PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hasil belajar yaitu perolehan nilai yang didapat setelah dilakukannya proses
belajar mengajar. Hasil belajar terdiri dari 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal yaitu faktor disebabkan oleh lingkungan atau suasana
pembelajaran,
2
model dan media pembelajaran yang tidak sesuai. Sedangkan faktor internal
merupakan kemauan siswa untuk terlibat dalam pembelajaran.
Dari hasil pengamatan awal yang dibuat pada kelas XI IPA, guru
menggunakan metode demonstrasi melalui video pembelajaran, ceramah, dan diskusi
yang mengajak siswa untuk mengutarakan pendapatnya terhadap materi yang
diajarkan. Masih ada siswa yang tidak memperhatikan serta ragu dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Hanya siswa unggul yang memiliki peran
dalam menjawab pertanyaan guru, sedangkan siswa pasif hanya bisa mengamati
tanpa ikut terlibat dalam diskusi antara guru dan siswa. Selain itu, diakhir pertemuan
guru juga mengadakan kuis mengenai materi yang diajarkan, siswa tersebut hanya
berdiam diri tanpa memberikan respon saat teman temannya menjawab kuis
pertanyaan yang sudah ditampilkan pada papan proyektor. Hasil belajar kognitif
siswa dengan penerapan metode ceramah tersebut hanya mencapai 55% dari
keseluruhan siswa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran biologi
senilai 72.
proyek ini. Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru semakin sering
menggabungkan teknik pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Untuk
mengumpulkan dan mengintegrasikan informasi baru berdasarkan pengalaman dan
tindakan praktis, paradigma pembelajaran berbasis proyek menggunakan isu sebagai
tahap awal (Suhana, 2014). Penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis proyek
mengajak siswa untuk berpikir kritis, aktif, dan mampu berkolaborasi untuk
memecahkan masalah dengan mengembangkan proyek dalam kelompok,
meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, siswa yang mampu dan biasa-biasa saja
dapat bekerja sama untuk memecahkan masalah, terutama dalam topik yang
berkaitan dengan biologi sistem pencernaan.
diskusi dan proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat dibagikan kepada kelompok
lain melalui presentasi kelompok.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa masalah yang
diidentifikasi sebagai berikut :
1.2.1 Siswa tidak mampu menangkap materi pembelajaran yang sudah dijelaskan
oleh guru.
1.2.2 Rendahnya semangat belajar siswa.
1.2.3 Model project based learning masih jarang diterapkan disekolah
tersebut.
1.2.4 Guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam proses
pembelajaran.
1.2.5 Hasil belajar kognitif siswa hanya mencapai 55% dari keseluruhan siswa
dengan kriteria ketuntasan maksimal (KKM) mata pelajaran biologi senilai
72.
1.4.1 Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon Implementasi Model
Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Sistem Pencernaan Material Tahun
akademik 2022–2023?
1.7.1 Penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan bagi guru biologi untuk menilai
dampak mengadopsi model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar siswa
selama proses belajar dan mengajar pada pencernaan isi sistem.
1.7.2 Penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan bagi siswa untuk meningkatkan
pengetahuan mereka tentang sistem pencernaan
1.7.3 Penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan dengan meningkatkan
pengajaran dan pembelajaran serta meningkatkan standar dukungan yang diberikan kepada
siswa.
1.7.4 Ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain sebagai bahan referensi atau untuk
perbandingan studi tentang paradigma pembelajaran berbasis proyek, terutama yang
berkaitan dengan cara konten dicerna.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
2.2 Keaktifan
9
Keaktifan tidak terlepas dari belajar dan proses belajar, dengan adanya
pembelajaran yang aktif maka akan memperbaiki sikap, pikiran, perbuatan dan
kemampuan siswa dalam berpikir. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kunci
untuk mencapai keberhasilan belajar adalah keterlibatan siswa dalam prosesnya.
Keaktifan belajar akan melibatkan emosional, sikap, kemampuan berpikir, bekerja
sama sehingga menghasilkan siswa yang kreatif dan mampu menguasai konsep dari
suatu pembelajaran.
1) Karbohidrat
11
Adalah zat makanan yang mengandung unsur (C) karbon, (H) hidrogen, dan
(N) nitrogen yang berfungsi sebagai sumber energi, perbaikan dan pemeliharaan
jaringan tubuh, bahan dalam sintesis hormon dan enzim, serta blok bangunan bagi
tubuh dan sarana menyeimbangkan asam dan basa.
Asam amino terbentuk dari protein sebelum diserap oleh tubuh. Asam amino
non-esensial, yang dapat dibuat sendiri oleh tubuh, dan asam amino esensial, yang
harus diperoleh dari makanan karena tubuh tidak dapat memproduksinya. Protein
hewani, ditemukan dalam makanan seperti daging, ikan, dan telur, dan protein nabati,
ditemukan pada tanaman seperti kacang-kacangan, adalah dua kelompok di mana
protein dibagi tergantung pada sumbernya.
3) Lemak
4) Vitamin
12
Vitamin adalah nutrisi alami yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil
untuk mempertahankan kesehatan yang baik, termasuk kekuatan tulang dan mata.
Secara khusus, vitamin B dan C (larut dalam air) dan A, D, E, dan K (larut dalam
lemak) adalah dua kelas vitamin.
5) Mineral
Sama halnya dengan vitamain, mineral diperlukan dalam jumlah yang relatif
sedikit dan berfungsi sebagai bahan pembentuk berbagai macam jaringan tubuh
seperti sel darah merah, kulit, kuku dan lainnya. Membantu proses metabolisme
tubuh dan bahan pengatur keseimbangan cairan tubuh.
1 Proses pencernaan secara mekanik yaitu proses mengubah makanan dari bentuk
besar atau kasar menjadi bentuk kecil dan halus (lebih sederhana) dengan
menggunakan bantuan organ mulut yaitu gigi dalam proses pengunyahan dan
penghancuran makanan.
2 Proses pencernaan kimia, proses mengubah makanan dari zat kompleks menjadi
zat yang lebih sederhana dengan bantuan enzim. Enzim adalah bahan kimia yang
diproduksi oleh tubuh dan bekerja untuk mempercepat reaksi kimia dalam tubuh.
2.4.3 Saluran pencernaan
Sistem pencernaan ialah organ yang berfungsi di seluruh tubuh, mulai dari
menerima makanan hingga menyerapnya sehingga dapat diserap. Mengunyah,
menelan, dan menggabungkan enzim yang dibuat di mulut dengan yang dibuat di
anus adalah bagian dari proses pencernaan. Organ komponen sistem pencernaan
manusia ditunjukkan dalam ilustrasi sistem organ berikut.
13
A. Mulut
a. Gigi
dan tiga geraham (geraham belakang) diberi nama secara berurutan dari tengah ke
samping. Gigi dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, antara lain:
Ini adalah organ berbasis otot yang berfungsi sebagai pengecap dan
mengaduk makanan di rongga mulut dan membantu mendorong makanan saat
menelan. Lapisan epitel yang menutupi permukaan lidah dilapisi dengan kelenjar
lendir dan indera perasa, yang merupakan reseptor rasa.
Air liur dan komponen oral lainnya melumasi dan melembabkan makanan
agar lebih mudah ditelan, yang mempercepat pencernaan. Selain itu, air liur
melindungi lapisan mulut terhadap ekstrem dingin, panas, keasaman, dan alkalinitas.
Ptialin (amilase), enzim yang ditemukan dalam air liur, membantu konversi
karbohidrat (amilum) dari makanan menjadi maltosa (gula sederhana), yang dapat
diproses oleh saluran pencernaan dengan lebih mudah.
B. Kerongkongan
C. Lambung
D. Usus halus
Usus besar mengelilingi usus kecil, yang terletak di daerah umbikilus. Tiga
bagian membentuk usus kecil: 1) Duodenum, segmen pertama dari usus kecil yang
mengalir ke saluran empedu dan getah bening pankreas. 2) Jejenum, yang merupakan
usus kosong, dan 3) Ileum, yang merupakan penyerapan usus. Enzim pencernaan
digunakan selama proses pencernaan di usus kecil. Protein dipecah menjadi asam
amino, karbohidrat menjadi glukosa, lipid menjadi asam lemak dan gliserol, vitamin
dan mineral segera diserap melalui usus kecil.
E. Usus besar
Makanan yang tidak dapat dipecah di usus kecil akan selalu masuk ke usus
besar. Bakteri Eschericia yang ditemukan di usus besar membantu pemecahan
limbah makanan menjadi tinja. Kotoran dipindahkan secara konsisten dan perlahan
melalui usus besar oleh otot polos atau tak sadar yang disebut peristaltik menuju
rektum.
F. Anus
2. Sembelit
Sembelit adalah suatu kondisi ketika pasien mengeluarkan tinja yang keras atau
sulit dikeluarkan, yang bisa menyakitkan bagi pasien. Kurangnya konsumsi makanan
berserat seperti buah-buahan dan sayuran atau perilaku tidak sehat seperti menunggu
terlalu lama untuk buang air kecil dapat menyebabkan kondisi ini. Makan makanan
berserat seperti buah-buahan dan sayuran, minum air putih, makan secara teratur, dan
berolahraga cukup untuk meningkatkan pergerakan usus dan menghilangkan kotoran
sebagai cara untuk mencegah sembelit.
3. Maag
5. Tiphus
Tiphus dapat terjadi karena adanya bakteri Salmonella typhani dalam tubuh.
Gejalanya tampak mual dari 7 hingga 21 hari sesudah terinfeksi bakteri tersebut.
Gejala yang tampak mulai tampak seperti demam tinggi, nyeri perut, diare atau
sembelit. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka perlu menjaga kebersihan
makanan dan lingkungan.
19
Gejala yang terjadi pada penyakit ini ialah sakit perut disebelah kanan bawah.
Penyakit ini terjadi jika lubang antara usus buntu dan usus besar tersumbat lalu
tertutup. Karena tersumbat/tertutup maka bakteri dalam usus buntu membuat dinding
usus buntu terinfeksi.
Kondisi Awal
Tes
Hasil Belajar
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Populasi ialah jumlah dari sebuah objek penelitian. Populasi dalam penelitian
ini yaitu siswa SMA XI IPA yang terdiri dari 4 kelas berjumlah 142 orang. Jumlah
populasi siswa setiap kelas bisa dilihat pada Tabel 3.1
23
Tabel 3.1 Jumlah Keseluruhan Siswa IPA SMA N 1 Girsang Sipangan Bolon
No Kelas Jumlah
1 IPA 1 36 orang
2 IPA 2 35 orang
3 IPA 3 35 orang
4 IPA 4 34 orang
Jumlah 142 orang
Keterangan :
X : Model pembelajaran project based learning
Y : Model saintific learning
Varibael adalah konsep yang memiliki suatu nilai atau suatu pengelompokan
yang logis dari dua atribut atau lebih (Margono, 2014). Variabel dalam penelitian ini
terdiri dari variabel bebas dan variabel kontrol.
1. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran project based
learning.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu keaktifan dan hasil belajar siswa.
3.5 Defenisi Operasional
Dalam penelitian ini, evaluasi aktivitas dan hasil belajar siswa dilakukan
secara individual. Tingkat aktivitas setiap siswa akan dievaluasi dengan menilainya
pada lembar observasi, diikuti dengan observasi langsung. Dua pengamat akan
mencatat pengamatan mereka pada lembar observasi yang menyertainya saat mereka
dibuat saat pelajaran diajarkan di kelas. Lembar penilaian keaktifan siswa yang akan
dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.4 dibawah ini.
Tabel 3.4 Kisi – Kisi Lembar Observasi Penilaian Keaktifan Belajar Siswa
Kegiatan
Indikator
Lembar observasi keaktifan belajar siswa telah dilampirkan pada halaman 69.
Untuk membantu observator dalam penilaian lembar observasi keaktifan belajar
siswa, dapat dilihat dengan menggunakan rubrik penilaian lembar observasi pada
Lampiran 10.
3.6.3 Tes
27
Semacam ujian pilihan ganda (pilihan ganda) dengan hingga 40 pertanyaan dan lima opsi
jawaban terkait (a, b, c, d, dan e) akan digunakan dalam penelitian ini. Pada Tabel 3.6, kisi
uji ditampilkan. Berikut ini.
3.7.3 Mendeskripsikan 13 9 8
penyakit pada sistem
pencernaan dan
menjelaskan upaya
menjaga kesehatan
sistem pencernaan
3.7.4 Menganalisis proses 10,18 11,
pencernaan pada hewan 12
ruminansia
2 3 7 3 2 3
Total
25% 50% 25% 100%
(Sumber : Arikunto, 2018)
Keterangan :
28
C1 : Pengetahuan C4 : Analisis
C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi
C3 : Penerapan C6 : Kreasi
Tingkat ketepatan antara data dari objek penelitian dengan data yang
mungkin disajikan oleh peneliti dikenal dengan istilah lucidity (Rosidin, 2017). Jika
tes menghasilkan hasil yang ingin dihasilkannya, itu dianggap sah. Rumus korelasi
momen produk digunakan dengan rumus statistik berikutnya untuk menetapkan
validitas tes:
Keterangan :
n : Banyaknya responden
X : Skor butir
Y : Skor total butir (Uno dan satria, 2016)
Selanjutnya nilai korelasi yang telah didapat akan dikategorikan valid atau
tidak valid berdasarkan tabel dibawah ini. Adapun klasifikasi besaran koefisien
validitas adalah sebagai berikut :
𝒏 𝑺𝟐 − ∑ 𝒑𝒒
𝒓 𝟏𝟏 = ( ) (
𝒏−𝟏 )
𝑺𝟐
Keterangan :
p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q =1-p)
n : Banyaknya item
S : Standar divisiasi dari tes atau skor total (Arikunto, 2018)
Bilangan yang menunjukkan sulit dan mudahnya suatu soal disebut dengan
indeks kesukaran (Arikunto, 2018). Rumus yang akan digunakan untuk
mengidentifikasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut :
𝑩
𝑷=
𝑱𝑺
Keterangan :
P : Indeks kesukaran
J : Jumlah peserta
tes
𝐽𝐴 : Banyak peserta kelompok atas
𝐽𝐵 : Banyak peserta kelompok bawah
𝐵𝐴 : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
𝐵𝐵 : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
𝑃𝐴 : Proporsi kelompok atas menjawab soal dengan benar
𝑃𝐵 : Proporsi kelompok bawah menjawab soal dengan benar
𝑲𝒆𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒌𝒔𝒂𝒏𝒂𝒂𝒏 =
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉 × 𝟏𝟎𝟎%
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎
Nilai Kategori
81% - 100% Sangat baik
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup baik
21% - 40% Kurang baik
0% - 20% Sangat kurang
(Arikunto, 2018)
3.7.2 Keaktifan Siswa
Untuk mengetahui keaktifan belajar siswa secara perorangan (individu),
berikut ini merupakan rumus yang akan digunakan untuk menghitung penilaian
lembar observasi keaktifan belajar siswa.
Nilai Kategori
81% - 100% Sangat baik
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup baik
21% - 40% Kurang baik
0% - 20% Sangat kurang
(Arikunto, 2018)
3.7.3 Hasil Belajar Kognitif Siswa
Hasil belajar siswa bertujuan agar memahami seberapa besar pengetahuan
siswa setelah dilakukannya proses pembelajaran. Untuk menghitung ketuntasan hasil
belajar individu siswa ialah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓 × 𝟏𝟎𝟎
Ketuntasan
𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 Belajar =
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒔𝒐𝒂𝒍
Nilai kriteria ketuntasan minimal siswa pada materi biologi senilai 72.
Setelah nilai ketuntasan dihitung berdasarkan rumus yang tertera diatas, maka
selanjutnya nilai siswa dikatakan tuntas apabila nilai yang diperoleh sesuai dengan
Tabel 3.11 dibawah ini.
32
Populasi
33
Sampel
Pretes
t
Pengolahan
data
Penarikan
kesimpulan
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
3.9 Analisis Data
3.9.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data
dalam suatu penelitian normal atau tidak. Ujian ini dilaksanakan setelah pengumpulan nilai
pretest dan posttest dengan menggunakan SPSS 22. Tes Shapiro-Wilk, yang memiliki ambang
batas signifikan 5%, akan digunakan dalam penyelidikan ini untuk menentukan apakah
hipotesis berikut ini benar:
Keterangan :
Adapun untuk menentukan kategori skor tersebut dapat dilihat pada Tabel
3.13 dibawah ini.
Tabel 3.12 Kriteria N-Gain
Nilai N-gain Kategori
g ≥ 0,7 Tinggi
35
Sumber
Data Aspek yang dinilai Nilai Kategori
Menentukan pertanyaan mendasar 100 Sangat baik
Lembar Mendesain perencanaan proyek 100 Sangat baik
Observasi Memonitoring kerja siswa 100 Sangat baik
Menguji hasil 100 Sangat baik
Evaluasi pengalaman 100 Sangat baik
sebesar 100% dengan kategori bahwa model pembelajaran project based learning
terlaksana dengan sangat baik.
74
72.45
72
70
68 Aktivitas Kelas
65.28 Eksperimen
66
Aktivitas Kelas
64
Kontrol
62
60
Aktivitas Kelas Aktivitas Kelas
Eksperimen Kontrol
Menurut Gambar 4.1 di atas, secara umum ada lebih banyak aktivitas belajar
siswa di kelas eksperimen daripada di kelas kontrol. Pada kelas eksperimen skor
kategori baik adalah 72,45%, namun nilai rata-rata untuk kategori baik kelas kontrol
untuk kegiatan belajar siswa hanya 65,28%. Ini adalah perbedaan skor rata-rata
7,17%. Ini menunjukkan bagaimana strategi pembelajaran berbasis proyek
meningkatkan
38
pemahaman siswa tentang sistem pencernaan. Tabel 4.2 menunjukkan hasil dari
setiap indikator kegiatan belajar untuk siswa sebagai proporsi dari hasil total.
Tabel 4.2 Data Persentase Keaktifan Perindikator Siswa Materi Sistem Pencernaan
pada Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol SMA Negeri 1 Girsang
Sipangan Bolon
Persentase Ketercapaian
No Indikator Butir Kelas Kelas
Pernyataan Ekperimen Kontrol
1 Visual (Melihat) 1,2 90,95% 85,71%
2 Lisan 3,4 63,80% 50,95%
3 Mendengar (Listening) 5,8 67,14% 64,28%
4 Menulis (Writing) 7 40% 38,09%
5 Motorik (Motor) 6,9 80% 75,23%
6 Emosional (Emotional) 10 80,90% 70,47%
Tabel 4.3 Data hasil Pretes posttes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon
Karena tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara nilai pretest
rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol, menurut data Tabel 4.2, kedua kursus
mencapai tingkat pembelajaran siswa yang sama. Setelah terapi, skor hasil belajar
rata-rata setiap kelas meningkat. Rata-rata posttest dari kelas eksperimen lebih tinggi
dari kelas kontrol, meskipun demikian. Gambar 4.2 di bawah ini memberikan
informasi tentang bagaimana hasil belajar untuk siswa biasanya meningkat di kelas
eksperimental dan kontrol.
82
80.28
78
76
74 Kelas eksperimen
71.85
39
72 Kelas Kontrol
70
68
Gambar 4.2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Sistem Pencernaan Kelas XI
66 IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon.
Kelas eksperimenKelas Kontrol
Berdasarkan data pencapaian perindikator kemampuan kognitif belajar siswa
dari C1 (pemahaman) hingga C6 materi sistem pencernaan pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Data Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan pada
Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol SMA Negeri 1 Girsang Sipangan
Bolon
Persentase Ketercapaian
No Level Butir Soal
Kelas Kelas
Ekperimen Kontrol
1 C1 (Mengingat) 5,13 80% 74,28%
2 C2 (Memahami) 1,6,20 82,85% 78,28%
3 C3 (Menerapkan) 4,7,9,10,14,17,18 78,37% 73,06%
4 C4 (Menganalisis) 2,11,12 88,57% 79,05%
5 C5 (Menilai/evaluasi) 15,16 74,29% 55,71%
6 C6 (Mencipta) 3,8,19 79,05% 63,81%
40
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Keaktifan dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada
Materi Sistem Pencernaan Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen SMA
Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon
Kelas Kelas
Sumber Data Jenis Data Kontrol Eksperimen Keterangan
(Sig) (Sig)
Lembar Observasi Keaktifan 0,106 0,111 Normal
Pretes Hasil Belajar 0,162 0,138 Normal
Posttes Hasil Belajar 0,155 0,196 Normal
Hasil uji normalitas pada tabel diatas menunjukkan bahwa data keaktifan dan
hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen berdistribusi normal dengan
nilai 𝑠𝑖𝑔 > 0,05.
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Keaktifan dan Hasil Belajar Kognitif Kelas
Kontrol dengan Kelas Eksperimen di SMA Negeri 1 Girsang Sipangan
Bolon
disarankan benar atau tidak. Tabel 4.5 berikut menyajikan kesimpulan dari pengujian
hipotesis.
Tabel 4.8 Nilai Uji Hipotesis Keaktifan dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Materi
Sistem Pencernaan Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol SMA Negeri
1Girsang Sipangan Bolon
Menurut kesimpulan logis dari hasil ujian, kurikulum kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon dipengaruhi oleh keterlibatan siswa dan hasil
belajar. Bagan ini menunjukkan bagaimana pendekatan pembelajaran berbasis
proyek telah mempengaruhi aktivitas belajar siswa terkait isi sistem cerna kelas XI
IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon T.A 2022/2023. SPSS digunakan untuk
melakukan perhitungan. Ho didiskualifikasi sedangkan Ha disetujui, menunjukkan
pengaruh paradigma pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil pengujian kegiatan
belajar siswa.
4.2 Pembahasan
indikator aktivitas menulis kedua kelas memperoleh nilai dengan kategori kurang
baik, dikarenakan kemauan siswa sangat rendah untuk menuliskan kembali pelajaran
yang telah diajarkan. Aktivitas menulis merupakan kemauan siswa dalam mencatat
materi pembelajaran. Menurut (Nurlaily & Pranata, 2022) kurang aktifnya siswa
dalam menulis mungkin disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal yaitu
kurangnya minat dan motivasi siswa untuk menuliskan pengetahuannya. Kemudian
faktor eksternal yaitu disebabkan oleh lingkungan sekitar. Siswa akan merasa
termotivasi apabila lingkungan sekitarnya memiliki pengaruh positif maka
kemungkinan siswa tersebut juga akan termotivasi untuk melakukan aktivitas
menulis. Tujuan siswa menulis ialah agar materi yang telah disampaikan dapat
dituangkan kedalam suatu tulisan dan materi yang diajarkan dapat diulang kembali
ketika proses pembelajaran telah berlalu.
agama dengan menggunakan strategi pengelolaan kelas yang disebut ceramah. Untuk
pelajaran pertama kelas dua, diberikan sekitar 20 butir untuk memahami kemampuan
siswa pertama. Hasil pretest menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan
awal yang sama dan rasio tarif yang wajar. Hasil pretest dapat ditunjukkan pada tabel
4.2 dan menunjukkan bahwa siswa kemungkinan akan mempelajari materi yang
sangat sulit karena belum dijelaskan dengan baik oleh ahli biologi baik pada tingkat
kontrol kelas maupun kelas ekperimen.
dengan membandingkan hasil posttest dari kelas eksperimen dengan kelas kontrol
menggunakan pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 5%. Algoritma SPSS 22
mendapat nilai 0,00 0,05, yang menjelaskan mengapa Ho didiskualifikasi. Ha
sependapat, menunjukkan bagaimana praktik pembelajaran berbasis proyek yang
digunakan di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon meningkatkan
hasil belajar siswa. Ini konsisten dengan studi oleh Insyasiska et al. (2017) yang
menunjukkan bagaimana pembelajaran berbasis proyek meningkatkan keterampilan
kognitif siswa. Penerapan pendekatan pembelajaran berbasis proyek telah terbukti
meningkatkan hasil belajar siswa, dengan skor rata-rata 78,71 di kelas eksperimen
dan 68,28 di kelompok kontrol, menurut penelitian (Nurbaiti et al., 2016).
47
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Materi pelajaran biologi dapat disimpulkan dari data hasil evaluasi yang dilakukan di kelas
XI IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon.
1. Materi Sistem Pencernaan Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon Tahun
Ajaran 2022/2023 telah mengimplementasikan dan kini sedang menjalankan model
pembelajaran berbasis proyek yang sangat sukses.
2. Terdapat bukti yang mengaitkan efektivitas pembelajaran berbasis proyek dengan materi
yang tercakup dalam XI SMA N 1 Girsang Sipangan Bolon Tahun Akademik 2022–
2023.
3. Terdapat bukti yang mengaitkan keberhasilan pembelajaran berbasis proyek yang
dipimpin siswa dengan muatan SMA N 1 Girsang Sipangan Bolon XI Tahun 2022/2023..
5.2 Saran
1. Bagi siswa
Dengan adanya penerapan model project based learning diharapkan siswa
semakin giat dan antusias dalam pembelajaran terlebih pada mata pelajaran biologi.
2. Bagi guru
Guru bisa menggunakan model pembelajaran project based learning sebagai
sarana untuk meningkatkan keaktifan, hasil belajar serta kreatifitas yang dimilikinya.
Guru tidak lagi menjadi sumber informasi materi pelajaran melainkan sebagai fasilisator.
Sehingga siswa diharuskan mencari informasi sendiri dalam memahami dan mengasah
kemampuan siswa didalam memperoleh data serta menarik kesimpulan dari informasi
yang didapatnya.