Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Berdasarkan undang-undang sistem pendidikan di Indonesia No.20 tahun
2003 pasal 1 yang berbunyi:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Tentu untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut
perlu upaya disegala aspek pendidikan, seperti peningkatan mutu sarana dan
prasarana pembelajaran, perbaikan kurikulum, sampai perbaikan kualitas tenaga
pengajar atau guru.
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa salah
satu prinsip dalam pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah
”Berpusat pada potensi, perkembangan kebutuhan dan kepentingan siswa”. Jadi
setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses
pembelajaran yang sesuai dengan tersebut adalah yang menggali potensi anak untuk
selalu kreatif dan berkembang.
Lebih jauh KTSP juga menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran Biologi salah
satunya adalah mengembangkan penguasaan konsep, prinsip serta mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri. Tujuan pembelajaran Biologi
tersebut mengandung makna bahwa pembelajaran disekolah seharusnya membuat
siswa mampu memaknai pembelajaran yang dilaksanakan, tapi kenyataannya hal
tersebut belum banyak ditemukan, pada pembelajaran Biologi banyak dari siswa
hanya dalam batas menghafal saja tanpa memahami konsep-konsep yang ada

1
sehingga kebanyakan siswa hanya berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka
pendek.
Permasalahan yang berhubungan rendahnya aktivitas siswa dalam
pembelajaran Biologi adalah terkait dengan beberapa faktor diantaranya karakteristik
materi yang terdapat pada mata pelajaran Biologi itu sendiri dimana banyak siswa
yang mengalami kesulitan terutama untuk memahami konsep-konsep fisologis yang
abstrak. Sebagai salah satu solusi yang dianggap jika maka guru diharapkan untuk
dapat menvariasikan model pembelajaran yang menarik bagi siswa sehingga siswa
dapat mencapai taraf mastery (tuntas). Hal ini tersirat pada peraturan pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 dengan ditetapkan delapan lingkup Standar
Nasional pendidikan. Pada standar proses dijelaskan bahwa satuan pendidikan
melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksaaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan demikian guru
bertanggung jawab untuk merancang dan menciptakan proses pembelajaran yang
kondusif bagi siswa.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diperoleh pengetahuan bahwa
pembelajaran Biologi bukan hanya didapatkan dari kegiatan menerima materi
pembelajaran yang sudah ada. Seharusnya dalam pembelajaran Biologi siswa harus
aktif dengan berbagai aktivitas yang dilakukannya dalam pembelajaran. Untuk
mengaktifkan siswa dalam belajar dapat dilakukan dengan melakukan percobaan,
mengamati, menganalisis dan diskusi kelompok untuk menemukan kebenaran suatu
fakta atau konsep-konsep dari materi pembelajaran yang dipelajarinya.
Kebanyakan pembelajaran Biologi yang terjadi di SMA belum sepenuhnya
sesuai dengan hakekat pembelajaran biologi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil
temuan dan observasi peneliti, ditemukan bahwa proses pembelajaran Biologi masih
berjalan satu arah. siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam belajar. Siswa lebih
dominan mendengarkan ceramah dari guru dan ditugaskan untuk mencatat ringkasan
materi pelajaran. Setelah itu siswa ditugaskan untuk menjawab pertanyaan yang ada

2
pada buku paket, LKS atau bahan ajar. Keadaan seperti ini menjadikan pembelajaran
kurang bermakna bagi siswa dan pengalaman belajar tidak terbentuk dalam diri
siswa, dan tentu saja siswa akan cepat lupa dengan materi pelajaran yang telah
dipelajarinya. Hal ini mengakibatkan sebahagian besar nilai ulangan harian dan nilai
semester siswa rendah dalam pembelajaran Biologi
Pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher centred) tentu tidak serta
merta disebabkan karena keinginan guru semata, berbagai keterbatasan yang ada di
kelas, seperti tidak adanya buku sumber yang dimiliki oleh siswa secara pribadi,
belum mampunya siswa dalam memanfaatkan buku sekolah elektronik, keterbatasan
sarana dan prasarana atau media yang bisa dimanfaatkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, menjadi beberapa faktor yang ikut mendorong guru untuk
melaksanakan pembelajaran yang bersifat satu arah ini.
Berdasarkan observasi awal penulis di kelas XII IPA 2 SMAN 1 IX Koto
Sungai Lasi, dapat kita lihat persentase aktivitas siswa pada saat proses belajar
mengajar berlangsung seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Daftar aktivitas Belajar Biologi materi Evolusi Siswa Kelas XII IPA 2
SMAN 1 IX Koto Sungai Lasi

No Aktivitas siswa Jumlah siswa Persentase


1. Memperhatikan penjelasan guru 6 32 %

2. Mencatat penjelasan guru 4 21 %

3. Mengajukan pertanyaan 3 16 %

4. Menjawab pertanyaan 2 11 %

5. Mengerjakan latihan 4 21%

Jumlah siswa 19
Sumber: Observasi Januari 2018
Berdasarkan data pada tabel 1 di atas kita bisa menyimpulkan bahwa selama
proses pembelajaran berlangsung, aktivitas yang relevan dengan pembelajaran yang

3
dilakukan oleh siswa masih rendah. Keterlibatan siswa dengan proses pembelajaran
berada di posisi sebagai objek yang diajarkan, bukan dibelajarkan hal ini karena
proses pembelajaran yang berlangsung di kelas masih terpusat pada guru (teacher
centred).
Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi adalah dengan mengembangkan metode pembelajaran yang dapat
menciptakan suasana belajar yang aktif, menyenangkan, membantu siswa memahami
materi pelajaran yang sulit, dan membantu guru mengajarkan materi yang kompleks,
adalah metode pembelajaran make a match. Penerapan metode pembelajaran ini
dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban/soal sebelum batas waktu yang ditentukan. Siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
Metode pembelajaran make - a match digunakan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi karena metode pembelajaran ini dapat memupuk kerja sama
siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan
mereka, proses pembelajaran lebih menarik dimana tampak sebagian besar siswa
lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, keaktifan siswa tampak sekali pada
saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing, dan mampu meningkatkan
hasil belajar siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Ramadhan (2008),
bahwa pembelajaran metode make - a match mampu meningkatkan hasil belajar
siswa, yaitu pada tes awal, rata-rata hasil belajar siswa mencapai 55, siklus I rata-rata
63,08, siklus II rata-rata 75,08, dan tes akhir rata-rata 80,73.
Hasil temuan lapangan yang dilakukan oleh Ramadhan telah memperkuat
hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Rahayu dkk, bahwa suasana
positif yang timbul dari pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mencintai pelajaran dan guru (Ramadhan, 2008). Berdasarkan fakta tersebut
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menerapkan metode
pembelajaran make - a match dalam mata pelajaran Biologi pada materi Bioteknologi
dengan judul “Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Biologi Melalui Penerapan

4
Model Pembelajaran Kooperatif Metode Make A Match di Kelas XII IPA 2 SMAN 1
IX Koto Sungai Lasi”

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah :
a. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar Biologi siswa kelas XII IPA 2
SMAN 1 IX Koto Sungai Lasi melalui penerapan model pembelajaran
Kooperatif Metode Make A Match?
b. Bagaimana peningkatan hasil belajar Biologi siswa kelas XII IPA 2 SMAN 1
IX Koto Sungai Lasi melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif
Metode Make A Match?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar Biologi siswa kelas XII IPA
2 SMAN 1 IX Koto Sungai Lasi melalui penerapan model pembelajaran
Kooperatif Metode Make A Match?
b. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Biologi siswa kelas XII IPA 2
SMAN 1 IX Koto Sungai Lasi melalui penerapan model pembelajaran
Kooperatif Metode Make A Match?
1.4. Manfaat Penelitain
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi guru, dapat menambah pengetahuan mengenai metode pembelajaran
Make A Match
b. Bagi siswa, diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan motivasi
belajar agar lebih giat dan aktif dalam proses pembelajaran di kelas.
c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan informasi dan pertimbangan,
khususnya yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian
ini.

5
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Belajar

6
Sudjana (1989) dalam Susilowati (2007) menyatakan bahwa belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar, dapat ditunjukan
dalam berbagaibentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek aspek
yang lainyang ada pada individu yang belajar. Dengan demikian belajar pada
dasarnya adalah perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.Perubahan
tingkah laku itu meliputi keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan,
pemahaman dan apresiasi. Sedangkan yang dimaksud dengan pengalaman
dalam proses belajar adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikhologis yang
berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap dan bersifat
konstan/menetap (Winkel, 1991) dalam (Haling, 2007).
Menurut Hamalik (2008), belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan
suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.Pengertian ini
sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan
bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan yang berlangsung
secara otomatis. Sejalan dengan perumusan tersebut, ada pula tafsiran lain
tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Tirtaharja dalam Haling (2007) menyatakan bahwa ciri-ciri belajar yaitu :
(a) perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan karena perubahan
tingkah laku karena proses kematangan. (b) perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar bukan karena perubahan kondisi fisik (c) hasil belajar bersifat
relatif menetap. Sedangkan menurut Slameto (2003) ciri-ciri belajar yaitu (a)

7
perubahan terjadi secara sadar (b) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan
fungsional (c) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif (d) perubahan
dalam belajar bukan bersifat sementara (e) perubahan dalam belajar bertujuan
dan terarah (f) perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Pada dasarnya belajar pada diri manusia, merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan serta sasaran yaitu tujuannya
mengubah tingkah laku kearah yang lebih berkualitas dan sasaranya meliputi
tingkah laku penalaran (kognitif), keterampilan (psikomorik) dan sikap (afektif)
(Haling, 2007).
Menurut Djamarah (2006) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.
a. Tujuan
Tujuan merupakan pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai
dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar
mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran.
Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.
b. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan
kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam
bidang profesinya. Guru dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang
cerdas dengan keilmuan yang dimilikinya.
c. Anak didik
Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Anak yang
menyenangi pelajaran tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang lain
adalah perilaku anak yang bermula dari sikap mereka karena minat yang
berlainan. Hal ini akan mempengaruhi kegiatan belajar anak.
d. Kegiatan pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan
anak didik, dengan bahan ajar sebagai perantaranya.Guru yang mengajar dan

8
anak didik yang belajar, maka guru adalah orang yang menciptakan
lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Gaya mengajar guru
berusaha mempengaruhi gaya belajar anak didik.
e. Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang
sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan.Biasanya bahan
pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh
anak didik. Ketika tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan
dan harus selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk
pembuatan item-item soal evaluasi.
f. Suasana evaluasi
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Besar kecilnya
jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi
suasana kelas sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan.
Satu atau dua orang pengawas perlu dihadirkan karena sikap mental anak
didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur. Pengawas mengamati semua
sikap dan gerak gerik yang dilakukan oleh anak didik selama pelaksanaan
evaluasi.

2.1.2 Pengertian Aktivitas Belajar


Aktivitas belajar tinggi ditandai dengan melakukan serangkaian kegiatan
dalam konteks belajar dengan pendekatan inkuiri yaitu menunjukkan keaktivan
dalam berdiskusi dalam kelompoknya, merumuskan hipotesis atau membuat
dugaan terhadap suatu fenomena yang menjadi topik permasalahan,
merencanakan serangkaian kegiatan untuk menguji hipotesis, melaksanakan
kegiatan praktikum untuk menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.
Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu
yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan terhadap suatu
peristiwa yang terjadi dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam

9
proses belajarnya. Siswa yang aktivitasnya rendah adalah yang melakukan
kegiatan di luar konteks belajar seperti mengobrol di luar topik yang sedang
dibahas, mengganggu temannya yang sedang bekerja, mempermainkan
peralatan praktik, mengerjakan tugas lain di luar pelajaran (Suyatna, 2009).
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Pengajaran tradisional juga
melaksanakan asas aktivitas namun aktivitas tersebut bersifat semu (aktivitas
semu). Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun
lebih menitikberatkan pada asas aktivitas sejati. Siswa belajar sambil bekerja,
sehingga mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek
tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk
hidup di masyarakat (Hamalik, 2008). Aktivitas siswa pada pembelajaran dapat
berupa mendengarkan atau memperhatikan guru, berada dalam kelompok,
membaca buku siswa dan lembar kerja siswa (LKS), mengerjakan LKS,
mengajukan pertanyaan, menjawab atau menanggapi pertanyaan,
menyampaikan ide atau pendapat, mendengarkan dengan aktif, mengerjakan
tugas atau rangkuman dari materi yang dipelajari (Sridesy, 2010).Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
adalah kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Indikator peningkatan
aktivitas belajar siswa ditandai dengan berkurangnya dominansi guru dalam
proses pembelajaran dan jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran
meningkat.

2.1.3 Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah Ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-
tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar, selanjutnya dari informasi tersebut,

10
guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik
untuk keseluruhan kelas maupun individu (Hosim, 2010).
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Munawar (2009) menyatakan
bahwa hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran
yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Hasil
belajar ditinjau dari sisi siswa, merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar, sedangkan hasil belajar
ditinjau dari sisi guru, merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Munawar (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah sebagai berikut.
a. Faktor internal
1) Faktor Biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama adalah kondisi
fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan
sampai sesudah lahir.Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi
keadaan otak, panca indera, dan anggota tubuh.Kedua, kondisi
kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menjaga kesehatan fisik antara lain, makan makanan
yang sehat dan bergizi, banyak minum air putih, olahraga secara teratur,
dan cukup tidur.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental
seseorang.Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar
adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.Faktor psikologis ini
meliputi hal-hal berikut, pertama adalah intelegensi.Intelegensi atau
tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan.Kemauan dapat

11
dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang.Ketiga,
bakat.Bakat bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam
suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya
kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
b. Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga juga merupakan lingkungan
pertama dan utama yang menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua
terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya akan
mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
2) Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan
belajar para siswa di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu
sekolah, dan tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan
konsisten.
3) Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat
yang dapat menunjang keberhasilan belajar.Lingkungan yang dapat
menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga
pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, dan
pengajian remaja.
2.1.4 Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan bukan hanya menetes sebuah perlakuan tetapi terlebih
dahulu peneliti sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya suatu perlakuan
dan dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba secara langsung menerapkan
perlakuan. Model yang dapat diterapkan secara langsung dalam penelitian

12
tindakan kelas yang paling dikenal adalah model yang dikemukan oleh Kemmis
dan Mc Taggart yaitu model PTK yang menggambarkan empat langkah yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Keempat langkah
merupakan satu siklus atau putaran yang artinya sesudah langkha refleksi
kembali ke langka pertama yaitu perencanaan demikian seterusnya (Arikunto,
2006)
Menurut Arikunto (2006), penelitian tindakan kelas terdiri atas tiga kata
yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut.
a. Penelitian, yaitu kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
untuk meningkatakan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
b. Tindakan, yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas, yaitu sekelompok siswa yang dalam kurun waktu yang sama menerima
pelajaran yan sama dari seorang guru. Kelas bukan wujud ruangan tetapi
sekelompok siswa yang sedang belajar.
Berdasarkan penggabungan batasan pengertian tiga kata tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi di dalam sebuah kelas.
Penelitian tindakan kelas sebetulnya tidak sulit karena guru tinggal melakukan
dengan sengaja dan diamati hasilnya dengan seksama.Penelitian tindakan kelas
ini dilakukan misalnya untuk meningkatkan efektivitas metode mengajar,
pemberian tugas kepada siswa, dan penilaian (Arikunto, 2006).
Adapun tahapan yang dilaksanakan dalam PTK ada 4, sebagaimana
dikemukakan oleh Arikunto (2006), antara lain sebagai berikut.
a. Tahap I: menyususn rancangan tindakan yang dikenal dengan perencanaan.
b. Tahap II: pelaksanaan tindakan
c. Tahap III: pengamatan, dan

13
d. Tahap IV: refleksi atau pantul

2.1.5 Metode Pembelajaran Make a Match


Salah satu dari ragam metode pembelajaran yang dapat diterapkan
dalam kegiatan belajar mengajar adalah make - a match. Menurut Ramadhan
(2008), teknik pembelajaran metode make - a match atau mencari pasangan
dikembangkan oleh Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan make - a match
adalah sebagai berikut.
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban,
b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban,
c. Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang,
d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan Bioteknologi konvensional
akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan dilakukan secara
tradisional, mudah dan skala kecil seperti pada kartu pasangannya.
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin,
f. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
g. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang
kartu yang cocok, dan
h. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran.
Pembelajaran metode make - a match memberikan manfaat bagi siswa,
diantaranya mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan,

14
materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, mampu
meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara
klasikal 87,50% (Ramadhan, 2008).
Menurut Ramadhan (2008) pada saat guru menyiapkan beberapa kartu
yang berisi konsep/topik tentang mencari pikiran utama dan pikiran penjelas
dalam wacana untuk sesi review (satu siswa berupa kartu soal dan sisi
sebaliknya berupa kartu jawaban). Setelah guru memrintahkan siswa untuk
mengambil kartu tampak sebagian besar siswa bersemangat dan termotivasi
untuk menarik satu kartu soal.Setelah siswa mendapatkan kartu soal masing-
masing tampak memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
Kelompok dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk mencari
pasangan dan mencocokan dengan kartu (kartu soal dan kartu jawaban)yang
dimilikinya. Disinilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa
di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. Guru
membimbingsiswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang
sudah dicocokkan oleh siswa.
Rahayu (2009) menyatakan bahwa metode pembelajaran Make A Match
dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Make A Match dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan sehingga
siswa tidak akan merasa bosan selama pembelajaran dan materi yang sulit
menjadi terasa mudah untuk dipelajari.

2.2 Hipotesis Tindakan


Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam dua siklus, setiap siklus
dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui dua siklus tersebut diamati
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut:

15
Dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif metode Make A Match dapat
meningkatkan aktivitas belajar Biologi siswa kelas XII IPA 2 SMAN 1 IX Koto
Sungai Lasi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

16
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tahapan
pelaksanaan meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan 2
kali pertemuan.

3.2 Subjek Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 IX Koto Sungai Lasi. Subjek
penelitian adalah siswa kelas XII IPA 2 pada semester genap tahun pelajaran
2017/2018. Jumlah siswa sebanyak 19 orang, yang terdiri dari 12 orang siswa
laki-laki dan 7 orang siswa perempuan.

3.3 Faktor Yang Diselidiki


Faktor yang diselidiki adalah aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XII
IPA 2 SMAN 1 IX Koto Sungai Lasi tahun pelajaran 2017/2018 pada materi
Bioteknologi. Pengertian dari setiap faktor yang diselidiki adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas belajar Biologi adalah kegiatan siswa selama proses pembelajaran.
Aktivitas siswa dapat diketahui dengan menggunakan lembar observasi yang
diisi oleh observer selama pelaksanaan tindakan.
b. Hasil belajar Biologi adalah nilai yang diperoleh siswa kelas XII IPA 2 SMAN
1 IX Koto Sungai Lasi tahun pelajaran 2017/2018 pada materi Bioteknologi
dalam bentuk tes tertulis yang menunjukkan tingkat pemahaman dan
penguasaan materi.

3.4 Posedur Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus. Setiap
siklus terdiri atas 2 kali pertemuan (4 x 45 menit). Perubahan tindakan dilakukan

17
pada setiap siklus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.Pelaksanaan penelitian
untuk kedua siklus adalah sebagai berikut.
a. Siklus I dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan, sebanyak 4 jam pelajaran (4
x 45 menit) pada tanggal 13 Februari 2018 dan 14 Februari 2018.
b. Siklus II dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan, sebanyak 4 jam pelajaran (4 x
45 menit) pada tanggal 20 Februari 2018 dan 21 Februari 2018.
Prosedur penelitian meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
dan refleksi. Tahap-tahap pelaksanaan pada siklus I dan II adalah sebagai berikut:

Siklus I
Pada siklus pertama dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 45
menit. Prosedur pelaksanaan tindakan pada siklus ini adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan
Melakukan observasi awal di kelas XI IPA SMA Negeri 1 IX Koto Sungai
Lasi melalui pengamatan proses pembelajaran Biologi dan wawancara dengan
siswa dan guru yang terlibat. Hasil observasi antara lain, guru masih dominan
menggunakan metode ceramah terbimbing sehingga dalam kegiatan
pembelajaran Biologi, guru yang aktif sedangkan siswa pasif. Hal ini
mengakibatkan, proses belajar mengajar cenderung monoton dan pengetahuan
yang didapat oleh siswa berasal dari guru bukan dibangun sendiri secara
bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa siswa, diketahui bahwa sikap siswa terhadap
pelajaran Biologi rendah, dimana siswa malas mengikuti pelajaran karena
pelajaran Biologi banyak teori dan bahasa latin jadi susah untuk
memamahaminya. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa menunjukkan bahwa
kurang dari 50% siswa yang dapat mencapai standar kelulusan minimal.
Disamping itu hasil belajar evolusi siswa juga disebabkan materi yang
dipelajari bersifat hafalan dan topik kurang menarik sehingga siswa merasa
kesulitan memahami materi. Temuan ini merupakan bahan refleksi untuk

18
melakukan siklus I dengan cara membuat perencanaan tindakan siklus I,
antara lain sebagai berikut.
a) Berdiskusi dengan guru mata pelajaran Biologi lainnya SMA Negeri 1 IX
Koto Sungai Lasi mengenai cara mengatasi masalah yang terjadi di kelas
yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran Make A Match, kemudian
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagaimana terlihat
pada lampiran 1.
b) Merancang kartu soal dan jawaban yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yang ada pada lampiran 2 dengan pembelajaran kooperatif
metode Make A Match
c) Merancang instrumen penelitian yang meliputi tes hasil belajar siklus I
dan II, pada lampiran 3 dan 4 dan lembar observasi aktivitas belajar siswa
pada lampiran 5

2) Pelaksanaan tindakan
Tahap ini meliputi pelaksaaan proses pembelajaran dengan menerapkan
metode pembelajaran Make A Match yang dilakukan berdasarkan RPP bisa di
lihat di lampiran satu yang telah dibuat disertai dengan perangkat
pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya, yaitu kartu soal dan jawaban,
dan instrumen penelitian, yaitu tes hasil belajar siklus I dan II yang telah
divalidasi dengan validasi ahli, lembar observasi aktivitas belajar siswa.
Pelaksanaan tindakan pada siklus satu ini dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan, antara lain sebagai berikut.

a) Pertemuan I Siklus I
Topik materi yang dipelajari pada pertemuan I adalah Konsep dan Prinsip
dasar bioteknologi, Jenis-jenis Bioteknologi. Langkah-langkah dalam
pelaksanaan tindakan pada pertemuan I tersusun dalam RPP pertemuan I

19
siklus I. Langkah-langkah pembelajaran disusun dengan menggunakan
model pembelajaran make a match dengan menggunakan 9 pasang kartu.

b) Pertemuan II Siklus I
Materi yang dipelajari pertemuan II adalah Bioteknologi
Konventional (Fermentasi) sesuai dengan skenario pembelajaran yang
tersusun pada RPP pertemuan II siklus I. Langkah-langkah pembelajaran
disusun dengan menggunakan model pembelajaran make a match dengan
menggunakan 9 pasang kartu.
3) Observasi dan evaluasi
Tahap observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan observasi dilakukan oleh seorang observer yaitu guru mata
pelajaran matematika dengan cara mengisi lembar observasi. Hal-hal yang
terdapat pada lembar observasi meliputi: a. Aktif mencari pasangan; b. Aktif
dalam mencocokkan kartu; c. Aktif berdiskusi dengan teman untuk
memperoleh soal/jawaban dari kartu yang dipegang; d. Dapat mencocokkan
kartu dengan benar dan tepat waktu; e. Aktif bertanya dalam kegiatan diskusi;
f. Aktif menjawab pertanyaan dalam kegiatan diskusi; g. Aktif membuat
kesimpulan atau resume. Kegiatan akhir dari tindakan siklus 1 adalah
melaksanakan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa.
4) Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus.Hasil yang diperoleh pada tahap
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis.Hasil analisis siklus pertama
inilah yang dijadikan acuan penulis untuk merencanakan siklus kedua. Hal-hal
yang belum berhasil ditindak lanjuti, sedangkan yang sudah baik
dipertahankan atau ditingkatkan, sehingga hasil yang dicapai pada siklus
berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan hendaknya lebih baik dari
siklus sebelumnya.

20
Siklus II
Pada tahap ini dirumuskan perencanaan siklus II yang sama dengan
perencanaan siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan sesuai dengan
kekurangan yang ditemukan pada siklus I. Pada siklus II ini juga dilaksanakan
sebanyak 2 kali pertemuan. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya antara lain :
1) Perencanaan
Pada tahap ini guru melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran
yang serumpun dengan Biologi, kemudian menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) tentang Bioteknologi Modren (rekayasa genetika)
dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match. (dapat dilihat
pada lampiran 1 dan lampiran 2). Setelah itu guru membuat lembar observasi
untuk melihat keaktifan siswa selama tindakan berlangsung, dan yang
terakhir adalah membuat tes hasil belajar siklus. (dapat dilihat pada lampiran
6).
2) Pelaksanaan tindakan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya adalah
mengulang langkah-langkah pada siklus I dan menambahkan tindakan
perbaikan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I. Tahapan kegiatan
pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan I dan II siklus II ini sesuai
dengan rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) tentang dampak bioteknologi
bagi salingtemas yang telah disusun dengan menggunakan model
pembelajaran make a match.
3) Observasi
Pada dasarnya tahap observasi pada siklus dua ini sama dengan
observasi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Peneliti mencatat semua
temuan dengan perubahan yang terjadi pada siswa serta melaksanakan
evaluasi hasil belajar siswa pada akhir tindakan siklus II.
4) Refleksi

21
Refleksi dilakukan pada akhir siklus.Hasil yang diperoleh pada tahap
observasi dikumpulkan kemudian dianalisis.Hasil analisis siklus kedua ini
yang dijadikan acuan penulis untuk menyimpulkan hasil dari tindakan
perbaikan pembelajaran siklus kedua.

3.5 Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran dianalisis dengan
menggunakan penafsiran acuan patokan (PAP) menurut Purwanto (1991) dapat
dilihat dalam tabel 4:
Tabel 3.1 PenafsiranAcuan Patokan (PAP)
Tingkat penguasaan Predikat
85-100% Sangat baik
70-84% Baik
50-69% Cukup
0-49% Kurang
0-39% Kurang sekali

Penafsiran di atas digunakan untuk menetapkan tingkat penguasaan


masing-masing siswa pada materi yang diajarkan.Adapun rumus yang digunakan
dalam menetapkan daya serap perorangan dan daya serap klasikal menurut
Budinuryanta (1997) Eka (2009) adalah sebagai berikut:
skor yang di capai siswa
a. Daya serap perorangan = x 100%
Skor Total
skor capaian total seluruh siswa
b. Daya serap klasikal ¿ x 100%
skor maksimum soal semua siswa

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

22
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Proses Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu pada proses
pembelajaran lebih difokuskan pada materi Bioteknologi dengan menerapkan
model pembelajaran make a match. Pengambilan data kegiatan guru dan
kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan oleh
peneliti dan teman sejawat sebagai pengamat melalui lembar observasi yang
telah disiapkan. Hasil pengamatan ini merupakan presentase kegiatan guru dan
kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
4.1.2 Deskripsi Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Siklus I
a) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru
Pelaksanaan pengamatan kegiatan guru dilakukan dengan
menggunakan lembar pengamatan yang telah dipersiapkan. Lembar
pengamatan terdiri atas 11 aspek dengan kriteria baik sekali (BS) dengan
bobot 4, baik (B) bobot 3, cukup (C) bobot 2, kurang (K) bobot. Data hasil
pengamatan kegiatan guru pada siklus I seperti ditunjukan pada Tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1.Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I
Pertemuan I Pertemuan II
No Kriteria Aspek yang diamati Aspek yang diamati
A B C JLH % A B C JLH %
1 Sangat baik 2 2 - 4 21,1 4 3 - 7 37
2 Baik 2 5 3 10 52,6 1 7 3 11 58
3 Cukup - 5 - 5 26,3 - 1 - 1 5
4 Kurang baik - - - - - - - - - -
Jumlah 19 100 19 100

23
Keterangan tabel :
A. Perangkat kegiatan belajar mengajar
B. Pelaksanaan pembelajaran dikelas
C. Penutup

Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa kegiatan
guru pada siklus I pertemuan I, dari 19 aspek yang diamati, diperoleh 21,1%
Kriteria baik sekali (BS), dan 52,6% Kriteria baik dan 26,3% Kriteria
cukup. Sedangkan pada pertemuan ke-2 diperoleh 37% Kriteria baik sekali
(BS), dan 58% Kriteria baik (B) dan 5% kriteria cukup. Berdasarkan data
yang diperoleh dari setiap pertemuan, maka diperoleh persentase rata-rata
aktifitas guru pada siklus I untuk kriteria sangat baik (SB) sebesar 31,5%,
kriteria baik (B) sebesar 55,5% dan kriteria cukup (C) mencapai 13% data
yang jelas dapat di lihat pada lampiran 3 dan4.

b) Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa


Pengamatan kegiatan siswa pada siklus pertemuan I dan II yang
berjumlah 19 orang dilakukan oleh pengamat dalam proses belajar mengajar
dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa yang terdiri dari 11
aspek yang diamati dapat disajikan dalam tabel 6 dan 7 berikut.
 Pertemuan I
Tabel 4.2Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan I
Kriteria Aspek yang diamati
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sangat Baik 1 2 1 6 1 6 - - - 6 -
Baik 11 14 12 11 16 11 13 12 15 11 18
Cukup 6 3 6 2 2 2 6 7 4 2 -
Kurang 1 - - - - - - - - - -
Jumlah 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19

24
Dari data tabel 4.2 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase
capaian setiap aspek yang diamati seperti pada tabel 4.3 berikut,data-data
diatas tersebut dapat dilihat pada lampiran 7.
Tabel 4.3.Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus I pertemuan I
Rata-rata
Persentase aspek yang diamati
capaian
Kriteria
aspek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
(%)
Sangat
6 11 6 33 6 33 - - - 33 - 11,65
baik
Baik 61 78 67 61 88 61 72 67 83 61 100 72,65
Cukup 27 11 27 6 6 6 28 33 17 6 - 15,2
kurang 6 - - - - - - - - - - 0,5

Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Dengan melihat data-data diatas,maka dapat dilihat bahwa pada siklus


I pertemuan I rata-rata persentase capaian setiap aspek untuk kriteria sangat
baik (SB) yaitu 11,65%, kriteria baik (B) sebanyak 72,65%, kriteria cukup
(C) mencapai 15,2% dan untuk kriteria kurang sebanyak 0,5%.

 Pertemuan II
Tabel 4.4 Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan II
Aspek yang diamati
Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sangat Baik 4 5 5 6 1 7 4 3 - 8 -
Baik 12 13 13 12 16 11 14 15 15 10 18
Cukup 3 1 1 1 2 1 1 1 4 1 1
Kurang - - - - - - - - - - -

25
Jumlah 19 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18

Dari data tabel 4.4 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase
capaian setiap aspek yang diamati seperti pada tabel 4.5 berikut dan untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8.

Tabel 4.5 Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus I pertemuan II


Rata-rata
Persentase aspek yang diamati
capaian
Kriteria
aspek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
(%)
Sangat
22 28 28 33 5,5 39 22 16,7 - 44 - 21,65
baik
Baik 67 72 72 67 89 61 78 83,3 83,3 56 100 75,33
Cukup 11 - - - 5,5 - - - 16,7 - - 3,02
Kurang - - - - - - - - - - - 0
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100,00

Berdasarkan data pada tabel 4.5 di atas,dapat dilihat bahwa pada siklus
I pertemuan II dapat dihitung persentase rata-rata capaian aspek untuk
kriteria sangat baik (SB) yaitu 21,65%, kriteria baik (B) sebanyak 75,33%,
kriteria cukup (C) mencapai 3,02%.
Berdasarkan data-data pada Tabel 4.4 dan 4.5 di atas, maka dapat
diketahui bahwa dari 18 jumlah siswa, hasil pengamatan kegiatan siswa
menunjukan kecenderungan siswa dalam setiap pertemuan mengalami
kenaikan partisipasi dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.
Kecenderungan kenaikan partisipasi siswa dapat dijelaskan dengan
melihat perbandingan partisipasi siswa pada pertemuan I dan pertemuan II,
dari hasil pengamatan rata-rata aktivitas siswa dari setiap pertemuan

26
cenderung meningkat. Indikasi ini dapat dilihat dengan semakin
mengurangnya jumlah persentase siswa yang memperolah kriteria kurang,
cukup dan baik menuju ke kri3teria yang lebih baik.

c) Hasil Belajar Siswa Siklus I


Keberhasilan tindakan yang dilaksanakan dalam hal ini adalah
penguasaan siswa pada materi Bioteknologi dapat diketahui dengan
mengadakan evaluasi atau penilaian tes berbentuk objektif dan essay.Tes
tersebut terdiri dari 12 butir soal dengan 8 butir berbentuk objektif dan 4 soal
berbentuk essay. Masing-masing soal mempunyai bobot yang berbeda-beda
kecuali pada soal yang berbentuk objektif dengan skor 1 setiap soal dengan
jumlah skor keseluruhan total 100. Hasil belajar siswa siklus I seperti
ditunjukkan pada Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I
Ketuntasan
Persentase
No Rentang Nilai Jumlah Capaian Belum
(%) Tuntas
Tuntas
1 90-100 - - - -
2 80-89 13 72 √ -
3 70-79 1 6 - √
4 60-69 4 22 - √
5 0-59 - - - -
Jumlah 40 100% 72% 28%

Berdasarkan data pada Tabel 4.6 di atas, dapat dijelaskan bahwa dari 18
orang siswa yang mengikuti tes, 13 orang siswa mendapat nilai diatas KKM 80
sedangkan 5 orang siswa mendapat nilai dibawah 80. Tingkat ketuntasan
belajar pada siklus I ini mengalami kenaikan menjadi 72% dengan rata-rata
kelas 79,3. Nilai evaluasi hasil belajar siklus Idapat dilihat pada lampiran 11.

27
Masih rendahnya hasil evaluasi ini disebabkan karena siswa belum terbiasa
dengan pembelajaran menggunakan model make a match.
Jika dibandingkan dengan hasil observasi pada tahun sebelumnya (tahun
pelajaran 2013/2014) untuk materi Bioteknologi adalah tingkat ketuntasan
siswa baru mencapai angka sebesar 55% maka hasil belajar siswasudah
mengalami sedikit peningkatan. Hal ini bisa terjadi dikarenakan siswa belum
terbiasa dengan model pembelajaran make a match yang dilakukan.

4.1.3 Refleksi Hasil belajar Siklus I


Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I, maka
dilanjutkan dengan melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.Berdasarkan
hasil refleksi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tindakan yang telah
dilakukan pada siklus I belum terlaksana sebagaimana yang
diharapkan.Sehingga harus dilanjutkan pada siklus selanjutnya yaitu siklus II.

4.1.4 Deskripsi Tindakan Siklus II


Tindakan siklus II merupakan suatu tindakan perbaikan terhadap
pelaksanaan siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka untuk
membuat perencanaan perbaikan pada aspek-aspek kegiatan proses
pembelajaran yang belum terlaksana dengan baik pada siklus I, baik
menyangkut kegiatan guru maupun kegiatan siswa. Aspek-aspek kegiatan yang
direncanakan meliputi hal-hal berikut:
1) Mempertajam tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan memberikan
penekanan-penekanan konsep penting.
2) Melakukan bimbingan secara langsung kepada semua kelompok.
3) Memotivasi siswa yang hasil belajarnya masih rendah.
4) Memberikan pengawasan dengan mengendalikan aktivitas siswa selama
kegiatan KBM berlangsung.

28
a) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru
Pengamatan kegiatan guru selama proses kegiatan belajar mengajar
pada siklus II sama halnya pada siklus I yakni dilakukan oleh teman sejawat
yang bertindak sebagai pengamat. Adapun hasil pengamatan kegiatan guru
dapat dilihat pada Tabel 4.7berikut.

Tabel 4.7Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus II


Pertemuan I Pertemuan II
NO Kriteria Aspek yang diamati Aspek yang diamati
A B C JLH % A B C JLH %
1 Sangat Baik 4 7 3 14 74 5 11 3 19 100
2 Baik 1 4 - 5 26 - - - - -
3 Cukup - - - - - - - - - -
4 Kurang - - - - - - - - - -
Jumlah 19 100 19 100

Dengan melihat hasil pengamatan kegiatan guru siklus II di atas, dapat


diketahui bahwa hasil pengamatan kegiatan guru baik pada pertemuan
pertama maupun pertemuan kedua telah mencapai kriteria yang diharapkan,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6.Adapun penjelasan
capaian aktivitas guru pada siklus dua adalah sebagai berikut.
1) Pertemuan I
Pada pertemuan I, dari 19 aspek yang diamati dapat dilihat bahwa 14
aspek memperoleh skor sangat baik dengan persentase 74% dan 5 aspek
memperoleh skor baik dengan persentase 26% sedangkan untuk kriteria
cukup tidak ada.
2) Pertemuan II

29
Pada pertemuan ini, dari 19 aspek yang diamati semuanya memperoleh
skor sangat baik dengan presentase 100%.
Dengan demikian dapat diperoleh presentase rata-rata aktivitas guru pada
siklus II adalah sebagai berikut:
i. Skor dengan kriteria sangat baik sebesar 87%,
ii. Skor dengan kriteria baik sebesar 13%
iii. Skor dengan kriteria cukup tidak ada atau 0%
iv. Skor dengan kriteria kurang tidak ada atau 0%
Data hasil pengamatan kegiatan guru dengan beberapa kriteria secara
lengkap pada siklus II.

b) Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa


Pengamatan kegiatan siswa pada siklus II sebagai siklus lanjutan
dilakukan oleh seorang guru mitra yang bertindak sebagai pengamat.Selama
dalam kegiatan belajar-mengajar guru mitra sebagai pengamaat bertindak
mengamati seluruh kegiatan siswa dengan mengacu kepada lembar observasi
yang telah disediakan. Data perolahan hasil kegiatan siswa pada siklus II
adalah sebagai berikut:
 Pertemuan I
Tabel 4.8 Pengamatan kegiatan siswa siklus II pertemuan I
Aspek yang diamati
Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sangat baik 11 5 5 6 8 7 10 13 13 15 12
Baik 7 13 13 12 10 11 8 5 5 3 6
Cukup - - - - - - - - - - -
Kurang - - - - - - - - - - -

Jumlah siswa 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18

30
Dari data tabel 4.8 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase
capaian setiap aspek yang diamati seperti pada tabel 4.9 berikut atau pada
lampiran 12.
Tabel 4.9. Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus II pertemuan I
Rata-rata
Persentase Aspek yang diamati
capaian
Kriteria
aspek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
(%)
Sangat baik 61 28 28 33 44 39 56 72 72 83 67 53%
Baik 39 72 72 67 56 61 44 28 28 17 33 47%
Cukup - - - - - - - - - - - -
Kurang - - - - - - - - - - - -
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Dengan melihat data-data diatas,maka dapat disimpulkan bahwa pada


siklus II pertemuan I rata-rata persentase capaian setiap aspek untuk
kriteria sangat baik yaitu 53%, dan kriteria baik sebanyak 47%. Sedangkan
untuk kriteria cukup dan kurang tidak ada.

 Pertemuan II
Tabel 4.10 Pengamatan kegiatan siswa pada siklus II pertemuan II
Aspek yang diamati
Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sangat baik 16 16 16 17 15 12 14 14 15 16 14
Baik 2 2 2 1 3 6 4 4 3 2 4
Cukup - - - - - - - - - - -
Kurang - - - - - - - - - - -
Jumlah
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
siswa

31
Dari tabel 4.10 diatas dapat pula dibuat persentase rata- rata capain
untuk setiap aspek,seperti yang terlihat pada tabel 4.11 berikut ini atau
dapat dilihat pada lampiran 10.
Tabel 4.11. Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus II pertemuan II
Rata-rata
Persentase aspek yang diamati
capaian
Kriteria
aspek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
(%)
Sangat baik 89 89 89 94 83 89 78 78 83 89 78 85,4
Baik 11 11 11 6 17 11 22 22 17 11 22 14,6
Cukup - - - - - - - - - - - -
Kurang - - - - - - - - - - - -
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Dari data pada tabel di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pada
siklus II pertemuan ini telah mencapai kriteria yang diharapkan, karena
rata-rata persentase capaian untuk setiap aspek yakni untuk kriteria sangat
baik sebanyak 85,4% dan untuk kriteria baik mencapai 14,6%, sedangkan
untuk kriteria cukup dan kurang tidak ada.

c) Hasil Belajar Siswa Siklus II


Setelah diberi tindakan pada siklus II, maka diadakan evaluasi dalam
bentuk tes yang berbentuk objektif dan essay. Jumlah soal seluruhnya terdiri
atas 14 butir dengan 10 soal berbentuk objektif dan 4 soal berbentuk essay,
dengan masing-masing memiliki skor yang berbeda kecuali pada soal objektif
dengan skor 1. Data hasil belajar siswa siklus II seperti ditunjukkan pada
Tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.12Hasil Belajar Siswa Siklus II
Persentase Ketuntasan
No Rentang Nilai Jumlah Capaian
(%) Tuntas Belum

32
Tuntas
1 90-100 11 61 √ -
2 80-89 6 33 √ -
3 70-79 1 6 - √
4 60-69 - - - -
5 0-59 - - - -
Jumlah 40 100% 94% 6%

Dari data pada Tabel 4.12di atas dapat diketahui bahwa dari 18
orangsiswa yang mengikuti tes, terdapat 17 orang siswa yang memperoleh
nilai sama atau besar dari batasan KKM 80, sedangkan 1 orang lagi hanya
memperoleh nilai dibawah KKm 80. Tingkat ketuntasan evaluasi
pembelajaran siklus II ini berada pada angka 94% dan rata-rata kelas 92,6,
untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 12.

4.1.5 Refleksi Tindakan Siklus II


Dengan melihat gambaran hasil tindakan pembelajaran yang dilakukan
pada siklus II maka diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengamatan kegiatan
guru dan hasil pengamatan kegiatan siswa sudah mencapai kriteria yang
diharapkan.Namun demikian untuk mendapatkan gambaran tentang tindakan
yang dilaksanakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa perlu dilakukan
refleksi terhadap tindakan pada siklus II.
Hasil refleksi pada siklus II adalah sebagai berikut:
1) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung telah terjadi umpan balik
yang baik dari siswa.
2) Proses bimbingan secara langsung telah memberikan pemahaman yang
utuh dan memotivasi siswa dalam mengerjakan LKS serta
mempresentasikan hasil kerja kelompok.

33
3) Manajemen waktu dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model make a match telah berjalan sesuai dengan
perencanaan pembelajaran.
4) Hasil belajar siswa telah melampauibatasan KKM yang telah ditetapkan
sebesar 80, dengan ketuntasan hasil belajar di siklus II sebesar 94% dan
rata-rata kelas 92,6.
Dengan melihat hasil refleksi pada siklus II ini, maka diperoleh
kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan, baik kegiatan guru maupun
kegiatan siswa telah sesuai dengan target yang diharapkan, oleh karena
itutindakan tidak lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya.
4.2 Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran make a match dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi Bioteknologi. Penerapan model pembelajaran ini dapat
membantu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga
berdampak pada perubahan yang positif terhadap aspek kognitif yang dapat
meningkatkan hasil belajat yang diperoleh. Adapun data persentase rata-rata
kegiatan siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel perbandigan
aktifitas siswa pada siklus I dan siklus II berikut.

Tabel 4.13. Persentase rata-rata aktifitas siswa pada siklus I dan II


Persentase rata-rata aktifitas siswa (%)
Siklus I Siklus II
Kriteria
Rata- Rata-
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan I Pertemuan II
rata rata
Sangat baik 11,65 21,65 16,65 53,00 85,4 69,2
Baik 72,65 75,33 73,99 47,00 14,6 30,8
Cukup 15,20 3,02 9,11 - - -
Kurang 0,50 - 0,25 - - -
Jumlah 100 100 100 100 100 100

34
Berdasarkan tabel 4.13 tersebut terlihat bahwa pada siklus I masih
terdapat 0,25% siswa yang kurang aktif.
Data keaktifan siswa pada siklus I dan II ini juga dapat diperhatikan
pada grafik gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa
90
Sangat baik
80
Baik
70 Cukup
60 Kurang
50
40
30
20
10
0
Pertemuan I Siklus I Pertemuan II Siklus Pertemuan I Siklus I Pertemuan II Siklus
I II

Dari gambar terlihat adanya peningkatan aktifitas belajar siswa dengan


menggunakan model pembelajaran make a match. Pada awalnya di siklus I
siswa masih kurang beraktifitas, umumnya aktifitas siswa berada pada kriteria
baik (B), sedikit yang sangat baik (SB) dan masih ada yang enggan beraktifitas
(kriteria C dan K). Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya guru dalam
menerapkan model pembelajaran sehingga masih ada siswa yang kurang aktif
ketika proses pembelajaran berlangsung dan kurang berpartisipasi baik dalam
diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Selain itu juga diduga disebabkan
karena siswa belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran make a match
yang diterapkan oleh guru.Tetapi pada siklus II terjadi peningkatan aktifitas
siswa yang luar biasa, dimana hampir seluruh siswa mempunyai aktifitas sangat

35
baik (SB), dibuktikan dengan peningkatan aktifitas siswa untuk kriteria sangat
baik (SB) pada akhir siklus II mencapai 85,4%.
Belum optimalnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan
siswa pada siklus I, berdampak pula pada penguasan materi oleh siswa yang
bersangkutan.
Tabel 4.14Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Persentase Rata-Rata Hasil Belajar Siswa (%)
Siklus I Siklus II
Rentang Nilai Ketuntasan
Jumlah Jumlah
Presentase Presentase
Capaian Capaian
90-100 - - 11 57,9 Tuntas
80-89 13 68,4 6 31,6 Tuntas
70-79 2 10,5 2 10,5 Belum Tuntas
60-69 4 21,1 - - Belum Tuntas
0-59 - - - - -
Jumlah 19 100 19 100
Rata-rata
79,3 92,6
Kelas

Data pada tabel 4.14 di atas dapat di gambarkan seperti pada grafik
peningkatan hasi belajar siswa seperti pada gambar 4.2 berikut.

36
100
90
80
70
60
50 Tuntas
40 Rata-rata Kelas

30
20
10
0
Siklus I Siklus II

Gambar 4.2 Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa


Dengan mengamati Tabel 4.14dan gambar 4.2 di atas, dapat dilihat
bahwa peningkatan ketuntasan belajar siswa sebanding dengan peningkatan
nilai rata-rata kelas siswa.Pada siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai
angka 72% dan nilai rata-rata kelas 79,3. Selanjutnya pada siklus II dapat
dilihat terjadinya peningkatan ketuntasan belajar siswa mencapai angka 94%
dengan rata-rata kelas 92,6. Peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa
disebabkan karena penggunaan model pembelajaran make a match dalam
pembelajaran Bioteknologi.

37
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada
pembelajaran Bioteknologi di kelas X MIPA SMA Negeri 1 IX Koto Sungai Lasi
dengan menggunakan model pembelajaran make a match ternyata dapat
meningkatkan aktifitas belajar dan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan aktifitas belajar siswapada siklus I mencapai angka 16,65%
untuk kriteria sangat baik (SB) dan 73,99% untuk kriteria baik (B), sedangkan
pada siklus II mencapai angka 69,2% untuk kriteria sangat baik (SB) dan 30,8%
untuk kriteria baik (B).
Peningkatan aktifitas belajar siswa ini juga diimbangi dengan peningkatan
ketuntasan belajar dan nilai rata-rata kelas. Ketuntasan hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dari pra siklus 55% menjadi 72% pada siklus I dengan
nilai rata-rata kelas 79,3. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat
menjadi 94% dengan rata-rata nilai kelas 92,6.

4.2 Saran
Dari penelitian tindakan kelas yang telah penulis lakukan, terlihat adanya
peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran make a
match. Atas dasar itu penulis menyarankan kepada kita semua untuk :
1. Menggunakan model pembelajaranmake a match sebagai alternatif dalam
pokok bahasan Bioteknologi, karena mempunyai pengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar siswa.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang penggunaan model pembelajaran
make a match yang di kombinasikan dengan model atau pendekatan
pembelajaran lain dengan memperhatikan karekteristik materi yang
diajarkan.

38
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Biologi Unsur dan RadioBiologi. Bandung. PT Citra Aditya
Bakti

Anwar, Sukri. 2004. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
hidrokarbon di kelas I2 SMU Negeri 2 Gorontalo melalui pembelajaran
Kooperatif. Skripsi. Gorontalo: UNG.

Effendy.2004. Teori VESPR (Kepolaran dan Gaya Molekul). Malang: Bayu Media

Fathurrohman.2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penannaman Konsep


Umum dan Konsep Islami. Bandung. PT Rafika Aditama

Fesenden.1982. Biologi Organik. Jakarta: Erlangga

Huda,Miftahul., 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana


Indonesia

Purba, Michael. 2006. Biologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta. Erlangga

Purwanto Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Rahayu, Sri, 2009. Model Pembelajaran Make A Match Lorna Curran. Diunduh dari
http//2.bp.blogspot.com/ diunduh pada hari selasa 08/12/2014 pukul 16.45WIB.

39
Ramadhan, Tarmizi. (2008). Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”. Diakses
dari http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatifmake-a-
match/. pada tanggal 8 Desember 2014, Jam 23.00 WIB.

Soyumukti, Nurani. 2010. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, (Neo) Liberal,


Marxis-Sosialis dan Postmodern . Yogyakarta. AR-RUZZ MEDIA

Verawaty 2009. Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas Xb SMA Prasetya


Gorontalo pada Materi Bioteknologi Melalui Pembelajaran Kooperatif Model
STAD. Gorontalo: UNG

Zainudin. 2008. Reformasi Pendidikan: Kritik Kurikulum dan Manajemen Berbasis


Sekolah. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

40

Anda mungkin juga menyukai