Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar ( UUSPN No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 10).
Definisi ini menjadi landasan yuridis formal tentang teknis pelaksanaan pembelajaran
bahwa pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, hal ini dapat dipahami karena
secara psikologis setiap individu terlahir sebagai manusia yang aktif dalam belajar, oleh
karena itu pembelajaran harus dibangun diatas paradigma student centered dan
meminimalisir peran teacher centered yang akhirnya memfasilitasi siswa belajar.
Perubahan paradigma pembelajaran dari teacher centered menuju student
centered menjadikan siswa lebih aktif dan belajar kontekstual bukan hanya belajar
khayalan atau dongeng semata. Maka dari itu untuk menghasilkan belajar, harus ada
situasi eksternal yang dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan
mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap permasalahan belajar pada
siswa. Oleh karena itu pembelajaran harus dibuat untuk mendorong siswa belajar secara
aktif agar siswa akan mendapatkan hasil belajar yang baik. Pembelajaran tematik
merupakan deviasi dari pada kurikulum tematik yang muaranya pada tema. Kurikulum
tematik secara terorganisir baru disusun pada kurikulum 2013, tetapi secara praktis sudah
mulai di uji cobakan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) untuk jenjang
kelas awal yaitu kelas1, 2, dan 3.
Secara etimologi pembelajaran tematik merupakan gabungan dari istilah
pembelajaran, tematik dan integratif. Maka pada kurikulum 2013 untuk jenjang sekolah
dasar (SD) dan sederajat sudah menggunakan pembelajaran tematik yang sudah
diterapkan pada tiap-tiap kelasnya. Pada pembelajaran tematik diajarkan kepada peserta
didik pada usia MI/SD pada perkembangannya mereka masih melihat segala sesuatu
sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik), sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi
lebih bermakna. Di dalam pembelajaran tematik pembelajaran tidak lagi berkotak-kotak
dalam mata pelajaran- mata pelajaran secra terpisah. Namun muatan masing-masing mata
pelajaran itu sudah diramu secara utuh dan dipadu oleh guru dalam sebuah tema tertentu.
Dan peserta diidk pada usianya 7 sampai 12 tahun siswa memiliki pola pikir yang nyata
dalam lingkungan sekitar. Pada kurikulum 2013 sekolah dasar di Indonesia sudah
1
2

disajikan dalam pembelajaran tematik, termasuk di SDN Jatimakmur I Kecamatan


Pondokgede Kota Bekasi.
Hasil dari observasi guru wali kelas IIA menyatakan bahwa dengan adanya
pembelajaran tematik siswa terlihat jelas karakter dan bakatnya lebih muncul, namun
siswa kurang fokus dalam materi. Maka dari itu peneliti ingin membangun siswa untuk
fokus dalam menerima materi, agar siswa akan mendapatkan hasilbelajar yang baik.
Peneliti mengambil penelitian pada pembelajaran tematik dengan tema pengalamanku
subtema 2 pembelajaran 3 untuk pembahasan dalam penelitian di sekolah tersebut.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelahia
menerima pengalaman belajarnya. Pada faktanya salah satu dari siswa di kelas IIA di
SDN Jatimakmur I Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi, dengan hasil observasi bahwa
hasil belajar siswa di kelas II belum memuaskan karena nilai hasil belajar siswa belum
mencapai nilai KKM 65, serta adanya beberapa faktor yang membuat hasil belajar siswa
kurang baik yaitu: minat belajar kurang, lingkungan rumah yangsangat bebas, didikan
orang tua kurang karena kedua orang tuannya bekerja, serta kurang perhatian dari orang
tua atau keluarga yang ada dirumahnya. Guru juga perlu melakukan pendekatan pada
proses pembelajaran tematik sudah dijelaskan dalam Permendikbud No. 22 tahun 2016
tentang standar proses dijelaskan bahwa: Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan,
sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi
tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh
melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui
aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta
mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu
mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/ penelitian
(discovery/ inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontekstual, baik individuall maupun kelompok maka sangat
disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (projectbased learning).
3

Dalam menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik dikelas IIA


tersebut guru ada kesulitan dalam menerapkannya, karena kurangnya dipahami proses
penilaian yang dianggapnya rumit dan belum memperdalam cara mengajarnya dengan
menggunakan kurikulum 2013 serta guru kelas juga belummenerapkan model
pembelajaran inkuiri maupun model-model pembelajaran lainnya di kelas. Dalam proses
pembelajaran guru kelas tersebut hanya menggunakan metode ceramah, metode tanya
jawab, dan sarana prasarana dari sekolah saja, maka guru kelas IIA belum optimal dalam
penggunaan penerapan model pembelajaran inkuiri. Dengan demikian dalam proses
pelaksanaan pembelajaran tematik untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka peneliti
menggunakan penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran tematik.
Dengan model ini bisa membantu proses pembelajaran siswa lebih aktif dan
menyenangkan.
Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari danmenemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri
biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi ini sering
dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heuriskein yang
berarti saya menemukan.
Dalam proses pembelajaran dikelas pembelajaran tematik guru kelas IIA belum
menerapkan model pembelajaran inkuiri, maka peneliti ingin menggunakan penerapan
model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran tematik dikelas IIA dalam
penelitiannya, agar siswa dapat belajar secara aktif dan dapat meningkatan hasil
belajarnya karena model pembelajaran inkuiri membuat siswa berperan secara aktif dan
guru hanya sebagai fasilitator dan juga membuat suasana menjadi menyenangkan.
Kenyataan yang terjadi saat ini, siswa SDN Jatimakmur I Kecamatan Pondokgede
Kota Bekasi khususnya kelas IIA masih belum memahami materi satuan panjang yang
disampaikan oleh gurunya di kelas, itu terlihat pada hasil uji kemampuan tertulis yang
kurang memenuhi standar nilai ketuntasan (KKM) yang sudah ditentukan sekolah.
Ketuntasan Belajar Minimal yang ditetapkan di SDN Jatimakmur I kelas IIA
adalah 65. Pada kenyataannya banyak siswa yang bekum memenuhi Ketuntasan Belajar
Minimal atau belum tuntas. Setelah diadakan penilaian harian pada Tema 5
Pengalamanku pada hari Senin, tanggal 11 Februari 2019 diperoleh hasil antara lain, dari
4

29 siswa di kelas II baru terdapat 10 anak yang mencapai ketuntasan atau hanya 30%
yang sudah tuntas, sedangkan 70% lainnya masih belum tuntas.

1. Identifikasi masalah
Berdasarkan hal tersebut peneliti meminta bantuan supervisor dan teman sejawat
untuk mengidentifikasi masalah dari pembelajaran tematik yang telah peneliti laksanakan
dari hasil diskusi dan renungan peneliti, terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam
pembelajaran, yaitu:
a. Dalam proses pembelajaran guru kurang memperhatikan hal-hal yang mendorong
tercapainya pembelajaran yang efektif.
b. Media kurang menaraik perhatian peserta didik.
c. Peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan guru.
d. Siswa tidak mampu menyelesaikan soal/ pertanyaan lisan yang disampaikan guru.
e. Tidak semua peserta didik memahami materi pembelajaran tematik yang
disampaikan oleh guru.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis sebagai guru berkewajiban untuk mencari
penyelesaian masalah agar hasil belajar siswa lebih meningkat.

2. Analisis Masalah
Berdasarkan uraian masalah yang telah penulis kemukakan di atas dan melalui
diskusi dengan supervisor dapat ditentukan beberapa penyebab siswa kurang memahami
Tema Pengalamanku yang telah diajarkan adalah sebagai berikut:
Guru:
a. Guru kurang variatif dalam menggunakan media.
b. Guru tidak menggunakan media yang mendukung.
c. Guru tidak memberikan contoh yang memadai.
d. Guru memberikan penjelasan terlalu abstrak kepada siswa, sehingga siswa kurang
memahami materi yang disajikan.
Siswa:
a. Siswa kurang memahami konsep tematik yang diterapkan oleh guru.
b. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.
c. Siswa melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan
pembelajaran, misalnya memainkan sesuatu, mengobrol dengan teman
5

sebangkunya, menulis atau membuat coretan gambar sesuai dengan keinginan


sendiri, dan mengganggu temannya.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan masalah


Melihat dari permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran tematik tema Pengalamanku
dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Guru menggunakan media gambar yang menarik tentang pagan satuan panjang.
b. Waktu pelaksanaan pemberian tugas dibagi dalam kelompok kecil.
c. Guru menggunakan teknik bertanya yang baik.
d. Semua penjelasan lisan, dapat didengar oleh seluruh siswa.
e. Memberikan kesempatan pada anak untuk berlatih apa yang telah mereka pelajari.

Pembelajaran tematik sudah dilakukan oleh beberapa sekolah, termasuk di


SDN Jatimakmur I Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi, namun di kelas IIA guru kelas
belum optimal dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri. Hal ini yang menarik
perhatian peneliti untuk mengadakan penelitian tindakan kelas melalui model
pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran tematik di sekolah terutama di SDN
Jatimakmur I Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi. Dimulai dari kondisi tersebut
diperlukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri.
Pembelajaran tematik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil
belajar siswa serta tinggi rendahnya kualitas pembelajaran merupakan hasil dari sebuah
proses yaitu proses kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, kualitas pembelajaran juga
dipengaruhi oleh kondisi orang-orang yang terlibat dalam proses tersebut serta cara
mereka bekerjasama dengan menggunakan model pembelajaran yaitu model
pembelajaran inkuiri. Maka dari itu peneliti ingin meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran tematik melalui model pembelajaran inkuiri.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan penelitian tindakan kelas ini
dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Tematik pada Siswa
Kelas IIA Melalui Model Pembelajaran Inkuiri di SDN Jatimakmur I Kecamatan
Pondokgede Kota Bekasi”.
6

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang muncul berdasarkan latar belakang danpembatasan
masalah diperoleh rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana cara penerapan pembelajaran tematik tema Pengalamanku memalui
model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas IIA di SDN Jatimakmur I
Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi?
2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran tematik dengan
penerapan model pembelajaran inkuiri di Jatimakmur I Kecamatan Pondokgede
Kota Bekasi?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan beberapa rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan cara penerapan penerapan pembelajaran tematik tema
Pengalamanku memalui model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas IIA di SDN
Jatimakmur I Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi
2. Untuk meningkatkan dan mengetahui hasil belajar dalam pembelajaran tematik
dengan penerapan model pembelajaran inkuiri pada kelas II A SDN Jatimakmur I
Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan
memberikan kegunaan penelitian. Adapun kegunaan penelitian adalah:
1. Kegunaan Teoretis
Hasil penelitian ini dapat menguatkan teori yang menyatakan bahwa
pembelajaran tematik merupakan pembelajaran integratif yang menjadikan
pembelajaran sebagai bentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan, dengan
melalui penerapan model pembelajaran inkuiri pembelajaran lebih
menyenangkan.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi siswa
Hasil penelitian dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
tematik tema Pengalamanku melalui model pembelajaran inkuiri.
7

b. Bagi guru
Dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran serta meningkatkan kinerja
guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
c. Bagi sekolah
Mendorong guru dan peserta didik agar lebih aktif dalam melaksanakan
pembelajaran tematik dalam model pembelajaran inkuiri di dalam kelas.

Anda mungkin juga menyukai