PENDAHULUAN
1
sehingga kebanyakan siswa hanya berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka
pendek.
Permasalahan yang berhubungan rendahnya aktivitas siswa dalam
pembelajaran Biologi adalah terkait dengan beberapa faktor diantaranya karakteristik
materi yang terdapat pada mata pelajaran Biologi itu sendiri dimana banyak siswa
yang mengalami kesulitan terutama untuk memahami konsep-konsep fisologis yang
abstrak. Sebagai salah satu solusi yang dianggap jika maka guru diharapkan untuk
dapat menvariasikan model pembelajaran yang menarik bagi siswa sehingga siswa
dapat mencapai taraf mastery (tuntas). Hal ini tersirat pada peraturan pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 dengan ditetapkan delapan lingkup Standar
Nasional pendidikan. Pada standar proses dijelaskan bahwa satuan pendidikan
melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksaaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan demikian guru
bertanggung jawab untuk merancang dan menciptakan proses pembelajaran yang
kondusif bagi siswa.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diperoleh pengetahuan bahwa
pembelajaran Biologi bukan hanya didapatkan dari kegiatan menerima materi
pembelajaran yang sudah ada. Seharusnya dalam pembelajaran Biologi siswa harus
aktif dengan berbagai aktivitas yang dilakukannya dalam pembelajaran. Untuk
mengaktifkan siswa dalam belajar dapat dilakukan dengan melakukan percobaan,
mengamati, menganalisis dan diskusi kelompok untuk menemukan kebenaran suatu
fakta atau konsep-konsep dari materi pembelajaran yang dipelajarinya.
Kebanyakan pembelajaran Biologi yang terjadi di SMA belum sepenuhnya
sesuai dengan hakekat pembelajaran biologi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil
temuan dan observasi peneliti, ditemukan bahwa proses pembelajaran Biologi masih
berjalan satu arah. siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam belajar. Siswa lebih
dominan mendengarkan ceramah dari guru dan ditugaskan untuk mencatat ringkasan
materi pelajaran. Setelah itu siswa ditugaskan untuk menjawab pertanyaan yang ada
2
pada buku paket, LKS atau bahan ajar. Keadaan seperti ini menjadikan pembelajaran
kurang bermakna bagi siswa dan pengalaman belajar tidak terbentuk dalam diri
siswa, dan tentu saja siswa akan cepat lupa dengan materi pelajaran yang telah
dipelajarinya. Hal ini mengakibatkan sebahagian besar nilai ulangan harian dan nilai
semester siswa rendah dalam pembelajaran Biologi
Pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher centred) tentu tidak serta
merta disebabkan karena keinginan guru semata, berbagai keterbatasan yang ada di
kelas, seperti tidak adanya buku sumber yang dimiliki oleh siswa secara pribadi,
belum mampunya siswa dalam memanfaatkan buku sekolah elektronik, keterbatasan
sarana dan prasarana atau media yang bisa dimanfaatkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, menjadi beberapa faktor yang ikut mendorong guru untuk
melaksanakan pembelajaran yang bersifat satu arah ini.
Berdasarkan observasi awal penulis di kelas XII IPA 2 SMAN 1 IX Koto
Sungai Lasi, dapat kita lihat persentase aktivitas siswa pada saat proses belajar
mengajar berlangsung seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Daftar aktivitas Belajar Biologi materi Evolusi Siswa Kelas XII IPA 2
SMAN 1 IX Koto Sungai Lasi
3. Mengajukan pertanyaan 3 16 %
4. Menjawab pertanyaan 2 11 %
Jumlah siswa 19
Sumber: Observasi Januari 2018
Berdasarkan data pada tabel 1 di atas kita bisa menyimpulkan bahwa selama
proses pembelajaran berlangsung, aktivitas yang relevan dengan pembelajaran yang
3
dilakukan oleh siswa masih rendah. Keterlibatan siswa dengan proses pembelajaran
berada di posisi sebagai objek yang diajarkan, bukan dibelajarkan hal ini karena
proses pembelajaran yang berlangsung di kelas masih terpusat pada guru (teacher
centred).
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi adalah dengan mengembangkan metode pembelajaran yang dapat
menciptakan suasana belajar yang aktif, menyenangkan, membantu siswa memahami
materi pelajaran yang sulit, dan membantu guru mengajarkan materi yang kompleks,
adalah metode pembelajaran make a match. Penerapan metode pembelajaran ini
dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban/soal sebelum batas waktu yang ditentukan. Siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
Metode pembelajaran make - a match digunakan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi karena metode pembelajaran ini dapat memupuk kerja sama
siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan
mereka, proses pembelajaran lebih menarik dimana tampak sebagian besar siswa
lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, keaktifan siswa tampak sekali pada
saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing, dan mampu meningkatkan
hasil belajar siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Ramadhan (2008),
bahwa pembelajaran metode make - a match mampu meningkatkan hasil belajar
siswa, yaitu pada tes awal, rata-rata hasil belajar siswa mencapai 55, siklus I rata-rata
63,08, siklus II rata-rata 75,08, dan tes akhir rata-rata 80,73.
Hasil temuan lapangan yang dilakukan oleh Ramadhan telah memperkuat
hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Rahayu dkk, bahwa suasana
positif yang timbul dari pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mencintai pelajaran dan guru (Ramadhan, 2008). Berdasarkan fakta tersebut
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan metode
pembelajaran make - a match dalam mata pelajaran Biologi pada materi Bioteknologi
dengan judul “Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Biologi Melalui Penerapan
4
Model Pembelajaran Kooperatif Metode Make A Match di Kelas XII IPA 2 SMAN 1
IX Koto Sungai Lasi”
5
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Belajar
6
Sudjana (1989) dalam Susilowati (2007) menyatakan bahwa belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar, dapat ditunjukan
dalam berbagaibentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek aspek
yang lainyang ada pada individu yang belajar. Dengan demikian belajar pada
dasarnya adalah perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.Perubahan
tingkah laku itu meliputi keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan,
pemahaman dan apresiasi. Sedangkan yang dimaksud dengan pengalaman
dalam proses belajar adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikhologis yang
berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap dan bersifat
konstan/menetap (Winkel, 1991) dalam (Haling, 2007).
Menurut Hamalik (2008), belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan
suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.Pengertian ini
sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan
bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan yang berlangsung
secara otomatis. Sejalan dengan perumusan tersebut, ada pula tafsiran lain
tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Tirtaharja dalam Haling (2007) menyatakan bahwa ciri-ciri belajar yaitu :
(a) perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan karena perubahan
tingkah laku karena proses kematangan. (b) perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar bukan karena perubahan kondisi fisik (c) hasil belajar bersifat
relatif menetap. Sedangkan menurut Slameto (2003) ciri-ciri belajar yaitu (a)
7
perubahan terjadi secara sadar (b) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan
fungsional (c) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif (d) perubahan
dalam belajar bukan bersifat sementara (e) perubahan dalam belajar bertujuan
dan terarah (f) perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Pada dasarnya belajar pada diri manusia, merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan serta sasaran yaitu tujuannya
mengubah tingkah laku kearah yang lebih berkualitas dan sasaranya meliputi
tingkah laku penalaran (kognitif), keterampilan (psikomorik) dan sikap (afektif)
(Haling, 2007).
Menurut Djamarah (2006) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.
a. Tujuan
Tujuan merupakan pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai
dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar
mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran.
Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.
b. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan
kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam
bidang profesinya. Guru dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang
cerdas dengan keilmuan yang dimilikinya.
c. Anak didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Anak yang
menyenangi pelajaran tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang lain
adalah perilaku anak yang bermula dari sikap mereka karena minat yang
berlainan. Hal ini akan mempengaruhi kegiatan belajar anak.
d. Kegiatan pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan
anak didik, dengan bahan ajar sebagai perantaranya.Guru yang mengajar dan
8
anak didik yang belajar, maka guru adalah orang yang menciptakan
lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Gaya mengajar guru
berusaha mempengaruhi gaya belajar anak didik.
e. Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang
sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan.Biasanya bahan
pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh
anak didik. Ketika tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan
dan harus selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk
pembuatan item-item soal evaluasi.
f. Suasana evaluasi
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Besar kecilnya
jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi
suasana kelas sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan.
Satu atau dua orang pengawas perlu dihadirkan karena sikap mental anak
didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur. Pengawas mengamati semua
sikap dan gerak gerik yang dilakukan oleh anak didik selama pelaksanaan
evaluasi.
9
proses belajarnya. Siswa yang aktivitasnya rendah adalah yang melakukan
kegiatan di luar konteks belajar seperti mengobrol di luar topik yang sedang
dibahas, mengganggu temannya yang sedang bekerja, mempermainkan
peralatan praktik, mengerjakan tugas lain di luar pelajaran (Suyatna, 2009).
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Pengajaran tradisional juga
melaksanakan asas aktivitas namun aktivitas tersebut bersifat semu (aktivitas
semu). Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun
lebih menitikberatkan pada asas aktivitas sejati. Siswa belajar sambil bekerja,
sehingga mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek
tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk
hidup di masyarakat (Hamalik, 2008). Aktivitas siswa pada pembelajaran dapat
berupa mendengarkan atau memperhatikan guru, berada dalam kelompok,
membaca buku siswa dan lembar kerja siswa (LKS), mengerjakan LKS,
mengajukan pertanyaan, menjawab atau menanggapi pertanyaan,
menyampaikan ide atau pendapat, mendengarkan dengan aktif, mengerjakan
tugas atau rangkuman dari materi yang dipelajari (Sridesy, 2010).Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
adalah kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Indikator peningkatan
aktivitas belajar siswa ditandai dengan berkurangnya dominansi guru dalam
proses pembelajaran dan jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran
meningkat.
10
guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik
untuk keseluruhan kelas maupun individu (Hosim, 2010).
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Munawar (2009) menyatakan
bahwa hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran
yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Hasil
belajar ditinjau dari sisi siswa, merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar, sedangkan hasil belajar
ditinjau dari sisi guru, merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Munawar (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah sebagai berikut.
a. Faktor internal
1) Faktor Biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama adalah kondisi
fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan
sampai sesudah lahir.Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi
keadaan otak, panca indera, dan anggota tubuh.Kedua, kondisi
kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menjaga kesehatan fisik antara lain, makan makanan
yang sehat dan bergizi, banyak minum air putih, olahraga secara teratur,
dan cukup tidur.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental
seseorang.Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar
adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.Faktor psikologis ini
meliputi hal-hal berikut, pertama adalah intelegensi.Intelegensi atau
tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan.Kemauan dapat
11
dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang.Ketiga,
bakat.Bakat bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam
suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya
kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
b. Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga juga merupakan lingkungan
pertama dan utama yang menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua
terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya akan
mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
2) Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan
belajar para siswa di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu
sekolah, dan tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan
konsisten.
3) Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat
yang dapat menunjang keberhasilan belajar.Lingkungan yang dapat
menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga
pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, dan
pengajian remaja.
2.1.4 Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan bukan hanya menetes sebuah perlakuan tetapi terlebih
dahulu peneliti sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya suatu perlakuan
dan dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba secara langsung menerapkan
perlakuan. Model yang dapat diterapkan secara langsung dalam penelitian
12
tindakan kelas yang paling dikenal adalah model yang dikemukan oleh Kemmis
dan Mc Taggart yaitu model PTK yang menggambarkan empat langkah yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Keempat langkah
merupakan satu siklus atau putaran yang artinya sesudah langkha refleksi
kembali ke langka pertama yaitu perencanaan demikian seterusnya (Arikunto,
2006)
Menurut Arikunto (2006), penelitian tindakan kelas terdiri atas tiga kata
yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut.
a. Penelitian, yaitu kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
untuk meningkatakan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
b. Tindakan, yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas, yaitu sekelompok siswa yang dalam kurun waktu yang sama menerima
pelajaran yan sama dari seorang guru. Kelas bukan wujud ruangan tetapi
sekelompok siswa yang sedang belajar.
Berdasarkan penggabungan batasan pengertian tiga kata tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi di dalam sebuah kelas.
Penelitian tindakan kelas sebetulnya tidak sulit karena guru tinggal melakukan
dengan sengaja dan diamati hasilnya dengan seksama.Penelitian tindakan kelas
ini dilakukan misalnya untuk meningkatkan efektivitas metode mengajar,
pemberian tugas kepada siswa, dan penilaian (Arikunto, 2006).
Adapun tahapan yang dilaksanakan dalam PTK ada 4, sebagaimana
dikemukakan oleh Arikunto (2006), antara lain sebagai berikut.
a. Tahap I: menyususn rancangan tindakan yang dikenal dengan perencanaan.
b. Tahap II: pelaksanaan tindakan
c. Tahap III: pengamatan, dan
13
d. Tahap IV: refleksi atau pantul
14
materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, mampu
meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara
klasikal 87,50% (Ramadhan, 2008).
Menurut Ramadhan (2008) pada saat guru menyiapkan beberapa kartu
yang berisi konsep/topik tentang mencari pikiran utama dan pikiran penjelas
dalam wacana untuk sesi review (satu siswa berupa kartu soal dan sisi
sebaliknya berupa kartu jawaban). Setelah guru memrintahkan siswa untuk
mengambil kartu tampak sebagian besar siswa bersemangat dan termotivasi
untuk menarik satu kartu soal.Setelah siswa mendapatkan kartu soal masing-
masing tampak memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
Kelompok dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk mencari
pasangan dan mencocokan dengan kartu (kartu soal dan kartu jawaban)yang
dimilikinya. Disinilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa
di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. Guru
membimbingsiswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang
sudah dicocokkan oleh siswa.
Rahayu (2009) menyatakan bahwa metode pembelajaran Make A Match
dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Make A Match dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan sehingga
siswa tidak akan merasa bosan selama pembelajaran dan materi yang sulit
menjadi terasa mudah untuk dipelajari.
15
Dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif metode Make A Match dapat
meningkatkan aktivitas belajar Biologi siswa kelas XII IPA 2 SMAN 1 IX Koto
Sungai Lasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tahapan
pelaksanaan meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan 2
kali pertemuan.
17
pada setiap siklus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.Pelaksanaan penelitian
untuk kedua siklus adalah sebagai berikut.
a. Siklus I dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan, sebanyak 4 jam pelajaran (4
x 45 menit) pada tanggal 13 Februari 2018 dan 14 Februari 2018.
b. Siklus II dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan, sebanyak 4 jam pelajaran (4 x
45 menit) pada tanggal 20 Februari 2018 dan 21 Februari 2018.
Prosedur penelitian meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
dan refleksi. Tahap-tahap pelaksanaan pada siklus I dan II adalah sebagai berikut:
Siklus I
Pada siklus pertama dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 45
menit. Prosedur pelaksanaan tindakan pada siklus ini adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan
Melakukan observasi awal di kelas XI IPA SMA Negeri 1 IX Koto Sungai
Lasi melalui pengamatan proses pembelajaran Biologi dan wawancara dengan
siswa dan guru yang terlibat. Hasil observasi antara lain, guru masih dominan
menggunakan metode ceramah terbimbing sehingga dalam kegiatan
pembelajaran Biologi, guru yang aktif sedangkan siswa pasif. Hal ini
mengakibatkan, proses belajar mengajar cenderung monoton dan pengetahuan
yang didapat oleh siswa berasal dari guru bukan dibangun sendiri secara
bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa siswa, diketahui bahwa sikap siswa terhadap
pelajaran Biologi rendah, dimana siswa malas mengikuti pelajaran karena
pelajaran Biologi banyak teori dan bahasa latin jadi susah untuk
memamahaminya. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa menunjukkan bahwa
kurang dari 50% siswa yang dapat mencapai standar kelulusan minimal.
Disamping itu hasil belajar evolusi siswa juga disebabkan materi yang
dipelajari bersifat hafalan dan topik kurang menarik sehingga siswa merasa
kesulitan memahami materi. Temuan ini merupakan bahan refleksi untuk
18
melakukan siklus I dengan cara membuat perencanaan tindakan siklus I,
antara lain sebagai berikut.
a) Berdiskusi dengan guru mata pelajaran Biologi lainnya SMA Negeri 1 IX
Koto Sungai Lasi mengenai cara mengatasi masalah yang terjadi di kelas
yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran Make A Match, kemudian
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagaimana terlihat
pada lampiran 1.
b) Merancang kartu soal dan jawaban yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yang ada pada lampiran 2 dengan pembelajaran kooperatif
metode Make A Match
c) Merancang instrumen penelitian yang meliputi tes hasil belajar siklus I
dan II, pada lampiran 3 dan 4 dan lembar observasi aktivitas belajar siswa
pada lampiran 5
2) Pelaksanaan tindakan
Tahap ini meliputi pelaksaaan proses pembelajaran dengan menerapkan
metode pembelajaran Make A Match yang dilakukan berdasarkan RPP bisa di
lihat di lampiran satu yang telah dibuat disertai dengan perangkat
pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya, yaitu kartu soal dan jawaban,
dan instrumen penelitian, yaitu tes hasil belajar siklus I dan II yang telah
divalidasi dengan validasi ahli, lembar observasi aktivitas belajar siswa.
Pelaksanaan tindakan pada siklus satu ini dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan, antara lain sebagai berikut.
a) Pertemuan I Siklus I
Topik materi yang dipelajari pada pertemuan I adalah Konsep dan Prinsip
dasar bioteknologi, Jenis-jenis Bioteknologi. Langkah-langkah dalam
pelaksanaan tindakan pada pertemuan I tersusun dalam RPP pertemuan I
19
siklus I. Langkah-langkah pembelajaran disusun dengan menggunakan
model pembelajaran make a match dengan menggunakan 9 pasang kartu.
b) Pertemuan II Siklus I
Materi yang dipelajari pertemuan II adalah Bioteknologi
Konventional (Fermentasi) sesuai dengan skenario pembelajaran yang
tersusun pada RPP pertemuan II siklus I. Langkah-langkah pembelajaran
disusun dengan menggunakan model pembelajaran make a match dengan
menggunakan 9 pasang kartu.
3) Observasi dan evaluasi
Tahap observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan observasi dilakukan oleh seorang observer yaitu guru mata
pelajaran matematika dengan cara mengisi lembar observasi. Hal-hal yang
terdapat pada lembar observasi meliputi: a. Aktif mencari pasangan; b. Aktif
dalam mencocokkan kartu; c. Aktif berdiskusi dengan teman untuk
memperoleh soal/jawaban dari kartu yang dipegang; d. Dapat mencocokkan
kartu dengan benar dan tepat waktu; e. Aktif bertanya dalam kegiatan diskusi;
f. Aktif menjawab pertanyaan dalam kegiatan diskusi; g. Aktif membuat
kesimpulan atau resume. Kegiatan akhir dari tindakan siklus 1 adalah
melaksanakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.
4) Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus.Hasil yang diperoleh pada tahap
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis.Hasil analisis siklus pertama
inilah yang dijadikan acuan penulis untuk merencanakan siklus kedua. Hal-hal
yang belum berhasil ditindak lanjuti, sedangkan yang sudah baik
dipertahankan atau ditingkatkan, sehingga hasil yang dicapai pada siklus
berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan hendaknya lebih baik dari
siklus sebelumnya.
20
Siklus II
Pada tahap ini dirumuskan perencanaan siklus II yang sama dengan
perencanaan siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan sesuai dengan
kekurangan yang ditemukan pada siklus I. Pada siklus II ini juga dilaksanakan
sebanyak 2 kali pertemuan. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya antara lain :
1) Perencanaan
Pada tahap ini guru melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran
yang serumpun dengan Biologi, kemudian menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) tentang Bioteknologi Modren (rekayasa genetika)
dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match. (dapat dilihat
pada lampiran 1 dan lampiran 2). Setelah itu guru membuat lembar observasi
untuk melihat keaktifan siswa selama tindakan berlangsung, dan yang
terakhir adalah membuat tes hasil belajar siklus. (dapat dilihat pada lampiran
6).
2) Pelaksanaan tindakan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya adalah
mengulang langkah-langkah pada siklus I dan menambahkan tindakan
perbaikan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I. Tahapan kegiatan
pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan I dan II siklus II ini sesuai
dengan rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) tentang dampak bioteknologi
bagi salingtemas yang telah disusun dengan menggunakan model
pembelajaran make a match.
3) Observasi
Pada dasarnya tahap observasi pada siklus dua ini sama dengan
observasi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Peneliti mencatat semua
temuan dengan perubahan yang terjadi pada siswa serta melaksanakan
evaluasi hasil belajar siswa pada akhir tindakan siklus II.
4) Refleksi
21
Refleksi dilakukan pada akhir siklus.Hasil yang diperoleh pada tahap
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis.Hasil analisis siklus kedua ini
yang dijadikan acuan penulis untuk menyimpulkan hasil dari tindakan
perbaikan pembelajaran siklus kedua.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Proses Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu pada proses
pembelajaran lebih difokuskan pada materi Bioteknologi dengan menerapkan
model pembelajaran make a match. Pengambilan data kegiatan guru dan
kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan oleh
peneliti dan teman sejawat sebagai pengamat melalui lembar observasi yang
telah disiapkan. Hasil pengamatan ini merupakan presentase kegiatan guru dan
kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
4.1.2 Deskripsi Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Siklus I
a) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru
Pelaksanaan pengamatan kegiatan guru dilakukan dengan
menggunakan lembar pengamatan yang telah dipersiapkan. Lembar
pengamatan terdiri atas 11 aspek dengan kriteria baik sekali (BS) dengan
bobot 4, baik (B) bobot 3, cukup (C) bobot 2, kurang (K) bobot. Data hasil
pengamatan kegiatan guru pada siklus I seperti ditunjukan pada Tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1.Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II
No Kriteria Aspek yang diamati Aspek yang diamati
A B C JLH % A B C JLH %
1 Sangat baik 2 2 - 4 21,1 4 3 - 7 37
2 Baik 2 5 3 10 52,6 1 7 3 11 58
3 Cukup - 5 - 5 26,3 - 1 - 1 5
4 Kurang baik - - - - - - - - - -
Jumlah 19 100 19 100
23
Keterangan tabel :
A. Perangkat kegiatan belajar mengajar
B. Pelaksanaan pembelajaran dikelas
C. Penutup
Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa kegiatan
guru pada siklus I pertemuan I, dari 19 aspek yang diamati, diperoleh 21,1%
Kriteria baik sekali (BS), dan 52,6% Kriteria baik dan 26,3% Kriteria
cukup. Sedangkan pada pertemuan ke-2 diperoleh 37% Kriteria baik sekali
(BS), dan 58% Kriteria baik (B) dan 5% kriteria cukup. Berdasarkan data
yang diperoleh dari setiap pertemuan, maka diperoleh persentase rata-rata
aktifitas guru pada siklus I untuk kriteria sangat baik (SB) sebesar 31,5%,
kriteria baik (B) sebesar 55,5% dan kriteria cukup (C) mencapai 13% data
yang jelas dapat di lihat pada lampiran 3 dan4.
24
Dari data tabel 4.2 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase
capaian setiap aspek yang diamati seperti pada tabel 4.3 berikut,data-data
diatas tersebut dapat dilihat pada lampiran 7.
Tabel 4.3.Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus I pertemuan I
Rata-rata
Persentase aspek yang diamati
capaian
Kriteria
aspek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
(%)
Sangat
6 11 6 33 6 33 - - - 33 - 11,65
baik
Baik 61 78 67 61 88 61 72 67 83 61 100 72,65
Cukup 27 11 27 6 6 6 28 33 17 6 - 15,2
kurang 6 - - - - - - - - - - 0,5
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Pertemuan II
Tabel 4.4 Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan II
Aspek yang diamati
Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sangat Baik 4 5 5 6 1 7 4 3 - 8 -
Baik 12 13 13 12 16 11 14 15 15 10 18
Cukup 3 1 1 1 2 1 1 1 4 1 1
Kurang - - - - - - - - - - -
25
Jumlah 19 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
Dari data tabel 4.4 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase
capaian setiap aspek yang diamati seperti pada tabel 4.5 berikut dan untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8.
Berdasarkan data pada tabel 4.5 di atas,dapat dilihat bahwa pada siklus
I pertemuan II dapat dihitung persentase rata-rata capaian aspek untuk
kriteria sangat baik (SB) yaitu 21,65%, kriteria baik (B) sebanyak 75,33%,
kriteria cukup (C) mencapai 3,02%.
Berdasarkan data-data pada Tabel 4.4 dan 4.5 di atas, maka dapat
diketahui bahwa dari 18 jumlah siswa, hasil pengamatan kegiatan siswa
menunjukan kecenderungan siswa dalam setiap pertemuan mengalami
kenaikan partisipasi dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.
Kecenderungan kenaikan partisipasi siswa dapat dijelaskan dengan
melihat perbandingan partisipasi siswa pada pertemuan I dan pertemuan II,
dari hasil pengamatan rata-rata aktivitas siswa dari setiap pertemuan
26
cenderung meningkat. Indikasi ini dapat dilihat dengan semakin
mengurangnya jumlah persentase siswa yang memperolah kriteria kurang,
cukup dan baik menuju ke kri3teria yang lebih baik.
Berdasarkan data pada Tabel 4.6 di atas, dapat dijelaskan bahwa dari 18
orang siswa yang mengikuti tes, 13 orang siswa mendapat nilai diatas KKM 80
sedangkan 5 orang siswa mendapat nilai dibawah 80. Tingkat ketuntasan
belajar pada siklus I ini mengalami kenaikan menjadi 72% dengan rata-rata
kelas 79,3. Nilai evaluasi hasil belajar siklus Idapat dilihat pada lampiran 11.
27
Masih rendahnya hasil evaluasi ini disebabkan karena siswa belum terbiasa
dengan pembelajaran menggunakan model make a match.
Jika dibandingkan dengan hasil observasi pada tahun sebelumnya (tahun
pelajaran 2013/2014) untuk materi Bioteknologi adalah tingkat ketuntasan
siswa baru mencapai angka sebesar 55% maka hasil belajar siswasudah
mengalami sedikit peningkatan. Hal ini bisa terjadi dikarenakan siswa belum
terbiasa dengan model pembelajaran make a match yang dilakukan.
28
a) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru
Pengamatan kegiatan guru selama proses kegiatan belajar mengajar
pada siklus II sama halnya pada siklus I yakni dilakukan oleh teman sejawat
yang bertindak sebagai pengamat. Adapun hasil pengamatan kegiatan guru
dapat dilihat pada Tabel 4.7berikut.
29
Pada pertemuan ini, dari 19 aspek yang diamati semuanya memperoleh
skor sangat baik dengan presentase 100%.
Dengan demikian dapat diperoleh presentase rata-rata aktivitas guru pada
siklus II adalah sebagai berikut:
i. Skor dengan kriteria sangat baik sebesar 87%,
ii. Skor dengan kriteria baik sebesar 13%
iii. Skor dengan kriteria cukup tidak ada atau 0%
iv. Skor dengan kriteria kurang tidak ada atau 0%
Data hasil pengamatan kegiatan guru dengan beberapa kriteria secara
lengkap pada siklus II.
Jumlah siswa 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
30
Dari data tabel 4.8 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase
capaian setiap aspek yang diamati seperti pada tabel 4.9 berikut atau pada
lampiran 12.
Tabel 4.9. Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus II pertemuan I
Rata-rata
Persentase Aspek yang diamati
capaian
Kriteria
aspek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
(%)
Sangat baik 61 28 28 33 44 39 56 72 72 83 67 53%
Baik 39 72 72 67 56 61 44 28 28 17 33 47%
Cukup - - - - - - - - - - - -
Kurang - - - - - - - - - - - -
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Pertemuan II
Tabel 4.10 Pengamatan kegiatan siswa pada siklus II pertemuan II
Aspek yang diamati
Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sangat baik 16 16 16 17 15 12 14 14 15 16 14
Baik 2 2 2 1 3 6 4 4 3 2 4
Cukup - - - - - - - - - - -
Kurang - - - - - - - - - - -
Jumlah
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
siswa
31
Dari tabel 4.10 diatas dapat pula dibuat persentase rata- rata capain
untuk setiap aspek,seperti yang terlihat pada tabel 4.11 berikut ini atau
dapat dilihat pada lampiran 10.
Tabel 4.11. Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus II pertemuan II
Rata-rata
Persentase aspek yang diamati
capaian
Kriteria
aspek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
(%)
Sangat baik 89 89 89 94 83 89 78 78 83 89 78 85,4
Baik 11 11 11 6 17 11 22 22 17 11 22 14,6
Cukup - - - - - - - - - - - -
Kurang - - - - - - - - - - - -
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Dari data pada tabel di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pada
siklus II pertemuan ini telah mencapai kriteria yang diharapkan, karena
rata-rata persentase capaian untuk setiap aspek yakni untuk kriteria sangat
baik sebanyak 85,4% dan untuk kriteria baik mencapai 14,6%, sedangkan
untuk kriteria cukup dan kurang tidak ada.
32
Tuntas
1 90-100 11 61 √ -
2 80-89 6 33 √ -
3 70-79 1 6 - √
4 60-69 - - - -
5 0-59 - - - -
Jumlah 40 100% 94% 6%
Dari data pada Tabel 4.12di atas dapat diketahui bahwa dari 18
orangsiswa yang mengikuti tes, terdapat 17 orang siswa yang memperoleh
nilai sama atau besar dari batasan KKM 80, sedangkan 1 orang lagi hanya
memperoleh nilai dibawah KKm 80. Tingkat ketuntasan evaluasi
pembelajaran siklus II ini berada pada angka 94% dan rata-rata kelas 92,6,
untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 12.
33
3) Manajemen waktu dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model make a match telah berjalan sesuai dengan
perencanaan pembelajaran.
4) Hasil belajar siswa telah melampauibatasan KKM yang telah ditetapkan
sebesar 80, dengan ketuntasan hasil belajar di siklus II sebesar 94% dan
rata-rata kelas 92,6.
Dengan melihat hasil refleksi pada siklus II ini, maka diperoleh
kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan, baik kegiatan guru maupun
kegiatan siswa telah sesuai dengan target yang diharapkan, oleh karena
itutindakan tidak lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya.
4.2 Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran make a match dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi Bioteknologi. Penerapan model pembelajaran ini dapat
membantu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga
berdampak pada perubahan yang positif terhadap aspek kognitif yang dapat
meningkatkan hasil belajat yang diperoleh. Adapun data persentase rata-rata
kegiatan siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel perbandigan
aktifitas siswa pada siklus I dan siklus II berikut.
34
Berdasarkan tabel 4.13 tersebut terlihat bahwa pada siklus I masih
terdapat 0,25% siswa yang kurang aktif.
Data keaktifan siswa pada siklus I dan II ini juga dapat diperhatikan
pada grafik gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa
90
Sangat baik
80
Baik
70 Cukup
60 Kurang
50
40
30
20
10
0
Pertemuan I Siklus I Pertemuan II Siklus Pertemuan I Siklus I Pertemuan II Siklus
I II
35
baik (SB), dibuktikan dengan peningkatan aktifitas siswa untuk kriteria sangat
baik (SB) pada akhir siklus II mencapai 85,4%.
Belum optimalnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan
siswa pada siklus I, berdampak pula pada penguasan materi oleh siswa yang
bersangkutan.
Tabel 4.14Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Persentase Rata-Rata Hasil Belajar Siswa (%)
Siklus I Siklus II
Rentang Nilai Ketuntasan
Jumlah Jumlah
Presentase Presentase
Capaian Capaian
90-100 - - 11 57,9 Tuntas
80-89 13 68,4 6 31,6 Tuntas
70-79 2 10,5 2 10,5 Belum Tuntas
60-69 4 21,1 - - Belum Tuntas
0-59 - - - - -
Jumlah 19 100 19 100
Rata-rata
79,3 92,6
Kelas
Data pada tabel 4.14 di atas dapat di gambarkan seperti pada grafik
peningkatan hasi belajar siswa seperti pada gambar 4.2 berikut.
36
100
90
80
70
60
50 Tuntas
40 Rata-rata Kelas
30
20
10
0
Siklus I Siklus II
37
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada
pembelajaran Bioteknologi di kelas X MIPA SMA Negeri 1 IX Koto Sungai Lasi
dengan menggunakan model pembelajaran make a match ternyata dapat
meningkatkan aktifitas belajar dan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan aktifitas belajar siswapada siklus I mencapai angka 16,65%
untuk kriteria sangat baik (SB) dan 73,99% untuk kriteria baik (B), sedangkan
pada siklus II mencapai angka 69,2% untuk kriteria sangat baik (SB) dan 30,8%
untuk kriteria baik (B).
Peningkatan aktifitas belajar siswa ini juga diimbangi dengan peningkatan
ketuntasan belajar dan nilai rata-rata kelas. Ketuntasan hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dari pra siklus 55% menjadi 72% pada siklus I dengan
nilai rata-rata kelas 79,3. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat
menjadi 94% dengan rata-rata nilai kelas 92,6.
4.2 Saran
Dari penelitian tindakan kelas yang telah penulis lakukan, terlihat adanya
peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran make a
match. Atas dasar itu penulis menyarankan kepada kita semua untuk :
1. Menggunakan model pembelajaranmake a match sebagai alternatif dalam
pokok bahasan Bioteknologi, karena mempunyai pengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar siswa.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang penggunaan model pembelajaran
make a match yang di kombinasikan dengan model atau pendekatan
pembelajaran lain dengan memperhatikan karekteristik materi yang
diajarkan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Biologi Unsur dan RadioBiologi. Bandung. PT Citra Aditya
Bakti
Anwar, Sukri. 2004. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
hidrokarbon di kelas I2 SMU Negeri 2 Gorontalo melalui pembelajaran
Kooperatif. Skripsi. Gorontalo: UNG.
Effendy.2004. Teori VESPR (Kepolaran dan Gaya Molekul). Malang: Bayu Media
Rahayu, Sri, 2009. Model Pembelajaran Make A Match Lorna Curran. Diunduh dari
http//2.bp.blogspot.com/ diunduh pada hari selasa 08/12/2014 pukul 16.45WIB.
39
Ramadhan, Tarmizi. (2008). Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”. Diakses
dari http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatifmake-a-
match/. pada tanggal 8 Desember 2014, Jam 23.00 WIB.
40