PENDAHULUAN
1
gambar yang ada pada buku yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Sumber belajar yang digunakan guru dalam penyampaian materi pembelajaran
adalah buku paket matematika kelas V.
Dalam hal ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode
Demonstrasi. Dengan metode Demonstrasi diharapkan siswa tidak lagi bosan
belajar matematika, bahkan tertarik terhadap materi pelajaran matematika.
Analisis Masalah
Guru tidak bisa mengelola kelas dengan baik sehingga kondisi kelas
tidak kondusif, siswa merasa tidak nyaman ketika pembelajaran
berlangsung.
Metode yang digunakan oleh guru kurang tepat karena terlalu banyak
ceramah mengakibatkan pembelajaran menoton dan membosankan
2
Guru kurang menguasai materi sehingga kurang percaya diri, dan
pelajaran hanya tertuju kepada siswa yang aktif saja.
a Manfaat Teoritis
3
b Manfaat Praktis
1. Bagi siswa
3. Bagi Sekolah
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Wardhani (Wardhani, dkk, 2014) guru dianggap paling tepat melakukan
PTK karena :
1. Guru mempunyai otonomi untuk menilai kinerjanya
2. Temuan penelitian tradisional sering sukar diterapkan untuk memperbaiki
pembelajaran
3. Guru merupakan orang paling akrab dengan kelasnya
4. Interaksi guru-siswa berlangsung secara unik
5. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat
pengembangan mempersyaratkan guru mampu melakukan penelitian
dikelasnya.
5
anak sekolah dasar tertarik pada pencapaian hasil belajar. Mereka
mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian yang
baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara
perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun
perasaan akan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan
negatif terhadap dirinya sendiri sehingga menghambat mereka belajar. Dengan
karakteristik seperti diatas guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan
pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik,
menyampaikan hal-hal yang ada dilingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari,
sehingga materi yang dipelajari tidak abstrak dan menjadi lebih bermakna.
C. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan setiap manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Tingkah laku manusia yang sangat bervariasi dan berbeda dihasilkan
dari belajar.
Hudojo (1988:1) bahwa “Belajar adalah usaha seseorang dalam
memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan tingkah laku”. Perubahan tingkah laku yang dimaksud
adalah perubahan kemampuan siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang
belum pernah mengalami menjadi mengalami.
Ahli lain yakni Ahmadi dan Supriyono (dalam B.Uno, 2011)
Mengemukakan bahwa “Secara Psikologis Belajar berarti suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan.”
Dari beberapa definisi belajar di atas dapat disimpulkan belajar adalah
upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri dan memperoleh sendiri
sehingga ada perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman dan
pengetahuan sebelumnya.
6
D. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut sudjana (2000:38) merupakan “suatu kompetensi
atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan
pembelajaran yang dirancang/dilaksanakan oleh guru disekolah dan kelas
tertentu.”
Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan
proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku yang diamati dan diukur
merupakan hasil belajar.
Hudojo (1988: 44) menyatakan: “Hasil belajar adalah kemampuan
menyusun hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh, dengan
dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang telah
dipelajari.”
Dari kutipan di atas disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah
kemampuan menyusun hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah
diperoleh dengan dapat menampilkan pemahaman, sikap dan penguasaan bahan
pelajaran yang telah dipelajari.
E. Belajar Matematika
Matematika sebagai salah satu ilmu eksakta, mempunyai cara sendiri
untuk mempelajarinya. Hal ihi dikarenakan topik-topik dalam matematika itu
sesuai secara hierarkis dan ketat, mulai dari yang mudah atau mendasar sampai
kepada hal yang paling sukar.
Hudojo (1988: 3) menyatakan: “Matematika berkenaan dengan ide-ide
(gagasan-gagasan), struktur-struktur dan hubungan-hubungannya diatur secara
logik sehingga matematika itu berkaitan dengan konsep-konsep abstrak”.
Dalam uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah
suatu proses psikologis berupa kegiatan aktif dalam upaya seseorang untuk
memahami dan menguasai materi matematika.
7
F. Metode Pembelajaran
Roestiyah (2008: 1) mengatakan “metode adalah sebagai teknik penyajian
yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa
didalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan
oleh siswa dengan baik”.
Jadi metode pembelajaran adalah merupakan suatu cara yang sistematis
yang dilakukan oleh guru pada saat proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
G. Metode Demonstrasi
Menurut Adjie (2006 : 30) Metode demonstrasi adalah metode yang
digunakan untuk membelajarkan peserta didik terhadap suatu bahan pelajaran
dengan cara memperhatikan, menceritakan, dan memperagakan bahan belajar itu.
Untuk itu diperlukan penggunaan alat peraga yang dilandasi dan dilaksanakan
dengan pikiran sistematik agar alat peraga tersebut dapat berperan dalam proses
kegiatan pembelajaran dan disesuaikan dengan materi pelajaran dan tujuan
pelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian alat peraga matematika harus
sesuai dengan tujuan pelajaran matematika.
Wahyuni (2001:8), menyebutkan bahwa metode demonstrasi merupakan
strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-
kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.
Sependapat dengan pernyataan tersebut, Setyaningsih (2001:8)
mengemukakan bahwa metode demonstrasi pada pembelajaran matematika
memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokkan siswa
untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran.
Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi
adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah.
Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah heterogen.
Dalam metode demonstrasi siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi
menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam
8
proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran matematika merupakan
metode alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas
besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan
kepercayaan diri.
Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling
memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang
pencapaian hasil belajar yang tinggi. Dalam metode demonstrasi lebih
mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan
cara kerjasama.
Metode demonstrasi pada pembelajaran matematika mempunyai unsur-
unsur yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama”.
2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam
kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, dalam
mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan
yang sama.
4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama
besarnya diantara para anggota kelompok.
5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok demonstrasi.
9
1. Ketergantungan Positif
Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika
ada anggota yang gagal mengerjakan tugasnya maka setiap anggota harus
menerima konsekuensinya.
2. Kemampuan Individual
Seluruh siswa dalam satu kelompok memiliki tanggung jawab melakukan
pekerjaannya dan menguasai seluruh bahan untuk dipelajari.
3. Promosi tatap muka interaktif
Meskipun beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan dilakukan tiap
individu, beberapa diantaranya harus dilakukan secara interaktif, anggota
kelompok saling memberikan timbal balik.
4. Manfaat dari Penggabungan keahlian yang tepat
Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan mempraktekkan
pembangunan kepercayaan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, komunikasi
dan konflik manajemen keahlian.
5. Kelompok Proses
Anggota kelompok mengatur kelompok, secara periodik menilai apa yang
mereka lakukan dengan baik sebagai sebuah kelompok dan mengidentifikasi
perubahan yang akan mereka lakukan agar fungsi mereka lebih efektif di waktu
selanjutnya.
Berdasarkan unsur-unsur dalam metode demonstrasi, Johnson dalam
Wahyuni (2001:10) menyebutkan peranan guru dalam pembelajaran matematika
sebagai berikut :
1. Menentukan objek pembelajaran
2. Membuat keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar sebelum pembelajaran dimulai.
3. Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa
4. Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas
5. Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa dengan cara
mendiskusikan cara bekerja sama.
10
Berdasarkan temuan di lapangan diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode demonstrasi adalah
bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah-langkah metode demonstrasi dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas
guru yang muncul diantaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam
mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan/melatih menggunakan alat,
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana persentase untuk aktivitas
diatas cukup besar.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode demonstrasi dapat
melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,
konsisten, dan inkonsistensi.
Metode demonstrasi yang digunakan dapat mengembangkan aktivitas
kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan pengembangan
pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta
mencoba-coba. Siswa akan tertantang untuk mencari tahu setelah mempelajari
materi yang disampaikan gurunya.
Selain itu penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika
dapat pula mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan
kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara
lain melalui pembicaraan lisan, catatan grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan
gagasan.
Metode ini memiliki kelebihan yaitu dapat menimbulkan semangat minat
belajar siswa yang tinggi, sehingga hasil belajar akan bertahan lama, guru mudah
mengendalikan kelas, jika kegiatan-kegiatan siswa sudah terarah dan siswa akan
mengerti akan tugas yang harus dilakukannya, dapat dijadikan guru untuk
mendiagnosa kesulitan-kesulitan dalam belajar siswa. Sedangkan kelemahannya
11
seringkali melakukan kegaduhan, misalnya dalam keterlibatan lisan atau guru
kurang kontrol terhadap aktivitas siswa.
A B
Sisi AB dan Sisi CD adalah sisi yang saling sejajar tetapi tidak sama
panjang.
b. Trapesium sama kaki
Trapesium samakaki yaitu trapesium yang mempunyai sepasang sisi yang
sama panjang. Trapesium ini memiliki 1 simetri lipat.
S R
P Q
c. Trapesium sembarang
12
J K
L M
Sifat-sifat trapesium
1. Pada trapesium sama kaki, sudut alasnya sama besar dan sudut-sudut
puncaknya sama besar
2. Pada trapesium sama kaki, diagonal-diagonalnya sama panjang
3. Jumlah sudut sebuah trapezium adalah 180 ͦ
D C
A B
( AB+CD) X t
L=
2
K= AB+ BC +CD + DA
Layang-layang
Layang-layang adalah segiempat yang sepasang-sepasang sisi yang
berdekatan sama panjang.
Sifat-sifat layang-layang
D
A C
13
Bangun layang-layang memiliki sifat seperti berikut.
1. Memiliki 4 ruas garis: AB, BC, CD, dan DA
2. Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang ( AB = AD dan BC = CD )
3. Memiliki dua macam ukuran diagonal
4. Memiliki dua buah sudut lancip dan dua buah sudut tumpul.
Luas Layang-layang
d1 X d2
L=
2
D
A C
B
AC X BD
L=
2
14
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
15
sebagai supervisor II yang telah membantu penulis dalam memperbaiki RPP.
Rosland Rajagukguk, S.Pd sebagai Kepala Sekolah SDN No. 091594 Afd. I
Dolok Ilir yang telah memberi saran dan masukan kepada penulis dalam
melakukan perbaikan pembelajaran. H. Manik, S.Pd Sebagai kepala Sekolah SDN
No. 122350 Pematangsiantar yang telah memberi saran dan masukan kepada
penulis dalam melakukan perbaikan pembelajaran. M. Ketaren, S.Pd Selaku
teman sejawat yang telah membantu penulis melakukan pengamatan.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Desain penelitian ini adalah menggunakan model siklus Kemmis dan Mc.
Taggart ( dalam Dewi, 2010 : 122) dimana dalam tiap siklus terdapat 4 komponen
yaitu : Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi. Penelitian ini
direncanakan 2 siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut :
SIKLUS I
Perencanaan
Refleksi
Tindakan
Observasi
SIKLUS II
Perencanaan
Tindakan
Refleksi
Observasi
Gambar 3.1 : Skema pelaksanaan PTK model Kemmis dan Mc. Taggart
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi kegiatan pelaksanaan penelitian kelas dengan
menerapkan siklus kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
16
Pra Siklus
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pembelajaran awal pra siklus dilaksanakan pada
hari kamis, 19 Oktober 2017. Adapun yang dipersiapkan peneliti dalam
perencanaan pembelajaran awal pra siklus ini adalah:
1. Menentukan mata pelajaran
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3. Menyusun materi ajar, menyiapkan rencana evaluasi
4. Meminta kesediaan supervisor 2 untuk bersedia menjadi pengamat
selama pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pembelajaran awal pra siklus dilaksanakan pada
hari kamis, 19 Oktober 2017 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuka pelajaran dengan apersepsi
2. Menjelaskan materi tentang Trapesium dan Layang-layang
3. Melakukan tanya jawab, member evaluasi
4. Menyimpulkan materi pelajaran
c. Tahap Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan dengan memonitor siswa selama proses
pembelajaran.
d. Tahap Refleksi
Setelah melakukan seluruh proses pembelajaran guru memerlukan refleksi
untuk kinerjanya sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya terhadap
penelitian yang sedang dilakukan. Hasil refleksi pada pembelajaran awal pra
siklus peneliti sampaikan pada tabel dibawah ini.
Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perncanaan, kegiatan yang akan dilakukan adalah :
Mempersiapkan materi pembelajaran Matematika materi pokok
Trapesium dan Layang-layang.
17
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ).
Mempersiapkan media pembelajaran.
Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Membuat lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama
proses pembelajaran.
b. Tindakan (Action)
Pada tahap tindakan kegiatan yang dilakukan meliputi:
Memberikan pretes kepada siswa
Mengolah hasil pretes
Mengembangkan hasil analisis tes
Melaksanakan proses pembelajaran melalui metode demonstrasi
c. Pengamatan (Observation)
Tahap ini peneliti meminta bantuan seorang pengamat untuk mengamati
dan mendokumentasikan aktivitas siswa didalam kelas selama proses
pembelajaran berlangsung. Pengamat dilengkapi dengan lembar pedoman
observasi untuk memperoleh data yang dibutuhkan berkaitan dengan tindakan
penelitian.
d. Refleksi (Reflection)
Pada tahap refleksi hal-hal yang dilakukan adlaha:
Memberikan postest.
Menganalisis hasil tes dan keterlaksanaan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Menganalisi hasil observasi.
Melakukan penyimpulan hasil tes dan observasi
18
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan meliputi:
Mempersiapkan materi pembelajaran Matematika materi pokok Luas
Trapesium dan Layang-layang
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Membuat lembar obseervasi untuk melihat aktivitas siswa selama proses
pembelajaran
b. Tindakan (Action)
Pada tahap ini tindakan kegiatan yang dilakukan meliputi:
Memberikan Pretes kepada siswa
Mengolah hasil pretes
Mengembangkan hasil analisis tes
Melaksanakan proses pembelajaran melalui metode demonstrasi dengan
menerangkan proses pelaksanaan pembelajaran
c. Pengamatan (Observation)
Tahap ini peneliti meminta bantuan seorang pengamat untuk mengamati
dan mendokumentasikan aktifitas siswa didalam kelas selama proses
pembelajaran berlangsung. Pengamat dilengkapi dengan lembar pedoman
observasi untuk memperoleh data yang dibutuhkan berkaitan dengan tindakan
penelitian.
d. Refleksi (Reflection)
Pada tahap refleksi ini hal yang dilakukan adalah:
Memberikan post tes
Menganalisis hasil tes dan keterlaksanaan rencana pelaksanaan
pembelajaran
Menganalisis hasil observasi
Melakukan penyimpulan hasil tes dan observasi
19
C. Tekhnik Analisi Data
Data pokok dalam penelitian ini adalah nilai hasil evaluasi siswa pra
siklus, siklus 1, dan siklus II, dengan menklasifikasi nilai dengan kriteria kurang,
sedang, dan baik. Tingkat keberhasilan yang dicapai dapat dilihat dalam
perubahan hasil belajar siswa dan keberhasilan guru dalam melaksanakan
tindakan.
a. Data Hasil Tes
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat dihitung sesuai rumus
Purwanto (2011:207)
20
Siswa dikatakan berhasil apabila mencapai nilai 80% - 100%, sedangkan
siswa dikatakan tidak berhasil apabila nilai yang diperoleh hanya mencapai 0% -
79%
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
9 Icha Nurfadilla - 40 - √
10 Tasia Rut Amelia √ 75 √ -
11 Syafitri Khoir - 30 - √
12 Eka Rahmadani √ 77 √ -
13 Mutiara Balqis √ 72 √ -
14 Aldino Oktavian - 30 - √
15 Rizky Ramadhan - 48 - √
16 M. Faisal Sitorus √ 68 - √
17 Mutiara Cahaya - 60 - √
18 Kalila Agnesia - 50 - √
19 Jurian Syahputra √ 70 - √
20 Cendana Diandra √ 69 - √
21 Salwa Dwi Reswara - 50 - √
22 Daffa Athailla - 70 - √
Jumlah 9 1316 6 16
Rata-rata 59,77
Persentase 40% 60% 27% 73%
Keterangan:
L = Lulus
BL = Belum Lulus
Hasil refleksi terhadap penelitian yang sedang dilakukan, guru menemukan
hal-hal sebagai berikut:
a. Sebagian besar siswa tidak aktif
b. Masih banyak siswa yang tidak tampil mengemukakan pendapatnya dalam
sesi tanya jawab
c. Hasil belajar belum memuaskan dan masih dibawah KKM. Dimana rata-
rata klasikal pada tahap pembelajaran 64,45 dengan persentase kelulusan
27%. Dari 22 siswa hanya 6 orang siswa yang mampu meraih diatas KKM
(≥70).
23
Tabel 4.2
Hasil Pembelajaran Siklus I
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V / I ( Satu )
Kompetensi Dasar : 3.1 Menghitung luas trapesium dan layang-layang
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) : 71
24
22 Daffa Athailla √ 75 √ -
Jumlah 12 1445 11 11
Rata-rata 65,68
Persentase 54% 66% 50% 50%
Keterangan:
L = Lulus
BL = Belum Lulus
Hasil refleksi terhadap penelitian yang sedang dilakukan, guru
menemukan hal-hal sebagai berikut:
a Keaktifan siswa sudah mulai terlihat bahkan lebih baik dari sebelumnya
b Nilai belajar siswa telah mengalami perubahan lebih baik dibandingkan
pembelajaran sebelumnya, dimana rata-rata klasikal pada tahap
pembelajaran 65,68 dengan persentase ketuntasan 50% dari 22 orang
siswa yang memperoleh diatas KKM 71 sebanyak 11 orang
c Penelitian dilanjutkan pada perbaikan siklus II
Tabel 4.3
Hasil Pembelajaran Siklus II
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V / I ( Satu )
Kompetensi Dasar : 3.1 Menghitung luas trapesium dan layang-layang
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) : 71
25
7 Kesia Aulia √ 85 √ -
8 Dina Mulia √ 88 √ -
9 Icha Nurfadilla √ 84 √ \-
10 Tasia Rut Amelia √ 90 √ -
11 Syafitri Khoir - 70 - √
12 Eka Rahmadani √ 99 √ -
13 Mutiara Balqis √ 88 √ -
14 Aldino Oktavian - 70 - √
15 Rizky Ramadhan √ 82 √ -
16 M. Faisal Sitorus √ 86 √ -
17 Mutiara Cahaya √ 84 √ -
18 Kalila Agnesia - 70 - √
19 Jurian Syahputra √ 90 √ -
20 Cendana Diandra √ 95 √ -
21 Salwa Dwi Reswara √ 88 √ -
22 Daffa Athailla √ 89 √ -
Jumlah 18 1870 18 4
Rata-rata 85
Persentase 81% 85% 81% 19%
Keterangan:
L = Lulus
BL = Belum Lulus
Hasil refleksi terhadap penelitian yang sedang dilakukan, guru
menemukan hal-hal sebagai berikut:
a. Keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat karena siswa lebih
aktif dan cepat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh guru
b. Nilai belajar siswa lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
sebelumnya, dimana rata-rata klasikal pada tahap pembelajaran 85
26
denga persentase ketuntasan 81% dari 22 orang siswa yang
memperoleh KKM diatas 71 sebanyak 18 orang.
Dari tabel hasil pembelajaran siswa pra siklus, siklus I, dan siklus II diatas dapat
dilihat
Tabel 4.4
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No Siklus Siswa Aktif Hasil Belajar Ketuntasan
Belajar
Jlh % Jlh % Jlh %
1 Pra 9 40% 1316 40% 6 23%
Siklus
2 Siklus I 12 54% 1445 66% 11 50%
3 Siklus II 18 81% 1870 85% 18 81%
4.1 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II
90
80
70
60
50
Pra Siklus
40 Siklus I
30 Siklus II
20
10
0
Siswa Aktif Hasil Belajar Ketuntasan Belajar
27
B. Pembahasan Hasil Dari Setiap Siklus
Dengan memperhatikan masalah yang telah teridentifikasi pada
pelaksanaan perbaikan pembelajaran yaitu rendahnya hasil belajar siswa yang
ditandai dengan aktivitas belajar yang rendah, kepasifan siswa dalam bertanya
jawab dan kesulitan siswa dalam mengigat pelajaran, maka perbaikan
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode Demonstrasi pada mata
pelajaran Matematika kelas V SDN No. 091594 Afd. I Dolok Ilir.
Dengan menggunakan Metode Demonstrasi, siswa menjadi lebih aktif,
terampil dalam menyebutkan dan menganalisis Jenis-jenis trapesium dan layang-
layang, disamping itu hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari
pembelajaran sebelumnya. Dari tabel 4.4 dapat dilihat peningkatan hasil belajar
siswa sebagai berikut:
1. Pembahasan Perbaikan Pembelajaran Pra Siklus
Hasil pengamatan oleh observer pada guru menunjukkan bahwa
kompetensi yang dimiliki guru dalam mengelola pembelajaran terdapat banyak
kekurangan. Diantaranya adalah dalam memberikan dan menjelaskan materi, guru
kurang memberikan contoh-contoh konkrit, guru kurang terampil dalam mengajar
sehingga pembelajaran terkesan lambat.
28
81%. Keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan, siswa terlihat
lebih aktif, kreatif, teliti dalam melakukan kegiatan pembelajaran, berfikir kritis
serta aktif menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru, sehingga hasil
belajar mereka lebih baik dari sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru telah berhasil mencapai tujuan yang
diharapkan.
29
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkna hasil penelitian yang telah dilakukan melalui prasiklus, siklus
I, siklus II, maka diperoleh simpulan bahwa dengan menerapkan Metode
Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika di
kelas V SDN No. 091594 Afd. Dolok Ilir tahun ajaran 2017/2018.
Upaya yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada pelajaran Matematika dengan memerapkan Metode Demonstrasi, yaitu
dengan membimbing siswa mengamati objek yang di tunjukkan dipapan tulis dan
yang dipegang oleh guru, menanya, mengumpulkan informasi, dan serta
menyimpulkan ciri-ciri bangun datar Trapesium dan Layang-layang. Dengna
melakukan metode demonstrasi siswa menemukan ciri, sifat, jenis, serta rumus
mencari luas dari bangun datar trapezium dan layang-layang berdasarkan objek
yang didemonstrasikan oleh guru dan siswa menjadi lebih tertarik sehingga akan
tertanam didalam pikirannya. Dengan metode demonstrasi siswa juga dilatih lebih
aktif, kreatif teliti dalam melakukan kegiatan pembelajaran, berpikir ilmiah dan
mampu meresopon apa yang ditanyakan oleh guru dalam mengumpulkan
informasi serta mengkomunikasikannya pada teman sebayanya.
30
3. Bagi Pihak Sekolah diharapkan dapat lebih memberikan perhatian
terhadap kegiatan belajar siswa dalam proses belajar mengajar melalui
penyediaan sumber belajar dan media yang dapat meningkatkan aktifitas
belajar siswa. Serta melakukan pengarahan terhadap guru agar dapat
menggunakan model-model pembelajaran yang tepat sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Bagi Institusi Pendidikan diharapkan dapat lebih memberikan perhatian
terhadap kegiatan pembelajaran disekolah-sekolah yang berada didalam
ruang lingkupnya melalui pengadaan sumber-sumber pembelajaran dan
sarana-sarana yang dapat menunjang pembelajaran dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa.
31