Anda di halaman 1dari 28

PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN IPA TENTANG

MATERI SISTEM TATA SURYA MELALUI PENGGUNAAN


MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VI SDN DAWUAN I
KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN MAJALENGKA

Yogi Cahyandi
857444369
yogicahyandi@gmail.com

ABSTRAK

Inti permasalahan dalan pembelajaran IPA di SDN Dawuan I masih


rendahnya hasil belajar siswa yang masi jauh dari target kurikulum maupun
KKM mata pelajaran IPA yaitu 70. Dari tes hasil belajar terlihat bahwa dari 33
orang siswa hanya 7 orang siswa (21%) yang mendapat nilai ≥ 70. Sedangkan
sebanyak 26 orang siswa (79%) mendapati nilai < 70, dan rata-rata kelasnya
sebesar 61. Dilihat dari rata-rata kelas, jika dibandingkan dengan KKM sekolah
yaitu sebesar 65 maka masih kurang. Adapun tujuan dari penelitian perbaikan
pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA tentang
materi Sistem Tata Surya melalui penggunaan media gambar pada siswa kelas VI
Semester 2 SDN Dawuan I Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka. Upaya
meningkatkan hasil pembelajaran IPA tentang materi sistem tata surya melalui
penggunaan media gambar pada siswa kelas VI SDN Dawuan I dinyatakan
berhasil. Adapun indikator keberhasilan tersebut terlihat dari peningkatan
kualitas pembelajaran, yaitu: 1) meningkatnya rata-rata dalam pencapaian hasil
belajar, sebelum pelaksanaan tindakan atau pra siklus rata-rata kelas hanya 61,
pada siklus 2 dari sepuluh item soal yang diteskan diperoleh rata-rata kelas 74
dengan ketuntasan mencapai 76%.; 2) meningkatnya capaian kinerja guru dari
kedua siklus yang telah dilaksanakan,; dan 3) meningkatnya capaian aktivitas
siswa. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
pembelajaran IPA, peneliti menggunakan media gambar dalam pembelajaran.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Tata Surya, Media Gambar.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di jenjang
sekolah dasar, tentunya memiliki karakteristik tersendiri baik dari kompetensi
maupun keterampilan yang harus dimiliki oleh semua siswa setelah
mempelajarinya. Dengan demikian pengemasan pembelajarannya pun harus

1
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPA agar tujuan pembelajaran IPA
tercapai secara ideal.
Tujuan-tujuan mata pelajaran IPA tersebut akan tercapai jika pembelajaran
yang dikembangkan oleh guru memperhatikan karakteristik mata pelajaran IPA
dan karakteristik para siswa. Tentunya pengembangan pembelajaran ini pula
berpedoman kepada ruang lingkup mata pelajaran IPA yang meliputi konsep,
prinsip, fakta, dan hukum yang dapat dimanfaatkan di dalam menyelesaikan
masalah sehari-hari.
Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang konsteptual karena
berhubungan dengan berbagai unsur yang ada di lingkungan dan tidak terlepas
dari kehidupan siswa baik secara individu maupun secara universal. Sehingga
dalam pembelajaran IPA siswa dituntut untuk terlibat secara aktif dalam
mengamati, mengelompokkan, menafsirkan sampai manarik kesimpulan yang
pada akhirnya siswa mampu mempunyai sikap ilmiah sehingga dapat diterapkan
dalam kehidupannya.
Tuntutan kemampuan proses maupun aktulisasi diri dalam mata pelajaran
IPA menjadi keharusan. Sehingga pengembangan pembelajaran harus dilakukan
secara ideal. Pengembangan pembelajaran secara konvensional yang memandang
IPA merupakan konsep-konsep yang harus dihafal sudah saatnya dirubah dan
disesuaikan dengan orientasi IPA dan tuntutan kemampuan yang diharapkan.
Kondisi pembelajaran yang ideal tidak selamanya terselenggara, dikarenakan
berbagai sebab.
Tidak idealnya pembelajaran IPA adalah seperti yang terjadi di SDN
Dawuan I dalam materi sistem tata surya. Dalam pembelajaran ini kebanyakan
siswa kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan. Aktivitas siswa
hanya mencatat, mendengarkan ceramah, dan menghafal konsep sehingga siswa
mudah merasa bosan. Dominasi guru dalam menjelaskan materi sangat kuat,
pengembangan pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat terlibat secara
aktif dan kreatif sangat minim. Apalagi pengembangan pembelajaan yang
melibatkan siswa dengan konteks yang bersifat nyata hampir tidak pernah

2
dilakukan, sehingga pemahaman mengenai konsep yang dipelajari tidak tertanam
kuat dalam diri siswa.
Dampak dari pembelajaran seperti ini adalah diperolehnya hasil belajar
siswa yang masih jauh dari target kurikulum maupun KKM mata pelajaran IPA
yaitu 70. Dari tes hasil belajar terlihat bahwa dari 33 orang siswa hanya 7 orang
siswa (21%) yang mendapat nilai ≥ 70. Sedangkan sebanyak 26 orang siswa
(79%) mendapati nilai < 70, dan rata-rata kelasnya sebesar 61. Dilihat dari rata-
rata kelas, jika dibandingkan dengan KKM sekolah yaitu sebesar 65 maka masih
kurang. Menyikapi data dari hasil pembelajaran seperti ini mengindikasikan
adanya permasalahan yang harus segera ditangani, khususnya dalam pembelajaran
IPA materi susunan planet dalam sistem tata surya di kelas VI SDN Dawuan I.
Fakta di lapangan tersebut bertentangan dengan teori keberhasilan belajar
yang mana setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar.
Masalah yang dihadapi adalah sampai sejauh mana prestasi belajar yang telah
dicapai. Berdasarkan hal tersebut, Djamarah dan Aswan Zain (2006: 107)
membagi tingkat keberhasilan belajar menjadi tiga macam, yaitu: (1)
istimewa/maksimal, apabila seluruh materi yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh
peserta didik, (2) baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76% - 99%) materi
yang diajarkan dapat dikuasai oleh peserta didik, (3) baik/minimal, apabila materi
60% - 75% saja yang dikuasai peserta didik, dan (4) kurang, apabila materi yang
diajarkan kurang dari 60%  dikuasai oleh peserta didik.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data-data temuan hasil observasi di atas, penulis membuat
identifikasi masalah sebagai berikut:
a. Siswa kurang meminati materi pelajaran.
b. Guru tidak memberikan apersepsi di awal pembelajaran.
c. Guru tidak menjelaskan tujuan pembelajaran di awal pembelajaran.
d. Guru terlalu monoton dalam melaksanakan pembelajaran.
e. Guru mengajar tidak menggunakan media pembelajaran yang relevan.
2. Analisis Masalah

3
Setelah mengidentifikasi berbagai permasalahan yang terjadi pada
pembelajaran IPA, maka penulis menganalisis beberapa faktor penyebab yang
tampak ke permukaan pada saat pembelajaran berlangsung baik itu dari kinerja
guru maupun aktivitas siswa yang dapat disimpulkan adalah pembelajaran yang
masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan,
guru masih mengajar secara konvensional dan klasikal tanpa menggunakan media
pembelajaran konkret yang menarik sehingga pembelajaran terkesan verbalisme.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis beberapa permasalahan di atas, selanjutnya peneliti
menetapkan fokus permasalahan pada tidak adanya pemanfaatan media oleh guru
dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa cenderung kesulitan dalam
memahami materi-materi yang bersifat abstrak yang pada akhirnya berpengaruh
pada prestasi atau hasil belajar siswa. Dengan demikian penulis membuat
alternatif dan prioritas pemecahan tersebut dengan penggunaan media gambar.
Sebagai implementasinya penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan
judul ”Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA tentang materi Sistem Tata Surya
melalui Penggunaan Media Gambar pada Siswa Kelas VI SDN Dawuan I
Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka”.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
“Bagaimana peningkatan hasil pembelajaran IPA tentang materi Sistem Tata
Surya melalui penggunaan media gambar pada siswa kelas VI SDN Dawuan I
Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2020/2021?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
perbaikan pembelajaran ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil
pembelajaran IPA tentang materi Sistem Tata Surya melalui penggunaan media
gambar pada siswa kelas VI SDN Dawuan I Kecamatan Dawuan Kabupaten
Majalengka.

4
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini bermanfaat untuk dapat menambah pengetahuan terutama
tentang efektivitas pemanfaatan media pembelajaran IPA di kelas VI
SDN Dawuan I Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka.
b. Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk memberikan konstribusi
pemikiran dan pengalaman penelitian dalam mengembangkan
kemampuan profesional dalam dunia pendidikan dan pengajaran.
2. Manfaat bagi Siswa
a. Memperbaiki hasil pembelajaran IPA.
b. Memberikan pengalaman dan latihan yang menarik serta menimbulkan
kegairahan, rasa ingin tahu dalam belajar, melatih berpikir konstruktif
sehingga mampu mengembangkan kemampuan kognitif siswa dengan
media pembelajaran ini akan memungkinkan interaksi yang lebih
langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
3. Manfaat bagi guru
a. Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran IPA.
b. Meningkatkan profesionalisme guru melalui penelitian sehingga dapat
mengetahui kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran dan dapat
mencari serta menemukan alternatif untuk memperbaikinya.
4. Manfaat bagi sekolah
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumber kepustakaan dan referensi
bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA.
5. Manfaat bagi Dinas Pendidikan
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai acuan dalam menentukan arah dan
kebijakan serta langkah perbaikan menuju kualitas pendidikan yang lebih
baik.

5
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Materi Pembelajaran IPA di SD
1. Pengertian Pembelajaran
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I pasal 1,
pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, pembelajaran
merupakan interaksi antara siswa dengan guru atau sumber belajar yang
lain dalam lingkungan belajar. Sedangkan Uno (2012:2) berpendapat
bahwa pembelajaran adalah suatu upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang
diinginkan.
Lebih lanjut Majid (2013:4) berpendapat bahwa pembelajaran
adalah suatu kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan perilaku,
sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Senada dengan itu, Mulyasa (2012:129) mengemukakan bahwa
pembelajaran merupakan implementasi kurikulum yang menuntut
keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta
didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran di atas, maka
penulis simpulkan bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai
perubahan dalam perilaku peserta didik sebagai hasil interaksi antara
dirinya dengan pendidik dan/atau sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Tujuan Pembelajaran

6
Tingkat keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tercapai
tidaknya tujuan pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran adalah aspek
yang perlu diperhatikan di dalam merencanakan pembelajaran, sebab
merupakan tujuan akhir dari suatu pembelajaran atau cerminan berhasil
tidaknya pembelajaran tersebut. Ada beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh melalui perancangan tujuan pembelajaran tersebut,
sebagaimana dikemukakan oleh Yamin, dkk (2012:130) yaitu: 1) Waktu
mengajar lebih efektif dan efisien; 2) Pokok bahasan dapat dibuat
seimbang; 3) Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran
yang disajikan dalam setiap jam pelajaran; 4) Guru dapat menetapkan
urutan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat; 5) Guru dapat
menetapkan strategi pembelajaran yang relevan; 6) Guru dapat
mempersiapkan peralatan maupun bahan pembelajaran; 7) Guru dapat
mengukur keberhasilan siswa dalam belajar; dan 8) Guru dapat menjamin
bahwa hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan tanpa tujuan yang
jelas.
3. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang
memuat materinya berisikan tentang gejala-gejala alam. Materi tersebut
disajikan melalui kegiatan yang telah disusun dan dilaksanakan secara
sistematis agar siswa dapat memahami dengan sendirinya tentang gejala-
gejala di alam dengan pengalaman yang diperoleh.
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu tentang suatu zat, baik
makhluk hidup maupun benda hidup yang diamati, disampaikan melalui
suatu pembelajaran sehingga di khususkan menjadi suatu mata pelajaran
yang memiliki tujuan tertentu (Trianto, 2010:136).
Materi IPA dalam prosesnya secara tidak langsung memiliki
tujuan bagi penerima ilmu itu sendiri sehingga tujuan akan lebih mudah
tercapai dengan dikhususkannya IPA menjadi sebuah mata pelajaran.
Berkenaan dengan dengan hal itu, menurut Trianto (2010:142)
sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana termaktub

7
dalam taksonomi Bloom bahwa tujuan utama dalam pembelajaran yaitu
memberikan pengetahuan (kognitif), memberikan keterampilan
(psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman,
kebiasaan dan apresiasi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
utama bagi mata pelajaran IPA adalah memberikan tiga ranah
pembelajaran sekaligusm yakni ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif..
Ketiga ranah tersebut diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam proses pencapaiannya diperlukan keterlibatan
panca indera seseorang yang berguna bagi pembentukan keterampilan
sehingga bermanfaat untuk mengatasi sebuah permasalahan di masa yang
akan datang.

4. Tujuan Mata Pelajaran IPA di SD


Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:37), mata
pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

8
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA di SD Kelas


VI
Ruang lingkup materi IPA tingkat SD dalam KTSP meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat dan gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya
dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda langit
lainnya.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) materi tentang
sistem tata surya pada Mata Pelajaran IPA yakni SK (9) Memahami matahari
sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya, dan KD (9.1)
Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya. SK dan KD
tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian dengan ruang lingkup bahan
kajian IPA/SD dalam KTSP yaitu termasuk dalam aspek Bumi dan alam semesta
meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda langit lainnya.

B. Tinjauan Materi Media Pembelajaran Gambar


1. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan (materi pelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian,
minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Daryanto, 2011:5).
2. Fungsi Media Pembelajaran
Media memiliki fungsi sebagai alat penyampai informasi dari guru ke
siswa. Adapun metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam mengolah

9
informasi yang diperoleh dalam pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran
(Daryanto, 2011:7).
3. Karakteristik Media Gambar
a. Pengertian Media Gambar
Media gambar adalah media yang umum dipakai untuk mempermudah
menangkap informasi yang disampaikan. Oleh karena itu sebuah pepatah
mengatakan bahwa “gambar berbicara lebih banyak dari pada seribu kata”.
Uno (2009:119) mendefinisikan media gambar sebagai representasi scara
visual dari benda hidup atau pun benda mati yang dituangkan di atas kanvas,
kertas, atau bahan lain, baik dengan cara lukisan, gambar, atau foto. Ukuran foto
atau gambar dapat diperbesar atau diperkecil agar dapat digunakan untuk
keperluan pembelajaran tertentu.
Pemanfaatan media gambar dalam proses pembelajaran sangat membantu
pengajar dalam beberapa hal, karena: a) menarik perhatian; b) menyediakan
gambar nyata; c) unik, d) memperjelas hal-hal yang bersifat abstrak; dan e)
mampu mengilustrasikan suatu proses. Hackbarth (dalam Uno, 2009:119).
b. Kelebihan Media Gambar
Menurut Yustina (2011:17), beberapa kelebihan dari media gambar
adalah sebagai berikut:
1) Sifatnya konkret;
2) Gambar dapat mengatasi masalah batasan ruang dan waktu;
3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasn pengamatan;
4) Dapat memperjelas suatu masalah; dan
5) Murah harganya, mudah didapat, dan mudah digunakan.
c. Kelemahan Media Gambar
Selain mempunyai kelebihan-kelebihan, media gambar mempunyai
beberapa kelemahan, sebagaimana dikemukakan oleh Yustina (2011:17) yaitu:
1) Gambar hanya menekankan persepsi indra mata;
2) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan
pembelajaran;
3) Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar; dan

10
4) Tidak menampilkan unsur audio dan motion.

C. Tinjauan Materi Hasil Belajar


1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu akibat yang dihasilkan dari proses belajar
dengan menggunakan alat pengukuran berupa tes (tes tulis, tes lisan, tes
perbuatan) yang disusun secara terencana dengan baik (Sudjana, 2014:20).
Hasil belajar juga merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Belajar dengan model yang tepat
dapat membuat siswa mudah memahami materi pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Macam-macam Hasil Belajar
Macam-macam hasil belajar menurut Bloom (dalam Utami 2018) dalam
sistem pendidikan nasional mengklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu:
a. Ranah Kognitif
Berkaitan dengan hasil belajar yang terdiri dari aspek pengetahuan,
pemahaman, sintesis, analisis, aplikasi dan evaluasi. Hasil belajar dapat diambil
dari lembar kerja siswa dan hasil evaluasi akhir.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Dalam ranah afektif,
terdapat lima jenis kategori, yakni: 1) reciving/Attending; 2) responding atau
jawaban; 3) valuing atau penilaian; 4) organisasi; dan 5) karakteristik.
c. Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan, yakni:
1) Gerakan reflex
2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar
3) Kemampuan perseptual
4) Kemampuan di bidang fisik
5) Gerakan-gerakan skill
6) Kemampuan yang berkenaan dengaan komunikasi non decursive.

11
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
faktor kemampuan siswa dan faktor lingkungan. Menurut Slameto (2010:54),
faktor-faktor tersebut secara global dapat diuraikan dalam dua bagian, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Yang
termasuk kedalam faktor ini adalah:
1) Faktor jasmani, yaitu meliputi:
a) Faktor Kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah
keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap
belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang
bersemangat.
b) Cacat Tubuh. Yaitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
2) Faktor psikologis, yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan dan kesiapan.
a) Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapai dan menyesuaikan kedalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun
semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau
sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik,
maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
c) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap

12
belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,
karena tidak ada daya tarik baginya.
d) Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesuai belajar dan berlatih.
Jadi jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar, jika bahan
pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah
selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.
e) Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di
dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi
untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya
penggerak/pendorongnya.
f) Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru.
g) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga
berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti
kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.
3) Faktor kelelahan, yang meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani
dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang termasuk
kedalam faktor eksternal adalah:
1) Faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

13
2) Faktor sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah pelajaran dan waktu sekolah, standar
pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
3) Faktor Masyarakat. Masyarakat sangat berpengaruh terhadap belajar
siswa karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Seperti kegiatan
siswa dalam masyarakat, mass media yang juga berpengaruh terhadap
positif dan negatifnya, pengaruh dari teman bergaul siswa dan kehidupan
masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa.

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI tahun ajaran 2020/2021
yang berjumlah 33 orang, terdiri dari 16 laki-laki dan 17 perempuan.
Penelitian ini bertempat di SDN Dawuan I yang beralamat di Jalan Raya
Cirebon-Bandung Desa Dawuan Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka.
Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, mulai dari bulan April sampai
dengan Juni 2021.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Metode yang relevan dengan permasalahan yang dihadapai adalah melalui
penelitian tindakan kelas (classroom action research). Beberapa ahli telah
mengemukakan pengertian dari penelitian tindakan kelas (PTK), diantaranya
adalah menurut Wardani, dkk (2014:1.4) yang mengemukakan bahwa: “Penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”.
Dengan mengacu kepada beberapa pendapat tersebut, maka dapat
dimaknai bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian tindakan
yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki/meningkakan praktik
pembelajaran. Penelitian ini termasuk pada penelitian kualitatif, sehingga
pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

14
Sugiyono (2011:23) mengemukakan bahwa “data penelitian kualitatif adalah data
yang berbentuk kalimat, kata atau gambar”.
Desain penelitian yang digunakan adalah berbentuk siklus yang mengacu
kepada rancangan penelitian yang dilakukan oleh Kemmis dan Taggart yaitu
model spiral. Dalam model spiral ini digunakan empat komponen penelitian
tindakan (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) dalam suatu sistem
spiral yang saling terkait.
1. Tahap Perencanaan (Plan)
Tahap perencanaan merupakan bagian awal dari rancangan penelitian
tindakan kelas, berisi rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan
masalah yang telah ditetapkan. Arikunto (2010:98) menyatakan, “Dalam tahap ini
peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan”. Kemudian dalam tahap ini, peneliti
menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus
untuk diamati dan membuat instrument pengamatan untuk merekam fakta yang
terjadi selama pengamatan berlangsung.
Tahap perencanaan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Meminta ijin kepada kepala sekolah.
b. Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 1 mata pelajaran IPA.
c. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
d. Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.
e. Menyiapkan lembar penilaian.
f. Membuat lembar observasi.

2. Tahap Pelaksanaan (Action)


Tahap pelaksanaan tindakan adalah implementasi atau penerapan isi
rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas (Arikunto,
2010:99). Dalam tahap ini peneliti terutama guru melakukan tindakan-tindakan,
yaitu sebagai aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan
adanya peningkatan perbaikan dalam proses pembelajaran dan praktik pendidikan
dalam kondisi kelas tertentu.

15
Tahap pelaksanaan tindakan memfokuskan pada kegiatan:
a. Menggunakan gambar-gambar yang sesuai dengan materi pelajaran
b. Melibatkan siswa dalam penggunaan media gambar.

3. Tahap Observasi (Observation)


Tahap observasi yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat. Sebetulnya
sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan
tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang
dilakukan (Arikunto, 2010:99) Dalam pelaksanaan observasi, yang dicari adalah
data tentang pelaksanaan dari rancangan tindakan. Hasil observasi kemudian
dijadikan bahan kajian untuk mengkur keberhasilan tindakan.
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan
yaitu pada proses pembelajaran IPA dengan menggunakan media gambar.
Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah :
a) Peneliti memonitor siswa selama proses pembelajaran.
b) Peneliti menilai hasil yang dicapai setelah pelaksanaan pembelajaran.
c) Membuat lembar pengamatan (keaktifan siswa).

4. Tahap Refleksi (Reflection)


Tahap refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah terjadi. Pada dasarnya tahap refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis,
interprestasi, dan eksplansi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh
dari kegiatan observasi. Data yang tekumpul harus secepatnya dianalisis dan
diinterprestasi (diberi makna) sehingga dapat segera diketahui apakah tindakan
yang dilakukan telah mencapai tujuan. Interprestasi (pemaknaan) hasil observasi
menjadi dasar untuk melakukan evaluasi sehingga dapat disusun langkah-langkah
berikutnya dalam pelaksanaan tindakan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Deskripsi Siklus 1
a. Perencanaan

16
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan tindakan siklus 1
adalah sebagai berikut:
1) Meminta ijin kepada kepala sekolah.
2) Menentukan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan KTSP.
3) Membuat RPP dengan materi tentang susunan planet dalam sistem tata surya
dengan menggunakan media gambar. RPP tersebut digunakan untuk satu kali
pertemuan dengan alokasi waktu 1 x 35 menit.
4) Membuat LKS yang akan digunakan oleh siswa sebagai pedoman dalam
melakukan kegiatan pembelajaran.
5) Membuat pedoman observasi yang berguna untuk mengamati kinerja guru
dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
6) Membuat alat evaluasi tes akhir belajar untuk melihat hasil belajar siswa yang
sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran.
7) Meminta bimbingan dan arahan kepada guru pendamping selaku observer.
b. Pelaksanaan
Siklus I ini dilaksanakan pada hari Selasa, 27 April 2021, dengan alokasi
waktu 1 x 35 menit yang dimulai pada pukul 07.30 – 08.05, dengan diikuti oleh
33 orang siswa.
c. Observasi
1) Kinerja Guru
Berdasarkan data hasil observasi kinerja guru pada siklus 1, bahwa dari 24
indikator diperoleh data sebagai berikut:
a) Guru baru bisa melaksanakan 15 indikator (62,5%) sedangkan 9 indikator
(37,5%) masih belum bisa dilaksanakan.
b) Jika mengacu kepada kriterian penilaian kinerja guru, maka kinerja guru pada
pelaksanaan pembelajaran IPA tentang materi susunan planet dalam sistem
tata surya dengan menggunakan media gambar, pada siklus 1 ini baru
mencapai kriteria “sebagian besar” karena berada dalam interval 51 % - 75 %.
2) Keaktifan Siswa
Berdasarkan data hasil observasi keaktifan siswa pada siklus 1, dapat
disimpulkan bahwa:

17
a) Dari aspek kerjasama siswa yang diamati, siswa yang memperoleh kriteria
baik sebanyak 6 orang (18%), kriteria cukup 19 orang (58%), dan kriteria
kurang 8 orang (24%).
b) Dari aspek keterlibatan siswa yang diamati, siswa yang memperoleh kriteria
baik tidak ada (0%), kriteria cukup 10 orang (30%), dan kriteria kurang 23
orang (70%).
c) Secara keseluruhan persentase dari dua aspek yang diamatu, siswa siswa yang
memperoleh kriteria baik sebanyak 7 orang (21%), kriteria cukup 18 orang
(55%), dan kriteria kurang 8 orang (24%). Artinya berdasarkan gambaran
data tersebut menunjukan bahwa aktivitas siswa secara keseluruhan belum
mencapai kriteria yang diharapkan sesuai dengan target.
3) Hasil Belajar
Berdasarkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus 1,
diperoleh data hasil belajar sebagai berikut:
a) Siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 15 orang (45%) dan siswa yang tidak
tuntas sebanyak 18 orang (55%).
b) Rata-rata hasil tes belajar adalah 69.
c) Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka secara keseluruhan pembelajaran
belum dikatakan berhasil meskipun ada peningkatan karena tingkat kelulusan
siswa secara klasikal minimal 60% atau kriteria baik. Maka dengan demikian
perbaikan pembelajaran akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil analisis terhadap proses pelaksanaan dan hasil tindakan
siklus I dengan berdiskusi antara peneliti, guru, dan mitra, diperoleh temuan-
temuan sebagai berikut:
1) Berdasarkan hasil observasi, kinerja guru belum menunjukan keberhasilan
yang diharapkan. Hal ini terlihat dari 24 indikator yang dikembangkan, baru
15 dilaksanakan indikator atau 63%. Jika mengacu pada tingkat keberhasilan
yang ditetapkan untuk kinerja guru ini yakni 90% dengan interpretasi “hampir
seluruhnya” berada pada interval 76%-99%, maka upaya guru untuk
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa belum menunjukan

18
keberhasilannya. Pada setiap tahapan pembelajaran masih terdapat beberapa
indikator yang belum dilaksanakan, sehingga pemahaman siswa terhadap
materi susunan planet dalam sistem tata surya masih kurang. Guru kurang
peka dalam menanggapi persoalan yang dihadapi oleh siswa, sehingga
pemahaman siswa terhadap konsep materi pembelajaran masih bias.
2) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktvitas siswa pada siklus 1 baru
menunjukan 70 % artinya belum sampai kepada apa yang diharapkan sampai
dengan 90% siswa belum sepenuhnya termotivasi untuk aktif belajar, hal ini
disebabkan oleh kurangnya motivasi dari guru.
3) Dengan memperhatikan perolehan skor dan nilai, rata-rata nilai mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap jumlah siswa yang tuntas
dalam pembelajaran ini. Pada siklus 1 ini jumlah siswa yang telah tuntas
mencapai 15 orang siswa atau sekitar 45% dan 18 orang siswa atau 55%
masih belum tuntas. Artinya telah terjadi kenaikan jumlah siswa yang tuntas
dari data awal.
Dengan memperhatikan data hasil kinerja guru, aktivitas siswa, dan tes
belajar siswa pada tindakan siklus 1, maka penggunaan media gambar pada materi
susunan planet pada sistem tata surya menunjukan perubahan positif dan telah
memberikan konstribusi dalam meningkatkan hasil belajar meskipun belum
sempurna sesuai dengan target yang diharapkan. Untuk meningkatkan hasil
belajar siswa tersebut, maka kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media
gambar baik perencanaan dan pelaksanaannya perlu dilakukan perbaikan-
perbaikan. Adapun fokus perbaikan pembelajaran berikutnya adalah sebagai
berikut:
1) Memperbaiki skenario pembelajaran, khususnya pada langkah-langkah
pembelajaran lebih diperjelas, mengembangkan materi pembelajaran, lebih
mengaktifkan kegiatan siswa, dan mengintensifkan penggunaan media
gambar.
2) Lebih melibatkan siswa dalam penggunaan media pembelajaran agar menjadi
sebuah pengalaman yang menyenangkan bagi siswa sehingga timbul motivasi
belajar.

19
3) Memberikan motivasi secara khusus kepada siswa yang kurang aktif dengan
memberinya stimulus serta memberikan kesempatan untuk berpendapat atau
pun menjawab.

2. Deskripsi Siklus 2
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan tindakan siklus 2
adalah sebagai berikut:
1) Membuat RPP dengan materi tentang susunan planet dalam sistem tata surya
dengan menggunakan media gambar. Pada langkah inti dalam RPP
ditambahkan langkah-langkah perbaikan sebagai hasil refleksi pada siklus
sebelumnya. Salah satu langkah perbaikan dalam RPP tersebut diantaranya
adalah:
a) Adanya sebuah konsep akronim nama-nama planet untuk mempermudah
menyebutkan nama-nama planet yaitu MEVEBUMAJUSAURNEP
(Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan
Neptunus).
b) Mengeksplorasi pengetahuan siswa tentang materi dengan memberinya
kesempatan berpendapat tentang media gambar yang digunakan.
c) Lebih melibatkan siswa dalam penggunaan media pembelajaran yang
digunakan yaitu media gambar.
2) Membuat LKS yang akan digunakan oleh siswa sebagai pedoman dalam
melakukan kegiatan pembelajaran.
3) Membuat pedoman observasi yang berguna untuk mengamati kinerja guru
dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
4) Membuat alat evaluasi tes akhir belajar untuk melihat hasil belajar siswa yang
sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran.
5) Meminta bimbingan dan arahan kepada guru pendamping selaku observer.
b. Pelaksanaan

20
Siklus 2 ini dilaksanakan pada hari Selasa, 04 Mei 2021, dengan alokasi
waktu 1 x 35 menit yang dimulai pada pukul 07.30 – 08.05, dengan diikuti oleh
33 orang siswa.
c. Observasi
1) Kinerja Guru
Berdasarkan data hasil observasi kinerja guru pada siklus 2, bahwa dari 24
indikator diperoleh data sebagai berikut:
a) Guru sudah bisa melaksanakan 24 indikator (100%), meskipun ada beberapa
catatan yang mesti ditingkatkan.
b) Jika mengacu kepada kriterian penilaian kinerja guru, maka kinerja guru pada
pelaksanaan pembelajaran IPA tentang materi susunan planet dalam sistem
tata surya dengan menggunakan media gambar, pada siklus 2 ini sudah
mencapai kriteria “seluruhnya” karena berada dalam interval 100 %.

2) Keaktifan Siswa
Berdasarkan data hasil observasi keaktifan siswa pada siklus 2, dapat
disimpulkan bahwa:
a) Dari aspek kerjasama siswa yang diamati, siswa yang memperoleh kriteria
baik sebanyak 30 orang (91%), kriteria cukup tidak ada (0%), dan kriteria
kurang 3 orang (9%).
b) Dari aspek keterlibatan siswa yang diamati, siswa yang memperoleh kriteria
baik 6 orang (18%), kriteria cukup 27 orang (82%), dan kriteria kurang tidak
ada (0%).
c) Secara keseluruhan persentase dari dua aspek yang diamatu, siswa siswa yang
memperoleh kriteria baik sebanyak 30 orang (91%), kriteria cukup 3 orang
(9%), dan kriteria kurang tidak ada (0%). Artinya berdasarkan gambaran data
tersebut menunjukan bahwa aktivitas siswa secara keseluruhan sudah
mencapai kriteria yang diharapkan sesuai dengan target meskipun ada 3 orang
atau 9% siswa yang masih butuh bimbingan dan motivasi secara khusus.
3) Hasil Belajar

21
Berdasarkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus 2, diperoleh
data hasil belajar sebagai berikut:
a) Siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 25 orang (76%) dan siswa yang tidak
tuntas sebanyak 8 orang (24%).
b) Rata-rata hasil tes belajar adalah 74.
c) Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka secara keseluruhan pembelajaran
dikatakan berhasil karena tingkat kelulusan siswa secara klasikal mencapai
76% dan melebihi kriteria minimal yang ditetapkan yakni tingkat kelulusan
minimal 60%. Maka dengan demikian perbaikan pembelajaran dinyatakan
berhasil dan kegiatan perbaikan pembelajaran berhenti sampai siklus 2 ini.
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil analisis terhadap proses pelaksanaan dan hasil tindakan
siklus 2 dengan berdiskusi antara peneliti, guru, dan mitra, diperoleh temuan-
temuan sebagai berikut:
1) Berdasarkan hasil observasi, kinerja guru mencapai keberhasilan yang
diharapkan meskipun ada beberapa catatan. Hal ini terlihat dari 24 indikator
yang dikembangkan, semuanya dilaksanakan atau 100%. Jika mengacu pada
tingkat keberhasilan yang ditetapkan untuk kinerja guru ini yakni 90%, maka
kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran mempunyai interpretasi
“seluruhnya”.
2) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktvitas siswa pada siklus 2, tingkat
keaktifan siswa mencapai 91% artinya tingkat keaktifan telah sesuai dengan
target yang diharapkan yaitu minimal mencapai 90%.
3) Dengan memperhatikan perolehan skor dan nilai, rata-rata nilai mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap jumlah siswa yang tuntas
dalam pembelajaran ini. Pada siklus 2 ini jumlah siswa yang telah tuntas
mencapai 25 orang siswa atau sekitar 76% dan sisanya sebanyak 8 orang
siswa atau 24% masih belum tuntas dan perlu bimbingan dan motivasi secara
intens dan khusus.
Dengan memperhatikan data hasil kinerja guru, aktivitas siswa, dan tes
belajar siswa pada tindakan siklus 2, maka penggunaan media gambar pada materi

22
susunan planet pada sistem tata surya menunjukan keberhasilan dengan
memberikan konstribusi berupa meningkatnya hasil belajar, tingkat keaktifan
siswa dalam belajar, dan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan
demikian perbaikan pembelajaran telah selesai sampai dengan siklus 2 ini dan
tidak lanjutkan ke siklus selanjutnya.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Pembahasan secara Teoritis
Djamarah dan Aswan Zain (2006: 107) membagi tingkat keberhasilan
belajar menjadi tiga macam, yaitu: (1) istimewa/maksimal, apabila seluruh materi
yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh peserta didik, (2) baik sekali/optimal,
apabila sebagian besar (76% - 99%) materi yang diajarkan dapat dikuasai oleh
peserta didik, (3) baik/minimal, apabila materi 60% - 75% saja yang dikuasai
peserta didik, dan (4) kurang, apabila materi yang diajarkan kurang dari
60%  dikuasai oleh peserta didik.
Berdasarkan pendapat tersebut, sebuah pembelajaran dikatakan berhasil
apabila materi yang diajarkan mampu dikuasai minimal 60%-75% dan mendapat
interpretasi “baik”.
Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran tersebut, dalam meningkatkan
hasil belajar IPA di kelas VI mengenai susunan planet dalam sistem tata surya,
peneliti menggunakan media gambar. Hal ini didasarkan karena media gambar
mudah, murah, dan menarik yang diharapkan dapat membantu siswa dalam
menguasai materi pelajaran.
Pemanfaatan media gambar dalam proses pembelajaran sangat membantu
pengajar dalam beberapa hal, karena: a) menarik perhatian; b) menyediakan
gambar nyata; c) unik, d) memperjelas hal-hal yang bersifat abstrak; dan e)
mampu mengilustrasikan suatu proses. Hackbarth (dalam Uno, 2009:119).

2. Pembahasan secara Empiris


a. Hasil Capaian Kinerja Guru
Berdasarkan hasil observasi capaian kinerja guru yang terdiri dari 24
indikator, terdapat peningkatan dari tiap siklusnya. Peningkatan kinerja guru

23
dalam pembelajaran ini tidak terlepas dari temuan-temuan dan masukan-masukan
dari guru pendamping yang bertindak sebagai observer. Persentase ketercapaian
indikator tiap aspek mengalami peningkatan tiap siklusnya, yaitu:
1) Tingkat ketercapaian pada kegiatan pendahuluan sebesar 67% pada siklus 1
meningkat menjadi 100% pada siklus 2.
2) Tingkat ketercapaian pada kegiatan inti sebesar 69% pada siklus 1 meningkat
menjadi 100% pada siklus 2.
3) Tingkat ketercapaian pada kegiatan penutup sebesar 40% pada siklus 1
meningkat menjadi 100% pada siklus 2.
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa guru memiliki komitmen yang
tinggi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media
gambar pada materi susunan planet dalam sistem tata surya. Dengan demikian
gambaran hasil analisis data terhadap kinerja guru telah menunjukan hasil yang
maksimal dalam memperbaiki proses pembelajaran.
b. Hasil Capaian Tingkat Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Aktivitas siswa yang diobservasi meliputi 2 aspek, yaitu aspek kerjasama
dan keterlibatan dengan masing-masing aspek terdiri dari 3 indikator. Berdasarkan
hasil observasi, diperoleh data bahwa pada setiap siklus mengalami kenaikan
yakni:
1) Kategori baik pada siklus 1 mencapai 21%, pada siklus 2 mencapai 91%.
2) Kategori cukup pada siklus 1 mencapai 55%, pada siklus 2 mencapai 9%.
3) Kategori kurang pada siklus 1 mencapai 24%, pada siklus 2 tidak ada.
Dengan demikian, tingkat capaian aktivitas siswa dikatakan berhasil
karena tingkat keaktifan pada siklus 2 mencapai 91%.
c. Hasil Capaian Belajar Siswa
Hasil pencapaian belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang telah
dilakukan pada tiap siklus. Hasil tes belajar tersebut mengalami peningkatan tiap
siklusnya dari mulai pra siklus dengan sampai siklus 2. Hal ini sejalan dengan
perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada tiap siklusnya. Kemampuan rata-rata
dalam pencapaian indikator mengalami peningkatan tiap siklusnya Dari sepuluh
item soal yang diteskan diperoleh data sebagai berikut:

24
1) Sebelum pelaksanaan tindakan atau pra siklus nilai rata-rata kelas hanya 61,
sedangkan ketuntasan belajarnya hanya mencapai 21%.
2) Pada siklus 1 nilai rata-rata kelas mencapai 69, sedangkan ketuntasan
belajarnya mencapai 45%.
3) Pada siklus 2 nilai rata-rata kelas mencapai 74, sedangkan ketuntasan
belajarnya mencapai 76%.
Berdasarkan uraian data di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa melalui
tindakan perbaikan yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran IPA tentang
susunan planet pada sistem tata surya di kelas VI, mulai dari siklus 1 sampai
siklus 2 diperoleh temuan penelitian sebagai berikut:
a. Dengan penggunaan media gambar, pembelajaran menjadi lebih menarik
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa tiap siklusnya dan mencapai
target tingkat ketuntasan belajar pada siklus 2.
b. Dengan penggunaan media gambar, siswa menjadi lebih tertarik untuk
bereksplorasi dan lebih aktif dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari
meningkatnya aktivitas siswa pada tiap siklusnya.
c. Dengan penggunaan media gambar, tingkat kepercayaan guru dalam
melaksanakan pembelajaran lebih percaya diri dan antusias. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya ketercapaian kinerja guru dalam tiap
siklusnya.

V. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT


A. Simpulan
Peningkatan hasil pembelajaran IPA tentang materi sistem tata surya
melalui penggunaan media gambar pada siswa kelas VI SDN Dawuan I
Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka dinyatakan berhasil. Adapun
indikator keberhasilan tersebut dapat dilihat dari peningkatan kualitas
pembelajaran, yaitu: 1) meningkatnya rata-rata dalam pencapaian hasil belajar.
Sebelum pelaksanaan tindakan atau pra siklus rata-rata kelas hanya 61, sedangkan
ketuntasan hanya mencapai 21%. Setelah pelaksanaan siklus 1, dari sepuluh item
soal yang diteskan diperoleh rata-rata kelas mencapai 69 dan ketuntasan mencapai

25
45%, selanjutnya hasil siklus 2 dari sepuluh item soal yang diteskan diperoleh
rata-rata kelas 74 dengan ketuntasan mencapai 76%; 2) meningkatnya capaian
kinerja guru yang diperoleh dari hasil observasi kinerja guru terdiri dari 24
indikator. Jika mengacu pada tingkat keberhasilan yang ditetapkan untuk kinerja
guru ini yakni 90%, maka kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran
mempunyai interpretasi “seluruhnya”; dan 3) meningkatnya capaian aktivitas
siswa pada setiap siklus yang terdiri dari dua aspek yang diamati yaitu kerjasama
dan keterlibatan. Dari kedua siklus tersebut diperoleh data yakni, pada siklus 1
kategori baik mencapai 21%, siklus 2 mencapai 91%. Kategori cukup pada siklus
1 mencapai 55%, siklus 2 mencapai 9%. Sedangkan kategori kurang pada siklus
1 mencapai 24%, pada siklus 2 tidak ada. Dengan demikian aktivitas siswa
mengalami peningkatan. sesuai dengan target yang diharapkan yaitu minimal
mencapai 90%.

B. Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam rangka memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran IPA, penulis
mengajukan saran sebagai tindak lanjut sebagai berikut:
1. Untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas terutama dalam pembelajaran
IPA, sebaiknya guru menggunakan media pembelajaran yang variatif dan
konkret, tidak mesti mahal meskipun sederhana tapi bermakna. Guru juga
perlu memperhatikan pemilihan media yang akan digunakan mesti relevan
dengan materi yang akan diajarkan.
2. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, pihak sekolah perlu mengadakan
sarana dan prasarana berkaitan dengan media pembelajaran yang lebih
konkret yang dapat memudahkan guru dalam mencapai tujuan belajar di
kelas.
3. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran, Dinas Pendidikan
dalam hal ini selaku pemangku kebijakan dalam dunia pendidikan, perlu
mengadakan seminar-seminar atau pun diklat-diklat guru.

26
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

BSNP. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI.


Jakarta: BP. Dharma Bhakti.

Daryanto. (2011). Media Pembelajaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani


Sejahtera.

Djamarah, S.B. dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropolgi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar


Isi.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Sudjana, N. (2014). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru


Algasindo.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung:


IKAPI.

Trianto. (2010). Pengantar Penelitian. Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi


Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

Uno, H.B. (2009). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, H.B. (2012). Perencaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

27
Utami, W. (2018). Mengenal Macan-macam Hasil Belajar. Diunduh 19 Mei 2021
dari https://widiutami.com/mengenal-macam-macam-hasil-belajar.html.

Wardani, IG.A.K., dkk. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang:


Universitas Terbuka.

Yamin, M., dkk. (2012). Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta: Gaung


Persada.

Yustina. (2011). Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar Terterah. Diunduh di


http://www.jejakpendidikan.com/2016/08/kelebihan-dan-kelemahan-media-
gambar.html. Diakses tanggal 21 April 2017

28

Anda mungkin juga menyukai