Anda di halaman 1dari 17

TUGAS II MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

Nama : Gapur Manuturi Sigalingging

Nim : 5173122009

Jurusan / Prodi : Teknik Mesin / Pendidikan Teknik Otomotif

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Pendidikan

A. RUMUSAN MASALAH
1. Adanya perbedaan yang menonjol antara siswa yang berkemampuan
tinggi dan rendah, dikelas X TBSM yang mengakibatkan siswa yang
berkemampuan rendah lebih susah mengikuti proses belajar mengajar
dan menangkap materi yang disampaikan guru.
2. Metode pengajaran yang diberikan guru masih klasik yang hanya
monoton mendapatkan informasi dari guru saja meskipun sudah
menggunakan alat infocus.
3. Hasil belajar mata pelajaran pekerjaan dasar teknik otomotif siswa masih
rendah.
4. Suasana dalam pembelajaran yang digunakan selama ini tidak
mendapatkan perlakuan khusus dari guru kepada siswa yang
berkemampuan rendah agar dapat mengikuti proses pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan siswa.

B. JUDUL YANG TEPAT

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengatasi adanya perbedaan kemampuan pada


siswa/i dalam proses pembelajaran, maka peneliti terdorong untuk melakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model

1
Pembelajaran Cooperatif Learnng Type Team Assisted Individualization (TAI)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X TBSM pada Mata
Pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif di SMK NEGERI 1
SORKAM”.

2
BAB I

LATAR BELAKANG

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada bulan Mei 2021 di


kelas X TBSM SMK Negeri 1 Sorkam, proses pembelajaran yang dilakukan
masih menggunakan metode tradisional yang dilakukan hanya mengarah ke satu
arah yaitu metode ceramah yang masih berpusat pada guru sedangkan siswa
hanya berperan sebagai pendengar. Penggunaan metode yang tidak tepat inilah
akhirnya menyebabkan Adanya perbedan yang menonjol antara siswa yang
berkemampuan tinggi, menengah, dan rendah, dikelas X TBSM yang
mengakibatkan siswa yang berkemampuan rendah lebih susah mengikuti proses
belajar mengajar dan menangkap materi yang disampaikan guru. Hal tersebut
dapat dilihat ketika guru memberikan tugas individu kepada siswa, beberapa
siswa yang berkemampuan tinggi terkesan antusias menerima sedangkan yang
berkemampuan rendah menganggap bahwa tugas yang diberikan adalah pekerjaan
yang berat namun meskipun begitu para siswa tersebut enggan bertanya kepada
siswa yang paham dan siswa yang paham enggan untuk berbagi pengetahuan
mereka karena takut tersaingi dan mendapat nilai rendah. disisi lain, peneliti juga
melihat dari cara siswa menjawab pertanyaan mendadak yang diberikan oleh guru
kepada siswa yang berkemampuan rendah dan yang berkemampuan tinggi dimana
siswa yang berkemampuan rendah cenderung gelagapan, diam, dan bahkan
menjawab pertanyaan guru secara ngawur karena siswa yang berkemapuan rendah
ini kerap lebih sulit menangkap penjelasan materi yang diajarkan guru.

Permasalahan lain yang diperhatikan penulis berdasarkan pengamatan


hasil nilai ujian semester mata pelajaran Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif pada
bulan Juni tahun 2021 adalah dimana dari total 36 jumlah siswa kelas X TBSM,
masih ada 26 siswa yang belum mencapai nilai 70 (KKM) pada mata pelajaran
Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif sehingga dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas X TBSM SMK NEGERI 1
SORKAM belum optimal.

3
Oleh karena itu diperlukan metode dimana siswa tidak merasa bosan,
memberikan kesan nyaman dan menyenangkan saat kegaiatan belajar-mengajar
sehingga mampu menciptakan interaksi antara siswa yang berkemampuan tinggi,
dan dengan siswa yang berkemampuan rendah. Adapun model pembelajaran
yang dinilai tepat adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
yang merupakan strategi pembelajaran kelompok dimana Menurut Robert E.
Slavin pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
sekaligus dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial sehingga siswa/i dapat
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan individu lainnya (Sanjaya
dalam Permatasari, 2013:6).

Model pembelajaran koperatif adalah adanya pembagian kelompok yang


didasarkan kepada kemampuan siswa, gender, suku, etnis, ras atau yang lainya.
Model pembelajaran kooperatif ini memiliki banyak tipe, salah satunya adalah
tipe Team Assisted Individualization (TAI) yang dinilai tepat oleh peneliti karena
Model pembelajaran tipe tai adalah model pembelajaran coperative yang
menggabungkan antara pembelajaran koperatif dengan pengajaran individual
untuk memenuhi kebutuhan siswa yang berbeda kemampuan nya. Model
pembelajaran ini biasanya dipakai pada mata pelajarn yang bersifat kognitif
analitif, dengan harapan dapat mengatasi siswa/i yang mengalami kesulitan
belajar individual dalam suatu kelompok dengan menerapkan pola belajar
bimbingan antar teman kelompok dengan cara menggabungkan kekuatan motivasi
dan bantuan teman satu kelas yang harapan nya mampu menciptakan interaksi
antar siswa yang berkemampuan tinggi, menengah, dan dengan yang
berkemampuan rendah, jadi Para siswa yang berkemampuan tinggi bertanggung
jawab terhadap para siswa yang berkemampuan rendah dengan begitu siswa yang
berkemampuan rendah dapat mengerti dan memahami materi yang disampaikan
guru, sehingga individu boleh maju tapi juga harus membawa kelompoknya agar
bisa maju dan berprestasi, jadi siswa tidak berjuang sendiri, akan tetapi siswa akan
berkolaborasi dengan teman kelompoknya agar siswa tidak merasa tertinggal atau
melaju sendirian karna adanya dukungan dari teman kelompoknya agar dapat

4
belajar dan meningkatkan pengetahuannya dan sekaligus mengasah kemampuan
keterampilannya agar bisa lebih baik lagi.

Dalam model pembelajaran koperatif tipe TAI ini, guru harus mampu
memberikan materi yang sesuai dengan kemampuan masing-masing anak, karena
anak yang kemampuanya tinggi pasti akan berbeda kemampuanya dengan anak
yang berkempuan sedang apalagi rendah dengan cara memberikan materi atau
masalah yang nantinya akan diskusikan oleh siswa/i yang sudah dibagi menjadi
kelompok berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sehingga semua anggota
kelompok dapat diarahkan dan bertanggung jawab bersama atas keseluruhan
jawaban.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Hasil belajar merupakan


sesuatu yang dijadikan sebagai akibat dari kegiatan belajar. Hasil belajar dapat
dikatakan sebagai sebuah hasil, jika seseorang atau peserta didik telah mengikuti
kegiatan belajar dan telah mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diharapkan (Hamalik dalam Permatasari, 2012:15).
Sedangkan Menurut Soedijarto, hasil belajar didefinisikan sebagai tingkat
penguasaan yang telah dicapai peserta didik dalam mengikuti proses belajar-
mengajar (Soedijarto dalam Purwanto, 2017: 45).

Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi setelah


mengikuti kegiatan pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut relevan dengan
tujuan pengajaran. Oleh karenanya, hasil belajar dapat berupa perubahan dalam
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik tergantung dari tujuan
pembelajaran yang sudah dirancang (Purwanto, 2017: 44). Hal serupa menurut
Winkel, dimana hasil belajar adalah seluruh perubahan yang menimbulkan
perubahan dalam diri suatau individu, adapun aspek perubahan itu mengacu pada
teksonomi pengajaran mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel
dalam Purwanto, 2017: 45).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, hasil bejaar menurut


penelitian ini adalah perubahan perilaku yang dialami individu atau peserta didik
yang disebabkan oleh pencapaian atas penguasaan materi yang telah diberikan
dalam proses pembelajaran adapun perubahan atas pencapaian tersebut telah
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dirancang dan dibagi atas tiga
ranah antara lain, ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikotomorik.

Adapun untuk menjelaskan fungsi dan tujuan penilaian hasil

Belajar (Sudjana dalam Permatasari, 2012:14) adalah sebagai berikut:

6
1. Fungsi Hasil Belajar

a. Sebagai alat untuk mengetahui tercapainya tujuan instruksional atau


tujuan pembelajaran.
b. Sebagai umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran.
c. Sebagai evaluasi yang dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan
belajar siswa, strategi mengajar guru, dan lain-lain.
d. Sebagai dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa/i
2. Tujuan Hasil Belajar
a. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat mengetahui
kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata
pelajaran yang ditempuhnya.
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah,
yaitu seberapa efektif dalam mengubah tingkah laku siswa ke arah tujuan
pendidikan.
c. Sebagai pengingat upaya membudayakan manusia, menjadi manusia yang
berkualitas dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, sikap dan
keterampilannya.
d. Sebagai alat perbaika dan penyempurnaa dalam hal program pendidikan
dan
pengajaran serta strategi pelaksanaannya dan sebagai pertanggungjawaban
dari sekolah kepada pihak- pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dikuasai oleh siswa/i setalah melalui
proses pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang
selanjutnya menyebabkan terjadinya perubahan sikap yang awalnya tidak tau
menjadi tau yang tidak paham menjadi paham terhadap suatu materi atau bahan
ajar yang kemudian diukur menajadi hasil belajar dalam bentuk angka.

7
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor yang mempengaruhi hasil belajar, menurut M. Dalyono


terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal dimana faktor internal
berasal dari diri manusia itu sendiri seperti psikologi dan fisiologi dan faktor
eksternal berasal dari lingkungan luar manusia itu sendiri seperti faktor sosial
dan non sosial (Dalyono dalam Wahyuningsih, 2020: 69).

Faktor Intern yang memperngaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :

1). Faktor Intelegensi


Merupakan faktor bawaan lahir yang menjadi sumber sekaligus
pengendali ranah baik ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Dengan
kecakapan ini siswa/i diharapkan mampu memecahkan berbasgai masalah
belajar dengan mengaplikasikan nya kedalam permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.
2). Faktor Minat/ Motivasi
Merupakan faktor dimana siswa/i diharapkan mampu mengola
segala persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan emosi sehingga nantinya
mampu bertindak dengan dorongan tersebut. Minan dan motivasi akan
menjadi dorongan siswa/i untuk melakukan sesuatu termasuk dalam hal
belajar yang kemudian akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa/i.
3). Faktor Cara Belajar
Merupakan faktor tentang bagaimana siswa/i melaksanakan
pembelajaran dimana hal tersebut menyangkut dalam hal konsentrasi saat
belajar, usaha dalam menguasai atau memahami bahan ajar yang telah
dipelajari, mmembaca dan meneliti bahaan ajar dengan baik dan
penyelesaikan masalah seperti mengerjakan soal dan latihan yang
berkaitan dengan bahan materi yang diajarkan.
Faktor Ekstern yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :
1). Faktor Lingkungan Keluarga

8
Menurut Wahyuningsih keluarga mempunyai peran yang besar
dalam meningkatkan hasil belajar siswa/i, hal ini dikarenakan waktu siswa
yang lebih banyak bersama dengan keluarga/ dirumah dibanding dengan
guru/ disekolah oleh sebab itu lingkungan keluarga diyakini memberi
pengaruh besar dan positif dalam proses pembelajaran saat disekolah
(Wahyuningsih, 2020:70).
2). Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungan kedua setelah lingkunngan
keluarga dimana sekolah adalah tempat yang berstruktur dan tersistem
dengan organisasi yang baik. Dalam beberapa hasil penelitian bahwa
kecenderungan atau hasil belajar siswa sangat ditentukan oleh lingkungan
sekolah oeleh karenanya sangat penting bagi pihak sekolah menciptakan
suasa yang kondusif sehinga siswa/i dapat melakukan aktivitas belajar nya
dengan baik (Wahyuningsih, 2020:71).
Semakin kondusif lingkungan sekolah maka semakin besar
pengaruh yang diberikan kepada hasil belajar siswa/i. (Jamaluddin dalam
Wahyuningsih, 2020:71). Adaapun indikator yang berpengaruh terhadap
meningkat atau menurunnya hasil belajar seperti, guru, fasilitas sekolah,
sistem pembelajaran, metode dan model yang digunakan guru
(Wahyuningsih, 2020: 71).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar berasal dari dalam diri sendiri baik itu minat
dan motivasi belajar adapaun faktor lain yaitu faktor yang berasal dari luar
yang menyangkut faktor lingkungan keluarga dan sekolah. Faktor-faktor
tersebut diyakini memberikan pengaruh yang besar sehingga apabila faktor
tersebut dapat dipenuhi dengan baik akan memberikan dampak yang
positif terhadap hasil belajar namun sebaliknya jika dari faktor diatas tidak
dipenuhi dapat menimbulkan dampak yang negatif terhadap hasil belajar
siswa/i.

9
B. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Secara fisiologis, pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktivisme yang membangun pengetahuan secara
perlahan yang kemudian diperluas dengan pengetahuan konteks yang
terbatas (Baharuddin dan Wahyuni dalam Fathurrohman, 2015: 44).
Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan
adanya hubungan kerja sama antara siswa/i untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan (Fathurrohman, 2012:44).

Dalam pembelajaran kooperatiff siswa/I diarahkan untuk saling


asah, asih dan asuh dengan kata lain saling mencerdaskan yang nanti akan
menciptakan masyarakat belajar. Pada model ini siswa/I tidak hanya
terpaku kepada guru namun antar siswa lainnya dimana dengan secara
sadar dapat mengambangkan interaksi tanpa ada rasa tersingggung dan
kesalahpahaman yang menimbulkan permusuhan dan persaingan dalam
interkasi siswa/I tersebut (Fathurrohman, 2015: 44). Menurut Slavin,
pembelajaran kooperatif adalah model yang berorientasi pada setiap tujuan
masing siswa/I dimana untuk mencapai tujuan bersama yang terdiri dari
dari masing-masing tujuan tersebut. (Slavin dalam Fathurrohman, 2015:
45) Melalui model tersebut diharapkan siswa/I sapat meningkatkan sikap
positif dalam proses pembelaran serta mampu meningkatkan rasa percaya
diri terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan setiap permasalahan
(Fathurrohman, 2015:45).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan model pembelajaran


kooperatif dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kelompok yang
dirancang untuk meningkatkan hubungan kerja antar siswa dengan tujuan
untuk membentuk sikap atau perilaku demokratis yang diikuti dengan
tumbuhnya produkstivitas dalam kegiatan belajar.

10
2. Komponen Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa komponen
yang saling terkait satu sama lain yaitu :

1. Ketergantungan Positif (Positive Independence)


Dimana guru harus mampu menciptakan suasana yang mendorong
siswa/I agar saling membutuhkan dan perasaan inilah yang disebut
ketergantungan positif. Adapun hal tersebut dapat dicapai dengan
saliang ketergantungan tujuan, tugas, bahan atau sumber belajar dan
sebagainya yang membuat siswa/i saling mendukung.
2. Akuntabilitas Individual (Individual Accountability)
Meskipun model ini didasarkan pada pembelajaran kelompok,
siswa/I tetap harus bertanggung terhadap tugas yang diemban atau
yang telah diberikan oleh guru.
3. Interaksi Promotif (Promotive Interaction)
Dimana siswa/I yang tergaubung dalam satu kelompok dapat tatap
muka sehingga mereka dapat saling berdialog tanpa harus melibatkan
seorang guru. Hal itu menjadikan mereka sebagi sumber belajar bagi
sesamanya.
4. Interpersonal dan Kelompok Kecil (Interpersonal and Small Group
Skill)
Adapun keterampilan ini seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada
teman, mengkritik, berani berpendapat secara logis, berfikir logis,
mandiri dan menjalin hubungan yang baik dengan sesame siswa
lainnya.
5. Proses Kelompok (Group Proccesing)
Dimana tiap anggota kelompok mengevaluasi sejauhmana mereka
dapat berinteraksi secara efektif untuk dapat mencapai tujuan bersama.
Proses evaluasi ini biasanya terjadi dalam suatu kelompok kecil hingga
besar dimana nantinya mereka akan memutuskan hal apa saja yang

11
perlu diubah atau dipertahankan untuk mendukung proses
pembalajaran.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan komponen model
pembelajaran kooperatif ditujukan untuk menciptakan pembelajaran
yang diperoleh dari hasil kerja sama antar siswa/I demi tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Adapun dalam pembagian
kelompok model pembelajaran kooperatif membagai secara heterogen
seperti, gender, prestasi, etnik dan sebagainya.
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan strategi pembelajaran kooperatif , maka tujuan model
pembelajaran kooperatif dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Pembelajaran Akademik
Slavin dan Kagan membuktikan bahwa model pembelajaran
kooperatif sangat unggul dalam membantu siswa/i untuk
memahami berbagai materi atau bahan ajar sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar akademiknya (Fathurrohman, 2015: 48).
Dapat disimpulkan bahwa model ini dirancang untuk dengan tujuan
untuk memperbaiki prestasi siswa/i secara akademik.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Artinya model pembelajaran koopertif ini membuka
penerimaan dengan menghargai perbedaan mulai dari perbedaan
ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Model
ini memberikan peluang kepada seluruh siswa untuk saling
menghargai tanpa memandang latar belakang.
3. Pengembangan Keterampilan Sosial
Artinya model mengajarkan kepada siswa/i untuk dapat
bekerja sama mencapai tujuan yang ditentukan. Keterampilan sosial
ini akan sangat diperlukan ketika siswa berinteraksi dengan
lingkuan diluar sekolah nya.

12
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan tujuan model pembelajaran
kooperatif menurut penelitian ialah menciptakan situasi dimana keberhasilan
individu dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok. Tidak lagi saling berkompetesi
tetapi saling membangun kerja sama yang baik untuk saling menguntungkan.

Adapun ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai


berikut :

a. Siswa yang tergabung dalam kelompok mampu memecahkan


masalah dan materi yang sesuai dengan kompetensi dasar yang
telah tentukan.
b. Kelompok dibagi secara heterogen dengn siswa/i yang memiliki
berbagai keunggulan dan kelemahan. Adapun pembagian
kelompok dapat didasarkan pada tingkat prestasi, ras, budaya,
suku, tanggal lahir dan gender.
c. Mengutamakan penghargaan terhadap kelompok, oleh karena itu
jika ada salah satu anggota kelompok yang melakukan kesalahan
maka seluruh anggita yang akan dihukum. Oleh karena itu model
itu juga mengutakan sikap saling membantu, saling memberikan
kesempatan dan saling berbagi kemampuan.
Model pembelajaran kooperatif memiliki macam-macam model seperti,
Student Team Achievement Devision (STAD), Snowball Throwing, Jigsaw, Team
Assited Individualization (TAI) dan sebagainya. Adapun yang akan dibahas
penulis dalam penelitian ini adalah Model Team Assited Individualization (TAI).

C. Model Pembelajaran Kooperatif Team Assited Individualization (TAI)


1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Team Assited Individulization, salah satu tipe model pembelajaran
kooperatif yang memungkinkan siswa/i nya untuk dapat bersosialisasi
dengan baik sekaligus memberi peluang terhadap siswa yang
berkemampuan rendah untuk dapat mengikuti siswa/i yang
berkemampuan tinggi untuk dapat meningkatkan hasil belajar nya

13
(Slavin dalam Fathurrohman, 2015: 72). Sedangkan Menurut Siswanto
dan Palupi, Model ini merupakan model gabungan antara pembelajaran
kooperatif dan individual (Cahyaningsih, 2018: 2).
Adapun tipe ini memiliki keunggulan dengan mengkombinasikan
pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individu. Ciri khas yang
terkandung pada model ini dimana setiap siswa secara individual dibawa
ke masing-masing kelompok untuk saling mndiskusikan dan
memecahkan masalah yang diberikan. Adapun penilaian diberikan atas
jawaban yang telah dipertanggungjawabkan secara kelompok
(Fathurrohman, 2015: 73).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan Model Pebelajaran
Kooperatif dalam penelitian ini adalah model yang memberikan
kesempatan pada siswa/i untuk bekerja sama secara berkelompok dalam
menyelasaikan tugas yang diberikan dengan cara mendiskusikannya.

2. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI


Menurut Slavin (dalam Fathurrohman, 2015: 77) adapun
keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assited
Individualization, yaitu :
a. Unggul dalam meminimalisasi keterkaitan seorang guru dalam
urusan pemeriksaan rutin.
b. Guru hanya memberikan setengah waktu nya untuk menjelaskan
bahan materi dalam kelompok kecil-kecil.
c. Termasuk salah satu program yang sederhana sehingga dapat
diaplikasikan kepada siswa/i mulai dari kelas tiga sampai keatas.
d. Memungkinkan para siswa untuk saling mengoreksi diri.
e. Salah satu program yang sangat fleksibel dan bisa dipahami dengan
mudah oleh para guru maupun siswa.
f. Tidak membutuhkan tim dan bisa dilakukan secara individual oeh
tenaga pendidik.
g. Dapat meningkatkan sikap-sikap postif, salah satunya saling

14
menghargai karena pengelompokkan dapat dilakukan secara
heterogen sesuai dengan latar belakang para siswa/i.
Dalam menjalankan model pembelajaran ini, selain keunggulan model
ini tetap memiliki kelemahan antara lain :
a. Dalam menjalankan model ini termasuk model yang membutuhkan
waktu cukup lama karena harus melakukan tes terlebih dahulu untuk
mengetahui kemampuan para siswa.
b. Terlalu sulit untuk menjalankan model ini jika siswa/i yang diajrkan
terlalu banyak karena harus mendapatkan bimbingan terlebih dahulu.

3. Komponen dan Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI


Menurut Slavin (dalam Fathurrohman, 2015:75) model
pembelajaran koperatif tipe TAI mempunyai komponen antara lain :
a. Placement test (tes penempatan untuk membagi kemampuan siswa)
b. Teams (kelompok)
c. Teaching group (Kelompok pengajaran)
d. Team study (Metode pembelajaran kelompok)
e. Team score(Skor kelompok)
f. Team recognation (penghargaan kelompok)
g. Fact Tes (tes fakta)
h. Whole-class unit (unit kelas keseluruhan)
i. Student creative (Kreatifitas siswa )

Menurut Slavin (Fathurrohman, 2015:77-78) adapun tahapan dari


model pembelajaran kooperatif tipe Team Assited Individualization,
yaitu : Tahapan model pembelajaran koperatif tipe TAI diterapkan
dalam 6 siklus yang teratur sebagai petunjuk kegiatan sebagai berikut:

a. Tes penempatan untuk membagi kemampuan siswa (Placement


Test)

15
Hal yang pertama dilakukan adalah tes penempatan yang
dimana siswa akan diberikan butir tes secara individu agar guru
mengetahui kemampuan kognitif siswa yang berkemampuan
tinggi, sedang, dan rendah sebelum individu dibagi kelompoknya.
b. Kelompok (Teams)
Selanjutnya yang dilakukan adalah pembagian kelompok,
Jumlah siswa dalam satu kelompok terdiri dari 4-5
siswa.kemudian yang dilakukan adalah pembagian kriteria
pengelompokanya misalnya pembagian menurut kemampuan
siswa,gender,suku,atau lainya.
c. Kelompok Pengajaran (Teaching Group)\
Dalam hal ini,langkah pertama yang dilakukan guru adalah
memberikan pembelajaran pada masing-masing kelompok.
Misalnya guru mengajar dulu di kelompok yang kemampuanya
tinggi,kemudia di kelompok yang kemampuanya
sedang,kemudian di kelompok kemampuanya rendah,atau
sebaliknya. Kemudian guru memberikan pembelajaran yang
spesifik yang kepada masing-masing kelompok baik berupa
gambar, animasi gambar, ataupun dengan video yang menarik
agar siswa dapat lebih memahami materi pelajaran yang
diajarkan.
d. Metode Pembelajaran Kelompok dan Tes fakta (Team Study and
Fact Test)
Dalam hal ini,langkah pertama yang dilakukan guru adalah
menyediakan 4-5 butir tes soal yang mempunyai 3 karakteristik
yang berbeda (sulit, sedang, mudah) untuk masing-masing
kelompok yang mempunyai kemampuan siswa yang berbeda-
beda agar dikerjakan secara individu didalam kelompok agar
setiap siswa bisa saling membantu dan berdiskusi dengan teman
kelompoknya untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru.
Kemudian guru memberi nilai kepada masing-masing kelompok

16
berdasarkan hasil nilai butir tes soal yang dibagikan dalam
metode pembelajaran kelompok.
e. Unit Kelas Keseluruhan dan Penghargaan Kelompok (Whole-
class unit and team recognation)
Dalam hal ini butir tes yang di berikan guru sebelumnya
akan dibuat cara pemecahan soal nya kemudian guru memberikan
penghargaan kelompok kepada masing masing kelompok yang
sudah dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu kelompok super,
kelompok hebat, dan kelompok baik.
f. Kreatifitas Siswa (Student Creativity)
Dalam hal ini, tidak ada lagi kemampuan tinggi, sedang,
atau rendah. Tes yang diberikan kepada siswa adalah tes formatif
yang dikerjakan secara individu dan tidak berkelompok melalui
tes formatif dan tes unit, dengan kriteria pencapaian nilai test
harus mencapai 80%.jikalau tidak mencapai kriteria pencapaian
tersebut maka akan dilakukan remedial hingga mencapai kriteria
pencapaian.

17

Anda mungkin juga menyukai