Anda di halaman 1dari 29

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, setiap manusia
memiliki hak mengenyam pendidikan. Pendidikan merupakan bagian dari proses
kehidupan bernegara. Kualitas suatu negara dapat dilihat dari kualitas sumber
daya manusia yang dimiliki oleh negara tersebut. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yakni dengan cara memperbaiki
mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan mutu pendidikan merupakan suatu dasar
pembangun watak, mental, dan spiritual manusia sehingga dapat dijadikan tolak
ukur kualitas suatu negara. Indonesia sebagai suatu negara yang sedang
berkembang terus memacu diri untuk memperbaiki mutu pendidikan sehingga
dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu bersaing
di era globalisasi.
Untuk memperbaiki mutu pendidikan, berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah Indonesia seperti: pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan
kualitas guru yang merupakan ujung tombak dari pendidikan, peningkatan kualitas
proses pembelajaran, dan penyempurnaan kurikulum. Sekolah sebagai salah satu
lembaga pendidikan formal mempunyai tanggung jawab untuk mendidik siswa.
Untuk itu sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sebagai realisasi
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Berbagai mata pelajaranpun diajarkan di
SD Negeri 1 Gedangan Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan, salah satunya
adalah mata pelajaran IPA. IPA di sekolah memiliki peran yang penting dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini dikarenakan IPA
pada tingkat satuan pendidikan SD merupakan program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan sikap, dan nilai ilmiah pada siswa
untuk membelajarkan diri sendiri, alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari (Permendiknas No: 22
tahun 2006).
Hayat & Yusuf (dalam Wisudawati & Sulistyowati, 2014:11) menyatakan
“hasil belajar IPA yang dicapai oleh peserta didik di Indonesia yang tergolong
rendah dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu karakteristik peserta didik dan
keluarga, kemampuan membaca, motivasi belajar, minat dan konsep diri, strategi
belajar, tingkat kehadiran dan rasa memiliki”.
Dalam proses pembelajaran, faktor lingkungan belajar dapat menentukan
hasil belajar. Menurut Wisudawati & Sulistyowati (2014:11) mengemukakan
“faktor yang sangat penting adalah lingkungan belajar peserta didik dalam bentuk
strategi yang diciptakan guru untuk mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki
peserta didik dalam mempelajari IPA, dan menggunakan konsep IPA tersebut
dalam memahami lingkungan”. Hasil belajar khususnya mata pelajaran IPA tidak
hanya dipengaruhi oleh peserta didik itu sendiri melainkan juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan belajar dan strategi yang diciptakan guru untuk menarik minat
peserta didik untuk belajar.
Pada saat melaksanakan observasi wawancara kepada guru wali kelas V yang
menyatakan bahwa pada saat pembelajaran berlangsung siswa cenderung pasif
menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru khususnya mata pelajaran IPA.
Siswa cenderung duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru dan ada juga
siswa yang bermain dengan teman sebangkunya. Dari hasil observasi wawancara
dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran IPA dibutuhkan suatu model
pembelajaran yang mampu menarik perhatian siswa sehingga hasil belajar siswa
dapat meningkat. Penggunaan model pembelajaran dan media sangat membantu
dalam pengajaran IPA bagi siswa kelas V SD merupakan hal yang mutlak
diperlukan. Disamping itu, dengan alat bantu yang digunakan oleh guru secara
bervariasi akan membangkitkan minat siswa dalam mengikuti pelajaran. Salah
satu metode yang memungkinkan digunakan oleh guru dalam pengajaran
membaca awal ini adalah melalui metode picture and picture.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti bersama
guru pada mata pelajaran IPA di kelas V SD Negeri 1 Gedangan Kecamatan
Tegalombo Kabupaten Pacitan, diperoleh hasil bahwa dalam proses
pembelajaran mata pelajaran IPA Tema 3 sub tema 1 bagaimana tubuh mengolah
makanan sebagian siswa kurang aktif dalam belajar sehingga sebagian siswa
mencapai hasil belajar di bawah KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Dari
hasil pengamatan dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran guru menerapkan
pembelajaran dengan metode ceramah dan pemberian tugas.
1. Analisis Masalah
Hasil observasi menunjukkan bahwa hasil belajar IPA Tema 3 sub tema 1
bagaimana tubuh mengolah makanan siswa kelas V masih berada pada
kategori sedang, hal tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang
kurang melibatkan siswa secara langsung. Dalam proses pembelajaran, guru
aktif menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah sedangkan
siswa pasif hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru.
Dengan proses pembelajaran berupa ceramah, membuat siswa menjadi
bosan, jenuh, pembelajaran kurang menarik, siswa sering ribut, siswa kurang
aktif dalam pembelajaran IPA, serta kurang konsentrasi dalam mengikuti
pembelajaran IPA.
Saat siswa menerima pembelajaran di dalam kelas, siswa belum paham
mengenai materi yang diterimanya, siswa hanya sekadar menerima dan
mengahafalnya. Cara mengajar yang seperti ini dapat menyebabkan siswa sulit
memahami konsep IPA yang diberikan oleh guru sehingga aktivitas belajar
siswa menurun. Menurunnya aktivitas siswa belajar IPA, akan berdampak
pula pada menurunnya hasil belajar IPA. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi penghalang pencapaian hasil belajar IPA Tema 3 sub tema 1
bagaimana tubuh mengolah makanan SD Negeri 1 Gedangan Kecamatan
Tegalombo Kabupaten Paitan yaitu siswa masih memiliki aktivitas belajar
yang kurang dalam proses pembelajaran IPA, guru belum maksimal
merancang pembelajaran yang menarik bagi siswa misalnya dengan
menggunakan model atau metode inovatif yang sesuai dengan materi, dan
guru menganggap materi pembelajaran IPA mudah diterima dan dimengerti
sehingga hanya perlu dihafal saja.
2. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Dari permasalahan di atas, diperlukan solusi yang tepat untuk


meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V Tema 3 sub tema 1
bagaimana tubuh mengolah makanan SD Negeri 1 Gedangan Kecamatan
Tegalombo Kabupaten Paitan. Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan rendahnya aktivitas dan hasil belajar adalah
menggunakan model pembelajaran Picture and Picture. Model pembelajaran
Picture and Picture merupakan “model pembelajaran yang kooperatif atau
mengutamakan adanya kelompokkelompok dengan menggunakan media
gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis” (Kurniasih &
Sani, 2015:44).
Selanjutnya menurut Suprijono (dalam Huda, 2013:236), ”Picture and
Picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai
media pembelajaran”. Jadi, model pembelajaran Picture and Picture adalah
model pembelajaran yang menggunakan media gambar yang dipasangkan atau
diurutkan secara logis. Dalam pelaksanaaan model pembelajaran Picture and
Picture ini siswa dituntut harus dapat bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya. Di samping itu, siswa juga harus
menyamakan persepsi tentang gambar yang dihadirkan, sehingga setiap
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. Hal lain yang harus
diperhatikan dalam model pembelajaran Picture and Picture, bahwa siswa
harus bisa membagi tugas dan tanggung jawab dalam kelompoknya, serta
dapat memberikan evaluasi pada setiap anggota kelompok dengan menunjuk
juru bicara atau pemimpin mereka, dan hal ini dilakukan secara bergantian.
Dengan demikian, melalui model pembelajaran Picture and Picture ini dapat
menguji kesiapan siswa, melatih memahami materi dengan cepat,
meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga berdampak pada peningkatan
hasil belajar.

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di


atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut:
1. apakah penerapan model pembelajaran picture and picture dapat
meningkatkan aktivitas belajar IPA Tema 3 sub tema 1 bagaimana tubuh
mengolah makanan siswa kelas V semester I SD Negeri 1 Gedangan
Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan tahun pelajaran 20021/2022?
2. apakah penerapan model pembelajaran picture and picture dapat
meningkatkan hasil belajar IPA Tema 3 sub tema 1 bagaimana tubuh
mengolah makanan siswa kelas V semester I SD Negeri 1 Gedangan
Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan tahun pelajaran 20021/2022?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang dikembangkan, maka tujuan
penelitian perbaikan pembelajaran ini untuk:
1. untuk mengetahui peningkatkan aktivitas belajar IPA Tema 3 sub tema 1
bagaimana tubuh mengolah makanan siswa kelas V semester I SD Negeri 1
Gedangan Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan menggunakan metode
pembelajaran picture and picture.
2. Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar belajar IPA Tema 3 sub tema
1 bagaimana tubuh mengolah makanan siswa kelas V semester I SD Negeri
1 Gedangan Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan gedangan
menggunakan metode pembelajaran picture and picture.

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN


Dari hasil penelitian ini, diharapkan mampu memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Membantu guru dalam memperbaiki pembelajaran.
b. Membantu guru dalam mengembangkan profesionalismenya.
c. Mendorong guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bisa
menumbuhkan minat belajar siswa.
d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan yang dimiliki kearah yang lebih baik
e. Membantu guru menjawab permasalahan yang dihadapi di sekolah
mengenai model pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada pelajaran IPA.
2. Bagi Siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
c. Memberikan motivasi yang lebih kepada siswa agar lebih giat dalam
belajar Bahasa Indonesia sehingga hasil belajar juga akan lebih baik.
d. Melatih siswa untuk bekerjasama, mengungkapkan pendapat, serta
menghargai kekurangan dan kelebihan orang lain.
3. Bagi Sekolah
a. Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan
kemajuan dari guru di sekolah tersebut.
b. Mendapatkan informasi tentang model pembelajaran yang tepat untuk
diterapkan oleh guru di kelas lain.
c. Memberi masukan bagi sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan
mutu pendidikan khususnya mata pelajaran IPA.
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. HASIL BELAJAR
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan
latihan. Belajar bukan hanya sekedar mengumpulkan pengetahuan, melainkan proses
mental yang terjadi di dalam diri seseorang sehingga mengakibatkan munculnya perubahan
perilaku. Aktifitas mental tesebut terjadi karena adanya interaksi individu dengan
lingkungan yang disadari (Sanjaya, 2016). Menurut Slameto (2010), belajar adalah suatu
proses untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dari interaksi dengan lingkungannya.
Belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan
atau pengalaman yang diperoleh (James O. Wittaker dalam Aunurrahman, 2016). Belajar
merupakan modifikasi kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through experiencing). Berdasarkan pengertian
tersebut, belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas yaitu mengalami. Belajar
bukan suatu tujuan tetapi merupakan proses untuk mencapai tujuan, sebagai langkah-
langkah atau prosedur yang ditempuh. Apabila seseorang telah belajar dengan adanya
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2010).
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli tentang pengertian belajar, diperoleh
kesimpulan bahwa pengertian belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan
pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen. Apabila setelah belajar
seseorang tidak memiliki perubahan tingkah laku yang positif, dalam arti tidak memiliki
kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan
bahwa belajarnya belum berjalan secara optimal.

7
2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melaksanakan kegiatan
belajar dan merupakan penilaian terhadap siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan
pelajaran atau materi yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. Untuk dapat menentukan
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk melihat kemajuan
peserta didik dalam penguasaan materi yang telah dipelajari selama proses pembelajaran.
(Arikunto, 2014). Hasil belajar sebagai salah satu indikator keberhasilan proses belajar
mengajar. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar (Abdurrahman dalam Jihad, 2013). Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah
sebagai berikut :
a) Ranah kognitif : hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b) Ranah afektif : hasil belajar dalam bentuk sikap yang terdiri dari penerimaan jawaban
atau reaksi dan penilaian.
c) Ranah psikomotorik : hasil belajar dalam bentuk keterampilan dan kemampuan
bertindak.
Hasil belajar yang tiga ranah tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi selalu
berhubungan satu sama lain. (Benjamin S. Bloom dalam Sudjana, 2010). Hasil belajar
siswa tidak akan optimal, jika siswa tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) faktor intern,
dan 2) faktor ekstern. Faktor intern terdiri dari 3 faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor
psikologi dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap
belajar terdiri 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat
(Slameto, 2010).
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli, diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar
adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilai dalam
periode tertentu. Dari ketiga ranah hasil belajar tersebut, yang menjadi objek penelitian
adalah ranah kognitif yang berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek proses kognitif adalah sebagai berikut : (C1) mengingat, (C2) memahami, (C3)
mengaplikasikan, (C4) menganalisis, (C5) mengevaluasi dan (C6) mencipta.
B. MODEL PEMBELAJARAN

1. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial
(Trianto, 2012). Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru (Komalasari, 2013).
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori
psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap
implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasi di kelas (Suprijono, 2015).
Menurut Jihad dan Haris (2013), model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana yang
digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi siswa dan memberi petunjuk
kepada guru di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli, diperoleh kesimpulan bahwa model
pembelajaran adalah suatu perencanaan dasar yang digunakan sebagai penyusunan
kurikulum dan segala keperluan dalam pembelajaran yang akan diterapkan dalam
pembelajaran di kelas.
2. Model Pembelajaran picture and pincture
Model pembelajaran picture and picture adalah model pembelajaran yang
memanfaatkan gambar (atau produk visual lain) sebagai media pembelajarannya, model ini
mirip dengan example non example, yang mengharuskan siswa untuk memasangkan dan
mengurutkan beberapa gambar dalam urutan yang logis (Suprijono dalam Huda 2014, hlm.
236).
Artinya, pembelajaran akan terbantu oleh media gambar yang akan memberikan
konteks lebih. Selain itu mengharuskan siswa untuk menyusun gambar-gambar yang telah
diacak untuk kemudian disusun berdasarkan urutan logis akan menumbuhkan daya kreasi
interaktivitas siswa terhadap materi pembelajaran.
Masih senada dengan Suprijono, Shoimin (2014, hlm. 122) menyatakan bahwa
pengertian model pembelajaran picture and picture adalah model belajar yang
mengandalkan gambar yang menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran, tepatnya
gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Maka dari itu, sebelumnya guru
harus sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan, baik dalam bentuk poster, kartu
ukuran besar, maupun ditampilkan menggunakan proyektor LCD.
Dapat disimpulkan bahwa model picture and picture adalah model pembelajaran
yang menggunakan beberapa gambar sebagai media yang menarik dan memberikan
konteks tambahan terhadap suatu materi.
3. Karakteristik Model Picture and Picture
Model picture and picture adalah pembelajaran yang memakai media gambar sebagai
sarana untuk aktivitas belajar. Caranya adalah dengan mengurutkan dan memasangkan
gambar yang sesuai dengan rangkaian logis.
Media gambar merupakan unsur paling mendasar pada aktivitas pembelajaran ini.
Sehingga guru dituntut untuk bisa menyediakan media ini sebelum aktivitas pembelajaran
dimulai.
Bentuk dari gambar itu sendiri bisa berupa chart atau kartu interaktif. Picture and
picturemerupakan model pembelajaran yang masuk pada kategori pembelajaran kooperatif.
Rencana dan strategi pembelajaran picture and picture ini hampir serupa dengan
model example non example. Karena pada strategi belajar ini siswa sama-sama dituntut
untuk mencocokan gambar sesuai dengan logika yang ada.
Dengan adanya model pembelajaran interaktif seperti ini, akan memungkin guru lebih
leluasa berkreatifitas untuk menarik hati siswa dalam sebuah materi pelajaran. Sehingga
siswa bisa terinspirasi dan bisa memahami materi dengan baik.

Langkah atau Sintak dari Model Pembelajaran Picture and Picture


Ketika melaksanakan model pembelajaran picture and picture, guru diharuskan untuk
memperhatikan langkah-langkahnya dengan konsisten. berikut pemaparan sintaks urutannya:
1. Pengutaraan Kompetensi
Pertama-tama guru akan mengutarakan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang dimaksud.
Ini berguna untuk menghitung seberapa bagus siswa dalam mempersiapkan mata pelajaran
yang ditempuh.
Selain itu guru juga mengutarakan parameter kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dan
cara memperolehnya.
2. Pengutaraan Materi
Pada bagian presentasi materi, guru sudah membuat rancangan pembelajaran awal. Salah
satu kesuksesan dalam pembelajaran terdapat pada bagian ini. Maka dari itu guru dituntut
untuk memberikan arahan yang jelas dan memotivasi siswa agar tetap fokus dalam setiap
proses pembelajaran.
3. Presentasi Gambar
Pada proses ini, guru mempertontonkan gambar dan mendorong siswa untuk proaktif dalam
aktivitas pembelajaran dengan memperhatikan gambar yang dipresentasikan. Kegunaan dari
presentasi gambar ini adalah agar guru bisa lebih leluasa untuk menilai perilaku dan reaksi
siswa sehingga siswa juga dapat mengerti pelajaran dengan lebih gampang.
Untuk langkah berikutnya, guru bisa menciptakan gambar baru atau bisa menggunakan pesan
demonstrasi multimedia seperti video. Ini bertujuan agar suasana belajar semakin hidup.
4. Pencantuman Gambar
Bagian ini, guru memilih siswa dengan acak untuk silih berganti dalam mencantumkan
gambar secara urut dan memiliki logika yang benar. Guru dituntut untuk kreatif dalam
melakukan pemilihan, ini bertujuan agar siswa tetap rileks dan tidak tertekan ketika dipilih.
Cara yang efektif agar siswa terhindar dari tekanan adalah dengan sistem undian.
5. Eksplorasi
Bagian ini guru menanyakan alasan siswa dalam susunan gambar yang telah dibuat oleh
mereka. Sesudah itu, peserta didik dapat diminta untuk mencari tahu latar dari skenario,
rumus dan konsep cerita tentang materi yang ada. Guru dapat membentuk grup agar diskusi
bisa lebih menarik ketika membahas materi.
6. Penjelasan kompetensi
Berlandaskan data presentasi pada susunan gambar, guru dapat mengungkapkan lebih jauh
tentang standar kompetensi yang harus diraih. Pada metode ini, guru akan menyampaikan hal
penting yang harus diraih pada mata pelajaran tersebut. Guru juga bisa melakukan repetisi
bahan materi dengan cara membuat gambar dan menulis. Ini penting agar siswa lebih paham
tentang materi.
7. Akhir
Pada bagian penutup, siswa dan guru akan berkontemplasi tentang materi yang telah diraih
dan dilaksanakan. Ini berguna untuk siswa agar kedepannya mereka bisa lebih solid dalam
pemahaman mengenai materi dan kompetensi yang harus diraih.

Kekurangan dan Kelebihan Picture and Picture


Sudah menjadi barang umum bahwa setiap sistem atau model, metode pasti ada kekurangan
dan kelebihannya, berikut adalah kelebihan dan kekurangan model pembelajaran picture and
picture:
Kelebihan
1. Bahan materi yang akan disampaikan akan lebih efektif, sebab guru akan mengutarakan
kompetensi dan materi yang harus diperoleh siswa pada awal pembelajaran.
2. Dengan gambar yang menarik mengenai materi yang disuguhkan, siswa akan lebih cepat
memahami materi.
3. Dalam model pembelajaran picture and picture ini siswa akan dituntut untuk berpikir
secara analisis tentang gambar sehingga membuat daya pikir logis siswa akan
berkembang.
4. Pembelajaran model ini bisa menggugah rasa tanggung jawab siswa, karena guru akan
bereaksi tentang logika yang dipakai siswa dalam menyusun gambar yang telah dibuat.
5. Proses belajar akan semakin menyenangkan, ini karena siswa bisa melihat gambar secara
langsung.
Kekurangan
1. Sedikitnya sumber gambar berkualitas untuk digunakan sebagai materi bahan ajar.
2. Sumber gambar sangat sedikit, apalagi gambar yang berkaitan untuk menggenjot daya
analisis siswa.
3. Sekolah atau kementerian pendidikan tidak mengakomodasi kebutuhan gambar-gambar
yang bagus untuk model pembelajaran picture and picture.
4. Siswa dan guru masih sedikit pengalaman dalam memakai metode pembelajaran
bergambar ini.
Kesimpulan
Reaksi cepat dan daya pikir siswa pada model ini akan diuji, ini bisa mengembangkan
spontanitas siswa dalam berpikir cepat. Picture and picture bisa dipakai pada semua mata
pelajaran. Dengan memakai media papan guru bisa membongkar gambar dengan materi yang
lainnya

B. PEMBELAJARAN TEMATIK

1. Pengertian Pembelajaran Tematik


Pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan terapan pembelajaran
terpadu. Pembelajaran tematik yang diharapkan berkembang di sekolah dasar mengarah
pada penggabungan dari webbed model (model jaring laba-laba) dan integrated model
(model terpadu). Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa (Depdiknas dalam Trianto, 2011).
Menurut BPSDMPK (2012: 11), pembelajaran tematik merupakan suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang mengaitkan atau memadukan beberapa kompetensi
dasar/indicator dari standar kompetensi beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan
dikemas dalam satu tema.
Sementara itu Trianto (2011: 152) menyatakan bahwa pembelajaran
tematik menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran
itu relevan dan penuh makna bagi siswa dengan memberdayakan pengetahuan dan
pengalaman siswa untuk membantu memahami dunia nyatanya. Perolehan keutuhan
belajar, pengetahuan dan kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya
dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu (Willian dalam Tianto, 2011).
Selanjutnya Majid (2014: 87) menyatakan bahwa pembelajaran
tematik menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan
harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik simpulan bahwa pendekatan
pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran, yang mengangkat suatu
tema tertentu untuk mengikat beberapa materi pelajaran. Tema yang dipilih harus
berkaitan erat dengan pengalaman nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga pembelajaran yang dialami siswa dapat memberikan pengalaman bermakna
bagi diri siswa sendiri.
2. Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan pendekatan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh tiga landasan
penting, yaitu landasan filosofis, psikologi dan yuridis.
a).Landasan pertama adalah landasan filosofis. Landasan filosofis dipengaruhi oleh tiga
aliran filsafat yaitu: progresivisme, konstruktivisme dan humanisme (Rusman, 2015).
Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada
pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural)
dan pengalaman siswa. … Aliran konstruktivisme melihat pengalaman lansung siswa
(direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. … Aliran humanism melihat
siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya dan motivasi yang dimilikinya
(Rusman, 2015: 144)
b).Landasan yang kedua adalah landasan psikologis. Landasan psikologis yaitu landasan
berkaitan dengan psikologi perkembangan siswa dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan siswa diperlukan untuk menentukan isi materi yang akan diberikan agar
tingkat keluasan dan kedalaman materi sesuai dengan tahapan perkembangan siswa
(Rusman, 2015). Sedangkan psikologi belajar berkaitan dengan bagaimana cara anak
belajar dan factor yang mempengaruhi anak belajar (Trianto, 2013).
Menurut Supratiningsih, Wahyuni dan Deliyana (2010) bahwa berdasarkan tahapan
perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran
bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal sekolah dasar sebaiknya
dilakukan dengan pembelajaran tematik.
c). Landasan yang ketiga adalah landasan yuridis. Landasan yuridis yaitu landasan yang
berdasarkan berbagai kebijakan dan peraturan yang mendukung pelaksanaan
pembelajaran tematik di SD. Landasan yuridis antara lain adalah Undang-Undang No. 23
tahun 2002 tentang perlindungan anak, Undang-Undang ini menyatakan bahwa “setiap
anak berhak memperoleh pendidkan dan pengajaran dalam pengembangan pribadinya
dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Hal ini menjelaskan
bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampunnya.
Sementara itu, dalam Undang-Undang no. 20 tahun 2003 Bab X tentang
kurikulum, menyatakan bahwa “kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah dan peserta didik”. Hal ini memberikan peluang kepada satuan pendidikan untuk
dapat mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan bakat, minat dan tahapan
perkembangan siswa.
Lebih lanjut pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
menetapkan bahwa: Pembelajaran di tingkat SD/MI harus diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta
didik
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. SUBJEK PENELITIAN
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Gedangan yang desa gedangan keamatan
tegalombo kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sekolah ini terletak di tengah lingkungan
pemukiman warga masyarakat, mudah dijangkau, dan merupakan tempat peneliti
mengajar, sehingga memudahkan dalam mencari data dan subjek penelitian yang sangat
sesuai dengan profesi peneliti. Subjek dari penelitian ini ialah siswa kelas V SDN 1
Gedangan dengan jumlah 15 siswa

2. Tema
Penelitian menggunakan RPP Kurikulum 2013 yang sudah digunakan di SDN 1
Gedangan, muatan pelajaran IPA, tema 3 (makanan sehat) Subtema 1 (bagaimana tubuh
mengolah makanan) materi sistem penernaan

3. Waktu Pelaksanaan Penelitian


Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan II siklus, yaitu:
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan

No Hari/Tanggal Mata Keterangan Materi


Pelajaran Pembelajaran

1 Jum’at, IPA Siklus I Sistem penernaan


12 november 2021

2 Senin, IPA Siklus II Sistem penernaan


15 november 2021

B. DESKRIPSI PER SIKLUS


Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan
direncanakan terdiri dari 2 siklus. Pada setiap siklus direncanakan saling berkaitan dan
berkesinambungan, artinya dalam proses dan hasil siklus I akan ditindaklanjuti dalam siklus
II. Prosedur penelitian tindakan kelas ini pada setiap siklus meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, refleksi.

1. Siklus I
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil pengamatan pada pembelajaran pra siklus yang berupa permasalahan
pembelajaran siswa kelas V mata pelajaran IPA tema 3 (makanan sehat) Subtema 1
(bagaimana tubuh mengolah makanan) materi sistem penernaan, model pembelajaran
yang digunakan dalam pembelajaran masih monoton dan kurang aktif, sehingga capaian
hasil belajar siswa dibawah KKM dan kurang berjalan sesuai kurikulum 2013. Maka
penulis melaksanakan pembelajaran siklus 1.
Sebelum melaksanakan tindakan simulasi pembelajaran siklus 1 terlebih dahulu
dibuat tahapan perencanaan sebagai berikut:
1) Melakukan refleksi awal dengan melihat hasil belajar IPA siswa sebelum
dilaksanakan tindakan.
2) Menyiapkan RPP yang menerapkan model pembelajaran picture and picture.
3) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa untuk mengukur kemampuan siswa.
4) 4) Menyiapkan instrumen penilaian untuk siklus I.
5) Mempersiapkan alat bantu model pembelajaran picture and picture (gambar acak
sistem pencernaan) yang akan digunakan peneliti dalam melakukan pembelajaran di
kelas.
b. Pelaksanaan
Kegiatan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 19 november 2021. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan cara simulasi mengunakan model pembelajaran picture and picture
berdasarkan RPP yang telah disusun. Hal ini dikarenakan adanya proses kegiatan
belajar dari rumah akibat pandemi Covid-19.
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan simulasi pembelajaran siklus I adalah
sebagai berikut:
1) Menyampaikan indikator dan kompetensi yang diharapkan.
2) Melaksanakan pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun.
3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang dipelajari.
4) Melaksanakan pembelajaran menggunakan model model pembelajaran picture and
picture (memberikan stimulus kepada siswa, mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan informasi, mengolah data, pembuktian, dan menarik kesimpulan.
5) Mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk
memecahkan masalah materi sistem pencernaan dengan bantuan lembar kerja siswa
(LKS), gambar sistem pencernaan.
6) Siswa mempresentasikan hasil diskusi.
7) Memberikan ulasan dan kesimpulan bersama siswa terhadap materi yang sedang di
pelajari.
8) Merefleksi kegiatan pembelajaran dan memberikan tugas dirumah.
9) Menutup pelajaran.
c. Pengamatan
Pada tahap ini pengamat mengamati kegiatan simulasi mengajar dalam bentuk
video yang berdurasi kurang lebih 5 menit yang sesuai dengan skenario pembelajaran
yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan simulasi dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan
untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengamatan terhadap simulasi
pembelajaran dan untuk memperoleh data sebagai kajian untuk melakukan perbaikan
pada siklus selanjutnya.
d. Refleksi
Refleksi dilaksanakan setelah kegiatan pengamatan video simulasi perbaikan
pembelajaran sislus I. Tahap ini untuk menganalisis terhadap hasil observasi pada video
simulasi mengajar yang diperoleh dari lembar refleksi. Setelah menganalisis data
terhadap kekurangan dan kelebihan simulasi pembelajaran yang dilakukan, diambil
kesimpulan dengan melihat kriteria perbaikan pembelajaran dan perlu adanya kegiatan
tindak lanjut dalam proses pembelajaran guna menyempurnakan tindakan perbaikan
pembelajaran. Ditemukan masih ada kekurangan di video simulasi siklus I, sehingga
peneliti memutuskan untuk melakukan perbaikan pada siklus ke II.
2. Siklus II
Siklus II terdiri dari empat tahapan yang sama. Siklus II merupakan perbaikan dari
hasil refleksi siklus I, hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II ini peneliti melakukan pendalaman metode
sebagai upaya pemecahan masalah dari hasil siklus I. kemudian peneliti menyiapkan
rencanan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menyiapkan peralatan atau media yang
dibutuhkan pada proses belajar mengajar serta menyiapkan instrument pengumpulan
data. Dalam penyusunan rencana penelitian di siklus II, peneliti juga memperhatikan
saran dari pembimbing, sebagai hasil diskusi tentang tindakan penelitian pada siklus I.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan sebagai implementasi dari semua rencana tindakan yang
telah dibuat dari revisi simulasi pembelajaran pada siklus I. Kegiatan siklus II
dilaksanakan pada hari senin, 22 november 2021. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
cara simulasi. mengunakan model pembelajaran koopeatif tipe Scramble berdasarkan
RPP yang telah disusun. Hal ini dikarenakan adanya proses kegiatan belajar dari rumah
akibat pandemi Covid-19.
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan simulasi pembelajaran siklus II sebagai
berikut:
1) Menyampaikan indikator dan kompetensi yang diharapkan.
2) Melaksanakan pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun.
3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang dipelajari.
4) Melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Scramble (memberikan stimulus kepada siswa, mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan informasi, mengolah data, pembuktian, dan menarik kesimpulan.
5) Mengorganisasikan siswa untuk berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk
memecahkan masalah materi peristiwa heroik mendukung proklamasi dengan
bantuan lembar kerja siswa (LKS), kartu soal dan kartu jawaban (yang sudah
disempurnakan).
6) Siswa mempresentasikan hasil diskusi.
7) Memberikan ulasan dan kesimpulan bersama siswa terhadap materi yang sedang
dipelajari.
8) Memberikan soal latihan untuk dikerjakan siswa.
9) Merefleksi kegiatan pembelajaran dan memberikan tugas dirumah.
10) Menutup pelajaran.
c. Pengamatan
Pada tahap ini pengamat mengamati kegiatan simulasi mengajar dalam bentuk
video berdurasi kurang lebih 5 menit yang sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah dibuat sebelumnya, untuk memperoleh data sebagai bahan kajian untuk
menyimpukan apakah perbaikan pembelajaran sudah dapat memberikan peningkatan
hasil belajar yang sesuai dengan kriteria perbaikan.

d. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan penilaian terhadap video simulasi perbaikan
pembelajaran siklus II. Tahap ini untuk analisis hasil observasi yang telah dilakukan
pada video simulasi mengajar dari lembar refleksi. Selanjutnya menarik kesimpulan
berdasarkan analisis data terhadap kekurangan dan kelebihan simulasi pembelajaran
yang dilakukan. Apabila peneliti sudah merasa cukup puas dengan hasil simulasi
perbaikan pembelajaran yang telah dirancang, maka kegiatan penelitian berhenti sampai
tahap siklus II. Diharapkan dari hasil simulasi dapat meningkatkan hasil belajar pada
pembelajaran IPA khususnya pada materi system pencernaan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN SIKLUS

1. Siklus I
Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah menyiapkan
materi pembelajaran IPA materi system peernaan yang akan disampaikan dalam simulasi
perbaikan pembelajaran dengan alokasi waktu kurang lebih 5 menit. Pada tahap
perencanaan menyusun rencana perbaikan pembelajaran dan skenario pembelajaran siklus
I dengan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa, menentukan model pembelajaran
picture and picture, menyediakan alat dan media pembelajaran dengan gambar system
pencernaan, menyiapkan sumber belajar, menyiapkan lembar kerja siswa, menyiapkan alat
dan bahan untuk membuat video simulasi dan mengatur ruangan untuk pengambilan video
simulasi.
Sekenario perbaikan pembelajaran dalam pelaksanaan simulasi siklus I adalah
sebagai berikut:
a. Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran
yaitu: LKS, kartu soal, kartu jawaban, gambar sistem pencernaan.
b. Guru membuka kegiatan pembelajaran.
c. Guru menyampaikan peraturan model pembelajaran picture and picture yaitu:
memberikan stimulus kepada siswa, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan
informasi, mengolah data, pembuktian, dan menarik kesimpulan.
d. Guru memberikan stimulus kepada siswa.
e. Guru memberikan gambar dan siswa mengidentifikasi gambar.
f. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok (3 kelompok).
g. Guru membagikan LKS, gambar sistem pencernaan kepada masing-masing kelompok.
h. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memasangkan gambar acak serta
mengerjakan LKS.
i. Siswa berdiskusi dan berkerja sama dengan teman satu kelompoknya untuk
memecahkan masalah.
j. Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya.
k. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.
l. Guru merefleksi kegiatan pembelajaran dan memberikan tugas rumah.
m. Guru menutup kegiatan pembelajaran.
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan simulasi perbaikan pembelajaran
dengan tujuan meningkatkan proses dan hasil belajar sistem pencernaan. Setelah
melaksanakan simulasi perbaikan pada siklus I, peneliti melakukan observasi terhadap
video simulasi perbaikan pembelajaran siklus I yang telah dilaksanakan. Pembelajaran
sudah mengalami perbaikan dan sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu pembelajaran
berpusat pada siswa, guru hanya membimbing dan mengarahkan serta memberi penjelasan
singkat, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, pembelajaran menjadi bermakna dengan
adanya kegiatan siswa secara langsung dengan adanya aktivitas berkelompok untuk
memecahkan masalah dengan menggunakan LKS, gambar acak, kegiatan ini tentu akan
membekas diingatan mereka dalam waktu yang lama. Namun dalam video tersebut dirasa
kurang optimal ketika di aplikasikan, pada kegiatan inti masih ada kekurangan.
Berdasarkan data yang diperoleh selama simulasi perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh peneliti, terlihat pada video simulasi pembelajaran siklus I belum
berjalan dengan optimal. Maih terdapat banyak beberapa kekurangan dalam pelaksanaan
simulasi permbelajaran siklus I, yaitu sebagai berikut:
a. Pada saat simulasi pembelajaran ada kegiatan yang terlewatkan yaitu: pemberian acuan
(tujuan pembelajaran) dan apersepsi untuk memancing siswa menggali lebih dalam
informasi yang dimilikinya.
b. Lembar kerja siswa masih belum mengoptimalkan kemampuan siswa untuk memahami
materi sistem pencernaan.
c. Gambar sistem pencernaan desainnya masih kurang optimal, karena hanya terbuat dari
kertas HVS putih dan tipis sehingga siswa kurang kurang begitu tertarik.
d. Untuk sintaks model pembelajaran picture and picture sudah dilaksanakan dengan
dengan baik, namun untuk ekspresi dan gerk tubuh masih kurang dieksplore dengan
maksimal. Hal ini bisa menyebabkan siswa merasa bosan.
e. Belum diberikan soal latihan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi materi
yang telah dipelajari.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, masih ada beberapa kekurangan
yang harus diperbaiki. Maka refleksi untuk simulasi pembelajaran pada siklus I yaitu
peneliti menyimpulkan untuk mengambil tindakan memperbaiki simulasi pembelajaran
siklus I dengan melanjutkan simulasi pembelajaran pada siklus II.

2. Siklus II
Tahap perencanaan siklus II sama dengan perencanaan siklus I. Peneliti
menyiapkan materi pembelajaran yang akan disampaikan dalam simulasi perbaikan
pembelajaran IPA pada materi sistem pencernaan dengan alokasi waktu kurang lebih 5
menit. Pada tahap perencanaan adalah menyusun rencana perbaikan pembelajaran dan
skenario pembelajaran siklus II, menentukan model pembelajaran kooperatif, menyediakan
alat dan media pembelajaran dengan kartu soal dan kartu jawaban yang telah
disempurnakan, menyiapkan sumber belajar, menyiapkan lembar kerja siswa yang telah
disempurnakan, menyiapkan latihan soal untuk mengukur kemampuan siswa (hasil
belajar), menyiapkan alat dan bahan untuk membuat video simulasi dan mengatur ruangan
untuk pengambilan video simulasi.
Sekenario perbaikan pembelajaran dalam pelaksanaan simulasi siklus II adalah
sebagai berikut:
1) Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk kegiatan
pembelajaran yaitu: LKS, gambar acak sistem pencernaan yang telah disempurnakan.
2) Guru membuka kegiatan pembelajaran.
3) Guru menyampaikan peraturan model pembelajaran picture and picture yaitu:
memberikan stimulus kepada siswa, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan
informasi, mengolah data, pembuktian, dan menarik kesimpulan.
4) Guru memberikan stimulus kepada siswa.
5) Guru memberikan gambar dan siswa mengidentifikasi gambar.
6) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok (3 kelompok).
7) Guru membagikan LKS, gambar sistem pencernaan (yang sudah disempurnakan)
kepada masing-masing kelompok.
8) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memasangkan gambar acak serta
mengerjakan LKS.
9) Siswa berdiskusi dan berkerja sama dengan teman satu kelompoknya untuk
memecahkan masalah.
10) Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya.
11) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.
12) Guru memberikan soal latihan untuk mengukur pemahaman siswa.
13) Guru merefleksi kegiatan pembelajaran dan memberikan tugas rumah.
14) Guru menutup kegiatan pembelajaran.
Pada tahap, peneliti melaksanakan simulasi perbaikan pembelajaran dengan tujuan
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi sistem pencernaan. Setelah melaksanakan simulasi perbaikan pembelajaran
siklus II, peneliti melakukan tahap observasi. Di observasi, peneliti mengamati kegiatan
simulasi pada siklus II yang berbentuk video yang berdurasi kurang lebih 5 menit.
Berdasarkan data yang diperoleh selama simulasi perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh peneliti, terlihat pada video simulasi pembelajaran siklus II sudah
berjalan dengan optimal. Dari hasil analisis maka program perbaikan pembelajaran yang
masih belum optimal pada kegiatan siklus I, telah diperbaiki pada siklus II yaitu sebagai
berikut:
a. Pada pendahuluan siklus I belum menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran,
pada siklus II sudah diperbaiki dengan menyampaikan apersepsi dan tujuan
pembelajaran.
b. LKS untuk aktivitas kelompok yang telah disempurnakan, yang awalnya hanya gambar
kecil pada kertas hvs putih di ganti ke kertas yang lebih jelas dan lebih mudah di
pahami.
c. Gambar acak yang telah disempurnakan, yang awalnya hanya kertas putih, pada siklus
II dibuat dengan menggunakan kertas cover berwarna. Sehingga dapat lebih menarik
perhatian siswa dan membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
d. Untuk sintaks model pembelajaran picture and picture sudah dilaksanakan dengan
dengan baik, serta untuk ekspresi dan gerak tubuh sudah dieksplore dengan maksimal.
Hal ini bisa menyebabkan siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Perbaikan ini ternyata mampu memberikan kemajuan inovasi baru untuk
memperbaiki siklus I yang dirasa jauh lebih optimal. Kegiatan refleksi bertujuan
menganalisis hasil observasi terhadap kelebihan dan kekurangan video simulasi siklus II.
Alternatif yang diambil peneliti untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I sudah
mengalami peningkatan dan di rasa cukup untuk maksimal menarik perhatian siswa,
membuat pembelajaran lebih bermakna, bervariatif dan membuat siswa lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Sehingga peneliti memutuskan untuk mengakhiri penelitian
perbaikan pada siklus II.

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

1. Siklus I
Pelaksanaan simulasi siklus I dilakssiswaan pada hari jum’at, 12 november 2021.
Perbaikan pembelajaran pada siklus I dilakukan peneliti dengan membuat simulasi video
mengajar berdurasi 5 menit. Pelaksanaan tahap pengamatan dilakukan setelah pelaksanaan
simulasi siklus I. Penelitian siklus I sudah berjalan dengan baik, dengan adanya perubahan
dari pembelajaran yang semula berfokus pada guru menjadi berfokus pada siswa karena
penulis menggunakan model pembelajaran picture and picture, sehingga perbaikan
membuat siswa berkesan dan mengingatnya dalam memori jangka panjang.
Kelebihan yang ditemukan dalam video simulasi siklus I adalah:
a. Pemaham siswa terhadap konsep IPA lebih meningkat karena siswa mendapatkan
pembelajaran yang bermakna.
b. Siswa lebih kreatif, karena dalam pembelajaran ini siswa di didorong untuk selalu
terlibat aktif dalam proses pembelajaran, seperti aktif bertanya ataupun menjawab
pertanyaan dengan baik.
c. Siswa juga dilatih untuk berfikir memecahkan masalah atau menemukan cara dalam
menyelesaikan masalah.
d. Siswa dapat merasakan pengalaman yang nyata, sehingga dapat meningkatkan motivasi
siswa terhadap pembelajaran IPA.
e. Pembelajaran berpusat pada siswa sehingga menjadi lebih bermakna.
Kekurangan yang ditemukan dalam video simulasi siklus I adalah:
a. Pada saat simulasi pembelajaran ada kegiatan yang terlewatkan yaitu: pemberian acuan
(tujuan pembelajaran) dan apersepsi untuk memancing siswa menggali lebih dalam
informasi yang dimilikinya.
b. Lembar kerja siswa masih belum mengoptimalkan kemampuan siswa untuk memahami
materi sistem pencernaan.
c. Gambar acak desainnya masih kurang optimal, karena hanya terbuat dari kertas HVS
putih dan tipis sehingga siswa kurang kurang begitu tertarik.
d. Model pembelajaran koorpeatif learning tipe Scramble sudah dilaksanakan dengan baik,
namun untuk ekspresi dan gerak tubuh masih kurang dieksplore dengan maksimal. Hal
ini bisa menyebabkan siswa merasa bosan.
e. Belum diberikan soal latihan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi materi
yang telah dipelajari.
Pada tahap refleksi yang dilakukan peneliti berdasarkan hasil observasi, simulasi
video siklus I sudah menunjukkan perbaikan namun dirasa kurang optimal dan perlu
diperbaiki sehingga peneliti memutuskan untuk memperbaiki perbaikan siklus I pada
simulasi perbaikan siklus ke II.

2. Siklus II
Tahap pelaksanaan simulasi siklus II dilakssiswaan pada hari Senin, 15 november
2021. Perbaikan Pembelajaran pada siklus II dilakukan peneliti dengan membuat simulasi
video mengajar berdurasi 5 menit. Tahap pengamatan dilakukan setelah pelaksanaan
simulasi siklus II. Dalam simulasi video siklus II tidak banyak ditemukan kekurangan yang
perlu diperbaiki. Perbaikan yang dilakukan salah satunya adalah setiap kelompok
mendapatkan gambar yang lebih besar, jadi siswa dalam kelompok dapat melihat dengan
jelas.
Kelebihan yang ditemukan dalam video simulasi siklus II adalah:
a. Pemberian acuan (tujuan pembelajaran) dan apersepsi membuat siswa paham tentang
apa yang akan dipelajari.
b. Penggunaan model pembelajaran picture and picture sudah dilaksanakan dengan dengan
baik, untuk ekspresi dan gerak tubuh sudah dieksplore dengan maksimal. Hal ini bisa
menyebabkan siswa aktif, merasa tertarik, dan bersemangat untuk mengikuti
pembelajaran.
c. Guru lebih mudah mengkondisikan siswa.
d. Model pembelajaran koorpeatif picture and picture membantu dalam penyampaian
materi menjadi lebih jelas.
e. Siswa lebih cepat memahami materi dan konsep dasarnya dengan menggunakan model
pembelajaran picture and picture.
f. LKS untuk aktivitas kelompok yang telah disempurnakan, membantu siswa
memperudah memahami materi sistem pencernaan.
g. Gambar acak yang telah disempurnakan, dapat lebih menarik perhatian siswa dan
membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Kekurangan yang ditemukan pada video simulasi siklus II adalah keterbatasan
waktu pada saat membuat simulasi perbaikan pembelajaran. Sehingga kurang maksimal
dalam menyampaikan.
Pada tahap refleksi yang dilakukan peneliti berdasarkan hasil observasi, kekurangan
pada video simulasi perbaikan siklus I sudah diperbaiki pada perbaikan siklus II. Alternatif
yang diambil peneliti untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I sudah mengalami
peningkatan, siswa dapat memahami materi dengan baik, menarik perhatian siswa, siswa
menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi
bermakna sesuai dengan kurikulum yang mengutamakan pembelajaran berpusat pada
siswa. Peneliti memutuskan untuk mengakhiri penelitian perbaikan pada siklus II.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan simulasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada
situasi pandemi covid-19, diperoleh kesimpulan bahwa pembuatan simulasi dalam bentuk
video pembelajaran terbukti, mampu memperbaiki kegaiatan pembelajaran siswa dalam
massa pandemi covid-19, sehingga siswa masih tetap bisa belajar dari rumah dengan baik.
1. Model pembelajaran picture and picture mampu untuk meningkatkan hasil belajar siswa
khususnya materi peristiwa heroik mendukung proklamasi.
a. Kelebihan yang ditemukan pada video simulasi pembelajaran adalah:
1) Pemaham siswa terhadap konsep IPA dan materi lebih meningkat dengan
menggunakan model pembelajaran picture and picture karena siswa mendapatkan
pembelajaran yang bermakna.
2) Siswa lebih aktif dan kreatif dengan pemanfaatan LKS (Kerja lembar Siswa). Siswa
mendapat kesempatan untuk terlibat pembelajaran aktif dan kreatif bersama teman
satu kelompoknya.
3) Siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berfikir dengan pemanfaatan
gambar acak, sehingga siswa memanfaatkan kemampuan berfikirnya untuk
memecahkan masalah.
4) Siswa merasakan pengalaman yang nyata dan pembelajaran berpusat pada siswa
sehingga menjadi lebih bermakna.
b. Kekurangan yang ditemukan pada video simulasi pembelajaran adalah keterbatasan
waktu pada saat membuat simulasi perbaikan pembelajaran. Sehingga kurang maksimal
dalam menyampaikan.
2. Model pembelajaran picture and picture mampu meningkatkan kinerja guru dalam
menerapkan dan membantu siswa memahami materi sistem pencernaan. Model
pembelajaran picture and picture dapat menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran
IPA materi sistem pencernaan.
a. Kelebihan yang ditemukan pada video simulasi pembelajaran adalah:
1) Model pembelajaran picture and picture sudah dilaksanakan dengan baik, sehingga
meningkatkan motivasi belajar siswa.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi dengan baik, sehingga
lebih mudah mengkondisikan siswa dan siswa paham dengan apa yang akan
dipelajari.
3) Model pembelajaran picture and picture membantu dalam penyampaian materi
menjadi lebih jelas, sehingga mampu meningkatkan pemahaman siswa.
4) Menambah wawasan untuk lebih mengeksplore model-model pembelajaran.
b. kekurangan yang ditemukan pada video simulasi pembelajaran adalah: keterbatasan
waktu pada saat membuat simulasi perbaikan pembelajaran. Sehingga kurang maksimal
dalam menyampaikan.

Anda mungkin juga menyukai