Anda di halaman 1dari 28

NAMA : Fitri Susanti

NO.UKG : 201800066645
JURUSAN PPG : PGSD
ASAL INSTANSI : SD N 06 Pasaman
Kelas : 005
Kelompok :B

LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi

Masalah
N terpilih yang Akar Penyebab
Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
o. akan masalah
diselesaikan
1 Siswa kurang 1. Guru belum Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur dan hasil
aktif saat menggunak wawan carauntuk masalah ” Siswa kurang aktif
pembelajaran an Model Keaktifan siswa selama dalam proses pembelajaran merupakan saat pembelajaran” maka diperoleh Alternatif
Rendahnya Pembelajara salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Solusi sebagi berikut :
tingkat n yang Menurut Sadirman (2011:100), aktivitas belajar merupakan 1. Menggunakan model pembelajaran yang
pemahaman menarik prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar inovatif seperti
mengajar.
siswa terhadap dan inovatif a. Menggunakan Model pembelajaran PBL.
teks bacaan Kegiatan-kegiatan guru yang dapat mempengaruhi keaktifan b. Menggunakan Metode Picture and
siswa menurut Moh. Uzer Usman (2009:26-27) adalah: 1) Picture
Memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik, 2) 2. Menggunakan media pembelajaran yang
Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada menarik berbasis TIK Media yang
peserta didik); 3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada menarik dapat menimbulkan penasaran
peserta didik; 4) Memberikan stimulus 5) Memberikan petunjuk dan menarik keaktifan siswa saat
kepada peserta didik cara mempelajari; 6) Memunculkan pembelajaran.
aktifitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, 3. Berikan umpan balik kepada siswa
7) Memberikan umpan balik (feedback); 8) Melakukan tagihan-
tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga kemampuan
peserta didik selalu terpantau dan terukur; 9) Menyimpulkan
setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

Generasi z berada pada rentang usia 14-19 tahun dan


memiliki banyak sebutan seperti generasi I, Generation
Next, New Silent Generation, Homelander, generasi
youtube, generasi net, dan sebagainya (Giunta, 2017).
karakteristik generasi z
1. Generasi z menyukai kebebasan dalam belajar (self
directed learning)
2. Generasi z suka mempelajari hal-hal baru yang praktis
3. Merasa nyaman dengan lingkungan yang terhubung
dengan jaringan internet
4. Generasi z lebih suka berkomunikasi dengan gambar
images, ikon, dan simbol-simbol daripada teks.
5. Memiliki rentang perhatian pendek (short attention
span)
6. Berinteraksi secara kompleks dengan media seperti
smartphone, televisi, laptop, desktop, dan iPod.
7. Generasi z lebih suka membangun eksistensi di media
sosial daripada di lingkungan nyata

Untuk itu perlu kiraanya pendidik menggunakan metode


pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa
seperti pembelajaran inovatif abad 21

1. Muhali (2019) menyebutkan


 Pembelajaran inovatif abad 21
merupakan pembelajaran yang
berorientasi pada proses atau
kegiatan melatihkan keterampilan
inovatif abad 21 sesuai framework
for 21st century skills,
meliputi: (a) keterampilan hidup
dan karir, (b) keterampilan
inovasi dan pembelajaran, dan (c)
keterampilan informasi, media, dan
TIK
 Pembelajaran inovatif abad 21
memiliki karakteristik yang
mengarah pada pembelajaran yang
interaktif, holistik, integratif,
saintifik, kontekstual, tematik,
efektif, kolaboratif, dan
berpusat pada peserta didik,
sehingga dalam implementasinya
dengan menerapkan
model/metode pembelajaran
yang berorientasi pada karakteristik
tersebut.
 Penilaian dalam pembelajaran
abad 21 disusun dan
dikembangkan untuk mengukur
pencapaian belajar peserta didik
yang meliputi kompetensi
pengetahuan (berpikir kritis dan
pemecahan masalah, kreativitas
dan inovasi,kolaborasi,
kemunikasi), kompetensi
intrapersonal (kemampuan kerja
dalam tim, kolaborasi,
komunikasi, kerja sama, dan
koordinasi), dan kompetensi
interpersonal (kemampuan untuk
bekerja dengan orang lain
seperti kemampuan manajemen
diri, kerjasama, komunikasi
yang efektif, dan kemampuan
mejaga hubungan dengan orang
lain secara emosional).
sumber:https://journalcenter.litpam.com/index
.php/e-Saintika/article/view/126/46

Berikut metode pembelajaran yang mendukung


pembelajaran abad 21
1. Metode Pembelajaran yang dapat meningkatkan
keaktifan siswa menurut penelitian

a. Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Puji


Maktun1), Mawardi2), Krisma Widi Wardani3) dalam
jurnal yang berjudul PENERAPAN MODEL
PROBLRM BASED LEARNING (PBL) UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR
DAN HASIL BELAJAR TEMA 8 KELAS V
Menyatakan bahwa menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa. Berdasarkan
penerapan model Problem Based Learning (PBL)
hasil belajar siswa dapat meningkat dan siswa lebih
aktif pada saat pelajaran. Siswa lebih memahami
materi yang disampaikan oleh guru dengan lebih
mudah dengan menggunakaan model Problem Based
Learning (PBL).

Menurut Hamruni, 2009:148 Problem-Based


Learning (PBL) merupakan suatu model
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan
pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan
dan konsep esensial dari materi kuliah atau materi
pelajaran. Sehingga dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa.
kelebihan PBL adalah sebagai berikut:
Menurut Mustaji dan Arthana (2005:21) adalah:
1) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab
mereka sendiri menemukan konsep tersebut.
2) Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan
menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih
tinggi.
3) Pengetahuan tertanam berdasarkan skema yang
dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna.
4) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab
masalah-masalah yang diselesaikan langsung
dikaitkan dengan kehidupan nyata
5) Menjadikan siswa lebih mandiri dan lebih dewasa,
6) Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang
saling berinteraksi.

Kekurangan metode PBL menurut Sanjaya (2008:221)


sebagai berikut:
1) Apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang
percaya diri dengan minat yang rendah maka siswa
enggan untuk mencoba lagi
2) PBL membutuhkan waktu yang cukup untuk
persiapan
3) Pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-
masalah yang dipecahkan maka siswa kurang
termotivasi untuk belajar
Sumber :
https://callforpapers.uksw.edu/index.php/semnas_hardi
knas/semnas_2018/paper/download/513/338
Asesmen dalam model Pembelajaran Based Learning
tidak hanya berupa tes kognitif (paper and pencil) saja
namun prosedur asesmen autentik seperti asesmen
performance/ asesmen kinerja sangat tepat diterapkan
dalam proses pembelajaran berbasis masalah. Hasil kerja
yang dikerjakan oleh siswapun dapat diakses dengan
asesmen performance menggunakan rubric scroring, daftar
checklist dan rating scale. Asesmen performance bisa
digunakan untuk mengukur potensi siswa untuk mengatasi
masalah maupun mengukur kinerjakelompok.
Sumber :
https://respository.uksw.edu/bitstream/123456789/11798/2/
PROS

b. Melalui penelitian dengan Judul Jurnal : Upaya


Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Model
Pembelajaran Picture and Picture Berbasis IT pada
Tematik
Menurut Ahmad kharis dalam jurnalnya
menyatakan Permasalahan yang dialami siswa yang
menjadi objek penelitiannya yaitu kurangnya
keaktifan siswa didalam proses kegiatan belajar.
Guru mengatakan bahwa selama proses kegiatan
pembelajaran masih banyak siswa yang pasif
(hanya berdiam diri jika tidak didorong untuk
melakukan sesuatu kegiatan saat proses
pembelajaran berlangsung) seperti halnya didalam
mencatat materi penting, mengerjakan tugas,
ataupun untuk melakukan tanya jawab. Guru harus
sering mendorong siswa untuk aktif melakukan hal-
hal seperti mencatat materi penting, mengerjakan
tugas, ataupun yang lainnya saat proses
pembelajaran berlangsung. Untuk mengefektifkan
proses pembelajaran yang memicu siswa secara
aktif, diperlukan juga penggunaan media dan
metode pembelajaran yang sesuai, mudah, dan
tentunya dapat menjelaskan materi yang bisa
dipahami dan mudah diterima bagi siswa didalam
proses pembelajaran.
Sebagai pendidik, penerapan model/ metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru seharusnya
dapat membangun antusias siswa sehingga siswa
lebih semangat dan aktif didalam mengikuti setiap
proses pembelajaran. Menggunakan Model
pembelajaran Picture And Picture berbasis IT, guru
dapat melakukan penyelenggaraan atau penerapan
pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif
dalam pembelajaran dan dapat meningkatan
kualitas keaktifan pembelajaran ataupun
pendidikan.
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian
ini yaitu dengan cara melakukan observasi
keaktifan belajar siswa serta dokumentasi.
Observasi dilakukan untuk mengamati proses
kegiatan siswa dan guru dalam penerapan model
pembelajaran Picture And Picture dan respon siswa
terhadap penerimaan proses pembelajaran.
Menurut Yuliastanti (2014) Picture and Picture adalah
strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai
media pembelajaran. Gambar yang diberikan kepada siswa
harus dipasangkan atau diurutkan secara logis. Gambar-
gambar ini menjadi perangkat utama dalam proses
pembelajaran.
Menurut Suprijono (dalam huda 2014: 236-238) langkah –
langkah pembelajaran Picture And Picture sebagai berikut :
1. Penyampaian Kompetensi
2. Presentasi Materi
3. Penyajian Gambar
4. Pemasangan Gambar
5. Penjajakan
Tahap ini mengharuskan guru untuk menanyakan
kedapa siswa tentang alasan/dasar pemikiran
dibalik urutan gambar yang disusunnya.
6. Penyajian Kompetensi
Berdasarkan komentar data penjelasan atas urutan
gambar-gambar, guru bisa memulai menjelaskan
lebih lanjut sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai.
7. Penutup
Diakhir pembelajaran, guru dan siswa saling
berefleksi mengenai apa yang telah dicapai dan
dilakukan.
Menurut Ahmad kharis dalam jurnalnya menyimpulkan
Dengan model pembelajaran Picture And Picture atau
berbasis gambar yang ditayangkan melalui proyektor akan
lebih memudahkan belajar siswa di SD, siswa usia SD
masih berpikir secara operasional konkrit, maka model
pembelajaran berbasis gambar yang ditayangkan melalui
proyektor akan lebih memahamkan materi pembelajaran
yang sesuai dengan daya pikir siswa. Jadi, dengan
penggunaan model Picture And Picture berbasis IT siswa
diharapkan dapat memahami materi pembelajaran dengan
mudah, menyenangkan, dan lebih berantusias didalam
mengikuti proses pembelajaran secara aktif.
Sumber : https://bit.ly/3qtNgo5
Menurut Ahmadi, Amri dan Elisiah (2011)
kelebihan dan kekurangan metode picture and picture
adalah
Kelebihan
a. Guru lebih mengetahui kelebihan masing-masing
siswa
b. Melatih berfikir logis dan sistematis
Kekurangan
a. Memakan banyak waktu
b. Sebaian siswa pasif

Arief S. Sadiman (2006: 7) yang menyatakan media adalah


segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi.

Azhar Arsyad (2007: 36) mengklasifikasi media ke dalam


lima kelompok, yaitu:
(1) media berbasis manusia (guru, instruktor, tutor, main-
peran, kegiatan kelompok, field-trip)
(2) media berbasis cetak (buku, buku penuntun, buku
latihan, alat bantu kerja, lembaran lepas)
(3) media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan,
grafik, peta, tranparansi, slide)
(4) media berbasis audio-visual (video, film, program
slide-tape, televisi)
(5) media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan
komputer, interaktif video, hypertext).
Sumber :
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/29291/mo
d_resource/content/5/Hakikat%2C%20Fungsi%20dan%20
Manfaat%20Media.pdf

Media pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa


seperti penelitian yang dilakukan Mochamad Basir
Menurut Mochamad Basir dalam penelitiannya menyatakan
“Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
dismpulkan bahwa keaktifan belajar dapat ditingkatkan
dengan menggunakan media interaktif seperti media berbasis
IT”
Sumber :
https://jurnal.stkipkusumanegara.ac.id/index.php/semnara202
0/article/download/1244/841/4902

1. Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah SD N 06 Pasaman
Nama : Rodwel Yuldi, S.Pd
a. Menggunakan model pembelajaran yang
invatif
b. Gunakan media yang menarik, seperti media
berbsis TIK dan media Konkrit yang dekat
dengan dunia anak
c. Ajak siswa untuk berpartisipasi aktif
d. Berikan umpan balik
2. Teman Sejawat Guru ASN SD N 06 Pasaman
a. Guru harus kreatif dalam memilih model
pembelajaran
b. Gunakan pendekatan pembelajaran berpusat
pada siswa ( Student centered)
c. Berikan pujian kepada siswa yang aktif
2 Motivasi 1. Guru Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur
belajar belum Menurut Soeharto dkk, 2003 : 110 motivsi belajar adalah dan hasil wawancara untuk
sebagian menggunak keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk masalah ”motivasi belajar
siswa masih an metode melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. sebagian siswa masih rendah”
rendah pembelajar maka diperoleh Alternatif Solusi
an yang Menurut Sanjaya, (2009) ada beberapa hal yang perlu sebagi berikut :
inovatif dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan motivasi 1. Menggunakan model
2. Guru belajar siswa, yaitu sebagai berikut: pembelajaran yang inovatif
belum a) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai. seperti:
menggunak b) Membangkitkan motivasi siswa a. Menggunakan Model
an media c) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar pembelajaran PBL
pembelajar d) Mengguanakan variasi metode penyajian yang menarik b. Menggunakan model
an yang e) Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa pembelajaran discovery
optimal f) Berikan penilaian learning
seperti g) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa 2. Menggunakan media
media TIK h) Ciptakan persaingan dan kerjasama pembelajaran berbasis TIK
(Audio,
vidio, Guru abad 21 harus mampu menyajikan pembelajaran yang .
powerpoint sesuai untuk generasi Z di Era 4.0, peserta didik bukan hanya
, dll) memiliki kebutuhan, minat, aspirasi dan kemampuan yang berbeda,
namun secara alamiah mereka adalah generasi modern yang
memerlukan cara belajar berbeda.
Guru perlu memahami dan menerap TPACK
(Koh, et.al, 2013) Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi telah memberikan pengaruh besar terhadap proses
pembelajaran sehingga abad 21 mendorong guru untuk memiliki
pengetahuan terkait teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Konsep TPACK melibatkan 7 domain pengetahuan dikarenakan


ada irisan atau sintesa baru, yaitu;
a). Pengetahuan materi (content knowledge/CK)
b). Pengetahuan pedagogis (pedagogical knowledge/PK)
c). Pengetahuan teknologi (technological knowledge/TK)
d). Pengetahuan pedagogi dan materi (pedagogical content
knowledge/PCK)
e). Pengetahuan teknologi dan materi (technological content
knowledge/TCK)
f). Pengetahuan tentang teknologi dan pedagogi (technological
paedagogical knowledge/TPK)
g). Pengetahuan tentang teknologi, pedagogi, dan materi
(technological, pedagogical, content knowledge/TPCK)

Ke delapan domain untuk penerapan TPACK secara praktis adalah:


(1) Menggunakan TIK untuk menilai peserta didik.
(2) Menggunakan TIK untuk memahami materi pembelajaran.
(3) Mengintegrasikan TIK untuk memahami peserta didik.
(4) Mengintegrasikan TIK dalam rancangan kurikulum termasuk
kebijakan.
(5) Mengintegrasikan TIK untuk menyajikan data.
(6) Mengintegrasikan TIK dalam strategi pembelajaran.
(7) Menerapkan TIK untuk pengelolaan pembelajaran.
(8) Mengintegrasikan TIK dalam konteks mengajar.

Berikut beberapa metode pembelajaran yang dapat


meningkatkan motivasi belajar siswa yang dilakukan oleh
beberapa peneliti
a. Skripsi yang berjudul : Penerapan metode problem
based learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar ekonomi
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan
metode problem based learning (PBL) dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) untuk meningkatkn motivasi belajar.
Menurut Dutch (dalam Amir 2009:21) Problem Based Learning
merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar
belajar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk
mencari solusi bagi masalah yang nyata masalah ini diguakan
untuk mengingatkan rasa keingintahuan serta kemampuan
analitis dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan
siswa untuk berpikir kritis dan analisis dan untuk mencari dan
menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
Dengan cara tersebut siswa mampu memperoleh pengetahuan
dan pengalaman nyata sehingga akan menggugah motivasi
peserta didik dalam proses pembelajaran.

Menurut Mustaji dan Arthana (2005:21) Kelebihan penggunaan


Model pembelajaran PBL atau pembelajaran berdasarkan masalah
adalah:
1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab
mereka sendiri menemukan konsep tersebut.
2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut
keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.
3. tertanam berdasarkan skema yang dimiliki siswa sehingga
pembelajaran lebih bermakna.
4. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab
masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan
dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan
motivasi dan keterkaitan pembelajar terhadap bahan yang
dipelajari.
5. Menjadikan siswa lebih mandiri dan lebih dewasa.
6. Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling
berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya sehingga
pencapaian ketuntasan belajar pembelajar dapat diharapkan.

Kekurangan model PBL menurut Sanjaya (2008:221) sebagai


berikut:
1. Apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang percaya
diri dengan minat yang rendah mala siswa enggan untuk
mencoba lagi
2. PBL membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan
3. Pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-
masalah yang dipecahkan maka siswa kurang termotivasi
untuk belajar.
Sumber :
https://eprints.uny.ac.id/57323/1/ROSADELIMA%20ISTININ
GTIAS_13804241034_SKRIPSI.pdf

b. Judul jurnal: Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar


Siswa Melalui Metode Pembelajaran Discovery Pada
Pembelajaran IPA Kelas IV SDN Gawanan 02
Menurut Ninik Indarti dalam jurnalnya menyatakan
bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode
discovery dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
sumber:
http://eprints.ums.ac.id/29970/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
Menurut Hanafiah dan Suhana,2010:77 Discovery merupakan
suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka
dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan
sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

Langkah-langkah pembelajaran discovery menurut Herdian


(2010:67) adalah sebagai berikut.
1) Identifikasi kebutuhan siswa.
2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian
konsep dan generalisasi pengetahuan.
3) Seleksi bahan, problema/tugas-tugas.
4) Membantu dan memperjelas tugas/problema yang
dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa.
5) Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan.
6) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang
akan dipecahkan.
7) Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan
penemuan.
8) Membantu siswa dengan informasi/data jika diperlukan
oleh siswa.
9) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan
pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi
masalah.
10) Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan
siswa.
11) Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi
hasil penemuannya.

Menurut Illahi (2012: 70-71) Berikut beberapa kelebihan-


kelebihan metode discovery learning:
a. Kegiatan dan pengalaman langsung akan lebih menarik
perhatian peserta didik dalam proses belajar.
b. Pembelajaran bermakna karena para peserta didik dapat
bekerja langsung dengan contoh yang nyata.
c. Peserta didik langsung menerapkan prinsip dan langkah
awal dalam pemecahan masalah.
d. Mudah dimengerti oleh peserta didik dalam memahami
kondisi tertentu yang berhubungan dengan aktivitas
pembelajaran.
e. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
terlibat langsung dalam kegiatan belajar. Kegiatan
tersebut akan banyak membangkitkan motivasi belajar.
Selain itu menurut Illahi (2012: 72-73) menyatakan kelemahan
dalam metode discovery learning, yaitu:
a) Membutuhkan waktu yang lebih lama
b) Bagi peserta didik yang berusia muda, kemampuan
berfikir rasional mereka masih terbatas karena usia muda
masih membutuhkan kematangan dalam berpikir rasional
mengenai konsep atau teori.
c) Kesukaran dalam menggunakan factor subjektifitas ini
menimbulkan kesukaran dalam memahami suatu
persoalan yang berkenaan dengan pengajaran metode
discovery learning.
d) Faktor kebudayaan dan kebiasaan. Belajar discovery
learning menuntut kemandirian, kepercayaan kepada diri
sendiri, dan kebiasaan bertindak sebagai subjek
e)
Suranata (2020) menyebutkan Dalam menentukan
instrumen penilaian motivasi belajar dan hasil
belajar siswa, guru harus dapat menentukan
instrumen penilaian yang tepat yang dapat
menilai sejauh mana tingkat motivasi dan hasil
belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Instrumen motivasi belajar yang dikembangkan
penelitian ini adalah instrumen motivasi belajar
dalam bentuk kuisioner (angket) dan instrumen
penilaian hasil belajar yang dikembangkan
adalah bentuk tes pilihan ganda (obyektif).

Menggunakan media pembelajaran berasis TIK


Penggunaan TIK sebagai sumber dan media pembelajaran
dapat melalui pemanfaatan perangkat komputer sebagai
sumber dan media pembelajaran yang inovatif. Diharapkan
dengan penggunaan sumber dan media ini dapat merangsang
pikiran, perasaan, motivasi serta perhatian peserta didik
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat
berjalajan dengan baik.

Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah SD N 06 Pasaman
Nama : Rodwel Yuldi, S.Pd
a) Menciptakan suasana belajar yang meyenangkan
b) Memberikan pujian kepada siswa
c) Memberitahukan atau memberikan nilai pada setiap
tugas
d) Menggunakan metode pembelajaran yang inovatif
2. Teman sejawat Guru SD N 06 Pasaman
Nama : Ermi, S.Pd
a) Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang
inovatif
b) Guru dapat memberikan umpan balik yang positif
c) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
3 Minat belajar 1. Guru Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur
sebagian belum Menurut Agus Sujanto, (1991: 92) Minat adalah sesuatu dan hasil wawancara untuk
siswa masih menggun pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang lahir dengan masalah ”Kurangnya minat
rendah- akan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan belajar siswa” maka diperoleh
Model lingkungannya. Alternatif Solusi sebagi berikut :
Pembelaj 1. Menggunakan model
aran Ahmad Tafsir (1992: 24) menyatakan bahwa minat adalah pembelajaran yang inovatif
yang kunci dalam pengajaran. Bila murid telah berminat terhadap a. Model pembelajaran
menarik kegiatan belajar mengajar, maka hampir dapat dipastikan proses scramble
dan belajar mengajar akan belajar dengan baik. b. Menggunakan model
inovatif pembelajaran kooperatif
Berikut beberapa metode pembelajaran yang dapat tipe Group Investigation
meningkatkan minat belajar siswa yang dilakukan oleh (GI)
beberapa peneliti 2. Menggunakan media
pembelajaran yang menarik
a. Penelitian yang dilakukan oleh Tandarra Eka Putri
seperti PTT
dalam jurnal yang berjudul PENERAPAN MODEL
SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN MINAT
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA
KELAS III SDN SEKARDANGAN
Berdasarkan penelitiannya model pembelajaran scramble
dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Menurut Kokom Komalasari:2010 Scramble adalah model
pembelajaran yang menyenangan karena peserta didik tidak hanya
mendengarkan penjelasan dari guru tetapi siswa juga akan bermain
dengan merancang huruf yang diacak agar menemukan jawaban
Langkah – langkah model scramble menurut Miftahul Huda
(2014:34) :
1. Guru menjelaskan materi pelajaran
2. Guru membagi siswa kedalam kelompok
3. Siswa diberikan lembar kerja
4. Guru memberikan waktu untuk mengerjakan
5. Guru memeriksa pekerjaan siswa
6. Guru melakukan penilaian berdasarkan seberapa cepat mengerjakan
soal dengan benar
7. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berhasil
menjawab dengan benar dan cepat

Kelebihan model scramble :


a. Melatih siswa untuk berpikir cepat dan tepat
b. Siswa lebih aktif
c. Belajar sambil bermain
d. Menjawab soal dengan jawaban secara acak
e. Belajar bertanggung jawab
f. Melatih kekompakan dan kedisiplinan siswa
Kekurangan model sramble :
a. Siswa melihat jawaban teman
b. Kurang berpikir kritis
c. Kurang berpikir kreatif
d. Mengakibatkan kegaduhan
e. Tidak respon dengan lingkungan
Sumber :
http://eprints.umsida.ac.id/3204/1/19.%20Tandarra%20EkaPutri
%20158620600084.pdf

b. Penelitian yang dilakukan oleh Bonifatius Sigit


Yuniharto dalam jurnal yang berjudul Peningkatan
Minat Belajar dan Kreativitas Siswa Kelas IIIA SDN
Maguwoharjo 1 Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe GI Pada Materi Pertumbuhan dan
Perkembangan Tumbuhan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
meyimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe GI dapat meningkatkan minat belajar siswa

Suyatno (2009: 56) berpendapat bahwa model pembelajaran


kooperatif tipe Group Investigation (GI) merupakan
pembelajaran yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa
belajar menggunakan inkuiri kooperatif, perencanaan, proyek,
dan diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan
penemuan mereka kepada kelas.

sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Group


Investigation (GI), yaitu:
1) Mengidentifikasi topik dan mengorganisir siswa ke dalam
kelompok;
2) Merencanakan tugas-tugas belajar
3) Melaksanakan investigasi/ penyelidikan
4) Menyiapkan laporan akhir;
5) Mempresentasikan laporan akhir
6) Mengevaluasi pemahaman siswa
kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
(GI)
1. Siswa dalam proses belajar dapat bekerja secara bebas,
memberi semangat bagi siswa untuk berinisiatif, kreatif dan
aktif serta dapat belajar memecahkan masalah suatu masalah.
2. Dapat meningkatkan belajar kerjasama, komunikasi baik
dengan teman maupun guru.
3. Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang
diberikan, mengembangkan dan melatih keterampilan dalam
berbagai bidang, merencanakan dan mengorganisasikan
pekerjaannya
Kelemahan kooperatif tipe Group Investigation (GI)
1. Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali
pertemuan
2. Sulitnya memberikan penilaian secara personal
3. Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran
GI
4. Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif
5. Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat
akan mengalami kesulitan saat menggunakan model
ini (Setiawan, 2006:9).

Sumber:
http://repository.usd.ac.id/33234/1/5071_Peningkatan%2BMi
nat%2BBelajar%2Bdan%2BKreativitas%2BSiswa%2BKela
s%2BIIIA%2BSDN%2BMaguwoharjo%2B1%2BMelalui%
2BModel%2BPembelajaran.pdf

Pengukuran (Measurement)/ asesmen menurut Stevens dalam


Cadha (2009: 4) didefinisikan sebagai proses pemberian
/penempatan/ assigment angka untuk suatu objek atau peristiwa
tertentu. Secara tradisional, pengukuran berhubungan dengan
unit kuantitatif, seperti yang terkait dengan panjang (misalnya,
meter, inci), waktu (misalnya, detik, menit), massa (misalnya,
kilogram, pound), dan suhu (misalnya, Kelvin, Fahrenheit).
Pengukuran dalam ilmu sosial berkaitan dengan penyediaan data
yang memenuhi beberapa kriteria, dan dengan demikian tes
diberikan untuk menilai sejauh mana kriteria terpenuhi.

assessment portofolio dapat mengukur minat belajar siswa


dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penilaian
belajar melalui assessment portofolio terhadap minat belajar
siswa.
Menurut Pophan dalam Sunarti dan Selly, 2013; 22 penilaian
portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya
peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan
untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan
kreativitas peserta didik.
Sumber : https://text-id.123dok.com/document/lzg6ex5vq-
pengertian-penilaian-portofolio-karakteristik-portofolio.html

Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang menarik dapat meningkatkan minat
belajar siswa. Seperti media PTT dengan microsoft power point
ini, guru dapat menuangkan ide dan kreativitasnya dalam
membuat media pembelajaran. Media ini memiliki daya tarik
tersendiri dengan memadukan teks, gambar, animasi, dan audio
dalam satu presentasi. Jenis teks yang menarik, warna yang
bervariasi, serta anima pendukung dapat menarik perhatian
siswa.
s
Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah SD N 06 Pasaman
a. Guru harus memberikan intruksi yang jelas dan
bimbingan
b. Guru harus menciptakan lingkungan kelas bebas acaman
c. Ubah suasana belajar menjadi menyenagkan dan nyaman
d. Gunakan model dan metode yang beragam
e. Ciptakan kompetisi yang positif
f. Berikan hadiah terhadap kuis-kuis
g. Berikan siswa tangguang jawab
2. Teman sejawat SD N 06 Pasaman
a. Guru harus mampu mngenal siswa dan mengetahui
minat siswa
b. Guru harus mengajar dengan semangat
c. Buat tujuan yang tinggi tapi bisa dicapai siswa
d. Berikan feedback dan bantu siswa menemukan solusi
4 Rendahnya 1. Guru Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literatur
hasil belajar belum dan hasil wawancara untuk
perkalian menggu masalah ” Rendahnya hasil belajar
Menurut Purwanto (2011 : 46) hasil belajar adalah
sebagian nakan perkalian sebagian siswa
siswa media perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti pada kelas III” maka diperoleh
pada kelas III pembela pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dalam Alternatif Solusi sebagi berikut :
jaran domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam 1. Menggunakan model
konkrit. domain kognitif diklasifikasikan menjadi kemampuan pembelajaran yang inovatif
2. Guru hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan seperti NHT (Numbered Heads
belum Together)
evaluasi.
menggu 2. Menggunakan media
nakan pembelajaran konkrit
Berikut beberapa metode pembelajaran yang dapat
Model 3. Menggunakan hafalan
meningkatkan hasil belajar perkalian siswa menurut beberapa
Pembela berulang
penelitian
jaran
yang a. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Hidayatur Rohmah,
menarik Wahyuniati, dan Jauharoti Alfin dalam jurnalnya yang
dan berjudul PENINGKATAN HASIL BELAJAR
inovatif PERKALIAN MENGGUNAKAN MODEL
3. Guru PEMBELAJARAN NUMBERED-HEADS TOGETHER
belum PADA SISWA KELAS III-B MI MASYHUDIYAH
menerap GRESIK. Dalam penelitainnya mengatakan bahwa
kan model pembelajaran number-heads together
Metode
student
dapat maningkatkan hasil belajar perkalian siswa
center yang dilihat dari siklus yang dilakukan.
Sumber:
http://repository.uinsby.ac.id/id/eprint/558/1/Wahyuniati_
Peningkatan%20hasil%20belajar%20perkalian%20menggu
nakan%20model%20pembelajaran%20numbered-
heads%20together%20pada%20siswa%20kelas%20III-
b%20MI%20Masyhudiyah%20Gresik.pdf

Menurut Ibrahim (2000) model pembelajaran NHT (Numbered


Heads Together) adalah suatu model yang dikembangkan untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam memahami materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan
pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas.

Ibrahim (2000) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai


dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT (Numbered Heads
Together) yaitu:
(a) prestasi belajar akademik struktural bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik
(b) pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
latar belakang
(c) pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa
Mekanisme NHT (Numbered Heads Together) yaitu:
(1) kelompok Heterogen,
(2) setiap anggota kelompok memiliki nomor kepala yang
berbeda-beda.
(3) berpikir bersama (Heads Together).

Menurut Lundgren (1994) NHT (Numbered Heads Together)


memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan model pembelajaran NHT (Numbered Heads
Together), yaitu (a) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (b)
memperbaiki kehadiran, (c) penerimaan terhadap individu
menjadi lebih besar, (d) perilaku mengganggu lebih kecil, (e)
konflik antara pribadi berkurang, (f) pemahaman yang lebih
mendalam, (g) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan
toleransi, (h) prestasi belajar lebih tinggi, (i) nilai–nilai kerja
sama antar siswa lebih tinggi, (j) kreatifitas siswa termotivasi
dan wawasan siswa berkembang, karena siswa harus mencari
informasi dari berbagai sumber. Kekurangan model
pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) adalah kelas
cenderung menjadi ramai jika guru tidak dapat mengkondisikan
dengan baik. Terutama untuk kelas dengan jumlah siswa yang lebih
banyak.
Sumber :
http://repository.unimus.ac.id/1491/3/3%20BAB%20%20II.pdf

Assesment
Secara garis besar asesmen (penilaian) dibagi menjadi dua, yaitu
asesmen formatif dan asesmen sumatif dan ada juga yang
mengatakan assessment for learning dan assessment of learning.
Formative assessment atau Assessment for learning is the
process used by teachers and children to recognize and respond
to pupil learning, in order to enhance that learning during the
activity or task. (Cowie and Bell, 1999: 1)
Asesmen formatif dilaksanakan secara periodik sepanjang satuan
pembelajaran Sedangkan penilaian sumatif dilakukan pada akhir
satuan pembelajaran untuk menentukan status final siswa dan
/atau untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat
berpindah dari satu unit ke unit berikutnya, dengan kata lain
asesmen sumatif untuk menentukan kadar efektivitas program.
Untuk mengukur hasil belajar siswa dapat menggunakan tes
formatif dan juga tes sumatif.

b. Menggunakan media benda konkrit untuk meningkatkan


hasil belajar perkalian siswa

Menurut Richard Skemp (dalam Amin Suyitno, 2005:35),


belajar matematika perlu dua tahap, yaitu sebagai berikut.
1) Perlu menggunakan benda-benda konkret untuk memberikan
basis bagi siswa dalam menghayati ide-ide matematika yang
abstrak.
2) Tingkat abstrak, yaitu mulai meninggalkan benda konkret
untuk menuju kepemahaman matematika yang memang
memuat objek-objek abstrak.
Kelebihan media benda konkret dalam pembelajaran menurut
Yuliani 2009: 93, yaitu :
a. Anak lebih mengerti maksud dari materi-materi yang
diajarkan oleh guru.
b. Anak lebih mengingat sesuatu benda-benda yang dapat
dilihat, dipegang lebih membekas dan dapat diterima oleh
otak dalam sensasi dan memory long term memory dalam
bentuk simbol-simbol.
c. Anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan
mudah melalui benda- bendayang bersifat konkret nyata
Hasil wawancara
1. Narasumber kepala sekolah SD N 06 Pasaman
a. Menggunakan metode belajar yang menarik
b. Gunakan media pembelajaran yang konkrit
c. Belajar sambil bermain
d. Gunakan kasus dunia nyata untuk dipecahakan siswa
2. Teman sejawat
a. Berikan hafalan berulang
b. Berikan kuis dan hadiah
c. Gunakan metode belajar yang inivatif
FORMAT WAWANCARA

1. Latar Belakang Wawancara


Saya melakukan wawancara untuk melengkapi tugas saya sebagai Mahasiswa PPG Kategori II UNP Tahun 2022 yaitu mencari Ekplorasi Alternatif
dari tugas yang saya buat
2. Tujuan dilakukan Wawancara
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menggali informasi lebih lanjut dan memperdalam pemahaman saya tentang alternatif solusi dari Identifikasi
masalah yang saya temui.
3. Topik Wawancara
Identifikasi masalah
a. Siswa kurang aktif saat pembelajaran
b. Motivasi belajar sebagian siswa masih rendahn
c. Minat belajar sebagian siswa masih rendah
d. Rendahnya hasil belajar perkalian sebagian siswa pada kelas III

Waktu dan Tempat Kegiatan


Hari / Tanggal : Senin, 12 September 2022
Waktu : pukul 11.00 – 12.00
Tempat : SD N 06 Pasaman

4. Laporan Hasil Wawancara


Wawancara I
a. Narasumber : Rodwel Yuldi, S.Pd (Kepala Sekolah)
b. Pewawancara : Fitri Susanti, S.Pd (Mahasiswa PPG Kategori II Tahun 2022
c. Hasil Wawancara :
Pertanyaan
1. Menurut Bapak apa alternatif solusi yang tepat untuk permasalahan siswa kurang aktif saat pembelajaran?
2. Menurut Bapak apa alternatif solusi yang tepat untuk permasalahan motivasi belajar sebagian siswa masih rendah?
3. Menurut Bapak apa alternatif solusi yang tepat untuk permasalahan minat belajar sebagian siswa masih rendah?
4. Menurut Bapak apa alternatif solusi yang tepat untuk permasalahan rendahnya hasil belajar perkalian sebagian siswa pada kelas III?
Jawaban
1. Menggunakan model pembelajaran yang invatif, Gunakan media yang menarik, seperti media berbsis TIK dan media Konkrit yang dekat
dengan dunia anak, Ajak siswa untuk berpartisipasi aktif, Berikan umpan balik
2. Menciptakan suasana belajar yang meyenangkan, Memberikan pujian kepada siswa, Memberitahukan atau memberikan nilai pada setiap
tugas, Menggunakan metode pembelajaran yang inovatif
3. Guru harus memberikan intruksi yang jelas dan bimbingan, guru harus menciptakan lingkungan kelas bebas acaman, Ubah suasana
belajar menjadi menyenagkan dan nyaman, Gunakan model dan metode yang beragam, Ciptakan kompetisi yang positif, Berikan hadiah
terhadap kuis-kuis, Berikan siswa tangguang jawab
4. Menggunakan metode belajar yang menarik, Gunakan media pembelajaran yang konkrit, Belajar sambil bermain, Gunakan kasus dunia
nyata untuk dipecahakan siswa

Wawancara II
a. Narasumber : ERMI, S.Pd (Guru ASN/ Teman Sejawat)
b. Pewawancara : Fitri Susanti, S.Pd (Mahasiswa PPG Kategori II Tahun 2022
c. Hasil Wawancara :
Pertanyaan
1. Menurut Ibuk apa alternatif solusi yang tepat untuk permasalahan siswa kurang aktif saat pembelajaran?
2. Menurut Ibuk apa alternatif solusi yang tepat untuk permasalahan motivasi belajar sebagian siswa masih rendah?
3. Menurut Ibuk apa alternatif solusi yang tepat untuk permasalahan minat belajar sebagian siswa masih rendah?
4. Menurut Ibuk apa alternatif solusi yang tepat untuk permasalahan rendahnya hasil belajar perkalian sebagian siswa pada kelas III?
Jawaban
1. Guru harus kreatif dalam memilih model pembelajaran, Gunakan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa ( Student centered),
Berikan pujian kepada siswa yang aktif
2. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang inovatif, Guru dapat memberikan umpan balik yang positif , Menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan
3. Guru harus mampu mngenal siswa dan mengetahui minat siswa, Guru harus mengajar dengan semangat, Buat tujuan yang tinggi tapi bisa
dicapai siswa, Berikan feedback dan bantu siswa menemukan solusi
4. Berikan hafalan berulang, Berikan kuis dan hadiah, Gunakan metode belajar yang inivatif
Demikianlah Hasil wawancara saya!

Anda mungkin juga menyukai