Anda di halaman 1dari 24

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PAPAN KERJA PADA ANAK


KELOMPOK B RA YAMABA JATITUJUH
KABUPATEN MAJALENGKA

IS ISLAHIYAH, 835644979, islahiyah2713@gmail.com

ABSTRAK

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Penggunaan


Media Papan Kerja Pada Anak Kelompok B RA Yamaba Jatitujuh Kabupaten
Majalengka. Pelaksanaan perbaikan pengembangan Kemampuan Motorik Halus
di Kelompok B RA Yamaba Majalengka terlihat dengan kurangnya kemampuan
motorik halus pada anak. Hal itu dipengaruhi oleh kurangnnya perhatian dari
orang tua dan masyarakat. Mereka menganggap bahwa hal tersebut tidak penting
dan anak dapat melakukannya dengan bantuan orang tua. Orang tua dan bahkan
para pendidik lebih menitikberatkan kemampuan anak pada pengembangan
kemampuan kognitifnya. Pemilihan judul tersebut tujuannya untuk
mengembangkan kemampuan motorik halus anak melalui penggunaan media
papan kerja menjadi salah satu bentuk stimulasi koordinasi mata dan tangan
anak agar anak terampil melakukan kebutuhannya, menghasilkan kegiatan yang
menyenangkan, sekaligus pengembangan kemandirian anak didik.
Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil (halus) serta memerlukan koordinasi
yang cermat. Diantaranya, seperti mengikat tali sepatu, memasang kancing baju,
meniru membuat macam-macam bentuk garis (tegak, datar, miring kanan/kiri,
lingkaran), membuat bentuk bujur sangkar, menggunting mengikuti garis,
meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, dan lain-lain.
Media Papan Kerja adalah Media yang dirancang untuk melatih
koordiasi mata dan tangan juga kemandirian anak dengan cara mengajari dan
melatih mereka untuk menguasai hal-hal yang ada di sekitarnya.

Kata Kunci : Motorik Halus, Papan Kerja

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Taman kanak-kanak/ Raudhatul Athfal adalah pendidikan anak usia dini
jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan anak usia 4-6 tahun. Mujito
(2008: 1) mengemukakan bahwa:
Masa tersebut adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis
yang merespons stimulasi yang diberikan oleh lingkungan untuk mendasari
pengembangan kemampuan, fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional,
konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama.

1
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa anak usia 4 sampai 6
tahun sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, baik
jasmani maupun rohani yang dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk itu diperlukan
berbagai upaya untuk pengembangan potensi anak sesuai dengan masa
pertumbuhan dan perkembangannya. Agar semua aspek berkembang dengan baik,
diperlukan pengembangan berbagai aspek bidang kemampuan, yang salah satu
diantaranya adalah pengembangan kemampuan motorik halus di taman kanak-
kanak.
Kemampuan motorik halus yaitu kemampuan atau keterampilan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil
(halus) seperti jari-jari, tangan, dan lengan, serta membutuhkan koordinasi yang
cermat antara mata dan tangan. Kemampuan ini diantaranya seperti menggunting,
menulis, menggambar, menggenggam, meremas, menyobek, membuka dan
menutup objek dengan mudah, melipat, mencocok, menganyam, menjahit,
mengancingkan pakaian, membuka dan menutup ristleting, mengikat tali sepatu,
memasang dan membuka sabuk, menyisir, menyikat gigi, serta makan sendiri
dengan menggunakan sendok dan garpu.
Kenyataan di lapangan, kemampuan motorik halus anak belum maksimal.
Misalnya anak kurang mampu memasang kancing baju, mengikat tali sepatu,
memakai sabuk, serta membuka dan menutup ristleting. Semua itu kurang
mendapat perhatian dari sebagian orang tua dan masyarakat kita. Mereka
menganggap bahwa hal tersebut tidak penting dan anak dapat melakukannya
dengan bantuan orang tua. Ada sebagian orang tua yang lebih bangga jika
anaknya pandai menulis, membaca dan berhitung dari pada anaknya yang bisa
memasang kancing bajunya sendiri. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan
dan pemahaman dari sebagian orang tua dan masyarakat bahkan para pendidik itu
sendiri, terhadap perkembangan motorik halus yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan anak sehari-hari.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, banyak upaya-upaya yang
telah dilakukan. Diantaranya memberi pemahaman pada orang tua tentang cara-
cara yang lebih bijak dalam merawat dan mendidik anak-anaknya agar tidak
merampas hak bermain anak. Memberikan kesempatan kepada anak untuk

2
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan memberikan stimulus untuk
meningkatkan kemampuannya. Selain itu upaya yang dilakukan untuk mengatasi
rendahnya kemampuan motorik halus anak, digunakan berbagai metode dan
media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Metode yang digunakan untuk meningkatkan motorik halus, diantaranya
anak diberikan aktivitas seperti menggambar, melipat, membentuk, meronce,
menjahit, menggunting, mencocok, menganyam dan menyusun balok-balok.
Sedangkan media pembelajaran yang digunakan diantaranya papan pasak, balok-
balok, maze warna, puzzle, dan papan kerja.
Selanjutnya berkaitan dengan media papan kerja, Hainstock (1999: 46)
mengemukakan bahwa tujuan dari penggunaan media papan kerja adalah untuk
“(1) Mendidik kemandirian anak dalam mengenakan pakaiannya sendiri; (2)
Mengembangkan koordinasi tangan-mata dan kontrol otot-otot”. Hal itu berkaitan
dengan kemampuan motorik halus anak, diantaranya adalah anak mulai dapat
menyikat giginya, menyisir, membuka dan menutup ristleting, memakai sepatu
sendiri, mengancingkan baju, serta makan sendiri dengan menggunakan sendok
dan garpu.
Media papan kerja merupakan jenis media visual tiga dimensi yang
merupakan tiruan dari obyek nyata seperti pakaian, dan sepatu. Media ini dapat
digunakan di dalam kelas maupun di luar kelas, dan dipergunakan secara
individual. Media papan kerja ini dipergunakan dengan tujuan untuk melatih dan
mengembangkan koordinasi tangan-mata serta kontrol otot-otot. Semakin baiknya
gerakan motorik halus membuat anak dapat berkreasi seperti meniru membuat
berbagai macam garis, dan membuat lingkaran dan bujur sangkar dengan rapi,
menggambar dengan berbagai teknik serta mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan
orang lain.
1. Identifikasi Masalah
Penulis melakukan pengamatan terhadap permasalahan yang terjadi di
Raudhatul Athfal Yamaba Jatitujuh, bahwa kemampuan motorik halus siswa
kelompok B yang berjumlah 30 anak masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari
beberapa indikator di bawah ini.

3
1) Kemampuan anak memasang kancing baju hanya sekitar 19% atau sekitar 6
anak dari 30 anak.
2) Kemampuan anak mengikat tali sepatu hanya sekitar 14% atau sekitar 4 anak
dari 30 anak.
3) Kemampuan anak dalam memakai sabuk sekitar 19% atau sekitar 6 anak dari
30 anak.
4) Kemampuan anak dalam membuka dan menutup ristleting hanya sekitar 42%
atau sekitar 12 anak dari 30 anak.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi penulis beranggapan bahwa
faktor penyebabnya adalah kurangnya kegiatan pengembangan yang
menitikberatkan pada pengembangan motorik halus, , kurangnya stimulus dari
orang tua dalam memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan
kebutuhannya sendiri dan kurangnya wawasan guru dalam memilih dan
menggunakan media pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Kondisi seperti ini harus segera
diatasi dengan cara memilih dan menggunakan media pembelajaran yang tepat.
2. Analisis Masalah
Dari keempat masalah yang teridentifikasi, masalah yang akan
diselesaikan adalah kurangnya kemampuan motorik halus anak dalam konteks
melakukan kegiatan sehari-hari yang melibatkan koordinasi mata dan tangan.
Penyebabnya ada beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor guru yang kurang
memiliki wawasan dan kurang mampu memilih dan menggunakan media
pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus anak.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah yang sudah dilakukan maka peneliti akan
melakukan perbaikan pembelajaran dengan judul “ Upaya Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Melalui Penggunaan Media Papan Kerja”
Pemecahan masalah yang akan dilakukan antara lain :
a. Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang tepat dan upaya
peningkatan kemampuan motorik halus anak dapat diatasi dengan
penggunaan media papan kerja

4
b. Papan kerja memiliki efektivitas yang tinggi dalam meningkatkan
kemampuan motorik halus sekaligus pengembangan kemandirian anak.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah :
1. Bagaimana persiapan pembelajaran motorik halus dengan menggunakan
media papan kerja di Raudhatul Athfal Yamaba?
2. Bagaimana proses pembelajaran motorik halus dengan menggunakan
media papan kerja di Raudhatul Athfal Yamaba?
3. Apakah media papan kerja dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus anak di Raudhatul Athfal Yamaba?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pengembangan
1. Mendeskripsikan persiapan pembelajaran motorik halus dengan
menggunakan media papan kerja di Raudhatul Athfal Yamaba.
2. Mendeskripsikan proses pembelajaran motorik halus dengan
menggunakan media papan kerja di Raudhatul Athfal Yamaba.
3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan motorik halus anak dengan
menggunakan media papan kerja di Raudhatul Athfal Yamaba.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pengembangan
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari perbaikan ini, di antaranya
sebagai berikut.
1. Bagi Anak Usia Dini
Diharapkan dapat memotivasi anak dalam belajar dan berlatih dengan media
yang menyenangkan.
2. Bagi Guru Raudhatul Athfal
Menambah dan memperkaya pengetahuan serta wawasan atas kajian terhadap
teori-teori dengan aplikasi di lapangan guna kepentingan pendidikan
khususnya pendidikan di Raudhatul Athfal Yamaba.
3. Bagi Sekolah
Menambah wawasan pengetahuan mengenai kajian keberhasilan
pembelajaran melatih motorik halus anak dengan menggunakan media papan
kerja.
4. Bagi Orang Tua

5
Memperkaya dan menambah pemahaman tentang pengembangan motorik
halus pada anak usia dini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan anak sehari-hari
KAJIAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan proses komunikasi
antara guru dan anak didik. Dalam proses komunikasi tersebut, guru bertindak
sebagai komunikator yang bertugas menyampaikan pesan pembelajaran kepada
penerima pesan yaitu anak. Supaya pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan
guru dapat diterima dengan baik oleh anak maka dalam proses komunikasi
pembelajaran tersebut diperlukan sarana penyalur pesan yang disebut media
pembelajaran.
Peran media dalam komunikasi pembelajaran di Raudhatul Athfal
semakin penting artinya mengingat perkembangan anak pada saat ini berada
dalam masa kongkret. Dengan demikian, pembelajaran di RA harus menggunakan
sesuatu yang memungkinkan anak dapat belajar secara kongkret. Hal tersebut
mengisyaratkan perlunya digunakan media sebagai saluran penyampai pesan dari
guru kepada anak didik agar pesan atau informasi tersebut dapat diserap anak
dengan baik.
1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Heinich, Molenda, dan Russell ( Zaman et al 2007: 4.4) “Media
merupakan saluran komunikasi”. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara”, yaitu
perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).
Dalam situasi pembelajaran di Raudhatul Athfal terdapat pesan-pesan
yang harus dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari tema
atau topik pembelajaran. Pesan-pesan tersebut disampaikan oleh guru kepada anak
melalui suatu media dengan menggunakan prosedur pembelajaran tertentu yang
disebut metode.
Selanjutnya Gagne (Rahadi, 2003: 10) mengungkapkan bahwa “Media
sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka
untuk belajar”. Sedangkan menurut Munir (Rahayu dan Nuryata, 2010: 61)

6
“Media pembelajaran dapat diartikan sebagai perantara sampainya pesan belajar
(message resource) kepada penerima pesan (message receive) sehingga terjadi
interaksi belajar mengajar”.
Berdasarkan kedua definisi di atas, media pembelajaran memiliki
manfaat yang besar dalam memudahkan anak didik mempelajari materi
pembelajaran, serta media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik
perhatian dan lebih merangsang minat belajar anak pada kegiatan belajar
mengajar. Selain itu media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat penyampai
pesan belajar kepada penerima pesan yang menimbulkan terjadinya proses belajar
mengajar.
Setelah menyimak beberapa pengertian media pembelajaran di atas maka
dapat disimpulkan bahwa, media pembelajaran merupakan peralatan yang
digunakan untuk menyampaikan pesan yaitu isi materi pembelajaran dari guru
yang hendak diberikan kepada anak didik dengan tujuan terjadi proses belajar
pada diri anak
2. Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Zaman et al (2007: 4.11-4.12) terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemanfaatan media pembelajaran di RA, di antaranya sebagai
berikut.
1. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan,
tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk
mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
2. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan
proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media
pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri,
tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka
menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
3. Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan
tujuan dan isi pembelajaran. Hal ini mengandung makna bahwa
penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada
tujuan atau kemampuan yang akan dikuasai anak dan bahan ajar.
4. Media pembelajaran berfungsi mempercepat proses belajar. Hal ini
mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran anak dapat
menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.
5. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Pada umumnya hasil belajar anak dengan menggunakan
media pembelajaran lebih tahan lama mengendap dalam pikirannya
sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.

7
6. Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang kongkrit untuk
berpikir. Oleh karena itu, dapat mengurangi terjadinya verbalisme.

Dengan memahami nilai dan manfaat media dalam pembelajaran di


raudhatul athfal, diharapkan guru semakin menyadari betapa pentingnya media
pembelajaran. Pemahaman ini akan menjadi landasan bagi guru untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran di raudhatul athfal yang bermakna dan
berkualitas.
B. Media Papan Kerja
1. Pengertian Media Papan Kerja
Media papan kerja merupakan jenis media visual tiga dimensi yang
merupakan tiruan dari obyek nyata seperti pakaian, dan sepatu. Media ini dapat
digunakan di dalam kelas maupun di luar kelas, dan dipergunakan secara
individual.
Media papan kerja ini dipergunakan dengan tujuan untuk melatih
kemandirian anak dalam mengenakan pakaiannya sendiri dan mengembangkan
koordinasi tangan-mata serta kontrol otot-otot. Merujuk pada pendapat Zaman et
al (2007: 5.5) maka dapat dijelaskan bahwa kelebihan media papan kerja sebagai
berikut ini.
1. Dapat dibuat sendiri oleh guru.
2. Dapat dipersiapkan terlebih dahulu dengan teliti.
3. Dapat memusatkan perhatian anak terhadap sesuatu kegiatan yang
dikerjakan.
4. Dapat menghemat waktu pembelajaran karena segala sesuatunya sudah
dipersiapkan dan anak dapat melakukan sendiri secara langsung.

Selain daripada itu media ini juga dirancang untuk mengajari anak
kepada pekerjaan dalam lingkungannya sendiri, dengan cara melatih mereka
menguasai hal-hal yang ada disekitarnya. Tugas sehari-hari yang biasa orang
dewasa lakukan seperti memakai pakaian dan sepatu merupakan sesuatu yang
rutin dan sederhana. Tetapi tugas tersebut merupakan hal yang baru dan menarik
bagi anak.
2. Jenis-Jenis Media Papan Kerja
Media papan kerja terdiri dari delapan jenis, yaitu.
a. Papan kerja memasang kancing baju.
b. Papan kerja memasang restluiting.

8
c. Papan kerja memasang snap (kancing jepret).
d. Papan kerja memasang hak (kancing kait).
e. Papan kerja memasang tali sepatu.
f. Papan kerja memasang gesper (sabuk).
g. Papan kerja memasang peniti besar.
h. Papan kerja mengikat tali/pita.
3. Pembuatan Media Papan Kerja
Pembuatan media papan kerja ini menurut Hainstock (1999: 108-109) ada
dua alternatif,yaitu sebagai berikut.
1) Satu lembar papan untuk delapan jenis kegiatan.
Bahan yang dibutuhkan adalah.
a. Papan berukuran sekitar 30 x 45 cm.
b. Paku untuk memasang kain.
c. Beberapa helai kain yang dipasang hak (kancing kait), snap
(kancing jepret), kancing biasa, restluiting, tali sepatu, gesper,
peniti, dan dua buah pita jepang untuk mengikat simpul.
Cara membuat:
a. Pasangkan benda-benda tersebut pada papan dengan paku kain,
aturlah benda-benda ini terpasang dengan fleksibel agar anak bisa
bekerja dengan mudah.
b. Jangan lupa gunakan papan dengan ukuran yang sesuai dengan
anak, sehingga memungkinkan mereka dapat menjangkau semua
bagian dengan mudah.
2) Satu lembar papan untuk satu jenis kegiatan.
Bahan yang dibutuhkan adalah.
a. Delapan papan kayu ± 25 cm2.
b. Paku untuk kain.
c. Kain yang cukup untuk setiap papan.
d. Satu restluiting.
e. 4 kancing berukuran besar.
f. 4 snap (kancing jepret)
g. 4 hak (kancing kait).
h. Tali sepatu.
i. 4 gesper (sabuk).
j. 4 peniti besar.
k. 4 buah pita dengan panjang ± 30 cm.
Cara membuat:
a. Buatlah delapan papan kayu untuk setiap benda di atas.
b. Pasangkan masing-masing benda pada masing-masing papan.

C. Kemampuan Motorik Halus


1. Pengertian Motorik Halus

9
Pengertian motorik halus adalah “Gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil (halus) serta memerlukan
koordinasi yang cermat (Mujito, 2008: 10). Selanjutnya menurut Iskandar et.al
“Motorik halus adalah sekelompok otot-otot kecil, seperti jari-jari, tangan, lengan,
dan sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dan tangan” (2001:
14).
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatan bahwa, motorik halus
adalah gerakan otot-otot kecil yang memerlukan ketelitian dan keterampilan serta
koordinasi mata dan tangan. Diantaranya, seperti mengikat tali sepatu, memasang
kancing baju, meniru membuat macam-macam bentuk garis (tegak, datar, miring
kanan/kiri, lengkung, lingkaran), membuat bentuk bujur sangkar, menggunting
mengikuti garis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, dan
lain-lain.
2. Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Pengembangan Motorik Halus di RA
Sebelum mengajar keterampilan motorik, guru harus mengetahui tujuan,
fungsi, dan prinsip dari pengembangan motorik di Raudhatul athfal, hal ini
sebagaimana yang diungkapakan oleh Iskandar et al (2001: 23),
1) Tujuan Pengembangan Motorik Halus di RA
Pengembangan motorik halus di Raudhatul athfal bertujuan sebagai
berikut.
a. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang
berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.
b. Mampu memperkenalkan gerakan jari seperti: menulis,
menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari-jemari
sehingga anak menjadi terampil dan matang.
c. Mampu mengkoordinasikan kecepatan/kecekatan tangan dengan
gerakan mata.
d. Penguasaan emosi.

2) Fungsi Pengembangan Motorik Halus di RA


Pengembangan motorik halus di Raudhatul athfal memiliki fungsi
sebagai berikut.
a. Alat untuk mengembangkan kemampuan motorik halus yang
berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.
b. Alat untuk meningkatkan gerakan jari seperti: menulis,
menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari-jemari
sehingga anak menjadi terampil dan matang.
c. Alat untuk melatih mengkoordinasikan kecepatan/kecekatan tangan
dengan gerakan mata.
d. Alat untuk melatih penguasaan emosi.

10
3) Prinsip Pengembangan Motorik Halus di RA
Pengembangan motorik halus memiliki prinsip sebagai berikut.
a. Dapat mengembangkan kemampuan motorik halus yang sesuai
dengan kemampuan anak RA.
b. Dapat meningkatkan gerakan jari seperti: menulis, menggambar,
dan memanipulasi benda-benda menggunakan jari jemari sehingga
menjadi terampil dan matang yang sesuai dengan kemampuan anak
RA.
c. Dapat mengkoordinasikan kecepatan/kecekatan tangan dan gerakan
mata dengan taraf kemampuan anak RA.
d. Dapat melatih penguasaan emosi yang sesuai dengan anak RA.
e. Kegiatan harus bervariasi.
f. Melalui bimbingan dan pengawasan.
D. Penggunaan Media Papan Kerja dalam Meningkatkan Kemampuan
Motorik Halus Anak
Media papan kerja dirancang untuk melatih koordiasi mata dan tangan
juga kemandirian anak dengan cara mengajari dan melatih mereka untuk
menguasai hal-hal yang ada di sekitarnya. Tugas sehari-hari yang rutin dan
sederhana bagi orang tua, tetapi bagi anak hal tersebut merupakan hal yang baru
dan menarik bagi anak.
“Anak-anak senang bekerja dengan tangannya ... suatu aktivitas penting
pada masa pertumbuhannya” (Hainstock, 1999: 30). Berdasarkan pendapat
tersebut maka anak harus diajarkan dan dilatih untuk bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri seperti memakai pakainnya sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan
baik apabila kemampuan motorik halus anak sudah berkembang dengan baik.
Berkaitan dengan hal tersebut kemampuan motorik halus anak
dikembangkan melalui latihan-latihan dan kegiatan-kegiatan dengan
menggunakan media papan kerja. Berikut adalah uraian kegiatan yang dapat
dilakukan dengan menggunakan media papan kerja untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak sebagaimana yang diuraikan oleh Hainstock
(1999: 46-47).
1. Materi Papan Kerja memasang kancing baju, restluiting, snap (kancing
jepret), hak (kancing kait), peniti besar.
a. Cara pembelajaran
1) Sajikan papan kerja kepada anak dalam keadaan lengkap.
2) Bukalah dua sisi yang terpisah, perlahan-lahan dan hati-hati,
kemudian tutup lagi dengan cara yang sama.
3) Biarkan anak menghitung kancing baju, restluiting, snap
(kancing jepret), hak (kancing kait), peniti besar.

11
4) Merasakan tekstur kainnya dan kenalkan nama-nama benda
yang ada serta kegunaanya.
b. Tujuan
1) Mendidik kemandirian anak dalam mengenakan pakaiannya
sendiri.
2) Mengembangkan koordinasi tangan-mata dan kontrol otot-otot.
c. Kontrol kesalahan
Jika memasangkannya tidak tepat, pakaian akan terlihat tidak
beraturan.
2. Materi Papan Kerja mengikat tali sepatu
a. Cara pembelajaran
1) Tempatkan papan kerja pada meja di depan anak.
2) Lepaskan tali sepatu secara perlahan.
3) Talikan tali sepatu, menggunakan gerakan yang diperlambat
sehingga anak dapat melihat tali sepatu yang berlawanan
dengan yang lain dan melalui lubang yang berurutan.
b. Tujuan
1) Mendidik kemandirian anak dalam memakai sepatunya sendiri.
2) Mengembangkan koordinasi tangan-mata dan kontrol otot-otot.
c. Kontrol kesalahan
Jika menalikannya tidak tepat, sepatu akan terlihat tidak beraturan.
3. Materi Papan Kerja memasang gesper (sabuk)
a. Cara pembelajaran
1) Tempat papan kerja pada meja di depan anak.
2) Lepaskan pengait gesper secara perlahan.
3) Pasangkan gesper, menggunakan gerakan yang diperlambat
sehingga anak dapat melihat dengan jelas.
b. Tujuan
1) Mendidik kemandirian anak dalam mengenakan pakaiannya
sendiri.
2) Mengembangkan koordinasi tangan-mata dan kontrol otot-otot.
c. Kontrol kesalahan
Jika memasangkannya tidak tepat, ikat pinggang tidak akan akan
terpasang dengan baik.
4. Materi Papan Kerja mengikat tali/pita
a. Cara pembelajaran
1) Tempatkan papan kerja pada meja di depan anak. ( Jika
menggunakan dua warna pita yang kontras, maka akan lebih
mudah bagi anak melihat dan memahami apa yang sedang
dikerjakan).
2) Pada hari pertama, biarkan anak membuat tali setengah simpul
sederhana.
3) Pada hari kedua, tunjukkan kepada anak membuat tali simpul
dengan satu potongan, kemudian bawalah potongan kedua
mengelilingi simpul dan melalui simpulnya.
4) Langkah ketiga adalah memperagakan memegang satu simpul
pada tangan kanan dan yang lainnya pada tangan kiri,
kemudian tarik sampai ikatan terbentuk dan terkunci.

12
5) Lakukan pengikatan simpul dengan perlahan, yakinkan bahwa
anak mengerti sepenuhnya langkah demi langkah.
b. Tujuan
1) Mengembangkan kontrol otot-otot.
2) Belajar menyelesaika siklus kerja.
3) Mendidik kemandirian anak dalam mengenakan pakainnya
sendiri.
c. Kontrol kesalahan
Simpul ikatan yang tidak benar akan terlihat tidak teratur.

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PENGEMBANGAN


A. Informasi Subjek Penelitian
1. Lokasi
Penelitian dilakukan di RA Yamaba Jl. Sapu Angin Blok Sabtu
Desa Jatitujuh Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka. RA
Yamaba mempunyai guru sebanyak 5 orang, terdapat 2 kelas Kelompok
A dan 1 kelas Kelompok B. Pada Tahun Ajaran 2019-2020 jumlah siswa
RA Yamaba 63 anak, Kelompok A dengan masing-masing kelas
berjumlah 15 anak dan 18 anak, dan kelompok B berjumlah 30 anak.
2. Waktu
Waktu penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
telah disusun UT UPBJJ Bandung pada bulan September - Oktober 2019.
Secara rinci kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan jadwal sebagai
berikut :
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Siklus Hari/Tanggal Waktu
1. Pra Siklus Jum’at, 19 September 2019 08.00 – 11.00
2. Siklus I Senin – Jum’at, 22 - 27 September 2019 08.00 – 11.00
3. Siklus II Senin – Jum’at, 30 September – 04 Oktober 08.00 – 11.00
2019
3. Tema
Tema penelitian pada waktu Siklus I dan II adalah Kebutuhanku.
Sub Tema Pakaian. Pada sub tema ini guru memberi pengetahuan
tentang manfaat pakaian, jenis pakaian, cara memakai pakaian, dan
bahan dasar pakaian.

13
4. Kelompok
Penelitian dilakukan di Kelompok B yang berjumlah 30 anak.
Terdiri dari 14 anak laki-laki dan 16 anak perempuan dengan tingkat
kemampuan yang berbeda-beda.
5. Karakteristik Anak
Karakteristik anak RA Yamaba dalam usia rentangan 4-5 atau
6 tahun berada pada masa usia emas (golden age) segala sesuatunya
sangat berharga, baik fisik, emosi, dan intelektualnya. Anak pada usia ini
sangat besar energinya, mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sangat pesat sehingga di perlukan suatu pembelajaran yang sangat tepat
agar kemampuan motorik kasar maupun motorik halusnya bekembang
secara optimal.
Karakteristik Anak Kelompok B RA Yamaba Desa Jatitujuh Kecamatan
Jatitujuh Kabupaten Majalengka
N KEMAMPUAN
NAMA SISWA L/P
O BB MB BSH BSB
1 A. Malik Bawafie Hasballah L √
2 Afika Zahwat Unnisa P √
3 Aisyah Febriyanti P √
4 Al Fatih Razi Nugiyanto L √
5 Alvito Deandra P L √
6 Cantika Bela P √
7 Ckiko Sakhi Zaidan L √
8 Deka Yoga Pratama L √
9 Djaskia Almirra Mecca P √
10 Dzikri Nurfazri L √
11 Firly Meyda P √
12 Frizzi zoie Saputra L √
13 Kanza Sabrina Fadilah P √
14 Karisa Fakhrunnisa P √
15 Khoerunnisa P √
N NAMA SISWA L/P KEMAMPUAN

14
O BB MB BSH BSB
16 M. Abidzar Amarul B L √
17 Nafisah Nur Jihan Y P √
18 Nurkamilah P √
19 Rasyit Fraha Al Azam L √
20 Fauzan Muharam L √
21 Abyan Satya Ananda L √
22 Najwatul Aliyah P √
23 Meykha El Hazima S P √
24 Alea hana resvika P √
25 Shidqia lutfahnida P √
26 Alby Alfarizky Wijaya L √
27 Dhilgia Nur Asyifa P √
28 Nawaf Aqila Aufa H L √
29 Dhifa eliyana Putri P √
30 Fauzan Malik Naufal L √

B. Deskripsi Rencana Setiap Siklus


Kegiatan penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan daur setiap
siklusnya sebagai berikut :
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
RPPH Pembukaan Inti Penutup
I Bercakap-cakap Membuka dan menutup Mengulang 5-6 kata : “
tentang pakaian resleting Baju saya berwarna
merah muda“
II Tanya jawab Memasang dan Tepuk irama ” Baju “
tentang manfaat membuka tali sepatu
pakaian
III Pantomim cara Memasang dan Tepuk irama “ Baju “
memakai pakaian membuka kancing baju dengan variasi
IV Bercakap-cakap Memasang sabuk Mengucapkan sajak ”

15
tentang jenis Baju baru “
pakaian Mengikat pita
V Tanya jawab Memasang dan kancing Menyanyi lagu “ Baju
tentang bahan baju jepret baru “
dasar pakaian

b. Tahap Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menentukan penilai 1 dan
penilai 2,
a. Tugas Penilai 1
b. Tugas Penilai 2
c. Supervisor
d. Prosedur kegiatan pengembangan
Secara umum prosedur pengembangan merupakan proses kegiatan belajar
anak yang melibatkan kemampuan anak dalam melakukan suatu kegiatan yang
awalnya anak tidak mengetahui dengan menggunakan berbagai pola kegiatan
yang bermakna dan media yang menarik serta mudah dipahami oleh anak dalam
situasi yang menyenangkan, juga motivasi pendidik/guru dalam memfasilitasi
berbagai alat/bahan, media, sarana dan teknik pelaksanaan untuk mencapai
keberhasilan tujuan perbaikan pengembangan yang optimal.
c. Pengamatan/pengumpulan data/instrumen
Setelah tahapan tindakan, tahapan selanjutnya adalah tahapan
pengamatan atau observasi. Pada tahapan ini dilakukan observasi secara langsung
dengan memakai format observasi yang telah disusun dan melakukan penilaian
terhadap hasil tindakan dengan menggunakan format evaluasi yang ada.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengamatan
dan mencatat perkembangan-perkembangan dan kegiatan yang terjadi baik pada
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Adapun pengamatan terhadap peneliti
dilakukan oleh supervisor 2 yang mengamati pelaksanaan KBM dan
penyampaikan materi di kelas.

d. Refleksi

16
Tahapan refleksi adalah tahap akhir dari siklus pertama. Pada tahap
refleksi peneliti menganalisis dan mengolah nilai yang terdapat pada lembar
observasi pada aspek kemampuan motorik halus anak yaitu, memasang kancing
baju, mengikat tali sepatu, memasang sabuk, membuka dan menutup ristleting.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
RPPH Pembukaan Inti Penutup
I Bercakap-cakap Lomba memasang dan Tepuk irama ” Baju
tentang jenis pakaian membuka kancing baju “
II Bercakap-cakap Membuka dan menutup Tepuk irama “ Baju
tentang cara membuat resleting “ dengan variasi
pakaian
III Lomba memakai Memasang dan Bermain Kuda bisik/
sepatu membuka tali sepatu kata berantai
IV Lomba memakai Lomba mengikat pita Menyanyi lagu “
pakaian warna warni Baju baru “
V Senam Anak Muslim Lomba memasang dan Mengucapkan syair
membuka sabuk/gesper “Baju”
Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pada siklus II adalah dengan prosedur kegiatan
pengembangan sebagai berikut:
RPPH 1 : Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan adalah
memasang dan membuka kancing baju
RPPH II : Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan adalah
membuka dan menutup resleting
RPPH III : Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan adalah
memasang dan membuka tali sepatu
RPPH IV : Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan adalah
mengikat pita warna warni
RPPH V : Kegiatan pengembangan yang akan dilaksanakan adalah
memasang dan membuka sabuk/gesper.

17
c. Tahapan Pengamatan atau Observasi
Tahapan pengamatan pada siklus kedua sama dengan yang dilakukan
pada siklus pertama. Tahapan pengamatan dilakuan pada saat kegiatan proses
pembelajaran berlangsung hingga pembelajaran berakhir. Peneliti mengamati dan
mencatat kegiatan siswa, Penilai 1&2 mengamati peneliti untuk dilihat kemajuan
dari tiap aspek yang diamati sesuai dengan lembar observasi yang ada.
d. Refleksi
Tahapan akhir dari siklus kedua adalah tahapan refleksi. Sama
dengan siklus pertama peneliti dan kolaborator juga menganalisis dan mengolah
nilai yang terdapat pada lembar observasi yang ada.
HASIL DARI PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pengembangan
1. Siklus 1
a. Tujuan Perbaikan
 Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
 Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui
penggunaan media papan kerja.
 Untuk mengenalkam media papan kerja.
b. Keberhasilan dan kegagalan rencana perbaikan pelaksanaan
pengembangan
1) Skenario Hasil Perbaikan RPPH I
Kekuatan : Dengan penggunaan media papan kerja
membuat anak antusias mengikut kegiatan
belajar. Sehingga anak memusatkan
perhatian pada kegiatan pembelajaran.
Kelemahan : Anak masih memerlukan bantuan
menggunakan media papan kerja.
2) Skenario Hasil Perbaikan RPPH II
Kekuatan : Kegiatan pembelajaran dalam upaya
meningkatkan kemampuan motorik halus
melalui penggunaan media apan kerja
membuat anak antusias mengikutinya dan

18
melakukan kegiatan dengan penuh
semangat.
Kelemahan : Masih ada anak yang tidak sabar menunggu
giliran menggunakan media papan kerja.
3) Skenario Hasil Perbaikan RPPH III
Kekuatan : Perhatian anak terfokus untuk mencoba
media papan kerja guna meningkatkan
kemampuan motorik halusnya.
Kelemahan : Media papan kerja terbatas jumlahnya
sehingga anak harus antri menggunakannya
4) Skenario perbaikan RPPH IV
Kekuatan : Anak sanngat senang mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan media
papan kerja dalam meningkatkan
kemampuan motorik halusnya
Kelemahan : Penggunaan waktu yang sudah dirancang
melebihi waktu yang telah ditentukan.
5) Skenario Hasil Perbaikan RPPH V
Kekuatan : Peneliti menyampaikan cara menggunakan
media papan kerja anak terfokus pada
penjelasan yang di berikan oleh guru.
Kelemahan : Ketika anak mencoba mengunakan media
papan kerja, masih ada anak yang belum
mampu untuk menggunakannya dengan
benar.
2. Siklus II
a. Tujuan Perbaikan
 Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
 Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui
penggunaan media papan kerja.
b. Keberhasilan dan kegagalan rencana perbaikan pelaksanaan
pembelajaran setelah melaksanakan :

19
1) Skenario Hasil perbaikan RPPH I
Kekuatan : Dengan penggunaan media papan kerja
membuat anak antusias mengikut kegiatan
belajar. Sehingga anak memusatkan
perhatian pada kegiatan pembelajaran.
Kelemahan : Tidak ada kelemahan yang berarti dalam
menggunakan media papan kerja.
2) Skenario Hasil Perbaikan RPPH II
Kekuatan : Kegiatan pembelajaran dalam upaya
meningkatkan kemampuan motorik halus
melalui penggunaan media apan kerja
membuat anak antusias mengikutinya dan
melakukan kegiatan dengan penuh
semangat.
Kelemahan : Tidak ada kelemahan yang berarti dalam
menggunakan media papan kerja.
3) Skenario Hasil Perbaikan RPPH III
Kekuatan : Perhatian anak terfokus untuk mencoba
media papan kerja guna meningkatkan
kemampuan motorik halusnya.
Kelemahan : Tidak ada kelemahan yang berarti dalam
menggunakan media papan kerja.
4) Skenario Hasil Perbaikan RPPH IV
Kekuatan : Anak sanngat senang mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan media
papan kerja dalam meningkatkan
kemampuan motorik halusnya
Kelemahan : Tidak ada kelemahan yang berarti dalam
menggunakan media papan kerja.
5) Skenario perbaikan RPPH V
Kekuatan : Peneliti menyampaikan cara menggunakan
media papan kerja anak terfokus pada

20
penjelasan yang di berikan oleh guru.
Kelemahan : Tidak ada kelemahan yang berarti dalam
menggunakan media papan kerja.
B. Pembahasan Dari Setiap Siklus
1. Siklus I
Berdasarkan hasil perbaikan pengembangan siklus I dapat disimpulkan
bahwa kemampan motorik halus di Kelompok B RA Yamaba melalui penggunaan
media papan kerja mengalami peningkatan dibandingkan kondisi awal sebelum
tindakan perbaikan yaitu dengan kriteria belum berkembang yang tadinya
berjumlah 6 anak atau sama dengan 20% menjadi 0%, kriteria mulai berkembang
yang semula 11 anak atau sama dengan 37% berkurang menjadi 8 anak atau sama
dengan 25%, kriteria berkembang sesuai harapan meningkat yang semula 8 anak
atau sama dengan 27% menjadi 16 anak atau sama dengan 55%, dan kriteria
berkembang sangat baik pun menigkat dari 5 anak atau sama dengan 16% menjadi
6 anak atau sama dengan 20%.
2. Siklus II
Berdasarkan hasil perbaikan pengembangan siklus II dapat disimpulkan
bahwa kemampan motorik halus di Kelompok B RA Yamaba melalui penggunaan
media papan kerja mengalami peningkatan dibandingkan siklus I yaitu dengan
kriteria anak yang belum berkembang dan mulai berkembang sudah tidak ada.
kriteria berkembang sesuai harapan berkurang yang semula 16 anak atau sama
dengan 55% menjadi 8 anak atau sama dengan 10%, dan kriteria berkembang
sangat baik pun meningkat dari 6 atau sama dengan 20% menjadi 22 anak atau
sama dengan 75%.

Gambar Grafik

21
Grafik Peningkatan Kemampuan Motorik Halus

Persentase Kemampuan Motorik Halus


Melalui Penggunaan Media Papan Kerja Siklus II
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Siklus I Siklus II

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis


tindakan untuk kemampuan motorik halus siklus II mengalami peningkatan yang
signifikan melalui penggunaan media papan kerja di Kelompok B RA Yamaba
Desa Jatitujuh Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka.
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis
tindakan untuk kemampuan motorik halus dapat ditingkatkan melalui
penggunaan media papan kerja di Kelompok B RA Yamaba Desa Jatitujuh
Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka. Hal ini cukup efektif bagi anak
untuk memberikan pengalaman secara langsung apa yang mereka pelajari.
Sehingga, pemahaman anak tentang apa yang mereka pelajari menjadi meningkat.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilakukan melalui beberapa proses
pembelajaran yang terdiri dari siklus I dan siklus II, dan berdasarkan seluruh
pembahasan serta analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Persiapan pembelajaran dengan menggunakan media papan kerja dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak dan dilaksanakan dengan baik
sesuai dengan rambu-rambu kurikulum yang berlaku melalui tahapan
kegiatan: (1) analisis masalah awal terhadap kemampuan awal anak dalam
kemampuan motorik halus; (2) merumuskan alternatif pemecahan masalah,
yakni dengan menggunakan media papan kerja; dan (3) menggunakan

22
penelitian tindakan kelas, yakni menggunakan desain siklus, dimana
perbaikan pembelajaran menggunakan perbaikan berkelanjutan, yang dalam
hal ini dilakukan dalam dua siklus.
2. Proses pembelajaran dengan menggunakan media papan kerja dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak dan dilaksanakan dengan
sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan
peningkatan nilai rata-rata kemampuan motorik halus siswa RA Yamaba
Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka yang mencapai nilai 75%.
3. Penggunaan media papan kerja dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus anak. Hal ini ditandai dengan beberapa indikator, seperti: (1) Anak
semakin terampil dalam melakukan kebutuhannya sehari-hari seperti
memasang dan membuka kancing, memasang dan membuka tali sepatu,
memasang dan membuka resleting, memasang dan membuka gesper/sabuk,
mengikat pita; (2) kemandirian dan rasa percaya diri anak yang meningkat
dalam mengurus kebutuhannya sendiri.
B. SaranTindak Lanjut
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dan data hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan media papan kerja dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Sehubungan dengan hal tersebut,
disarankan beberapa hal berikut ini.
1. Bagi anak usia dini
Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus disarankan untuk
menggunakan media papan kerja. Hal ini karena terbukti dalam penelitian ini
bahwa penggunaan media papan kerja dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak secara signifikan. Anak-anak juga diharapkan untuk
selalu berani dan mau mencoba sesuatu hal baru dan tetap semangat
2. Bagi guru Raudhatul Athfal
Diharapkan mau mencoba penggunaan media papan kerja ini dengan disertai
perencanaan yang baik dan matang.

3. Bagi lembaga

23
Diharapkan dapat memfasilitasi dan memotivasi guru untuk mencoba media
papan kerja ini dalam pembelajaran meningkatkan kemampuan motorik halus
anak.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2014). Kurikulum 2013. Jakarta: Depdiknas.

Hainstock, E. G. (1999). Metode Pengajaran Montesori Untuk Anak Pra-Sekolah.


Jakarta: Pustaka Delapratasa.

Iskandar, B., Hidayat R., Hidayat K. (2001). Metode Pengembangan Kemampuan


Motorik. Bandung: Depdiknas.Dirjendikdasmen.

Mujito. (2008).Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Di Taman Kanak-


kanak. Jakarta: Depdiknas.Dirjendikdasmen.

Rahardi. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Rahayu, E.S., I Made Nuryata. (2010). Pembelajaran Masa Kini. Jakarta:


Sekarmita

Saputra, Y.M., Badruzaman. (2009). Perkembangan Pembelajaran Motorik.


Bandung: UPI.

Sri Tatminingsih, dkk (2019). Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional.


Jakarta: Universitas Terbuka

Sujiono, B. (2006). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Surayin. (2003). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

Tim Penyusun Naskah Guru TK PGTK UPI. (2008). Pengembangan Profesi Guru
TK.(PLPG).UPI.

Zaman, B., Henawan, A.H., Eliyawati, C.(2007). Media dan Sumber Belajar TK.
Jakarta: Universitas Terbuka.

24

Anda mungkin juga menyukai