Anda di halaman 1dari 116

PENGGUNAAN MODEL PJBL UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF DAN SELF REGULATED


LEARNING KELAS XI MIA 1 SMA NEGERI 11 KOTA JAMBI

KELOMPOK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

1. Miftahul Jannah (A1C217021)


2. Loranza Afrianti ( A1C217039)
3.Mhd. Azmi Zulkarnain (A1C217066)
4. Lusi Sulistiani (RRA1C217001)

DOSEN PENGAMPU :

1. Drs. Wardi Syafmen, M.Si

2. Novferma, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Matematika adalah ilmu yang tergolong ilmu dasar yang mempunyai
peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak
siswa yang menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang
menakutkan selain dari segi matematika yang sifatnya abstrak dan juga konsepnya
memiliki banyak hitungan siswa menganggap matematika ini sesosok monster
sehingga banyak sekali siswa yang tidak menyukai matematika dan kurang
termotivasi dalam mempelajari matematika. Padahal matematika adalah kunci
utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari disekolah. Faktor lain
yang mempengaruhinya adalah pendidik kurang kreatif dalam menjelaskan materi
pelajaran dan cenderung monoton sehingga peserta didik bosan dan hasil belajar
yang mereka peroleh juga tidak maksimal. Hasil belajar matematika, juga
memiliki peranan yang harus diperhatikan dalam dunia pendidikan. Hasil belajar
matematika adalah kemampuan yang dimiliki siswa yang meliputi kemampuan
kognitif, afektif dan pikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran
matematika. Namun, hasil belajar matematika pada kenyataannya belum sesuai
dengan harapan (Nawi, 2012:84)
Guru di kelas masih berperan sebagai pusat pembelajaran dan siswa
dibiarkan duduk, dengar, catat dan hafal. Siswa di kelas tidak dibiasakan untuk
belajar secara aktif. Guru belum maksimal dalam menggunakan model yang tepat
untuk melibatkan siswa secara langsung, sehingga siswa terbiasa diam, takut
mengeluarkan ide atau pendapat dan tidak berani bertanya. Aktivitas belajar siswa
yang rendah tersebut berpengaruh terhadap hasil belajarnya yang cenderung
rendah. Pentingnya peran self regulated learning di dalam pencapaian tujuan
pendidikan mengacu pada hasil analisa data studi meta‐analisis tentang strategi
self regulated learning terhadap prestasi belajar menunjukkan bahwa hipotesis
yang menyatakan terdapat korelasi positif antara strategi self regulated learning
dengan prestasi belajar dapat diterima. Maka, jika seorang siswa memiliki self
regulated learning yang tinggi, maka kemungkinan siswa tersebut berprestasi
dalam belajarnya juga tinggi (Latipah, 2010:110)
Dalam kegiatan pembelajaran, kemandirian sangat penting karena
kemandirian merupakan sikap pribadi yang sangat diperlukan oleh setiap individu.
Menurut Utari Sumarmo (2006: 5) dengan kemandirian, siswa cenderung belajar
lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara
efektif, menghemat waktu secara efisien, akan mampu mengarahkan dan
mengendalikan diri sendiri dalam berfikir dan bertindak, serta tidak merasa
bergantung pada orang lain secara emosional. Siswa yang mempunyai
kemandirian belajar mampu menganalisis permasalahan yang kompleks, mampu
bekerja secara individual maupun bekerja sama dengan kelompok, dan berani
mengemukakan gagasan.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, perlu adanya perbaikan proses
pembelajaran agar hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan. Perlu ada
proses dimana siswa tertarik untuk memahami dan menggali informasi secara
mandiri. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk melibatkan peran serta
siswa dalam kelas adalah menerapkan model pembelajaran yang dapat mendorong
siswa mengonstruksi pengetahuan sendiri, adanya kegiatan yang menarik
perhatian siswa selama proses pembelajaran, meningkatkan komunikasi dan
interaksi sesama siswa melalui kegiatan diskusi dan berbagi informasi sehingga
siswa dapat mengkomunikasikan gagasan kepada siswa lain, serta adanya
bimbingan atau arahan dari guru sebagai fasilitator selama kegiatan pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah Project Based Learning (PJBL). Pembelajaran berbasis proyek
dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar
yang dapat mendorong siswa mengonstruksi pengetahuan keterampilan secara
personal (Made Wena, 2009).
Dalam penelitian yang dilakukan ternyata hasil dari pengujian angket
instrumen afektif mengenai kemandirian belajar siswa diperoleh hasil yang baik
dan diatas rata-rata, yakni 75,4% Siswa yang memiliki self regulated learning
tinggi akan berusaha untuk mengetahui dan memenuhi standar nilai yang harus
dicapai dalam tiap mata pelajaran, memiliki target-target jangka pendek maupun
jangka panjang, memiliki rencana belajar yang sesuai dengan kemampuan diri,
dan memiliki sikap disiplin dalam menerapkan rencananya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :

“Penggunaan model PJBL untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan


Self Regulated Learning Kelas XI Mia 1 SMA Negeri 11 Kota Jambi ”

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
Penggunaan model PJBL untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan
Self Regulated Learning Kelas XI Mia 1 SMA Negeri 11 Kota Jambi

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu
pengetahuan dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning
(PJBL) yang berkaitan dengan hubungan kemandirian belajar (self regulated
learning) dengan hasil belajar matematika siswa khususnya pada mata pelajaran
matematika di SMA Negeri 11 Kota Jambi.
1.4.2 Secara Praktis
a. Sekolah
Menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam
menambah khasanah pengetahuan dalam meningkatkan kemandirian
belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.

b. Guru

1. Meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika.


2. Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
bagi siswa.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika.
c. Siswa
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Meningkatkan kemajuan siswa sehubungan dengan materi pelajaran
yang akan diberikan.
3. Bermanfaat sebagai bahan informasi serta menambah wawasan
mengenai peran motivasi berprestasi pada kemampuan self regulated
learning agar siswa dapat mengembangkan diri menjadi pribadi yang
mandiri dalam belajar untuk masa depan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL)


2.2.1 Definisi Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL)

Project Based Learning (PjBL) adalah sebuah model pembelajaran dimana


peserta didik dilibatkan langsung dalam memecahkan permasalahan yang
ditugaskan, mengijinkan para peserta didik untuk aktif membangun dan mengatur
pembelajarannya, dan dapat menjadikan peserta didik yang realistis
(Punawan,2007).

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009, hlm. 30) “model
pembelajaran project based learning adalah model yang memperkenankan peserta
didik untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruksikan pembelajarannya dan
mengkulminasikannya dalam produk nyata”. Selanjutnya Trianto (2014, hlm. 42)
menyatakan bahwa “project based learning adalah sebuah model yang inovatif,
yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks”.

Menurut Made Wena (2009, hlm. 144) model pembelajaran project based
learning merupakan “model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek”.
Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks
berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan
menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat
keputusan, melakukan kegiatan investigasi, dan memberikan kesempatan peserta
didik untuk bekerja secara mandiri. Dalam model pembelajaran ini, Guru
bertindak sebagai supervisor/facilitator, memberikan feed back secara bertahap,
menilai proses dengan kisi-kisi penilaian terkait dengan penumbuhan
keterampilan peserta didik.

Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa model


pembelajaran project based learning adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah, aktif dalam membangun
dan mengatur pembelajarannya, dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi dan
mengimplementasikan dalam produk nyata.

2.1.2 Langkah - langkah Model Pembelajaran Project Based Learning


(PJBL)

Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Leraning sebagaimana


yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005)
terdiri dari

a. Start With the Essential Question


Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai
dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang
diangkat relefan untuk para peserta didik (The George Lucas Educational
Foundation : 2005).

b. Design a Plan for the Project


Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta
didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki”
atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial,
dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek (The George Lucas Educational Foundation : 2005).

c. Create a Schedule
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline
penyelesaian proyak, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara
yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara
yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik
untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara (The
George Lucas Educational Foundation : 2005).

d. Monitor the Students and the Progress of the Project


Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan
cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain
pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar
mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat
merekam keseluruhan aktivitas yang penting (The George Lucas
Educational Foundation : 2005).

e. Assess the Outcome


Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masingmasing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya (The George Lucas
Educational Foundation : 2005).

f. Evaluate the Experience


Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini
peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya
selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new
inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran (The George Lucas Educational Foundation : 2005, dalam
Nurohman,2010).
2.2 Self Regulated Learning
2.2.1 Definisi Self Regulated Learning

Istilah self-regulated learning berkembang dari teori kognisi sosial


Bandura (1997). Menurut teori kognisi sosial, manusia merupakan hasil kausal
yang terindependensai dari aspek pribadi (person), perilaku (behavior), dan
lingkungan (environment). Ketiga aspe ini merupakan aspek-aspek determinan
dalam self-regulated learning. Bandura (1998) menjelaskan bahwa ketiga aspek
determinan ini saling berhubungan sebab akibat, dimana person berusaha untuk
meregulasi diri sendiri (self-regulated), hasilnya berupa kinerja atau perilaku, dan
perilaku ini berdampak pada perubahan lingkungan, dan demikian seterusnya (
Latifah, 2010 ).

Agus Akhmadi (2012) mengatakan Self regulated learning adalah suatu


proses dimana seorang siswa mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition),
perilaku (behaviours) dan perasaannya (affect) secara sistematis dan berorientasi
pada pencapaian tujuan belajar.

Pintrich (2000) mengatakan Self-regulated learning merupakan proses


belajar yang aktif dimana siswa telah menetapkan tujuan, kriteria, dan standar
belajarnya, setelah mereka berusaha untuk memonitor proses, mengatur, dan
mengontrol aspek kognisi, motivasi, dan prilaku setiap waktu serta membuat
lingkungannya dapat mendukung proses belajarnya.

Zimmerman (2004) mendefinisikan self-regulated learning sebagai


kemampuan pebelajar untuk berpatisipasi aktif dalam proses belajarnya, baik
secara metakognitif, secara motivasional dab secara behavioral.

Zaini (2012) mengatakan SRL adalah kemampuan seseorang siswa dalam


mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata tanpa bergantung dengan
orang lain, dalam hal ini siswa mampu melakukan belajar sendiri, dapat
menetukan belajar yang efektif, dan mampu melakukan aktifitas belajar secara
mandiri.

Santrock (2009) menyatakan bahwa self-regulated learning merupakan


belajar mengatur diri sendiri, diantaranya adalah self-generation dan pemantauan
diri (self-monitoring) dalam pikiran, perasaan, dan perilaku-perilaku untuk
mencapai tujuan.

2.2.2 Aspek-aspek Self Regulated Learning


Self regulation yang diterapkan dalam self-regulated learning
mengharuskan siswa fokus pada proses pengaturan diri guna memperoleh
kemampuan akademisnya. Menurut Zimmerman (1989, hal. 329), terdiri atas
pengaturan dari tiga aspek umum pembelajaran akademis, yaitu kognisi, motivasi,
dan perilaku.Sesuai aspek di atas, menurut Wolters dkk menjelaskan secara rinci
penerapan strategi dalam setiap aspek self-regulated learning sebagai berikut:

A. Kognisi
Strategi untuk mengontrol atau meregulasi kognisi, termasuk
macam-macam aktivitas kognitif dan metakognitif bahwa individu terlibat
untuk mengadaptasi dan mengubah kognisi mereka. Strategi meregulasi
kognisi yang meliputi:
1) Strategi pengulangan (rehearsal) termasuk usaha untuk mengingat
materi dengan cara mengulang terus-menerus.
2) Strategi elaborasi (elaboration) merefleksikan “deep learning” dengan
mencoba untuk meringkas materi dengan menggunakan kalimatnya
sendiri.
3) Strategi organisasi (organization) termasuk “deep process” dalam
melalui penggunaan taktik bervariasi seperti mencatat, menggambar
diagram atau bagan untuk mengorganisasi materi pelajaran dalam
beberapa cara.
4) Strategi meregulasi metakognitif (metacognition regulation) termasuk
perencanaan, monitoring dan strategi meregulasi belajar, seperti
menentukan tujuan dari kegiatan membaca, memonitoring suatu
pemahaman atau membuat perubahan atau penyesuaian supaya ada
kemajuan dalam tugasnya.

B. Motivasi
Strategi untuk meregulasi motivasi melibatkan beberapa aktivitas
yang mana siswa dengan maksud tertentu berusaha untuk memulai,
mengatur atau menambah kemauan untuk memulai, untuk mempersiapkan
tugas berikutnya, atau melengkapi aktivitas tertentu atau sesuai tujuan.
Regulasi motivasi meliputi beberapa pemikiran, tindakan atau perilaku
dimana siswa berusaha untuk mempengaruhi pilihan, usaha, dan
ketekunan mereka untuk tugas akademisnya. Regulasi motivasi meliputi:
1) Mastery self-talk adalah berpikir tentang penguasaan yang
berorientasi pada tujuan, seperti memuaskan keingintahuan, menjadi
lebih kompeten atau meningkatkan perasaan otonomi.
2) Extrinsic self-talk adalah ketika siswa dihadapkan pada suatu
keinginan untuk menyudahi proses belajar, siswa akan berpikir untuk
memperoleh prestasi yang lebih tinggi atau berusaha dengan baik di
kelas sebagai cara meyakinkan diri mereka untuk terus melanjutkan
kegiatan belajarnya.
3) Relative ability self-talk adalah saat siswa berpikir tentang performa
khusus untuk mencapai tujuan belajar, dengan cara melakukan usaha
yang lebih baik daripada orang lain supaya tetap berusaha keras.
4) Strategi peningkatan yang relevan (relevance enhancement)
melibatkan usaha siswa meningkatkan keterhubungan atau keberartian
tugas dengan kehidupan atau minat personal yang dimiliki.
5) Strategi peningkatan minat situasional (situasional interest
enhancement) menggambarkan aktivitas siswa ketika berusaha
meningkatkan motivasi intrinsik dalam mengerjakan tugas melalui
salah satu situasi atau minat pribadi.
6) Self-consequating adalah siswa menetapkan dan menyiapkan untuk
diri mereka dengan konsekuensi intrinsik supaya konsisten dalam
aktivitas belajar. Siswa dapat menggunakan reward dan punishment
yang kongkrit secara verbal sebagai wujud konsekuensi.
7) Strategi penyusunan lingkungan (environment structuring)
menjelaskan usaha siswa untuk berkonsentrasi penuh untuk
mengurangi gangguan di lingkungan belajar mereka atau lebih
umumnya untuk mengatur sekitar mereka dan mengatur kesiapan fisik
dan mental untuk menyelesaikan tugas akademis.

C. Perilaku
Strategi untuk meregulasi perilaku yang melibatkan usaha individu
untuk mengontrol sendiri perilaku yang nampak. Siswa mungkin juga
mengatur waktu mereka dan mempelajari suasana dengan mengatur
belajar dengan menggunakan jadwal dan membuat perencanaan ketika
akan belajar. Regulasi perilaku meliputi:
1) Effort regulation adalah meregulasi usaha.
2) Time/study environment adalah siswa mengatur waktu dan tempat
dengan membuat jadwal belajar untuk mempermudah proses belajar.
3) Help-seeking adalah mencoba mendapatkan bantuan dari teman
sebaya, guru, dan orang dewasa.
Peneliti menyimpulkan bahwa aspek self-regulated learning yang
telah dipaparkan oleh Zimmerman meliputi aspek kognitif, motivasi, dan
perilaku, yang akan dipakai peneliti dalam skala self-regulated
learningpada penelitian ini.

2.2.3 Karakteristik Peserta Didik dengan Self-Regulated Learning

Beberapa peneliti mengemukakan karakteristik perilaku peserta didik yang


memiliki keterampilan self-regulated learning antara lain sebagai berikut
(Montalvo, 2004).

1) Mereka tahu bagaimana menggunakan strategi kognitif (pengulangan,


elaborasi, dan organisasi) yang membantu mereka untuk
memperhatikan, mentransformasi, mengorganisasi, mengelaborasi, dan
menguasai informasi.
2) Mereka mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol, dan
mengarahkan proses mental mereka untuk mencapai prestasi dari
tujuan personal (metakognisi).
3) Mereka memperlihatkan seperangkat keyakinan motivasional dan
emosi yang adaptif, seperti tingginya efikasi diri secara akademik,
memiliki tujuan belajar, mengembangkan emosi positif terhadap
tugas(senang, puas, dan antusias), memiliki kemampuan untuk
mengontrol dan memodifikasinya, serta menyesuaikan diri mereka
dengan tuntutan tugas dan situasi belajar khusus.
4) Mereka mampu merencanakan, mengontrol waktu, dan memiliki usaha
terhadap penyelesaian tugas, dan mereka tahu bagaimana menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan, seperti mencari tempat belajar
yang sesuai atau mencari bantuan dari guru dan teman jika menemui
kesulitan.
5) Menunjukkan usaha yang besar untuk berpartisipasi dalam mengontrol
dan mengatur tugas-tugas akademik, iklim, dan struktur kelas
(bagaimana suatu keinginan dapat dievaluasi, keperluan tes, mendesain
tugas kelas, mengorganisasi kerja tim).
6) Mereka mampu melakukan strategi disiplin, yang bertujuan
menghindari gangguan internal dan eksternal, menjaga kosentrasi,
usaha, dan motivasi selama menyelesaikan tugas.
Dari keterangan di atas bahwa karakteristik perilaku siswa yang
memiliki keterampilan self-regulated learning dengan baik sangat
mempengaruhi prestasi belajar siswa yakni dengan melakukan
berbagai strategi di atas.

2.2.4 Peran Self-Regulated Learning

Self-regulated learning memiliki peran yang penting dalam dunia


pendidikan, khususnya dalam menunjang keberhasilan studi siswa. Self regulated
learning menjadi faktor penting dalam pendidikan, karena berkaitan dengan
prestasi belajar siswa. Dalam bidang pendidikan self regulated learning telah
memberikan pengaruh yang sangat signifikan khususnya untuk siswa SMP dan
SMU (frederick, blumenfeld, & paris, 2004). Pekrun, goetz, titz, & perry (2002)
yang dikutip oleh Latipah (2010) telah mengkaji bagaimana pengaruh self-
regulated learningterhadap emosi-emosi akademik yang akhirnya dapat
berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi akademik.

Self-regulated learning merupakan kombinasi keterampilan belajar


akademik dan pengendalian diri yang membuat pembelajaran terasa lebih mudah,
sehingga para siswa lebih termotivasi. Mereka memiliki keterampilan (skill) dan
kemauan (will) untuk belajar. Siswa yang belajar dengan regulasi diri
mentransformasikan kemampuan-kemampuan mentalnya menjadi keterampilan-
keterampilan dan strategi akademik (Zimmerman, 2002). Dengan self-regulated
learning para siswa menjadi lebih mandiri, menjadi mahir dalam meregulasi
belajarnya sendiri, dan dapat meningkatkan hasil belajar mereka.

2.1.5 Strategi Self-Regulated Learning

Ada lima belas strategi dalam self-regulated learning yang digunakan siswa
seperti yang dikemukakan oleh Zimmerman (1989, hal. 336-337):

1) Evaluasi diri (self-evaluating), yaitu pernyatan yang mengindikasikan


penilaian kualitas tugas yang telah diselesaikan, pemahaman terhadap
lingkup kerja, atau usaha dalam kaitan dengan tuntutan tugas.
2) Mengatur dan mengubah (organizing and transforming), yaitu pernyataan
yang mengindikasikan keinginan siswa baik secara terus terang atau
diam-diam dalam mengatur ulang materi petunjuk untuk mengembangkan
proses belajar.
3) Menetapkan tujuan dan perencanaan (goal setting and planning), yaitu
pernyataan yang mengindikasikan rencana siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan atau sub tujuan dan rencana untuk mengurutkan prioritas,
menentukan waktu, dan menyelesaikan rencana semua aktivitas yang
terkait dengan tujuan tersebut.
4) Mencari informasi (seeking information), yaitu pernyataan yang
mengindikasikan upaya untuk mencari informasi yang berkaitan dengan
tugas dari sumber-sumber lain saat mengerjakan tugas.
5) Menyimpan catatan dan memantau (keeping records and monitoring),
yaitu pernyataan yang mengindikasikan upaya siswa untuk mencatat hal-
hal yang penting dalam pelajaran atau diskusi.
6) Mengatur lingkungan (environmental structuring), yaitu pernyataan yang
mengindikasikan upaya siswa untuk mengatur lingkungan belajar
agarmembuat belajar lebih nyaman, dengan mengatur lingkungan fisik
maupun psikologis.
7) Konsekuensi diri (self-consequating), yaitu pernyataan yang
mengindikasikan upaya siswa dalam mempersiapkan dan melaksanakan
ganjaran atau hukuman untuk kesuksesan dan kegagalan.
8) Mengulang dan mengingat (rehearsing and memorizing), yaitu pernyataan
yang mengindikasikan upaya siswa untuk mengingat-ingat materi bidang
studi dengan diam atau suara keras.
9) Mencari dukungan sosial (seeking social assistance)
10) Mencari dukungan guru (seeking social teachers)
11) Mencari dukungan teman-teman sebaya (seeking social adults), strategi i-
k yaitu pernyataan yang mengindikasikan upaya siswa untuk mencari
bantuan dari rekan-rekan sebaya, guru, dan orang dewasa.
12) Memeriksa catatan buku (reviewing records notes)
13) Memeriksa catatan ulangan (reviewing records tests)
14) Memeriksa catatan buku teks (reviewing records textbooks), strategi lain
yaitu pernyataan yang mengindikasikan upaya siswa untuk
membaca catatan, ulangan atau buku teks.
Lain-lain (others), yaitu pernyataan yang mengindikasikan tingkah
laku belajar yang dicontohkan oleh orang lain seperti guru dan orang
tua; pernyataan keinginan yang kuat atau mengekspresikan secara
lisan atau secara tulisan hal-hal yang belum jelas.

Self-regulated learning mempunyai banyak strategi-strategi yang dapat


disimpulkan, yaitu evaluasi diri, mengatur dan mengubah, mengatur tujuan dan
perencanaan, mencari informasi, menyimpan catatan dan memantau, mengatur
lingkungan dan konsekuensi diri, mengulang dan mengingat, mencari dukungan
social, memeriksa catatan, dan lain-lain.

2.3 Matematika dan Pembelajaran Matematika


2.3.1 Definisi Matematika
Istilah mathematics (Inggris), mathematic (Jerman) atau
mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan lain mathematica, yang
mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti relating to
learning. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan
atau ilmu (knowledge, science). Perkataan mathematike berhubungan sangat erat
dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathematein yang mengandung arti
belajar (berpikir) (Erman Suherman, 2003:18). Matematika terbentuk sebagai hasil
pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran (Erman
Suherman, 2003:16). Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas, yaitu:
Aritmetika, Aljabar, Geometri dan Analisis. Selain itu matematika adalah ratunya
ilmu, maksudnya bahwa matematika itu tidak bergantung pada bidang studi lain.
Sementara menurut Depdiknas (2006: 346) bahwa matematika meliputi aspek-
aspek bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran serta statistika dan peluang.
Senada dengan pendapat tersebut, James dan James dalam kamus matematikanya
(Erman Suherman, 2003:16) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan
satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga
bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Matematika adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang tata cara berpikir
dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif (Erman
Suherman, 2003:298).
Menurut Johnson dan Rising dalam bukunya yang dikutip oleh Erman
Suherman (2003:17) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola
mengkoordinasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat,
presentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide
daripada mengenai bunyi.
Dari definisi-definisi tersebut diatas, dengan menggabungkan definisi-definisi
maka gambaran pengertian matematikapun sudah tampak. Semua definisi itu dapat
diterima, karena memang dapat ditinjau dari segala aspek, dan matematika itu
sendiri memasuki seluruh segi kehidupan manusia, dari segi paling sederhana
sampai kepada yang paling rumit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak dengan struktur-struktur
deduktif, mempunyai peran yang penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2.3.2 Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir
dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan
diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika, para siswa
dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat
yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Siswa
diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau
menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel
dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal
cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya
NCTM (National Coucil of Teachers of Mathematics) merekomendasikan 4
(empat) prinsip pembelajaran matematika, yaitu :
a. Matematika sebagai pemecahan masalah.
b. Matematika sebagai penalaran.
c. Matematika sebagai komunikasi, dan
d. Matematika sebagai hubungan (Erman Suherman, 2003:298).

Matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membekali mereka dengan


kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan
bekerjasama. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (Depdiknas, 2006:346)
menyebutkan pemberian mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan


mengaplikasi konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk menjelaskan keadaan/masalah.
e. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu:
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran matematika
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Fungsi mata pelajaran matematika sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau
pengetahuan (Erman Suherman, 2003:56). Pembelajaran matematika di
sekolah menjadikan guru sadar akan perannya sebagai motivator dan
pembimbing siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah.

2.4 Kemampuan Berpikir Kreatif


Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang
didasarkan padabakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang
bisa menjadi orang kreatifpadahal anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar,
meskipun dalam kenyataan ada orangtertentu yang memiliki kemampuan
untuk menciptakan ide – ide baru dengan cepat danberagam namun
kreativitas dapat dimunculkan dari setiap diri seseorang
denganmengembangkan serta memberikan kesempatan seseorang dalam
berkreasi. Pada hakekatnya kreativitas dimiliki oleh setiap orang, tinggal
bagaimana orang tersebut mampumengeluarkan atau mengaktualisasikan diri
sesuai dengan daya kreasi dan pola berpikir yang dikembangkan orang
tersebut.
Proses berpikir terbentuk dari pribadi seseorang, oleh karena itu
kemampuan berpikir kreatif seseorang dipengaruhi juga oleh pribadi yang
kreatif yang akan mendorong dari dalam untuk berkreasi. Menurut Munandar
2009 : ada tiga kondisi dari pribadi kreatif adalah: 1) Keterbukaan terhadap
pengalaman. 2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan
pribadi seseorang (Internal locus of evaluation). 3) Kemampuan untuk
bereksperimen, untuk ” bermain “ dengan konsep – konsep. Pada pribadi
kreatif seseorang, jika sudah memiliki kondisi pribadi dan lingkungan yang
menunjang atau lingkungan yang memberi kesempatan untuk bersibuk diri
secara kreatif maka diprediksikan akan muncul kreativitas. Seseorang yang
memiliki kreativitas selain dia sebagai pemikir yang konvergen atau
intelegensi (memperoleh pengetahuan dan pengembangan keterampilan) juga
sebagai pemikir divergen yang mampu menggabungkan unsur – unsur dengan
cara tidak lazim dan tidak terduga.
Menurut Desmita, (2009 ) menyebutkan adanya dua kemampuan berpikir
yaitu kemampuan berpikir konvergen dan divergen. Kemampuan berpkir
konvergen (convergent thinking) atau penalaran logis merujuk pada
pemikiran yang menghasilkan satu jawaban dan mencirikan jenis pemikiran
berdasarkan tes intelegensi standar. Sedangkan kemampuan berpikir divergen
(divergent thinking) merujuk pada pemikiran yang menghasilkan banyak
jawaban atas pertanyaan yang sama atau lebih. Sehingga perlu adanya
keterpaduan antara kedua kemampuan tersebut, dengan kata lain orang yang
mempunyai kemampuan bepikir konvergen dan kemampuan divergen dapat
mewujudkan kreativitas (memiliki kemampuan berpikir kreatif).
Menurut Satiadarma, 2003:111) Berpikir kreatif adalah proses
berpikir menyebar (divergen) dengan penekanan pada segi keragaman jumlah
dan kesesuaian. Menurut Munandar, 2009:35) mengatakan bahwa seseorang
yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakan, rencana inovatif
mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu dengan
mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya. Tingkat
energi, spontanitas, dan kepetualangan yang luar biasa sering tampak pada
orang kreatif. Untuk menilai kemampuan berpikir kreatif menggunakan acuan
yang dibuat Munandar (2009:192) yang mengemukakan bahwa kemampuan
berpikir kreatif dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek –
aspek sebagai berikut:
a. Berpikir lancar (Fluent thinking) atau kelancaran yang menyebabkan
seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian
masalah atau pertanyaan.
b. Berpikr luwes (Flexible thinking) atau kelenturan yang menyebabkan
seseorang mampu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang
bervariasi.
c. Berpikir Orisinil (Original thinking) yang menyebabkan seseorang
mampu melahirkan ungkapan – ungkapan yang baru dan unik atau
mampu menemuka kombinasi – kombinasi yang tidak biasa dar unsur –
unsur yang biasa.
d. Keterampilan mengelaborasi (Elaboration ability) yang menyebabkan
seseorang mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan.
2.5 Self Regulated Learning dalam Pembelajaran Matematika

Saat ini konsep tentang belajar matematika telah berubah dari


pemberian suatu konsep dan prosedur secara pasif dan tidak kontekstual
menjadi pengkonstruksian makna secara aktif sebagai hasil mengaitkan ide-
ide baru pada pemahaman terdahulu. Fokus dalam pendidikan matematika
berubah dari muatan matematika menjadi bagaimana siswa belajar
matematika secara efektif. Hal ini menyiratkan bahwa siswa harus menjadi
siswa yang mandiri dan mendorong program matematika sekolah dalam
menciptakan siswa yang memiliki kemandirian dalam belajar. Siswa
membangun pemahaman yang mendalam dalam belajar matematika ketika
mereka dapat mengontrol belajarnya, dengan cara menentukan tujuan belajar,
memonitor kemajuannya, menilai dan merefleksi proses berpikirnya, percaya
diri terhadap kemampuannya, dan berkeinginan dan tekun dalam menghadapi
kesulitan. Inilah esensi dari Self Regulated Learning (SRL) atau kemandirian
belajar.

Uraian berikut ini mengulas tentang SRL dalam pembelajaran


matematika dan bagaimana mengukurnya.

Saat ini konsep tentang belajar matematika telah berubah dari


pemberian suatu konsep dan prosedur secara pasif dan tidak kontekstual
menjadi pengkonstruksian makna secara aktif sebagai hasil pengaitan ide-ide
baru pada pemahaman terdahulu. Pandangan sebelumnya terhadap
pendidikan matematika memiliki fokus utama pada muatan matematika yang
harus disampaikan secara berurutan, fakta-fakta yang statis, prosedur dan
konsep. Tujuan utamanya adalah siswa menguasai apa yang disampaikan dan
peran guru adalah menjelaskan fakta dan konsep, mendemonstrasikan aturan
dan prosedur sementara siswa diharapkan untuk mengingat konsep dan
menerapkan prosedur sampai ia menguasai materi itu. Didasarkan pada teori
perkembangan kognitif Piaget, fokus dalam pendidikan matematika berubah
dari muatan matematika kepada bagaimana siswa belajar.
Dhia Octariani Self Regulated Learning dalam Pembelajaran
Matematika matematika secara efektif. Pandangan terbaru tentang belajar
matematika sebagai suatu yang bersifat dinamis, dikonstruksi, dan
dikonstruksi kembali, melalui proses ini matematika ditampilkan sebagai
aktivitas manusia. Sehingga dalam belajar matematika didorong atau diberi
kesempatan untuk menerapkan matematika secara bermakna melalui kegiatan
re-invention atau re-construction kembali ide dan konsep matematika.
Aktivitas ini menuntut siswa menyajikan dan mengkomunikasikan ide-ide
matematika, menginterpretasikan representasi matematis dari orang lain,
membuat koneksi antar ide-ide, menggunakan keterampilan menalar, dan
memecahkan masalah Visi dari matematika sekolah memberikan harapan pada
perubahan dalam pembelajaran matematika. Secara khusus, pencapaian
mathematical proficiency memerlukan pencapaian yang terintegrasi dari
pemahaman konsep, kelancaran prosedur, kompetensi strategis, penalaran
adaptis, dan disposisi produktif (Kilpatrick, 2001).

Menurut Kerlin (1992), SRL terdiri atas dua kategori yaitu: 1) proses
pencapaian informasi, proses transformasi informasi, proses pemantauan, dan
proses perancangan, 2) proses kontrol metakognitif. Bandura (1994)
mendefinisikan kemandirian belajar sebagai kemampuan memantau perilaku
sendiri, dan merupakan kerja-keras personaliti manusia. Schunk dan
Zimmerman (1998) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai proses belajar
yang terjadi karena pengaruh dari pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku
sendiri yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Terdapat tiga phase utama
dalam siklus kemandirian belajar yaitu: merancang belajar, memantau
kemajuan belajar selama menerapkan rancangan, dan mengevaluasi hasil
belajar secara lengkap.

Bandura menyarankan tiga langkah dalam melaksanakan SRL yaitu:


1) Mengamati dan mengawasi diri sendiri, 2) Membandingkan posisi diri
dengan standar tertentu, 3) Memberikan respons sendiri (positif atau negatif).
Selanjutnya, Schunk dan Zimmerman (1998), membagi SRL dalam 4 fase
yaitu:1) Fase merancang belajar, 2) Fase memantau,3) Fase mengevaluasi,
4)Fase merefleksi: Fase ini berlangsung pada tiap phase selama silkus
berjalan. Butler (2002) mengemukakan bahwa kemandirian belajar merupakan
siklus kegiatan kognitif yang berulang-ulang yang berupa kegiatan
menganalisis tugas, memilih, mengadopsi, atau menemukan pendekatan
strategi untuk mencapai tujuan tugas, dan memantau hasil dari strategi yang
telah dilaksanakan. Rochester Institute of Techonology (dalam Hargis),
mengidentifikasi beberapa karakteristik dalam kemandirian belajar, yaitu:
memilih tujuan belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, memilih dan
menggunakan sumber yang tersedia, bekerjasama dengan individu lain,
membangun makna, memahami pencapaian keberhasilan tidak cukup hanya
dengan usaha dan kemampuan saja namun harus disertai dengan kontrol diri.
Sementara Paris dan Winograd, mengemukakan karakteristik yang termuat
dalam kemandirian belajar yaitu: kesadaran akan berfikir, penggunaan
strategi.

Dhia Octariani Self Regulated Learning dalam Pembelajaran


Matematika motivasi yang berkelanjutan. kemandirian belajar tidak hanya
berfikir tentang berfikir, namun membantu individu menggunakan proses
berfikirnya dalam menyusun rancangan, memilih strategi belajar, dan
menginterpretasi penampilannya sehingga individu dapat menyelesaikan
masalahnya secara efektif. Kemandirian belajar mengacu pada penggunaan
proses yang aktif dan pengetahuan yang berkelanjutan, perilaku dan sikap
dalam mencapai tujuan (Schunk & Zimmerman, 1997).

Menurut Bandura (1986), SRL memuat 3 proses yang saling terkait


yaitu: 1) self-observation, 2) self-evaluation, dan 3) self-reaction.
Selfobservation merupakan proses memberikan perhatian pada aspek khusus
dari perilaku diri. Self-judgment merupakan proses membandingkan kemajuan
yang dicapai dengan tujuan yang harus dicapai. Self-reaction merupakan
proses membuat tanggapan evaluative terhadap kinerja diri. Siswa yang
mandiri bersifat fleksibel. Mereka tidak melakukan suatu hal hanya sekali.

SRL merupakan salah satu aspek afektif yang cukup penting dalam
pendidikan matematika. Pemahaman tentang SRL akan meningkatkan
keterampilan guru untuk lebih reflektif, karena SRL menyediakan suatu
tambahan pemahaman terhadap isuisu tentang belajar dan mengajar,
khususnya yang muncul ketika guru berhadapan dengan tantangan untuk
mengaitkan pembelajarannya dengan dunia nyata. Memahami lebih dalam
tentang berpikirnya, mengembangkan strategi yang efektif, dan
mempertahankan motivasi merupakan hal penting bagi guru yang ingin
membuat sekolah lebih relevan dengan dunia sekelilingnya. Untuk mengukur
SRL ada dua kategori instrumen yang dapat dikembangkan yaitu: 1)
Instrumen yang mengukur SRL sebagai sikap dan 2) Instrumen yang
mengukur SRL sebagai aktivitas. Pada ujicoba yang dilakukan digunakan
instrumen yang mengukur sikap berupa angket. Dari hasil uji coba diketahui
bahwa secara keseluruhan siswa berinisiatif dalam belajar matematika,
memilih dan menerapkan.

2.6 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penilitian yang dilakukan oleh Rika Rezki M. Luthfi, Ismail, Muhammad


Wiharto dari Program Pascasarjana, Universitas Negeri Makassar dalam
artikel peneltiannyanya yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran
Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Self Regulated
Learning, Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Xi
Mipa Sma Negeri 2 Sidenreng Rappang “. Menyimpulan dari penelitian
ini adalah (i) Implementasi model PjBL berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan self regulated learning peserta didik dengan kategori
baik, (ii) Implementasi model PjBL berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan kategori sedang
dan (iii) Implementasi model PjBL berpengaruh secara signifikan terhadap
hasil belajar peserta didik dengan kategori tinggi.
2. Penilitian yang dilakukan oleh Anis Rahmayati dari Universitas
Tanjungpura Pontianak dalam artikel penelitiannya yang berjudul
“Implementasi Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemandirian
Dan Prestasi Belajarmahasiswa Dalam Pembuatan Alat Peraga
Matematika Inovatif” pada tahun 2015.
2.7 Program Linear
2.7.1 Pengertian Program linear
suatu program yang digunakan sebagai metode penentuan nilai optimum
dari suatu persoalan linear. Nilai optimum (maksimal atau minimum) dapat
diperoleh dari nilai dalam suatu himpunan penyelesaiaan persoalan linear.Di
dalam persoalan linear tersebut terdapat fungsi linear yang bisa disebut sebagai
fungsi objektif. Persyaratan, batasan, dan kendala dalam persoalan linear adalah
merupakan sistem pertidaksamaan linear.Perhatikan tabel persoalan maksimum
dan minimum dibawah berikut:

2.7.2 Model Matematika Program Linear


Persoalan dalam program linear yang masih dinyatakan dalam kalimat-
kalimat pernyataan umum, kemudian diubah kedalam sebuah model matematika.
Model matematika adalah pernyataan yang menggunakan peubah dan notasi
matematika. Program linier adalah merumuskan masalah dengan menggunakan
sejumlah informasi yang tersedia kemudian menerjemahkan masalah tersebut
dalam bentuk model matematika. Sifat linier mempunyai arti bahwa seluruh
fiungsi dalam model ini merupakan fungsi yang linier.Program linier (linear
programming) adalah merupakan metode matematik dalam mengalokasikan
sumber daya yang langka atau terbatas untuk mencapai tujuan tunggal seperti
memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Sumber daya tersebut
dapat berupa sumber daya fisik seperti uang, tenaga ahli, material (bahan dan
mesin) ataupun bukan fisik.

Pemrograman linier berasal dari kata pemrograman dan linier.


Pemrograman disini mempunyai arti kata perencanaan, dan linier ini berarti
bahwa fungsi-fungsi yang digunakan merupakan fungsi linier. Secara umum arti
dari pemrograman linier adalah suatu teknik perencanaan yang bersifat analisis
yang analisis-analisisnya memakai model matematika, dengan tujuan menemukan
beberapa kombinasi alternatif pemecahan masalah kemudian dipilih yang terbaik
di antaranya dalam rangka menyusun strategi dan langkah-langkah kebijaksanaan
lebih lanjut tentang alokasi sumber daya dan dana yang terbatas guna mencapai
tujuan dan sasaran yang di inginkan secara optimal.

2.8 Kerangka Berfikir

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang sangat penting


terutama untuk guru karena gurulah yang mengetahui segala permasalahan
peserta didik di kelas. Sebagai mahasiswa calon guru, kita juga harus belajar
bagaimana cara mengidentifikasi masalah PTK dan menyusun proposal PTK.
Oleh karena itu, Peneliti melakukan observasi di kelas XI MIA 1 SMA Negeri 11
Kota Jambi untuk mengetahui permasalahan siswa di kelas tersebut. Dari hasil
observasi, diketahui bahwa siswa di kelas tersebut memiliki berbagai macam
permasalahan, permasalahan siswa di kelas tersebut adalah kurangnya Self
Regulated Learning (kemandirian) dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Untuk memperkuat bahwa adanya masalah kurangnya kemandirian Self


Regulated Learning dan kemampuan berpikir kreatif , maka peneliti memberikan
angket untuk mengukur Self Regulated Learning (kemandirian) dan kemampuan
berpikir kreatif siswa. Dari hasil angket, didapatkan bahwa siswa di kelas XI
MIPA 2 tersebut memiliki permasalahan terhadap Self Regulated Learning
(kemandirian).

Self Regulated Learning merupakan hal yang sangat penting dalam


pembelajaran matematika karena dengan Self Regulated Learning yang baik maka
siswa akan dengan penuh semangat dan keberanian untuk menunjukkan dirinya
mampu dan mau berusaha mencoba dalam menyelesaikan permasalahan
matematika walaupun hasil akhirnya benar ataupun salah. Untuk meningkatkan
Self Regulated Learning siswa dalam pembelajaran matematika.

Salah satu cara yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan hasil
belajar siswa yaitu dengan cara menciptakan suatu proses pembelajaran yang
mampu meningkatkan Self Regulated Learning dan kemampuan berpikir kreatif
siswa dengan menggunakan suatu model pembelajaran PjBL (Project Based
Learning) . Model pembelajaran PjBL, dapat mempengaruhi Self Regulated
Learning dan kemampuan siswa karena dalam komponen dan tahapan model
pembelajaran PJBL semangat daya juang dapat dibangun melalui sebuah proyek.
Saat proses pembelajaran berlangsung, jika siswa tidak mendapatkan hasil yang
diharapkan, siswa akan dengan semangat mencoba kembali hingga mendapatkan
hasil seperti yang mereka harapkan. Sehingga, model pembelajaran PJBL
dipandang cocok untuk mengatasi permasalahan kurangnya hasil belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah Classroom Action Research atau Penelitian


Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Kemmis dan Taggart yang
terdiri dari tahapan-tahapan yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan
(acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif dimana teknik data kualitatif yaitu wawancara dan observasi,
sedangkan teknik pengumpulan data kuantitatif dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan angket. Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini
diharapkan daya juang siswa dalam pembelajaran matematika dapat meningkat.

Berikut bagan kerangka konseptual :

Didapatkan permasalahan Self Regulated


Obsevasi dikelas XI
Learning (kemandirian) dan Kemapuan
MIA 1 SMA Negeri 11
berpikir Kreatif siswa yang rendah
Kota Jambi

Permasalahannya: kurangnya Self Pemberian angket siswa untuk mengukur Self


Regulated Learning (kemandirian) dan Regulated Learning (kemandirian) dan
Kemapuan berpikir Kreatif siswa dalam
Kemapuan berpikir Kreatif
pembelajran matematika
Analisis akar penyebab masalah dan Solusi : menggunakan
solusi yang mungkin model pembelajran
PJBL dalam proposal
PTK

Perencanaan Tindakan (Planning) Siklus 1

Pelaksanaan Tindakan (Action) Pengamtan (Observing)

Siklus selanjutnya sampai semester Refleksi (Reflection)


berakhir

Penyusunan Laporan PTK

Gambar 2.8 Bagan Alur Kerangka Pikir Penelitian

2. 9 HIPOTESIS

Hipotesis adalah dugaan sementara mengenai hasil dari penelitian yang


akan dilaksanakan. Berdasarkan landasan teori diatas, maka hipotesis penelitian
ini adanya pengaruh positif penggunaan model PJBL untuk meningkatkan Self
Regulted Learning dan kemampuan berpikir kreatif kelas XI mia 1 SMAN 11
Kota Jambi. Artinya semakin tinggi tingkat self-regulated learning pada siswa ,
maka akan semakin tinggi pula tingkat prestasi belajar Matematika. Begitupun
sebaliknya, semakin rendah tingkat self-regulated learning pada siswa, maka akan
semakin rendah pula tingkat prestasi belajar Matematika.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian


a. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 11 Kota Jambi di kelas XI MIA 1
tahun pelajaran 2019/2020 dengan jumlah siswa 25 orang, terdiri dari 6 orang
laki-laki dan 19 orang perempuan.
b. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksakanan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020,
yaitu pada 20 september sampai 01 oktober 2019.

3.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah kelas XI MIA 1 SMA Negeri
11 Kota Jambi yang berjumlah 25 orang siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki
dan 19 siswa perempuan dengan menggunakan model pembelajaran Project
Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XI
MIA 1 SMA Negeri 11 Kota Jambi tahun pelajaran 2019/2020 . Mata pelajaran
yang menjadi sasaran penelitian adalah mata pelajaran Matematika khususnya
pada materi Program Linear.

Tabel 3.2.
Nama siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 11 Kota Jambi
No NAMA Laki-laki Perempuan
1 Addini Putri Gusrianda √
2 Afiq Reyhan √
3 Amanda Apriyola √
4 Amara Aulia Dara Desmira √
5 Aurellia Jeconia Ramadhana √
6 Baginda Sinaga √
7 Dhea Putri Olivia √
8 Fadia Yani Oktafianti √
9 Febry Cita Sahputri √
10 Hanifa Azura Nurhamsyah √
11 Harya Yudha Permana √
12 Kezia.S √
13 Lora wain Natalia Putri S √
14 M. Nico Wahyudi √
15 Muhammad Farhan √
16 Nabila Fasza Meishita √
17 Nurida Angela Saragi R. √
18 Putri Azzahra Zalsi √
19 R.A Nabila Putri √
20 Ridho Arga Wardana √
21 Sarah Kurnia Oktaviani √
1 2 3 4
22 Sovi Van Grace Tampubolon √
23 Suci Putri Cahyani √
24 Wiwid Liansyah Binti Sahrin √
25 Ronisa Deny Cristina √

3.3 Jenis Penelitian


Penelitian ini mengacu pada model penelitian tindakan kelas (PTK).
Menurut Arikunto (2013: 137) terdapat empat tahap dalam setiap siklus penelitian
tindakan kelas yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi,
dan refleksi. Peneliti berperan sebagai pelaksana pembelajaran, sedangkan guru
berperan sebagai observer yang membantu yang mengamati jalannya proses
pembelajaran. Guru dilibatkan sejak proses perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan/observasi, dan refleksi. Siklus akan berakhir jika hasil penelitian
yang diperoleh telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan.

3.4 Desain Penelitian


Sesuai dengan penelitian yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian
ini memiliki beberapa tahap yang merupakan suatu siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. Adapun desain atau
prosedur penelitian ini adalah:
a. Refleksi Awal
Refleksi awal dilaksanakan dengan melakukan pengamatan pendahuluan
untuk mengetahui kondisi awal saat melakukan proses pembelajaran. Hasil analisi
refleksi awal digunakan untuk menetapkan dan merumuskan rencana tindakan
yaitu menyusun strategi awal pembelajaran, maka dilakukan kegiatan sebagai
berikut:
a. Menyusun format pengumpulan data objektif sekolah
b. Menyusun kisi-kisi dan instrument penilaian / tes awal.
c. Melaksanakan penilaian / tes awal terhadap materi yang sudah
dibelajarkan oleh guru.
d. Menganalisis data objektif sekolah dan hasil tes awal untuk
dimanfaatkan dalam perencanaan tindakan serta pembahasan hasil.
b. Tahapan Penelitian
Berdasarkan hasil evaluasi analisis data refleksi awal dan hasil tes awal
serta diskusi. Pelaksanaan siklus penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
3.4.1 SIKLUS I
a. Tahapan Perencanaan
Adapun kegiatan yang dihasilkan dalam tahapan ini adalah:
1. Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan mengacu
pada model pembelajaran project based learning.
2. Menyiapkan format evaluasi pretest dan postest.
3. Menyusun instrument pengumpulan data yaitu lembar observasi,
instrumen penilaian dan angket/kuesioner.
4. Menerapkan indikator Self Regulation Learning untuk meningkatkan hasil
belajar.
5. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan seperti LKS.
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Setelah tahap perencanaan, maka selanjutnya adalah tahap pelaksanaan.
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan
dalam RPP yang dibuat yaitu sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal (10 menit)
1. Guru mengucapkan salam
2. Guru meminta ketua kelasnya menyiapkan untuk berdoa.
3. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa.
4. Guru menyampaikan topic pembelajaran dan tujuannya yang ingin
dicapai.
5. Guru menginformasikan tentang proses pembelajaran yang akan
dilakukan termasuk aspek-aspek yang dinilai selama proses
pembelajaran berlangsung.
6. Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan secara
klasikal yang bersifat menuntun dan menggali tentang materi
sistem persaman linear dan pertidaksamaan, dalam bentuk Pre-
Test.
b. Kegiatan Inti (70 menit)
Langkah 1: menentukan pertanyaan mendasar
1. Guru mengemukakan pertanyaan esensial yang bersifat eksplorasi
pengetahuan yang telah dimiliki siswa berdasarkan pengalaman
belajarnya. “ Apa yang kalian ketahui tentang pertidaksaman linear
dan sistem pertidaksamaan linear ? Berikan masing-masing
contohnya”

Langkah 2: mendesain perencanaan proyek


2. Guru Mengorganisir siswa kedalam kelompok-kelompok yang
heterogen (4-5) orang.
3. Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk menentukan ketua dan
sekretaris secara demokratis, dan mendeskripsikan tugas masing-
masing setiap anggota kelompok.
4. Guru dan peserta didik membicarakan aturan main untuk
disepakati bersama dalam proses penyelesaian proyek. Hal-hal
yang disepakati: pemilihan aktivitas, waktu maksimal yang
direncanakan, sanksi yang dijatuhkan pada pelanggaran aturan
main, tempat pelaksanaan proyek, hal-hal yang dilaporkan, serta
alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian
proyek

Langkah 3: menyusun jadwal


5. Guru memfasilitasi peserta didik untuk membuat jadwal aktifitas
yang mengacu pada waktu maksimal 3 hari.
6. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyusun langkah
alternatif, jika ada sub aktifitas yang molor dari waktu yang telah
dijadwalkan.
7. Guru meminta setiap kelompok menuliskan alasan setiap pilihan
yang telah dipilih.
Langkah 4 : pengajar memonitor aktivitas siswa

8. Guru Membagikan Lembar Kerja Siswa yang berisi tugas proyek


dengan tagihan: 1) menuliskan informasi yang secara eksplisit
dinyatakan dalam tugas, 2) menuliskan beberapa pertanyaan yang
terkait dengan masalah/tugas yang diberikan, 3) menuliskan
konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika berdasarkan
pengalaman belajarnya yang terkait dengan tugas, 4) mengaitkan
konsep-konsep yang dinyatakan secara eksplisit dalam tugas
dengan konsep-konsep/prinsip-prinsip yang dimiliki oleh siswa
berdasarkan pengalaman belajarnya, 5) melakukan dugaan-dugaan
berdasarkan kaitan konsep poin 4, 6) menguji dugaan dengan cara
mencoba, 7) menarik kesimpulan
9. Guru memonitoring terhadap aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek dengan cara melakukan skaffolding jika
terdapat kelompok membuat langkah yang tidak tepat dalam
penyelesaian proyek.

Langkah 5 : menguji hasil


10. Guru telah melakukan penilaian selama monitoring dilakukan
dengan mengacu pada rubrik penilaian yang bertujuan: mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu
pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
Langkah 6: evaluasi hasil yang diperoleh
11. Guru meminta peserta didik secara berkelompok melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Hal-hal yang direfleksi adalah kesulitan-kesulitan yang dialami
dan cara mengatasinya dan perasaan yang dirasakan pada saat
menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Selanjutnya
kelompok lain diminta menanggapi
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
12. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyimpulkan hasil
temuan barunya.
13. Guru melakukan Post-Test sebagai evaluasi.
14. Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan mengucapkan
salam.
c. Tahapan Pelaksanaan Observasi
Tindakan pada tahapan observasi ini adalah melakukan penilaian observasi
kelompok dan mengamati pengaruh Self Regulation Learning siswa terhadap hasil
belajar dalam proses pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran.
Pengamatan ini menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Hal-hal
yang diamati antara lain terkait dengan indikator Self Regulation Learning dan
indikator hasil belajar siswa.
Kemudian, siswa akan diberikan evaluasi terkait Program Linear materi
pada saat pertemuan tersebut yaitu mengenai pertidaksamaan linear dua variabel
dengan sistem pertidaksamaan linear dua variabel

d. Tahapan Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti mengkaji temuan dari hasil pengamatan, baik
yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif dari hasil proses pembelajaran
siklus 1. Hal yang direfleksi yaitu berkaitan dengan peningkatan Self Regulation
Learning siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran
berbasis proyek. Berdasarkan observasi proses pembelajaran direfleksi tentang
kurangnya Self Regulation Learning dalam diri siswa secara menyeluruh pada
saat proses pembelajaran berlangsung karena waktu diberi tes pretest dan postest
siswa terlihat gelisah dan merasa tidak mampu untuk menyelesaikan soal
matematika sehingga banyak melakukan kecurangan seperti mencontek hasil
temannya bahkan ada yang mencari jawaban di internet. Hal itu terjadi karena
dalam proses pembelajaran tersebut masih terdapat kekurangan baik dari segi guru
maupun dari segi siswa. Sehingga, dengan belum tercapainya indikator Self
Regulation Learning maka peneliti akan melakukan perbaikan pada siklus ke II.
3.4.2 SIKLUS II
a. Tahapan Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II dilakukan setelah mendapat data atau hasil
observasi pada siklus I. Ditahap ini menyelesaikan masalah yang menghambat
pengembangan kreativitas di siklus I yaitu data refleksi siklus I. Pada tahap ini
direncanakan, yaitu menyusun RPP (rencana pelaksaanaan pembelajaran) yang
telah diperbaiki agar sesuai dengan indikator, dan kembali menyiapkan instrument
penelitian di kelas yaitu instrument pembelajaran dan penilaian, format evaluasi
pretest dan postest serta media pembelajaran yang diperlukan seperti LKS
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
perencanaan pembelajaran dalam RPP yang telah disusun yaitu sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal (10 menit)
1. Guru mengucapkan salam
2. Guru meminta ketua kelasnya menyiapkan untuk berdoa.
3. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa.
4. Guru menyampaikan topic pembelajaran dan tujuannya yang ingin
dicapai.
5. Guru menginformasikan tentang proses pembelajaran yang akan
dilakukan termasuk aspek-aspek yang dinilai selama proses
pembelajaran berlangsung.
6. Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan secara
klasikal yang bersifat menuntun dan menggali tentang materi
sistem persaman linear dan pertidaksamaan, dalam bentuk Pre-
Test.
b. Kegiatan Inti (70 Menit)
Langkah 1: menentukan pertanyaan mendasar
7. Guru mengemukakan pertanyaan esensial yang bersifat eksplorasi
pengetahuan yang telah dimiliki siswa berdasarkan pengalaman
belajarnya. “tahapan menyelesaikan program linear dua variabel ?“
8. Guru meminta siswa bertanya mengenai “tahapan membuat model
matematika program linear dua variabel ?”
9. Guru meminta siswa lain untuk menjawab pertayaan yang telah
diajukan siswa lain.
Langkah 2: mendesain perencanaan proyek

10. Guru Mengorganisir siswa kedalam kelompok-kelompok yang


heterogen (4-5) orang.
11. Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk menentukan ketua dan
sekretaris secara demokratis, dan mendeskripsikan tugas masing-
masing setiap anggota kelompok.
12. Guru dan peserta didik membicarakan aturan main untuk
disepakati bersama dalam proses penyelesaian proyek. Hal-hal
yang disepakati: pemilihan aktivitas, waktu maksimal yang
direncanakan, sanksi yang dijatuhkan pada pelanggaran aturan
main, tempat pelaksanaan proyek, hal-hal yang dilaporkan, serta
alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian
proyek.
Langkah 3: menyusun jadwal
13. Guru memfasilitasi peserta didik untuk membuat jadwal aktifitas
yang mengacu pada waktu maksimal 3 hari.
14. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyusun langkah
alternatif, jika ada sub aktifitas yang molor dari waktu yang telah
dijadwalkan.
15. Guru meminta setiap kelompok menuliskan alasan setiap pilihan
yang telah dipilih.
Langkah 4 : pengajar memonitor aktivitas siswa
16. Guru Membagikan Lembar Kerja Siswa yang berisi tugas proyek
dengan tagihan: 1) menuliskan informasi yang secara eksplisit
dinyatakan dalam tugas, 2) menuliskan beberapa pertanyaan yang
terkait dengan masalah/tugas yang diberikan, 3) menuliskan
konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika berdasarkan
pengalaman belajarnya yang terkait dengan tugas, 4) mengaitkan
konsep-konsep yang dinyatakan secara eksplisit dalam tugas
dengan konsep-konsep/prinsip-prinsip yang dimiliki oleh siswa
berdasarkan pengalaman belajarnya, 5) melakukan dugaan-dugaan
berdasarkan kaitan konsep poin 4, 6) menguji dugaan dengan cara
mencoba, 7) menarik kesimpulan
17. Guru memonitoring terhadap aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek dengan cara melakukan skaffolding jika
terdapat kelompok membuat langkah yang tidak tepat dalam
penyelesaian proyek.
Langkah 5 : menguji hasil
18. Guru telah melakukan penilaian selama monitoring dilakukan
dengan mengacu pada rubrik penilaian yang bertujuan: mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu
pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya
Langkah 6: evaluasi hasil yang diperoleh
19. Guru meminta peserta didik secara berkelompok melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Hal-hal yang direfleksi adalah kesulitan-kesulitan yang dialami
dan cara mengatasinya dan perasaan yang dirasakan pada saat
menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Selanjutnya
kelompok lain diminta menanggapi
c. Kegiatan Penutup(10 menit)
1. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyimpulkan hasil
temuan barunya.
2. Guru melakukan Post-Test sebagai evaluasi
3. Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan mengucapkan salam
c. Tahapan Pelaksanaan Observasi
Tindakan pada tahapan observasi ini adalah melakukan penilaian observasi
kelompok dan mengamati pengaruh Self Regulation Learning siswa terhadap hasil
belajar dalam proses pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran.
Pengamatan ini menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Hal-hal
yang diamati antara lain terkait dengan indikator Self Regulation Learning dan
indikator hasil belajar siswa.
Kemudian, siswa akan diberikan evaluasi terkait Program Linear materi
pada saat pertemuan tersebut yaitu mengenai strategi/tahapan membuat model
matematika program dan menyelesaikan program linear dua variabel
menggunakan masalah kontekstual.

d. Tahapan Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti mengkaji temuan dari hasil pengamatan, baik
yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif dari hasil proses pembelajaran
siklus II. Hal yang direfleksi yaitu berkaitan dengan peningkatan Self Regulation
Learning siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran
berbasis proyek. Berdasarkan observasi proses pembelajaran direfleksi tentang
masih kurangnya Self Regulation Learning dalam diri siswa secara menyeluruh
pada saat proses pembelajaran berlangsung dan dari hasil aktivitas kegiatan
pembelajaran yang diperoleh ternyata sebagian siswa yang memiliki Self
Regulation Learning rendah pada siklus I mengalami peningkatan kelevel sedang.
Dikarenakan masih terdapat siswa yang memiliki Self Regulation Learning
rendah dan belum mencapai target yang diinginkan,sehingga peneliti akan
melakukan perbaikan pada siklus ke III.
3.4.3 SIKLUS III
a. Tahapan Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan setelah mendapat data atau hasil observasi
pada siklus II. Ditahap ini menyelesaikan masalah yang menghambat
pengembangan kreativitas di sikulus II yaitu data refleksi siklus II. Pada tahap ini
direncanakan, yaitu menyusun kembali RPP (rencana pelaksaanaan pembelajaran)
yang telah diperbaiki agar sesuai dengan indikator, dan kembali menyiapkan
instrument penelitian di kelas yaitu instrument pembelajaran dan penilaian, format
evaluasi pretest dan postest serta media pembelajaran yang diperlukan seperti
LKS.
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
perencanaan pembelajaran dalam RPP yang telah disusun yaitu sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal (10 menit)
1. Guru mengucapkan salam
2. Guru meminta ketua kelasnya menyiapkan untuk berdoa.
3. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa.
4. Guru menyampaikan topic pembelajaran dan tujuannya yang ingin
dicapai.
5. Guru menginformasikan tentang proses pembelajaran yang akan
dilakukan termasuk aspek-aspek yang dinilai selama proses
pembelajaran berlangsung.
6. Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan secara
klasikal yang bersifat menuntun dan menggali tentang materi
sistem persaman linear dan pertidaksamaan, dalam bentuk Pre-
Test.
b. Kegiatan Inti (10 menit)
Langkah 1: menentukan pertanyaan mendasar
7. Guru mengemukakan pertanyaan esensial yang bersifat eksplorasi
pengetahuan yang telah dimiliki siswa berdasarkan pengalaman
belajarnya. “strategi/tahapan penentuan nilai optimum dari masalah
program linear dengan metode uji titik pojok ?”
8. Guru meminta siswa bertanya mengenai “strategi/tahapan
penentuan nilai opimum dari masalah program linear dengan
garis selidik?”
9. Guru meminta siswa lain untuk menjawab pertayaan yang telah
diajukan siswa lain.

Langkah 2: mendesain perencanaan proyek


10. Guru Mengorganisir siswa kedalam kelompok-kelompok yang
heterogen (4-5) orang.
11. Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk menentukan ketua dan
sekretaris secara demokratis, dan mendeskripsikan tugas masing-
masing setiap anggota kelompok.
12. Guru dan peserta didik membicarakan aturan main untuk
disepakati bersama dalam proses penyelesaian proyek. Hal-hal
yang disepakati: pemilihan aktivitas, waktu maksimal yang
direncanakan, sanksi yang dijatuhkan pada pelanggaran aturan
main, tempat pelaksanaan proyek, hal-hal yang dilaporkan, serta
alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian
proyek.

Langkah 3: menyusun jadwal


13. Guru memfasilitasi peserta didik untuk membuat jadwal aktifitas
yang mengacu pada waktu maksimal 1 minggu.
14. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyusun langkah
alternatif, jika ada sub aktifitas yang molor dari waktu yang telah
dijadwalkan.
15. Guru meminta setiap kelompok menuliskan alasan setiap pilihan
yang telah dipilih.

Langkah 4 : pengajar memonitor aktivitas siswa


16. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa yang berisi tugas proyek
dengan tagihan: 1) menuliskan informasi yang secara eksplisit
dinyatakan dalam tugas, 2) menuliskan beberapa pertanyaan yang
terkait dengan masalah/tugas yang diberikan, 3) menuliskan
konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika berdasarkan
pengalaman belajarnya yang terkait dengan tugas, 4) mengaitkan
konsep-konsep yang dinyatakan secara eksplisit dalam tugas
dengan konsep-konsep/prinsip-prinsip yang dimiliki oleh siswa
berdasarkan pengalaman belajarnya, 5) melakukan dugaan-dugaan
berdasarkan kaitan konsep poin 4, 6) menguji dugaan dengan cara
mencoba, 7) menarik kesimpulan
17. Guru memonitoring terhadap aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek dengan cara melakukan skaffolding jika
terdapat kelompok membuat langkah yang tidak tepat dalam
penyelesaian proyek.

Langkah 5 : menguji hasil


18. Guru telah melakukan penilaian selama monitoring dilakukan
dengan mengacu pada rubrik penilaian yang bertujuan: mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu
pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya

Langkah 6: evaluasi hasil yang diperoleh


19. Guru meminta peserta didik secara berkelompok melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Hal-hal yang direfleksi adalah kesulitan-kesulitan yang dialami
dan cara mengatasinya dan perasaan yang dirasakan pada saat
menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Selanjutnya
kelompok lain diminta menanggapi
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
20. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyimpulkan hasil
temuan barunya.
21. guru melakukan Post-Test sebagai evaluasi
22. Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan mengucapkan
salam.
c. Tahapan Pelaksanaan Observasi
Tindakan pada tahapan observasi ini adalah melakukan penilaian observasi
kelompok dan mengamati pengaruh Self Regulation Learning siswa terhadap hasil
belajar dalam proses pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran.
Pengamatan ini menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Hal-hal
yang diamati antara lain terkait dengan indikator Self Regulation Learning dan
indikator hasil belajar siswa.
Kemudian, siswa akan diberikan evaluasi terkait Program Linear materi
pada saat pertemuan tersebut yaitu mengenai strategi/tahapan penentuan nilai
optimum dari masalah program linear dengan metode uji titik pojok dan garis
selidik.
d. Tahapan Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti mengkaji temuan dari hasil pengamatan baik
yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif dari hasil proses pembelajaran
siklus III. Hal yang direfleksi yaitu berkaitan dengan peningkatan Self Regulation
Learning siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran
berbasis proyek secara menyeluruh akan terlihat pada saat proses pembelajaran
berlangsung dan dari hasil aktivitas kegiatan pembelajaran yaitu tentang berani
mengambil resiko, siswa berani dalam bertindak, siswa tekun dalam pembelajaran
matematika dan tidak mudah menyerah serta percaya diri dalam menyelesaikan
permasalahan matematika berupa mengerjakan tugas secara individu maupun
berkelompok. Apabila kriteria Self Regulation Learning tersebut dipenuhi dengan
sangat baik dimana indikator-indikator Self Regulation Learning sebagian besar
sudah tercapai oleh seluruh siswa dan sudah menunjukkan peningkatan pada hasil
belajar siswa maka kegiatan dilanjutkan pada penyusunan proposal. Jika belum,
maka harus dilakukan siklus selanjutnya sampai dengan selesai.

3.5 Sumber Data


Data yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini
sebagian besar berupa data kualitatif. Pengumpulan data diperoleh dari berbagai
sumber yakni:
1. Siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 11 Kota Jambi.
2. Arsip dan Dokumen Hasil angket Self Regulation Learning siswa.
3. Hasil Pengamatan Pelaksanakaan Pembelajaran.
4. Tes Hasil Belajar.
3.6 Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 96) Data adalah segala fakta dan
angka yang dapat dijadikan bahan menyusun suatu informasi, sedangkan
informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.
Rancangan mengacu kepada tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi objektif dan subjektifnya.
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu tes dan observasi.
a. Tes
Dalam penelitian ini diberikan tes tertulis, ini bertujuan untuk mengetahui
apakah kemampuan siswa meningkat berdasarkan nilai rata-rata setelah diberikan
pembelajaran. Suharsimi Arikunto (2002:127) mengemukakan bahwa: Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.
Tes adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa sehingga peneliti dapat
merencanakan tindakan yang akan diambil dalam memperbaiki proses
pembelajaran. Menggunakan pre test dan post test untuk mengukur hasil (out put)
belajar siswa.
b. Observasi
Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah observasi terhadap
subjek penelitian yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses
pembelajaran. Observasi yang dilakukan bersifat langsung. Sesuai yang
diungkapkan Yaumi dan Damopolii (2014: 112) observasi merupakan cara
mengumpulkan data dengan mengamati perilaku, peristiwa, atau mencatat
karakteristik fisik dalam pengaturan yang alamiah. Dan observasi merupakan
teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke
objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 :
104).
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dalam proses pembelajaran
dengan memperhatikan indikator dari Self Regulation Learning siswa.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disiapkan sebelumnya.
Berikut lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini:
a) Kisi-Kisi Lembar Observasi Regulation Learning Siswa
1. Kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran matematika .
2. Kemampuan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru.
3. Kemampuan siswa dalam memahami soal yang diberikan.
4. Mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
c. Angket/ kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan instrumen di dalam teknik komunikasi
tidak langsung.Dengan instrumen atau alat ini data yang dapat dihimpun bersifat
informatif dengan atau tanpa penjelasan atau interpretasi berupa pendapat, buah
pikiran, penilaian, ungkapan perasaan, dan lain-lain.Dalam realitasnya angket
merupakan instrumen penelitian yang paling efektif untuk memperoleh data atau
informasi dari responden tentang suatu masalah atau topik penelitian.Kuesioner
atau angket yang diisi oleh responden merupakan instrumen yang dapat
dipergunakan dalam penelitian didasarkan pada beberapa asumsi.
d. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang
tertulis. Menurut Sugiyono dalam Skripsi Rhodiah (2015: 90-91) mengungkapkan
bahwa dokumentasi yaitu : Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Hasil penelitian dari observasi akan lebih kridibel atau dapat
dipercaya kalau di dukung oleh sejarah pribadi kehidupan masa kecil, sekolah, di
tempat kerja, dimasyarakat, dan autobografi. Untuk mendokumentasikan seluruh
kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Maka
hasil foto dicetak sebagai bukti fisik yang sah bahwa penelitian ini telah
dilaksanakan.

3.7 Teknik Analisis Data


Analisis data dilakukan dalam suatu penelitian untuk menarik kesimpulan
dari seluruh data yang telah diperoleh.Data-data yang dianalasis adalah hasil
observasi aktivitas guru dan siswa, hasil wawancara, hasil catatan lapangan, dan
hasil evaluasi siswa.Data berupa hasil observasi aktivitas guru, hasil wawancara,
dan hasil catatan lapangan dianalisis berupa deskripsi dalam bentuk penarikan
kesimpulan.Data hasil evaluasi siswa dan hasil observasi aktivitas siswa dianalisis
dengan angka-angka.Kriteria ketuntasan belajar individu siswa di SMAN 11 Kota
Jambi mencapai 70.Sementara kriteria ketuntasan belajar klasikal yaitu apabila
terdapat 70% siswa yang telah mencapai 70 ketuntasan belajar individu.
Agar dapat diteliti memberikan gambaran tentang fenomena yang diteliti
maka analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Uji Validitas Instrumen
Untuk menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen menggunakan uji
validitas dibantu oleh sofware Microsoft excel sebagai berikut :

(Sugiyono, 2016: 183)


dimana:
rxy = koefisien korelasi antara variabel
x = Skor tiap pertanyaan
y = Skor Total
N = Jumlah sampel penelitian
2. Rata-rata Kelas
Untuk menghitung nilai rata-rata kelas digunakan rumus sebagai berikut :

(Sudjana, 2016: 67)


Dimana :
fi = banyak siswa
xi = nilai masing-masing siswa
3. Menentukan tingkat ketuntasan belajar siswa (individual)
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) digunakan rumus:

(Trianto, 2010: 241)


Dimana :
KB = Ketuntasan belajar
T = Jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt = Jumlah skor total
0% ˂ T ˂ 70% : Tidak tuntas
70% ˂ T ˂ 100% : Tuntas
4. Menentukan Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa (Klasikal)
Selanjutnya dapat juga diketahui apakah ketuntasan belajar klasikal telah
tercapai, dilihat dari presentase siswa yang sudah tuntas dalam belajar yang
dirumuskan sebagai berikut:
𝐴
PRS = 𝐵 × 100%
Trianto (2010: 243)
Keterangan:
PRS = Presentase respons siswa
A = Banyak siswa yang ketuntasan belajar ≥ 70%
B = Jumlah siswa
Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar, jika dikelas telah tercapai 85% yang
telah mencapai hasil ≥ 70, maka ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai.

5. Menganalisis Hasil Observasi


Lembar observasi digunakan untuk mengukur aktivitas siswa, perhitungan
nilai setiap observasi dilakukan berdasarkan:

Sudjana (2016: 96)

3.8 Indikator Kinerja


Indikator kinerja merupakan suatu kriteria yang digunakan untuk melihat
tingkat keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan
atau memperbaiki proses belajar mengajar dikelas. Dalam PTK ini yang akan
dilihat adalah indikator kinerjanya. Maka diperlukan indikator sebagai berikut :
1. Nilai rata-rata kelas XI MIA 1 SMAN 11 Kota Jambi dengan nilai lebih dari
70,00.
2. Ketuntasan hasil belajar termasuk dalam kategori baik dari jumlah peserta
didik seluruhnya.
3. Keaktifan guru dan peserta didik dalam ketegori baik berdasarkan hasil
pengamatan guru peneliti dan pengamat.
4. Setelah pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan peserta didik
dapat mengerjakan soal program linear dengan kriteria : sesuai dengan
konsep dan rumusnya.
Data yang didapat dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu skor
hasil belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I,siklus II dan siklus III.
Data tersebut diolah dengan menggunakan teknik analisis ketuntasan dan teknik
analisis komparatif. Setelah data didapat langkah selanjutnya adalah mengolah
data tersebut dan menganalisis data hasil belajar siswa.
Kriteria ketuntasan minimal di SMA Negeri 11 Kota Jambi untuk mata
pelajaran Matematika di kelas XI MIA 1 adalah 70. Atau dapat dilihat pada tabel
3.6 di bawah ini
Tabel 3.6 Kriteria Ketuntasan Belajar
Kriteria Penilaian Kualifikasi

≥ 70 Tuntas

< 70 Tidak Tuntas

3.9 Personalia Penelitian


Tabel 3.7
No Nama Tugas Bidang Ahli Kolaborator Perguruan
tinggi

1 Miftahul jannah Peneliti/ Pendidikan 1. Noverma, M.Pd Universitas


( A1C217021 ) Observasi Matematika Jambi
2. Wakil kesiswaaan
SMAN 11 Kota Jambi
2 Loranza Afrianti Peneliti/ Pendidikan
Observasi Matematika Fakultas
( A1C217039 ) 3. Guru matematika Keguruan
SMAN 11 Kota Jambi dan Ilmu
3 Mhd . Azmi Peneliti/ Pendidikan Pendidikan
Zulkarnain Observasi Matematika
( A1C217066)

4 Lusi Sulistiani Peneliti/ Pendidikan


(RRA1C217001) Observasi Matematika

3.8 Jadwal Penelitian


Jadwal penelitian selama kegiatan, yaitu pada tabel 3.8 berikut ini:
Tabel 3.8 Jadwal Penelitian
September 2019 Oktobe
r 2019
No Rencana Kegiatan
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1. Pengajuan Surat kesekolah
2. Penyusunan Rancangan
instrumen
3. Penyiapan instrument dan
LKS
3 Pelaksanaan Siklus I
4 Analisis Hasil Siklus I

5. Pelaksanaan Siklus II

6. Analisis Hasil Siklus I

7. Pelaksanaan Siklus III

8. Analisis Hasil Siklus III

5 Penulisan Hasil Penelitian

3.9 Anggaran Biaya


Berdasarkan tahapan penelitian maka terdapat anggaran penelitian
disajikan dalam tabel 3.9 berikut ini:
Tabel 3.9 Anggaran Biaya Penelitian
No. Keterangan Biaya
1. Print Instrumen Rp.20.000,-
2. Fotocopy instrument Rp.60.000,-
3. Transportasi Rp.40.000,-
4. Konsumsi Rp.200.000,-
5. Biaya Lain-Lain Rp50.000,-
Total Biaya Rp. 370.000,-

Terbilang : ( tiga ratus tujuh puluh ribu rupiah)


BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus)


Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan
observasi baik dari guru mata pelajaran, siswa maupun kondisi didalam kelas. Hal
ini dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan data dari kondisi awal kelas XI
MIA 1 yang dilaksanakan tindakan didalam kelas. Dengan dilaksanakan observasi
ini peneliti akan mengetahui apakah kelas ini perlu diberikan tindakan yang sesuai
dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti, yaitu apakah strategi pembelajaran
dengan menggunakan model Project Based Learning dapat meningkatkan Self
Regulation Learning serta kemampuan berfikir kreatif siswa XI MIA 1 pada
materi Program Linear.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahwa keaktifan
belajar siswa kelas XI MIA 1 masih kurang, antusiasme dalam belajar sudah baik
tetapi masih perlu ditingkatkan. Hal tersebut diketahui oleh karena selama
pembelajaran berlangsung misalnya pada saat praktik, ketika guru menjelaskan
mengenai materi yang akan atau sedang dipraktikkan siswa masih banyak yang
belum memperhatikan dan melakukan petunjuk yang diberikan, pernah dicoba
menggunakan metode pembelajaran lain selain ceramah dan praktik biasa yakni
metode tanya jawab namun hasilnya kurang maksimal. Hasil dari pelaksanaan
metode tersebut dirasa kurang efektif dan akhirnya tetap dilanjutkan
menggunakan metode ceramah dan praktik seperti biasa.
Sesuai dengan data hasil observasi yang diperoleh pada tahap pra siklus
ini, selama kegiatan pembelajaran siswa cenderung bersikap pasif, guru
menggunakan metode pembelajaran yang kurang bervariasi yakni dengan cara
berceramah di depan kelas. Selama pembelajaran berlangsung sebagian besar
siswa duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru, siswa banyak mengobrol
dengan teman lain, tidak mencatat materi yang disampaikan guru, dan tidak mau
bertanya kepada guru apabila ada materi yang kurang jelas. Sebagian besar siswa
tidak membawa buku catatan. Usaha siswa dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru masih rendah, tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas dan
ada juga yang tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan.
Peneliti mencoba melaksanaan tes awal untuk mengetahui hasil tes awal
siswa pada kondisi ini, peneliti memberikan tes sebanyak 10 soal pokok bahasan
dari materi Program Linear. Pelaksanaan pada tes awal ini siswa mengerjakan soal
yang diberikan waktu untuk menyelesaikannya selama 40 menit. Dari hasil
pengerjaan siswa pada tes yang telah disusun oleh peneliti setelah diadakan
koreksi maka didapatkan hasil. Berdasarkan hasil koreksi tes awal dari 26 siswa
yang ada dikelas tersebut diperoleh 4 siswa yang tuntas atau mendapat nilai diatas
batas KKM, sedangkan 22 siswa tidak tuntas atau mendapatkan nilai dibawah
KKM. Dari paparan hasil tes awal yang diperoleh siswa maka tampak bahwa yang
mencapai ketuntasan belajar hanya 15%, seperti yang dapat kita lihat pada table
4.1 dan diagram 4.1 berikut:
Table 4.1
Tingkat Ketuntasan Siswa Pada Tes Kemampuantes Awal
Tingkat Kategori Banyak Siswa Jumlah dalam
K
e
t
u
n
t
a
s
a
n
70% - 100% Tuntas 4 15%
< 70% Tidak Tuntas 22 84,61%
Rata-Rata 49,85%
Ketuntasan 15%
Berdasarkan data di atas, maka diagram batang ketuntasan belajar klasikal
pada tes awal digambarkan sebagai berikut:
Diagram 4.1
Persentase Ketuntasan Belajar Tes Awal

90%
80%
70%
60%
50%
40% Ketuntasan tes awal
30%
20%
10%
0%
Tuntas Tidak tuntas

4.2 Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus yaitu siklus I,
siklus II, dan siklus III. Pada setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan dengan
alokasi waktu kegiatan belajar mengajar 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Setiap
siklus dilakukan observasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran
sesuai dengan pembelajaran Project Based Learning. Adapun hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
4.2.1 Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan Tindakan Siklus I
1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning
2. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning
3. Membuat lembar observasi untuk melihat motivasi siswa dalam
pemecahan masalah belajar siswa selama proses belajar mengajar
berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran Project
Based Learning
4. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian
5. Memberikan pretest di awal pembelajaran dan postest di akhir
pembelajaran

Peserta didik dapat mengidentifikasi model matematika program linear


dari masalah kontekstual dan Menentukan sistem pertidaksamaan linear dua
variabel melalui model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) ,hal ini di
harapkan peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan Self
Regulated Learning melalui tes yang di berikan di awal siklus dan di akhir siklus
dan dapat di lihat dari observasi kemampuan berpikir peserta didik.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus 1 dilaksanakan di kelas XI
MIA 1 SMA Negeri 11 Kota Jambi, yang mana dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru, dan proses belajar mengajar dilakukan sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang sudah dipersiapkan dengan menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning pada akhir kegiatan belajar mengajar pada
siklus I dilaksanakan observasi dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif serta
Self Regulated Learning dengan membagi siswa dalam kelompok – kelompok
yang heterogen yaitu setiap kelompok teridiri dari beberapa siswa dengan jenis
kelamin dan tingkat kecerdasan yang berbeda, masing-masing kelompok
diberikan bahan diskusi berupa lembar kerja proyek yang harus dijawab oleh
masing-masing anggota dan terdapat pula soal tugas kelompok.
3. Observasi Tindakan Siklus I
Hasil pengamatan yang diperoleh adalah siswa kurang memperhatikan
guru mengajar karena kurangnya motivasi belajar dari siswa dan ketika dibagikan
kelompok secara heterogen ada beberapa kelompok yang tertinggal dalam
memahami pembelajaran saat itu serta didalam pembelajaran berbasis proyek ini
juga ada beberapa siswa yang tidak serius dalam mengerjakannya dan lebih
melibatkan 1,2 orang yang mengerjakan didalam kelompok.

Hasil observasi daya juang siswa pada siklus I dapat disajikan dalam tabel berikut
:
Tabel 4.2.1 Hasil observasi Aktifitas siswa pada Siklus I
No Indikator Rata-Rata Indikator
1. Kesiapan siswa dalam memulai pelajaran 2,43
2. Kemampuan siswa dalam memperhatikan 2,31
penjelasan
guru
3. Kemampuan siswa dalam memahami proyek 2,23
yang
diberikan
4. Mengerjakan proyek yang diberikan oleh guru 2,4
5. Membahas proyek yang telah dibuat 2,03
Jumlah 11,04
Rata-Rata 2,28
Keterangan CUKUP BAIK

Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dapat disajikan dalam bentuk
diagram aktivitas berikut ini :
Diagram 4.2
Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
2.5

2.4

2.3

2.2

2.1
Hasil Observasi

1.9

1.8
Kesiapan siswa Kemampuan siswa Kemampuan siswa Mengerjakan Membahas proyek
dalam memulai dalam dalam memahami proyek yang yang telah dibuat
pelajaran memperhatikan proyek yang diberikan oleh guru
penjelasan guru diberikan
Berdasarkan hasil diagram dan tabel aktivitas siswa pada siklus I
menunjukkan aktivitas dalam pembelajaran memiliki rata-rata 2,28 dengan
keterangan cukup baik aktivitas yang dimiliki siswa.
Setelah digunakan pembelajaran dengan model Project Based Learning
untuk meningkatkan Self Regulation Learning pada materi Program Linear pada
siklus I, peneliti memberikan soal postes sebanyak 2 butir soal kepada siswa.
Hasilnya terjadi peningkatan tes belajar siswa di mana dari 26 siswa terdapat 7
siswa (26,92%) yang telah mencapai ketuntasan belajar dengan nilai tertinggi 85,
sedangkan 19 siswa (73,08%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan
nilai terendah yaitu 50. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas XI MIA 1 pada
siklus I adalah 63.
Tabel 4.3
Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Siklus I
Tingkat Kategori Banyak Siswa Jumlah dalam
K
e
t
u
n
t
a
s
a
n
70% - 100% Tuntas 7 26,92%
< 70% Tidak Tuntas 19 73,08%
Rata-Rata 63
Ketuntasan 26,92%

Dari tabel di atas,dapat digambarkan diagram ketuntasan belajar siklus I sebagai


berikut:
Diagram 4.3
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

Ketuntasan Belajar
80

70

60

50

40
Ketuntasan Belajar
30

20

10

0
Tuntas Tidak tuntas

4. Refleksi Tindakan Siklus I


Pada tahap refleksi peneliti melakukan evaluasi untuk mendapatkan data
dari bagaimana pemahaman siswa tersebut. Dari hasil tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari tes awal
sebelumnya, dimana dari hasil aktivitas siswa pada siklus I diperoleh rata-rata
2,28 yang masih dikategorikan cukup baik, dan hasil belajar siswa pada siklus I
diperoleh rata-rata 63, tetapi pembelajaran masih belum efektif. Hal tersebut
terlihat dari kurangnya keaktifan siswa dalam kelompok hanya terlihat 1-2 orang
yang aktif didalam kelompok yang heterogen. Sementara pencapaian hasil belajar
siswa menunjukkan sebagian siswa telah mencapai ketuntasan belajar, tetapi
ketuntasan belajar klasikal belum memenuhi indikator keberhasilan. Pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti dalam proses pembelajaran didapat siswa yang masih
kurang mampu memahami materi dengan jelas dan kurang mampu mengerjakan
proyek yang diberikan dengan baik. Kemampuan siswa yang kurang dapat
menguraikan materi pelajaran, kemampuan siswa membentuk pendapat dan
penarikan kesimpulan materi serta kurang bisa bekerja sama didalam kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut dan untuk mencapai tingkat
ketuntasan keberhasilan pembelajaran pada siklus I, maka perlu diadakan siklus
II.

4.2.2 Deskripsi Siklus II


1. Perencanaan Tindakan Siklus II
1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar
yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran
Project Based Learning
2. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Project Based Learning
3. Membuat lembar observasi untuk melihat motivasi siswa dalam pemecahan
masalah belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning
4. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian
5. Memberikan Pretest di awal pembelajaran dan postest di akhir pembelajaran
Peserta didik dapat menentukan daerah penyelesaian sistem
pertidaksamaan linear dari grafik dan menentukan nilai optimum fungsi objektif
melalui grafik melalui model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) ,hal
ini di harapkan peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan
Self Regulated Learning melalui tes yang di berikan di awal siklus dan di akhir
siklus dan dapat di lihat dari observasi kemampuan berpikir peserta didik. Serta
pada siklus II ini juga dilakukan perbaikan perencanaan dalam menggunakan
proyek untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I ,perbaikan perencanaan
tersebut yakni perencanaan peneliti mengajak guru untuk berdiskusi mengenai
pelaksanaan penerapan model pembelajaran Project Based Learning (Pjbl),
membenarkan apa yang telah benar dilakukan dan memperbaiki apa yang belum
benar dilakukan. Seperti halnya pada siklus I terdapat kekurangan, yaitu pada
akhir proses pembelajaran siswa menghendaki untuk adanya pendambahan variasi
proyek dan guru dengan alasan semakin banyak proyek yang dikerjakan makin
banyak kesempatan kita dalam kelompok untuk berdiskusi secara aktif. Dan guru
juga menambahkan variasi metode pada pertemuan yang selanjutnya.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus II dilaksanakan di kelas XI
MIA 1 SMA Negeri 11 Kota Jambi, yang mana dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru, dan proses belajar mengajar dilakukan sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang sudah dipersiapkan dengan menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning Pada akhir kegiatan belajar mengajar pada
siklus II dilaksanakan observasi dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif serta
Self Regulated Learning dengan menerapkan hal yang sama pada siklus I yaitu
membagi siswa dalam kelompok – kelompok yang heterogen yaitu setiap
kelompok teridiri dari beberapa siswa dengan jenis kelamin dan tingkat
kecerdasan yang berbeda, masing-masing kelompok diberikan bahan diskusi
berupa lembar kerja proyek yang harus dijawab oleh masing-masing anggota dan
terdapat pula soal tugas kelompok.
3. Observasi Tindakan Siklus II
Pada siklus II, pengamatan yang dilakukan sama dengan pengamatan yang
dilakukan pada siklus I, pada siklus II diperoleh hasil belajar siswa semakin
meningkat dari siklus I. Adapun hasil observasi aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II
No Indikator Rata-Rata Indikator
1. Kesiapan siswa dalam memulai pelajaran 2,71
2. Kemampuan siswa dalam memperhatikan 2,97
penjelasan
guru
3. Kemampuan siswa dalam memahami proyek 3,06
yang
diberikan
4. Mengerjakan proyek yang diberikan oleh guru 3,17
5. Membahas proyek yang telah dibuat 2,86
Jumlah 14,77
Rata-Rata 2,95
Keterangan BAIK

Dari tabel di atas dapat digambarkan diagram observasi aktivitas siswa pada
siklus II sebagai berikut:
Diagram 4.4
Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II

Hasil Observasi
3.3
3.2
3.1
3
2.9
2.8
2.7
Hasil Observasi
2.6
2.5
2.4
Kesiapan siswa Kemampuan Kemampuan Mengerjakan Membahas
dalam memulai siswa dalam siswa dalam proyek yang proyek yang telah
pelajaran memperhatikan memahami diberikan oleh dibuat
penjelasan guru proyek yang guru
diberikan

Berdasarkan hasil diagram dan tabel aktivitas siswa pada siklus II


menunjukkan aktivitas siswa dalam pembelajaran memiliki rata-rata 2,95 dengan
keterangan baik untuk aktivitas yang dimiliki siswa. Dari hasil siklus II yang
telah dirancang oleh peneliti kemudian peneliti memberikan soal postes sebanyak
2 butir soal kepada siswa. koreksi dari 26 siswa yang ada di kelas tersebut
diperoleh hasil sebagai berikut, terdapat 12 siswa (46,15%) yang telah mencapai
ketuntasan belajar dengan nilai tertinggi 85, sedangkan 14 siswa (53,85%) belum
mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai terendah yaitu 55.
Tabel 4.5
Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Siklus II
Tingkat Kategori Banyak Siswa Jumlah dalam
K
e
t
u
n
t
a
s
a
n
70% - 100% Tuntas 12 46,15%
< 70% Tidak Tuntas 14 53,85%
Rata-Rata 65,43
Ketuntasan 46,15%

Dari tabel di atas,dapat digambarkan diagram ketuntasan belajar siklus II sebagai


berikut:
Diagram 4.5
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

Ketuntasan Siklus II
56
54
52
50
48 Ketuntasan Siklus II
46
44
42
Tuntas Tidak Tuntas

4. Refleksi Tindakan Siklus II


Pada tahap refleksi peneliti melakukan evaluasi untuk mendapatkan data
dari bagaimana pemahaman siswa tersebut. Dari hasil tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus sebelumnya,
dimana dari hasil aktivitas siswa pada siklus II diperoleh rata-rata 2,95 yang
masih dikategorikan baik, hampir keseluruhan siswa aktif dalam pembelajaran.
Hal tersebut dapat dilihat pada pencapaian hasil belajar siswa yang meningkat
dengan rata-rata yang diperoleh yaitu 65,43 dengan presentase klasikal 46,15%.
Ketuntasan hasil belajar pada siklus ini masih belum sesuai dengan ketuntasan
belajar secara klasikal yang ingin dicapai yaitu indikator keberhasilan hasil belajar
siswa mencapai 85%
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dalam proses pembelajaran siswa sudah
mulai aktif didalam kelompok dan ikut serta mengerjakan proyek yang diberikan.
Ketuntasan hasil belajar pada siklus ini masih belum sesuai dengan ketuntasan
belajar secara klasikal yang ingin dicapai yaitu indikator keberhasilan hasil belajar
siswa mencapai 85% sehingga perlu dilakukan kembali perbaikan pembelajaran
yang dapat memaksimalkan hasil belajar siswa, untuk memperbaiki hasil belajar
tersebut dan untuk mencapai tingkat ketuntasan keberhasilan pembelajaran, maka
perlu diadakan siklus III.
4.2.3 Deskripsi Siklus III
1. Perencanaan Tindakan Siklus III
1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar
yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran
Project Based Learning
2. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Project Based Learning
3. Membuat lembar observasi untuk melihat motivasi siswa dalam pemecahan
masalah belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning
4. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian
5. Memberikan Pretest di awal pembelajaran dan postest di akhir pembelajaran
Peserta didik dapat menerapkan program linear dua variabel dalam
menyelesaikan masalah kontekstual melalui model pembelajaran Project Based
Learning (PJBL), hal ini di harapkan peserta didik dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif dan Self Regulated Learning melalui tes yang di
berikan di awal siklus dan di akhir siklus dan dapat di lihat dari observasi
kemampuan berpikir peserta didik. Siklus III ini juga dilakukan untuk perbaikan
dari siklus II.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus III dilaksanakan di kelas XI
MIA 1 SMA Negeri 11 Kota Jambi, yang mana dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru, dan proses belajar mengajar dilakukan sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang sudah dipersiapkan dengan menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning Pada akhir kegiatan belajar mengajar pada
siklus II dilaksanakan observasi dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif serta
Self Regulated Learning dengan menerapkan hal yang sama pada siklus I dan II
yaitu membagi siswa dalam kelompok – kelompok yang heterogen yaitu setiap
kelompok teridiri dari beberapa siswa dengan jenis kelamin dan tingkat
kecerdasan yang berbeda, masing-masing kelompok diberikan bahan diskusi
berupa lembar kerja proyek yang harus dijawab oleh masing-masing anggota dan
terdapat pula soal tugas kelompok.

3. Observasi Tindakan Siklus II


Pada siklus III, pengamatan yang dilakukan sama dengan pengamatan
yang dilakukan pada siklus I dan siklus II, pada siklus III ini diperoleh hasil
belajar siswa semakin meningkat dari siklus sebelumnya. Adapun hasil observasi
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6
Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III

No Indikator Rata-Rata
1. Kesiapan siswa dalam memulai pelajaran 3,54
2. Kemampuan siswa dalam memperhatikan penjelasan 3,57
guru
3. Kemampuan siswa dalam memahami proyek yang 3,60
diberikan
4. Mengerjakan proyek yang diberikan oleh guru 3,74
5. Membahas proyek yang telah dibuat 3,54
Jumlah 18,00
Rata-Rata 3,6
Keterangan SANGAT BAIK

Dari tabel di atas dapat digambarkan diagram observasi aktivitas siswa pada
siklus III sebagai berikut:
Diagram 4.6
Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III

Observasi Aktifitas Siswa Siklus III


3.8
3.75
3.7
3.65
3.6
3.55
Observasi Aktifitas Siswa Siklus III
3.5
3.45
3.4
Kesiapan siswa Kemampuan Kemampuan Mengerjakan Membahas
dalam memulai siswa dalam siswa dalam proyek yang proyek yang
pelajaran memperhatikan memahami diberikan oleh telah dibuat
penjelasan guru proyek yang guru
diberikan
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus III menunjukkan
kemampuan belajar siswa sudah meningkat dari siklus sebelumnya. Hal ini
terlihat bahwa aktivitas belajar siswa sudah berada pada kategori sangat baik
dengan total skor 18,00 dan rata-rata 3,6, ini sudah sesuai yang diharapkan
peneliti. Dengan demikian pada siklus III mengalami peningkatan yang sangat
baik dari semua indikator aktivitas yang dinilai. Pengamatan terhadap
kemampuan belajar siswa dalam memahami materi pelajaran sudah sangat baik,
terjadi peningkatan tes kemampuan awal, ke tes siklus I, siklus II dan peningkatan
juga terjadi pada siklus III, ini sesuai yang diinginkan oleh peneliti karena telah
mencapai kektuntasan klasikalnya yaitu 85%.
Dari hasil siklus III yang telah dirancang oleh peneliti dan setelah
diadakan postest di koreksi dari 26 siswa yang ada di kelas terebut diperoleh hasil
sebagai berikut, terdapat 23 siswa (88,47%) yang telah mencapai nilai ≥70 dengan
nilai tertinggi 100, dan 3 siswa (11,53%) yang belum mencapai ketuntasan
belajar.
Tabel 4.7
Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Siklus III
Tingkat Kategori Banyak Siswa Jumlah dalam
K
e
t
u
n
t
a
s
a
n
70% - 100% Tuntas 23 88,47%
< 70% Tidak Tuntas 3 11,53%
Rata-Rata 76,29
Ketuntasan 88,47%

Dari tabel di atas,dapat digambarkan diagram ketuntasan belajar siklus III sebagai
berikut:
Diagram 4.7
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III

Ketuntasan Siklus III


100
90
80
70
60
50
Ketuntasan Siklus III
40
30
20
10
0
Tuntas Tidak Tuntas

4. Refleksi Tindakan Siklus II


Dari data yang diperoleh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas
belajar siswa pada siklus III kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning (PJBL) untuk meningkatkan Self
Regulation Learning dan kemampuan berfikir kreatif termasuk pada kategori
sangat baik, di mana dari aktivitas siswa diperoleh rata-rata 3,6 atau dikategorikan
sangat baik, hampir keseluruhan siswa aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut
dapat dilihat pada pencapaian hasil belajar siswa yang meningkat dengan rata-rata
yang diperoleh yaitu 76,29 dengan presentase klasikal 88,47%. Ketuntasan hasil
belajar pada siklus ini sudah sesuai dengan ketuntasan belajar secara klasikal yang
ingin dicapai yaitu indikator keberhasilan hasil belajar siswa mencapai 85%
sehingga tidak perlu melakukan penelitan kembali.

4.3 Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus


Kemampuan Self Regulated Learning dari siklus I sampai dengan siklus
III mengalami peningkatan. Hasil kemampuan daya juang tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3.1. Rekapitulasi Hasil daya juang siswa


Hasil
No Indikator
Siklus I Siklus II Siklus III
1. Kesiapan siswa dalam 2,43 2,71 3,54
m
e
m
u
l
a
i

p
e
l
a
j
a
r
a
n
2. Kemampuan siswa 2,31 2,97 3,57
d
a
l
a
m
m
e
m
p
e
r
h
a
t
i
k
a
n

p
e
n
j
e
l
a
s
a
n

g
u
r
u
3. Kemampuan siswa 2,23 3,06 3,60
d
a
l
a
m

m
e
m
a
h
a
m
i

p
r
o
y
e
k

y
a
n
g

d
i
b
e
r
i
k
a
n
4. Mengerjakan proyek 2,4 3,17 3,74
y
a
n
g

d
i
b
e
r
i
k
a
n

o
l
e
h

g
u
r
u
5. Membahas proyek 2,03 2,86 3,54
y
a
n
g
t
e
l
a
h

d
i
b
u
a
t
CUKUP BAIK SANGAT
B
Kriteria A
I
K

Dari hasil tabel di atas dapat dibuat grafik rekapitulasi skor rata – rata tiap
indikator kemampuan berpikir kreatif siswa sebagai berikut:
Gambar 4.3 Grafik Self Regulated Learning siswa tiap siklus

Rata-rata Tiap Siklus


100
90
80
70
60
50
Rata-rata Tiap Siklus
40
30
20
10
0
Siklus I Siklus II Siklus III
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil tabel dan grafik didapatlah bahwa skor rata-rata tiap
indikator Self Regulated Learning selalu meningkat pada setiap siklusnya. Untuk
setiap indikator pada kriteria yang ditentukan di setiap siklusnya mengalami
peningkatan rata-rata 15-20% kesiklus II dan siklus II kesiklus III sebesar 30% -
43%. Hal ini disebabkan karena guru memperbaiki proses pembelajaran yang
awalnya siswa tidak paham menggunakan model Project Based Learning (PJBL) dan
kurang aktif didalam kelompok sehingga guru memperbaiki proses pembelajarannya
dan didapatlah pada siklus ke III siswa menjadi lebih aktif didalam kelompok dan
mau bekerja sama didalam kelompok dalam menyelesaikan proyek yang diberikan
pada kegiatan inti dalam membimbing dan mengawasi pengerjaan proyek. Hingga
siswa menjadi aktif bertindak, berani mengambil keputusan dan menekuni pengerjaan
proyeknya.
Berdasarkan pengamatan juga ditemukan Self Regulated Learning siswa
mengalami peningkatan, seperti pada pengerjaan proyek sepert siswa termotivasi
pengerjaan proyek tersebut karena melihat ada sebagian temannya yang aktif, siswa
juga menjadi lebih aktif serta lebih sering berdiskusi untuk menemukan suatu solusi.
Hasil proyek yang dikerjakan siswa dengan kelompoknya meurpakan hasil terbaik
yang dikerjakan oleh siswa, hal itu dibuktikan dnegan siswa dapat mempertanggung
jawabkan hasil proyeknya pada saat persentasi kelompok.
Berdasarkan pembahasan diatas, setiap indikator pada kriteria Self Regulated
Learning pada materi Program Linier mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa, Self Regulated Learning melalui Model
Project Based Learning materi Program Linier dikelas XI MIA 1 NEGERI 11 KOTA
JAMBI meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Akhmadi. 2012 . Menumbuhkan Self-Regulated Learning Siswa. Pendalaman


Materi “Bimbingan Belajar” Diklat Guru Bimbingan Konseling.
bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/selfregulated.pdf diakses pada tanggal
14 September 2013

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Hanafiah, N., & Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT


Refika Aditama.

Hisyam, Z. (2012). Strategi pembelajaran aktif. Yogyakarta: Insan Mandiri

Khodijah, Nyayu. (2006) Psikologi Belajar . Palembang: IAIN Raden Fatah Press.

Munandar,S.C.Utami.(2003). Kreativitas & Keberbakatan. Strategi Mewujudkan pote


nsi kreatif & Bakat . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Munandar,U.(2009). Pengembangan Kreatif Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

Nurohman, Sabar.2010. Pendekatan Project Based Learning Sebagai Upaya


Internalisasi Scientific Method Bagi Siswa Calon Guru Fisika. (online)
(http://staff. uny.ac.id/sites /default/files/132309687/project-based-learning.pdf),
diakses pada 6 November 2012.

Pintrich, P. R. (2000). The role of goal orientation in self-regulated learning. In M.


Boekaerts, P. R. Pintrich, & M. Zeidner (Eds.), Handbook of self-regulation (pp.
451-494). San Diego:Academic

Rakhmat, J. (1991). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya

Trianto (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.


Jakarta: Prenada Media Group.
Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan. Edisi 3 Buku 2. Terjemahan: Diana
Angelica.Jakarta: Salemba Humanika

Setiadarma,M.P.(2003). Mmendidik Kecerdasan. Jakarta : Pustaka Populer Obor

Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan


Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Zimmerman,B.J. (2004). A social cognitive view of self-regulated academic learning.


Jurnal of Educational Psychology,4,(2),22-63.hhtp://www.stu.ca/-
sbraat/SRL/A/SocialCognitiveViewofSelf-RegulatedAcademicLearning.pdf

Zimmerman,B.J. (1989). A social cognitive view of self-regulated academic learning.


Jurnal of Educational Psychology.
LAMPIRAN 1

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

1. Project Based Learning (PjBL) merupakan strategi belajar mengajar yang


melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk
menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan (Sani, 2014: 172).

2. Istarani (2011: 156) berpendapat bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (Project


Based Learning) adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang
inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang
kompleks.

3. Project Based Learning (PjBL) adalah sebuah model pembelajaran dimana


peserta didik dilibatkan langsung dalam memecahkan permasalahan yang
ditugaskan, mengijinkan para peserta didik untuk aktif membangun dan
mengatur pembelajarannya, dan dapat menjadikan peserta didik yang realistis
(Punawan,2007).

4. Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 30) “model pembelajaran
project based learning adalah model yang memperkenankan peserta didik
untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruksikan pembelajarannya dan
mengkulminasikannya dalam produk nyata”.

5. Selanjutnya Trianto (2014: 42) menyatakan bahwa “project based learning


adalah sebuah model yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual
melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks”.
6. Menurut Made Wena (2009: 144) model pembelajaran project based learning
merupakan “model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru
untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek”.
Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas
kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat
menantang dan menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan
masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, dan
memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri. Dalam
model pembelajaran ini, Guru bertindak sebagai supervisor/facilitator,
memberikan feed back secara bertahap, menilai proses dengan kisi-kisi
penilaian terkait dengan penumbuhan keterampilan peserta didik.

7. Abidin (2014: 172) menjelaskan bahwa tahapan Project Based Learning adalah
sebagai berikut:
1) Praproyek. Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru diluar
jam pelajaran. Pada tahap ini guru merancang deskripsi proyek,
menentukan batu pijakan proyek, menyiapkan media dan berbagai sumber
belajar, dan menyiapkan kondisi pembelajaran.
2) Fase 1: Mengidentifikasi Masalah. Pada tahap ini siswa melakukan
pengamatan terhadap obyek tertentu. Berdasarkan pengamatannya
tersebut siswa mengidentifikasi masalah dan membuat rumusan masalah
dalam bentuk pertanyaan.
3) Fase 2 : Membuat Desain dan Jadwal Pelaksanaan Proyek. Pada tahap
ini siswa secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok ataupun
dengan guru mulai merancang proyek yang akan mereka buat,
menentukan penjadwalan pekerjaan proyek, dan melakukan aktivitas
persiapan lainnya.
4) Fase 3: Melaksanakan Penelitian. Pada tahap ini siswa melakukan
kegiatan penelitian awal sebagai model dasar bagi produk yang akan
dikembangkan. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut siswa
mengumpulkan data dan selanjutnya menganalisis data tersebut dengan
teknik analisis data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
5) Fase 4: Menyusun Draf Produk. Pada tahap ini siswamulai membuat
produk awalsebagai rencana dan hasil penelitian yang dilakukannya.
6) Fase 5: Mengukur, Menilai, dan Memperbaiki Produk. Pada tahap ini
siswa melihat kembali produk awal yang dibuat, mencari kelemahan, dan
memperbaiki produk tersebut. Dalam praktiknya, kegiatan mengukur dan
menilai produk dapat dilakukan dengan meminta pendapat atau kritik dari
anggota kelompok lain ataupun dari guru.
7) Fase 6: Finalisasi dan Publikasi Produk. Pada tahap ini siswamelakukan
finalisasi produk. Setelah diyakini sesuai dengan harapan, produk
dipublikasikan.
8) Pascaproyek. Pada tahap ini guru menilai, memberikan penguatan,
masukan, dan saran perbaikan atas produk yang telah dihasilkan siswa.

LAMPIRAN 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS I PERTEMUAN 1

Sekolah : SMA N 11 KOTA JAMBI


Mata pelajaran : Matematika (wajib)
Kelas/Semester : XI MIA 1/1
Materi pokok : Program Linear
Tahun Pelajaran : 2019/2020
Alokasi waktu : 2x 45 menit (1 pertemuan)
A. Kompetensi Inti
KI-1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta
menempatkan diri sebagaicerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3 Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata.
K-4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut pandang teori.
B. Kompetensi Dasar
3.2 Menjelaskan program linear dua variabel dan metode penyelesaiannya
dengan menggunakan masalah kontekstual.
C. Indikator
3.2.1 Menjelaskan konsep pertidaksamaan linear dua variabel
3.2.2 Menjelaskan konsep sistem pertidaksamaan linear dua variabel
3.2.3 Membedakan pertidaksamaan linear dua variabel dengan sistem
pertidaksamaan linear dua variabel
D. Tujuan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran dengan model
pembelajaran berbasis proyek peserta didik dapat :
 Menjelaskan konsep pertidaksamaan linear dua variabel
 Menjelaskan konsep sistem pertidaksamaan linear dua variabel
 Membedakan pertidaksamaan linear dua variabel dengan sistem
pertidaksamaan linear dua variabel

E. Materi Pembelajaan

Pertidaksamaan Linear Dua Variabel merupakan suatu kalimat


terbuka matematika yang di dalamnya memuat dua variabel. Dengan
masing-masing variabel berderajat satu serta dihubungkan dengan
tanda ketidaksamaan. Tanda ketidaksamaan yang dimaksud disini
antara lain: >, <, ≤, atau ≥.
Maka, bentuk dari pertidaksamaan linear bisa kita tuliskan seperti
berikut ini:
• ax + by > c
• ax + by < c
• ax + by ≥ c
• ax + by ≤ c
Berikut ini adalah contoh dari kalimat matematikanya:
2x + 3y > 6
4x – y < 9
Beberapa kalimat terbuka di atas menggunakan tanda hubung
seperti <, >, > atau <. Yang menandakan kalimat tersebut merupakan
pertidaksamaan.
Penyelesaian dari pertidaksamaan linear dua variabel berupa daerah
penyelesaian.
Dalam praktiknya penyelesaian pertidaksamaan linear bisa berwujud
daerah diarsir atau sebaliknya daerah penyelesaian pertidaksamaan
linear dua variabel yang berupa daerah bersih.
Untuk menentukkan daerah penyelesaiannya, kita bisa melakukan
langkah-langkah seperti di bawah ini:
1. Ubahlah tanda ketidaksamaan dari pertidaksamaan menjadi
tanda sama dengan (=), sehingga kita akan memperoleh
persamaan linear dua variable
2. Gambar dari grafikatau garis dari persamaan linear dua variabel
tadi.
Hal ini bisa kita lakukan dengan cara menentukan titik potong
sumbu x dan sumbu y dari persamaan.
Ataupun dapat memakai dua titik sembarang yang dilewati
oleh garis. Garis akan membagi dua bidang kartesius
3. Lakukan uji titik yang tidak dilewati oleh garis (substitusi nilai
x dan y titik ke pertidaksamaan). Apabila menghasilkan
pernyataan yang benar, artinya daerah tersebut adalah
penyelesaiannya.
Tetapi, jika menghasilkan pernyataan salah maka bagian
lainnya lah yang merupakan penyelesaiaanya.
2.2 Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
Dan kali ini, akan membahas mengenai seputar pertidaksamaan
linear dengan dua variabel.
Gabungan dari beberapa pertidaksamaan linear dua variabel
dinamakan sistem pertidaksamaan linear dua variabel. Berikut adalah
contoh dari sistem pertidaksamaan linear dua variabel:
3x + 8y ≥ 24,
x + y ≥ 4,
x ≥ 0,
y ≥ 0.

F. Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran : Project Based Learning
2. Metode : ekspositori dan diskusi
3. Pendekatan : Scientific Learning

G. Media Pembelajaran
1. Papan tulis dan spidol
2. LKS

H. Sumber Belajar
1. Matematika kelas XI Semester 1 Edisi Revisi 2017 Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2017

I. Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran

No Langkah – Kegiatan pembelajaran Wakt


langkah Guru Siswa u
1. Guru mengucapkan salam 1 Siswa menjawab
salam.
2. Guru meminta ketua 2. Siswa menyiapkan
kelasnya menyiapkan kelasnya dan berdoa. 10
untuk berdoa. menit
1. Pendahulu 3. Guru menanyakan kabar 3.Siswa menjawab
an dan mengecek kehadiran pertanyaan dari guru.
siswa.
4. Guru menyampaikan topic 4.Siswa mendengarkan
pembelajaran dan penjelasan dari guru
tujuannya yang ingin terkait dengan topic
dicapai. pembelajaran dan
tujuannya.
5. Guru menginformasikan 5.Siswa mendengarkan
tentang proses informasi dari guru.
pembelajaran yang akan
dilakukan termasuk aspek-
aspek yang dinilai selama
proses pembelajaran
berlangsung.

6. Guru melakukan apersepsi 6.siswa melakukan Pre-


dengan memberikan Test.
pertanyaan secara klasikal
yang bersifat menuntun
dan menggali tentang
materi sistem persaman
linear dan pertidaksamaan,
dalam bentuk Pre-Test.

Langkah 1: menentukan
pertanyaan mendasar
1. Guru mengemukakan 1.Siswa menjawab
pertanyaan esensial yang pertayaan yang
bersifat eksplorasi diberikan guru
pengetahuan yang telah
dimiliki siswa berdasarkan
pengalaman belajarnya. 70
“ Apa yang kalian ketahui menit
2. Kegiatan tentang pertidaksaman
inti linear dan sistem
pertidaksamaan linear ?
Berikan masing-masing
contohnya”
Langkah 2: mendesain
perencanaan proyek

2. Guru Mengorganisir siswa 2. Siswa membentuk


kedalam kelompok- kelompok.
kelompok yang heterogen
(4-5) orang.
3. Guru memfasilitasi setiap 3.Siswa segera
kelompok untuk melakukan apa yang
menentukan ketua dan diperintahkan guru.
sekretaris secara
demokratis, dan
mendeskripsikan tugas
masing-masing setiap
anggota kelompok.
4. Guru dan peserta didik 4. Siswa dan guru
membicarakan aturan membicarakan aturan
main untuk disepakati main untuk disepakati
bersama dalam proses bersama dalam proses
penyelesaian proyek. Hal- penyelesaian proyek.
hal yang disepakati:
pemilihan aktivitas, waktu
maksimal yang
direncanakan, sanksi yang
dijatuhkan pada
pelanggaran aturan main,
tempat pelaksanaan
proyek, hal-hal yang
dilaporkan, serta alat dan
bahan yang dapat diakses
untuk membantu
penyelesaian proyek.

Langkah 3: menyusun jadwal


5. Guru memfasilitasi 5.Siswa mendengarkan
peserta didik untuk intruksi yang diberikan.
membuat jadwal aktifitas
yang mengacu pada waktu
maksimal 3 hari.
6. Guru memfasilitasi 6.Siswa menanggapi
peserta didik untuk intruksi yang diberikan
menyusun langkah guru.
alternatif, jika ada sub
aktifitas yang molor dari
waktu yang telah
dijadwalkan.
7. Guru meminta setiap 7.Siswa melakukan
kelompok menuliskan yang diperintahkan
alasan setiap pilihan yang guru.
telah dipilih.
Langkah 4 : pengajar
memonitor aktivitas siswa
8. Guru Membagikan 8. Siswa menerima
Lembar Kerja Siswa yang LKS dan mengisinya
berisi tugas proyek sesuai intruksi guru
dengan tagihan: 1)
menuliskan informasi
yang secara eksplisit
dinyatakan dalam tugas,
2) menuliskan beberapa
pertanyaan yang terkait
dengan masalah/tugas
yang diberikan, 3)
menuliskan konsep-
konsep/prinsip-prinsip
matematika berdasarkan
pengalaman belajarnya
yang terkait dengan tugas,
4) mengaitkan konsep-
konsep yang dinyatakan
secara eksplisit dalam
tugas dengan konsep-
konsep/prinsip-prinsip
yang dimiliki oleh siswa
berdasarkan pengalaman
belajarnya, 5) melakukan
dugaan-dugaan
berdasarkan kaitan konsep
poin 4, 6) menguji dugaan
dengan cara mencoba, 7)
menarik kesimpulan
9. Guru memonitoring 9.Siswa meminta
terhadap aktivitas peserta bantuan guru jika dalam
didik selama penyelesaian proyek
menyelesaikan proyek yang terdapat pada
dengan cara melakukan kelompoknya tidak
skaffolding jika terdapat tepat.
kelompok membuat
langkah yang tidak tepat
dalam penyelesaian
proyek.
Langkah 5 : menguji hasil
10. Guru telah melakukan 10. Siswa dinilai oleh
penilaian selama guru mengenai proyek
monitoring dilakukan yang dikerjakan.
dengan mengacu pada
rubrik penilaian yang
bertujuan: mengukur
ketercapaian standar,
berperan dalam
mengevaluasi kemajuan
masing- masing peserta
didik, memberi umpan
balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah
dicapai peserta didik,
membantu pengajar dalam
menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.
Langkah 6: evaluasi hasil yang
diperoleh
11. Guru meminta peserta 11.Siswa secara
didik secara berkelompok berkelompok
melakukan refleksi melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan terhadap aktivitas dan
hasil proyek yang sudah hasil proyek yang sudah
dijalankan. Hal-hal yang dikerjakan.
direfleksi adalah
kesulitan-kesulitan yang
dialami dan cara
mengatasinya dan
perasaan yang dirasakan
pada saat menemukan
solusi dari masalah yang
dihadapi. Selanjutnya
kelompok lain diminta
menanggapi

3. Penutup 1. Guru memfasilitasi peserta 1.Siswa menyimpulkan


didik untuk menyimpulkan hasil temuan barunya.
hasil temuan barunya.
2. Guru melakukan Post-Test 2.Siswa melakukan
sebagai evaluasi. Post Test. 10
3. Guru mengakhiri proses 3.Siswa menjawab menit
pembelajaran dengan salam
mengucapkan salam.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS II PERTEMUAN 2

Sekolah : SMA N 11 KOTA JAMBI


Mata pelajaran : Matematika (wajib)
Kelas/Semester : XI MIA 1/1
Materi pokok : Program Linear
Tahun Pelajaran : 2019/2020
Alokasi waktu : 2x 45 menit (1 pertemuan)

A. Indikator :
3.2.4 Menjelaskan strategi/tahapan menyelesaikan program linear dua
variabel menggunakan masalah kontekstual
3.2.5 Menjelaskan strategi/tahapan membuat model matematika program
linear dua variabel menggunakan masalah kontekstual

B. Tujuan Pembelajaran
1. Pertemuan Kedua
Setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
proyek diharapkan siswa dapat :
 Menjelaskan strategi/tahapan menyelesaikan program linear dua
variabel menggunakan masalah kontekstual
 Menjelaskan strategi/tahapan membuat model matematika program
linear dua variabel menggunakan masalah kontekstual

C. Materi Pembelajaan
2.3 Tahapan menyelesaikan program linear dua variabel
2.4 Tahapan membuat model matematika program linear dua
variabel
D. Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran : Project Based Learning
2. Metode : Ekspositori, Diskusi dan Tanya jawab
3. Pendekatan : Scientific Learning

E. Media Pembelajaran
1. Papan tulis dan spidol
2. LKS

F. Sumber Belajar
1. Matematika kelas XI Semester 1 Edisi Revisi 2017 Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2017

G. Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran

No Langkah – Kegiatan pembelajaran Wakt


langkah Guru Siswa u
1. Guru mengucapkan salam 1.Siswa menjawab
salam.
2. Guru meminta ketua 2. Siswa menyiapkan
kelasnya menyiapkan kelasnya dan berdoa. 10
untuk berdoa. menit
1. Pendahulu
an 3. Guru menanyakan kabar 3. Siswa menjawab
dan mengecek kehadiran pertanyaan dari guru.
siswa.

4. Guru menyampaikan topic 4.Siswa mendengarkan


pembelajaran dan penjelasan dari guru
tujuannya yang ingin terkait dengan topic
dicapai. pembelajaran dan
tujuannya.

5. Guru menginformasikan 5.Siswa mendengarkan


tentang proses informasi dari guru.
pembelajaran yang akan
dilakukan termasuk aspek-
aspek yang dinilai selama
proses pembelajaran
berlangsung.

6. Guru melakukan apersepsi 6.Siswa melakukan Pre-


dengan memberikan Test.
pertanyaan secara klasikal
yang bersifat menuntun
dan menggali tentang
materi sistem persaman
linear dan pertidaksamaan,
dalam bentuk Pre-Test.

Langkah 1: menentukan
pertanyaan mendasar
1. Guru mengemukakan 1.Siswa menjawab
pertanyaan esensial yang pertayaan yang
bersifat eksplorasi diberikan guru
pengetahuan yang telah
dimiliki siswa berdasarkan
pengalaman belajarnya. 70
“tahapan menyelesaikan menit
2. Kegiatan program linear dua
inti variabel ?“
2. Guru meminta siswa 2.Siswa menanyakan
bertanya mengenai mengenai model
“tahapan membuat model matematika program
matematika program linear linear dua variabel.
dua variabel ?”
3. Guru meminta siswa lain 3.Siswa menjawab
untuk menjawab pertayaan pertayaan yang
yang telah diajukan siswa diajukan temannya.
lain.
Langkah 2: mendesain
perencanaan proyek

4. Guru Mengorganisir siswa 4. Siswa membentuk


kedalam kelompok- kelompok.
kelompok yang heterogen
(4-5) orang.
5. Guru memfasilitasi setiap 5.Siswa segera
kelompok untuk melakukan apa yang
menentukan ketua dan diperintahkan guru.
sekretaris secara
demokratis, dan
mendeskripsikan tugas
masing-masing setiap
anggota kelompok.
6. Guru dan peserta didik 6. Siswa dan guru
membicarakan aturan membicarakan aturan
main untuk disepakati main untuk disepakati
bersama dalam proses bersama dalam proses
penyelesaian proyek. Hal- penyelesaian proyek.
hal yang disepakati:
pemilihan aktivitas, waktu
maksimal yang
direncanakan, sanksi yang
dijatuhkan pada
pelanggaran aturan main,
tempat pelaksanaan
proyek, hal-hal yang
dilaporkan, serta alat dan
bahan yang dapat diakses
untuk membantu
penyelesaian proyek.

Langkah 3: menyusun jadwal


7. Guru memfasilitasi 7.Siswa mendengarkan
peserta didik untuk intruksi yang diberikan.
membuat jadwal aktifitas
yang mengacu pada waktu
maksimal 3 hari.
8. Guru memfasilitasi 8.Siswa menanggapi
peserta didik untuk intruksi yang diberikan
menyusun langkah guru.
alternatif, jika ada sub
aktifitas yang molor dari
waktu yang telah
dijadwalkan.
9. Guru meminta setiap 9.siswa melakukan
kelompok menuliskan yang diperintahkan
alasan setiap pilihan yang guru.
telah dipilih.
Langkah 4 : pengajar
memonitor aktivitas siswa
10. Guru Membagikan 10. Siswa menerima
Lembar Kerja Siswa yang LKS dan mengisinya
berisi tugas proyek sesuai intruksi guru
dengan tagihan: 1)
menuliskan informasi
yang secara eksplisit
dinyatakan dalam tugas,
2) menuliskan beberapa
pertanyaan yang terkait
dengan masalah/tugas
yang diberikan, 3)
menuliskan konsep-
konsep/prinsip-prinsip
matematika berdasarkan
pengalaman belajarnya
yang terkait dengan tugas,
4) mengaitkan konsep-
konsep yang dinyatakan
secara eksplisit dalam
tugas dengan konsep-
konsep/prinsip-prinsip
yang dimiliki oleh siswa
berdasarkan pengalaman
belajarnya, 5) melakukan
dugaan-dugaan
berdasarkan kaitan konsep
poin 4, 6) menguji dugaan
dengan cara mencoba, 7)
menarik kesimpulan
11. Guru memonitoring 11.Siswa meminta
terhadap aktivitas peserta bantuan guru jika dalam
didik selama penyelesaian proyek
menyelesaikan proyek yang terdapat pada
dengan cara melakukan kelompoknya tidak
skaffolding jika terdapat tepat.
kelompok membuat
langkah yang tidak tepat
dalam penyelesaian
proyek.
Langkah 5 : menguji hasil
12. Guru telah melakukan 12. Siswa dinilai oleh
penilaian selama guru mengenai proyek
monitoring dilakukan yang dikerjakan.
dengan mengacu pada
rubrik penilaian yang
bertujuan: mengukur
ketercapaian standar,
berperan dalam
mengevaluasi kemajuan
masing- masing peserta
didik, memberi umpan
balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah
dicapai peserta didik,
membantu pengajar dalam
menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.
Langkah 6: evaluasi hasil yang
diperoleh
13. Guru meminta peserta 13.Siswa secara
didik secara berkelompok berkelompok
melakukan refleksi melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan terhadap aktivitas dan
hasil proyek yang sudah hasil proyek yang sudah
dijalankan. Hal-hal yang dikerjakan.
direfleksi adalah
kesulitan-kesulitan yang
dialami dan cara
mengatasinya dan
perasaan yang dirasakan
pada saat menemukan
solusi dari masalah yang
dihadapi. Selanjutnya
kelompok lain diminta
menanggapi
3. Penutup 4. Guru memfasilitasi 1.Siswa menyimpulkan
peserta didik untuk hasil temuan barunya.
menyimpulkan hasil
temuan barunya.
5. Guru melakukan Post-Test 2.Siswa mengerjakan 10
sebagai evaluasi Post-Test menit
6. Guru mengakhiri proses 3.Siswa menjawab
pembelajaran dengan salam
mengucapkan salam.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SIKLUS III PERTEMUAN 3

Sekolah : SMA N 11 KOTA JAMBI


Mata pelajaran : Matematika (wajib)
Kelas/Semester : XI MIA 1/1
Materi pokok : Program Linear
Tahun Pelajaran : 2019/2020
Alokasi waktu : 2x 45 menit (1 pertemuan)
A. Indikator :
6.2.6 Menjelaskan strategi/tahapan penentuan nilai optimum dari masalah
program linear dengan metode uji titik pojok
6.2.7 Menjelaskan strategi/tahapan penentuan nilai opimum dari masalah
program linear dengan garis selidik
B. Tujuan Pembelajaran
1. Pertemuan Ketiga
Setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
proyek diharapkan siswa dapat :
 Menjelaskan strategi/tahapan penentuan nilai optimum dari
masalah program linear dengan metode uji titik pojok
 Menjelaskan strategi/tahapan penentuan nilai opimum dari
masalah program linear dengan garis selidik

C. Materi Pembelajaan
2.5 Menentukan nilai optimum dengan metode uji titik pojok
Bentuk fungsi objektif adalah mencari nilai maksimum dan/atau
minimum dari bentuk fungsi ax + by
Secar umum, fungsi objektif mempunyai nilai maksimum dan minimum di
titik pojok daerah himpunan penyelesaian.
Berikut adalah langkah-langkah menentukan nilai optimum fungsi
objektif :
1. Merumuskan permasalahan ke dalam model matematika. Dalam model
matematika yang didapat, terbentuk sistem pertidaksamaan linier dan
fungsi objektif (ax + by)
2. Menggambar daerah yang memenuhi suatu sistem pertidaksamaan.
3. Menganalisa nilai fungsi objektif yang dilakukan dengan
menggunakan metode
uji titik pojok atau metode garis selidik sehingga dari sini diperoleh
nilai optimum yaitu nilai maksimum atau minimum yang mungkin.

Contoh soal :
Seorang pedagang sepatu mempunyai modal Rp 8.000.000,00 Ia
merencanakan membeli dua jenis sepatu yaitu sepatu pria dan sepatu
wanita. Harga beli sepatu pria adalah Rp 20.000,00 per pasang dan sepatu
wanita harga belinya Rp 16.000,00 per pasang. Keuntungan dari
penjualan sepatu pria dan sepatu wanita berturut-turut adalah Rp 6.000,00
dan Rp 5.000,00. Mengungat kapasitas kiosnya, ia akan membeli
sebanyak-banyaknya 450 pasang sepatu. Tentukan :
a) Buatlah model matematika yang sesuai dengan persoalan ini
b) Berapa banyak sepatu pria dan wanita yang harus dibeli agar
pedagang tersebut memperoleh keuntungan sebesar-besarnya ?
c) Berapa keuntungan terbesar yang dapat diperoleh ?

Solusi :
1. Merumuskan persoalan ke dalam model matematika
Misalkan, sepatu pria = x dan sepatu wanita = y
Kita nyatakan dalam tabel
Sepatu Pria Sepatu Wanita Kapasitas / Modal
Banyaknya X Y 450
Harga beli 20.000 x 16.000 y 8.000.000
Keuntungan 6000 x 5000 y

Untuk , x dan y menyatakan banyaknya sepatu sehingga nilainya tidak


mungkin negatif maupun pecahan, jadi x dan y merupakan bilangan
Cacah.
Jadi, model matematika untuk persoalan di atas adalah :
Dengan keuntungan maksimum dan minimum diperoleh dari
6000 x + 5.000 y

2. Menggambar daerah yang memenuhi sistem pertidaksamaan

Menentukan titik potong kurva : y = 250


untuk y = 250 ⇒ x + y = 450
x + 250 = 450
x = 450 – 250
x = 200
Sehingga titik potong kurva adalah (200, 250).

3. Menganalisa nilai fungsi objektif dengan uji titik pojok


i. Titik pojok pada daerah himpunan penyelesaian adalah (0,0) (400,0)
(200,250) (0,450) selanjutnya titik-titik tersebut di ujikan pada fungsi
objektif, sebagai berikut :
Titik Pojok 6000 x + 5000 y Nilai
(0,0) 6000 . 0 + 5000 . 0 0
(400,0) 6000. 400 + 5000 . 0 2.400.000
(200,250) 6000 . 200 + 5000 . 250 2.450.000
(0,450) 6000 . 0 + 5000 . 450 2.250.000

Jadi, keuntungan maksimum pedagang tersebut adalah Rp 2.450.000,00


yaitu dengan membeli sepatu pria sebanyak 200 pasang dan sepatu
wanita sebanyak 250 pasang.

ii.Garis putus-putus pada gambar adalah garis selidik 6x + 5y = k


Fungsi 6x + 5y mencapai maksimum di titik (200,250).

2.6 Menentukan nilai optimum dengan metode garis selidik


Carilah nilai x dan y sehingga fungsi f(x,y) = 3x+4y bernilai maksimal
dengan kendala bahwa:

Jawab:
Langkah pertama adalah dengan menggambar kendala yang ada pada
bidang kartesius dan tandai area yang mungkin. Namun, kendala yang
berupa pertidaksamaan harus diubah dulu menjadi persamaan garis.

Gambarkan pada bidang koordinat kartesius. Tentukan areanya dengan


mencoba sembarang dua titik yang berlainan pihak misal satu titik yang
berada di atas garis dan satu titik yang di bawah garis. Area tersebut
kemudian di arsir.

Langkah kedua adalah menentukan daerah yang memenuhi kendala


(Feasible area). Feasible area diperoleh dari hasil irisan area kendala 1 dan
area kendala 2. Kemudian, garis selidik dibuat dari fungsi tujuan pada
bidang yang sama dengan feasible area.

Langkah terakhir yaitu menggunakan garis selidik untuk mendapatkan


penyelesaian yang optimal. Cara menggunakannya yaitu:
Perhatikan bahwa penyelesaian optimal haruslah terletak pada feasible
area karena jika tidak, maka penyelesaian tersebut tidak memenuhi syarat
kendala. Garis selidik harus digerakkan dari bawah ke atas sampai titik
potong terakhir dengan feasible area. Titik potong terakir inilah yang
berarti nilai fungsi tujuan adalah yang paling maksimal. Oleh karena itu, garis
hijau harus dibayangkan bergerak dari bawah ke atas.

Jadi penyelesaian optimalnya yaitu (3,3) dan nilai maksimalnya yaitu 21.
Tahukah kalian bagaimana pergerakan garis selidik jika fungsi tujuannya
adalah meminimalkan?? Garis selidik akan bergerak dari atas ke arah bawah
bawah sampai titik potong yang terakhir dengan feasible area.
Dapat dilihat bahwa titik potong terakhir yaitu (3,3) merupakan titik potong
garis kendala 1 dan garis kendala 2.

D. Metode Pembelajaran
4. Model Pembelajaran : Project Based Learning
5. Metode : Ekspositori, Diskusi dan Tanya jawab
6. Pendekatan : Scientific Learning

E. Media Pembelajaran
1. Papan tulis dan spidol
2. LKS
F. Sumber Belajar
2.4.1.1.1 Matematika kelas XI Semester 1 Edisi Revisi 2017
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2017

G. Langkah – Langkah Kegiatan Pembelajaran

No Langkah – Kegiatan pembelajaran Waktu


. langkah Guru Siswa
1. Guru mengucapkan salam 1.Siswa menjawab
salam.
2. Guru meminta ketua 2. Siswa menyiapkan
kelasnya menyiapkan kelasnya dan 10
untuk berdoa. berdoa. menit
1. Pendahulu
an 3. Guru menanyakan kabar 3.Siswa menjawab
dan mengecek kehadiran pertanyaan dari guru.
siswa.

4. Guru menyampaikan topic 4.Siswa


pembelajaran dan mendengarkan
tujuannya yang ingin penjelasan dari guru
dicapai. terkait dengan topic
pembelajaran dan
tujuannya.

5. Guru menginformasikan 5.Siswa


tentang proses mendengarkan
pembelajaran yang akan informasi dari guru.
dilakukan termasuk aspek-
aspek yang dinilai selama
proses pembelajaran
berlangsung.

6. Guru melakukan apersepsi 6.Siswa melakukan


dengan memberikan Pre-Test.
pertanyaan secara klasikal
yang bersifat menuntun
dan menggali tentang
materi sistem persaman
linear dan pertidaksamaan,
dalam bentuk Pre-Test.

Langkah 1: menentukan
pertanyaan mendasar
1. Guru mengemukakan 1.Siswa menjawab
pertanyaan esensial yang pertayaan yang
bersifat eksplorasi diberikan guru
pengetahuan yang telah
dimiliki siswa berdasarkan
pengalaman belajarnya. 70
“strategi/tahapan menit
2. Kegiatan penentuan nilai optimum
inti dari masalah program
linear dengan metode uji
titik pojok ?”
2. Guru meminta siswa 2.Siswa menanyakan
bertanya mengenai mengenai tahapan
“strategi/tahapan penentuan nilai
penentuan nilai opimum optimum dari masalah
dari masalah program program linear dengan
linear dengan garis garis selidik.
selidik?”
3. Guru meminta siswa lain 3.Siswa menjawab
untuk menjawab pertayaan pertayaan yang
yang telah diajukan siswa diajukan temannya.
lain.
Langkah 2: mendesain
perencanaan proyek

4. Guru Mengorganisir siswa 4. Siswa membentuk


kedalam kelompok- kelompok.
kelompok yang heterogen
(4-5) orang.
5. Guru memfasilitasi setiap 5.Siswa segera
kelompok untuk melakukan apa yang
menentukan ketua dan diperintahkan guru.
sekretaris secara
demokratis, dan
mendeskripsikan tugas
masing-masing setiap
anggota kelompok.
6. Guru dan peserta didik 6. Siswa dan guru
membicarakan aturan membicarakan aturan
main untuk disepakati main untuk disepakati
bersama dalam proses bersama dalam proses
penyelesaian proyek. Hal- penyelesaian proyek.
hal yang disepakati:
pemilihan aktivitas, waktu
maksimal yang
direncanakan, sanksi yang
dijatuhkan pada
pelanggaran aturan main,
tempat pelaksanaan
proyek, hal-hal yang
dilaporkan, serta alat dan
bahan yang dapat diakses
untuk membantu
penyelesaian proyek.

Langkah 3: menyusun jadwal


7. Guru memfasilitasi 7.Siswa
peserta didik untuk mendengarkan
membuat jadwal aktifitas intruksi yang
yang mengacu pada waktu diberikan.
maksimal 1 minggu.
8. Guru memfasilitasi 8.Siswa menanggapi
peserta didik untuk intruksi yang
menyusun langkah diberikan guru.
alternatif, jika ada sub
aktifitas yang molor dari
waktu yang telah
dijadwalkan.
9. Guru meminta setiap 9.Siswa melakukan
kelompok menuliskan yang diperintahkan
alasan setiap pilihan yang guru.
telah dipilih.
Langkah 4 : pengajar
memonitor aktivitas siswa
10. Guru membagikan 10. Siswa menerima
Lembar Kerja Siswa yang LKS dan mengisinya
berisi tugas proyek sesuai intruksi guru
dengan tagihan: 1)
menuliskan informasi
yang secara eksplisit
dinyatakan dalam tugas,
2) menuliskan beberapa
pertanyaan yang terkait
dengan masalah/tugas
yang diberikan, 3)
menuliskan konsep-
konsep/prinsip-prinsip
matematika berdasarkan
pengalaman belajarnya
yang terkait dengan tugas,
4) mengaitkan konsep-
konsep yang dinyatakan
secara eksplisit dalam
tugas dengan konsep-
konsep/prinsip-prinsip
yang dimiliki oleh siswa
berdasarkan pengalaman
belajarnya, 5) melakukan
dugaan-dugaan
berdasarkan kaitan konsep
poin 4, 6) menguji dugaan
dengan cara mencoba, 7)
menarik kesimpulan
11. Guru memonitoring 11.Siswa meminta
terhadap aktivitas peserta bantuan guru jika
didik selama dalam penyelesaian
menyelesaikan proyek proyek yang terdapat
dengan cara melakukan pada kelompoknya
skaffolding jika terdapat tidak tepat.
kelompok membuat
langkah yang tidak tepat
dalam penyelesaian
proyek.

Langkah 5 : menguji hasil


12. Guru telah melakukan 12. Siswa dinilai oleh
penilaian selama guru mengenai proyek
monitoring dilakukan yang dikerjakan.
dengan mengacu pada
rubrik penilaian yang
bertujuan: mengukur
ketercapaian standar,
berperan dalam
mengevaluasi kemajuan
masing- masing peserta
didik, memberi umpan
balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah
dicapai peserta didik,
membantu pengajar dalam
menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.

Langkah 6: evaluasi hasil yang


diperoleh
13. Guru meminta peserta 13.Siswa secara
didik secara berkelompok berkelompok
melakukan refleksi melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan terhadap aktivitas dan
hasil proyek yang sudah hasil proyek yang
dijalankan. Hal-hal yang sudah dikerjakan.
direfleksi adalah
kesulitan-kesulitan yang
dialami dan cara
mengatasinya dan
perasaan yang dirasakan
pada saat menemukan
solusi dari masalah yang
dihadapi. Selanjutnya
kelompok lain diminta
menanggapi

3. Penutup 1. Guru memfasilitasi 1.Siswa


peserta didik untuk menyimpulkan hasil
menyimpulkan hasil temuan barunya.
temuan barunya.
2. guru melakukan Post-Test 2.Siswa mengerjakan 10
sebagai evaluasi Post-Test menit
3. Guru mengakhiri proses 3.Siswa menjawab
pembelajaran dengan salam
mengucapkan salam.
J. Penilaian
1. Sikap
a. Teknik : Pengamatan
b. Bentuk Instrumen : Angket
c. Kisi-kisi :
No. Sikap/Nilai Nomor Butir Instrumen Bentuk
Instrumen
1.

2. Pengetahuan
a. Teknik : Tes
b. Bentuk Instrumen : Essai
c. Kisi-kisi :
No. Indikator Level Nomor Bentuk
Kognitif Butir Instrumen
Instrumen
1.

3. Keterampilan
a. Teknik : Tes
b. Bentuk Instrumen : Essai
c. Kisi-kisi :
No. Keterampilan Level Nomor Bentuk
Kognitif Butir Instrumen
Instrumen
1.

………………. 2019
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru
Mata Pelajaran

NIP. …………… NIP. . . .


. . .. . . . ... ..
LAMPIRAN 3

LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama sekolah :

Kelas/semester :

Materi :

Hari/tanggal :

A.petunjuk pengisian

Berikut daftar kegiatan pembelajaran dengan model pjbl beri tanda (√)
pada kolom “ya” jika kegiatan tersebut dilakukan sebaliknya beri tanda (√) pada
kolom “tidak” jika kegiatan tersebut tidak dilakukan.

B. lembar obsevasi

N Kegiatan guru Ya tidak N Kegiatan siswa Ya tida


o o k
1 Guru mengucapkan 1 Siswa menjawab salam
salam
2 Guru meminta siswa 2 Siswa berdoa bersama
berdoa
3 Guru mengecek 3 Siswa merespon
kehadiran kehadiran
4 Guru 4 Siswa mendengarkan
menginformasikan informasi
materi yang akan
dipelajari
5 Guru memberikan 5 Siswa mendengarkan
apersepsi apersepsi
6 Guru menyampaikan 6 Siswa mendengarkan
tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran
7 Guru menyampaikan 7 Siswa mendengar tujuan
manfaat pembelajaran
pembelajaran
8 Guru menyampaikan 8 Siswa mendengarkan
deskripsi singkat desripsi singkat
pembelajaran pembelajaran
9 Guru membagi siswa 9 Siswa duduk
dalam beberapa berkelompok
kelompok
10 Guru memancing 10 Siswa menjawab
siswa memberikan beberapa pertanyaan dari
pertanyaan mendasar guru
11 Guru memberikan 11 Siswa menganalisis cara
masalah nyata yang penyelesaian dari
ada di buku teks permasalahan nyata
tersebut
12 Guru menyampaikan 12 Siswa mencermati dan
kegiatan projek yang mendengarkan
akan dilakukan oleh penjelasan dari guru
siswa
13 Guru memberikan 13 Siswa mengerjakan lkpd
lkpd
14 Guru menjelaskan 14 Siswa mengatur jadwal
waktu pengerjaan kerja kelompok
15 Guru mengontrol 15 Siswa mengerjakan
kegiatan siswa proyek dengan dipantau
oleh guru
16 Guru mengevaluasi 16 Hasil kerja siswa dinilai
hasil kerja siswa oleh guru
17 Guru meminta siswa 17 Siswa menyampaikan
untuk membuat kesimpulan
kesimpulan
18 Guru menutup 18 Siswa menjawab salam
pembelajaran dengan
salam
LAMPIRAN 4

INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR (PRETEST DAN POSTES)


(MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF )

SIKLUS 1

Nama Sekolah : SMA Negeri 11 Kota Jambi


Kelas/ Semester : XI / 1
Kompetensi Inti : Menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan
Program linear 2 variabel
Materi : Program Linear
Mata Pelajaran : Matematika
Kurikulum : 2013
A. Kisi-Kisi

1. Kisi-kisi soal
No
Kompetensi Dasar Indikator Soal
Soal
Membedakan
pertidaksamaan Nilai maksimum fungi objektif
linear dua f(x,y) = 3x + 2y pada sistem
variabel dengan pertidaksamaan
sistem 𝑥+𝑦 ≤4
1
pertidaksamaan 2𝑥 + 𝑦 ≤ 6
Menjelaskan {
linear dua 𝑥≥0
program linear dua variabel 𝑦≥0
variabel dan metode
Adalah ....
penyelesaiannya
dengan Membedakan
menggunakan pertidaksamaan Tentukan daerah penyelesaian
masalah kontekstual. linear dua dari suatu sistem pertidaksamaan
variabel dengan berikut.
sistem 2𝑥 + 3𝑦 ≤ 6 2
pertidaksamaan
𝑥−𝑦 <1
linear dua {
variabel 𝑥 ≥ −1
𝑦≥0
2. Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kritis

Indikator
No
kemampuan Kritis Soal
Soal
Matematis
Nilai maksimum fungi objektif f(x,y) = 3x + 2y pada
sistem pertidaksamaan
𝑥+𝑦 ≤4
2𝑥 + 𝑦 ≤ 6
{ 1
𝑥≥0
1. Kefasihan 𝑦≥0
2. Fleksibelitas Adalah ....

3. Kebaruan Tentukan daerah penyelesaian dari suatu sistem


pertidaksamaan berikut.
2𝑥 + 3𝑦 ≤ 6
2
𝑥−𝑦 <1
{
𝑥 ≥ −1
𝑦≥0
B. Soal
LEMBAR SOAL PRETEST
Nama :
Kelas/Semester :
Asal Sekolah :
Hari/Tanggal :
Alokasi Waktu : 45 Menit

Petunjuk :
1. Bacalah do’a sebelum anda memulai mengerjakan soal
2. Tulislah idenditas anda dengan lengkap
3. Bacalah soal dengan teliti dan jawablah dengan benar
4. Periksa kembali lembaran jawaban sebelum di kumpul

Kerjakan soal dengan hati-hati dan teliti,sesuai dengan langkah-langkahnya.

1. Nilai maksimum fungi objektif f(x,y) = 3x + 2y pada sistem pertidaksamaan

𝑥+𝑦 ≤4
2𝑥 + 𝑦 ≤ 6
{
𝑥≥0
𝑦≥0
Adalah ....

2. Tentukan daerah penyelesaian dari suatu sistem pertidaksamaan berikut.

2𝑥 + 3𝑦 ≤ 6
𝑥−𝑦 <1
{
𝑥 ≥ −1
𝑦≥0

Selamat Mengerjakan
LEMBAR SOAL POSTEST
Nama :
Kelas/Semester :
Asal Sekolah :
Hari/Tanggal :
Alokasi Waktu : 45 Menit

Petunjuk :

1. Bacalah do’a sebelum anda memulai mengerjakan soal

2. Tulislah idenditas anda dengan lengkap

3. Bacalah soal dengan teliti dan jawablah dengan benar

4. Periksa kembali lembaran jawaban sebelum di kumpul

Kerjakan soal dengan hati-hati dan teliti,sesuai dengan langkah-langkahnya.

1. Tentukan daerah penyelesaian dari suatu sistem pertidaksamaan berikut.

2𝑥 + 3𝑦 ≤ 6
𝑥−𝑦 <1
{
𝑥 ≥ −1
𝑦≥0

2. Nilai maksimum fungi objektif f(x,y) = 3x + 2y pada sistem pertidaksamaan

𝑥+𝑦 ≤4
2𝑥 + 𝑦 ≤ 6
{
𝑥≥0
𝑦≥0
Adalah ....

Selamat Mengerjakan
C. Rubrik Penilaian

1. Nilai maksimum fungi objektif f(x,y) = 3x + 2y pada sistem pertidaksamaan

𝑥+𝑦 ≤4
2𝑥 + 𝑦 ≤ 6
{
𝑥≥0
𝑦≥0
Adalah ....

Jawaban:

Pengetahuan
Skor
Penyelesaian Indikator
Nilai
Kemampuan
Diketahui :

𝑥+𝑦 ≤4
2𝑥 + 𝑦 ≤ 6
f(x,y) = 3x + 2y {
𝑥≥0
𝑦≥0

Ditanya :

Nilai maksimum pada sistem pertidaksamaan


f(x,y) = 3x+2y
1. Kefasihan

Penyelesaiannya : 2. Fleksibelitas

(i) Pertidaksamaan x+y ≤ 4 diabatasi oleh garis x+y 3. Kebaruan

= 4. Garis ini memotong sumbu X dititik (4,0) dan


memotong sumbu Y di titik (0,4).
Uji titik asal (0,0) kedalam x+y ≤ 4 diperoleh:
0 + 0 ≤ 4 (benar)
Daerah penyelesaian pertidaksamaan ini adalah
daerah yang dibatasi oleh garis x+y = 4 dan memuat
titik asal.
(ii) Pertidaksamaan 2x+y ≤ 6 dibatasi oleh garis
2x+y = 6. Garis ini memotong sumbu X di titik
(3,0) dan memotong sumbu Y dititik (0,6)
Uji titik asal (0,0) kedalam 2x+y ≤ 6 diperoleh :
2 x 0 + 0 ≤ 6 (benar)
Daerah penyelesaian pertidaksamaan ini adalah
daerah yang dibatasi oleh garis 2x+y = 6 dan
memuat titik asal
(iii) Daerah penyelesaian pertidaksamaan x ≥ 0
adalah daerah di kanan dan pada sumbu Y
(iv) Daerah penyelesaian pertidaksamaan y ≥ 0
adalah daerah di kanan dan pada sumbu X
Berdasarkan keempat pertidaksamaan tersebut
diperoleh daerah penyelesaian seperti berikut

Terdapat empat titik pojok yaitu A (0,0) , B (3,0) ,


C (2,2) , dan D (0,4)
Titik Nilai f(x,y)
A (0,0) 3x0+2x0=0
B (3,0) 3x3+2x0=9
C (2,2) 3 x 2 + 2 x 2 = 10 (Maksimum)
D (0,4) 3x0+2x4=8

Jadi kesimpulannya nilai maksimumnya adalah 10


Jumlah skor 100 1
2. Tentukan daerah penyelesaian dari suatu sistem pertidaksamaan berikut.

2𝑥 + 3𝑦 ≤ 6
𝑥−𝑦 <1
{
𝑥 ≥ −1
𝑦≥0

Pengetahuan Indikator Skor


Penyelesaian
Kemampuan Nilai
Diketahui :

2x + 3y = 6
x 0 3
y 2 0

x–y=1
x 0 1
y -1 0
Ditanya :
Daerah penyelesaian dari sistem
pertidaksamaan 1. Kefasihan
Penyelesaiannya : 2. Fleksibelitas
Ambil titik selidik (0,1) 3. Kebaruan
 2x + 3y ≤ 6
2. 0 + 3.1 ≤ 6
3 ≤ 6 (benar)
 x-y<1
0–1<1
-1 < 0 (benar)
 x ≥ -1
0 ≥ -1 (benar)
 y≥0
1 ≥ 0 (benar)
Arsirlah daerah yang memuat
titik (0,1)

Jadi, daerah penyelesaiannya


adalah daerah yang diarsir.

Jumlah skor 100 1

Jumlah skor dari soal 1 dan 2 adalah ,Jika mendapatkan skor maka nilainya 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Nilai Persentase = 𝑥 100
100(𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙)
INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR (PRETEST DAN POSTES)
(MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF )

SIKLUS II

Nama Sekolah : SMA Negeri 11 Kota Jambi


Kelas/ Semester : XI / 1
Indikator : 3.4.4 Menjelaskan strategi tahapan
menyelesaikan program Linear dua variabel menggunakan masalah
konteksual
3.4.5 Menjelaskan strategi/tahapan membuat
model matematika
Program linear dua variabel menggunakan
masalah
Kontekstual.
Materi : Program Linear
Mata Pelajaran : Matematika
Kurikulum : 2013
D. Kisi-Kisi
3. Kisi-kisi soal

Kompetensi N
Indikator Soal
Dasar So
Seorang ibu rumah tangga mempunyai 1,6 kg
tepung beras dan 2,4 kg tepung terigu untuk
Menjelaskan membuat kue jenis A dan B. Setiap kue A
strategi tahapan memerlukan 160 gram tepung beras dan 200
menyelesaikan gram tepung terigu, sedangkan setiap kue B
program linear dua memerlukan 120 gram tepung beras dan 300
Menjelaskan 1
variabel gram tepung terigu. Ia hendak membuat lebih
program linear menggunakan dari 2 loyang kue A dan sekurang-kurangnya
dua variabel dan
masalah satu loyang kue B. Dalam berapa carakah dua
metode
penyelesaiannya
kontekstual jenis tepung itu dapat digunakan untuk membuat
dengan dua jenis kue ? lalu, tentukan jumlah loyang kue
menggunakan terbanyak yang dapat dibuat.
masalah Menjelaskan Seorang pasien diharuskan mengonsumsi dua
kontekstual. strategi/tahapan vitamin yang terdapat pada tablet. Dalam sehari
membuat model pasien tersebut membutuhkan paling sedikit 30
matematika mg vitamin A dan 40 mg vitamin B. Dari label
program linear dua yang tertera pada masing-masing tablet 2
variabel diketahui bahwa tablet pertama mengandung 3
menggunakan mg vitamin A dan 1 mg vitamin B , sedangkan
masalah tablet kedua mengandung 2 mg vitamin A dan 4
kontekstual mg vitamin B. Jika harga tablet pertama Rp.
200,00 dan tablet kedua Rp. 500,00 pengeluaran
minimum pembelian tablet setiap hari adalah...

4. Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kritis

Indikator
N
kemampuan Kritis Soal
So
Matematis
Seorang ibu rumah tangga mempunyai 1,6 kg tepung beras
dan 2,4 kg tepung terigu untuk membuat kue jenis A dan B.
Setiap kue A memerlukan 160 gram tepung beras dan 200
gram tepung terigu, sedangkan setiap kue B memerlukan
120 gram tepung beras dan 300 gram tepung terigu. Ia
1
hendak membuat lebih dari 2 loyang kue A dan sekurang-
kurangnya satu loyang kue B. Dalam berapa carakah dua
4. Kefasihan jenis tepung itu dapat digunakan untuk membuat dua jenis
kue ? lalu, tentukan jumlah loyang kue terbanyak yang dapat
5. Fleksibelitas dibuat.
6. Kebaruan Seorang pasien diharuskan mengonsumsi dua vitamin yang
terdapat pada tablet. Dalam sehari pasien tersebut
membutuhkan paling sedikit 30 mg vitamin A dan 40 mg
vitamin B. Dari label yang tertera pada masing-masing tablet
diketahui bahwa tablet pertama mengandung 3 mg vitamin A 2
dan 1 mg vitamin B , sedangkan tablet kedua mengandung 2
mg vitamin A dan 4 mg vitamin B. Jika harga tablet pertama
Rp. 200,00 dan tablet kedua Rp. 500,00 pengeluaran
minimum pembelian tablet setiap hari adalah...
E. Soal
LEMBAR SOAL PRETEST
Nama :
Kelas/Semester :
Asal Sekolah :
Hari/Tanggal :
Alokasi Waktu : 45 Menit

Petunjuk :
5. Bacalah do’a sebelum anda memulai mengerjakan soal
6. Tulislah idenditas anda dengan lengkap
7. Bacalah soal dengan teliti dan jawablah dengan benar
8. Periksa kembali lembaran jawaban sebelum di kumpul

Kerjakan soal dengan hati-hati dan teliti,sesuai dengan langkah-langkahnya.

1. Seorang ibu rumah tangga mempunyai 1,6 kg tepung beras dan 2,4 kg
tepung terigu untuk membuat kue jenis A dan B. Setiap kue A
memerlukan 160 gram tepung beras dan 200 gram tepung terigu,
sedangkan setiap kue B memerlukan 120 gram tepung beras dan 300 gram
tepung terigu. Ia hendak membuat lebih dari 2 loyang kue A dan sekurang-
kurangnya satu loyang kue B. Dalam berapa carakah dua jenis tepung itu
dapat digunakan untuk membuat dua jenis kue ? lalu, tentukan jumlah
loyang kue terbanyak yang dapat dibuat.

2. Seorang pasien diharuskan mengonsumsi dua vitamin yang terdapat


pada tablet. Dalam sehari pasien tersebut membutuhkan paling sedikit 30
mg vitamin A dan 40 mg vitamin B. Dari label yang tertera pada masing-
masing tablet diketahui bahwa tablet pertama mengandung 3 mg vitamin
A dan 1 mg vitamin B , sedangkan tablet kedua mengandung 2 mg vitamin
A dan 4 mg vitamin B. Jika harga tablet pertama Rp. 200,00 dan tablet
kedua Rp. 500,00 pengeluaran minimum pembelian tablet setiap hari
adalah...
Selamat Mengerjakan

LEMBAR SOAL POSTEST


Nama :
Kelas/Semester :
Asal Sekolah :
Hari/Tanggal :
Alokasi Waktu : 45 Menit

Petunjuk :

1. Bacalah do’a sebelum anda memulai mengerjakan soal

2. Tulislah idenditas anda dengan lengkap

3. Bacalah soal dengan teliti dan jawablah dengan benar

4. Periksa kembali lembaran jawaban sebelum di kumpul

Kerjakan soal dengan hati-hati dan teliti,sesuai dengan langkah-langkahnya.

1. Seorang pasien diharuskan mengonsumsi dua vitamin yang terdapat


pada tablet. Dalam sehari pasien tersebut membutuhkan paling sedikit 30
mg vitamin A dan 40 mg vitamin B. Dari label yang tertera pada masing-
masing tablet diketahui bahwa tablet pertama mengandung 3 mg vitamin
A dan 1 mg vitamin B , sedangkan tablet kedua mengandung 2 mg vitamin
A dan 4 mg vitamin B. Jika harga tablet pertama Rp. 200,00 dan tablet
kedua Rp. 500,00 pengeluaran minimum pembelian tablet setiap hari
adalah...

2. Seorang ibu rumah tangga mempunyai 1,6 kg tepung beras dan 2,4 kg
tepung terigu untuk membuat kue jenis A dan B. Setiap kue A
memerlukan 160 gram tepung beras dan 200 gram tepung terigu,
sedangkan setiap kue B memerlukan 120 gram tepung beras dan 300 gram
tepung terigu. Ia hendak membuat lebih dari 2 loyang kue A dan sekurang-
kurangnya satu loyang kue B. Dalam berapa carakah dua jenis tepung itu
dapat digunakan untuk membuat dua jenis kue ? lalu, tentukan jumlah
loyang kue terbanyak yang dapat dibuat.

Selamat Mengerjakan
LEMBAR JAWABAN

Nama :
Kelas/Semester :
F. Rubrik Penilaian

1. Seorang ibu rumah tangga mempunyai 1,6 kg tepung beras dan 2,4 kg
tepung terigu untuk membuat kue jenis A dan B. Setiap kue A memerlukan
160 gram tepung beras dan 200 gram tepung terigu, sedangkan setiap kue B
memerlukan 120 gram tepung beras dan 300 gram tepung terigu. Ia hendak
membuat lebih dari 2 loyang kue A dan sekurang-kurangnya satu loyang kue
B. Dalam berapa carakah dua jenis tepung itu dapat digunakan untuk membuat
dua jenis kue ? lalu, tentukan jumlah loyang kue terbanyak yang dapat dibuat.

Jawaban:

Pengetahuan Indikator Sk
Penyelesaian
Kemampuan Nil
Diketahui :

Misalkan x dan y sebagai dua variabel yang hendak


dihitung nilainya dimana x mewakili banyak kue A serta
y mewakili banyak kue B

Ditanya : 4. Kefasihan
5. Fleksibelitas
Berapa cara dua jenis tepung itu dapat digunakan
6. Kebaruan
untuk membuat dua jenis kue ? lalu, tentukan jumlah
loyang kue terbanyak yang dapat dibuat.

Penyelesaiannya :
Analisis kasus:
 Setiap kue A dan setiap kue B memerlukan
masing-masing 160 gram dan 120 gram tepung
beras. Tepung beras yang tersedia 1600 gram. X
kue A memerlukan x kali 160 gram dan y kue B
memerlukan y kali 120 gram tepung beras,
sehingga banyak tepung beras yang diperlukan
untuk membuat x kue A dan y kue B adalah
(160x + 120y) gram.
Hanya tersedia 1600 gram tepung beras,maka
(160x + 120y) gram tidak boleh melebihi 1600
gram. Jadi,pertidaksamaan yang dapat disusun
adalah:
160x + 120y ≤ 1600, dimana x dan y € B
(bil.bulat)
 Setiap kue A dan setiap kue B masing-masing
memerlukan 200 gram dan 300 gram tepung
terigu, dari 2400 gram tepung terigu yang
tersedia. x kue A memerlukan x kali 200 gram
dan y kue B memerlukan y kali 300 gram tepung
terigu, sehingga banyak tepung terigu yang
diperlukan untuk membuat x kue A dan y kue B
adalah (200x + 300y) gram.
Hanya tersedia 2400 gram tepung terigu, maka
(200x + 300y) gram tidak boleh melebihi 2400
gram. Jadi pertidaksamaan yang dapat disusun
adalah
200x + 300y ≤ 2400, x dan y € B
 Ia berencana membuat lebih dari 2 loyang kue A,
maka x > 2
 Sekurang-kurangnya satu loyang kue B, maka y ≥
1
Model matematika dari analisis kasus diatas
adalah sebagai berikut:
Kue/Bahan Tepung Beras Tepung Terigu
Kue A(x) 160 200
Kue B(y) 120 300
1.600 2.400
Sistem Pertidaksamaan:
(1) 160x + 120y ≤ 1.600 ↔ 4x+3y ≤ 40
(2) 200x + 300y ≤ 2.400 ↔ 2x+3y ≤ 24
(3) x > 2, dan
(4) y ≥ 1
4x + 3y = 40 2x + 3y = 24
x 10 1 4 0 3 12
y 0 12 8 8 6 0

Daerah penyelesaian yang memenuhi adalah daerah yang


diarsir.
Karena terdapat 25 noktah dalam daerah penyelesaian,
maka dapat disimpulkan bahwa:
 Kedua jenis tepung itu dapat digunakan dalam 25
cara untuk membuat dua jenis kue, yaitu
{(x,y) | (3 ,1),(3 ,2),(3, 3), . . . (6, 4),(7, 3),(8, 2),
(9, 1)}
 Jumlah kedua kue terbanyak adalah 10 loyang
kue , yaitu ada 4 cara:
{(x,y) | (6, 4),(7, 3),(8, 2), (9, 1)}

Jumlah skor 100


1. Seorang pasien diharuskan mengonsumsi dua vitamin yang terdapat
pada tablet. Dalam sehari pasien tersebut membutuhkan paling sedikit
30 mg vitamin A dan 40 mg vitamin B. Dari label yang tertera pada
masing-masing tablet diketahui bahwa tablet pertama mengandung 3 mg
vitamin A dan 1 mg vitamin B , sedangkan tablet kedua mengandung 2
mg vitamin A dan 4 mg vitamin B. Jika harga tablet pertama Rp. 200,00
dan tablet kedua Rp. 500,00 pengeluaran minimum pembelian tablet
setiap hari adalah...

Pengetahuan Indikator Sk
Penyelesaian
Kemampuan Nil
Diketahui :

x = banyak tablet pertama


y = banyak tablet kedua
Ditanya :
Pengeluaran minimum pembelian tablet setiap hari
Penyelesaiannya :
Tablet Vitamin A Vitamin A Harga
(Mg ) (Mg)
Pertama 3x 1x 200x 4. Kefasihan
Kedua 2y 4y 500y
Batasan 30 40 5. Fleksibelitas
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh model matematika 6. Kebaruan
berupa sistem pertidaksamaan berikut.
3𝑥 + 2𝑦 ≥ 30
1𝑥 + 4𝑦 ≥ 40
{
𝑥≥0
𝑦≥0
Fungsi objektif :
Meminimumkan f(x,y) = 200x + 500y
Berdasarkan sistem pertidaksamaan tersebut diperoleh
daerah penyelesaian seperti berikut.
Terdapat tiga titik pojok yaitu A(40 , 0) B (4,9) C(0,15)
Nilai f(x,y) = 200x +500y dibeberapa titik pojok.
Titik Nilai f(x,y)
A (0,0) 200 x 40 x 500 x 0 = 0
B (4,9) 200 x 4 + 500 x 9 = 5.300
C (0,15) 200 x 0 + 500 x 15 = 7.500

Jadi, pengeluaran minimum pembelian tablet setiap hari


sebesar Rp. 5.300,00

Jumlah skor 100

Jumlah skor dari soal 1 dan 2 adalah ,Jika mendapatkan skor maka nilainya 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Nilai Persentase = 𝑥 100
100(𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙)

Anda mungkin juga menyukai