Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring berkembangnya zaman, pendidikan di Indonesia sudah semakin


berkembang, baik itu dari segi kurikulum maupun model atau metode pembelajaran
yang harus diterapkan oleh seorang pendidik pada proses belajar mengajar didalam
suatu kelas. Belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang untuk
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Belajar didefenisikan sebagai suatu
proses untuk memperoleh suatu kompetensi, kompetensi yang dimaksut adalah
pengetahuan, keterampilan dan sikap (Sani, 2019). Siswa merupakan subjek utama
dalam kegiatan pendidikan dan kurikulum saat ini menghadapkan siswa untuk lebih
berperan aktif dari pada guru. Apabila dalam suatu proses pembelajaran siswa tidak
aktif, maka kemungkinan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Keaktifan adalah kegiatan yang melibatkan seseorang untuk terlibat langsung


dengan sesuatu yang dilakukan sedangkan keaktifan belajar siswa adalah
keikutsertaan atau kegiatan siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran dalam
bentuk perilaku, pikiran dan perhatian untuk menunjang keberhasilan siswa dalam
memahami materi pembelajaran, mencari sumber pembelajaran, bertanya dan
berdiskusi. Siswa tidak lagi ditempatkan dalam peran pasif di mana mereka hanya
menerima bahan ajar guru; Sebaliknya, mereka adalah subjek aktif dalam melakukan
proses berpikir, mencari, mengolah, menguraikan, menggabungkan, menyimpulkan,
dan memecahkan suatu masalah. Inilah yang dimaksud dengan pembelajaran aktif.
Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh kegiatan belajar siswa (Wibowo,
2016).

Hasil belajar yaitu perolehan nilai yang didapat setelah dilakukannya proses
belajar mengajar. Hasil belajar terdiri dari 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal yaitu faktor disebabkan oleh lingkungan atau suasana
pembelajaran,
2

model dan media pembelajaran yang tidak sesuai. Sedangkan faktor internal
merupakan kemauan siswa untuk terlibat dalam pembelajaran.

Dari hasil pengamatan awal yang dibuat pada kelas XI IPA, guru
menggunakan metode demonstrasi melalui video pembelajaran, ceramah, dan diskusi
yang mengajak siswa untuk mengutarakan pendapatnya terhadap materi yang
diajarkan. Masih ada siswa yang tidak memperhatikan serta ragu dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Hanya siswa unggul yang memiliki peran
dalam menjawab pertanyaan guru, sedangkan siswa pasif hanya bisa mengamati
tanpa ikut terlibat dalam diskusi antara guru dan siswa. Selain itu, diakhir pertemuan
guru juga mengadakan kuis mengenai materi yang diajarkan, siswa tersebut hanya
berdiam diri tanpa memberikan respon saat teman temannya menjawab kuis
pertanyaan yang sudah ditampilkan pada papan proyektor. Hasil belajar kognitif
siswa dengan penerapan metode ceramah tersebut hanya mencapai 55% dari
keseluruhan siswa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran biologi
senilai 72.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran


biologi kelas XI, faktor kurang aktifnya siswa dalam proses belajar mengajar
mungkin diakibatkan oleh siswa tersebut. Siswa tidak mampu menangkap materi
pembelajaran yang sudah dijelaskan dan rendahnya kemauan belajar siswa. Sebab
itu, perlu adanya perbaikan proses pembelajaran biologi agar siswa dapat aktif secara
keseluruhan didalam kelas dengan menerapkan model pembelajaran. Sekelompok
model pembelajaran diperlukan dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran.
Tujuan pengajaran, fase kegiatan pembelajaran, dan manajemen kelas semuanya
termasuk dalam model pembelajaran, yaitu rencana yang digunakan pendidik
sebagai pengarah pembelajaran di kelas (Afandi et al., 2013). Pilihan model
pembelajaran harus disesuaikan dengan isi pembelajaran karena akan memandu
instruktur dalam menciptakan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar.

Pendekatan pembelajaran berbasis proyek menggunakan proyek sebagai


puncak dari proses pembelajaran. Para penyuluh biologi SMA Negeri 1 Girsang
Sipangan Bolon belum sepenuhnya menganut pendekatan pembelajaran berbasis
3

proyek ini. Dalam proses belajar mengajar di kelas, guru semakin sering
menggabungkan teknik pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Untuk
mengumpulkan dan mengintegrasikan informasi baru berdasarkan pengalaman dan
tindakan praktis, paradigma pembelajaran berbasis proyek menggunakan isu sebagai
tahap awal (Suhana, 2014). Penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis proyek
mengajak siswa untuk berpikir kritis, aktif, dan mampu berkolaborasi untuk
memecahkan masalah dengan mengembangkan proyek dalam kelompok,
meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, siswa yang mampu dan biasa-biasa saja
dapat bekerja sama untuk memecahkan masalah, terutama dalam topik yang
berkaitan dengan biologi sistem pencernaan.

Karena sebagian besar organ komponennya berada di dalam tubuh, sistem


pencernaan adalah struktur biologis yang tidak dapat segera diperiksa. Organ
komponen sistem pencernaan harus terlebih dahulu mencerna makanan yang
dikonsumsi sebelum dapat langsung diserap oleh tubuh. Sistem pencernaan termasuk
organ yang menyediakan berbagai fungsi. Oleh karena itu, siswa mengalami
kesulitan memahaminya. Dengan menggunakan proyek yang telah dibuat sebagai
media, pendekatan pembelajaran berbasis proyek dapat membantu siswa memahami
cara kerja sistem pencernaan dan masalah apa pun yang dapat mereka hadapi dalam
kehidupan sehari-hari yang terkait dengan sistem pencernaan.

Menurut studi oleh Febiartaty et al. (2019) tentang dampak penggunaan


pendekatan pembelajaran berbasis proyek, hasil belajar siswa meningkat sebesar
87% dalam kategori tinggi. Nilai rata-rata kreativitas produk yang dimiliki siswa di
kelas eksperimen mengalami peningkatan, mencapai 2,3 dengan kategori cukup baik,
menurut temuan penelitian oleh Rohmah et al. (2016) tentang penerapan model
pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi siswa.
Pendekatan pembelajaran berbasis proyek mendorong siswa untuk berpartisipasi
aktif dalam pendidikan mereka.Siswa tidak hanya menerima dan memahami materi
pembelajaran melainkan ikut serta dalam mempraktikkannya. Project based learning
juga memberi kebebasan berdiskusi kepada siswa untuk mengutarakan dan bertukar
pendapat dengan teman sekelompoknya. Selain itu, dengan penerapan model ini hasil
4

diskusi dan proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat dibagikan kepada kelompok
lain melalui presentasi kelompok.

Dari permasalahan diatas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul


“Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning terhadap Keaktifan
dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Materi Sistem Pencernaan Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon Tahun Ajaran 2022/2023”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa masalah yang
diidentifikasi sebagai berikut :

1.2.1 Siswa tidak mampu menangkap materi pembelajaran yang sudah dijelaskan
oleh guru.
1.2.2 Rendahnya semangat belajar siswa.
1.2.3 Model project based learning masih jarang diterapkan disekolah
tersebut.
1.2.4 Guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam proses
pembelajaran.
1.2.5 Hasil belajar kognitif siswa hanya mencapai 55% dari keseluruhan siswa
dengan kriteria ketuntasan maksimal (KKM) mata pelajaran biologi senilai
72.

1.3 Ruang Lingkup

Fokus penelitian ini adalah bagaimana pendekatan pembelajaran berbasis


proyek mempengaruhi keterlibatan dan hasil belajar siswa dalam pelajaran sistem
digest IPA kelas XI di SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon selama tahun ajaran
2022–2023.

1.4 Rumusan Masalah


5

Ungkapan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1.4.1 Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon Implementasi Model
Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Sistem Pencernaan Material Tahun
akademik 2022–2023?

1.4.2 Apakah model pembelajaran berbasis proyek akan berdampak pada


pembelajaran siswa di SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon Ilmu Materi
Sistem Pencernaan Kelas XI Tahun Ajaran 2022–2023?

1.4.3 Apakah model pembelajaran berbasis proyek mempengaruhi hasil belajar


kognitif siswa pada IPA Kelas XI Materi Sistem Pencernaan SMA Negeri 1
Girsang Sipangan Bolon Tahun Ajaran 2022/2023?

1.5 Batasan Masalah

Tantangan proposal ini dapat dipersempit sebagai berikut untuk membuat


masalah yang diselidiki lebih jelas dan lebih fokus:
1.5.1 Metode pembelajaran yang diterapkan untuk mempelajari sistem
pencernaan adalah pembelajaran berbasis proyek.
1.5.2 Untuk penelitian ini, dua kelas siswa IPA kelas XI dari SMA Negeri 1
Girsang Sipangan Bolon menjadi sampel.
1.5.3 Temuan tes kognitif pada isi sistem pencernaan yang mencakup lembar
pertanyaan dan log observasi untuk kegiatan siswa mewakili sejauh mana hasil
belajar siswa.

1.6 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk
1.6.1 menemukan bagaimana model pembelajaran berbasis
proyek akan diimplementasikan pada materi sistem
pencernaan Kelas XI di SMA Negeri 1 Girsang
Sipangan Bolon untuk tahun ajaran 2022–2023.
1.6.2 1.6.2 Menyadari dampak model pembelajaran
berbasis proyek terhadap siswa kelas XI SMA Negeri
1 Girsang Sipangan Bolon sepanjang tahun ajaran
2022–2023.
1.6.3 1.6.3 Memahami bagaimana kinerja siswa kelas XI
SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon School
secara kognitif pada tahun ajaran 2022–2023
1.7 Manfaat Penelitian
Berikut adalah keuntungan dari penelitian ini:
6

1.7.1 Penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan bagi guru biologi untuk menilai
dampak mengadopsi model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar siswa
selama proses belajar dan mengajar pada pencernaan isi sistem.

1.7.2 Penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan bagi siswa untuk meningkatkan
pengetahuan mereka tentang sistem pencernaan

1.7.3 Penelitian ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan dengan meningkatkan
pengajaran dan pembelajaran serta meningkatkan standar dukungan yang diberikan kepada
siswa.

1.7.4 Ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain sebagai bahan referensi atau untuk
perbandingan studi tentang paradigma pembelajaran berbasis proyek, terutama yang
berkaitan dengan cara konten dicerna.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Pembelajaran berbasis proyek didasarkan pada kesimpulan konstruktivisme


bahwa siswa memiliki pengetahuan yang lebih dalam tentang materi pelajaran ketika
mereka secara aktif membangun pemahaman itu dengan menggunakan sebuah ide
(Sujana dan Paed, 2020). Paradigma pembelajaran berbasis proyek menempatkan
penekanan kuat pada kemampuan siswa untuk lebih terlibat dalam pendidikan
mereka, berpikir kritis, dan berkolaborasi dalam menciptakan sebuah proyek. Dalam
rangka memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk lebih aktif bertanya,
menyelidiki, menjelaskan, dan berinteraksi dengan suatu masalah serta menghasilkan
suatu produk, model pembelajaran berbasis proyek melibatkan penugasan tugas
berbasis masalah yang mengharuskan mereka untuk melakukan penyelidikan yang
lebih mendalam (Yulianto et al., 2017). Sementara instruktur hanya berfungsi
sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran berbasis proyek, ada peluang
yang signifikan untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa dengan membuatnya
lebih menarik dan relevan (Irman & Waskito, 2020). Sujana dan Paed (2020), dalam
bukunya Innovative Learning Models, mencantumkan kualitas model pembelajaran
berbasis proyek sebagai berikut: Melibatkan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran..

1) Mengaitkan pembelajaran dengan dunia nyata.


2) Dilaksanakan dengan berbasis penelitian.
3) Bersatu dengan pengetahuan dan keterampilan.
4) Dilakukan dari waktu ke waktu
5) Diakhiri dengan menciptakan suatu produk.

Tidak diragukan lagi ada manfaat dan kerugian dari pendekatan


pembelajaran. (Sutirman, 2013) mencantumkan berbagai manfaat paradigma
pembelajaran berbasis proyek dari sudut pandang siswa, termasuk: 1) Meningkatkan
pemahaman konsep melalui analisis dan sintesis 2) Menjelaskan proses pembelajaran
kepada siswa dan meminta mereka mengikuti pendekatan terstruktur. 3. Ajari
siswa bagaimana
8

menggunakan teknik berpikir kritis untuk mengatasi masalah dunia nyata. 4)


Mempromosikan otonomi siswa dalam pekerjaan dan pembelajaran mereka, dan 5)
Mempromosikan output atau inovasi siswa.

Kelemahan dari model pembelajaran berbasis proyek yang dikemukakan oleh


(Suciani et al., 2018) adalah sebagai berikut: 1) Sangat menantang untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif di kelas karena kebebasan yang diberikan
kepada siswa selama pelaksanaan proyek, yang memberi siswa kesempatan untuk
mengganggu kelas. Akibatnya, guru harus mahir memimpin dan mengendalikan
kelas. 2) Siswa yang berjuang dengan eksperimen dan pengumpulan data akan
merasa menantang, dan
3) Ada kemungkinan bahwa siswa kurang terlibat dalam proyek kelompok, oleh
karena itu ini adalah faktor lain yang harus diperhitungkan ketika menggunakan
pendekatan pembelajaran berbasis proyek.

Langkah-langkah dalam mempraktekkan model pembelajaran berbasis


proyek adalah, sesuai dengan George Lucas, yang disebutkan oleh Al-Tabany (2014)
dalam buku berjudul "designing innovative, progressive, and contextual learning
models": 1) Mulailah dengan memilih mata pelajaran yang relevan dengan
kehidupan sehari-hari. Penyelidikan ini mencoba untuk memperoleh informasi,
pendapat, dan saran dari siswa tentang proyek yang diusulkan. 2) Prinsip-prinsip
untuk merencanakan pekerjaan proyek termasuk memilih kegiatan yang dapat
membantu dalam menyelesaikan masalah atau masalah yang telah diidentifikasi serta
memahami peralatan dan persediaan apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan
proyek. 3) Membuat jadwal kegiatan. Untuk menentukan berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, siswa berkolaborasi untuk membuat jadwal
kegiatan. 4) Menindaklanjuti kegiatan kemahasiswaan saat mengerjakan proyek; Ini
adalah tanggung jawab guru. 5) Evaluasi pekerjaan siswa dilakukan untuk membantu
guru mengukur seberapa baik siswa telah memenuhi persyaratan dan untuk menilai
perkembangan setiap siswa. 6) Evaluasi pengalaman belajar siswa, termasuk refleksi
guru dan siswa pada kegiatan dan hasil proyek. Kemudian, ketika tugas selesai, para
siswa diajak untuk berbagi pemikiran dan perasaan mereka.

2.2 Keaktifan
9

Keaktifan tidak terlepas dari belajar dan proses belajar, dengan adanya
pembelajaran yang aktif maka akan memperbaiki sikap, pikiran, perbuatan dan
kemampuan siswa dalam berpikir. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kunci
untuk mencapai keberhasilan belajar adalah keterlibatan siswa dalam prosesnya.
Keaktifan belajar akan melibatkan emosional, sikap, kemampuan berpikir, bekerja
sama sehingga menghasilkan siswa yang kreatif dan mampu menguasai konsep dari
suatu pembelajaran.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya keaktifan dalam proses


belajar yaitu siswa beranggapan bahwa materi yang diajarkan sulit sehingga
kemauan siswa untuk belajar akan berkurang. Kedua, kecemasan siswa selama
terjadinya proses pembelajaran, siswa mengganggap bahwa siswa kurang percaya
diri untuk mengungkapkan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan. Ketiga,
motivasi belajar siswa, menganggap bahwa pemberian motivasi belajar terhadap
siswa itu penting. Keempat, lingkungan belajar dan peran guru dalam proses
pembelajaran (Izzah et al., 2022).

Kegiatan belajar dibagi menjadi 7 bagian : 1) visual activities, yaitu


memperhatikan gambar, mengamati dan membaca. 2) oral activities atau lisan, yaitu
keaktifan dalam bertanya dan mengungkapkan pendapat. 3) listening activities
(mendengarkan atau menyimak) yaitu berusaha untuk memahami pesan yang telah
disampaikan. 4) writing activities (menulis), mencatat hal-hal yang menurutnya
penting. 5) emotional activities, aktif dalam mengemukakan pendapat dan bertukar
informasi 6) motor activities (motorik) berani berbaur dengan teman sekelompok. 7)
mental activities, berupa mengingat dan memecahkan masalah (Ni’mah, 2017).

2.3 Hasil Belajar

Belajar ialah proses yang terus-menerus mengubah perilaku kognitif,


emosional, dan psikomotorik seseorang. Tindakan paling penting yang terlibat dalam
proses pendidikan adalah belajar dan belajar. Kedua hal ini sangat berhubungan,
pembelajaran dikatakan dapat berjalan dengan baik ketika siswa ikut terlibat
langsung dalam belajar. Begitu juga dengan aktivitas belajar dapat terlaksana apabila
siswa ikut serta dalam proses pembelajaran.
10

Hasil kegiatan pembelajaran meliputi modifikasi perilaku atau kompetensi


siswa, seperti pengetahuan, sikap, dan kemampuan. Perilaku kognitif adalah tindakan
yang berkaitan dengan memori dan pikiran. Hasil belajar kognitif siswa dapat
dianggap berhasil jika mereka secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Sani
(2019) mengklaim bahwa lingkungan (variabel eksternal) mempengaruhi hasil
belajar siswa 30% dari waktu, dan bakat siswa (faktor internal) 70% dari waktu.

Kategorisasi taksonomi Bloom yang diperbarui oleh Anderson dan Krathwohl


(2022) membagi penanda aspek kognitif menjadi enam tingkatan, mulai dari yang
terendah (pengetahuan) hingga yang terbesar (penciptaan). Tingkat-tingkat ini
termasuk mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
menciptakan. 1) Mengingat, atau kapasitas untuk belajar, mengingat, dan mengulangi
informasi yang diperoleh. 2) Memahami (understanding) adalah kapasitas untuk
menafsirkan, menjelaskan, atau menyatakan sesuatu tentang informasi yang
diperoleh seseorang dengan caranya sendiri. 3) Aplikasi (application), yaitu kapasitas
untuk memanfaatkan pengetahuan untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul
dalam kehidupan sehari-hari. 4) Analisis adalah kapasitas untuk mendefinisikan dan
membedah informasi ke dalam elemen komponennya. 5) Mengevaluasi, yang
merupakan kapasitas untuk membuat penilaian atau pilihan yang sesuai berdasarkan
fakta atau ide segar. 6) Menurut Nurtanto dan Sofyan (2015), kreativitas adalah
kapasitas untuk membuat konsep, merencanakan, dan menghasilkan sesuatu yang
baru..

2.4 Materi Pembelajaran Sistem Pencernaan Manusia


2.4.1 Zat makanan

Makanan merupakan suatu kebutuhan pokok yang membantu suatu makhluk


hidup untuk melangsungkan kehidupannyaBahan makanan dibagi menjadi bahan
makanan makro (karbohidrat, protein, dan lemak) dan bahan makanan mikro
(mineral dan vitamin). Berikut ini merupakan beberapa penjabaran dari unsur zat
yang dikandung oleh makanan.

1) Karbohidrat
11

Karbohidrat dibagi menjadi 3 macam yaitu :

a. Monosakarida, yaitu salah satu susunan molekul yang paling sederhana.


Contohnya : glukosa, fruktosa dan galaktosa yang terdapat pada buah-buahan
b. Disakarida, terdiri atas dua molekul monosakarida. Contohnya sukrosa
yang terdapat pada gula pasir yang dikonsumsi, maltosa pada biji-bijian dan
laktosa yang berasal dari hewan misalnya air susu.
c. Polisakarida, memiliki susunan molekul yang kompleks. Contohnya : pati
yang terdapat pada umbi-umbian, glikogen pada otot atau hati hewan, dan
selulosa pada bagian serat tumbuhan.
2) Protein

Adalah zat makanan yang mengandung unsur (C) karbon, (H) hidrogen, dan
(N) nitrogen yang berfungsi sebagai sumber energi, perbaikan dan pemeliharaan
jaringan tubuh, bahan dalam sintesis hormon dan enzim, serta blok bangunan bagi
tubuh dan sarana menyeimbangkan asam dan basa.

Asam amino terbentuk dari protein sebelum diserap oleh tubuh. Asam amino
non-esensial, yang dapat dibuat sendiri oleh tubuh, dan asam amino esensial, yang
harus diperoleh dari makanan karena tubuh tidak dapat memproduksinya. Protein
hewani, ditemukan dalam makanan seperti daging, ikan, dan telur, dan protein nabati,
ditemukan pada tanaman seperti kacang-kacangan, adalah dua kelompok di mana
protein dibagi tergantung pada sumbernya.

3) Lemak

Oksigen, hidrogen, dan karbon membentuk lipid. Organ dilindungi oleh


lemak, yang juga menyediakan energi, mengikat vitamin termasuk vitamin A, D, E,
dan K dan berfungsi sebagai cadangan makanan. Asam lemak tak jenuh hadir dalam
minyak kedelai, minyak kelapa, dan minyak goreng, sedangkan asam lemak jenuh
ditemukan dalam daging, susu, dan keju.

4) Vitamin
12

Vitamin adalah nutrisi alami yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil
untuk mempertahankan kesehatan yang baik, termasuk kekuatan tulang dan mata.
Secara khusus, vitamin B dan C (larut dalam air) dan A, D, E, dan K (larut dalam
lemak) adalah dua kelas vitamin.

5) Mineral

Sama halnya dengan vitamain, mineral diperlukan dalam jumlah yang relatif
sedikit dan berfungsi sebagai bahan pembentuk berbagai macam jaringan tubuh
seperti sel darah merah, kulit, kuku dan lainnya. Membantu proses metabolisme
tubuh dan bahan pengatur keseimbangan cairan tubuh.

2.4.2 Pengertian dan Proses Sistem pencernaan

Dengan bantuan organ pencernaan dan enzim, sistem pencernaan memecah


molekul makanan sederhana untuk mengubah makanan dari ukuran besar untuk
ukuran yang lebih kecil dan halus.

Proses pencernaan makanan dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :

1 Proses pencernaan secara mekanik yaitu proses mengubah makanan dari bentuk
besar atau kasar menjadi bentuk kecil dan halus (lebih sederhana) dengan
menggunakan bantuan organ mulut yaitu gigi dalam proses pengunyahan dan
penghancuran makanan.
2 Proses pencernaan kimia, proses mengubah makanan dari zat kompleks menjadi
zat yang lebih sederhana dengan bantuan enzim. Enzim adalah bahan kimia yang
diproduksi oleh tubuh dan bekerja untuk mempercepat reaksi kimia dalam tubuh.
2.4.3 Saluran pencernaan

Sistem pencernaan ialah organ yang berfungsi di seluruh tubuh, mulai dari
menerima makanan hingga menyerapnya sehingga dapat diserap. Mengunyah,
menelan, dan menggabungkan enzim yang dibuat di mulut dengan yang dibuat di
anus adalah bagian dari proses pencernaan. Organ komponen sistem pencernaan
manusia ditunjukkan dalam ilustrasi sistem organ berikut.
13

Gambar 2.1 Organ Pencernaan pada Manusia


Sumber : https://saintif.com/wp-content/uploads/2019/08/sistem-pencernaa.jpg
Saluran pencernaan pada manusia terdiri dari berbagai organ yang terletak
secara berurutan yaitu sebagai berikut :

A. Mulut

Rongga mulut merupakan bagian pertama dalam sistem pencernaan berfungsi


memulai proses pencernaan yang berkontibusi untuk mengunyah dengan bantuan
alat- alat yang dalam rongga mulut. Didalam mulut, makanan dicerna secara mekanik
dan kimiawi. Bagian-bagian mulut terdiri dari :

a. Gigi

Makanan dihaluskan oleh tindakan mengunyah gigi, yang memungkinkan


enzim pencernaan memecah makanan lebih cepat dan efektif. Ada dua kategori gigi:
1) gigi sulung, yang merupakan gigi sementara dan terdiri dari 20 gigi sulung, 10
pada setiap rahang. Dua gigi seri, satu gigi taring, dan dua gigi geraham, atau
geraham, dipanggil dari pusat kedua sisi ke luar. 2) gigi tetap tambahan, yaitu total
32, enam belas pada setiap rahang. Dua insivivus, satu gading, dua premolar
(geraham depan),
14

dan tiga geraham (geraham belakang) diberi nama secara berurutan dari tengah ke
samping. Gigi dapat dikategorikan menjadi empat kelompok, antara lain:

1) Gigi seri, berbentuk pipih dan tajam untuk mengiris makanan


2) Gigi taring, ujungnya runcing berfungsi untuk mencabik dan menyobek
makanan
3) Gigi geraham depan, bentuknya berlekuk-lekuk untuk mengiris dan
melembutkan makanan
4) Gigi geraham belakang, merupakan gigi yang paling kuat bentuknya
berlekuk-lekuk dan berfungsi untuk melembutkan makanan.
b. Lidah

Ini adalah organ berbasis otot yang berfungsi sebagai pengecap dan
mengaduk makanan di rongga mulut dan membantu mendorong makanan saat
menelan. Lapisan epitel yang menutupi permukaan lidah dilapisi dengan kelenjar
lendir dan indera perasa, yang merupakan reseptor rasa.
Air liur dan komponen oral lainnya melumasi dan melembabkan makanan
agar lebih mudah ditelan, yang mempercepat pencernaan. Selain itu, air liur
melindungi lapisan mulut terhadap ekstrem dingin, panas, keasaman, dan alkalinitas.
Ptialin (amilase), enzim yang ditemukan dalam air liur, membantu konversi
karbohidrat (amilum) dari makanan menjadi maltosa (gula sederhana), yang dapat
diproses oleh saluran pencernaan dengan lebih mudah.

B. Kerongkongan

Untuk mendapatkan makanan yang dikunyah dari mulut ke perut,


kerongkongan, juga dikenal sebagai kerongkongan, menghubungkan rongga mulut
dan perut. Otot-otot esofagus memiliki kemampuan untuk berkontraksi dalam
15

gelombang, mendorong makanan ke dalam perut. Otot-otot yang meregangkan dan


mengelilingi dinding esofagus berkontraksi secara bergantian untuk menciptakan
gerakan ini, yang dikenal sebagai gerakan peristaltis.

Makanan hanya menghabiskan enam detik di kerongkongan. Faring otot lurik


sukarela aktif. Dengan kata lain, ketika makanan dicerna dan ditelan, itu terjadi
sejalan dengan kehendak kita (sadar), tetapi sekali ditelan dan sampai titik
mengeluarkan kotoran, otot-otot organ pencernaan bertindak melawan kehendak kita
(tidak sadar).

C. Lambung

Banyak proses pencernaan terjadi di perut (ventrikel), kantung besar di


sebelah kiri rongga perut. Perut dibagi menjadi tiga bagian:

1. Bagian jantung, yang terhubung ke kerongkongan, terletak di sebelah hati.

2) Bagian tengah bulat (fundus).

3) Duodenum dan bagian bawah (pilorus) terhubung secara langsung.

Otot yang tersusun melingkar, memanjang, dan miring membentuk dinding


perut. Otot-otot ini memberikan tekanan pada perut, menyebabkannya berkontraksi
dan sepenuhnya mengaduk dan mencampur makanan dengan jus lambung untuk
memberikan konsistensi bubur. Sel-sel kelenjar di dinding lambung membuat jus
lambung. Jus lambung terdiri dari pepsinogen, air lendir (musin), enzim renin, dan
asam lambung. Mayoritas jus lambung bersifat asam karena asam lambung
membentuk sebagian besar dari itu. Asam labung bertindak untuk menghilangkan
kuman dan patogen lain dari makanan sehingga pepsinogen dapat diaktifkan menjadi
pepsin. Enzim pepsin dan renin memecah protein menjadi pepton dan protheosis,
sedangkan kasein susu dikumpulkan oleh renin.Bagian jantung perut bergerak dalam
gerakan mengaduk menuju daerah pilorus. Baik ketika perut penuh dan ketika
kosong, ada aktivitas pengadukan konstan. Tindakan pengadukan lebih kuat ketika
ada makanan di perut daripada ketika kosong
16

D. Usus halus

Usus besar mengelilingi usus kecil, yang terletak di daerah umbikilus. Tiga
bagian membentuk usus kecil: 1) Duodenum, segmen pertama dari usus kecil yang
mengalir ke saluran empedu dan getah bening pankreas. 2) Jejenum, yang merupakan
usus kosong, dan 3) Ileum, yang merupakan penyerapan usus. Enzim pencernaan
digunakan selama proses pencernaan di usus kecil. Protein dipecah menjadi asam
amino, karbohidrat menjadi glukosa, lipid menjadi asam lemak dan gliserol, vitamin
dan mineral segera diserap melalui usus kecil.

Mengikuti langkah-langkah ini adalah proses penyerapan, yang sebagian


besar terjadi di usus ileum jejunum. Vili yang melapisi dinding usus tempat jonjot-
jonjot usus diserap berfungsi untuk meningkatkan daerah penyerapan makanan usus
kecil sehingga penyerapan jus makanan yang lebih besar dan lebih cepat
dimungkinkan.

E. Usus besar

Makanan yang tidak dapat dipecah di usus kecil akan selalu masuk ke usus
besar. Bakteri Eschericia yang ditemukan di usus besar membantu pemecahan
limbah makanan menjadi tinja. Kotoran dipindahkan secara konsisten dan perlahan
melalui usus besar oleh otot polos atau tak sadar yang disebut peristaltik menuju
rektum.

F. Anus

Anus adalah rongga tubuh di mana tinja dikeluarkan. Kotoran ditampung di


rektum sebelum dikeluarkan. Otot spinkter rektum mengontrol pembukaan dan
penutupan anus ketika saatnya untuk menghilangkan tinja (Kirnantoro dan Maryana,
2020). Pada organ pencernaan terdapat enzim – enzim yang berperan dalam
membantu mengasimilasi makanan kedalam tubuh, berikut ini adalah tabel ringkasan
proses pencernaan dalam tubuh manusia.

Tabel 2.1 Ringkasan Proses Pencernaan.

Organ Cairan Reaksi Enzim Kerja kimia


pencernaan
17

Mulut Saliva Alkali Pialin zat tepung masak diubah


(ludah) (amilase) jadi gula yang bisa larut
(maltosa)
Lambung Getah Asam Renin kasinogen jadi kasein
lambung
Pepsin Protein diubah jadi pepton

Lipase Hidrolisis dimulai atas


gastrik lemak
Empedu Alkali - Untuk membantu kerja
enzim
pankreas dan
mengemulsikan lemak
Duodenum Tripsin Protein dan pepton
disederhanakan jadi
Cairan Alkali polipeptida dan asam
pankreas amino
Amilase Semua gula diubah dan
zat tepung jadi maltosa
Lipase Lemak disederhanakan
jadi gliserin dan asam
lemak
Usus halus Sukus Alkali Enterokinase Tripsin dibebaskan dalam
enterikus cairan penkreas
Erepsin Zat protein semua
disederhanakan jadi asam
amino
Sukrosa, Zat hidrat karbon
maltosa dan disederhanakan jadi
laktosa monosakarida, glukosa,
galaktosa, dan laeluvosa
(Handayono, 2018)

2.4.4 Gangguan pada sistem pencernaan


1. Diare

Diare, gangguan pada sistem pencernaan, menghasilkan mulas perut dan


mengubah konsistensi tinja atau membuatnya berair. Mengkonsumsi makanan kotor
atau makanan yang telah terkena virus yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
misalnya, dapat menyebabkan dinding usus besar menjadi sakit. Seseorang yang
terkena diare dalam jangka waktu yang lama akan kehilangan banyak cairan tubuh
18

(dehidrasi) yang mengakibatkan sipenderita menjadi lemas dan bahkan dapat


menyebabkan kematian.

2. Sembelit

Sembelit adalah suatu kondisi ketika pasien mengeluarkan tinja yang keras atau
sulit dikeluarkan, yang bisa menyakitkan bagi pasien. Kurangnya konsumsi makanan
berserat seperti buah-buahan dan sayuran atau perilaku tidak sehat seperti menunggu
terlalu lama untuk buang air kecil dapat menyebabkan kondisi ini. Makan makanan
berserat seperti buah-buahan dan sayuran, minum air putih, makan secara teratur, dan
berolahraga cukup untuk meningkatkan pergerakan usus dan menghilangkan kotoran
sebagai cara untuk mencegah sembelit.

3. Maag

Perut kembung, mual, dan ketidaknyamanan di dinding lambung adalah


semua gejala penyakit maag. Kadar asam lambung terlalu tinggi, yang menyebabkan
kondisi ini. Stres, pola makan yang tidak konsisten, dan faktor-faktor lain dapat
berkontribusi terhadap penyakit ini. Pasien harus makan teratur sambil menghindari
makanan pedas dan asam untuk mencegah kondisi tersebut.

4. Ambeien atau wasir

Wasir adalah terjadinya pembengkakan pembuluh darah disekitar usus.


Penderita yang sering mengalami gangguan ini adalah ibu hamil dan orang yang
sering duduk dalam beraktivitas. Untuk mencegah ambein yaitu dengan menghindari
duduk yang terlalu lama dan banyak mengandung makanan yang berserat.

5. Tiphus

Tiphus dapat terjadi karena adanya bakteri Salmonella typhani dalam tubuh.
Gejalanya tampak mual dari 7 hingga 21 hari sesudah terinfeksi bakteri tersebut.
Gejala yang tampak mulai tampak seperti demam tinggi, nyeri perut, diare atau
sembelit. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka perlu menjaga kebersihan
makanan dan lingkungan.
19

6. Radang usus buntu

Gejala yang terjadi pada penyakit ini ialah sakit perut disebelah kanan bawah.
Penyakit ini terjadi jika lubang antara usus buntu dan usus besar tersumbat lalu
tertutup. Karena tersumbat/tertutup maka bakteri dalam usus buntu membuat dinding
usus buntu terinfeksi.

2.5 Kerangka Berpikir

Berdasarkan informasi latar belakang dan dasar-dasar teori yang telah


disajikan, dapat dibuat kerangka kerja untuk mengevaluasi pengaruh model
pembelajaran berbasis proyek terhadap keaktifan dan hasil belajar kognitif siswa
kelas XI yang mempelajari materi sistem pencernaan di SMA Negeri 1 Girsang
Sipangan Bolon. Siswa didorong untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan mereka
menggunakan strategi pengajaran yang dikenal sebagai pembelajaran berbasis
proyek. Fakta bahwa siswa sekarang memproduksi barang menunjukkan bahwa ia
terlibat dalam kursus dan mampu menggunakan informasi yang telah ia pelajari,
terutama tentang sistem pencernaan, untuk menghasilkan sesuatu.

Studi ini meneliti bagaimana materi sistem pencernaan kelas XI di SMA


Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon selama tahun ajaran 2022-2023 dipengaruhi oleh
metodologi pembelajaran berbasis proyek dalam hal keterlibatan siswa dan hasil
pembelajaran. Kerangka bagan pikiran berikut adalah dari studi itu.

Kondisi Awal

Model pembelajaran project based Terdapa hasil


learning masing jarang digunakan tbelajar siswa yang
Adanya siswa yang kurang aktif dalam relatif rendah
proses pembelajaran
20

Pembelajaran dengan menggunakan


model pembelajaran project based
learning

o Siswa memperoleh pemahaman dengan diskusi dengan


teman sekelompoknya untuk membuat suatu proyek
berupa alat peraga pada topik materi sistem pencernaan.
o Siswa menyelesaikan tugas proyek yang telah ditugaskan
o Siswa mempresentasikan hasil proyek dan menjelaskan
organ – organ sistem pencernaan pada manusia
o Guru menilai keaktifan siswa pada lembar observasi
keaktifan siswa

Tes

Hasil Belajar

Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir


2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang kebenarnya akan diuji adalah :

2.6.1 Hipotesis Keaktifan

H0 : Tidak ada pengaruh model pembelajaran project based learning


terhadap keaktifan belajar siswa pada materi sistem pencernaan kelas
XI SMA N 1 Girsang Sipangan Bolon.

Ha : Terdapat pengaruh model pembelajaran project based learning


terhadap keaktifan belajar siswa pada materi sistem pencernaan
kelas XI SMA N 1 Girsang Sipangan Bolon.

2.6.2 Hipotesis Hasil Belajar Siswa


H0 : Tidak ada pengaruh model pembelajaran project based learning
terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem pencernaan kelas XI
SMA N 1 Girsang Sipangan Bolon.
21

Ha : Terdapat pengaruh model pembelajaran project based learning


terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem pencernaan kelas XI
SMA N 1 Girsang Sipangan Bolon.
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon


yang berada di Jl. Pendidikan No 59 Pardamean Ajibata, Kecamatan Ajibata,
Provinsi Sumatera Utara.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2023


semester genap tahun ajaran 2023/2024.

3.2 Jenis Penelitian


Untuk pemeriksaan ini, penelitian kuantitatif akan digunakan. Perlu dilakukan penelitian
quasi experimental dengan menggunakan Pretest dan Posttest Control Group Design. Kelas
kontrol dan kelas eksperimen keduanya akan berpartisipasi dalam penyelidikan ini. Kelas
eksperimen adalah kelas yang menganut paradigma pembelajaran berbasis proyek, sedangkan
kelas kontrol adalah kelas yang tidak..

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi ialah jumlah dari sebuah objek penelitian. Populasi dalam penelitian
ini yaitu siswa SMA XI IPA yang terdiri dari 4 kelas berjumlah 142 orang. Jumlah
populasi siswa setiap kelas bisa dilihat pada Tabel 3.1
23

Tabel 3.1 Jumlah Keseluruhan Siswa IPA SMA N 1 Girsang Sipangan Bolon
No Kelas Jumlah
1 IPA 1 36 orang
2 IPA 2 35 orang
3 IPA 3 35 orang
4 IPA 4 34 orang
Jumlah 142 orang

3.3.2 Sampel penelitian

Teknik Random Sampling digunakan untuk memilih sampel untuk


penyelidikan ini. Pendekatan pengambilan sampel acak, juga dikenal sebagai
pengambilan sampel sembarangan, memberi setiap orang dari suatu populasi, apakah
mereka bertindak sendiri atau dalam kelompok, kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai anggota sampel (Margono, 2014).

3.4 Desain dan Variabel Penelitian


3.4.1 Desain Penelitian

Desain Kelompok Kontrol Pretest dan Posttest yang digunakan dalam


penelitian ini, yaitu pseudo-eksperimen, terdiri dari satu kelas eksperimen dan satu
kelas kontrol. Tes pertama (pretest) dilakukan dengan tujuan mengkaji
perkembangan isi atau bahan ajar yang akan diajarkan, sedangkan penilaian akhir
(posttest) digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan topik setelah siswa
menerima instruksi atau telah melalui proses pembelajaran. Hasil terapi ditampilkan
pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Sampel Test awal Perlakuan Test Akhir


(Pretest) (posttest)
Kelas Eksperimen (XI IPA 2) T1 A1 X T2 A2
Kelas kontrol (XI IPA 1) T1 A1 Y T2 A2
24

Keterangan :
X : Model pembelajaran project based learning
Y : Model saintific learning

T1 : Nilai awal (pretest)


T2 : Nilai awal (pretest)
A1 : Aktivitas awal
A2 : Aktivitas akhir
3.4.2 Variabel Penelitian

Varibael adalah konsep yang memiliki suatu nilai atau suatu pengelompokan
yang logis dari dua atribut atau lebih (Margono, 2014). Variabel dalam penelitian ini
terdiri dari variabel bebas dan variabel kontrol.

1. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran project based
learning.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu keaktifan dan hasil belajar siswa.
3.5 Defenisi Operasional

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.5.1 Pendekatan pembelajaran yang dikenal sebagai pembelajaran berbasis proyek


menggunakan proyek sebagai aktivitas pembelajaran. Sintaks model
pembelajaran berbasis proyek ini menyerukan untuk mengidentifikasi
pertanyaan inti, merancang perencanaan proyek, membuat jadwal dan
mencari tahu kapan harus membuat dan mengumpulkan proyek, serta
memantau aktivitas dan kemajuan proyek, menguji hasil, dan pada akhirnya
menilai pengalaman belajar siswa.
3.5.2 Keaktifan adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama
berlangsungnya proses pembelajaran. Kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran ini terdiri dari beberapa indikator yaitu visual activities
(melihat) : memperhatikan media pembelajaran dan penjelasan guru, oral
activities (lisan) : mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat,
listening activities (mendengar) : mendengarkan dan memahami arahan guru,
25

writing activities (menulis) : mencatat dan membuat rangkuman dari materi


sistem pencernaan, motor activities (motorik) : bekerja sama dan aktif dalam
diskusi kelompok, emotional activities : bersemangat dan berani
mempresentasikan hasil diskudi kelompok.
3.5.3 Hasil belajar kognitif ialah perubahan pengetahuan siswa sesudah
diterapkannya proses pembelajaran. Indikator aspek kognitif terdiri
dari tingkat mengingat (remembering), memahami (understanding),
menerapkan (aplication), menganalisis (analysis), evaluasi (evaluations) dan
mencipta (create).
3.5.4 Bahan biologis dari sistem pencernaan manusia menggambarkan bagaimana
organ pencernaan dan enzim membantu menghancurkan molekul makanan
kompleks menjadi molekul makanan sederhana. Identifikasi struktur, fungsi, dan
penyakit organ pencernaan, serta kemampuan membedakan antara sistem
pencernaan manusia dan hewan ruminansia, merupakan indikator pembelajaran
tentang sistem pencernaan dalam penelitian ini.
3.6 Instrumen Penelitian
3.6.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Project Based
Learning

Menurut Margono (2014), observasi adalah pengamatan sistematis dan


pencatatan langsung gejala yang timbul pada subjek penelitian. Tabel 3.3 di bawah
ini menunjukkan kisi-kisi instrumen untuk implementasi model pembelajaran
berbasis proyek:

Tabel 3.3 Kisi – Kisi Keterlaksanaan Pembelajaran


No Kegiatan Indikator
1 Pendahuluan Pemberian apersepsi dan motivasi
Menentukan pertanyaan mendasar
Mendesain perencanaan proyek
2 Kegiatan inti Menyusun jadwal
Memonitoring kerja siswa
Menguji hasil
Evaluasi pengalaman
3 Penutup Penilaian
26

Untuk lembar observasi keterlaksanaan model project based learning dapat


dilihat pada lampiran 8 halaman 69.
3.6.2 Lembar Observasi Keaktifan Siswa

Dalam penelitian ini, evaluasi aktivitas dan hasil belajar siswa dilakukan
secara individual. Tingkat aktivitas setiap siswa akan dievaluasi dengan menilainya
pada lembar observasi, diikuti dengan observasi langsung. Dua pengamat akan
mencatat pengamatan mereka pada lembar observasi yang menyertainya saat mereka
dibuat saat pelajaran diajarkan di kelas. Lembar penilaian keaktifan siswa yang akan
dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.4 dibawah ini.

Tabel 3.4 Kisi – Kisi Lembar Observasi Penilaian Keaktifan Belajar Siswa

Kegiatan
Indikator

Visual (melihat) Memperhatikan media pembelajaran dan penjelasan


guru
Oral (lisan) Mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan
pendapat
Listening (mendengar) Mendengarkan dan memahami arahan yang
diberikan oleh guru
Writing (menulis) Mencatat dan membuat rangkuman materi
pembelajaran
Motor (motorik) Bekerja sama dan aktif dalam diskusi kelompok
Emotional (emosional) Bersemangat dan berani mempresentasikan hasil
diskusi kelompok
(Ni’mah, 2017)

Lembar observasi keaktifan belajar siswa telah dilampirkan pada halaman 69.
Untuk membantu observator dalam penilaian lembar observasi keaktifan belajar
siswa, dapat dilihat dengan menggunakan rubrik penilaian lembar observasi pada
Lampiran 10.

3.6.3 Tes
27

Untuk mengukur hasil belajar siswa, penelitian ini menggunakan instrumen


tes. Karena tes terdiri dari serangkaian rangsangan (stimulasi) yang dimaksudkan
untuk mendapatkan balasan, yang berfungsi sebagai dasar untuk menghitung skor
numerik, mereka dapat digunakan sebagai metode untuk menilai hasil belajar
(Margono, 2014).

3.6.3.1 Kisi – Kisi Tes Kognitif

Semacam ujian pilihan ganda (pilihan ganda) dengan hingga 40 pertanyaan dan lima opsi
jawaban terkait (a, b, c, d, dan e) akan digunakan dalam penelitian ini. Pada Tabel 3.6, kisi
uji ditampilkan. Berikut ini.

3.5 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa

Indikator Aspek kognitif Jumlah


C1 C2 C3 C4 C5 C6
3.7.1 Mengidentifikasi zat- 7,15 14, 3
zat dan fungsi yang 16
terkandung dalam
makanan
3.7.2 Menjelaskan struktur 5 1,6, 4,17 2 19
organ, fungsi dan proses 20
sistem pencernaan

3.7.3 Mendeskripsikan 13 9 8
penyakit pada sistem
pencernaan dan
menjelaskan upaya
menjaga kesehatan
sistem pencernaan
3.7.4 Menganalisis proses 10,18 11,
pencernaan pada hewan 12
ruminansia
2 3 7 3 2 3
Total
25% 50% 25% 100%
(Sumber : Arikunto, 2018)

Keterangan :
28

C1 : Pengetahuan C4 : Analisis

C2 : Pemahaman C5 : Evaluasi

C3 : Penerapan C6 : Kreasi

3.6.3.2 Uji Coba Instrumen


1) Uji Validitas Tes

Tingkat ketepatan antara data dari objek penelitian dengan data yang
mungkin disajikan oleh peneliti dikenal dengan istilah lucidity (Rosidin, 2017). Jika
tes menghasilkan hasil yang ingin dihasilkannya, itu dianggap sah. Rumus korelasi
momen produk digunakan dengan rumus statistik berikutnya untuk menetapkan
validitas tes:

𝒓𝒙𝒚 𝒏 ∑ 𝑿𝒀− ∑ 𝑿)(∑ 𝒀)


=√
[𝒏 ∑ 𝑿𝟐 − 𝑿𝟐 )(𝒏 ∑ 𝒀𝟐−(𝒀𝟐)]

Keterangan :

𝑟𝑥𝑦 : Nilai korelasi product momment

n : Banyaknya responden
X : Skor butir
Y : Skor total butir (Uno dan satria, 2016)
Selanjutnya nilai korelasi yang telah didapat akan dikategorikan valid atau
tidak valid berdasarkan tabel dibawah ini. Adapun klasifikasi besaran koefisien
validitas adalah sebagai berikut :

3.6 Tabel Klasifikasi Besaran Validitas

No Koefisien Validitas Keterangan


1 𝑟𝑥𝑦 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Valid
2 𝑟𝑥𝑦 ≤ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Tidak Valid

2) Uji Reliabilitas Tes


29

Tes dianggap dapat dipercaya jika secara konsisten dapat menghasilkan


temuan yang konsisten ketika diberikan kepada kelompok orang atau jika variabel
yang diukur memiliki tingkat keabadian yang tinggi. Formula K-R digunakan dalam
penyelidikan ini. 20 sebagai berikut:

𝒏 𝑺𝟐 − ∑ 𝒑𝒒
𝒓 𝟏𝟏 = ( ) (
𝒏−𝟏 )
𝑺𝟐
Keterangan :
p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q =1-p)
n : Banyaknya item
S : Standar divisiasi dari tes atau skor total (Arikunto, 2018)

3) Uji Taraf Kesukaran Item

Bilangan yang menunjukkan sulit dan mudahnya suatu soal disebut dengan
indeks kesukaran (Arikunto, 2018). Rumus yang akan digunakan untuk
mengidentifikasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut :

𝑩
𝑷=
𝑱𝑺
Keterangan :
P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa menjawab soal dengan benar


JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Adapun klasifikasi kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.9 dibawah ini :

Tabel 3.7 Klasifikasi Kesukaran Soal

No Indeks Kesukaran Keterangan


1 0,00 – 0,30 Sukar
2 0,31 – 0,70 Sedang
3 0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2018)
4) Uji Daya Pembeda
30

Indeks diskriminasi, yang mengukur kapasitas pembedaan, berusaha untuk


membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dan rendah. Persamaan berikut
dapat digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi:
𝑩𝑨 𝑩𝑩
𝑫= − = 𝑷𝑨 − 𝑷𝑩
𝑱𝑨 𝑱𝑩
Keterangan :

J : Jumlah peserta
tes
𝐽𝐴 : Banyak peserta kelompok atas
𝐽𝐵 : Banyak peserta kelompok bawah
𝐵𝐴 : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
𝐵𝐵 : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
𝑃𝐴 : Proporsi kelompok atas menjawab soal dengan benar
𝑃𝐵 : Proporsi kelompok bawah menjawab soal dengan benar

Selanjutnya, hasil perolehan dengan menggunakan rumus diatas akan


dikategorikan berdasarkan Tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai Kategori
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
(Arikunto, 2018)
3.7 Teknik Pengumpulan Data
3.7.1 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Project Based Learning
Setelah data pelaksanaan project based learning diperoleh dari lembar
observasi siswa yang telah diisi oleh guru mata pelajaran, tahap selanjutnya adalah
menghitung presentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus
dibawah ini.

𝑲𝒆𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒌𝒔𝒂𝒏𝒂𝒂𝒏 =
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉 × 𝟏𝟎𝟎%
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎

Berikutnya, hasil perhitungan presentase keterlaksanaan pembelajaran akan


dikategorikan berdasarkan Tabel 3.10 dibawah ini.
Tabel 3. 9 Kriteria Keterlaksanaan Proses Pembelajaran
31

Nilai Kategori
81% - 100% Sangat baik
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup baik
21% - 40% Kurang baik
0% - 20% Sangat kurang
(Arikunto, 2018)
3.7.2 Keaktifan Siswa
Untuk mengetahui keaktifan belajar siswa secara perorangan (individu),
berikut ini merupakan rumus yang akan digunakan untuk menghitung penilaian
lembar observasi keaktifan belajar siswa.

𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉


𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎 × 𝟏𝟎𝟎%
Setelah data lembar observasi siswa dihitung berdasarkan rumus yang tertera
diatas, maka tahap selanjutnya adalah mengkategorikan nilai siswa berdasarkan
Tabel
3.10 dibawah ini.

Tabel 3.10 Klasifikasi Penilaian Keaktifan Siswa

Nilai Kategori
81% - 100% Sangat baik
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup baik
21% - 40% Kurang baik
0% - 20% Sangat kurang
(Arikunto, 2018)
3.7.3 Hasil Belajar Kognitif Siswa
Hasil belajar siswa bertujuan agar memahami seberapa besar pengetahuan
siswa setelah dilakukannya proses pembelajaran. Untuk menghitung ketuntasan hasil
belajar individu siswa ialah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓 × 𝟏𝟎𝟎
Ketuntasan
𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 Belajar =
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒔𝒐𝒂𝒍

Nilai kriteria ketuntasan minimal siswa pada materi biologi senilai 72.
Setelah nilai ketuntasan dihitung berdasarkan rumus yang tertera diatas, maka
selanjutnya nilai siswa dikatakan tuntas apabila nilai yang diperoleh sesuai dengan
Tabel 3.11 dibawah ini.
32

Tabel 3.11 Klasifikasi Hasil Belajar Siswa


Nilai Kategori
0,00 ≤ 𝐾 ≥ 72 Tidak Tuntas
72 ≤ 𝐾 ≥ 100 Tuntas

3.8 Prosedur Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :
3.8.1 Tahap awal (persiapan/perencanaan)
a) Menyusun instrumen wawancara guru untuk memperolah data sebelum
dilakukannya proses penelitian.
b) Mengurus surat izin observasi.
c) Melakukan pra-penelitian kesekolah yang akan diteliti.
d) Menyusun RPP, lembar observasi dan soal tes kognitif siswa berdasarkan
materi sistem pencernaan.
e) Uji validitas RPP, lembar observasi dan butir soal dengan dosen ahli.
f) Menyiapkan proposal penelitian dengan bantuan dosen pembimbing
skripsi.
3.8.2 Tahap pelaksanaan
a) Melakukan pretest kepada kelas yang akan diteliti.
b) Menerapkan model project based learning.
c) Menilai keaktifan siswa melalui lembar observasi yang telah disediakan.
d) Melakukan posttest terhadap peserta didik untuk memperoleh hasil
belajar siswa.
3.8.3 Tahap akhir
a) Menganalisis data secara statistik untuk memastikan dampak model
pembelajaran berbasis proyek terhadap tingkat keterikatan dan hasil
belajar kognitif siswa kelas XI IPA 2 SMA N 1 Girsang sipangan Bolon.
b) Penarikan kesimpulan dan penyelesaian hasil penelitian.
Berikut ini merupakan alur pelaksanaan penelitian dengan penerapan model
project based learning.

Populasi
33

Sampel

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretes
t

Kelasdenganperlakuan Kelas tanpa perlakuan Model


model pembelajaran pembelajara projectbased
project n
based learning learning
Posttes
t

Pengolahan
data

Penarikan
kesimpulan
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
3.9 Analisis Data
3.9.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data
dalam suatu penelitian normal atau tidak. Ujian ini dilaksanakan setelah pengumpulan nilai
pretest dan posttest dengan menggunakan SPSS 22. Tes Shapiro-Wilk, yang memiliki ambang
batas signifikan 5%, akan digunakan dalam penyelidikan ini untuk menentukan apakah
hipotesis berikut ini benar:

H0: Sampel diambil dari populasi yang tidak seimbang.

Ha: Populasi dengan sampel berdistribusi normal digunakan.


Jika nilai P (sig) kurang dari atau sama dengan 0,05, sampel dikatakan berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan H0 diterima (Nuryadi et al., 2017). Jika tidak, sampel dikatakan tidak berasal
dari populasi yang berdistribusi normal dan H0 ditolak.

3.9.2 Uji Homogenitas


Uji homogenitas mengevaluasi apakah varians variabel homogen atau tidak. Untuk
mengevaluasi apakah sampel yang digunakan dalam penelitian memiliki varians yang sama
atau tidak, uji homogenitas akan dihitung menggunakan SPSS 21. Jika nilai sig lebih besar dari
(0,05) dan kurang dari (0,05), sampel dikatakan homogen, dan sebaliknya, dikatakan tidak
homogen.
34

3.9.3 Uji Hipotesis


3.9.3.1 Uji Statistik Test
Uji statistik ini dijalankan untuk melihat apakah ada perubahan antara
sebelum dan sesudah terapi, dan perangkat lunak SPSS 21 membantu dalam
perhitungan ini. Uji-t sampel independen, salah satu tes dalam pengujian hipotesis,
digunakan dalam penyelidikan ini untuk menemukan perbedaan nilai rata-rata antara
kedua kelompok.

Analisis uji-t sampel independen ini didukung oleh premis berikut:

a. Ho dikesampingkan dan diterima jika nilai signifikan (2-tailed) kurang


dari 0,05.

b. Ketika nilai signifikan (2-tailed) lebih dari 0,05, Ho diterima dan Ha


ditolak. (Nuryadi et al, 2017)
3.9.4 Normalitas Gain (N-Gain)
Tes N-gain dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut untuk melihat
apakah ada peningkatan dalam pembelajaran siswa sebelum dan sesudah
diterapapkan
𝑺𝒑𝒐𝒔𝒕 − 𝑺𝒑𝒓𝒆
𝑵 − 𝒈𝒂𝒊𝒏 =
𝑺𝒎𝒂𝒌𝒔 − 𝑺𝒑𝒓𝒆

Keterangan :

𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 : Skor posttest


𝑆𝑝𝑟𝑒 : Skor pretest
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 : Skor maksimal

Adapun untuk menentukan kategori skor tersebut dapat dilihat pada Tabel
3.13 dibawah ini.
Tabel 3.12 Kriteria N-Gain
Nilai N-gain Kategori
g ≥ 0,7 Tinggi
35

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang


g ≤ 0,3 Rendah
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Di SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon, dilakukan kajian tentang pengaruh
model pembelajaran berbasis proyek terhadap keterlibatan dan hasil belajar siswa
IPA kelas XI dengan menggunakan dua ruang kelas dengan berbagai filosofi
pengajaran. Dalam penelitian ini, IPA Kelas XI 2 berfungsi sebagai kelas kontrol,
menggunakan metodologi pembelajaran ilmiah, sedangkan IPA Kelas XI 3 berfungsi
sebagai kelas eksperimen, menggunakan strategi pembelajaran berbasis proyek.
Informasi yang dikumpulkan meliputi data hasil belajar dari ujian pilihan ganda yang
divalidasi hingga 20 pertanyaan dan data aktivitas belajar dari lembar observasi yang
diisi oleh pengamat.

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian


4.1.1.1 Keterlaksanaan Pembelajaran Project Based Learning

Data hasil observasi lembar keterlaksanaan model project based learning


diperoleh dari pengamat. Hasil data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1 Hasil perhitungan perindikator lembar observasi keterlaksanaan model


pembelajaran project based learning

Sumber
Data Aspek yang dinilai Nilai Kategori
Menentukan pertanyaan mendasar 100 Sangat baik
Lembar Mendesain perencanaan proyek 100 Sangat baik
Observasi Memonitoring kerja siswa 100 Sangat baik
Menguji hasil 100 Sangat baik
Evaluasi pengalaman 100 Sangat baik

Berdasarkan data hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran project


based learning diperoleh sesuai dengan kriteria perhitungan yang telah ditentukan
yaitu skor yang diperoleh per skor maksimum dikali 100% maka diperoleh hasil
37

sebesar 100% dengan kategori bahwa model pembelajaran project based learning
terlaksana dengan sangat baik.

4.1.1.2 Keaktifan Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan lembar


observasi yang telah diselesaikan di observatorium untuk membandingkan perolehan
nilai aktivitas belajar siswa pada mata kuliah eksperimen dan kontrol. Gambar 4.1 di
bawah ini menunjukkan data tentang bagaimana pembelajaran siswa telah maju di
kelas eksperimental dan kontrol.

74
72.45
72
70
68 Aktivitas Kelas
65.28 Eksperimen
66
Aktivitas Kelas
64
Kontrol
62
60
Aktivitas Kelas Aktivitas Kelas
Eksperimen Kontrol

Gambar 4. 1 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Materi Sistem Pencernaan Kelas


XI IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon.

Menurut Gambar 4.1 di atas, secara umum ada lebih banyak aktivitas belajar
siswa di kelas eksperimen daripada di kelas kontrol. Pada kelas eksperimen skor
kategori baik adalah 72,45%, namun nilai rata-rata untuk kategori baik kelas kontrol
untuk kegiatan belajar siswa hanya 65,28%. Ini adalah perbedaan skor rata-rata
7,17%. Ini menunjukkan bagaimana strategi pembelajaran berbasis proyek
meningkatkan
38

pemahaman siswa tentang sistem pencernaan. Tabel 4.2 menunjukkan hasil dari
setiap indikator kegiatan belajar untuk siswa sebagai proporsi dari hasil total.

Tabel 4.2 Data Persentase Keaktifan Perindikator Siswa Materi Sistem Pencernaan
pada Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol SMA Negeri 1 Girsang
Sipangan Bolon

Persentase Ketercapaian
No Indikator Butir Kelas Kelas
Pernyataan Ekperimen Kontrol
1 Visual (Melihat) 1,2 90,95% 85,71%
2 Lisan 3,4 63,80% 50,95%
3 Mendengar (Listening) 5,8 67,14% 64,28%
4 Menulis (Writing) 7 40% 38,09%
5 Motorik (Motor) 6,9 80% 75,23%
6 Emosional (Emotional) 10 80,90% 70,47%

4.1.1.3 Hasil Belajar Siswa

Hasil pembelajaran yang dicapai setelah menggunakan model pembelajaran


berbasis proyek lebih baik daripada yang dicapai setelah menggunakan metode
pembelajaran saintif. Sebelum dan sesudah proses pembelajaran, data hasil belajar
untuk materi sistem pencernaan dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Data hasil Pretes posttes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon

Data Pretes Posttes


Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Jumlah siswa 35 35 35 35
Nilai tertinggi 45 45 95 85
Nilai terendah 15 15 60 55
Rata – rata 29.28 29.57 80.28 71.85

Karena tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara nilai pretest
rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol, menurut data Tabel 4.2, kedua kursus
mencapai tingkat pembelajaran siswa yang sama. Setelah terapi, skor hasil belajar
rata-rata setiap kelas meningkat. Rata-rata posttest dari kelas eksperimen lebih tinggi
dari kelas kontrol, meskipun demikian. Gambar 4.2 di bawah ini memberikan
informasi tentang bagaimana hasil belajar untuk siswa biasanya meningkat di kelas
eksperimental dan kontrol.

82
80.28
78
76
74 Kelas eksperimen
71.85
39
72 Kelas Kontrol
70
68
Gambar 4.2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Sistem Pencernaan Kelas XI
66 IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon.
Kelas eksperimenKelas Kontrol
Berdasarkan data pencapaian perindikator kemampuan kognitif belajar siswa
dari C1 (pemahaman) hingga C6 materi sistem pencernaan pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Data Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan pada
Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol SMA Negeri 1 Girsang Sipangan
Bolon

Persentase Ketercapaian
No Level Butir Soal
Kelas Kelas
Ekperimen Kontrol
1 C1 (Mengingat) 5,13 80% 74,28%
2 C2 (Memahami) 1,6,20 82,85% 78,28%
3 C3 (Menerapkan) 4,7,9,10,14,17,18 78,37% 73,06%
4 C4 (Menganalisis) 2,11,12 88,57% 79,05%
5 C5 (Menilai/evaluasi) 15,16 74,29% 55,71%
6 C6 (Mencipta) 3,8,19 79,05% 63,81%
40

4.2 Uji Analisis Data

4.2.1 Uji Normalitas


Ditentukan apakah data didistribusikan secara teratur dengan menggunakan
metode yang dikenal sebagai uji normal. Sampel dikatakan memiliki distribusi
terdistribusi secara teratur jika nilai sig lebih besar dari 0,05. Data hasil belajar dan
data aktivitas siswa dari kedua mata kuliah menjadi sasaran uji normalitas
menggunakan software SPSS versi 22 untuk Windows, dan temuannya ditampilkan
pada tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Keaktifan dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada
Materi Sistem Pencernaan Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen SMA
Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon

Kelas Kelas
Sumber Data Jenis Data Kontrol Eksperimen Keterangan
(Sig) (Sig)
Lembar Observasi Keaktifan 0,106 0,111 Normal
Pretes Hasil Belajar 0,162 0,138 Normal
Posttes Hasil Belajar 0,155 0,196 Normal
Hasil uji normalitas pada tabel diatas menunjukkan bahwa data keaktifan dan
hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen berdistribusi normal dengan
nilai 𝑠𝑖𝑔 > 0,05.

4.2.2 Uji Homogenitas


Uji homogenitas adalah metode untuk menentukan apakah data homogen
(sama) atau heterogen (tidak sama) berdasarkan varians atau variasi. Tabel 4.4 di
bawah ini menunjukkan hasil uji homogenitas untuk kedua kelompok.

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Keaktifan dan Hasil Belajar Kognitif Kelas
Kontrol dengan Kelas Eksperimen di SMA Negeri 1 Girsang Sipangan
Bolon

Sumber Data Sig. Keterangan


Lembar Observasi 0,855 Homogen
Pretes 0,599 Homogen
Posttes 0,785 Homogen

4.2.3 Uji Hipotesis


Dengan penggunaan program SPSS Versi 22, pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji-t sampel independen untuk menentukan apakah hipotesis yang
41

disarankan benar atau tidak. Tabel 4.5 berikut menyajikan kesimpulan dari pengujian
hipotesis.

Tabel 4.8 Nilai Uji Hipotesis Keaktifan dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Materi
Sistem Pencernaan Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol SMA Negeri
1Girsang Sipangan Bolon

Sumber Data Jenis Data Sig. (2-tailed) Keterangan


Lembar Observasi Keaktifan 0,009 Ho ditolak Ha diterima
Posttes Hasil Belajar 0,001 Ho ditolak Ha diterima

Menurut kesimpulan logis dari hasil ujian, kurikulum kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon dipengaruhi oleh keterlibatan siswa dan hasil
belajar. Bagan ini menunjukkan bagaimana pendekatan pembelajaran berbasis
proyek telah mempengaruhi aktivitas belajar siswa terkait isi sistem cerna kelas XI
IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon T.A 2022/2023. SPSS digunakan untuk
melakukan perhitungan. Ho didiskualifikasi sedangkan Ha disetujui, menunjukkan
pengaruh paradigma pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil pengujian kegiatan
belajar siswa.

Pengujian data posttest siswa menghasilkan temuan 0,00 0,05, dengan


kategori bahwa Ho didiskualifikasi. Ha mengakui bahwa metodologi pembelajaran
berbasis proyek berdampak pada pencapaian belajar kognitif siswa untuk konten
kelas XI IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon T.A 2022/2023 pada sistem
pencernaan. Nilai n-gain keseluruhan 0,6 dan 0,7 dengan kategori medium
ditemukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing berdasarkan
pengumpulan data pretest posttest.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Keterlaksanaan Model Pembelajaran Project Based Learning


Keterlaksanaan model pembelajaran project based learning perlu diukur
untuk mengetahui apakah setiap prosedur dari model tersebut telah terlaksana atau
tidak. peneliti melacak penerapan paradigma pembelajaran berbasis proyek dari
pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga dari proses pembelajaran. Model
pembelajaran berbasis proyek yang telah dipertimbangkan dalam RPP diwakili oleh
sejumlah sintaks pada lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini.
42

Penerapan model pembelajaran project based learning pada pertemuan


pertama hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran telah terlaksanan dengan
sangat baik. Pada pertemuan ini dilakukan 3 sintaks pembelajaran yaitu menentukan
pertanyaan mendasar, penyusunan perencanaan proyek dan menjadwalkan
pengumpulan proyek dengan tujuan untuk menilai keaktifan dan kreativitas siswa
dalam memecahkan suatu masalah dengan merencanakan suatu proyek. Tetapi
penentuan proyek telah ditentukan diawal yaitu membuat alat peraga sistem
pencernaan pada manusia dan siswa perlu menuangkan ide – ide yang mereka miliki
untuk menciptakan proyek tersebut. Dengan adanya kegiatan tersebut dapat
mengasah keterampilan dan kreatif siswa pada saat merencanakan dan membuat
proyek.

Keterlaksanaan pembelajaran project based learning pada pertemuan kedua


telah terlaksana dengan kategori sangat baik yang terdiri dari sintak memonitoring
kemajuan proyek untuk menilai keaktifan belajar siswa dalam menyelesaikan proyek
yang dirancang pada pertemuan sebelumnya. Siswa juga diminta untuk menjelaskan
temuan proyek untuk menentukan apakah mereka memiliki pemahaman menyeluruh
tentang bagaimana makanan dicerna oleh manusia. Selain itu, ada sintaks untuk
evaluasi pengalaman untuk pertemuan ketiga. Penggunaan paradigma pembelajaran
berbasis proyek dibahas oleh perwakilan dari masing-masing kelompok. Temuan
menunjukkan bahwa siswa menerima pembelajaran, dan bahwa paradigma
pembelajaran berbasis proyek membuat pembelajaran lebih menarik dan kurang
monoton.

Dengan menunjuk instruktur sebagai fasilitator dan motivator, paradigma


pembelajaran berbasis proyek mempromosikan pembelajaran yang berpusat pada
siswa. untuk memberikan siswa kesempatan untuk merancang metode pembelajaran
mereka sendiri. Menurut analisis data pada lembar observasi, paradigma
pembelajaran berbasis proyek telah dilaksanakan dengan sangat sukses dalam tiga
sesi. (Trianto, 2014) menegaskan bahwa inklusi pembelajaran berbasis proyek akan
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek pada konten yang
berkaitan dengan sistem pencernaan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas
eksperimen.
43

4.2.2 Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap


Keaktifan Siswa Materi Sistem Pencernaan
Berdasarkan temuan dari lembar observasi, tingkat aktivitas di antara siswa di
kelas eksperimen dan kontrol dinilai. Setiap kelas memiliki hingga tiga pertemuan
untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Siswa di kelas eksperimen ditangani
pada pertemuan pertama menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek,
yang melibatkan pembelajaran dengan menghasilkan output akhir. Sebelum
diterapkannya proses pembelajaran terlebih dahulu menyampaikan arahan, tujuan
proses pembelajaran dengan tujuan agar siswa mengetahui manfaat dalam
mempelajari materi sistem pencernaan. Setelah berlangsungnya proses pembelajaran
siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 5 orang. Siswa diberikan
kebebasan dalam proses pembelajaran. Namun masih ada dari sebagian siswa yang
malu dan ragu dalam mengutarakan pendapat dan bertanya.

Pada pertemuan selanjutnya siswa kelas eksperimen sudah lebih aktif


dibandingkan pertemuan sebelumnya. Siswa sudah mampu membuat produk berupa
alat peraga dan mempresentasikan hasil produk pada sistem pencernaan secara
kompak bersama dengan teman sekelompoknya. Karena kolaborasi kelompok yang
sangat baik saat membuat item dan persentase kelompok, siswa yang sebelumnya
kurang aktif menjadi lebih terlibat. Siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran
untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang atau memecahkan kesulitan yang
mereka hadapi selama pembelajaran untuk memperluas pengetahuan mereka sendiri
(Purbayanti et al., 2022).

Berdasarkan data aktivitas belajar siswa, secara keseluruhan terdapat nilai


persentase belajar tertinggi pada aspek visual pada kelas eksperimen termasuk
kedalam kategori sangat baik. Hal ini dikarenakan pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran perhatian siswa belum teralihkan dengan kegiatan lainnya. Siswa
masih fokus memperhatikan slide power point yang ditayangkan dan arahan yang
diberikan. Menurut (Arsyad, 2015) bahwa dengan adanya bantuan media
pembelajaran akan meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa agar termotivasi
dalam proses pembelajaran. Selain itu penerimaan dan pemberian informasi
pengetahuan akan lebih mudah tersampaikan dengan adanya bantuan media
pembelajaran. Sedangkan pada
44

indikator aktivitas menulis kedua kelas memperoleh nilai dengan kategori kurang
baik, dikarenakan kemauan siswa sangat rendah untuk menuliskan kembali pelajaran
yang telah diajarkan. Aktivitas menulis merupakan kemauan siswa dalam mencatat
materi pembelajaran. Menurut (Nurlaily & Pranata, 2022) kurang aktifnya siswa
dalam menulis mungkin disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal yaitu
kurangnya minat dan motivasi siswa untuk menuliskan pengetahuannya. Kemudian
faktor eksternal yaitu disebabkan oleh lingkungan sekitar. Siswa akan merasa
termotivasi apabila lingkungan sekitarnya memiliki pengaruh positif maka
kemungkinan siswa tersebut juga akan termotivasi untuk melakukan aktivitas
menulis. Tujuan siswa menulis ialah agar materi yang telah disampaikan dapat
dituangkan kedalam suatu tulisan dan materi yang diajarkan dapat diulang kembali
ketika proses pembelajaran telah berlalu.

Statistik menunjukkan bahwa siswa dalam kursus eksperimental dan kontrol


memiliki jumlah rata-rata skor lembar observasi yang termasuk dalam kisaran yang
baik. Bila dibandingkan dengan kelas kontrol yang memiliki perbedaan skor rata-rata
7,17%, skor kelas eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara signifikan satu sama
lain. Uji analisis statistik yang dilakukan mendukung temuan analisis data dan
hipotesis yang diajukan. Temuan penelitian, yang memiliki nilai signifikan 0,00-
0,05, menunjukkan bahwa Ho dibantah dan Ha diterima. Berdasarkan informasi
tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa penerapan sistem materi model pembelajaran
berbasis proyek untuk kelas XI IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon akan
meningkatkan hasil pembelajaran. Menurut studi Utama dan Sukaswanto (2020),
pembelajaran berbasis proyek memiliki dampak yang menguntungkan pada
keterlibatan siswa. Selain itu, karena banyak lembaga pendidikan telah menganut
paradigma pembelajaran berbasis proyek, siswa mungkin merasa lebih mudah untuk
memahami subjek yang telah mereka peroleh. Selain meningkatkan hasil belajar,
partisipasi siswa dapat membantu menjaga proses pembelajaran bergerak maju.
(Anggraini & Wulandari, 2020).

4.2.3 Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil


Belajar Sistem Pencernaan
Fokus penelitian ini adalah pada peningkatan model pembelajaran berbasis
proyek yang digunakan di ruang kelas eksperimen dan di lingkungan pendidikan
45

agama dengan menggunakan strategi pengelolaan kelas yang disebut ceramah. Untuk
pelajaran pertama kelas dua, diberikan sekitar 20 butir untuk memahami kemampuan
siswa pertama. Hasil pretest menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan
awal yang sama dan rasio tarif yang wajar. Hasil pretest dapat ditunjukkan pada tabel
4.2 dan menunjukkan bahwa siswa kemungkinan akan mempelajari materi yang
sangat sulit karena belum dijelaskan dengan baik oleh ahli biologi baik pada tingkat
kontrol kelas maupun kelas ekperimen.

Berdasarkan temuan analisis deskriptif, tabel 4.2 menampilkan variasi skor


rata-rata yang dicapai siswa di setiap kelas sebelum dan sesudah terapi. Pengumpulan
hasil ini menunjukkan perbedaan nilai rata-rata siswa sebesar 8,42%. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa siswa dalam kelompok eksperimen yang terlibat dalam
pembelajaran berbasis proyek melakukan lebih baik daripada rekan-rekan dalam
kelompok kontrol yang diinstruksikan melalui ceramah. Menurut data tentang
kapasitas kognitif siswa, enam tingkat indikator komponen kognitif — menghafal,
memahami, menerapkan, menganalisis, menilai, dan menciptakan — memiliki nilai
dan perbedaan yang bervariasi.

Temuan dari data indikator kognitif siswa menunjukkan bahwa kemampuan


kognitif murid kelas eksperimen lebih unggul daripada murid kelas kontrol. Menurut
statistik, segi C4 (menganalisis) dengan kategori sangat baik memiliki nilai tertinggi
untuk setiap indikator kognitif. Menjelaskan bagaimana organ pencernaan bekerja
dan memeriksa bagaimana pencernaan ruminansia bekerja adalah penanda
pertanyaan untuk komponen kognitif C4. Nilai tinggi dapat dipengaruhi oleh
pemahaman siswa ketika mereka melakukan proyek, mengerjakan lembar kerja, dan
menonton video tentang sistem pencernaan ruminansia. Siswa mengumpulkan data
dari berbagai sumber untuk belajar tentang sistem pencernaan hewan ruminansia.
Dalam hal hasil terendah, ada kategori yang layak dalam aspek C5 (evaluasi).
Indikasi dalam aspek C5 digunakan untuk mengidentifikasi komponen dan tujuan
makanan. Nilai-nilai ini dicapai sebagai hasil dari keinginan siswa untuk belajar lebih
banyak dan pemahaman mereka yang tidak memadai tentang konten pembelajaran
yang telah disediakan.

Pengaruh penerapan paradigma pembelajaran berbasis proyek ditemukan


46

dengan membandingkan hasil posttest dari kelas eksperimen dengan kelas kontrol
menggunakan pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 5%. Algoritma SPSS 22
mendapat nilai 0,00 0,05, yang menjelaskan mengapa Ho didiskualifikasi. Ha
sependapat, menunjukkan bagaimana praktik pembelajaran berbasis proyek yang
digunakan di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon meningkatkan
hasil belajar siswa. Ini konsisten dengan studi oleh Insyasiska et al. (2017) yang
menunjukkan bagaimana pembelajaran berbasis proyek meningkatkan keterampilan
kognitif siswa. Penerapan pendekatan pembelajaran berbasis proyek telah terbukti
meningkatkan hasil belajar siswa, dengan skor rata-rata 78,71 di kelas eksperimen
dan 68,28 di kelompok kontrol, menurut penelitian (Nurbaiti et al., 2016).
47

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Materi pelajaran biologi dapat disimpulkan dari data hasil evaluasi yang dilakukan di kelas
XI IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon.
1. Materi Sistem Pencernaan Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon Tahun
Ajaran 2022/2023 telah mengimplementasikan dan kini sedang menjalankan model
pembelajaran berbasis proyek yang sangat sukses.
2. Terdapat bukti yang mengaitkan efektivitas pembelajaran berbasis proyek dengan materi
yang tercakup dalam XI SMA N 1 Girsang Sipangan Bolon Tahun Akademik 2022–
2023.
3. Terdapat bukti yang mengaitkan keberhasilan pembelajaran berbasis proyek yang
dipimpin siswa dengan muatan SMA N 1 Girsang Sipangan Bolon XI Tahun 2022/2023..

5.2 Saran
1. Bagi siswa
Dengan adanya penerapan model project based learning diharapkan siswa
semakin giat dan antusias dalam pembelajaran terlebih pada mata pelajaran biologi.
2. Bagi guru
Guru bisa menggunakan model pembelajaran project based learning sebagai
sarana untuk meningkatkan keaktifan, hasil belajar serta kreatifitas yang dimilikinya.
Guru tidak lagi menjadi sumber informasi materi pelajaran melainkan sebagai fasilisator.
Sehingga siswa diharuskan mencari informasi sendiri dalam memahami dan mengasah
kemampuan siswa didalam memperoleh data serta menarik kesimpulan dari informasi
yang didapatnya.

Anda mungkin juga menyukai