Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam kemajuan suatu

bangsa, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu

bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya kualitas bangsa tersebut.

Di Indonesia pendidikan sangat diutamakan, karena pendidikan memiliki

peranan yang sangat penting terhadap terwujudnya peradaban bangsa yang

bermartabat. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga tujuan pendidikan telah

diatur dengan jelas dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,

yakni Nomor 20 tahun 2003 pasal 3:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartarbat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003)

Proses pendidikan sudah dimulai sejak manusia dilahirkan. Pendidikan

pertama berasal dari keluarga dan lingkungan sekitar kemudian dilanjutkan ke

jenjang pendidikan formal di sekolah. Pendidikan di sekolah tidak terlepas

dari proses pembelajaran dan interaksi antara peserta didik sebagai peserta

didik dan guru sebagai pendidik. Salah satu yang berperan penting dalam

kemajuan suatu bangsa dan peningkatan sumber daya manusia yang

berkualitas tinggi di Indonesia adalah pendidikan IPA.

1
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah istilah yang digunakan yang

merujuk pada rumpun ilmu dimana objeknya adalah benda-benda alam

dengan hukum-hukum yang pasti, berlaku kapan pun dan dimana pun. Salah

satu indikator keberhasilan proses dalam pembelajaran IPA adalah

keberhasilan peserta didik dalam mencapai prestasi yang baik. IPA sebagai

proses merupakan langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan

penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.

Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses. Dapat diartikan IPA sebagai proses

merupakan cara berfikir atau bertindak untuk menghadapi masalah-masalah

yang ada di lingkungan dengan mengaitkan suatu proses atau cara kerja

sehingga memperoleh hasil kegiatan inilah yang disebut proses ilmiah.

Setelah menemukan proses ilmiah akan didapatkan temuan-temuan ilmiah.

Perwujudan dari proses ilmiah tersebut berupa kegiatan ilmiah yang disebut

sebagai inquiri/penyelidikan ilmiah (Mulyasa, 2007).

Penyelidikan ilmiah dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis

inquiri terbimbing, pembelajaran berbasis inquiri terbimbing adalah

pembelajaran yang lebih menekankan proses berfikir kritis dan analisis untuk

mencari serta menemukan sendiri jawaban dari sebuah masalah. Sehingga

pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dapat mengantarkan peserta didik

2
untuk lebih berfikir secara imajinatif dan mampu mengembangkan

pengetahuan yang dimilikinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA dan observasi yang

dilakukan di SMP Negeri 5 SATAP Likupang Timur pada tanggal 14 Januari

2019 didapatkan informasi bahwa hasil belajar peserta didik belum mencapai

nilai rata-rata yang telah ditentukan dan LKPD yang digunakan peserta didik

adalah LKPD yang didalamnya hanya berisi latihan-latihan soal. LKPD ini

juga sesuai untuk keperluan remediasi dan tugas untuk peserta didik ketika

guru tidak dapat masuk kelas. Bentuk LKPD seperti itu menurut Prastowo

(2015) adalah LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar. Peserta didik

akan dapat mengerjakan LKPD jika mereka membaca buku sehingga fungsi

utama LKPD seperti ini adalah untuk membantu peserta didik menghafal dan

memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku.

Kelemahan LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar adalah

tidak dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan peserta didik ketika

proses pembelajaran. Guru masih berperan sebagi pusat pemberi informasi

kepada peserta didik.

Padahal dalam kurikulum 2013, yang seharusnya berperan aktif dalam

pembelajaran adalah peserta didik sedangkan guru hanya sebagai fasilitator

atau pendamping peserta didik dalam belajar. Permasalahan diatas

mengharuskan peneliti untuk merancang suatu lembar kerja peserta didik

yang dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik dan keaktifan peserta

didik. Bentuk LKPD seperti ini menurut Prastowo (2015) masuk ke dalam

LKPD yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep. LKPD jenis

3
ini memuat apa yang harus dilakukan peserta didik meliputi melakukan,

mengamati, dan menganalisis. Oleh karena itu, guru perlu merumuskan

langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik kemudian peserta didik

mengamati fenomena hasil kegiatannya. Selanjutnya diberikan pertanyaan-

pertanyaan yang dapat membantu peserta didik untuk mengaitkan hasil

pengamatannya dengan konsep yang sedang dipelajari.

Berdasarkan temuan awal yang dilakukan peneliti melalui observasi dan

wawancara di SMP Negeri 5 SATAP Likupang Timur peneliti berpendapat

bahwa Penggunaan metode inkuiri terbimbing perlu digunakan dalam

pengembangan bahan ajar LKPD karena dengan adanya pendekatan ini

diharapkan peserta didik dapat belajar secara aktif dengan bantuan alat, bahan

serta pertanyaan yang telah disiapkan guru. Jawaban tersebut dapat ditemukan

peserta didik melalui proses penyelidikan. Guru hanya sebagai pembimbing

dalam membangun pengetahuan dan pemahaman peserta didiknya, sehingga

ketika peserta didik menemukan suatu konsep yang salah dari upaya

penyelidikannya, seorang guru akan membimbing dan menjelaskan sesuai

dengan konsep yang benar kemudian peserta didik yang akan menarik

kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Matthew dan Kennetth

(2013) menyebutkan bahwa penerapan metode inkuiri terbimbing di dalam kelas

akan memperoleh tingkat pemahaman peserta didik lebih tinggi dari pada

peserta didik yang hanya diberikan metode konvensional pada saat

pembelajaran. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran inkuiri terbimbing, peserta

didik lebih banyak mendapatkan aktivitas sehingga peserta didik mempunyai


4
kemampuan berfikir kritis dan kemampuan kreatif dalam berinteraksi dengan

materi yang sedang diajarkan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP menerapkan pembelajaran

terpadu, dalam pembelajaran ini memuat adanya pelajaran Fisika, Biologi dan

Kimia. Salah satu materi Biologi yang dipelajari adalah interaksi antar makhluk

hidup dan lingkungannya. Pada materi interaksi makhluk hidup dan

lingkungannya kompetensi dasar yang harus dicapai yaitu (3.7) Menganalisis

interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya serta dinamika populasi

akibat interaksi tersebut dan (4.7) Menyajikan hasil pengamatan terhadap

makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya.

Peneliti memilih materi interaksi antara makhluk hidup dengan

lingkungannya untuk dilakukan pengembangan bahan ajar LKPD karena pada

materi ini menjelaskan mengenai interaksi antar makhluk hidup serta dinamika

populasi yang terjadi di lingkungan. Ketika pembelajaran pada materi ini dapat

memberikan kesan memahamkan bagi peserta didik maka peserta didik akan

lebih menyadari bagaimana semua makhluk hidup yang ada di bumi ini dapat

bertahan dan berjalan seimbang dengan lingkungan kehidupannya, sehingga

peserta didik lebih mempunyai sikap peduli dan tanggung jawab terhadap

lingkungan tempat tinggalnya.

Masalah yang tampak pada pembelajaran IPA yaitu guru hanya

menyampaikan materi IPA sebagai produk, hal ini tidak sesuai dengan hakikat

IPA yaitu berupa sikap, proses, produk dan aplikasi, serta kurang mengajarkan

5
peserta didik di dalam proses berfikir dan menemukan pengetahuannya sendiri

melalui kinerja ilmiah.

Mengingat pentingnya bahan ajar dalam proses pembelajaran IPA yang

berupa Lembar Kerja Peserta Didik, maka perlu dilakukan pengembangan. Hal

inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan

menggunakan judul “Pengembangan Bahan Ajar Berupa LKPD (Lembar Kerja

Peserta Didik) Dengan Metode Guided inquiry Pada Pembelajaran Ipa Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik di Smp Negeri 5 Satap Likupang

Timur” .

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini

dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1.2.1 Pembelajaran masih berpusat pada guru dan bahan ajar yang digunakan

kurang menarik sehingga menyebabkan peserta didik cepat bosan dan

jenuh.

1.2.2 Guru belum mengoptimalkan dan mengembangkan Lembar Kerja

Peserta Didik berbasis guided inquiry agar dapat meningkatkan hasil

belajar peserta didik

1.2.3 Lembar Kerja Peserta Didik di SMP negeri 5 SATAP Likupang Timur

cenderung menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik secara

konvensional yang kebanyakan mengutip langsung soal-soal yang ada di

buku paket pelajaran

1.2.4 Lembar Kerja Peserta Didik konvensional yang telah disediakan di

sekolah tidak terintegrasi dengan metode pembelajaran, sehingga

6
membuat pembelajaran menjadi monoton dan peserta didik akan merasa

bosan mengikuti proses pembelajaran.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

maka perlu adanya pembatasan permasalahan agar supaya penelitian ini lebih

terarah. Peneliti membatasi masalah pada:

1.3.1 Peserta didik kelas VII SMP Negeri 5 SATAP Likupang Timur dalam

pembelajaran IPA yang belum memiliki pengembangan Lembar Kerja

Peserta Didik yang terintegrasi dengan metode Guided inquiry pada

pembelajaran IPA.

1.3.2 Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Interaksi

Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya di kelas VII SMP Negeri 5

SATAP Likupang Timur

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi diatas, maka masalah dalam

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.4.1 Apakah Lembar Kerja Peserta didik berbasis Guided inquiry dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 5

SATAP Likupang Timur?

1.4.2 Bagaimanakah respon peserta didik terhadap Lembar Kerja Peserta didik

berbasis Guided inquiry yang dikembangkan?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

7
1.5.1 Untuk meningkatan hasil belajar IPA peserta didik setelah menggunakan

Lembar Kerja Peserta didik Berbasis Guided inquiry

1.5.2 Untuk memperoleh respon yang positif dari peserta didik dilihat dari

aspek keaktifan dan tanggapan peserta didik setelah menggunakan LKPD

Berbasis Guided inquiry.

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat

yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Diantara manfaat yang

diharapkan adalah sebagai berikut :

1.6.1. Bagi guru, sebagai bahan ajar tambahan dalam pembelajaran IPA materi

interaksi makhluk hidup dan lingkungannya. Selain itu, guru juga dapat

menerapkan LKPD berbasis inkuiri terbimbing sebagai inovasi baru

proses pembelajaran

1.6.2. Bagi peserta didik, sebagai sumber belajar bagi peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran dan agar dapat meningkatkan motivasi peserta

didik dalam belajar IPA khususnya Biologi.

1.6.3. Bagi peneliti, dapat dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam

menyusun bahan ajar dalam pembelajaran.

1.6.4. Bagi Sekolah, khususnya SMP N 5 SATAP Likupang Timur dapat

menambah ketersediaan sumber belajar di bidang Biologi. Sekolah dapat

menggunakan perangkat pembelajaran yang inovatif berupa LKPD

berbasis inkuiri terbimbing dalam rangka perbaikan kualitas

pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA

Definisi IPA telah banyak d ikemukakan oleh para ahli, diantaranya

menurut Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan

yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan

berupa kumpulan dari data hasil observasi dan eksperimen. (Wisudawati dan

Sulistyowati, 2015)

Berdasarkan definisi Carin dan Sund (1993) tersebut maka IPA

memiliki empat unsure utama, yaitu:

a. Sikap

IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam,

makhluk hidup serta hubungan sebab akibat.

b. Proses

Proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur

yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah.

c. Produk

IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum.

d. Aplikasi

Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

(Sutedjo, 2009)

9
Pembelajaran IPA di tingkat SMP berdasarkan kurikulum 2013

dilaksanankan dengan berbasis keterpaduan. Tujuan pembelajaran IPA

terpadu adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran,

meningkatkan minat dan motifasi peserta didik serta beberapa kompetensi

dapat dicapai sekaligus. Adanya konsep keterpaduan dalam pembelajara IPA

ini dapat dilihat pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Satu

kompetensi dasar yang harus diajarkan kepada peserta didik, didalamnya

sudah memadukan konsep- konsep IPA dari berbagai bidang ilmu baik

Biologi, Fisika maupun Kimia. Tetapi, tidak semua aspek dipadukan karena

pada suatu topik IPA tidak semua aspek dapat dipadukan.

Pembelajaran IPA terpadu melibatkan 3 langkah utama yaitu

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian (Prasetyowati, 2014). Perancangan

pembelajaran sangat penting dilakukan oleh guru sebelum melakukan

kegiatan pembelajaran. Guru dapat merancang kegiatan pembelajaran sesuai

dengan kebuthan lapangan. Misalnya disesuaikan dengan minat, bakat,

kebutuhan dan keampuan peserta didik. Kebutuhan akan adanya sarana

pendukung seperti media pembelajaran juga dapat dipersiapkan oleh guru

terlebih dahulu sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan.

Pelaksanaan pembelajaran IPA dimulai dari kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup. Setiap kegiatan pembelajaran diharuskan

adanya peran aktif dari peserta didik. Salah satu cara yang dapat dilakukan

oleh guru yaitu dengan menerapkan model pembelajaran (Inkuiri, discoveri,

pemecahan masalah dan lain sebagainya), strategi pembelajaran

(pembelajaran kooperatif, pembelajaran langsung) dan metode pembelajaran

10
(eksperimen, demonstrasi, ceramah dan lain-lain) yang sesuai dengan

karakteristik peserta didik dan kesesuaian dengan materi yang akan

disampaikan.

Langkah ketiga yaitu penilaian. Dalam pembelajaran IPA guru harus

melakukan penilaian baik penilaian dalam proses pembelajaran maupun

penilaian dari hasil pembelajran. Penilaian proses dapat dilakukan oleh guru

pada saat kegiatan pembelajran dengan menggunakan teknik observasi.

Misalnya menilai sikap peserta didik pada saat bekerja kelompok,

menyampaikan pendapat ketika diskusi.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa

IPA adalah ilmu pengetahuan yang rasional dan objektif yang mempelajari

tentang alam semesta beserta isinya termasuk peristiwa-peristiwa yang terjadi

di dalamnya yang tersusun secara sistematis dan diperoleh melalui proses

penemuan.

2.1.2 Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang

dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan

bahan ajar memungkinkan peserta didik dapat mempelajari suatu kompetensi

atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga peserta didik

dapat menguasai semua kompetensi secara utuh. (Majid, 2009).

a. Macam-macam Bahan ajar

Macam-macam bahan ajar menurut bentuknya dibedakan menjadi 2,

yaitu:
11
1) Bahan Cetak: modul, buku, teks, Lembar Kerja Peserta Didik,

petunjuk belajar, handout, brosur, leaflet, foto/ gambar.

2) Bahan Non Cetak: audio pembelajaran, video pembelajaran, film,

multimedia interaktif, dan bahan belajar berupa online. (Prastowo,

2015).

b. Fungsi Pembuatan Bahan Ajar

1. Berdasarkan pihak-pihak yang menggunakan bahan ajar, fungsi

bahan ajar dapat dibedakan menadi dua macam, yaitu fungsi bagi

pendidik dan fungsi bagi peserta didik. Fungsi bahan ajar bagi

pendidik antara lain : 1) Menghemat waktu pendidik dalam

mengajar, 2) mengubah peran pendidik dari pengajar menjadi

fasilitator, 3) meningkatkan proses pembelajaran, 4) sebagai

pedoman bagi pendidik dalam mengrahkan proses pembelajaran, 5)

sebagai alat evaluasi.

2. Fungsi bahan ajar bagi peserta didik antara lain 1) peserta didik

dapat belajar tanpa harus ada pendidik, 2) peserta didik dapat

belajar kapan sja dan dimana saja, 3) peserta didik dapat belajar

menurut kecepatannya masing-masing. (Prastowo, 2015)

c. Unsur Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan sebuah susunan yang dikumpulkan dari berbagai

sumber belajar. Oleh karena itu bahan ajar harus memenuhi unsur-unsur

tertentu agar tersusun sistematis.

12
Unsur- unsur tersebut diantaranya petunjuk belajar, kompetensi yang

akan dicapai, informasi pendukung, latihan- latihan, petunjuk kerja atau

lembar kerja dan evaluasi.

d. Penyusunan Bahan Ajar

Teknik penyusunan bahan ajar harus disesuaikan dengan kurikulum

dasarnya, seperti dibawah ini :

1) Analisis KD (Kurikulum Dasar).

2) Analisis sumber belajar.

3) Pemilihan dan penentuan bahan ajar.

Penyusunan bahan ajar melihat dulu rancangan pendidikannya, jika

sudah sesuai, bisa disesuaikan seperti dibawah ini:

1) Susunan tampilan.

2) Bahasa yang mudah.

3) Menguji pemahaman.

4) Stimulan.

5) Kemudahan dibaca.

e. Kelebihan Bahan Ajar

Hasil belajar peserta didik pada uji coba penggunaan bahan ajar

merupakan hasil yang positif. Dengan demikian bahan ajar pembelajaran

tersebut efektif digunakan dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan bahan

ajar ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

13
1) Bahan ajar disusun dengan alur atau urutan konsep yang terstruktur,

sehingga memudahkan peserta didik untuk belajar.

2) Adanya ilustrasi yang berkaitan dengan aplikasi dalam kehidupan

sehari-hari membantu peserta didik untuk lebih memahami IPA dan

manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari

3) Peserta didik memiliki kesempatan untuk membangun

pengetahuannya sendiri dan menemukan konsep-konsep yang

dibutuhkan untuk memenuhi kompetensi

4) Bahan ajar disusun dengan kalimat yang ringkas dan singkat

5) Tampilan bahan ajar yang menarik

6) Bahan ajar pembelajaran yang disusun dapat meringkas waktu

pembelajaran yang panjang. Sehingga guru tetap dapat memenuhi

target kurikulum dan peserta didik tetap dapat menguasai konsep

dengan baik

2.1.3 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan suatu bahan ajar

cetak berupa lembaran berisi tugas yang didalamnya berisi petunjuk,

langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas. LKPD dapat berupa panduan

untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk

pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan

eksperimen dan demonstrasi (Prastowo, 2015).

Peran LKPD sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat

meningkatkan aktifitas peserta didik dalam belajar dan penggunaannya

14
dalam pembelajaran dapat membantu guru untuk mengarahkan peserta

didiknya menemukan konsep-konsep melalui aktifitas sendiri. Disamping itu

LKPD juga dapat mengembangkan keterampilan proses, meningkatkan

aktifitas peserta didik dan dapat mengoptimalkan hasil belajar.

Manfaat secara umum adalah sebagai berikut:

a. Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran

b. Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar Sebagai

pedoman guru dan peserta didik untuk menambah informasi tentang

konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

c. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang akan

dipelajari melalui kegiatan belajar mengajar

d. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep

yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis

e. Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembbangkan

keterampilan proses

f. Mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep (Indawati,

2015).

Macam-macam bentuk LKPD menurut Prastowo (2015) ada 5 yaitu:

a. LKPD yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep.

LKPD ini memuat apa yang harus dilakukan peserta didik meliputi

melakukan, mengamati dan menganalisis.

b. LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan

mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan. Karakter

dari bentuk LKPD ini adalah setelah peserta didik menemukan

15
konsep yang telah dipelajari, peserta didik selanjutnya dilatih untuk

dapat menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

c. LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar LKPD bentuk ini

berisi pertanyaan atau isian yan jawabanya ada di dalam buu. Peserta

didik akan dapat mengerjakan LKPD tersebut jika mereka membaca

buku.

d. LKPD yang berfungsi sebagai penguatan. LKPD bentuk ini

diberikan setelah peserta didik selesai mempelajari topik tertentu.

Materi pembelajaran yang terdapat dalam LKPD ini mengarah pada

pendalaman materi pembelajaran yang ada di dalam buku. Sehingga

LKPD ini lebih cocok untuk digunakan sebagai pengayaan.

e. LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum. Untuk

mempermudah pembelajaran, petunjuk praktikum tidak harus

dipisah ke dalam buku tersendiri, melainkan dapat dimasukkan ke

dalam LKPD. Sehingga LKPD bentuk inimerupakan isi atau content

dari LKPD.

LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) yang dimaksud dalam

pengembangan ini adalah LKPD yang di dalamnya mengandung materi

IPA tentang interaksi makhluk hidup dan lingkungannya dilengkapi

dengan latihan soal. Materi yang ada dalam LKPD ini disusun

sedemikian rupa supaya peserta didik dapat merasa terbimbing dan dapat

memotivasi peserta didik untuk menjawab latihan soal yang ada dengan

mudah. Selain itu, dalam LKPD ini dilengkapi dengan lembar kerja

berupa percobaan atau eksperimen yang menuntut peserta didik untuk

16
bersikap aktif dan mandiri dalam menemukan konsep yang berhubungan

dengan percobaan.

Fungsi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dalam proses belajar

mengajar ada dua sudut pandang yaitu:

a. Sudut pandang peserta didik

Fungsi LKPD sebagai sarana belajar baik di kelas, diruang praktik,

maupun di luar kelas sehingga peserta didik berpeluang besar untuk

mengemabangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih

keterampilan, memproses sendiri dengan bimbingan guru.

b. Sudut Pandang Guru

Melalui Lembar Kerja Peserta Didik dalam menyelenggarakan kegiatan

belajar mengajar sudah menerapkan metode untuk meciptakan suasana

kelas yang aktif. Dalam pembelajaran, LKPD banyak digunakan untuk

memancing aktifitas belajar peserta didik karena dengan adanya LKPD

peserta didik akan merasa diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan

suatu tugas dan memecahkan masalah yang ada dalam LKPD tersebut.

2.1.4 Komponen dan Kriteria Lembar Kerja Peserta Didik

a. Komponen LKPD

Menurut Indrawati (1999) bahwa Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD) mempunyai komponen sebagai berikut:

17
1) Tujuan

Tujuan menyatakan perubahan tingkah laku yang diinginkan dari

peserta didik setelah mempelajari Lembar Kerja Peserta Didik

tersebut.

a) Untuk mengetahui hasil guna dan daya guna kesempatan

belajar yang diberikan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

b) Sebagai umpan balik bagi guru untuk perbaikan proses

belajar mengajar berikutnya.

2) Deskripsi Konsep/Prinsip

Deskripsi Konsep atau prinsip berdasarkan pada kepentingan materi

telah dirumuskan dengan jelas. Pada bagian ini peserta didik

diberikan peluang sebanyak mungkin untuk menemukan konsep atau

prinsip yang digambarkan

3) Prosedur Kegiatan

Kegiatan yang diberikan dalam satu Lembar Kerja Peserta Didik

dimaksudkan untuk melatih keterampilan proses seperti

keterampilan menggunakan alat, pengamatan, pemeriksaan

kesimpulan dan sebagainya. Pada bagian ini termasuk alat – alat dan

bahan – bahan yang digunakan pada setiap kegiatan. Corak dan

bentuk kegiatan belajar melalui Lembar Kerja Peserta Didik

ditentukan oleh bentuk, isi instruksi yang ditulis dalam Lembar

Kerja Peserta Didik untuk mencapai keberhasilan peserta didik

dalam belajarnya melalui Lembar Kerja Peserta Didik ditentukan

18
oleh kemampuan peserta didik itu sendiri di lain pihak. Sebagai

contoh instruksi guru dalam Lembar Kerja Peserta Didik harus berisi

apa yang harus dikerjakan, urutan pelaksanaan kegiatan, alat dan

bahan yang digunakan, dan waktu yang digunakan.

4) Evaluasi

Evaluasi yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh

tujuan yang dirumuskan telah tercapai, termasuk evaluasi

terhadap proses.

b. Kriteria Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Menurut Bulu (1993) bahwa Kriteria Lembar Kerja Peserta Didik yaitu :

1) Mengacu pada GBPP

2) Ada identitas : Bidang studi, pokok bahasan, topic, waktu dan

semester

3) Alat yang digunakan tercantum

4) Bahasannya jelas, mudah dibaca, tidak terlalu banyak kata – kata

5) Mendorong kreativitas dan imajinasi anak

6) Mengandung pertanyaan, tugas yang jelas dan singkat serta

menantang Aktivitas peserta didik

7) Menarik dan bila diperlukan dicantumkan gambar, peta, table,

grafik dsb.

8) Mengembangkan keterampilan proses

9) Memperhatikan sumber – sumber belajar dalam lingkungan

10) Bila perlu diberi peringatan – peringatan agar anak bekerja secara

cermat, teliti dan tertib

19
2.1.5 Metode Inkuiri terbimbing

Metode berasal dari bahasa yunani “Metodos” yang artinya cara atau

jalan yang ditempuh. Menurut Hamzah metode belajar didefinisikan sebagai

cara yang digunakan guru, yang menjalankan fungsinya merupakan alat

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi metode merupakan suatu cara

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. ( Hamzah, 2011)

Menurut Roestiyah, inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang

digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pengajrannya

sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas.

Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing

kelomok mendapatkan tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian

mereka mempelajari meneliti, mempelajari atau membahas tugas di dalam

kelompok. Setelah hasil kerja kelompok mereka mediskusikan kemudian

dibuat laporan dan disusun dengan baik. ( Roestiyah, 2008)

Dalam praktiknya aplikasi metode inquiry sangat beragam,

tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa

pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum,

antara lain:

1) Question

Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka

yang memancing rasa ingin tahu peserta didik akan suatu fenomena

2) Studi Engangement

Keterlibatan peserta didik adalah suatu keharusan, sedangkan peran

guru adalah sebagai fasilitator. Peserta didik tidak secara pasif

20
menulisakan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab

soal-soal pada akhir bab sebuah buku, tetapi dituntut terlibat dalam

mencipatakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman peserta

didik tehadap konsep yang dipelajari.

3) Cooperative Interaction

Peserta didik diminta untuk berkomunikasi, bekerja dalam

kelompok,

dan mendiskusikan berbagai gagasan.

4) Performances Evaluation

Dalam menjawab permasalahan, biasanya peserta didik diminta

untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan

pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan.

5) Variety of Resource

Peserta didik dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar,

misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara

dengan ahli, dan sebagainya.

Adapun langkah-langkah pembelajaran inquiri:

1) Orientasi
Mengkondisikan peserta didik agar peserta didik siap melaksanakan
proses pembelajaran dengan mengajak peserta didik untuk berfikir
memecahkan masalah.
2) Merumuskan masalah
Membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung
teka- teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang peserta didik untuk memecahkan persoalan tersebut

21
3) Merumuskan Hipotesis
Membuat jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
kepada peserta didik untuk dapat merumuskan jawaban sementar
dari suatu permasalah yang dikaji.
4) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
5) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data.

6) Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan masalah adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis

2.6.1 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta

didik setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan perubahan aspek-aspek

perilaku tersebut tergantung pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh

peserta didik, hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik di sekolah

merupakan tujuan dari kegiatan belajaranya. Menurut Sidharta hasil belajar

merupakan perubahan tingkah laku yang ada dalam diri peserta didik.

Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan pengetahuan

(kognitif), perubahan keterampilan (psikomotor) maupun menyangkut nilai

dan sikap (afektif) (Sidharta, 2004). Oleh karena itu, apabila peserta didik

mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang

diperoleh adalah tidak hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga


22
keterampilan dan sikap. Benjamin S. Bloom menyebutkan enam jenis

perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna

tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah

untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Analisis, mencakup

kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga

struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

d. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program.

e. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang

beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

Hasil belajar peserta didik dapat diketahui melalui penilaian kelas.

Penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi

untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar peserta didik, berdasarkan

tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan profil kemampuan peserta

didik sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Bentuk

penilaian kelas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penilaian kinerja

(perfomance), penilaian tes tertulis (paper and pen), dan penilaian.

23
2.1.7 Materi Interaksi Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya

Materi interaksi makhluk hidup dan lingkungannya merupakan materi

IPA kelas VII yang diajarkan pada semester genap. Silabus pada kurikulum

2013 hasil revisi menunjukkan bahwa kompetensi dasar pada aspek

pengetahuan dari materi tersebut adalah menganalisis interaksi antara makhluk

hidup dan lingkungannya serta dinamika populasi akibat interaksi tersebut.

Sedangkan kompetensi dasar pada aspek keterampilan adalah menyajikan hasil

pengamatan terhadap interaksi makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya.

Pembahasan yang terdapat dalam materi interaksi makhluk hidup dan

lingkungannya meliputi:

a) Pengertian Ekosistem

Hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan komponen

abiotiknya dalam satu kesatuan tempat hidup. Ilmu pengetahuan yang

mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan

abiotiknya disebut ekologi. Bumi berlain-lainan macamnya dapat ditafsirkan

bahwa komponen lingkungan abiotik yang meliputi faktor fisik (seperti air,

tanah, udara, cahaya, suhu, kelembaban, dan lain-lain) serta faktor kimia

(seperti keasaman, mineral, dan salinitas) yang terdapat di alam ini berbeda-

beda. Demikian pula komponen lingkungan biotik yang merupakan penghuni

di bumi ini meliputi tumbuhan, hewan, manusia dan mikroorganisme

beanekaragam jenisnya. Kedua komponen abiotik dengan biotik terjalin suatu

proses interaksi anatara satu dengan lainnya yang tidak dapat dipisahkan.

24
b) Macam –macam Ekosistem
Berdasarkan proses terbentuknya, ekosistem ada dua macam yaitu:

1) Ekosistem Alami
Ekosistem yang terbentuk secara alami, tanpa adanya campur tangan

manusia. Ekosistem alami dibedakan menjadi dua yaitu ekosistem

darat (contoh: hutan) dan ekosistem perairan (contoh: ekosistem

danau, rawa dan laut).

Gambar 2.1 Ekosistem Alami

2) Ekosistem Buatan

Ekosistem yang sengaja dibuat manusia. Contohnya ekosistem

waduk, kolam, akuarium, kebun, sawah dan lain sebagainya.

(Saktiyono, 2008)

Gambar 2.2 Ekosistem Akuarium

25
c) Satuan Makhluk Hidup Dalam Ekosistem

Ekosistem tersusun atas satuan makhluk hidup yaitu individu,

populasi dan komunitas. Individu adalah makhluk hidup tunggal.

Contohnya seekor kambing, seekor tikus, setangkai bunga mawar,

sebatang pohon singkong

Gambar 2.3 Bunga Mawar Contoh Individu

1) Populasi
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang menempati suatu
daerah tertentu. Sebagai contoh di hutan hidup sekumpulan kijang,
sekumpulan harimau, sekumpulan pohon karet dan sebagainya.
Kumpulan atau kelompok individu sejenis itulah yang disebut
populasi.

Gambar 2.4 Kumpulan Bunga Mawar Contoh Populasi

26
2) Komunitas
Komunitas adalah seluruh populasi makhluk hidup yang hidup
disuatu daerah tertentu. Seperti contoh yang telah disebutkan
sebelumnya, di suatu hutan terdapat populasi kijang, populasi
harimau dan populasi pohon karet serta populasi yang lainnya.
Kumpulan populasi yang ada di hutan tersebut yang disebut
sebagai komunitas hutan. (Suyitno dan Sukirman, 2013)

Gambar 2.5 Komunitas Taman Bunga

d) Komponen-Komponen Ekosistem

Ekosistem alami dan ekosistem buatan dibentuk oleh dua

komponen yaitu komponen biotk dan komponen abiotik.

1) Komponen biotik

Komponen biotik ekosistem terdiri dari semua makhluk hidup yang

berada dalam suatu ekosistem, misalnya manusia, hewan,

tumbuhan dan mikroorganisme.

2) Komponen Abiotik Komponen Abiotik Sangat Menentukan Dari

Jenis Makhluk Hidup Dan Yang Menghuni Suatu Lingkungan.

27
3) Hubungan Saling Ketergantungan Antara Komponen Biotik Dan

Abiotik. Komponen abiotik dapat mempengaruhi komponen biotik.

Misalnya Pengaruh air terhadap makhluk hidup, Pengaruh udara

terhadap makhluk hidup. Begitu juga dengan komponen biotik

yang dapat mempengaruhi komponen abiotik dalam ekosistem.

Misalnya Pengaruh cacing terhadap kesuburan tanah, Pengaruh

tumbuhan terhadap tanah dan udara. (Saktiyono, 2013) Hubungan

Saling Ketergantungan Antara Produsen, Konsumen Dan Pengurai.

Ketergantungan antara produsen, konsumen dan pengurai akan

selalu terjadi pada ekosistem. Ketergantungan tersebut akan

membentuk beberapa peristiwa yaitu:

a) Rantaimakanan

Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan dengan

urutan dan arah tertentu. Dalam proses makan dan dimakan ini

terjadi perpindahan energi dari produsen ke konsumen Rantai

makanan selalu dimulai dari tumbuhan hijau yang berperan

sebagai produsen. Dalam rantai makanan, tumbuhan akan

dimakan oleh herbivora, sehingga herbivora disebut konsumen

tingakat 1. Herbivora akan dimakan oleh karnivora sehingga

karnivora disebut konsumen tingkat II dan seterusnya.Pengurai

mendapatkan energi dari produsen dan konsumen yang telah

mati. (Saktiyono, 2013)

28
Gambar 2.6 Contoh Rantai Makanan pada Ekosistem Sawah

b) Jaring-jaring makanan
Di dalam suatu ekosistem, rantai makanan yang satu
berhubungan dengan rantai makanan yang lain membentuk
suatu jaring-jaring makanan. Alam kehidupan yang
sesungguhnya, satu jenis produsen tidak hanya dimakan oleh
satu jenis konsumen. Begitu juga sebaliknya satu jenis
konsumen tidak tergantung pada satu jenis produsen saja

Gambar 2.7 Contoh Jaring-jaring Makanan

c) Piramida makanan

Struktur trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan

dan dimakan antar trofik yang secara umum memperlihatkan

bentuk kerucut atau piramid. Piramida ekologi ini berfungsi

untuk menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada

suatu ekosistem.

Pada tingkat pertama ditempati produsen sebagai dasar dari

piramida ekologi, selanjutnya konsumen primer, sekunder,

tersier sampai konsumen puncak. Bentuk piramida makanan

29
dapat dikatakan tetap. Jadi bila produsen berkuang maka

kosumen tingkat I akan berkurang. Hal ini menyebabkan

konsumen tingkat II berkurang juga dan seterusnya

Gambar 2.8 Contoh Piramida Makanan

4) Macam-Macam Pola Interaksi Antar Organisme


a) Simbiosis Mutualisme
Simbiosis Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme
yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah
pihak (Suyitno dan Sukirman , 2013). Contohnya pada bunga
dan kupu-kupu. Bunga kertas merupakan salah satu bunga
yang dapat menghasilkan nektar. Hal tersebut dimanfaatkan
oleh kupu-kupu untuk memperoleh makanan. Adanya kupu-
kupu ini juga dapat membantu penyerbukan bunga kertas.

Gambar 2.9 Simbiosis


Mutualisme antara Bunga dan
Kupu-Kupu

30
b) Simbiosis Komensalisme

Simbiosis Komensalisme merupakan hubunganantara dua

organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan

bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies

diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya

pada interaksi antara ikan badut dan anemon. Ikan badut akan

terlindung dari pemangsanya karena hidup di antara tentakel-

tentakel anemon. Anemon mengeluarkan zat racun yang dapat

melukai ikan-ikan lain. Akan tetapi ikan badut tidak akan

terluka karena kulitnya mengeluarkan lendir pelindung. Ikan

badut akan terlindung dari musuhnya

Gambar 2.10 Simbiosis Komensalisme antara Sirih dan

Pohon Inangnya

c) Simbiosis Parasitisme

Simbiosis parasitisme adalah hubungan antar organisme yang

berbeda spesies, salah satu organisme hidup pada organisme

lain dan mengambil makanan dari inangnya sehingga bersifat

merugikan inangnya (Saktiyono, 2013). Tali putri merupakan

tanaman yang berwarna kuning dan berbentuk seperti mie. Tali

putri biasa hidup menempel pada tanaman inangnya dan

mendapatkan makanan dari inangnya

31
2.2 Penelitian yang Relevan
Judul penelitian yang peneliti ambil ini tidak lepas dari kajian

penelitian sebelumnya. Kajian penelitian sebelumnya yang masih relevan

diantaranya yang pertama jurnal dari Yusniah pada tahun 2017 dengan judul

“Pengembangan LKS IPA Terpadu Berbasis Inquiry dengan Tema Darah”

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 100% peserta didik telah mencapai

batas nilai KKM yang ditetapkan yaitu untuk ketuntasan individu ≥72 dan

untuk keterampilan proses ilmiah peserta didik telah mencapai kategori baik.

Produk yang telah dikembangkan efektif digunakan dalam pembelajaran IPA

di sekolah.

Penelitian menunjukan bahwa Hasil belajar peserta didik kelas

eksperimen mencapai rata-rata nilai posttest 80 dan hasil belajar peserta didik

kelas kontrol mencapai rata-rata nilai 65. Perbedaan penelitian oleh Yusniah

dengan penelitian yang akan peneliti buat adalah pada materi yang diambil,

pendekatan pembelajaran yang dilakukan serta subjek yang dijadikan

penelitian. Kedua Jurnal penelitian oleh Ningsih Trioki pada tahun 2015

dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Inkuiri Terbimbing pada

Materi Pokok Hidrolisis Garam untuk SMA/MA” (Program Magister

Pendidikan Sains, FKIP Universitas Sebelas Maret). Hasil penelitian produk

pengembangan pada tahap uji coba diperoleh rata-rata penilaian “sangat

baik”, rata-rata angket respons peserta didik dan guru diperoleh penilaian

“sangat baik”, dan persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik kelas XI

IPA 1 SMA Batik 1 Surakarta sebesar 94,12% dan kelas XI IPA 2 SMA

Batik 2 Surakarta sebesar 82,86% sehingga keduanya dapat dinyatakan tuntas

secara klasikal.
32
2.3 Kerangka Berfikir

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang berhubungan dengan

cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun prinsip-

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses. Dapat diartikan IPA sebagai

proses merupakan cara berfikir atau bertindak untuk menghadapi masalah-

masalah yang ada di lingkungan dengan mengaitkan suatu proses atau cara

kerja sehingga memperoleh hasil (produk) kegiatan inilah yang disebut proses

ilmiah. Setelah menemukan proses ilmiah akan didapatkan temuan-temuan

ilmiah. Perwujudan dari proses ilmiah tersebut berupa kegiatan ilmiah yang

disebut sebagai inkuiri/penyelidikan ilmiah. Pembelajaran yang cocok untuk

mata pelajaran IPA adalah pembelajaran inkuiri terbimbing yang menekankan

pada proses dalam pemahaman materi dan kegiatan pelajaran yang meliputi

kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan,

mengevaluasi buku dan sumber- sumber informasi lain secara kritis.

Kegiatan-kegiatan tersebut salah satunya bertujuan untuk mengembangkan

ketrampilan ilmiah peserta didik.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA berbasis inkuiri

terbimbing harus ada bahan ajar yang mendukung proses pembelajaran,

karena bahan ajar merupakan salah satu yang dapat memahamkan peserta

didik. Sehingga penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan

bahan ajar IPA berupa lembar kerja peserta didik berbasis guided inquiry

materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Materi yang

dikembangkan fokus interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya yang

33
diambil dari KI 3 dan KD 3.6. Bahan ajar yang dihasilkan oleh peneliti pada

penelitian ini berupa buku ajar dengan memperhatikan permasalahan yang

telah di observasi di SMP Negeri 5 SATAP LIKTIM. Berdasarkan pemikiran

tersebut, diagram alur pemikiran yang peneliti rumuskan adalah sebagai

berikut:

Analisis Awal PERANCANGAN (DESAIN)


Mengidentifikasi kebutuhan tentang Merancang bahan ajar Lembar
perlunya pengembangan bahan ajar
Lembar Kerja Peserta Didik Dengan Kerja Peserta Didik dengan
Metode Guided Inquiriry di SMP
Metode Guided Inquiry
Negeri 5 SATAP LIKTIM

VALIDASI PERANCANGAN
Dilakukan oleh tim ahli

PENGUJIAN INSTRUMEN
BAHAN AJAR PENGUJIAN
LKPD DENGAN
METODE
GUIDED
INQUIRY
PRODUK
TIDAK Berupa bahan ajar
Lembar Kerja
PERBAIKAN
Peserta Didik
KEDUA dengan Metode
UJI
KELOMPOK Guided Inquiry
KECIL untuk meningkatkan
YA hasil belajar peserta
didik

PERBAIKAN UJI LAPANGAN


PERTAMA

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

34
2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Setelah mengembangkan lembar kerja peserta didik dengan metode

Guided inquiry terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik kelas

VII SMP Negeri 5 SATAP Likupang Timur

2. Setelah mengembangkan lembar kerja peserta didik dengan metode

Guided inquiry terdapat respon yang baik dari peserta didik kelas

VII SMP Negeri 5 SATAP Likupang Timur

35
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau

“Research and Development” (R & D). Model yang digunakan dalam penelitian

ini adalah model 4-D. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu Define

(pendefinisian), design (Perancangan), develop (pengembangan), dan

Disseminate (penyebaran) (Triyanto, 2012). Prosedur pengemban 4-D dapat

dilihat pada bagan alur dibawah ini:dibawah ini:


Analisis Awal Akhir

Pendefinisian
Analisis Peserta
didik

Analisis Tugas Analisis Konsep

Spesifikasi Tujuan Pembelajaran

Perancangan
Penyusunan Tes

Pemilihan Media

Pemilihan Format

Rancangan Awal
Pengembangan

Validasi Ahli

Uji Pengembangan

Uji Validasi
Penyebaran

Revisi Produk

Penyebaran

Gambar 3.1. Bagan Alur Pengembangan Perangkat


36
Pembelajaran 4D Thiagarajan (1974)

36
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah SMP Negeri 5 SATAP Likupang Timur dan


waktu pelaksanaan selama 3 minggu yaitu pada bulan Maret 2019, semester
genap tahun ajaran 2018/2019.

3.3 Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada peserta didik kelas VII B di SMP Negeri

5 SATAP Likupang Timur semester II Tahun ajaran 2018/2019 sebagai kelas

eksperimen dan kelas VII A sebagai kelas kontrol.

3.4 Prosedur Penelitian Pengembangan

3.4.1 Tahap Define ( Pendefinisian )

Tahap define merupakan tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan

syarat-syarat yang dibutuhkan dalam pengembangan pembelajaran. Penetapan

syarat-syarat yang dibutuhkan dilakukan dengan memperhatikan serta

menyesuaikan kebutuhan pembelajaran untuk peserta didik kelas VII SMP

Negeri 5 SATAP Likupang Timur.

a) Analisis Ujung Depan

Analisis ujung depan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan

masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran IPA, sehingga diperlukan

suatu pengembangan bahan pembelajaan. Dari analisis ini akan didapatkan

gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah dasar yang

memudahkan dalam penentuan atau pemilihan media pembelajaran yang

dikembankan (Trianto, 2012).

37
b) Analisis peserta Didik

Analisis peserta didik merupakan telaah tentang karakteristik peserta

didik yang sesuai desain pengembangan perangkat pembelajaran. Analisis

ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik Peserta didik,

antara lain tingkat kemampuan atau perkembangan intelektualnya, latar

belakang pengalaman, perkembangan kognitif, motivasi belajar, serta

keterampilan-keterampilan yang dimiliki masing- masing individu.

c) Analisis Tugas

Analisis tugas menurut Thiagarajan, dkk (1974) bertujuan untuk

mengidentifikasi keterampilan- keterampilan utama yang akan dikaji oleh

peneliti dan menganalisisnya ke dalam himpunan keterampilan tambahan

yang mungkin diperlukan. Analisis ini memastikan ulasan yang menyeluruh

tentang tugas dalam materi pembelajaran.

d) Analisis Konsep

Analisis konsep digunakan untuk mengidentifikasi fakta, konsep,

prinsip dan aturan yang dibutuhkan dalam pengajaran Dalam analisis

konsep ini, analisis yang dilakukan adalah (1) analisis standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang bertujuan untuk menentukan jumlah dan jenis

bahan ajar, (2) analisis sumber belajar, yakni mengumpulkan dan

mengidentifikasi sumber mana yang mendukung penyusunan bahan ajar.

e) Perumusan Tujuan Pembelajaran

Perumusan tujuan pembelajaran merupakan perubahan perilaku yang

diharapkan setelah belajar dengan kata kerja operasional. Hal ini berguna

untuk merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk

38
menentukan perilaku objek penelitian. Kumpulan objek tersebut menjadi

dasar untuk menyusun tes dan merancang perangkat pembelajaran.

3.4.2 Tahap Design (Perancangan)

Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat

pembelajaran. Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1)

penyusunan standar tes (criterion-test construction), (2) pemilihan media (media

selection) yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3)

pemilihan format (format selection), yakni mengkaji format- format bahan ajar

yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, dan (4)

membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih (Trianto,

2012).

a) Penyusunan tes acuan patokan (Constructing Criterionreferenced Test)

Penyusunan tes acuan patokan merupakan langkah yang

menghubungkan antara tahap pendefinisian (define) dengan tahap

perancangan (design). Merupakan tindakan pertama untuk mengetahui

kemampuan awal peserta didik kelas VII .

b) Pemilihan Media (Media Selection)

Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media

pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi. Lebih dari itu,

media dipilih untuk menyesuaikan dengan analisis konsep dan analisis

tugas, karakteristik target pengguna, serta rencana penyebaran dengan

atribut yang bervariasi dari media yang berbeda-beda. Hal ini berguna

untuk membantu peserta didik dalam pencapaian kompetensi dasar,

39
artinya pemilihan media dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan

bahan ajar dalam proses pengembangan bahan ajar pada pembelajaran di

kelas.

c) Pemilihan Format (Format Selection)

Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran

ini dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran,

pemilihan strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber

belajar. Format yang dipilih adalah yang format memenuhi kriteria

menarik, memudahkan dan membantu dalam pembelajaran abstraksi

Biologi. Pemilihan format atau bentuk penyajian pembelajaran

disesuaikan dengan media pembelajaran yang akan diterapkan.

d) Rancangan Awal (Initial Design)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 7). Rancangan awal yang

dimaksud adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran yang harus

dikerjakan sebelum uji coba dilaksanakan. Dalam tahap perancangan,

peneliti membuat produk awal (prototype) atau rancangan produk.

Sebelum tahap design (rancangan) produk dilanjutkan ke tahap

berikutnya, yaitu rancangan produk LKPD perlu divalidasi. Validasi

rancangan produk dilakukan oleh para pakar ahli dari bidang studi yang

sesuai. Berdasarkan hasil validasi dari para pakar ahli tersebut, terdapat

kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai dengan

saran validator.

Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal

(prototype) atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan


40
ajar, tahap ini dilakukan untuk membuat LKPD dengan kerangka isi hasil

analisis kurikulum dan materi. Dalam konteks pengembangan model

pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka

konseptual metode dan perangkat pembelajaran (materi, media, alat

evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan metode dan perangkat

pembelajaran tersebut dalam lingkup kecil. (Mulyatiningsih,2016).

3.4.3 Tahap Develop ( Pengembangan )

Tahap pengembangan adalah tahap yang bertujuan untuk menghasilakan

bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan

masukan para pakar ahli/ praktisi dan data hasil uji coba lapangan

(Trianto,2012). Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pengembangan

adalah sebagai berikut :

1. Melakukan Validasi produk Melakukan Validasi produk kepada ahli/

pakar. Hal-hal yang divalidasi meliputi indikator isi, penyajian,

kebahasaan dan kegrafisan. Setelah dilakukan penilaian selanjutnya

yaitu melakukan Revisi produk berdasarkan masukan dari ahli dan pakar

2. Berdasarkan masukan para validator selanjutnya produk direvisi untuk

membuat produk lebih efektif, praktis dan mudah digunakan sehingga

mempunyai kualitas yang baik dan siap untuk di uji.

3.5 Uji Lapangan

Uji lapangan merupakan uji penggunaan produk terhadap subjek sasaran

penelitian di kelas VII SMP Negeri 5 SATAP Likupang Timur. Uji coba

lapangan terdiri dari 2 tahap yaitu uji lapangan terbatas dan uji lapangan luas. Uji

41
Lapangan terbatas dilakukan pada 6 orang peserta didik di kelas berbeda untuk

dimintai tanggapan kelayakan LKPD dengan mengisi angket yang telah

disiapkan. Uji lapangan luas ini menggunakan metode eksperimen Pretest-

Postest Control Group Design. Berikut penjelasan terkait dengan model

eksperimen Pretest- postest control group design.

Gambar 3.2. Desain Pretest-Postest Control Group

Keterangan:
O1 : Nilai awal kelompok eksperimen
O2 : Nilai setelah perlakuan kelompok eksperimen

O3 : Nilai awal kelompok kontrol

O4 : Nilai setelah perlakuan

X : Perlakuan

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Kuesioner yang terdiri dari :

1) Angket Ahli/Pakar

Ahli yang akan menilai produk awal ada 3 ahli yaitu 2 orang ahli adalah
dosen di Universitas Negeri Manado dan 1 orang pakar adalah Guru
mata pelajaran IPA di SMP Negeri 5 SATAP Likupang Timur. Mereka
akan menilai apakah isi produk berupa Lembar Kerja peserta Didik
telah benar-benar mengorganisir seluruh bagian-bagian yang harus
42
tersedia dalam bahan ajar IPA mulai dari indikator isi, penyajian,
kebahasaan, kegrafisan dan dirancang sesuai dengan prinsip
pembelajaran berbasis Guided inquiry sehingga efektif untuk digunakan
dalam pembelajaran.

2) Angket Aktivitas Peserta Didik

Angket ini digunakan untuk mengetahui respon peserta didik saat


pembelajaran berlangsung. Peneliti meminta bantuan kepada guru IPA
kelas VII untuk menjadi observer yang akan mengamati aktifitas
peserta didik saat pembelajaran dan mengisinya ke dalam angket yang
telah disediakan.

3) Angket Tanggapan peserta Didik

Angket ini digunakan untuk mengetahui respon peserta didik terhadap


kegiatan belajar mengajar. Instrumen ini meliputi pernyataan sangat
setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Untuk
keperluan analisis, setiap jawaban responden dari pernyataan positif
diberi skor 5 untuk jawaban sangat setuju, skor 4 untuk jawaban setuju,
skor 3 untuk jawaban ragu-ragu, skor 2 untuk jawaban tidak setuju, skor
1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Pengisian angket ini dilakukan
setelah berakhirnya seluruh proses pembelajaran.

b. Tes Hasil Belajar

Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk memperoleh data hasil

belajar peserta didik dalam pembelajaran setelah menggunakan lembar

kerja peserta didik berbasis guided inquiry.

c. Metode observasi digunakan untuk mengamati karakter siswa

selama pembelajaran. Observasi dilakukan dengan menggunakan

lembaran observasi yang berisi instrumen-instrumen pengamatan

dan mengacu pada rubrik pengamatan yang telah disiapkan.

43
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian

3.7.1 Pengujian Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan perhitungan pearson

product moment terhadap item-item soal yang akan di ujikan dengan

menggunakan bantuan software SPSS 22 for windows:

n ∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖 𝑌𝑖 − ∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖 ∑𝑛𝑖=1 𝑌𝑖


𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖2 − (∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖 )2 }{𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑌𝑖2 − (∑𝑛𝑖=1 𝑌𝑖 )2 }

(Riduwan, 2006)

Dengan kriteria butir pertanyaan dan soal dinyatakan valid apabila

rhitung>rtabel.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus

Coronbach’s Alpha dengan menggunakan bantuan software SPSS 22 for

windows, sebagai berikut :

k σb 2
CA = [ ] [1 − 2 ]
k−1 σt

Dimana :
CA = Koefisien Cronbach's Alpha
K = Banyaknya pertanyaan dalam butir
𝜎𝑏 2 = Varians butir

𝜎𝑡 2 = Varians total
Klasifikasi reliabel adalah sebagai berikut :
> 0.90 very highly reliable

44
0.80- 0.89 highly reliable
0.70- 0.79 reliable
0.60- 0.69 marginally reliable
< 0.60 unaccaptabely low reliability (Cohen et al, 2007)

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Data respon peserta didik terhadap produk, penilaian antar teman, evaluasi

pakar dan pemahaman konsep diperoleh dari hasil kuisoner yang dibagikan.

a. Data hasil belajar peserta didik diperoleh dari tahapan uji coba lapangan

sesuai dengan prosedur Pretest-Postest Control Group Design.

b. Data respon peserta didik terhadap produk dari aspek aktifitas dan

tanggapan peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Inquiry.

3.9 Teknik Analisis Data

3.9.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data

penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal. Uji

normalitas perlu diperiksa keberlakuannya agar langkah-langkah penelitian

selanjutnya dapat dipertangggungjawabkan (Sudjana, 2005). Uji normalitas

data bisa digunakan dengan uji Chi-Square, uji Lilliefors, uji Kolmogorov-

Smirnov dan uji perbandingan nilai Skewness dan Standart Error.

Dalam penelitian ini, uji normalitas data menggunakan uji Kolomogorov-

Smirnov dengan bantuan program SPSS 22 for windows. Dengan kriteria data

berdistribusi normal apabila nilai probabilitas menghasilkan nilai signifikan

>0.05.

45
3.9.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui dua atau lebih kelompok

data sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama atau tidak.

Uji homogenitas dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji

Levene Statistic dengan bantuan program SPSS 22 for Windows.

Adapun prosedur yang digunakan untuk mengadakan interpretasi hasil

homogenitas varians adalah dengan melihat perbandingan nilai Levene Statistic

dengan taraf nyata 0,05. Apabila nilai signifikansi dari hasil uji statistik > 0.05

maka disimpulkan bahwa varians pada subjek penelitian adalah sama atau

homogen. Sedangkan apabila nilai signifikansi dari hasil uji statistik < 0.05

maka disimpulkan bahwa varians pada subjek penelitian adalah tidak sama atau

tidak homogen.

Rumus Levene Statistic :

Dimana :

𝑛 = Jumlah observasi

𝑘 = Banyaknya kelompok

Yt = Rata-rata dari kelompok ke i

Zt = Rata-rata kelompok dari Zj

Z = Rata-rata menyeluruh (overall mean) dari Zij

Zt j = |Yt j - Yt

46
3.9.3 Kelayakan (Analisis data penilaian pakar)

Analisis data angket mengenai tanggapan pakar terkait kelayakan LKPD

dengan pendekatan Inquiri pada materi interaksi makhluk hidup dan

lingkungannya. Skor yang diperoleh dari seluruh aspek yang dinilai kemudian

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
NP : nilai persen yang dicari
R : skor yang diperoleh
Skor 4 : sangat setuju
Skor 3 : setuju
Skor 2 : kurang setuju
Skor 1 : tidak setuju sama sekali

Kemudian menghitung rata-rata nilai validitas dari ketiga validator

dengan rumus Arikunto (2010) yang telah dimodifikasi yaitu:

𝑉1+𝑉2+𝑉3
NA =
3

Keterangan :

NA : Rata-rata nilai validitas LKS

V1 : Nilai validitas pakar 1

V2 : Nilai validitas pakar 2

V3 : Nilai validitas pakar 3

47
Nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan kriteria penilaian

sebagai berikut:

Interval Kriteria
81 % ≤ NP < 100 % Sangat layak
62 % ≤ NP < 81 % Layak
43 % ≤ NP < 62 % Cukup layak
33 % ≤ NP < 43 % Kurang layak
NP < 33 % Tidak layak
Tabel 3.1 Kriteria Analisis Penilaian Pakar
(Akbar, 2013)
Indikator kelayakan LKPD berbasis inkuiri apabila rata-rata nilai

validitas akhir dari ketiga validator > 62 % dengan kriteria layak atau sangat

layak

3.9.4 Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis, data pretest dan posttest kelas kontrol dan

eksperimen di analisis menggunakan uji paired sampel t-test (uji beda dua

sampel), dimana menguji perbedaan rata-rata antara dua sampel yang diambil

dari populasi yang berbeda dan terdistribusi normal.

Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a) Jika nilai P atau Prob. Atau Sig. (Significance) < nilai α = 0,05 maka tolak

H0 (terima H1).

b) Jika nilai P atau Prob. Atau Sig. (Significance) > nilai α = 0,05 maka terima

H0 (tolak H1).

Hipotesis statistik pada penelitian pengembangan media pembelajaran ini


adalah : Ho : µ1 < µ2
H1 : µ1 > µ2

Keterangan : µ1 : Rata-rata hasil belajar sesudah pembelajaran

µ2 : Rata-rata hasil belajar sebelum pembelajaran

48
3.9.5 Aktifitas Peserta Didik

Data aktivitas peserta didik dalam pembelajaran didapatkan dari data

aktivitas peserta didik saat pembelajaran di kelas, aktivitas peserta didik saat

diskusi dan saat praktikum. Data aktivitas peserta didik dianalisis dengan

menghitung nilai rata-rata dari keempat aktivitas peserta didik. Mengolah nilai

setiap aktivitas peserta didik dengan menggunakan rumus pada Purwanto (2002):

Nilai tersebut kemudian dikonversikan dengan kriteria penilaian sebagai

berikut :
Interval Kriteria
81% - 100% Sangat aktif
61% - 80 % Aktif
41% - 60 % Cukup aktif
21% - 40% Kurang aktif
< 21 % Tidak aktif

Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Aktivitas


(Akbar,2013)

Indikator LKPD berbasis guided inquiry dapat meningkatkan keaktifan

jika keaktifan peserta didik mencapai interval 61% dengan kriteria aktif atau

sangat aktif.

3.9.6 Tanggapan Peserta Didik

Data angket tanggapan peserta didik terhadap LKPD dianalisis secara

deskriptif persentase. Menjumlahkan seluruh skor butir pernyataan yang

telah dipilih peserta didik kemudian mengukur dengan rumus :

49
Keterangan :

P : Presentase penilaian

F : skor yang diperoleh

Ya : skor 1

Tidak : skor 0

N : skor maksimal

Setelah itu menentukan kategori tanggapan peserta didik dengan

parameter sebagai berikut :

81% - 100% Sangat dapat diterapkan


61% - 80% dapat diterapkan
41% - 60% cukup dapat diterapkan
21% - 40 Kurang dapat
Diterapkan
< 21% tidak dapat diterapkan

Tabel 3.3. Kategori penilaian tanggapan peserta didik


(Akbar,2013)

Respon peserta didik terhadap keberhasilan penggunaan LKS berbasis

guided inquiry dilihat dari rata-rata penilaian tanggapan peserta didik yaitu

≥61% dengan kriteria dapat diterapkan atau sangat dapat diterapkan.

3.10 Revisi Produk Berdasarkan Hasil Validasi

Tahap ini merupakan revisi akhir terhadap produk yang dihasilkan.

Berdasarkan uji coba dan masukkan, kritik dari para ahli, peneliti selanjutnya

merevisi kembali produk menjadi lebih baik. Revisi dilakukan berdasarkan uji

coba lapangan.

50
3.11 Diseminasi (Penyebaran)

Tahap ini adalah peneliti telah siap untuk melaporkan atau

mempresentasikan produk yang telah dihasilkan pada pertemuan ilmiah atau

jurnal, dengan tujuan untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan produk yang

dikembangkan agar dapat menambah inovasi dan kekreativitasan para

pengembang lainnya

51
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

4.1 Deskripsi Prototipe Produk

Produk hasil penelitian pengembangan ini berupa buku LKPD berbasis

guided inquiry pada materi interaksi makhluk hidup dan lingkungannya yang

dikembangkan dari produk yang sudah ada serta mendapatkan penilaian dari

para pakar.

Pengembangan LKPD berbasis guided inquiry ini mengikuti metode

Research and Development yang dikembangkan dari model 4D Thiagarajan

meliputi tahap define (pendefinisian) tahap design (perancangan), tahap develop

(pengembangan), dan tahap disseminate (penyebaran). Hasil pengembangan

setiap fase/ tahap dalam pengembangan LKPD ini adalah sebagai berikut:

4.1.1. Tahap Define (Pendefinisian)

Tahap define merupakan tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan

syarat-syarat yang dibutuhkan dalam pengembangan pembelajaran. Tahap define

dilakukan dengan 5 tahap yaitu analisis ujung depan, analisis peserta didik,

analisis tugas, analisis konsep dan perumusan tujuan pembelajaran.

a. Analisis Ujung Depan

Analisis ujung depan bertujuan untuk menetapkan masalah dasar

yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran IPA materi Interaksi

Makhluk Hidup dan Lingkungannya. Identifikasi masalah dilakukan

dengan melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran IPA kelas VII

yang ada di SMP Negeri 5 SATAP LIKTIM.

52
Menurut hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa metode

pembelajaran IPA yang digunakan di SMP Negeri 5 SATAP LIKTIM

diantaranya metode ceramah, tanya jawab dan eksperimen. Untuk materi

Interaksi Makhluk hidup dan lingkungannya masih menggunakan metode

konvensional yaitu ceramah. Hal ini menyebabkan pembelajaran hanya

terpusat pada pendidik, akibatnya peserta didik akan terlihat pasif ketika

belajar. Padahal materi Interaksi Makhluk hidup dan lingkungannya dapat

memanfaatkan alam sekitar sebagai media pembelajaran.

Adanya peluang pemanfaatan media alam tersebut, maka perlu

dibentuk suatu pembelajaran aktif seperti kerja lapangan, eksperimen dan

kelompok diskusi.

Berdasarkan hasil observasi peneliti mengenai penggunaan LKPD

yang ada disekolah, diketahui bahwa LKPD yang digunakan di SMP

Negeri 5 SATAP LIKTIM berjudul Modul Bahan Ajar Ilmu Pengetahuan

Alam yang diterbitkan oleh CV. Duta Karya Mandiri. Modul ini lah yang

dianggap sebagai LKPD oleh guru dan peserta didik. Secara keseluruhan isi

dari LKPD ini meliputi Judul, kompetensi yang hendak dicapai, ringkasa

materi, tugas kelompok, tugas individu dan latihan soal. Tampilan LKPD

dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

. Gambar 4.1 Tampilan Cover, Judul, Kompetensi

53
Gambar.4.2. Tampilan Ringkasan Materi, Tugas Individu dan
Tugas Kelompok
LKPD yang ada di sekolah dari aspek penyajian dan bahasa sudah

memenuhi standar tetapi dalam aspek materi masih ada beberapa yang

harus diperbaiki. Menurut Prastowo (2015) standar materi dalam buku teks

pelajaran salah satunya yaitu materi tersebut dapat mengembangkan

keterampilan dan kemampuan berpikir, materi merangsang peserta didik

untuk melakukan inquiry serta menggunakan notasi, simbol dan satuan.

Jika melihat pada gambar 4.1 dan 4.2, terlalu banyak materi yang

ditulis tanpa menyelipkan gambar pendukung maupun simbol-simbol yang

dapat menarik minat peserta didik untuk belajar. Selain itu, pada tugas

individu dan kelompok merupakan tugas yang harus dilakukan sebagai

pekerjaan rumah, sehingga pada saat kegiatan pembelajaran peserta didik

hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan akan menyebabkan peserta

didik pasif di kelas.

Salah satu sarana yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran

aktif di kelas, dibutuhkan suatu bahan ajar tambahan seperti lembar kerja

peserta didik (LKPD) agar aktifitas yang dilakukan peserta didik dapat

terstruktur sesuai dengan langkah kerja yang benar.

54
b. Analisis Peserta Didik

Analisis Peserta Didik merupakan telaah tentang karakteristik peserta

didik yang sesuai desain yang sesuai dengan desain pengembangan

perangkat pembelajaran. Berdasarkan penyebaran angket yang dilakukan

kepada 30 peserta didik kelas VII B di SMP Negeri 5 SATAP LIKTIM di

dapatkan hasil 89% peserta didik merasa menganggap bahwa materi

interaksi makhluk hidup dan lingkungannya menarik. Angket tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut :

Aspek YA TIDAK

Apakah menurut Anda materi 89% 11%


interaksi makhluk hidup
Dengan lingkungannya
menarik?
Apakah anda memahami materi 7% 93%
interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya?
Apakah menurut anda materi 79% 21%
interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya sulit?
Tabel 4.1. Analisis Peserta Didik

Tabel diatas menunjukkan bahwa ketertarikan peserta didik

terhadap materi interaksi makhluk hidup dan lingkungannya tinggi, akan

tetapi 93 % peserta didik belum memahami dan 79 % peserta didik

merasa kesulitan dengan materi tersebut. Hal ini sangat bermanfaat,

karena Suatu pembelajaran akan lebih mudah dipahami peserta didik

ketika peserta didik tersebut sudah tertarik dengan materi yang akan

dipelajari. Kesulitan belajar peserta didik dapat dibantu dengan guru

ketika pembelajaran berlangsung seperti dengan menggunakan medel

55
pembelajaran, metode maupun media pembelajaran yang cocok dengan

materi yang akan diajarkan (Prasetyowati, 2013)

Data tentang penggunaan LKPD disekolah dapat dilihat pada

tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Penggunaan LKPD disekolah

Aspek Ya Tidak
Apakah menurut Anda 75 % 25 %
penggunaan LKPD dapat
menunjang proses
pembelajaran?
Apakah dalam kegiatan 32 % 68 %
Pembelajaran IPA selalu
menggunakan LKPD?
Apakah menurut Anda 46 % 54 %
LKPD yang digunakan
sekolah sudah lengkap?
Apakah LKPD yang 45 % 55 %
digunakan sesuai dengan
penjelasan guru?
Apakah menurut Anda 48 % 52 %
LKPD yang digunakan
memiliki petunjuk kerja yang
jelas?
Apakah gambar yang 33 % 67 %
terdapat pada LKPD jelas
dan dapat dipahami?
Apakah pemahaman Anda 92 % 8%
bertambah setelah
mengerjakan LKPD?

Tabel di atas menunjukkan bahwa 75 % peserta didik berpendapat

bahwa adanya LKPD dapat menunjang pembelajaran dan 92 % peserta

didik berpendapat bahwa pemahaman mereka bertambah setelah

mengerjakan LKPD. Data-data diatas dapat digunakan oleh peneliti

sebagai studi pendahuluan bahwa anggapan peserta didik terhadap

peranan LKPD pada saat pembelajaran sangat penting. Namun hal

56
tersebut kurang didukung dengan penggunaan LKPD yang ada di

sekolah. 46 % peserta didik berpendapat bahwa LKPD yang ada

disekolah belum lengkap, 55 % peserta didik menjawab LKPD yang

digunakan tidak sesuai dengan penjelasan guru. Sedangkan dari segi

gambar yang ada dalma LKPD, 67 % berpendapat gambar tidak jelas

dan 52 % peserta didik berpendapat petunjuk kerja dalam LKPD tidak

jelas. Seorang guru harus mampu membuat suatu metode pembelajaran

yang mampu meng-cover kegiatan menarik dan dapat membuat peserta

didik aktif. Data pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat digunakan peneliti

sebagai acuan untuk mengembangkan bahan ajar LKPD berbasis guided

inquiry pada materi interaksi makhluk hidup dan ligkungannya.

c. Analisis Tugas

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta didik yang telah

dilakukan, maka diperlukan adanya media pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan dan harapan peserta didik. Peneliti memilih

mengembangkan media pembelajaran LKPD sebagai tambahan bahan

ajar dalam pembelajaran materi Interaksi makhluk hidup dan

lingkungannya. LKPD ini berisi materi, langkah kerja dan latihan-

latihan soal yang dirancang berdasarkan pembelajaran inkuiri.

Harapannya, dengan penggunaan LKPD berbasis guided inquiry ini

mampu meningkatkan pemahaman, aktifitas, serta dapat memotivasi

peserta didik untuk mempelajari materi Interaksi makhluk hidup dan

lingkungannya.

57
d. Analisis Konsep

Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep-konsep

penting yang akan di susun dalam bentuk bahan ajar dan langkah-

langkah yang akan dilakukan dalam menyusun LKPD. Langkah

pertama yang dilakukn adalah menganalisis kompetensi dasar mata

pelajaran IPA kelas VII semester II . Kompetensi dasar 3.7 materi

interaksi makhluk hidup dan lingkungannya adalah menganalisis

interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya serta dinamika

populasi akibat interaksi tersebut. Sedangkan Kompetensi dasar 4.7

adalah menyajikan hasil pengamatan terhadap interaksi makhluk hidup

dan lingkungan sekitar.

Urutan konsep-konsep yang akan disusun dalam bahan ajar ini

meliputi 1) Pengertian ekosistem, 2) Satuan makhluk hidup dalam

ekosistem, 3) Hubungan komponen abiotik dan komponen biotik, 4)

hubungan komponen biotik dan abiotik. 5) Aliran energi dan piramida

makanan, 6) Macam- macam interaksi makhluk hidup.

e. Perumusan tujuan Pembelajaran

Pengembangan bahan ajar LKPD disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran yang ada pada materi Interaksi Makhluk Hidup dan

Lingkunganya. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai dimuat dalam

indikator pencapaian kompetensi, yang terlampir dalam lampiran 3.

58
4.1.2. Tahap Design (Perancangan)

Tahap design bertujuan untuk menyiapkan prototipe perangkat

pembelajaran. Tahap ini terdiri dari tiga langkah yaitu:

a. Penyusunan Tes Acuan

Tes merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur

keberhasilan peserta didik dalam belajar. Penelitian ini menggunakan

bentuk eksperimen Pretest-Posttest Control group Design. Dalam desain

ini terdapat dua kelompok yang dipilih kemudian diberi pretest untuk

mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Jumlah soal tes terdiri dari 20 soal

pilihan ganda.

b. Pemilihan Media

Pengembangan bahan ajar LKPD berbasis inkuiri ini dalam

penyusunanya peneliti menggunakan bantuan aplikasi Microsoft word

2010, Microsoft publisher 2010 untuk lay-out tampilan LKPD dan juga

aplikasi corel draw untuk membuat cover LKPD.

c. Pemilihan format

Format LKPD yang digunakan peneliti dalam menyusun LKPD

berbasis inkuiri adalah format penulisan LKPD menurut Andi Prastowo

(2015) yang telah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan

kemampuan penulis. Formatnya adalah sebagai berikut:


1. Cover depan 6. Lembar Kerja 2
2. Redaksi 7. Lembar Kerja 3

3. Kata pengantar 8. Lembar Kerja 4

4. Daftar isi 9. Uji Kompetensi

5. Lembar Kerja 1 10. Cover belakang


59
d. Rancangan Awal Desain Produk

Rancangan awal bahan ajar LKPD yang dikembangkan adalah

sebagai berikut:

1) Cover

Cover depan terdiri dari atas judul materi yang dipilih dan

karakteristik isi LKPD, nama penulis, gambar pendukung, jenjang

kelas dan semester serta kolom identitas nama anggota kelompok.

Sedangkan cover belakang berisi info biologi dan gambar pendukung.

Tampilan cover produk awal dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Cover LKPD

2) Pendahuluan

Bagian pendahuluan LKPD meliputi redaksi LKPD, kata

pengantar, daftar isi, kompetensi inti, kompetensi dasar, tujuan

pembelajaran dan petunjuk penggunaan LKPD dan peta konsep.

Tampilan gambar desain pendahuluan dapat dilihat pada gambar-

gambar berikut :

60
Gambar 4.4 Tampilan Desain Pendahuluan

3) Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dalam LKPD ini terdiri dari 4 kegiatan.

LKPD 1 merupakan kerja lapangan. Susunanya terdiri atas judul sub

materi, informasi pendukung, tujuan pembelajaran, alat dan bahan

yang dibutuhkan, langkah kerja, table pengamatan dan pertanyaan.

Tampilan desainnya dapat dilihat pada gambar 4.5.

61
Gambar 4.5. Tampilan Kegiatan Pembelajaran

4) Uji kompetensi

Kegiatan terakhir setelah semua kegiatan dilaksanakan

adalah uji kompetensi. Uji kompetensi berupa 25 soal pilihan ganda

dengan pilihan jawaban A –D. Tampilan desainnya dapat dilihat pada

gambar 4.6.

Gambar 4.6 Tampilan Desain Uji Kompetensi

62
5) Daftar Pustaka

Pada bagian akhir LKPD dilengkapi daftar pustaka yang

berisi referensi-referensi buku yang digunakan peneliti dalam

menyususn dan mengembangkan produk LKPD.

Gambar 4.7 Tampilan Daftar Pustaka

4.1.3. Tahap Development (Pengembangan)

Rancangan bahan pembelajaran prototipe yang telah disusun di

tahap desain produk, selanjutnya dilakukan penilaian oleh para validator

yang berkompeten dalam bidangnya serta mampu memberikan masukan

atau saran untuk penyempurnaan bahan ajar yang telah disusun.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a) Penilaian kelayakan produk LKPD

1) Melakukan Validasi produk kepada ahli/ pakar.

Uji validasi bertujuan untuk mengetahui kevalidan/ kelayakan

dan kualitas LKPD yang dikembangkan. Validasi dilakukan dengan

menggunakan instrument lembar validasi yang dapat dilihat pada

lampiran 6. Peneliti Menggunakan 3 validator terdiri dari 2 dosen

63
Biologi Universitas Negeri Manado sebagai ahli yaitu Prof. Meity J.

Rampe, M.Si dan Dr. Ferni M. Tumbel, M.S beserta 1 pakar yaitu

guru IPA di SMP Negeri 5 SATAP LIKTIM yaitu Dessy Oroh S.Pd.

Rekapitulasi hasil penilaian dari masing-masing validator dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Penilaian

LKPD oleh para Ahli dan Pakar

Nilai
No Indikator V1 V2 V3
1 Isi 30 30 26
2 Penyajian 18 15 18
3 Kebahasaan 14 14 12
4 Kegrafisan 10 9 11
Jumlah 72 68 67
Persentase 90 % 85 % 83 %
Rata-rata 86 %
Kriteria Sangat layak

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa penilaian dari validator 1

yaitu Prof. Meityj Rampe mencapai angka 90 % dengan kriteria

sangat layak. Validator 2 yaitu D r. Ferni M. Tumbel, M.Smenilai 85 %

dengan kriteria sangat layak. Validator 3 yaitu Dessy oroh S.Pd

menilai 83 % dengan kriteria sangat layak.

Tim ahli mengungkapkan bahwa LKPD masih kurang dalam hal

mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam kegiatan. Meskipun

demikian, LKPD sudah masuk dalam kategori sangat layak dengan

persentase rata-rata 86 % dan perlu sedkit revisi. Dari penilaian para

ahli selanjutnya dilakukan tahap revisi sesuai dengan saran para

validator.

64
2) Revisi Produk

Beberapa bagian yang harus direvisi pada produk LKS yang sudah

divalidasi adalah sebagi berikut:

a) Terdapat kalimat yang terputus sehingga sehingga sangat penting

untuk diperbaiki agar nantinya tujuan pembelajaran dapat tercapai

dengan maksimal. Produk hasil sebelum revisi dan setelah revisi dapat

dilihat pada gambar 4.8 dan 4.9.

Gambar 4.8. Kompetensi Inti Sebelum Direvisi

Gambar 4.9. Kompetensi Inti Setelah Direvisi

b) Bagian tampilan Lembar kerja

Untuk memudahkan dalam hal keterbacaan setiap halaman sebaiknyaa

hanya terdiri dari dua kolom saja. Selain itu peneliti juga merevisi

kalimat pertanyaan agar bahasa yang digunakan lebih komunikatif.

Produk hasil sebelum revisi dan setelah revisi dapat dilihat pada

gambar 4.10 dan 4.11

65
Gambar 4.10. Tampilan Kerja Sebelum Direvisi

Gambar 4.11. Tampilan Kerja Setelah Direvisi

c) Bagian Kegiatan Pembelajaran

Setiap penyajian kegiatan disarankan untuk diberikan judul yang besar

agar dapat mempermudah siswa

Gambar 4.12. Kegiatan Pembelajaran Sebelum Direvisi

66
Gambar 4.13. Kegiatan Pembelajaran Setelah Direvisi

d) Bagian akhir setiap kegiatan

Setelah kolom kesimpulan disarankan pada setiap akhir kegiatan diberikan

kolom kritik saran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menuliskan

kesulitan-kesulitan yang dialami pada saat pembelajaran berlangsung.

4.14. Tampilan akhir kegiatan Sebelum Direvisi

4.15. Tampilan akhir kegiatan Setelah Direvisi

67
4.2 Uji Coba Lapangan

a) Uji Coba Lapangan Terbatas

Uji lapangan terbatas merupakan uji yang dilakukan untuk

mengetahui kelayakan LKPD. Subjek yang dipilih adalah kelas kecil yaitu

dengan mengambil 6 peserta didik secara acak dari kelas VIII untuk

mengisi angket tanggapan. Peserta didik yang sudah dipilih selanjutnya

diberikan produk LKPD berbasis inkuiri untuk diamati terlebih dahulu.

Hasil angket kelayakan LKPD peserta didik adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Angket Respon Peserta didik terhadap LKPD pada Kelas Kecil.

Indikator No Skor P (%) Rata-rata


Item
5 3 50 %
6 5 83 %
Isi 8 4 66 % 76,4 %
9 6 100 %
10 5 83 %
Penyajian 1 4 66 % 74,5 %
2 5 83 %
Kebahasaan 3 4 66 % 66 %
4 4 66 %
Kegrafisan 7 3 50 % 50 %
Rata-rata 71,3 %
Kriteria Dapat diterapkan

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh dari

tanggapan 6 siswa adalah 71,3 %. Sehingga dapat dinyatakan bahwa

produk LKPD berbasis inkuiri terbimbng dapat diterapkan dalam

pembelajaran. Adanya tanggapan ini dapat digunakan sebagai

pertimbangan bagi peneliti untuk memperbaiki kembali kualitas LKPD

68
yang dihasilkan, untuk selanjutnya dapat digunakan pada uji lapangan

lebih luas.

b) Uji Lapangan Lebih Luas

Tahap yang harus dilakukan setelah tahapan revisi adalah

mengujikan kelayakan serta penggunaan produk LKPD kepada subjek

penelitian yaitu peserta didik kelas VII B di SMP Negeri 5 SATAP

LIKTIM. Ketika melakukan uji lapangan peneliti menggunakan

instrumen sebagai alat bantu. Kualitas instrumen penelitian berkenaan

dengan validitas dan reabilitas instrumen (Sugiyono, 2013). Dalam hal ini

instrumen yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen test.

Pengujian Instrumen yang dilakukan:

a. Analisis Validitas Tes

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui valid

tidaknya item-item soal. Soal yang hasilnya valid akan digunakan sebagai

soal evaluasi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan soal

yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan. Item soal dikatakan

valid jika r hitung > r tabel. Berdasarkan uji coba N = 30 dengan taraf

signifikasi 5% diperoleh r tabel = 0.361 sehingga item soal dikatakan valid

apabila r hitung > 0.361. Hasil uji coba tersebut terangkum dalam tabel

berikut:

69
Tabel 4.5 Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal
Nomor Soal Perhitungan Validitas
1. 0.471
2. 0,449
3. 0,562
4. 0,483
5. 0,308
6. 0,555
7. 0,555
8. 0,555
9. 0,555
10. 0,522
11. 0,864
12. 0,796
13 0,799
14 0,570
15 0,562
16. 0,799
17. 0,799
18. 0,864
19 0,719
20 0,007
21 0,373
22 0,483
23 0,007
24 -0,047
25 0,117

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat lihat bahwa pertanyaan atau soal

yang tidak valid adalah soal nomor 5, 20, 23, 24, 25 dan pertanyaan

atau soal yang valid adalah nomor 1, 2 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

14, 15, 16, 17, 18,19,21,22. Soal dikatakan valid jika rhitung > rtabel di

mana rtabel dari n=30 adalah 0.361 (lampiran 6).

b. Analisis Reliabilitas Tes

Tahapan berikutnya yang digunakan untuk menguji kelayakan

soal adalah analisis reliabilitas soal. Uji reliabilitas digunakan untuk

mengetahui tingkat konsistensi jawaban. Untuk reliabilitas instrumen

penelitian dianalisis menggunakan rumus Cronchbach’s Alpha.


70
Tabel 4.6 Data pengujian reliabilitas soal

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.889 25

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat uji reliabilitas menunjukkan

angka Cronchbach’s Alpha adalah 0,889 > 0,60 dengan klasifikasi

highly reliable. Hal ini menunjukkan bahwa butir soal yang digunakan

bisa dikatakan reliable (lampiran 7)

4.3 Teknik Pengumpulan Data

a) Data Hasil Belajar

Adapun hasil belajar kelas penelitian dan kelas control selama

4 kali pertemuan dapat dilihat pada lampiran

b) Data Aspek Aktifitas dan Tanggapan Siswa

Aspek aktifitas peserta didik diperoleh dengan teknik observasi.

Peneliti meminta bantuan kepada guru IPA kelas VII untuk menjadi

observer yang akan mengamati aktifitas peserta didik ketika

pembelajaran. Instrumen angket yang digunakan sebagai observasi

dapat dilihat pada lampiran 12. Hasil observasi pada kelas besar dapat

dilihat pada tabel 4.7 Berikut :

71
Tabel 4.7 Data Keaktifan Perkelompok

No. Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok


1 2 3 4 5
Kegiatan 1 32 31 27 28 25

Kegiatan 2 33 32 31 30 32

Kegiatan 3 35 33 31 31 31

Kegiatan 4 32 31 27 28 25

Jumlah 132 127 116 117 113

B persen 91,6 % 88,1% 80,5% 81, 2% 78,4%

Kriteria Sangat Sangat Aktif Sangat Aktif


aktif Aktif Aktif

Berdasarkan tabel hasil observasi diatas, diketahui bahwa dari

ke lima kelompok menunjukkan persentase yang bagus. Ditunjukkan

dengan 3 kelompok yang mendapatkan kriteria sangat aktif dan 2

kelompok mendapatkan kriteria aktif.

4.4 Teknik Analisis Data

4.4.1 Uji Normalitas

Salah satu syarat dapat digunakannya teknik analisis variansi adalah

terpenuhinya uji normalitas. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui

apakah data masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian

normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan software SPSS 22 for

Windows. Bila nilai p signifikansi > 0.05, maka data menyebar normal.

Hipotesa Penelitian :

H0 : µ1 ≤ µ2 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H0 : µ1 ≥ µ2 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

72
Kriteria Pengujian adalah:

Terima H0 jika µ1 ≤ µ2

Tolak H0 jika µ1 ≥ µ2

Hasil perhitungan uji normalitas data menggunakan software SPSS 22 for

Windows menghasilkan data seperti pada Tabel 4.8

Tabel 4.8. Hasil Uji Normalitas Data Kelas


Kontrol
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Kelompok Kontrol .085 30 .200* .962 30 .189

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan data pada Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi pada uji Kolmogorov Smirnov adalah 0.200, karena nilai

probabilitas (sig) > 0.05 maka H0 diterima. Dengan demikian kelompok data

pada kelompok perlakuan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Data Kelas


Eksperimen
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Kelas Eksperimen
.099 30 .200* .956 30 .124

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

73
Berdasarkan data pada Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi pada uji Kolmogorov Smirnov adalah 0.200, karena nilai

probabilitas (sig) > 0.05 maka H0 diterima. Dengan demikian kelompok data

pada kelompok perlakuan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.
4.4.2 Uji Homogenitas

varian yang sama atau tidak. Pengujian homogenitas dalam penelitian ini

menggunakan uji Levene Statistic dengan software SPSS 22 for Windows, yaitu

dengan melihat perbandingan nilai Levene Statistic dengan taraf nyata 0.05.

Apabila nilai signifikansi dari hasil uji statistic > 0.05 maka disimpulkan

bahwa varians pada subjek penelitian adalah sama atau homogen. Sedangkan

apabila nilai signifikansi dari hasil uji statistik < 0.05 maka disimpulkan bahwa

varians pada subjek penelitian adalah tidak sama atau tidak homogen.

Hipotesa Penelitian :

H0 : µ1 ≤ µ2 : Sampel berasal dari populasi yang homogen

H0 : µ1 ≥ µ2 : Sampel berasal dari populasi yang tidak homogen

Kriteria Pengujian adalah:

Terima H0 jika µ1 ≤ µ2

Tolak H0 jika µ1 ≥ µ2

Hasil perhitungan uji homogenitas data menggunakan software SPSS 22

for Windows menghasilkan data seperti pada Tabel 4.10.

74
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Data
Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.


.524 1 78 .471

Berdasarkan data pada Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi pada uji Levene Statistic adalah 0.524, karena nilai signifikansinya

> 0.05 maka H0 diterima. Dengan demikian kelompok data pada kelompok

perlakuan dan control dalam penelitian ini berasal dari populasi yang

mempunyai varians sama atau homogen.

4.4.3 Pengujian Hipotesis

Data hasil belajar peserta didik didapatkan dari nilai posttest. Salah satu

indikator keberhasilan penggunaan LKPD berbasis guided inquiry adalah hasil

belajar peserta didik mencapai nilai ketuntasan minimal (KKM) yang telah

ditetapkan sekolah yaitu 75. Perbandingan hasil belajar peserta didik kelas

kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:

Mean = 38,44
Min = 10,34
Max = 63,11

75
Mean = 70,06
Min = 56,78
Max = 80,78

Gambar 4.16 Histogram Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol

Paired Samples Test


Paired Differences T Df Sig. (2-
Mean Std. Std. 95% Confidence tailed)
Deviation Error Interval of the
Mean Difference
Lower Upper
Pair 1 Posttest 31,619 17,00208 3,10414 25,27032 37,96768 10,18 29 ,000
kontrol - 00 6
Pretest
kontrol

Hasil penelitian pretest diperoleh rata-rata pretest pada kelompok control

adalah 38,44 dan rata-rata penilaian hasil belajar posttest adalah 70,66. Hasil Uji

Paired Sample T-test menunjukkan nilai signifikansi (2-tailed) = 0,00 < 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan terdapat hasil belajar yang signifikan pada

kelompok control, tetapi rata-rata hasil belajar posttest kelompok control belum

mencapai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu 75.

76
Mean = 40,63
Min = 10,23
Max = 66,43

Mean = 84,77
Min = 65,59
Max = 98,04

Gambar 4.17 Histogram Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen

Paired Samples Test


Paired Differences t Df Sig. (2-
Mean Std. Std. 95% Confidence Interval tailed)
Deviation Error of the Difference
Mean Lower Upper
Pair 1 Pretest 44,14267 19,81746 3,61816 36,74271 51,54263 12,2 29 ,000
eksperimen- 00
Postest
eksperimen

77
Hasil penelitian diperoleh rata-rata pretest pada kelompok eksperimen

adalah 40,63 dan rata-rata penilaian hasil belajar posttest adalah 84,77. Hasil Uji

Paired Sample T-test menunjukkan nilai signifikansi (2-tailed) = 0,00 < 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan

sebelum dan sesudah diberi perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Guided inquiry pada kelompok

Eksperimen.

4.4.4 Aktifitas Peserta didik

Penilaian keaktifan siswa pada saat pembelajaran yang dilakukan oleh

observer. Penilaian ini dilakukan sebanyak 4 kali kepada 5 kelompok yang

masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Berikut adalah hasil observasi

secara keseluruhan yaitu 90,9 % dengan kriteria sangat aktif. Hasil penilaian

keaktifan siswa secara klasikal dapat dilihat pada gambar 4.18 di bawah ini :

100%

Secara
Klasikal

78
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa persentase keaktifan siswa

pada pertemuan pertama dengan kegiatan lapangan mencapai 99,3 %,

pertemuan kedua dengan kegiatan diskusi mencapai 97,2 %, pertemuan ketiga

dengan kegiatan diskusi mencapai 90,2 % dan pertemuan ke empat dengan

kegiatan eksperimen sederhana mencapai 77 %. Dari data tersebut dapat

diketahui bahwa pembelajaran dengan kegiatan lapangan lebih dapat

meningkatkan keaktifan siswa . Guru terkadang harus memberikan kegiatan di

luar kelas agar siswa mendapat kesempatan belajar langsung dan mendapat

pengalaman yang bisa ditemukan di alam bebas

Berdasarkan rekapitulasi tingat keaktifan peserta didik selama 4 kali

pertemuan diketahui bahwa rata-rata persentase skor keaktifan adalah 90,9 %

dengan kriteria sangat tinggi. Sehingga respon dari aspek aktifitas siswa

selama pembelajaran dengan menggunakan LKPD berbasis guided inquiry

bernilai positif dan efektif untuk digunakan pada pembelajaran IPA materi

interaksi makhluk hidup dan lingkungannya.

4.3.5 Tanggapan Peserta Didik

Data selanjutnya yang didapatkan dari uji lapangan skala besar yaitu

tanggapan siswa mengenai kelayakan LKPD berbasis guided inquiry. Prosedur

pengisisan angketnya masih sama seperti pada uji skala kecil, perbedaannya

hanya pada jumlah respondenya yaitu 30 siswa. Hasil penilaian tanggapan siswa

dapat dilihat pada gambar 4.19 di bawah ini :

79
100%
100%

Isi
Penyajian

Kegrafisan

Skala Besar

Gambar 4.19 Grafik Hasil Tanggapan Siswa Skala Besar

Data tanggapan peserta didik dilakukan setelah kegiatan pembelajaran

selesai. Penilaian dilakukan dengan menggunakan angket tanggapan dengan

pertanyaan sebanyak 10 item. Masing-masing item pertanyaan memiliki skor 1,

selanjutnya skor tersebut diubah dalam bentuk persentase per item pertanyaan.

Berdasarkan grafik 4.17 diketahui bahwa rata-rata hasil analisis tanggapan

peserta didik dalam kelas besar menunjukkan persentase 94,6 %, sehingga

sangat dapat diterapkan dan memiliki respon positif dari peserta didik dalam

pembelajaran IPA materi interaksi makhluk hidup dan lingkungannya. Analisis

lebih lanjut mengenai tanggapan peserta didik dapat dilihat pada lampiran 15.

4.5 Revisi Berdasarkan Hasil Validasi

Setelah melalui tahapan pengembangan dan uji coba pada kelompok

kecil dan kelompok besar produk pembelajaran ini telah mengalami revisi atau

perbaikan. Perbaikan produk akhir ini diperlukan untuk menyempurnakan

perangkat bersadarkan masukkan dari reviewer dan peserta didik. Berikut ini

merupakan produk pengembangan akhir:

80
1. Bahan ajar berupa lembar kerja peserta didik lebih difokuskan pada

langkah-langkah pembelajaran Guided inquiry, sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2. Adanya penambahan peta konsep agar siswa cepat memahami apa

yang dipelajari, dan gambar-gambar pendukung materi lebih di

perjelas.

4.6 Desiminasi Produk

Hasil pengembangan produk pembelajaran ini, diseminarkan pada

pertemuan ilmiah. Produk pengembangan ini ternyata memberikan dampak

positif dalam perkembangan kualitas pembelajaran antara lain :

1) Implementasi dari produk pengembangan dapat meningkatkan hasil

belajar peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

produk pengembangan terjadi peningkatan hasil belajar sebelum dan

sesudah pelaksaan pembelajaran.

2) Membantu guru dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas serta dapat

mendorong guru dalam berinovasi mengembangkan media

pembelajaran yang lebih baik lagi.

81
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian dan pengembangan lembar kerja peserta didik dengan

metode Guided inquiry ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

5.1.1 Pengembangan bahan ajar berupa lembar kerja peserta didik dengan

metode Guided inquiry dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik kelas VII.

5.1.2 Pengembangan bahan ajar berupa lembar kerja peserta didik berbasis

metode Guided inquiry telah mendapat respon yang baik dari peserta

didik dilihat dari aspek keaktifan dengan kriteria sangat tinggi dan

tanggapan peserta didik dengan kriteria Sangat Layak sehingga dapat

diterapkan dalam proses pembelajaran.

5.2 Saran

5.2.1 Produk bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta Didik dengan Metode

Inqury Terbimbing ini ini disarankan untuk digunakan dalam proses

belajar mengajar di kelas untuk meningkatkan hasil belajar peserta

didik.

5.2.2 Produk dalam bentuk bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta Didik

berbasis metode guided inquiry ini disarankan untuk terus

dikembangkan agar supaya respon yang baik dari siswa terhadap

mata pelajaran IPA khususnya materi Interaksi Makhluk Hidup

dengan Lingkungannya dapat terus meningkat.

82
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda


Karya

Arikunto, S. 2010. “Manajemen Penelitian”. Jakarta: Rineka Cipta


Bulu Batjo (1993), “Menulis dan Menerapkan LKPD” (Ujung Pandang :
Depdikbud Sulsel)
Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem
pendidikan nasional.
Hamzah B. Uno. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di
Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara

Indawati, Tri Indo. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Berupa Lembar Kerja
Peserta didik (LKS) BerbasisPembelajaran Inkuiri Terbimbing di
SMA. Skripsi. Jember. Fakultas Kegurruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember .
Indriyani, Irma Rosa. 2013. Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus
Belajar (Learning Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Peserta didik
SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromegnetik. Thesis.Universitas
Ahmad Dahlan
Matthew, B.M., Kenneth, I.O. (2013). A study on the effects of guided
inkuiri teaching method on students achievement in logic.
International Researcher Volume No. 2 Issue no. 1.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Rosdakarya
Palilingan, R.N. 2014. “Bentuk Langkah-langkah Metode R&D”. Manado:
Universitas Negeri Manado

Prasetyowati, Rita. 2014. Pembelajaran IPA SMP Menurut Kurikulum 2013.


Artikel Pelatihan Penyusunan Model Instrumen Penilaian dan
Penskoran pada Pembelajaran IPA menurut Kurikulum 2013 bagi
Guru IPA di Kecamatan Danurejan. Yogyakarta. tanggal 31 Oktober
2014.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132319975/pengabdian/artikel-ppm-
rita-prasetyowati-2014.pdf,/ tanggal 8 Februri 2019
Prastowo, Andi. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif
Menciptakan Metode Pembelajaran Menarik dan Menyenangkan.
Yogyakarta: Diva Press
Prastowo, Andi. (2015). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press

83
Purwoko, Agung. 2007. Pengembangan Model Investigative Field Work
Dalam Pembelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Ekosistem dan Interaksinya, Minat dan Kerja Ilmiah Peserta
didik”. Tesis . Semarang. Program Pasca Sarjana Program studi
Pendidikan Ipa Universitas Negeri Semarang

Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Saktiyono. 2013. IPA Biologi SMP dan MTs Untuk Kelas VII .Jakarta : Essis.

Sidharta, Arief. 2004. Pembelajaran kooperatif. Bandung: Depdiknas P3 G


IPA

Sutedjo. 2009. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu Sekolah


Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs). Pusat
Kurikulum Balitbang Depdiknas. Diunduh di
https://tedjo21.files.wordpress.com/2009/09/01- model-ipa-terpadu-
smp.pdf/ tanggal 8 Februari 2019

Suyitno dan Sukirman. 2013. IPA Terpadu Kelas VII SMP Kelas VII. Jakarta:
Yudhistira
Sugiyono. 2010. “Statistika Untuk Penelitian. Bandung”. Alfabeta
Thiagarajan, S., Semmel, D.S., & Semmel, M.I. (1974). Instructional
development for training teacher of exceptional children.
Bloomington Indiana: Indiana University
Trioki, N. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Inkuiri Terbimbing
pada Materi Pokok Hidrolisis Garam untuk SMA/MA. Universitas
Negeri Medan. Jurnal Pelita Pendidikan Volume 5 No 3, Hal 276-
281.
Wahyuningsih, fitri. 2014. Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing
pada Materi Pokok Hidrolisis Garam untuk SMA/MA. Jurnal
Paedagogia (Program Magister Pendidikan Sains, FKIP Universitas
Sebelas Maret.
Yusniah. 2017. Pengembangan LKS IPA Terpadu Berbasis Inquiry dengan
Tema Darah.Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan
Pengembangan. Volume 2 No 10: 1308-1314. Pascasarjan
Universitas Negeri Malang.

84
85

Anda mungkin juga menyukai