KELOMPOK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
DOSEN PENGAMPU :
UNIVERSITAS JAMBI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
b. Guru
Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009, hlm. 30) “model
pembelajaran project based learning adalah model yang memperkenankan peserta
didik untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruksikan pembelajarannya dan
mengkulminasikannya dalam produk nyata”. Selanjutnya Trianto (2014, hlm. 42)
menyatakan bahwa “project based learning adalah sebuah model yang inovatif,
yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks”.
Menurut Made Wena (2009, hlm. 144) model pembelajaran project based
learning merupakan “model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek”.
Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks
berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan
menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat
keputusan, melakukan kegiatan investigasi, dan memberikan kesempatan peserta
didik untuk bekerja secara mandiri. Dalam model pembelajaran ini, Guru
bertindak sebagai supervisor/facilitator, memberikan feed back secara bertahap,
menilai proses dengan kisi-kisi penilaian terkait dengan penumbuhan
keterampilan peserta didik.
c. Create a Schedule
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline
penyelesaian proyak, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara
yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara
yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik
untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara (The
George Lucas Educational Foundation : 2005).
A. Kognisi
Strategi untuk mengontrol atau meregulasi kognisi, termasuk
macam-macam aktivitas kognitif dan metakognitif bahwa individu terlibat
untuk mengadaptasi dan mengubah kognisi mereka. Strategi meregulasi
kognisi yang meliputi:
1) Strategi pengulangan (rehearsal) termasuk usaha untuk mengingat
materi dengan cara mengulang terus-menerus.
2) Strategi elaborasi (elaboration) merefleksikan “deep learning” dengan
mencoba untuk meringkas materi dengan menggunakan kalimatnya
sendiri.
3) Strategi organisasi (organization) termasuk “deep process” dalam
melalui penggunaan taktik bervariasi seperti mencatat, menggambar
diagram atau bagan untuk mengorganisasi materi pelajaran dalam
beberapa cara.
4) Strategi meregulasi metakognitif (metacognition regulation) termasuk
perencanaan, monitoring dan strategi meregulasi belajar, seperti
menentukan tujuan dari kegiatan membaca, memonitoring suatu
pemahaman atau membuat perubahan atau penyesuaian supaya ada
kemajuan dalam tugasnya.
B. Motivasi
Strategi untuk meregulasi motivasi melibatkan beberapa aktivitas
yang mana siswa dengan maksud tertentu berusaha untuk memulai,
mengatur atau menambah kemauan untuk memulai, untuk mempersiapkan
tugas berikutnya, atau melengkapi aktivitas tertentu atau sesuai tujuan.
Regulasi motivasi meliputi beberapa pemikiran, tindakan atau perilaku
dimana siswa berusaha untuk mempengaruhi pilihan, usaha, dan
ketekunan mereka untuk tugas akademisnya. Regulasi motivasi meliputi:
1) Mastery self-talk adalah berpikir tentang penguasaan yang
berorientasi pada tujuan, seperti memuaskan keingintahuan, menjadi
lebih kompeten atau meningkatkan perasaan otonomi.
2) Extrinsic self-talk adalah ketika siswa dihadapkan pada suatu
keinginan untuk menyudahi proses belajar, siswa akan berpikir untuk
memperoleh prestasi yang lebih tinggi atau berusaha dengan baik di
kelas sebagai cara meyakinkan diri mereka untuk terus melanjutkan
kegiatan belajarnya.
3) Relative ability self-talk adalah saat siswa berpikir tentang performa
khusus untuk mencapai tujuan belajar, dengan cara melakukan usaha
yang lebih baik daripada orang lain supaya tetap berusaha keras.
4) Strategi peningkatan yang relevan (relevance enhancement)
melibatkan usaha siswa meningkatkan keterhubungan atau keberartian
tugas dengan kehidupan atau minat personal yang dimiliki.
5) Strategi peningkatan minat situasional (situasional interest
enhancement) menggambarkan aktivitas siswa ketika berusaha
meningkatkan motivasi intrinsik dalam mengerjakan tugas melalui
salah satu situasi atau minat pribadi.
6) Self-consequating adalah siswa menetapkan dan menyiapkan untuk
diri mereka dengan konsekuensi intrinsik supaya konsisten dalam
aktivitas belajar. Siswa dapat menggunakan reward dan punishment
yang kongkrit secara verbal sebagai wujud konsekuensi.
7) Strategi penyusunan lingkungan (environment structuring)
menjelaskan usaha siswa untuk berkonsentrasi penuh untuk
mengurangi gangguan di lingkungan belajar mereka atau lebih
umumnya untuk mengatur sekitar mereka dan mengatur kesiapan fisik
dan mental untuk menyelesaikan tugas akademis.
C. Perilaku
Strategi untuk meregulasi perilaku yang melibatkan usaha individu
untuk mengontrol sendiri perilaku yang nampak. Siswa mungkin juga
mengatur waktu mereka dan mempelajari suasana dengan mengatur
belajar dengan menggunakan jadwal dan membuat perencanaan ketika
akan belajar. Regulasi perilaku meliputi:
1) Effort regulation adalah meregulasi usaha.
2) Time/study environment adalah siswa mengatur waktu dan tempat
dengan membuat jadwal belajar untuk mempermudah proses belajar.
3) Help-seeking adalah mencoba mendapatkan bantuan dari teman
sebaya, guru, dan orang dewasa.
Peneliti menyimpulkan bahwa aspek self-regulated learning yang
telah dipaparkan oleh Zimmerman meliputi aspek kognitif, motivasi, dan
perilaku, yang akan dipakai peneliti dalam skala self-regulated
learningpada penelitian ini.
Ada lima belas strategi dalam self-regulated learning yang digunakan siswa
seperti yang dikemukakan oleh Zimmerman (1989, hal. 336-337):
Menurut Kerlin (1992), SRL terdiri atas dua kategori yaitu: 1) proses
pencapaian informasi, proses transformasi informasi, proses pemantauan, dan
proses perancangan, 2) proses kontrol metakognitif. Bandura (1994)
mendefinisikan kemandirian belajar sebagai kemampuan memantau perilaku
sendiri, dan merupakan kerja-keras personaliti manusia. Schunk dan
Zimmerman (1998) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai proses belajar
yang terjadi karena pengaruh dari pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku
sendiri yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Terdapat tiga phase utama
dalam siklus kemandirian belajar yaitu: merancang belajar, memantau
kemajuan belajar selama menerapkan rancangan, dan mengevaluasi hasil
belajar secara lengkap.
SRL merupakan salah satu aspek afektif yang cukup penting dalam
pendidikan matematika. Pemahaman tentang SRL akan meningkatkan
keterampilan guru untuk lebih reflektif, karena SRL menyediakan suatu
tambahan pemahaman terhadap isuisu tentang belajar dan mengajar,
khususnya yang muncul ketika guru berhadapan dengan tantangan untuk
mengaitkan pembelajarannya dengan dunia nyata. Memahami lebih dalam
tentang berpikirnya, mengembangkan strategi yang efektif, dan
mempertahankan motivasi merupakan hal penting bagi guru yang ingin
membuat sekolah lebih relevan dengan dunia sekelilingnya. Untuk mengukur
SRL ada dua kategori instrumen yang dapat dikembangkan yaitu: 1)
Instrumen yang mengukur SRL sebagai sikap dan 2) Instrumen yang
mengukur SRL sebagai aktivitas. Pada ujicoba yang dilakukan digunakan
instrumen yang mengukur sikap berupa angket. Dari hasil uji coba diketahui
bahwa secara keseluruhan siswa berinisiatif dalam belajar matematika,
memilih dan menerapkan.
Salah satu cara yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan hasil
belajar siswa yaitu dengan cara menciptakan suatu proses pembelajaran yang
mampu meningkatkan Self Regulated Learning dan kemampuan berpikir kreatif
siswa dengan menggunakan suatu model pembelajaran PjBL (Project Based
Learning) . Model pembelajaran PjBL, dapat mempengaruhi Self Regulated
Learning dan kemampuan siswa karena dalam komponen dan tahapan model
pembelajaran PJBL semangat daya juang dapat dibangun melalui sebuah proyek.
Saat proses pembelajaran berlangsung, jika siswa tidak mendapatkan hasil yang
diharapkan, siswa akan dengan semangat mencoba kembali hingga mendapatkan
hasil seperti yang mereka harapkan. Sehingga, model pembelajaran PJBL
dipandang cocok untuk mengatasi permasalahan kurangnya hasil belajar siswa.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif dimana teknik data kualitatif yaitu wawancara dan observasi,
sedangkan teknik pengumpulan data kuantitatif dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan angket. Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini
diharapkan daya juang siswa dalam pembelajaran matematika dapat meningkat.
2. 9 HIPOTESIS
Tabel 3.2.
Nama siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 11 Kota Jambi
No NAMA Laki-laki Perempuan
1 Addini Putri Gusrianda √
2 Afiq Reyhan √
3 Amanda Apriyola √
4 Amara Aulia Dara Desmira √
5 Aurellia Jeconia Ramadhana √
6 Baginda Sinaga √
7 Dhea Putri Olivia √
8 Fadia Yani Oktafianti √
9 Febry Cita Sahputri √
10 Hanifa Azura Nurhamsyah √
11 Harya Yudha Permana √
12 Kezia.S √
13 Lora wain Natalia Putri S √
14 M. Nico Wahyudi √
15 Muhammad Farhan √
16 Nabila Fasza Meishita √
17 Nurida Angela Saragi R. √
18 Putri Azzahra Zalsi √
19 R.A Nabila Putri √
20 Ridho Arga Wardana √
21 Sarah Kurnia Oktaviani √
1 2 3 4
22 Sovi Van Grace Tampubolon √
23 Suci Putri Cahyani √
24 Wiwid Liansyah Binti Sahrin √
25 Ronisa Deny Cristina √
d. Tahapan Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti mengkaji temuan dari hasil pengamatan, baik
yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif dari hasil proses pembelajaran
siklus 1. Hal yang direfleksi yaitu berkaitan dengan peningkatan Self Regulation
Learning siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran
berbasis proyek. Berdasarkan observasi proses pembelajaran direfleksi tentang
kurangnya Self Regulation Learning dalam diri siswa secara menyeluruh pada
saat proses pembelajaran berlangsung karena waktu diberi tes pretest dan postest
siswa terlihat gelisah dan merasa tidak mampu untuk menyelesaikan soal
matematika sehingga banyak melakukan kecurangan seperti mencontek hasil
temannya bahkan ada yang mencari jawaban di internet. Hal itu terjadi karena
dalam proses pembelajaran tersebut masih terdapat kekurangan baik dari segi guru
maupun dari segi siswa. Sehingga, dengan belum tercapainya indikator Self
Regulation Learning maka peneliti akan melakukan perbaikan pada siklus ke II.
3.4.2 SIKLUS II
a. Tahapan Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II dilakukan setelah mendapat data atau hasil
observasi pada siklus I. Ditahap ini menyelesaikan masalah yang menghambat
pengembangan kreativitas di siklus I yaitu data refleksi siklus I. Pada tahap ini
direncanakan, yaitu menyusun RPP (rencana pelaksaanaan pembelajaran) yang
telah diperbaiki agar sesuai dengan indikator, dan kembali menyiapkan instrument
penelitian di kelas yaitu instrument pembelajaran dan penilaian, format evaluasi
pretest dan postest serta media pembelajaran yang diperlukan seperti LKS
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
perencanaan pembelajaran dalam RPP yang telah disusun yaitu sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal (10 menit)
1. Guru mengucapkan salam
2. Guru meminta ketua kelasnya menyiapkan untuk berdoa.
3. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa.
4. Guru menyampaikan topic pembelajaran dan tujuannya yang ingin
dicapai.
5. Guru menginformasikan tentang proses pembelajaran yang akan
dilakukan termasuk aspek-aspek yang dinilai selama proses
pembelajaran berlangsung.
6. Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan secara
klasikal yang bersifat menuntun dan menggali tentang materi
sistem persaman linear dan pertidaksamaan, dalam bentuk Pre-
Test.
b. Kegiatan Inti (70 Menit)
Langkah 1: menentukan pertanyaan mendasar
7. Guru mengemukakan pertanyaan esensial yang bersifat eksplorasi
pengetahuan yang telah dimiliki siswa berdasarkan pengalaman
belajarnya. “tahapan menyelesaikan program linear dua variabel ?“
8. Guru meminta siswa bertanya mengenai “tahapan membuat model
matematika program linear dua variabel ?”
9. Guru meminta siswa lain untuk menjawab pertayaan yang telah
diajukan siswa lain.
Langkah 2: mendesain perencanaan proyek
d. Tahapan Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti mengkaji temuan dari hasil pengamatan, baik
yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif dari hasil proses pembelajaran
siklus II. Hal yang direfleksi yaitu berkaitan dengan peningkatan Self Regulation
Learning siswa dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran
berbasis proyek. Berdasarkan observasi proses pembelajaran direfleksi tentang
masih kurangnya Self Regulation Learning dalam diri siswa secara menyeluruh
pada saat proses pembelajaran berlangsung dan dari hasil aktivitas kegiatan
pembelajaran yang diperoleh ternyata sebagian siswa yang memiliki Self
Regulation Learning rendah pada siklus I mengalami peningkatan kelevel sedang.
Dikarenakan masih terdapat siswa yang memiliki Self Regulation Learning
rendah dan belum mencapai target yang diinginkan,sehingga peneliti akan
melakukan perbaikan pada siklus ke III.
3.4.3 SIKLUS III
a. Tahapan Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan setelah mendapat data atau hasil observasi
pada siklus II. Ditahap ini menyelesaikan masalah yang menghambat
pengembangan kreativitas di sikulus II yaitu data refleksi siklus II. Pada tahap ini
direncanakan, yaitu menyusun kembali RPP (rencana pelaksaanaan pembelajaran)
yang telah diperbaiki agar sesuai dengan indikator, dan kembali menyiapkan
instrument penelitian di kelas yaitu instrument pembelajaran dan penilaian, format
evaluasi pretest dan postest serta media pembelajaran yang diperlukan seperti
LKS.
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
perencanaan pembelajaran dalam RPP yang telah disusun yaitu sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal (10 menit)
1. Guru mengucapkan salam
2. Guru meminta ketua kelasnya menyiapkan untuk berdoa.
3. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa.
4. Guru menyampaikan topic pembelajaran dan tujuannya yang ingin
dicapai.
5. Guru menginformasikan tentang proses pembelajaran yang akan
dilakukan termasuk aspek-aspek yang dinilai selama proses
pembelajaran berlangsung.
6. Guru melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan secara
klasikal yang bersifat menuntun dan menggali tentang materi
sistem persaman linear dan pertidaksamaan, dalam bentuk Pre-
Test.
b. Kegiatan Inti (10 menit)
Langkah 1: menentukan pertanyaan mendasar
7. Guru mengemukakan pertanyaan esensial yang bersifat eksplorasi
pengetahuan yang telah dimiliki siswa berdasarkan pengalaman
belajarnya. “strategi/tahapan penentuan nilai optimum dari masalah
program linear dengan metode uji titik pojok ?”
8. Guru meminta siswa bertanya mengenai “strategi/tahapan
penentuan nilai opimum dari masalah program linear dengan
garis selidik?”
9. Guru meminta siswa lain untuk menjawab pertayaan yang telah
diajukan siswa lain.
≥ 70 Tuntas
5. Pelaksanaan Siklus II
90%
80%
70%
60%
50%
40% Ketuntasan tes awal
30%
20%
10%
0%
Tuntas Tidak tuntas
Hasil observasi daya juang siswa pada siklus I dapat disajikan dalam tabel berikut
:
Tabel 4.2.1 Hasil observasi Aktifitas siswa pada Siklus I
No Indikator Rata-Rata Indikator
1. Kesiapan siswa dalam memulai pelajaran 2,43
2. Kemampuan siswa dalam memperhatikan 2,31
penjelasan
guru
3. Kemampuan siswa dalam memahami proyek 2,23
yang
diberikan
4. Mengerjakan proyek yang diberikan oleh guru 2,4
5. Membahas proyek yang telah dibuat 2,03
Jumlah 11,04
Rata-Rata 2,28
Keterangan CUKUP BAIK
Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dapat disajikan dalam bentuk
diagram aktivitas berikut ini :
Diagram 4.2
Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
2.5
2.4
2.3
2.2
2.1
Hasil Observasi
1.9
1.8
Kesiapan siswa Kemampuan siswa Kemampuan siswa Mengerjakan Membahas proyek
dalam memulai dalam dalam memahami proyek yang yang telah dibuat
pelajaran memperhatikan proyek yang diberikan oleh guru
penjelasan guru diberikan
Berdasarkan hasil diagram dan tabel aktivitas siswa pada siklus I
menunjukkan aktivitas dalam pembelajaran memiliki rata-rata 2,28 dengan
keterangan cukup baik aktivitas yang dimiliki siswa.
Setelah digunakan pembelajaran dengan model Project Based Learning
untuk meningkatkan Self Regulation Learning pada materi Program Linear pada
siklus I, peneliti memberikan soal postes sebanyak 2 butir soal kepada siswa.
Hasilnya terjadi peningkatan tes belajar siswa di mana dari 26 siswa terdapat 7
siswa (26,92%) yang telah mencapai ketuntasan belajar dengan nilai tertinggi 85,
sedangkan 19 siswa (73,08%) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan
nilai terendah yaitu 50. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas XI MIA 1 pada
siklus I adalah 63.
Tabel 4.3
Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Siklus I
Tingkat Kategori Banyak Siswa Jumlah dalam
K
e
t
u
n
t
a
s
a
n
70% - 100% Tuntas 7 26,92%
< 70% Tidak Tuntas 19 73,08%
Rata-Rata 63
Ketuntasan 26,92%
Ketuntasan Belajar
80
70
60
50
40
Ketuntasan Belajar
30
20
10
0
Tuntas Tidak tuntas
Dari tabel di atas dapat digambarkan diagram observasi aktivitas siswa pada
siklus II sebagai berikut:
Diagram 4.4
Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II
Hasil Observasi
3.3
3.2
3.1
3
2.9
2.8
2.7
Hasil Observasi
2.6
2.5
2.4
Kesiapan siswa Kemampuan Kemampuan Mengerjakan Membahas
dalam memulai siswa dalam siswa dalam proyek yang proyek yang telah
pelajaran memperhatikan memahami diberikan oleh dibuat
penjelasan guru proyek yang guru
diberikan
Ketuntasan Siklus II
56
54
52
50
48 Ketuntasan Siklus II
46
44
42
Tuntas Tidak Tuntas
Tabel 4.6
Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III
No Indikator Rata-Rata
1. Kesiapan siswa dalam memulai pelajaran 3,54
2. Kemampuan siswa dalam memperhatikan penjelasan 3,57
guru
3. Kemampuan siswa dalam memahami proyek yang 3,60
diberikan
4. Mengerjakan proyek yang diberikan oleh guru 3,74
5. Membahas proyek yang telah dibuat 3,54
Jumlah 18,00
Rata-Rata 3,6
Keterangan SANGAT BAIK
Dari tabel di atas dapat digambarkan diagram observasi aktivitas siswa pada
siklus III sebagai berikut:
Diagram 4.6
Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III
Dari tabel di atas,dapat digambarkan diagram ketuntasan belajar siklus III sebagai
berikut:
Diagram 4.7
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III
p
e
l
a
j
a
r
a
n
2. Kemampuan siswa 2,31 2,97 3,57
d
a
l
a
m
m
e
m
p
e
r
h
a
t
i
k
a
n
p
e
n
j
e
l
a
s
a
n
g
u
r
u
3. Kemampuan siswa 2,23 3,06 3,60
d
a
l
a
m
m
e
m
a
h
a
m
i
p
r
o
y
e
k
y
a
n
g
d
i
b
e
r
i
k
a
n
4. Mengerjakan proyek 2,4 3,17 3,74
y
a
n
g
d
i
b
e
r
i
k
a
n
o
l
e
h
g
u
r
u
5. Membahas proyek 2,03 2,86 3,54
y
a
n
g
t
e
l
a
h
d
i
b
u
a
t
CUKUP BAIK SANGAT
B
Kriteria A
I
K
Dari hasil tabel di atas dapat dibuat grafik rekapitulasi skor rata – rata tiap
indikator kemampuan berpikir kreatif siswa sebagai berikut:
Gambar 4.3 Grafik Self Regulated Learning siswa tiap siklus
Khodijah, Nyayu. (2006) Psikologi Belajar . Palembang: IAIN Raden Fatah Press.
4. Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 30) “model pembelajaran
project based learning adalah model yang memperkenankan peserta didik
untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruksikan pembelajarannya dan
mengkulminasikannya dalam produk nyata”.
7. Abidin (2014: 172) menjelaskan bahwa tahapan Project Based Learning adalah
sebagai berikut:
1) Praproyek. Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru diluar
jam pelajaran. Pada tahap ini guru merancang deskripsi proyek,
menentukan batu pijakan proyek, menyiapkan media dan berbagai sumber
belajar, dan menyiapkan kondisi pembelajaran.
2) Fase 1: Mengidentifikasi Masalah. Pada tahap ini siswa melakukan
pengamatan terhadap obyek tertentu. Berdasarkan pengamatannya
tersebut siswa mengidentifikasi masalah dan membuat rumusan masalah
dalam bentuk pertanyaan.
3) Fase 2 : Membuat Desain dan Jadwal Pelaksanaan Proyek. Pada tahap
ini siswa secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok ataupun
dengan guru mulai merancang proyek yang akan mereka buat,
menentukan penjadwalan pekerjaan proyek, dan melakukan aktivitas
persiapan lainnya.
4) Fase 3: Melaksanakan Penelitian. Pada tahap ini siswa melakukan
kegiatan penelitian awal sebagai model dasar bagi produk yang akan
dikembangkan. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut siswa
mengumpulkan data dan selanjutnya menganalisis data tersebut dengan
teknik analisis data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
5) Fase 4: Menyusun Draf Produk. Pada tahap ini siswamulai membuat
produk awalsebagai rencana dan hasil penelitian yang dilakukannya.
6) Fase 5: Mengukur, Menilai, dan Memperbaiki Produk. Pada tahap ini
siswa melihat kembali produk awal yang dibuat, mencari kelemahan, dan
memperbaiki produk tersebut. Dalam praktiknya, kegiatan mengukur dan
menilai produk dapat dilakukan dengan meminta pendapat atau kritik dari
anggota kelompok lain ataupun dari guru.
7) Fase 6: Finalisasi dan Publikasi Produk. Pada tahap ini siswamelakukan
finalisasi produk. Setelah diyakini sesuai dengan harapan, produk
dipublikasikan.
8) Pascaproyek. Pada tahap ini guru menilai, memberikan penguatan,
masukan, dan saran perbaikan atas produk yang telah dihasilkan siswa.
LAMPIRAN 2
SIKLUS I PERTEMUAN 1
E. Materi Pembelajaan
F. Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran : Project Based Learning
2. Metode : ekspositori dan diskusi
3. Pendekatan : Scientific Learning
G. Media Pembelajaran
1. Papan tulis dan spidol
2. LKS
H. Sumber Belajar
1. Matematika kelas XI Semester 1 Edisi Revisi 2017 Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2017
Langkah 1: menentukan
pertanyaan mendasar
1. Guru mengemukakan 1.Siswa menjawab
pertanyaan esensial yang pertayaan yang
bersifat eksplorasi diberikan guru
pengetahuan yang telah
dimiliki siswa berdasarkan
pengalaman belajarnya. 70
“ Apa yang kalian ketahui menit
2. Kegiatan tentang pertidaksaman
inti linear dan sistem
pertidaksamaan linear ?
Berikan masing-masing
contohnya”
Langkah 2: mendesain
perencanaan proyek
SIKLUS II PERTEMUAN 2
A. Indikator :
3.2.4 Menjelaskan strategi/tahapan menyelesaikan program linear dua
variabel menggunakan masalah kontekstual
3.2.5 Menjelaskan strategi/tahapan membuat model matematika program
linear dua variabel menggunakan masalah kontekstual
B. Tujuan Pembelajaran
1. Pertemuan Kedua
Setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
proyek diharapkan siswa dapat :
Menjelaskan strategi/tahapan menyelesaikan program linear dua
variabel menggunakan masalah kontekstual
Menjelaskan strategi/tahapan membuat model matematika program
linear dua variabel menggunakan masalah kontekstual
C. Materi Pembelajaan
2.3 Tahapan menyelesaikan program linear dua variabel
2.4 Tahapan membuat model matematika program linear dua
variabel
D. Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran : Project Based Learning
2. Metode : Ekspositori, Diskusi dan Tanya jawab
3. Pendekatan : Scientific Learning
E. Media Pembelajaran
1. Papan tulis dan spidol
2. LKS
F. Sumber Belajar
1. Matematika kelas XI Semester 1 Edisi Revisi 2017 Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2017
Langkah 1: menentukan
pertanyaan mendasar
1. Guru mengemukakan 1.Siswa menjawab
pertanyaan esensial yang pertayaan yang
bersifat eksplorasi diberikan guru
pengetahuan yang telah
dimiliki siswa berdasarkan
pengalaman belajarnya. 70
“tahapan menyelesaikan menit
2. Kegiatan program linear dua
inti variabel ?“
2. Guru meminta siswa 2.Siswa menanyakan
bertanya mengenai mengenai model
“tahapan membuat model matematika program
matematika program linear linear dua variabel.
dua variabel ?”
3. Guru meminta siswa lain 3.Siswa menjawab
untuk menjawab pertayaan pertayaan yang
yang telah diajukan siswa diajukan temannya.
lain.
Langkah 2: mendesain
perencanaan proyek
C. Materi Pembelajaan
2.5 Menentukan nilai optimum dengan metode uji titik pojok
Bentuk fungsi objektif adalah mencari nilai maksimum dan/atau
minimum dari bentuk fungsi ax + by
Secar umum, fungsi objektif mempunyai nilai maksimum dan minimum di
titik pojok daerah himpunan penyelesaian.
Berikut adalah langkah-langkah menentukan nilai optimum fungsi
objektif :
1. Merumuskan permasalahan ke dalam model matematika. Dalam model
matematika yang didapat, terbentuk sistem pertidaksamaan linier dan
fungsi objektif (ax + by)
2. Menggambar daerah yang memenuhi suatu sistem pertidaksamaan.
3. Menganalisa nilai fungsi objektif yang dilakukan dengan
menggunakan metode
uji titik pojok atau metode garis selidik sehingga dari sini diperoleh
nilai optimum yaitu nilai maksimum atau minimum yang mungkin.
Contoh soal :
Seorang pedagang sepatu mempunyai modal Rp 8.000.000,00 Ia
merencanakan membeli dua jenis sepatu yaitu sepatu pria dan sepatu
wanita. Harga beli sepatu pria adalah Rp 20.000,00 per pasang dan sepatu
wanita harga belinya Rp 16.000,00 per pasang. Keuntungan dari
penjualan sepatu pria dan sepatu wanita berturut-turut adalah Rp 6.000,00
dan Rp 5.000,00. Mengungat kapasitas kiosnya, ia akan membeli
sebanyak-banyaknya 450 pasang sepatu. Tentukan :
a) Buatlah model matematika yang sesuai dengan persoalan ini
b) Berapa banyak sepatu pria dan wanita yang harus dibeli agar
pedagang tersebut memperoleh keuntungan sebesar-besarnya ?
c) Berapa keuntungan terbesar yang dapat diperoleh ?
Solusi :
1. Merumuskan persoalan ke dalam model matematika
Misalkan, sepatu pria = x dan sepatu wanita = y
Kita nyatakan dalam tabel
Sepatu Pria Sepatu Wanita Kapasitas / Modal
Banyaknya X Y 450
Harga beli 20.000 x 16.000 y 8.000.000
Keuntungan 6000 x 5000 y
Jawab:
Langkah pertama adalah dengan menggambar kendala yang ada pada
bidang kartesius dan tandai area yang mungkin. Namun, kendala yang
berupa pertidaksamaan harus diubah dulu menjadi persamaan garis.
Jadi penyelesaian optimalnya yaitu (3,3) dan nilai maksimalnya yaitu 21.
Tahukah kalian bagaimana pergerakan garis selidik jika fungsi tujuannya
adalah meminimalkan?? Garis selidik akan bergerak dari atas ke arah bawah
bawah sampai titik potong yang terakhir dengan feasible area.
Dapat dilihat bahwa titik potong terakhir yaitu (3,3) merupakan titik potong
garis kendala 1 dan garis kendala 2.
D. Metode Pembelajaran
4. Model Pembelajaran : Project Based Learning
5. Metode : Ekspositori, Diskusi dan Tanya jawab
6. Pendekatan : Scientific Learning
E. Media Pembelajaran
1. Papan tulis dan spidol
2. LKS
F. Sumber Belajar
2.4.1.1.1 Matematika kelas XI Semester 1 Edisi Revisi 2017
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2017
Langkah 1: menentukan
pertanyaan mendasar
1. Guru mengemukakan 1.Siswa menjawab
pertanyaan esensial yang pertayaan yang
bersifat eksplorasi diberikan guru
pengetahuan yang telah
dimiliki siswa berdasarkan
pengalaman belajarnya. 70
“strategi/tahapan menit
2. Kegiatan penentuan nilai optimum
inti dari masalah program
linear dengan metode uji
titik pojok ?”
2. Guru meminta siswa 2.Siswa menanyakan
bertanya mengenai mengenai tahapan
“strategi/tahapan penentuan nilai
penentuan nilai opimum optimum dari masalah
dari masalah program program linear dengan
linear dengan garis garis selidik.
selidik?”
3. Guru meminta siswa lain 3.Siswa menjawab
untuk menjawab pertayaan pertayaan yang
yang telah diajukan siswa diajukan temannya.
lain.
Langkah 2: mendesain
perencanaan proyek
2. Pengetahuan
a. Teknik : Tes
b. Bentuk Instrumen : Essai
c. Kisi-kisi :
No. Indikator Level Nomor Bentuk
Kognitif Butir Instrumen
Instrumen
1.
3. Keterampilan
a. Teknik : Tes
b. Bentuk Instrumen : Essai
c. Kisi-kisi :
No. Keterampilan Level Nomor Bentuk
Kognitif Butir Instrumen
Instrumen
1.
………………. 2019
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru
Mata Pelajaran
Nama sekolah :
Kelas/semester :
Materi :
Hari/tanggal :
A.petunjuk pengisian
Berikut daftar kegiatan pembelajaran dengan model pjbl beri tanda (√)
pada kolom “ya” jika kegiatan tersebut dilakukan sebaliknya beri tanda (√) pada
kolom “tidak” jika kegiatan tersebut tidak dilakukan.
B. lembar obsevasi
SIKLUS 1
1. Kisi-kisi soal
No
Kompetensi Dasar Indikator Soal
Soal
Membedakan
pertidaksamaan Nilai maksimum fungi objektif
linear dua f(x,y) = 3x + 2y pada sistem
variabel dengan pertidaksamaan
sistem 𝑥+𝑦 ≤4
1
pertidaksamaan 2𝑥 + 𝑦 ≤ 6
Menjelaskan {
linear dua 𝑥≥0
program linear dua variabel 𝑦≥0
variabel dan metode
Adalah ....
penyelesaiannya
dengan Membedakan
menggunakan pertidaksamaan Tentukan daerah penyelesaian
masalah kontekstual. linear dua dari suatu sistem pertidaksamaan
variabel dengan berikut.
sistem 2𝑥 + 3𝑦 ≤ 6 2
pertidaksamaan
𝑥−𝑦 <1
linear dua {
variabel 𝑥 ≥ −1
𝑦≥0
2. Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kritis
Indikator
No
kemampuan Kritis Soal
Soal
Matematis
Nilai maksimum fungi objektif f(x,y) = 3x + 2y pada
sistem pertidaksamaan
𝑥+𝑦 ≤4
2𝑥 + 𝑦 ≤ 6
{ 1
𝑥≥0
1. Kefasihan 𝑦≥0
2. Fleksibelitas Adalah ....
Petunjuk :
1. Bacalah do’a sebelum anda memulai mengerjakan soal
2. Tulislah idenditas anda dengan lengkap
3. Bacalah soal dengan teliti dan jawablah dengan benar
4. Periksa kembali lembaran jawaban sebelum di kumpul
𝑥+𝑦 ≤4
2𝑥 + 𝑦 ≤ 6
{
𝑥≥0
𝑦≥0
Adalah ....
2𝑥 + 3𝑦 ≤ 6
𝑥−𝑦 <1
{
𝑥 ≥ −1
𝑦≥0
Selamat Mengerjakan
LEMBAR SOAL POSTEST
Nama :
Kelas/Semester :
Asal Sekolah :
Hari/Tanggal :
Alokasi Waktu : 45 Menit
Petunjuk :
2𝑥 + 3𝑦 ≤ 6
𝑥−𝑦 <1
{
𝑥 ≥ −1
𝑦≥0
𝑥+𝑦 ≤4
2𝑥 + 𝑦 ≤ 6
{
𝑥≥0
𝑦≥0
Adalah ....
Selamat Mengerjakan
C. Rubrik Penilaian
𝑥+𝑦 ≤4
2𝑥 + 𝑦 ≤ 6
{
𝑥≥0
𝑦≥0
Adalah ....
Jawaban:
Pengetahuan
Skor
Penyelesaian Indikator
Nilai
Kemampuan
Diketahui :
𝑥+𝑦 ≤4
2𝑥 + 𝑦 ≤ 6
f(x,y) = 3x + 2y {
𝑥≥0
𝑦≥0
Ditanya :
Penyelesaiannya : 2. Fleksibelitas
2𝑥 + 3𝑦 ≤ 6
𝑥−𝑦 <1
{
𝑥 ≥ −1
𝑦≥0
2x + 3y = 6
x 0 3
y 2 0
x–y=1
x 0 1
y -1 0
Ditanya :
Daerah penyelesaian dari sistem
pertidaksamaan 1. Kefasihan
Penyelesaiannya : 2. Fleksibelitas
Ambil titik selidik (0,1) 3. Kebaruan
2x + 3y ≤ 6
2. 0 + 3.1 ≤ 6
3 ≤ 6 (benar)
x-y<1
0–1<1
-1 < 0 (benar)
x ≥ -1
0 ≥ -1 (benar)
y≥0
1 ≥ 0 (benar)
Arsirlah daerah yang memuat
titik (0,1)
Jumlah skor dari soal 1 dan 2 adalah ,Jika mendapatkan skor maka nilainya 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Nilai Persentase = 𝑥 100
100(𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙)
INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR (PRETEST DAN POSTES)
(MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF )
SIKLUS II
Kompetensi N
Indikator Soal
Dasar So
Seorang ibu rumah tangga mempunyai 1,6 kg
tepung beras dan 2,4 kg tepung terigu untuk
Menjelaskan membuat kue jenis A dan B. Setiap kue A
strategi tahapan memerlukan 160 gram tepung beras dan 200
menyelesaikan gram tepung terigu, sedangkan setiap kue B
program linear dua memerlukan 120 gram tepung beras dan 300
Menjelaskan 1
variabel gram tepung terigu. Ia hendak membuat lebih
program linear menggunakan dari 2 loyang kue A dan sekurang-kurangnya
dua variabel dan
masalah satu loyang kue B. Dalam berapa carakah dua
metode
penyelesaiannya
kontekstual jenis tepung itu dapat digunakan untuk membuat
dengan dua jenis kue ? lalu, tentukan jumlah loyang kue
menggunakan terbanyak yang dapat dibuat.
masalah Menjelaskan Seorang pasien diharuskan mengonsumsi dua
kontekstual. strategi/tahapan vitamin yang terdapat pada tablet. Dalam sehari
membuat model pasien tersebut membutuhkan paling sedikit 30
matematika mg vitamin A dan 40 mg vitamin B. Dari label
program linear dua yang tertera pada masing-masing tablet 2
variabel diketahui bahwa tablet pertama mengandung 3
menggunakan mg vitamin A dan 1 mg vitamin B , sedangkan
masalah tablet kedua mengandung 2 mg vitamin A dan 4
kontekstual mg vitamin B. Jika harga tablet pertama Rp.
200,00 dan tablet kedua Rp. 500,00 pengeluaran
minimum pembelian tablet setiap hari adalah...
Indikator
N
kemampuan Kritis Soal
So
Matematis
Seorang ibu rumah tangga mempunyai 1,6 kg tepung beras
dan 2,4 kg tepung terigu untuk membuat kue jenis A dan B.
Setiap kue A memerlukan 160 gram tepung beras dan 200
gram tepung terigu, sedangkan setiap kue B memerlukan
120 gram tepung beras dan 300 gram tepung terigu. Ia
1
hendak membuat lebih dari 2 loyang kue A dan sekurang-
kurangnya satu loyang kue B. Dalam berapa carakah dua
4. Kefasihan jenis tepung itu dapat digunakan untuk membuat dua jenis
kue ? lalu, tentukan jumlah loyang kue terbanyak yang dapat
5. Fleksibelitas dibuat.
6. Kebaruan Seorang pasien diharuskan mengonsumsi dua vitamin yang
terdapat pada tablet. Dalam sehari pasien tersebut
membutuhkan paling sedikit 30 mg vitamin A dan 40 mg
vitamin B. Dari label yang tertera pada masing-masing tablet
diketahui bahwa tablet pertama mengandung 3 mg vitamin A 2
dan 1 mg vitamin B , sedangkan tablet kedua mengandung 2
mg vitamin A dan 4 mg vitamin B. Jika harga tablet pertama
Rp. 200,00 dan tablet kedua Rp. 500,00 pengeluaran
minimum pembelian tablet setiap hari adalah...
E. Soal
LEMBAR SOAL PRETEST
Nama :
Kelas/Semester :
Asal Sekolah :
Hari/Tanggal :
Alokasi Waktu : 45 Menit
Petunjuk :
5. Bacalah do’a sebelum anda memulai mengerjakan soal
6. Tulislah idenditas anda dengan lengkap
7. Bacalah soal dengan teliti dan jawablah dengan benar
8. Periksa kembali lembaran jawaban sebelum di kumpul
1. Seorang ibu rumah tangga mempunyai 1,6 kg tepung beras dan 2,4 kg
tepung terigu untuk membuat kue jenis A dan B. Setiap kue A
memerlukan 160 gram tepung beras dan 200 gram tepung terigu,
sedangkan setiap kue B memerlukan 120 gram tepung beras dan 300 gram
tepung terigu. Ia hendak membuat lebih dari 2 loyang kue A dan sekurang-
kurangnya satu loyang kue B. Dalam berapa carakah dua jenis tepung itu
dapat digunakan untuk membuat dua jenis kue ? lalu, tentukan jumlah
loyang kue terbanyak yang dapat dibuat.
Petunjuk :
2. Seorang ibu rumah tangga mempunyai 1,6 kg tepung beras dan 2,4 kg
tepung terigu untuk membuat kue jenis A dan B. Setiap kue A
memerlukan 160 gram tepung beras dan 200 gram tepung terigu,
sedangkan setiap kue B memerlukan 120 gram tepung beras dan 300 gram
tepung terigu. Ia hendak membuat lebih dari 2 loyang kue A dan sekurang-
kurangnya satu loyang kue B. Dalam berapa carakah dua jenis tepung itu
dapat digunakan untuk membuat dua jenis kue ? lalu, tentukan jumlah
loyang kue terbanyak yang dapat dibuat.
Selamat Mengerjakan
LEMBAR JAWABAN
Nama :
Kelas/Semester :
F. Rubrik Penilaian
1. Seorang ibu rumah tangga mempunyai 1,6 kg tepung beras dan 2,4 kg
tepung terigu untuk membuat kue jenis A dan B. Setiap kue A memerlukan
160 gram tepung beras dan 200 gram tepung terigu, sedangkan setiap kue B
memerlukan 120 gram tepung beras dan 300 gram tepung terigu. Ia hendak
membuat lebih dari 2 loyang kue A dan sekurang-kurangnya satu loyang kue
B. Dalam berapa carakah dua jenis tepung itu dapat digunakan untuk membuat
dua jenis kue ? lalu, tentukan jumlah loyang kue terbanyak yang dapat dibuat.
Jawaban:
Pengetahuan Indikator Sk
Penyelesaian
Kemampuan Nil
Diketahui :
Ditanya : 4. Kefasihan
5. Fleksibelitas
Berapa cara dua jenis tepung itu dapat digunakan
6. Kebaruan
untuk membuat dua jenis kue ? lalu, tentukan jumlah
loyang kue terbanyak yang dapat dibuat.
Penyelesaiannya :
Analisis kasus:
Setiap kue A dan setiap kue B memerlukan
masing-masing 160 gram dan 120 gram tepung
beras. Tepung beras yang tersedia 1600 gram. X
kue A memerlukan x kali 160 gram dan y kue B
memerlukan y kali 120 gram tepung beras,
sehingga banyak tepung beras yang diperlukan
untuk membuat x kue A dan y kue B adalah
(160x + 120y) gram.
Hanya tersedia 1600 gram tepung beras,maka
(160x + 120y) gram tidak boleh melebihi 1600
gram. Jadi,pertidaksamaan yang dapat disusun
adalah:
160x + 120y ≤ 1600, dimana x dan y € B
(bil.bulat)
Setiap kue A dan setiap kue B masing-masing
memerlukan 200 gram dan 300 gram tepung
terigu, dari 2400 gram tepung terigu yang
tersedia. x kue A memerlukan x kali 200 gram
dan y kue B memerlukan y kali 300 gram tepung
terigu, sehingga banyak tepung terigu yang
diperlukan untuk membuat x kue A dan y kue B
adalah (200x + 300y) gram.
Hanya tersedia 2400 gram tepung terigu, maka
(200x + 300y) gram tidak boleh melebihi 2400
gram. Jadi pertidaksamaan yang dapat disusun
adalah
200x + 300y ≤ 2400, x dan y € B
Ia berencana membuat lebih dari 2 loyang kue A,
maka x > 2
Sekurang-kurangnya satu loyang kue B, maka y ≥
1
Model matematika dari analisis kasus diatas
adalah sebagai berikut:
Kue/Bahan Tepung Beras Tepung Terigu
Kue A(x) 160 200
Kue B(y) 120 300
1.600 2.400
Sistem Pertidaksamaan:
(1) 160x + 120y ≤ 1.600 ↔ 4x+3y ≤ 40
(2) 200x + 300y ≤ 2.400 ↔ 2x+3y ≤ 24
(3) x > 2, dan
(4) y ≥ 1
4x + 3y = 40 2x + 3y = 24
x 10 1 4 0 3 12
y 0 12 8 8 6 0
Pengetahuan Indikator Sk
Penyelesaian
Kemampuan Nil
Diketahui :
Jumlah skor dari soal 1 dan 2 adalah ,Jika mendapatkan skor maka nilainya 100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Nilai Persentase = 𝑥 100
100(𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙)