A. LATAR BELAKANG
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, setiap manusia
memiliki hak mengenyam pendidikan. Pendidikan merupakan bagian dari proses
kehidupan bernegara. Kualitas suatu negara dapat dilihat dari kualitas sumber
daya manusia yang dimiliki oleh negara tersebut. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yakni dengan cara memperbaiki
mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan mutu pendidikan merupakan suatu dasar
pembangun watak, mental, dan spiritual manusia sehingga dapat dijadikan tolak
ukur kualitas suatu negara. Indonesia sebagai suatu negara yang sedang
berkembang terus memacu diri untuk memperbaiki mutu pendidikan sehingga
dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu bersaing
di era globalisasi.
Untuk memperbaiki mutu pendidikan, berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah Indonesia seperti: pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan
kualitas guru yang merupakan ujung tombak dari pendidikan, peningkatan kualitas
proses pembelajaran, dan penyempurnaan kurikulum. Sekolah sebagai salah satu
lembaga pendidikan formal mempunyai tanggung jawab untuk mendidik siswa.
Untuk itu sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sebagai realisasi
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Berbagai mata pelajaranpun diajarkan di
SD Negeri 1 Gedangan Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan, salah satunya
adalah mata pelajaran IPA. IPA di sekolah memiliki peran yang penting dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini dikarenakan IPA
pada tingkat satuan pendidikan SD merupakan program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan sikap, dan nilai ilmiah pada siswa
untuk membelajarkan diri sendiri, alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari (Permendiknas No: 22
tahun 2006).
Hayat & Yusuf (dalam Wisudawati & Sulistyowati, 2014:11) menyatakan
“hasil belajar IPA yang dicapai oleh peserta didik di Indonesia yang tergolong
rendah dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu karakteristik peserta didik dan
keluarga, kemampuan membaca, motivasi belajar, minat dan konsep diri, strategi
belajar, tingkat kehadiran dan rasa memiliki”.
Dalam proses pembelajaran, faktor lingkungan belajar dapat menentukan
hasil belajar. Menurut Wisudawati & Sulistyowati (2014:11) mengemukakan
“faktor yang sangat penting adalah lingkungan belajar peserta didik dalam bentuk
strategi yang diciptakan guru untuk mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki
peserta didik dalam mempelajari IPA, dan menggunakan konsep IPA tersebut
dalam memahami lingkungan”. Hasil belajar khususnya mata pelajaran IPA tidak
hanya dipengaruhi oleh peserta didik itu sendiri melainkan juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan belajar dan strategi yang diciptakan guru untuk menarik minat
peserta didik untuk belajar.
Pada saat melaksanakan observasi wawancara kepada guru wali kelas V yang
menyatakan bahwa pada saat pembelajaran berlangsung siswa cenderung pasif
menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru khususnya mata pelajaran IPA.
Siswa cenderung duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru dan ada juga
siswa yang bermain dengan teman sebangkunya. Dari hasil observasi wawancara
dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran IPA dibutuhkan suatu model
pembelajaran yang mampu menarik perhatian siswa sehingga hasil belajar siswa
dapat meningkat. Penggunaan model pembelajaran dan media sangat membantu
dalam pengajaran IPA bagi siswa kelas V SD merupakan hal yang mutlak
diperlukan. Disamping itu, dengan alat bantu yang digunakan oleh guru secara
bervariasi akan membangkitkan minat siswa dalam mengikuti pelajaran. Salah
satu metode yang memungkinkan digunakan oleh guru dalam pengajaran
membaca awal ini adalah melalui metode picture and picture.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti bersama
guru pada mata pelajaran IPA di kelas V SD Negeri 1 Gedangan Kecamatan
Tegalombo Kabupaten Pacitan, diperoleh hasil bahwa dalam proses
pembelajaran mata pelajaran IPA Tema 3 sub tema 1 bagaimana tubuh mengolah
makanan sebagian siswa kurang aktif dalam belajar sehingga sebagian siswa
mencapai hasil belajar di bawah KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Dari
hasil pengamatan dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran guru menerapkan
pembelajaran dengan metode ceramah dan pemberian tugas.
1. Analisis Masalah
Hasil observasi menunjukkan bahwa hasil belajar IPA Tema 3 sub tema 1
bagaimana tubuh mengolah makanan siswa kelas V masih berada pada
kategori sedang, hal tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang
kurang melibatkan siswa secara langsung. Dalam proses pembelajaran, guru
aktif menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah sedangkan
siswa pasif hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru.
Dengan proses pembelajaran berupa ceramah, membuat siswa menjadi
bosan, jenuh, pembelajaran kurang menarik, siswa sering ribut, siswa kurang
aktif dalam pembelajaran IPA, serta kurang konsentrasi dalam mengikuti
pembelajaran IPA.
Saat siswa menerima pembelajaran di dalam kelas, siswa belum paham
mengenai materi yang diterimanya, siswa hanya sekadar menerima dan
mengahafalnya. Cara mengajar yang seperti ini dapat menyebabkan siswa sulit
memahami konsep IPA yang diberikan oleh guru sehingga aktivitas belajar
siswa menurun. Menurunnya aktivitas siswa belajar IPA, akan berdampak
pula pada menurunnya hasil belajar IPA. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi penghalang pencapaian hasil belajar IPA Tema 3 sub tema 1
bagaimana tubuh mengolah makanan SD Negeri 1 Gedangan Kecamatan
Tegalombo Kabupaten Paitan yaitu siswa masih memiliki aktivitas belajar
yang kurang dalam proses pembelajaran IPA, guru belum maksimal
merancang pembelajaran yang menarik bagi siswa misalnya dengan
menggunakan model atau metode inovatif yang sesuai dengan materi, dan
guru menganggap materi pembelajaran IPA mudah diterima dan dimengerti
sehingga hanya perlu dihafal saja.
2. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang dikembangkan, maka tujuan
penelitian perbaikan pembelajaran ini untuk:
1. untuk mengetahui peningkatkan aktivitas belajar IPA Tema 3 sub tema 1
bagaimana tubuh mengolah makanan siswa kelas V semester I SD Negeri 1
Gedangan Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan menggunakan metode
pembelajaran picture and picture.
2. Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar belajar IPA Tema 3 sub tema
1 bagaimana tubuh mengolah makanan siswa kelas V semester I SD Negeri
1 Gedangan Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan gedangan
menggunakan metode pembelajaran picture and picture.
A. HASIL BELAJAR
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan
latihan. Belajar bukan hanya sekedar mengumpulkan pengetahuan, melainkan proses
mental yang terjadi di dalam diri seseorang sehingga mengakibatkan munculnya perubahan
perilaku. Aktifitas mental tesebut terjadi karena adanya interaksi individu dengan
lingkungan yang disadari (Sanjaya, 2016). Menurut Slameto (2010), belajar adalah suatu
proses untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dari interaksi dengan lingkungannya.
Belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan
atau pengalaman yang diperoleh (James O. Wittaker dalam Aunurrahman, 2016). Belajar
merupakan modifikasi kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through experiencing). Berdasarkan pengertian
tersebut, belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas yaitu mengalami. Belajar
bukan suatu tujuan tetapi merupakan proses untuk mencapai tujuan, sebagai langkah-
langkah atau prosedur yang ditempuh. Apabila seseorang telah belajar dengan adanya
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2010).
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli tentang pengertian belajar, diperoleh
kesimpulan bahwa pengertian belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan
pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen. Apabila setelah belajar
seseorang tidak memiliki perubahan tingkah laku yang positif, dalam arti tidak memiliki
kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan
bahwa belajarnya belum berjalan secara optimal.
7
2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melaksanakan kegiatan
belajar dan merupakan penilaian terhadap siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan
pelajaran atau materi yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. Untuk dapat menentukan
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk melihat kemajuan
peserta didik dalam penguasaan materi yang telah dipelajari selama proses pembelajaran.
(Arikunto, 2014). Hasil belajar sebagai salah satu indikator keberhasilan proses belajar
mengajar. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar (Abdurrahman dalam Jihad, 2013). Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah
sebagai berikut :
a) Ranah kognitif : hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b) Ranah afektif : hasil belajar dalam bentuk sikap yang terdiri dari penerimaan jawaban
atau reaksi dan penilaian.
c) Ranah psikomotorik : hasil belajar dalam bentuk keterampilan dan kemampuan
bertindak.
Hasil belajar yang tiga ranah tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi selalu
berhubungan satu sama lain. (Benjamin S. Bloom dalam Sudjana, 2010). Hasil belajar
siswa tidak akan optimal, jika siswa tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) faktor intern,
dan 2) faktor ekstern. Faktor intern terdiri dari 3 faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor
psikologi dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap
belajar terdiri 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat
(Slameto, 2010).
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli, diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar
adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam
periode tertentu. Dari ketiga ranah hasil belajar tersebut, yang menjadi objek penelitian
adalah ranah kognitif yang berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek proses kognitif adalah sebagai berikut : (C1) mengingat, (C2) memahami, (C3)
mengaplikasikan, (C4) menganalisis, (C5) mengevaluasi dan (C6) mencipta.
B. MODEL PEMBELAJARAN
B. PEMBELAJARAN TEMATIK
A. SUBJEK PENELITIAN
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Gedangan yang desa gedangan keamatan
tegalombo kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sekolah ini terletak di tengah lingkungan
pemukiman warga masyarakat, mudah dijangkau, dan merupakan tempat peneliti
mengajar, sehingga memudahkan dalam mencari data dan subjek penelitian yang sangat
sesuai dengan profesi peneliti. Subjek dari penelitian ini ialah siswa kelas V SDN 1
Gedangan dengan jumlah 15 siswa
2. Tema
Penelitian menggunakan RPP Kurikulum 2013 yang sudah digunakan di SDN 1
Gedangan, muatan pelajaran IPA, tema 3 (makanan sehat) Subtema 1 (bagaimana tubuh
mengolah makanan) materi sistem penernaan
1. Siklus I
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil pengamatan pada pembelajaran pra siklus yang berupa permasalahan
pembelajaran siswa kelas V mata pelajaran IPA tema 3 (makanan sehat) Subtema 1
(bagaimana tubuh mengolah makanan) materi sistem penernaan, model pembelajaran
yang digunakan dalam pembelajaran masih monoton dan kurang aktif, sehingga capaian
hasil belajar siswa dibawah KKM dan kurang berjalan sesuai kurikulum 2013. Maka
penulis melaksanakan pembelajaran siklus 1.
Sebelum melaksanakan tindakan simulasi pembelajaran siklus 1 terlebih dahulu
dibuat tahapan perencanaan sebagai berikut:
1) Melakukan refleksi awal dengan melihat hasil belajar IPA siswa sebelum
dilaksanakan tindakan.
2) Menyiapkan RPP yang menerapkan model pembelajaran picture and picture.
3) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa untuk mengukur kemampuan siswa.
4) 4) Menyiapkan instrumen penilaian untuk siklus I.
5) Mempersiapkan alat bantu model pembelajaran picture and picture (gambar acak
sistem pencernaan) yang akan digunakan peneliti dalam melakukan pembelajaran di
kelas.
b. Pelaksanaan
Kegiatan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 19 november 2021. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan cara simulasi mengunakan model pembelajaran picture and picture
berdasarkan RPP yang telah disusun. Hal ini dikarenakan adanya proses kegiatan
belajar dari rumah akibat pandemi Covid-19.
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan simulasi pembelajaran siklus I adalah
sebagai berikut:
1) Menyampaikan indikator dan kompetensi yang diharapkan.
2) Melaksanakan pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun.
3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang dipelajari.
4) Melaksanakan pembelajaran menggunakan model model pembelajaran picture and
picture (memberikan stimulus kepada siswa, mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan informasi, mengolah data, pembuktian, dan menarik kesimpulan.
5) Mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk
memecahkan masalah materi sistem pencernaan dengan bantuan lembar kerja siswa
(LKS), gambar sistem pencernaan.
6) Siswa mempresentasikan hasil diskusi.
7) Memberikan ulasan dan kesimpulan bersama siswa terhadap materi yang sedang di
pelajari.
8) Merefleksi kegiatan pembelajaran dan memberikan tugas dirumah.
9) Menutup pelajaran.
c. Pengamatan
Pada tahap ini pengamat mengamati kegiatan simulasi mengajar dalam bentuk
video yang berdurasi kurang lebih 5 menit yang sesuai dengan skenario pembelajaran
yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan simulasi dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan
untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengamatan terhadap simulasi
pembelajaran dan untuk memperoleh data sebagai kajian untuk melakukan perbaikan
pada siklus selanjutnya.
d. Refleksi
Refleksi dilaksanakan setelah kegiatan pengamatan video simulasi perbaikan
pembelajaran sislus I. Tahap ini untuk menganalisis terhadap hasil observasi pada video
simulasi mengajar yang diperoleh dari lembar refleksi. Setelah menganalisis data
terhadap kekurangan dan kelebihan simulasi pembelajaran yang dilakukan, diambil
kesimpulan dengan melihat kriteria perbaikan pembelajaran dan perlu adanya kegiatan
tindak lanjut dalam proses pembelajaran guna menyempurnakan tindakan perbaikan
pembelajaran. Ditemukan masih ada kekurangan di video simulasi siklus I, sehingga
peneliti memutuskan untuk melakukan perbaikan pada siklus ke II.
2. Siklus II
Siklus II terdiri dari empat tahapan yang sama. Siklus II merupakan perbaikan dari
hasil refleksi siklus I, hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II ini peneliti melakukan pendalaman metode
sebagai upaya pemecahan masalah dari hasil siklus I. kemudian peneliti menyiapkan
rencanan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menyiapkan peralatan atau media yang
dibutuhkan pada proses belajar mengajar serta menyiapkan instrument pengumpulan
data. Dalam penyusunan rencana penelitian di siklus II, peneliti juga memperhatikan
saran dari pembimbing, sebagai hasil diskusi tentang tindakan penelitian pada siklus I.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan sebagai implementasi dari semua rencana tindakan yang
telah dibuat dari revisi simulasi pembelajaran pada siklus I. Kegiatan siklus II
dilaksanakan pada hari senin, 22 november 2021. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
cara simulasi. mengunakan model pembelajaran koopeatif tipe Scramble berdasarkan
RPP yang telah disusun. Hal ini dikarenakan adanya proses kegiatan belajar dari rumah
akibat pandemi Covid-19.
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan simulasi pembelajaran siklus II sebagai
berikut:
1) Menyampaikan indikator dan kompetensi yang diharapkan.
2) Melaksanakan pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun.
3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang dipelajari.
4) Melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Scramble (memberikan stimulus kepada siswa, mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan informasi, mengolah data, pembuktian, dan menarik kesimpulan.
5) Mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk
memecahkan masalah materi peristiwa heroik mendukung proklamasi dengan
bantuan lembar kerja siswa (LKS), kartu soal dan kartu jawaban (yang sudah
disempurnakan).
6) Siswa mempresentasikan hasil diskusi.
7) Memberikan ulasan dan kesimpulan bersama siswa terhadap materi yang sedang
dipelajari.
8) Memberikan soal latihan untuk dikerjakan siswa.
9) Merefleksi kegiatan pembelajaran dan memberikan tugas dirumah.
10) Menutup pelajaran.
c. Pengamatan
Pada tahap ini pengamat mengamati kegiatan simulasi mengajar dalam bentuk
video berdurasi kurang lebih 5 menit yang sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah dibuat sebelumnya, untuk memperoleh data sebagai bahan kajian untuk
menyimpukan apakah perbaikan pembelajaran sudah dapat memberikan peningkatan
hasil belajar yang sesuai dengan kriteria perbaikan.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan penilaian terhadap video simulasi perbaikan
pembelajaran siklus II. Tahap ini untuk analisis hasil observasi yang telah dilakukan
pada video simulasi mengajar dari lembar refleksi. Selanjutnya menarik kesimpulan
berdasarkan analisis data terhadap kekurangan dan kelebihan simulasi pembelajaran
yang dilakukan. Apabila peneliti sudah merasa cukup puas dengan hasil simulasi
perbaikan pembelajaran yang telah dirancang, maka kegiatan penelitian berhenti sampai
tahap siklus II. Diharapkan dari hasil simulasi dapat meningkatkan hasil belajar pada
pembelajaran IPA khususnya pada materi system pencernaan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN SIKLUS
1. Siklus I
Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah menyiapkan
materi pembelajaran IPA materi system peernaan yang akan disampaikan dalam simulasi
perbaikan pembelajaran dengan alokasi waktu kurang lebih 5 menit. Pada tahap
perencanaan menyusun rencana perbaikan pembelajaran dan skenario pembelajaran siklus
I dengan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa, menentukan model pembelajaran
picture and picture, menyediakan alat dan media pembelajaran dengan gambar system
pencernaan, menyiapkan sumber belajar, menyiapkan lembar kerja siswa, menyiapkan alat
dan bahan untuk membuat video simulasi dan mengatur ruangan untuk pengambilan video
simulasi.
Sekenario perbaikan pembelajaran dalam pelaksanaan simulasi siklus I adalah
sebagai berikut:
a. Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran
yaitu: LKS, kartu soal, kartu jawaban, gambar sistem pencernaan.
b. Guru membuka kegiatan pembelajaran.
c. Guru menyampaikan peraturan model pembelajaran picture and picture yaitu:
memberikan stimulus kepada siswa, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan
informasi, mengolah data, pembuktian, dan menarik kesimpulan.
d. Guru memberikan stimulus kepada siswa.
e. Guru memberikan gambar dan siswa mengidentifikasi gambar.
f. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok (3 kelompok).
g. Guru membagikan LKS, gambar sistem pencernaan kepada masing-masing kelompok.
h. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memasangkan gambar acak serta
mengerjakan LKS.
i. Siswa berdiskusi dan berkerja sama dengan teman satu kelompoknya untuk
memecahkan masalah.
j. Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya.
k. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.
l. Guru merefleksi kegiatan pembelajaran dan memberikan tugas rumah.
m. Guru menutup kegiatan pembelajaran.
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan simulasi perbaikan pembelajaran
dengan tujuan meningkatkan proses dan hasil belajar sistem pencernaan. Setelah
melaksanakan simulasi perbaikan pada siklus I, peneliti melakukan observasi terhadap
video simulasi perbaikan pembelajaran siklus I yang telah dilaksanakan. Pembelajaran
sudah mengalami perbaikan dan sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu pembelajaran
berpusat pada siswa, guru hanya membimbing dan mengarahkan serta memberi penjelasan
singkat, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, pembelajaran menjadi bermakna dengan
adanya kegiatan siswa secara langsung dengan adanya aktivitas berkelompok untuk
memecahkan masalah dengan menggunakan LKS, gambar acak, kegiatan ini tentu akan
membekas diingatan mereka dalam waktu yang lama. Namun dalam video tersebut dirasa
kurang optimal ketika di aplikasikan, pada kegiatan inti masih ada kekurangan.
Berdasarkan data yang diperoleh selama simulasi perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh peneliti, terlihat pada video simulasi pembelajaran siklus I belum
berjalan dengan optimal. Maih terdapat banyak beberapa kekurangan dalam pelaksanaan
simulasi permbelajaran siklus I, yaitu sebagai berikut:
a. Pada saat simulasi pembelajaran ada kegiatan yang terlewatkan yaitu: pemberian acuan
(tujuan pembelajaran) dan apersepsi untuk memancing siswa menggali lebih dalam
informasi yang dimilikinya.
b. Lembar kerja siswa masih belum mengoptimalkan kemampuan siswa untuk memahami
materi sistem pencernaan.
c. Gambar sistem pencernaan desainnya masih kurang optimal, karena hanya terbuat dari
kertas HVS putih dan tipis sehingga siswa kurang kurang begitu tertarik.
d. Untuk sintaks model pembelajaran picture and picture sudah dilaksanakan dengan
dengan baik, namun untuk ekspresi dan gerk tubuh masih kurang dieksplore dengan
maksimal. Hal ini bisa menyebabkan siswa merasa bosan.
e. Belum diberikan soal latihan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi materi
yang telah dipelajari.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, masih ada beberapa kekurangan
yang harus diperbaiki. Maka refleksi untuk simulasi pembelajaran pada siklus I yaitu
peneliti menyimpulkan untuk mengambil tindakan memperbaiki simulasi pembelajaran
siklus I dengan melanjutkan simulasi pembelajaran pada siklus II.
2. Siklus II
Tahap perencanaan siklus II sama dengan perencanaan siklus I. Peneliti
menyiapkan materi pembelajaran yang akan disampaikan dalam simulasi perbaikan
pembelajaran IPA pada materi sistem pencernaan dengan alokasi waktu kurang lebih 5
menit. Pada tahap perencanaan adalah menyusun rencana perbaikan pembelajaran dan
skenario pembelajaran siklus II, menentukan model pembelajaran kooperatif, menyediakan
alat dan media pembelajaran dengan kartu soal dan kartu jawaban yang telah
disempurnakan, menyiapkan sumber belajar, menyiapkan lembar kerja siswa yang telah
disempurnakan, menyiapkan latihan soal untuk mengukur kemampuan siswa (hasil
belajar), menyiapkan alat dan bahan untuk membuat video simulasi dan mengatur ruangan
untuk pengambilan video simulasi.
Sekenario perbaikan pembelajaran dalam pelaksanaan simulasi siklus II adalah
sebagai berikut:
1) Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan
pembelajaran yaitu: LKS, gambar acak sistem pencernaan yang telah disempurnakan.
2) Guru membuka kegiatan pembelajaran.
3) Guru menyampaikan peraturan model pembelajaran picture and picture yaitu:
memberikan stimulus kepada siswa, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan
informasi, mengolah data, pembuktian, dan menarik kesimpulan.
4) Guru memberikan stimulus kepada siswa.
5) Guru memberikan gambar dan siswa mengidentifikasi gambar.
6) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok (3 kelompok).
7) Guru membagikan LKS, gambar sistem pencernaan (yang sudah disempurnakan)
kepada masing-masing kelompok.
8) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memasangkan gambar acak serta
mengerjakan LKS.
9) Siswa berdiskusi dan berkerja sama dengan teman satu kelompoknya untuk
memecahkan masalah.
10) Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya.
11) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.
12) Guru memberikan soal latihan untuk mengukur pemahaman siswa.
13) Guru merefleksi kegiatan pembelajaran dan memberikan tugas rumah.
14) Guru menutup kegiatan pembelajaran.
Pada tahap, peneliti melaksanakan simulasi perbaikan pembelajaran dengan tujuan
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi sistem pencernaan. Setelah melaksanakan simulasi perbaikan pembelajaran
siklus II, peneliti melakukan tahap observasi. Di observasi, peneliti mengamati kegiatan
simulasi pada siklus II yang berbentuk video yang berdurasi kurang lebih 5 menit.
Berdasarkan data yang diperoleh selama simulasi perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh peneliti, terlihat pada video simulasi pembelajaran siklus II sudah
berjalan dengan optimal. Dari hasil analisis maka program perbaikan pembelajaran yang
masih belum optimal pada kegiatan siklus I, telah diperbaiki pada siklus II yaitu sebagai
berikut:
a. Pada pendahuluan siklus I belum menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran,
pada siklus II sudah diperbaiki dengan menyampaikan apersepsi dan tujuan
pembelajaran.
b. LKS untuk aktivitas kelompok yang telah disempurnakan, yang awalnya hanya gambar
kecil pada kertas hvs putih di ganti ke kertas yang lebih jelas dan lebih mudah di
pahami.
c. Gambar acak yang telah disempurnakan, yang awalnya hanya kertas putih, pada siklus
II dibuat dengan menggunakan kertas cover berwarna. Sehingga dapat lebih menarik
perhatian siswa dan membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
d. Untuk sintaks model pembelajaran picture and picture sudah dilaksanakan dengan
dengan baik, serta untuk ekspresi dan gerak tubuh sudah dieksplore dengan maksimal.
Hal ini bisa menyebabkan siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Perbaikan ini ternyata mampu memberikan kemajuan inovasi baru untuk
memperbaiki siklus I yang dirasa jauh lebih optimal. Kegiatan refleksi bertujuan
menganalisis hasil observasi terhadap kelebihan dan kekurangan video simulasi siklus II.
Alternatif yang diambil peneliti untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I sudah
mengalami peningkatan dan di rasa cukup untuk maksimal menarik perhatian siswa,
membuat pembelajaran lebih bermakna, bervariatif dan membuat siswa lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Sehingga peneliti memutuskan untuk mengakhiri penelitian
perbaikan pada siklus II.
1. Siklus I
Pelaksanaan simulasi siklus I dilakssiswaan pada hari jum’at, 12 november 2021.
Perbaikan pembelajaran pada siklus I dilakukan peneliti dengan membuat simulasi video
mengajar berdurasi 5 menit. Pelaksanaan tahap pengamatan dilakukan setelah pelaksanaan
simulasi siklus I. Penelitian siklus I sudah berjalan dengan baik, dengan adanya perubahan
dari pembelajaran yang semula berfokus pada guru menjadi berfokus pada siswa karena
penulis menggunakan model pembelajaran picture and picture, sehingga perbaikan
membuat siswa berkesan dan mengingatnya dalam memori jangka panjang.
Kelebihan yang ditemukan dalam video simulasi siklus I adalah:
a. Pemaham siswa terhadap konsep IPA lebih meningkat karena siswa mendapatkan
pembelajaran yang bermakna.
b. Siswa lebih kreatif, karena dalam pembelajaran ini siswa di didorong untuk selalu
terlibat aktif dalam proses pembelajaran, seperti aktif bertanya ataupun menjawab
pertanyaan dengan baik.
c. Siswa juga dilatih untuk berfikir memecahkan masalah atau menemukan cara dalam
menyelesaikan masalah.
d. Siswa dapat merasakan pengalaman yang nyata, sehingga dapat meningkatkan motivasi
siswa terhadap pembelajaran IPA.
e. Pembelajaran berpusat pada siswa sehingga menjadi lebih bermakna.
Kekurangan yang ditemukan dalam video simulasi siklus I adalah:
a. Pada saat simulasi pembelajaran ada kegiatan yang terlewatkan yaitu: pemberian acuan
(tujuan pembelajaran) dan apersepsi untuk memancing siswa menggali lebih dalam
informasi yang dimilikinya.
b. Lembar kerja siswa masih belum mengoptimalkan kemampuan siswa untuk memahami
materi sistem pencernaan.
c. Gambar acak desainnya masih kurang optimal, karena hanya terbuat dari kertas HVS
putih dan tipis sehingga siswa kurang kurang begitu tertarik.
d. Model pembelajaran koorpeatif learning tipe Scramble sudah dilaksanakan dengan baik,
namun untuk ekspresi dan gerak tubuh masih kurang dieksplore dengan maksimal. Hal
ini bisa menyebabkan siswa merasa bosan.
e. Belum diberikan soal latihan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi materi
yang telah dipelajari.
Pada tahap refleksi yang dilakukan peneliti berdasarkan hasil observasi, simulasi
video siklus I sudah menunjukkan perbaikan namun dirasa kurang optimal dan perlu
diperbaiki sehingga peneliti memutuskan untuk memperbaiki perbaikan siklus I pada
simulasi perbaikan siklus ke II.
2. Siklus II
Tahap pelaksanaan simulasi siklus II dilakssiswaan pada hari Senin, 15 november
2021. Perbaikan Pembelajaran pada siklus II dilakukan peneliti dengan membuat simulasi
video mengajar berdurasi 5 menit. Tahap pengamatan dilakukan setelah pelaksanaan
simulasi siklus II. Dalam simulasi video siklus II tidak banyak ditemukan kekurangan yang
perlu diperbaiki. Perbaikan yang dilakukan salah satunya adalah setiap kelompok
mendapatkan gambar yang lebih besar, jadi siswa dalam kelompok dapat melihat dengan
jelas.
Kelebihan yang ditemukan dalam video simulasi siklus II adalah:
a. Pemberian acuan (tujuan pembelajaran) dan apersepsi membuat siswa paham tentang
apa yang akan dipelajari.
b. Penggunaan model pembelajaran picture and picture sudah dilaksanakan dengan dengan
baik, untuk ekspresi dan gerak tubuh sudah dieksplore dengan maksimal. Hal ini bisa
menyebabkan siswa aktif, merasa tertarik, dan bersemangat untuk mengikuti
pembelajaran.
c. Guru lebih mudah mengkondisikan siswa.
d. Model pembelajaran koorpeatif picture and picture membantu dalam penyampaian
materi menjadi lebih jelas.
e. Siswa lebih cepat memahami materi dan konsep dasarnya dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture.
f. LKS untuk aktivitas kelompok yang telah disempurnakan, membantu siswa
memperudah memahami materi sistem pencernaan.
g. Gambar acak yang telah disempurnakan, dapat lebih menarik perhatian siswa dan
membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Kekurangan yang ditemukan pada video simulasi siklus II adalah keterbatasan
waktu pada saat membuat simulasi perbaikan pembelajaran. Sehingga kurang maksimal
dalam menyampaikan.
Pada tahap refleksi yang dilakukan peneliti berdasarkan hasil observasi, kekurangan
pada video simulasi perbaikan siklus I sudah diperbaiki pada perbaikan siklus II. Alternatif
yang diambil peneliti untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I sudah mengalami
peningkatan, siswa dapat memahami materi dengan baik, menarik perhatian siswa, siswa
menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi
bermakna sesuai dengan kurikulum yang mengutamakan pembelajaran berpusat pada
siswa. Peneliti memutuskan untuk mengakhiri penelitian perbaikan pada siklus II.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan simulasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada
situasi pandemi covid-19, diperoleh kesimpulan bahwa pembuatan simulasi dalam bentuk
video pembelajaran terbukti, mampu memperbaiki kegaiatan pembelajaran siswa dalam
massa pandemi covid-19, sehingga siswa masih tetap bisa belajar dari rumah dengan baik.
1. Model pembelajaran picture and picture mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa
khususnya materi peristiwa heroik mendukung proklamasi.
a. Kelebihan yang ditemukan pada video simulasi pembelajaran adalah:
1) Pemaham siswa terhadap konsep IPA dan materi lebih meningkat dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture karena siswa mendapatkan
pembelajaran yang bermakna.
2) Siswa lebih aktif dan kreatif dengan pemanfaatan LKS (Kerja lembar Siswa). Siswa
mendapat kesempatan untuk terlibat pembelajaran aktif dan kreatif bersama teman
satu kelompoknya.
3) Siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berfikir dengan pemanfaatan
gambar acak, sehingga siswa memanfaatkan kemampuan berfikirnya untuk
memecahkan masalah.
4) Siswa merasakan pengalaman yang nyata dan pembelajaran berpusat pada siswa
sehingga menjadi lebih bermakna.
b. Kekurangan yang ditemukan pada video simulasi pembelajaran adalah keterbatasan
waktu pada saat membuat simulasi perbaikan pembelajaran. Sehingga kurang maksimal
dalam menyampaikan.
2. Model pembelajaran picture and picture mampu meningkatkan kinerja guru dalam
menerapkan dan membantu siswa memahami materi sistem pencernaan. Model
pembelajaran picture and picture dapat menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran
IPA materi sistem pencernaan.
a. Kelebihan yang ditemukan pada video simulasi pembelajaran adalah:
1) Model pembelajaran picture and picture sudah dilaksanakan dengan baik, sehingga
meningkatkan motivasi belajar siswa.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi dengan baik, sehingga
lebih mudah mengkondisikan siswa dan siswa paham dengan apa yang akan
dipelajari.
3) Model pembelajaran picture and picture membantu dalam penyampaian materi
menjadi lebih jelas, sehingga mampu meningkatkan pemahaman siswa.
4) Menambah wawasan untuk lebih mengeksplore model-model pembelajaran.
b. kekurangan yang ditemukan pada video simulasi pembelajaran adalah: keterbatasan
waktu pada saat membuat simulasi perbaikan pembelajaran. Sehingga kurang maksimal
dalam menyampaikan.