Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN METODE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI


DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI
EKOSISTEM PADA KELAS V SD NEGERI 1 NGANTRU KECAMATAN
TRENGGALEK KABUPATEN TRENGGALEK
Tahun Pelajaran 2019/2020

Pengampu : Dr. Yeni Dwi Febriliyanti, S.Pd, M.Pd.I

Disusun oleh :

Nama : WAHYU SEPTIANADEWI SAPUTRI

NIM : 837490014

Kelas : B PGSD/ Semester 7

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN PERGURUAN TINGGI

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ MALANG

POKJAR DISDIKPORA TRENGGALEK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM S1 PGSD

2019.2

1
A. BIDANG KAJIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini berawal dari harapan pelaksanaan proses belajar
mengajar mata pelajaran IPA khususnya pada materi perkembangbiakan generatif
tumbuhan dapat terlaksana tuntas sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan. Namun pada kenyataannya hasil yang diperoleh masih belum
menunjukkan pencapaian hasil belajar yang sesuai dengan KKM tersebut. Setiap
pembelajaran diupayakan penyampaiannya dapat terjalin interaksi yang aktif antara
siswa dan guru tanpa terkecuali pembelajaran matematika. Sehingga penyerapan
konsep materi dapat maksimal, namun ada kalanya penyampaian tersebut harus melalui
metode-metode pembelajaran tertentu yang harus sesuai dengan situasinya. Pada Pra
Siklus di dapatkan hasil belajar siswa yang masih di bawah KKM, maka peneliti
berupaya melakukan peningkatan dengan menggunakan media gambar.
Berawal dari hal tersebut, peneliti merumuskan permasalahannya yaitu
bagaimana peningkatan hasil belajar IPA materi proses pencernaan pada manusia
melalui media gambar pada siswa kelas V SDN I Ngantru, serta tujuan dari penelitian
ini tidak lain juga untuk mendapatkan gambaran obyektif tentang peningkatan hasil
belajar IPA materi proses pencernaan pada manusia melalui media gambar pada siswa
kelas V SDN I Ngantru.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua
siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, pelaksanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN I Ngantru
Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020. Data yang diperoleh berupa hasil pengamatan
melalui lembar observasi dan hasil evaluasi belajar siswa melalui tes akhir PBM dalam
kegiatan belajar mengajar.

B. PENDAHULUAN

a) Latar Belakang Masalah


1) Identifikasi Masalah
Bagi para guru kerap kali menemukan berbagai permasalahan yang
muncul dalam proses pembelajaran. Begitu halnya dengan proses
pembelajaran yang dilakukan pada kelas V SDN I Ngantru Kec.
Trenggalek Kab. Trenggalek tahun ajaran 2019/2020. Dalam upaya
perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di
Sekolah Dasar. Salah satu model pembelajaran yang ditawarkan adalah
model pembelajaran yang mengajak siswa langsung berperan aktif.
Sehingga siswa termotivasi dan dapat mempermudah siswa dalam
memahami dan menyerap materi yang diajarkan.

2
Pada proses pembelajaran yang saya laksanakan, minat dan
motivasi siswa hilang, mereka cenderung bosan dan pasif. Sehingga
berpengaruh terhadap hasil pembelajaran.Hal ini dikarenakan penggunaan
metode ceramah dan penggunaan media pembelajaran yang
minim.Terlihat dari hasil pembelajaran siswa kelas V semester I SDN I
Ngantru Kec. Trenggalek Kab. Trenggalek Tahun ajaran 2019/2020 sangat
rendah dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang proses
pencernaan pada makanan. Prosentase hasil pembelajaran menunjukkan
lebih dari 50% siswa dari 30 siswa mendapat nilai di bawah nilai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM)
Untuk dapat memberikan sejumlah aktifitas belajar siswa yang
dapat meningkatkan mutu pembelajaran adalah dengan mengajak anak
langsung melakukan kegiatan dalam materi pembelajaran serta membuat
suasana dalam pembelajaran menyenangkan.Sehingga berdampak pada
hasil belajar yang turut meningkat.Oleh karena itu dipilih alternatif
penggunaan metode pembelajaran menggunakan media gambar sebagai
upaya menumbuhkan belajar yang kondusif. Hal ini sejalan dengan
pemaparan John Dewey yang mengatakan bahwa untuk untuk
mempelajari sesuatu tidak perlu orang terlalu banyak mempelajari itu,
dengan sendirinya ia akan menguasai gerakan-gerakan atau perbuatan-
perbuatan yang tepat, sehingga ia bisa menguasai hal yang dipelajari
dengan baik.

2) Analisis Masalah
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V semester I
SDN I Ngantru Kec. Trenggalek Kab. Trenggalek dengan materi proses
pencernaan makanan pada manusia, terdapat beberapa permasalahan
diantaranya:
- Hasil belajar dan ketuntasan belajar tidak tercapai.
- Minat dan motivasi siswa kurang
Dengan ditemukan masalah tersebut perlu adanya pengamatan
dan diskusi dengan teman sesama guru, agar hasil dan target dalam
pembelajaran siswa dapat tercapai. Melalui temuan masalah dan data-data
yang terdapat dalam pembelajaran selanjutnya diolah, ditelaah, dan dikaji
untuk menemukan penyebab masalah untuk di tindak lanjuti.
Adapun faktor penyebab masalah-masalah adalah:
 Metode pembelajaran yang tidak tepat yaitu metode ceramah
 Media pembelajaran yang minim

3
3) Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Pembelajaran di sekolah akan lebih bermakna jika guru pandai
melihat proses belajar siswa diantaranya dengan cara mengajar dengan
menggunakan alat peraga dan metode yang tepat untuk menunjang minat
siswa dalam memahami pelajaran yang diajarkan yaitu dengan cara:
 Penggunaan media pembelajaran yang tepat sehingga
pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan
 Penggunaan media gambar dimana metode ini melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran
 Menggunakan media pembelajaran secara maksimal.

C. RUMUSAN MASALAH
Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
 Bagaimana hasil belajar IPA tentang proses pencernaan makanan pada manusia
dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas V semester I SDN I
Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek Tahun Ajaran
2019/2020 ?
 Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPA tentang proses pencernaan makanan
pada manusia dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas V semester
I SDN I Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek Tahun Ajaran
2019/2020 ?

D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan dengan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah :
 Ingin mengetahui bagaimanakah hasil belajar IPA tentang proses pencernaan
makanan pada manusia dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas V
semester I SDN I Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek Tahun
Ajaran 2019/2020 ?
 Ingin mengetahui hasil ulangan IPA tentang proses pencernaan makanan pada
manusia dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas V semester I
SDN I Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek Tahun Ajaran
2019/2020 ?

E. MANFAAT PENELITIAN

4
Bagi Guru
- Menambah pengetahuan dan pengembangan keterampilan IPA sehingga dapat
membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir yang sistematis,
logis, kritis dengan penuh kecermatan
- Memberikan alternatif dalam pemilihan metode pembelajaran IPA dengan tepat
- Metode pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan salah satu solusi efektif dalam
upaya mengatasi masalah kesulitan memahami materi pembelajaran IPA
Bagi siswa
- Siswa bisa lebih meningkatkan kemampuannya dalam memahami pelajaran yang telah
disampaikan
- Siswa menjadi lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan masalah
- Menambah ilmu dalam mengaplikasikan konsep secara luwes, efisien, dan tepat dalam
memecahkan masalah, penalaran dalam pola dan sikap
Bagi sekolah
- Meningkatkan mutu sekolah dan pendidikan
- Meningkatkan daya tarik sekolah di masyarakat

F. KAJIAN PUSTAKA
a) Mutu Pembelajaran
Harvey dan Green dalam Robertshaw (1993) sebagaimana dikutip Muhaimin
(2005) bahwa mutu dikelompokkan dalam lima dimensi yakni:
1) Mutu sebagai hal yang luar biasa: mutu jenis ini jarang dipakai untuk
menunjukkan visi atau misi perguruan tinggi karena terlalu berat
menanggungnya.
2) Mutu sebagai kesempurnaan dan konsistensi: perkataan center of
excellence menunjukkan mutu jenis ini. Kriteria yang digunakan disini
adalah kriteria yang "sempurna". Mutuvdalam dimensi ini digunakan oleh
lembaga pendidikan dimasa lalu dan ada yang diteruskan hingga sekarang.
Lembaa pendidikan mendambakan mutu jenis ini karena hanya mutu jenis
ini yang dianggap layak untuk diraih .syarat tambahanya adalah bahwa
mutu jenis ini harus secara konsisten dipertahankan.
3) Mutu sebagai kecocokan dengan tujuan: mutu ini diukur dari tujuan
lembaganya. Misalnya bila suatu perguruan tinggi mengatakan bahwa ia
ingin menjadi research university, maka ia tidak menunjukkan mutunya
jika perguruan tinggi tersebut tidak menghasilkan penelitian yang
berkaliber internasional atau penemuan-penemuan yang dapat dipatenkan.
4) Mutu sebagai hasil sesuai biaya (vale for money): mutu dapat pula
ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan untuk membuat produknya. Bila
biaya sedikit , tetapi bermanfaat, produk tersebut dapat disebut bermutu,
meskipun dalam banyak hal kalah dengan produk lain yang serupa tapi
harganya berlipat ganda.

5
5) Mutu sebagai transformasi: transformasi atau perubahan merujuk pada
produk sebelumnya. Bila produk sekarang lebih baik dari produk yang
lalu, meskipun dalm perbandingan dengan produk lembaga lain yang
sudah terkenal masih kalah, makamaka produk itu dapat dianggap
mempunyai mutu
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan
dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur
mental atau struktur kognitif yangdengannya seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967).
Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan
berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan
terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya
adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang
mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum,
prinsip ataupun pengalaman baru kedalam skema yang sudah ada didalam
pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat
cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang
telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam
pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi atara
asimilsi dan akomodasi. Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa
pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam
jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal
develoment daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang
didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan
orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Nur dan Wikandari,
2000: 4).
b) Struktur Kurikulum Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Untuk
Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sapriati dkk, Amalia:2009).
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek perkembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kkmpetensi aar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.

6
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan.Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan.Di tingkat SD/MI diharapkan ada
penekanan pembelajaran saling temas (sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan
membuat suatu karya melalui peerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja
ilmiah secara bijaksana.Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah (scientifik inqury) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebaai aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui pembinaan dan pengembangan
ketrampilan proses dan sikap ilmiah.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI
merupakan standart minimum yang secara nasional arus dicapai oleh peserta didik
dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan
pendidikan.Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserya didik
untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
difasilitasi oleh guru.
Seperti yang tercantum pada KTSP, ruang lingkup bahan kajian IPA untuk
SD/MI meliputi kajian aspek-aspek berikut.
- Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
- Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
- Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana
- Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tatasurya, dan benda-benda
langit lainnya.
c) Metode Pembelajaran
Pada buku karangan Anitah W. Sri. (2009) menjelaskan bahwa dalam
bahasa Inggris, method berarti cara. Apabila kita kaitkan dengan pembelajaran,
metode adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa. Karena
metode lebih menekankan pada peran guru, istilah metode sering digandengkan
dengan kata kata mengajar, yaitu metode mengajar. Jono (1992/1993)
mengemukakan bahwa metode adalah berbagai cara kerja yang bersifat relatif
umum yang sesuasesuai untuk mencapai tujuan tertentu.
d) Metode Pembelajaran Kooperatif
Menurut Abdurrahman dan Bintoro bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi
yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesame siswa sebagai latihan hidup
dalam masyarakat nyata (Nurhadi dan Senduk, 2003 :60)
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang diupayakan

7
untuk dapat meningkatkan peran serta siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar secara
bersama meskipun mereka berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Pembelajaran kooperatif berdasarkan teori konstruktivistik, bahwa siswa
dapat menemukan dan memahami konsep-konsep yang dipelajari dengan cara
mengkonstruksi pengalamannya. Usaha untuk mengkonstruksi pengalaman akan
lebih mudah dilakukan jika mereka melakukannya dengan bekerja sama.
Menurut Arends (2008:37), akar intelektual pembelajaran kooperatif berasal dari
yang berasal tradisi pendidikan yang menekankan pemikiran dan praktis
demokratis : belajar secara aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati pluralisme
di masyarakat yang multikultural.
Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi dan Senduk
(2003:60) adalah :
 Saling ketergantungan positif
Yaitu hubungan yang saling membutuhkan dan menuntut
adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesame siswa
saling memberikan motivasi untuk meraih hasil yang optimal, yang
dicapai melalui saling ketergantungan pencapaian tujuan, saling
ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, saling
ketergantunganbahan atau sumber belajar, saling ketergantungan
peran, dan saling ketergantungan hadiah
 Interaksi tatap muka
Hal ini terwujud dengan adanya dialog yang dilakukan
bukan hanya antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa
dengan siswa sehingga memungkinkan para siswa menjadi sumber
belajar. Fakta ini dibutuhkan karena ada siswa yang merasa lebih
mudah belajar dari sesama siswa
 Akuntabilitas individual
Hal ini terwujud dalam bentuk belajar kelompok dan
penilaian tertuju penguasaan materi belajar secara individual. Hasil
penilaian pada kemampuan individual tersebut selanjutnya
disampaikan guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok
mengetahui siapa diantara mereka yang memerlukan bantuan dan
yang dapat memberikan bantuan.
 Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan menjalin
hubungan antar pribadi (interpersonal relationship)
dikembangkan. Pengembangan kemampuan tersebut dilakukan
dengan melatih siswa untuk bersikap tenggang rasa, sopan,
mengkritik ide bukan pribadi, tidak mendominasi pembicaraan,
menghargai pendapat orang lain dsb.

8
e) Pengaruh Alat Peraga Gambar Terhadap Minat dan Prestasi Belajar Siswa
Rohani Ahmad (1997; 7) menyatakan bahwa alat peraga gambar dapat
membangkitkan motivasi kegiatan peserta didik. Mengingat betapa pentingnya
alat peraga gambar dalam upaya untuk membangkitan semangat belajar siswa,
maka bagaimanapun sederhananya alat peraga gambar yang digunakan Guru
dituntut untuk selalu menyediakan alat peraga dalam pembelajaran, khususnya
pelajaran IPA.
Dengan adanya pelaksanaan belajar mengajar yang menggunakan alat
peraga gambar, maka siswa akan lebih tertarik dengan pelajaran IPA yang sedang
disampaikan oleh guru. Pelajaran IPA yang dianggap oleh siswa sebagai pelajaran
yang sangat sulit, maka bila guru dapat menerapkan alat peraga gambar yang
sesuai, maka siswa akan bicara lain. Mereka akan merasa senang dan asyik
dengan menggunakan alat peraga gambar yang sesuai. Guru hendaknya dapat
menggunakan pola bermain dengan pola tersebut siswa akan merasa senang dan
mudah dalam menerima pelajaran IPA termasuk materi proses pencernaan
makanan pada manusia . Dengan demikian hasil yang dicapai dapat memuaskan,
sehingga dapat dikatakan dengan menggunakan alat peraga gambar dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
f) Minat Dan Motivasi
Dijelaskan pada Buku Ensiklopedia Nasional Indonesia bahwa minat
merupakan aspek penting dalam motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar,
berpikir dan berptestasi.Sedangkan motivasi adalah keinginan kecenderungan
seseorang untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin. Kajian tingkat motivasi
dalam penelitian ini terbatas pada tinggi rendahnya motivasi pada umumnya,
antara lain harapan untuk sukses, bekerja keras, kekhawatiran akan gagal, dan
keinginan memperoleh nilai tinggi.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anatara lain minat dan
motivasi sangat berkaitan. Apabila seseorang mempunyai minat atau keinginan
maka motivasi untuk meraihnya akan dilakukan dengan jalan semaksimal
mungkin.

G. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN


a) Rencana Penelitian
Kegiatan penelitian ini akan saya laksanakan pada hari kamis, 31
Oktober 2019 bertepat di SDN 1 Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten
Trenggalek. Adapun subyek penelitian saya adalah guru kelas dan siswa SDN 1
Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek. Kegiatan ini akan saya
laksanakan dua hari dalam 2 siklus penelitian tindakan kelas.
b) Prosedur Penelitian

9
o Siklus 1
Perencanaan :
1) Membuat RPP.
2) Menyusun LKS (Lembar Observasi Siswa).
3) Menyusun evaluasi (tes).
4) Menerapkan RPP yang telah dibuat dalam pembelajaran.

o Siklus 2
Perencanaan :
1) Membuat RPP.
2) Menyusun LKS (Lembar Observasi Siswa).
3) Menyusun evaluasi (tes).
4) Menerapkan RPP yang telah dibuat dalam pembelajaran.

H. JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan Waktu Keterangan
1 Pembuatan perencanaan penelitian Selasa, 29 Oktober
kelas di SDN 1 Ngantru 2019
2 Persiapan penelitian tindakan kelas Rabu, 30 Oktober
di SDN 1 Ngantru 2019
3 Pelaksanaan penelitian tindakan Kamis, 31 Oktober
kelas di SDN 1 Ngantru 2019

I. BIAYA PENELITIAN
No Uraian Harga Jumlah
1 Biaya Transportasi Rp 25.000 Rp 25.000
2 Biaya makan selama penelitian Rp 10.00 x2 Rp 20.000
sejumlah 2x
3 Biaya pemberian kenangan/cindra Rp 250.000 Rp 250.000
mata terhadap SDN 1 Ngantru
4 Biaya pembuatan laporan penelitian Rp 150.000 Rp. 150.000
tindakan kelas SDN 1 Ngantru
TOTAL RP 445.000

J. PERSONALIA PENELITIAN
-
K. DAFTAR PUSTAKA
L. LAMPIRAN

10
11

Anda mungkin juga menyukai