Anda di halaman 1dari 23

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG MATERI


BERAT BENDA DALAM MATA PELAJARAN
MATEMATIKA PADA SISWA KELAS 1 SDN TRAJAYA III
KABUPATEN MAJALENGKA

Oleh:
Eci Mulya Sari Dewi, Arifin
ecimulyasaridewi@gmail.com-arifin6368@gmail.com

ABSTRAK

Inti permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa merupakan
dasar yang melatar belakangi penelitian perbaikan pembelajaran ini. Rendahnya
pemahaman siswa pada materi berat benda dalam mata pelajaran matematika terjadi
pada siswa kelas 1 SDN Trajaya III. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah
kurang tepatnya guru memilih metode pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak
sesuai dengan harapan dari tujuan pembelajaran.Tujuan dari penelitian perbaikan
pembelajaran ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi
berat benda dalam mata pelajaran matematika. Berdasarkan hal tersebut upaya yang
dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar siswa pada siswa kelas 1 SDN Trajaya III
yaitu dengan menerapkan metode demonstrasi melalui teknik analisis data penelitian ini
menggunakan teknik kualitatif deskriptif. Penelitian perbaikan pembelajaran
dilaksanakan selama 2 siklus. Tiap siklusnya terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan / observasi dan refleksi. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran
dilakukan di kelas 1 SDN Trajaya III dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari 13
siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Hasil perbaikan pembelajaran siklus 28%
maupun siklus 28% memperoleh hasil sesuai yang diharapkan, dimana setelah
diterapkan metode demonstrasi pada materi berat benda dalam mata pelajaran
matematika siswa yang mendapatkan nilai lebih dari standar meningkat. Kesimpulan
dalam peneliitian perbaikan pembelajaran menunjukan bahwa metode demonstrasi yang
diterapkan guru pada meteri berat benda dalam mata pelajaran matematika memberi
pengaruh yang positif bagi hasil belajar siswa.

Kata Kunci: penerapan metode demonstrasi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Identifikasi Masalah
Matamatika merupakan salah satu matapelajaran yang sangat
penting dalam pendidikan. DiIndonesia mata pelajaran matematika di
berikan mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.
Alasan kenapa mata pelajaran matematika diberikan sejak dari sekolah
dasar karena matematika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

1
Selain itu mata pelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan
seseorang untuk berfikir logis, sistematis, analisis dan kreatif.
Dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses belajar
mengajar, matematika sering kali dijadikan hal yang paling di takuti oleh
kebanyakan siswa. Ketika siswa dihadapkan dengan matematika banyak
yang berpendapat bahwa matematika itu sulit. Bahkan ada yang
beranggapan bahwa matematika itu pelajaran yang sangat memusingkan
karena perlu waktu yang sangat ekstra untuk memahaminya. Padahal
pada kenyataannya pelajaran matematika itu salah satu pelajaran yang
mudah dan menyenangkan.Tergantung kita menyikapi dan
memandangnya seperti apa. Kalau kita berpikiran bahwa matematika itu
sulit maka akan sulit juga untuk memahaminya. Akan tetapi jika kita
menganggap matematika itu mudah maka sebaliknya akan mudah bahkan
menyenangkan.
Sehubungan hal tersebut banyak sekali dijumpai siswa khusunya
disekolah dasar yang masih memiliki nilai matematika dibawah standar
yang ditentukan. Hal itu terjadi karena banyak factor yang
mempengaruhinya seperti penyampaian materi tentang matematika yang
tidak menarik bagi siswa, tidak adanya media pembelajaran yang dapat
menarik perhatian siswa, penggunaan metode pembelajaran yang kurang
tepat, siswa tidak focus dalam mengikuti pembelajaran, siswa tidak
memahami apa yang di jelaskan guru, masih banyak lagi factor lainnya
yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Dari sekian banyaknya factor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa yang disebutkan di atas, salah satunya yaitu kurang tepatnya guru
dalam memilih metode pembelajaran.Berdasarkan hasil refleksi awal
ditemukan bahwa siswa kelas 1 SDN Trajaya III mengalami kesulitan
dalam memahami pengetahuan dalam mata pelajaran matematika
khususnya pada materi berat benda, yang baru memahami materi kurang
dari 50%. Hal itu sangat berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh
siswa .Oleh karena itu upaya yang dilakukan untuk mengatasi

2
permasalah anter sebut, peneliti mengatasinya dengan memilih metode
belajar yang paling sesuai.
2. Analisis Masalah
Setelah peneliti melakukan identifikasi masalah pada pembelajaran
matematika tentang materi berat benda, maka perumusan analisis
masalahnya sebagai berikur:
1. Guru dalam menjelaskan materi kurang menarik perhatian siswa
2. Guru belum menerapkan metode yang menari supaya siswa tidak
merasa bosan
3. Guru tidak menggunakan media pembelajaran
3. Alternatif dan Priopritas Pemecahan Masalah
Adapun alternative pemecahan masalah yang harus dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1. Menggunakan metode demontrasi dalam pembelajaran
2. Menggunakan media nyata dalam mencontohkan

B. Perumusan Masalah
Dari hasil analisis masalah, refleksi diri dan juga diskusi dengan teman
sejawat penulis dapat merumuskan masalah yang timbul pada saat melakukan
pembelajaran khusnya pada mata pelajaran matematika tentang materi berat
benda. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
Bagaimana penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan hasil
belajar tentang materi berat benda dalam mata pelajaran Matematika pada
siswa kelas 1 SDN Trajaya III Kabupaten Majalengka?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang terjadi di kelas maka penulis membuat
penelitian tentang penerapanan metode demostrasi untuk meningakatkan hasil
belajar siswa tentang materi berat benda dalam mata pelajaran Matematika
siswa kelas 1 SDN Trajya III dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa dengan menerapkan metode demontrasi dalam mata
pelajaran matematika tentang materi berat benda

3
D. Manfaat
Laporan PKP mempunyai mamfaat yang cukup besar, baik bagi guru,
siswa maupun bagi sekolah. Beberapa manfaat dari pembuatan PKP yaitu
sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
- Dapat meningakatkan prestasi belajar siswa. Tujuan guru membuat
PTK adalah untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terjadi di
dalam kelas. Dengan adanya PTK kelemahan dalam proses
pembelajaran akan diperbaiki sehingga kesalahan – kesalahan
tersebut tidak akan berlanjut. Hasil belajar siswa akan meningkat
jika dalam kelemahan dalam pembelajaran diperbaiki oleh guru.
Oleh karena itu PTK sangat bermanfaatsekaliuntuksiswa.

2. Bagi Guru
- Dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. Apabila seorang guru
mampu membuat PTK maka secara tidak langsung guru tersebut
sudah meningkatkan rasa percaya dirinya. Guru yang mampu
menganalisis kinerjanya sendiri di dalam suatu kelas, sehingga
mampu mengetahui kelemahan dan kelebihannya serta guru
tersebut dapat mengantisifasi dengan mencari alternative dari
kelemahan-kelemahan tersebut.
- Dapat meningkatkan professional guru. Dengan mampunya guru
membuat PTK berarti guru tersebut mengembangkan
keprofesionalismeannya. Dengan kata lain, guru mampu
menunjukan otonominya sebagai pekerja professional.
3. Bagi Sekolah
- Meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah yang tenaga pendidiknya
selalu membuat perbaikan dalam proses pembelajaran akan
mengalami perubahan yang sangat pesat. Meningkatkan kualitas
dan hasil pembelajaran di sekolah.

4
II. KAJIAN PUSTAKA
A. LandasanTeori
1. Metode Pembelajaran
Penggunaan metode pembelajaran merupakan hal yang sangat
penting dalam sebuah pembelajaran.Sutikno (2014, hlm. 33) berpendapat
bahwa pengertian “metode” secara harfiah berarti “cara”, metode adalah
suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu.Heri Rahyubi (2012: 236) mengartikan “metode adalah
suatu model cara yang dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-
mengajar agar berjalan dengan baik”. Sedangkan pengertian pembelajaran
Menurut Sudjana (2012: 28), pembelajaran merupakan upaya yang
dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta
didik melakukan kegiatan belajar.Menurut Hernawan (2013: 9),
pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi
transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan peserta
didik, maupun antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran merupakan cara atau prosedur yang digunakan guru dalam
menjalankan aktivitas belajar yang bertujuan untuk mencipkan interaksi
antara pendidik dan peserta didik.
2. Metode Demonstrasi
a) Pengertian
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan (2010: 90), metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi, atau benda tertentu yang dipelajari, baik sebenarnya
ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Menurut Muhibin Syah (2013:22) metode demontrasi adalah
metode mengajar dengan memperagakan barang, kejadian, aturan,
dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara langsung

5
maupun melalaui penggunaan media pengajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang di sajikan.
Menurut Sri Anitah (2019:5.25) metode demostrasi merupakan
metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan
mempertunjukan secara langsung objek atau cara melakukan
sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses.
Abdul Majid, (2014:197) mengemukakan bahwa metode
demonstrasi merupakan salah satu yang cukup efektif karena
membantu siswa untu mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta atau data yang benar.
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab
membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi
merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi
atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari
penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses
demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode demostrasi
merupakan metode pembelajaran yang didalamnya berisi
menunjukan suatu proses atau cara melakukan sesuatu.
b) Langkah-langkah Metode Demontrasi
Menurut Suprijono (2015:149) langkah-langkah dalam penerapan
metode demostrasi yaitu:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan gambaran sekilas meteri yang akan
disampaikan
3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemostrasikan
sesuai skenario yang telah disiapkan

6
5. Seluruh siswa memprhatikan demostrasi dan menganalisisnya
6. Tiap siswa mengemukan hasil analisisnya
7. Guru membuat kesimpulan
c) Keunggulan Metode Demontrasi
Abdul Majid (2014: 199) menyatakan kelebihan metode
demonstrasi adalah sebagai berikut :
a. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan
dapat dihindari, siswa disuruhlangsung memperhatikan bahan
pelajaran yang dijelaskan.
b. Proses pembelajaran akan lebih menarik
c. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan
kenyataan.
d) Kelemahan Metode Demontrasi
Dibawah ini merupakan kelemahan metode demonstrasi menurut
Abdul Majid ( 2014: 201-202) yaitu:
 Memerlukan keterampilan guru secara khusus. 
 Memerlukan waktu yang banyak.
 Memerlukan kematangan dalam perancangan atau persiapan.
 Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang
harus dikondisikan dan waktu untuk mendemonstrasikan
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam suatu proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran hasil belajar digunakan
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap suatu
materi. Rusmono (2017) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah
perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan
pisikomotorik. (Kunandar, 2013:62) Hasil belajar adalah “kompetensi
atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik
yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses
belajar mengajar”. Sedangkan (Susanto, 2013:5) Hasil belajar yaitu

7
“perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar”. Menurut Winkel “Dikuti Oleh Purwanto, 2010”
Hasil belajar ialah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya.
Jadi dilihat dari pandangan-pandangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar itu merupakan prestasi yang diperoleh peserta
didik baik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
b. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Hasil Belajar
Menurut Wasliman (dalam Susanto, 2013:12), hasil belajar yang
dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai
faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal.
Secara rinci diuraikan sebagai berikut: 
1. Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber
dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan
belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan
perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar,
serta kondisi fisik dan kesehatan. 
2. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta didik
yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat. 
B. Kaitan Teori dengan Latarbelakang Masalah
Dalam suatu pembelajaran hasil belajar merupakan sesuatu yang paling
penting. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan tes baik tes tulis maupun
tes lisan. Pada kenyataannya hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya factor dari guru maupun dari siswa itu sendiri. Guru
merupakan factor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil
belajar, karena guru merupakan sutradara (yang memberiarahan) di dalam
suatu kelas. Dalam hal ini guru harus memiliki kompetensi dasar yang di
syaratkan profesi guru. Selain itu, sebagai guru dituntut untuk memiliki
kemampuan-kemampuan yang optimal, baik kemampuan kognitif, sikap,
dan keterampilan. Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan

8
intelektual. Kemampuan sikap berkaitan dengan kesiapan dan kesedian
guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan propfesinya.
Sedangkan kemampuan bidang keterampilan berkaitan dengan
kemampuan guru dalam menguasai berbagai keterampilan mengajar yang
diperlukan seperti keterampilan bertanya, ketemapilan menjelaskan,
keterampilan memberi penguatan dan keterampilan mengadakan
obvareasi.
Factor selanjutnya yang mempengaruhi hasil belajar yaitu berasal dari
siswa sendiri. Selain guru siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar,
contohnya minat, bakat, usaha, kecakapan, motivasi, perhatian, kesehatan
dan kebiasaan siswa. Untuk memahami factor dari dalam diri siswa yang
mempengaruhi hasil belajar guru dapat melakukan berbagai pendekatan
diantaranya dengan wawancara, observasi, kunjungan rumah dan lain
sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut kegiatan yang paling menentukan dalam
keberhasilan tujuan pendidikan yang dituangkan dalam sebuah kurikulum,
adalah proses pembelajaran atau kegiatan belajar. Oleh kareana itu dalam
pelaksanaannya diharapkan guru dapat membimbing dan mengola proses
pembelajaran yang efektif.
C. Kaitan Teori dengan Rumusan Masalah
Unsur terpenting dalam belajar adalah merangsang serta mengarahkan
siswa untuk belajar. Belajar dapat dirangsang dan diarahkan dengan
berbagai macam cara. Kaitannya dengan hal tersebut metode mengajar
merupakan cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar
terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam suatu pembelajaran.
Metode mengajar sangat bervareasi dan banyak sekali macamnya. Dari
setiap metode mengajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam
membentuk pelangalaman belajar siswa. Tapi tujuannya sama yaitu
tercapainya tujuan pembelajaran.
Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dalam membentuk
kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode mengajar yang paling
efektif.

9
Berdasarkan hal tersebut peneliti memilih metode demonstrasi untuk
mengatasi masalah di kelas yang di teliti yang mana dalam pembelajaran
matematika khususnya materi berat benda siswa masih mengalami
kesulitan dalam mencerna pengetahuan sehingga hal tersebut berpengaruh
pada prestasi yang diperoleh. Menurut Sri Anitah (2019:5.25) metode
demontrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran
dengan mempertunjukan secara langsung objek atau cara melakukan
sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Dalam prosesnya
ketika guru menggunakan metode demonstrasi semua siswa harus bisa
mengamati sesuatu/objek yang di demonstrasikan.
Penggunaan metode demontrasi dalam mengajarkan berat benda
diharapkan siswa dapat memehami materi pelajaran sesuai dengan objek
yang sebenarnya, dapat membandingkan dari beberapa objek dan siswa
dapat mengembangkan rasa ingin tahunya.

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
1. Subjek
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada siswa
kelas 1 SD Negeri Trajaya III semester I tahun ajaran 2021/2022. Siswa
yang ikut serta dalam penelitian ini berjumlah 25 orang yang terdiri dari
13 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan.
2. Tempat
Tempat pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran yaitu ruang
kelas SD Negeri Trajaya III yang beralamtkan jalan raya selatan komplek
lapang olahraga desa Trajaya kecamatan Leuwimunding kabupaten
Majalengka. Lokasi tersebut merupakan tempat peneliti bekerja.
3. Waktu Penelitian
Dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini terdapat 2 siklus yang mana
siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2021 dan perbaikan
pembelajaran siklus 2 dilaksannkan pada tanggal 9 November 2021.

10
Adapun jadwal perbaikan pembelajaran terteradalam table 3.1 sebagai
berikut:
Table 3.1
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

Mata
No. Hari/Tanggal Pukul Keterangan
Pelajaran

Rabu, 26 Oktober
1 10.00 WIB Matematika Siklus 1
2021
Selasa, 09 November
2 10.00 WIB Matematika Siklus 2
2021

4. Pihak yang membantu


Dalam pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran peneliti dibantu
oleh:
A. Arifin, DR. Sebagai Tutor sekaligus supervisor I pembimbing dalam
penyusunan pembuatan tugas Pemantapan Kemampuan Profesional
(PKP) (PDGK 4501);
B. Utono, S.Pd.M.Pd.I selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan
izin dan membantu terlaksananya PKP di Sekolah Dasar Negeri
Trajaya III Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka;
C. Rukmini, S.Pd. SD sebagai pembimbing dalam pelaksannaan
perbaikan pembelajaran yang membantu dalam hal pengamat,
mengomentari jalannya simulasi, teman diskusi, membantu dalam
mengumpulkan data dan menganalisis masalah dalam penyusunan
pembuatan tugas Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP);
D. Siswa kelas I sebagai subyek penelitian dalam penelitian ini, yaitu
siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri Trajaya III.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Dibawah ini di sajikan desain proses perbaikan pembelajaran yang mana
terdiri dari proses dari siklus 1 sampai dengan proses siklus 2 yang
selanjutnya digambarkan sebagai berikut:

11
Gambar 3.1

PERMASALAH PERENCANNA
SIKLUS 1 AN AN
PELAKSANNA
AN

PERMASALA
HN BARU PENGAMATA
HASIL SIKLUS 2 REFLEKSI N
REFLEKSI (OBSERVASI)
SIKLUS 1

PERENCANNA
PELAKSANAA PENGAMATA
AN REFLEKSI
N N
TINDAKAN 2
b. Siklus 1
1. Permasalahan
Yang melatarbelakangi penelitian ini berawal dari
permasalahan yang ditemukan di kelas 1 SDN Trajaya III.
Permasalahan yang terjadi di kelas tersebut masih kurangnya
hasil belajar matematika tentang materi berat benda. Sehingga
peneliti melakukan proses pernbaikan pembelajaran dengan
menerapkan metode demontrasi. Hal tersebut bertujuan agar
siswa tersebut dapat lebih memahami lagi tentang materi
tersebut.
2. Perencanaan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada kelas 1 SDN
Trajaya III, maka penulis menyusun perencanaan yang terdiri
dari hal-hal berikut:
1) Menelaah lebih dalam lagi materi pembelajran yang
akan dilakukan perbaikan.
2) Mencari metode pembelajaran yang tepat

12
3) Menuyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Perbaikan.
4) Menyediakan alat peraga / media pembelajaran serta
alat evaluasi pembelajaran
5) Memilih guru pembimbing sebagai pengamat dan
penilai untuk melakukan proses pelaksanaan perbaikan
pembelajaran.
3. Pelaksanaan
Pada tanggal 26 Oktober 2021 pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus 1 di lakukan. Pada intinya pelaksanaan
siklus 1 mengimplementasikan semua rancangan perbaikan
yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti menggunakan metode
demonstrasi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada
siswa kelas 1 tersebut.

4. Pengamatan (Observasi)
Tahap pengamatan yaitu tahap dimana peneliti yang dibantu
dengan guru pembimbing melakukan pengamatan proses
jalannya simulasi perencanaan silkus 1. Ditahap ini peneliti
dan pembimbing mengamati kekurangan dan kelebihan yang
terjadi di siklus 1 sehingga dapat lebih disempurnakan lagi
pada siklus berikutnya.
5. Refleksi
Setelah melakukan observasi yang dibantu guru pembimbing
tahap selanjutnya yaitu melakukan refleksi. Dimana semua
data yang diperoleh serta kekurang dalam proses perbaikan
siklus 1 di analisis.
c. Siklus 2
1. Permasalahan Hasil Refleksi 1
Permasalahan yang terjadi disiklus 1 guru dalam pelaksanaan
perbaikan belajar masih mengalami kekurangan –kekurangan
seperti guru dalam penyampaian belum sepenuhnya seuai

13
RPP, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencoba apa yang telah di demonstrasikan, guru tidak
memberikan tugas dan lain sebagainya.
2. Perencanaan
Perencanaan siklus ke 2 bertujuan untuk merencanakan semua
kekurangan yang dilakukan di siklus 1 sehingga dalam proses
perbaikan berjalan sesuai yang diharapkan. Langkah-langkah
yang peneliti rancang untuk pelaksanaan di siklus 2 adalah
sebagai berikut:
1) Guru menelaah apa yang kurang dalam siklus 1
2) Guru menyusun RPP perbaikan siklus 2
3) Menyiapkan media pembelajaran yang lebih menarik
lagi
4) Menyiapkan lebih dari 1 alat peraga supaya siswa
dapat mendemostrasikannya.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan siklus kedua tidak jauh berbeda dengan siklus
pertama. Siklus kedua dititikk beratkan pada penyempurnaan
pada siklus sebelumnya.
4. Pengamanatan
Proses perbaikanpembelajaran yang dilakukan pada siklus
yang kedua selanjutnya di observasi kembali guna tujuan yang
di harapkan dalam penelitian ini sesuai yang diharapkan.
5. refleksi
Setelah pelaksanaan siklus kedua peneliti dan pembimbing
melakukan refleksi yang kedua sebagi berikut:
Table 3.2
Hasil Refleksi Siklus 2

No. Keadaan Pada Siklus Ke 1 Langkah yang dilakukan pada siklus 2

1 Sudah sesuai dengan RPP


guru dalam proses pembelajaran

14
kurang sesuai dengan RPP
guru tidak mengelompokan
2 siswa Siswa dikelompokan
guru tidak meminta siswa guru meminta setiap siswa untuk
3 mempraktekan apa yang mencoba mempraktekkan demonstrasi
didemontrasikan tersebut
4 guru tidak memberikan tugas Memberikan tugas

5 Kurang memberi contoh dalam Memberikan contoh benda konkrit yang


benda konkkritnya lebih menarik

C. Teknik Analisis Data


Pada penelitian ini, data hasil penelitian yang telah dikumpulkan di
analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang dianalisis secara
kuantitatif yaitu data yang berasal dari hasil belajar yang berupa skor yang
diperoleh siswa ketika mengerjakan soal. Pada prosesnya analisis kuatitatif
digunakan peneliti untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami
materi berat benda. Data yang diperoleh berupa nilai rata-rata, nilai
tertinggi dan nilai terendah yang diprosentasekan. Sedangkan data yang
dianalisis secara kualitatif yaitu data yang diambil dari komentar observer
atau guru pembimbing terhadap kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Analisis untuk mengukur kemampuan guru dalam menerapkan metode
demostrasi pada materi berat benda. Data yang diperoleh dilakukan
dengan cara non tes. Kemudian analisis dilakukan dengan cara
membandingkan hasil yang telah di peroleh dengan kriteria yang telah
ditentukan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskrifsi Hasil PenelitianPerbaikanPembelajaran

15
Berdasarkan penelitian perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada siswa
kelas 1 SDN Trajaya III. Maka peneliti menguraikannya sebagai berikut:
1. Kegiatan Sebelum Dilakukan Perbaikan Pembelajaran (Pra Siklus)
Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan perbaikan pembelajaran,
seperti biasa peneliti membuat sebuah rancangan pembelajaran yang
didalamnya memuat mengenai hal-hal yang akan dilakukan ketika proses
pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran yang dilakukan peneliti
dalam mengajarkan materi berat benda pada kegiatan sebelum dilakukan
proses perbaikan pembelajaran tanpa menggunakan metode pembelajaran
dan tanpa menggunakan media yang menarik. Sehinggga hasil evaluasi
yang dilakukan terlihat dalam tabel yang dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.1
Daftar Persentase Nilai SiswaPraSiklus
Persentase (%)
No Nilai Frekwensi
Kurang Sedang Baik
1 0        

2 10        

3 20        

4 30        

5 40        

6 50 15 60%    

7 60 3   12%  

8 70 3   12%  

9 80 4     16%
10 90        

11 100        

Jumlah 25 60% 24% 16%

Berdasarkan daftar table diatas proses pembelajaran sebelum perbaikan


terlihat bahwa siswa yang nilainya kurang 15 orang, siswa yang
memperoleh nilai sedang 6 dan siswa yang memiliki nilai baik adalah 4

16
orang. Dari data tersebut terlihat bahwa tujuan pembelajaran masih belum
tercapai sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan
perbaikan pembelajaran. Untuk mengatasinya peneliti melakukan
perbaikan pembelajaran dengan mengadakan 2 siklus perbaikan
pembelajaran.
2. Deskripsi Siklus 1
Siklus 1 merupakan proses perbaikan pembelajaran yang pertama yang
dilakukan peneliti . Di siklus 1 peneliti merencanakan RPP perbaikan
sebagai mana mestinya yang didalamnya menekankan pada penggunaan
metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakanya itu
metode demonstrasi. Selain itu di siklus 1 disiapkan media pembelajaran
yang berupa benda konkrit supaya siswa lebih tertarik untuk mengikuti
proses pembelajaran. Pada prosesnya pembelajaran diawali dengan saling
sapa kemudian didalam inti pembelajaran guru menunjukan beberapa
benda konkrit seperti kelereng, buku, penggaris dan pensil. Kemudian
guru mendemonstrasikan menimbang berat benda dan
membandingkannya dengan menggunakan media timbangan. Hasil dari
siklus 1 di sajikan dalam tabel berikut ini:

Table 4.2
Daftar Persentase Nilai Setelah Siklus 1
Persentase (%)
Frekwen
No Nilai Bai
si
Kurang Sedang k
1 0        

2 10        

3 20        

4 30        

5 40        

6 50 8 32%    

17
7 60 3   12%  

8 70 4   16%  

80 10     40
9 %
10 90        

11 100        

Jumlah 25 32% 28% 40%

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa ada peningakatan


terhadap hasil belajar yang di peroleh siswa dimana kenainakannya
sebesar 32% (8 siswa). Sebelum dilakukan perbaikan menunjukan siswa
yang mendapatkan nilai kurang dari standar itu mencapai 60% (15 siswa).
3. Deskripsi Siklus 2
Perbaikan pembelajaran pada siklus 2 sama halnya dengan siklus pertama
namun prosesnya lebih disempurnakan lagi. Hal yang membedakannya
terletak pada kegiatan intinya dimana pada siklus 2 peneliti lebih
memberikan contoh benda (yang akan dibandingkan beratnya) yang lebih
menarik lagi serta meminta semua siswa untuk mencoba
mendemostrasikan apa yang didemonstrasikan guru.
Hasil dari siklus 2 dapat digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 4. 3 Daftar Nilai setelah dilakukan siklus 2


Persentase (%)
Frekwens
No Nilai Bai
i
Kurang Sedang k
1 0        

2 10        

3 20        

4 30        

5 40        

6 50 1 4%    

7 60 4   16%  

18
8 70 7   28%  

9 80 12     48%
10 90 1     4%
11 100        

Jumlah 25 4% 44% 52%

Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran sebanyak 2 siklus terjadi


perningkatan yang signifikan terhadap anak yang memiliki nilai kurang
dari standar. Dimana siswa yang mendapatkan nilai kurang lebih sedikit
dibandingkan pada siklus sebelumnya. Kemudian siswa yang nilainya
baik meningkat.

B. Pembahasan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan peneliti baik
perbaikan siklus 1 sampai perbaikan pembelajaran siklus 2 menghasilkan
hasil evaluasi siswa yang berbentuk nilai. Setelah dilakukan analisis data
maka perbaikan pembelajaran mengalami peningkatan sesuai yang
diharapkan. Berikut ini disajikan hasil yang diperoleh dari setiap siklus
1. Pra Siklus
Sebelum diterapkannya metode demontrasi pada kegiatan pembelajaran,
hasil belajar siswa yang diperoleh masih menunjukan rata-rata ketuntasan
yang rendah. Data yang diperoleh setelah dilakukan tes tulis menunjukan
siswa yang mendapatkan nilai kurang dari standar mencapai 60%
sedangkan nilai lebih dari standar mencapai 40%..
Menurut Khausar (2014) penerapan metode pembelajaran yang tidak
bervariasi dapat menyebabkan siswa kurang berminat untuk belajar,
sehingga mengakibatkan hasil belajar yang dicapai siswa kurang
maksimal.
Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan perbaikan
pembelajaran dengan menerapkan metode demontrasi yang terdiri dari 2
siklus perbaikan.

19
2. Siklus 1
Perbaikan siklus 1 dilaksanakan dengan menerapkan metode demonstrasi.
Hasil penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran menunjukan
kenaikan yang signifikan dimana sebelum perbaikan pembelajaran yang
nilainya masih kurang mencapai 60% namun setelah dilakukan perbaikan
siklus 1 siswa yang memperoleh nilai kurang turun menjadi 32%. Itu
berarti perbaikan pembelajaran siklus 1 berpengaruh pada hasil belajar
siswa. Perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi
membuat perubahan terhadap hasil belajar siswa walaupun belum sesuai
yang diharapkan.
Rusmono (2017) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah perubahan
perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan
pisikomotorik.Berdasarkan pendapat tersebut siswa mengalami perubahan
dalam ranah kognitifnya. Grafik 4.3 di atas menggambarkan bahwa terjadi
perubahan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus 1 dalam mata
pelajaran matematika tentang materi berat benda.

3. Siklus 2
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran siklus 1, peneliti masih kurang
puas terhadap hasil yang diperoleh siswa sehingga peneliti melakukan
perbaikan siklus 2. Siklus yang ke 2 peneliti lebih menitikberatkan pada
uji coba materi yang didemostrasikan pada masing-masing siswa. Ketika
siklus 2 dilaksannakan siswa lebih memahami materi. Sehingga peneliti
menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus 2
menunjukan peningkatan. Metode demonstrasi yang diterapkan pada
materi berat benda dapat memotivasi siswa untuk memahami materi.
Berdasarkan grafik 4.6 diatas terlihat bahwa siswa yang mendapatkan
nilai kurang dari sebelum dilakukan perbaikan sampai dilakukan
perbaikan sampai siklus 2 berkurang.

20
C. Temuan dan Penafsiran Hasil
Proses perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi
terbukti sangat cocok diterapkan pada materi berat benda karena pada
prosesnya terbukti berpengaruh pada hasil yang di peroreh siswa. Selain itu
penerapan metode demonstrasi pada materi tersebut mampu menarik
perhatian siswa sehingga pada prosesnya suasana kelas sangat kondusif.
Siswa ketika ikut mendemostrasikan materi yang dipelajari terlihat sangat
aktif, sehingga pembelajaran dianggap berhasil. Bagi guru hasil dari
penelitian ini sangat bermanfaat khususnya dalam meningkatkan kinerjanya.
Guru bahkan lebih percaya diri dalam melakukan proses pembelajaran.
V. KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Didasari dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan
selama dua siklus, dapat disimpulkan bahwa :
Pada pembelajaran penerapan metode demonstrasi dapat merangsang
siswa untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi berat benda.
Dalam kegiatan ini ternyata dapat dijadikan penanaman konsep yang baik
dan tersimpan lama pada memori siswa. Peningkatan pemahaman siswa
setelah diterapkannya metode demonstrasi sangat signifikan karena
sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran siswa masih banyak yang
mendapatkan nilai yang kurang dari setandar yaitu sebanyak 60%, tapi
setelah dilakukan perbaikan pembelajaran siswa yang mendapatkan nilai
kurang dari standar menjadi 4 % .
B. Saran dan Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut;
1. Kepada guru diharapkan untuk dapat merancang RPP yang dapat
melibatkan siswa secara langsung aktif dalam pembelajaran, salah
satunya dengan menggunakan metodedemontrasi.
Kepada kepala sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan efisiensi dan
efektivitas proses pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas, salah satunya
dengan memberikan motivasi kepada para guru untuk dapat menyusun dan
merancang RPP yang interaktif dan edukatif serta melibatkan siswa secara aktif

21
dalam belajar sehingga para siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih
baik.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

__________. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Agus Suprijono. (2015). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Ahmad, Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Seklah Dasar.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Anitah W, Sri, dkk. 2014. Strategi Pembelajaran di SD. Banten: Universitas


Terbuka.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi BelajarMengajar.


Jakarta: RinekaCipta.

Hermawan, AsepHerry., dkk. (2013). Pengembangan Kurikulum dan


Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Khausar, 2014. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Guru Yang


Bervariasi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas Xi Sma
Negeri 1 Labuhanhaji Timur Aceh Selatan. Volume V. Nomor 2. 72-85

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan Kurikulum 2013). Suatu Pendekatan Praktis Disertai Dengan
Contoh. Jakarta: Rajawali Pers

Muhibbin Syah.2013, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru . Bandung


PT Remaja Rosda karya

Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rahyubi,Heri. (2012). Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik.


Bandung: Nusa Media

Rusmono. (2017). Strategi Pembelajaran Problem Based Learning. Jakarta :


Ghalia Indonesia

Sudjana, Nana. 2012. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosda Karya.

22
Sutikno, S (2014). Metode& Model-model Pembelajaran. Mataram: Holistika
Lombok

23

Anda mungkin juga menyukai