Tayyibah Ta’awudz secara klasikal

mencapai 66,67%, sehingga kemampuan belajar siswa secara klasikal pada

siklus I sudah tercapai namun belum maksimal disebabkan karena ada

beberapa siswa yang lemah daya berfikirnya. Pada siklus II guru mencoba

mendekati siswa yang belum mampu memecahkan masalah pada tes siklus

I untuk memberikan bimbingan, dan nilai rata-rata kemampuan siswa

dalam materi Kalimat Tayyibah Ta’awudz pada siklus II meningkat

menjadi 91,67%

Tabel 4.12 Hasil peningkatan belajar siswa persiklus


Peningkatan
Siklus RPP %
No Nam Siklus
a Pra 1 2 1 2
1 Abdul Majid Zubaidi 80 90 100 10 10 10
2 Alpina 60 70 80 10 10 10
3 Annisa Nor Adellia 50 60 80 10 20 20
4 M. Abdan Nukman 60 70 80 10 10 10
Wafei
5 M. Abdillah 70 80 90 10 10 10
6 M. Khairunnizam 80 90 100 10 10 10
7 Naila Az zahra 60 60 80 0 20 20
8 Nor Azizah 70 80 100 10 20 20
9 Nor Kamila 70 90 100 20 10 10
10 Rafa Azka Putra 40 60 60 20 0 0
44
11 Rahmatun Nisa 50 60 70 10 10 10
12 Reisa Aprilia Putri 60 80 90 20 10 10

Berdasarkan data tabel 4.15 Diketahui bahwa peningkatan perubahan

nilai hasil belajar pada setiap siklus . Ada peningkatan sebesar 20 %(3 orang )

untuk siklus ke 2. dalam pengertian bahwa peningkatan itu disebabkan adanya

perbaikan pada siklus 2

Dengan demikian dapat dikatakan model pembelajaran sangat berperan

dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, selain

pendekatan hal-hal yang mempengaruhi peningkatan kemampuan siswa di

setiap siklusnya adalah : aktifitas guru dan siswa yang efektif.

BAB V
PENUTUP
45
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan tentang

penerapan model index card match pada materi Kalimat Tayyibah

Ta’awudz dapat disimpulkan bahwa:

1. Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran aktif tipe-tipe index card matchpada materi Kalimat

Tayyibah Ta’awudz untuk setiap siklusnya berada pada kategori baik,

yang mana pada siklus I dengan nilai rata-rata 80,35% , pada siklus II

dengan nilai rata-rata 82%

2. Aktivitas siswa pada saat penerapan model pembelajaran aktif tipe-tipe

index card matchpada materiKalimat Tayyibah Ta’awudzadalah efektif,

yang mana pada siklus I dengan nilai rata-rata 78,57%, pada siklus II

dengan nilai rata-rata 82%.

3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak setelah

diterapkannya model index card match pada materi kalimat

tayyibah ta’awudz mengalami peningkatan dengan nilai

rata-rata pada siklus I yaitu 66,67% dan siklus II yaitu 91,67 %.

kelemahan yang dirasakan penelitisaat melakukan penelitian

yaitu: Kurang memadainya fasilitas sarana pembelajaran. Adapun

kelebihannya yaitu: siswa semangat dan aktif.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai


46
berikut:

1. Pembelajaran akidah akhlak dengan menggunakan metode pembelajaran


Index Card Match layak dipertimbangkan oleh guru untuk menjadi
pembelajaran alternatif yang dapaat digunakan sebagai referensi dalam
memilih model pembelajaran.
2. Bagi peneliti yang ingin menerapkan bentuk pembelajaaran ini, dapat
melakukan penelitian serupa dengan materi yang lain.
3. Bagi guru-guru yang ingin menerapkan metode pembelajaran Index Card
Match, disarankan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Agar lebih kreatif dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan
situasi dunianya.
b. Perlu memberikan perhatian, bimbingan dan motivasi belajar secara
sungguh-sungguh kepada peserta didik yang berkemampuan kurang dan
pasif dalam kelompok, karena peserta didik yang demikian sering
mengantungkan diri pada temannya .

47
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati & Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta Cipta: Rineka,

Asis Saefudin dan Ika Berdiati, 2014, Pembelajaran Efektif Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, ,

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Silberman, Melvin L. 2007. Active Learning Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani.

Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang: Rasail Media
Group.

Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani.

https://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-hasil-belajar-dan-faktor.html(Diakses
pada 7/13/2023)

https://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-hasil-belajar-dan-faktor.html (Diakses
pada 7/13/2023
https://www.belajarislam.web.id/bacaan-taawudz-adalah-audzu-billahi-minas-syaitanir-rajimi-
dan-artinya/ (diakses 7/13/ 2023)

Riadi, Muchlisin. (2020). Model Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match (ICM). Diakses
pada 7/13/2023, dari https://www.kajianpustaka.com/2020/01/model-pembelajaran-aktif-tipe-index-
card-match.html

Anda mungkin juga menyukai