Anda di halaman 1dari 21

/

Nama : DIAN ASIH KUSUMAWARDANI, S.Pd.


Bidang Studi : MATEMATIKA
Instansi : SMP ISLAM SUBHANAH

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1. Rendahnya motivasi Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
belajar siswa ketika 1. Hasil penelitian dari Sabrina, dkk (2017) menyebutkan bahwa penyebab
kajian literatur dan wawancara dapat
pembelajaran di rendahnya motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika
diketahui bahwa penyebab masalah motivasi
kelas. ada tiga, yaitu: belajar siswa rendah adalah:
a. kemampuan siswa 1. Kemampuan siswa dalam
b. kondisi lingkungan siswa menyerap pembelajaran masih rendah.
c. tata cara guru dalam membimbing siswa. 2. Kurangnya konsentrasi siswa karena
kondisi lingkungan di kelas yang tidak
2. Rohman dan Karimah (2018) mengemukakan faktor yang mempengaruhi mendukung pembelajaran.
rendahnya motivasi belajar siswa antara lain : 3. Guru belum menggunakan model
a. tempat belajar pembelajaran yang inovatif (masih
b. fungsi fisik konvensional).
c. kecerdasan 4. Kurangnya dukungan dan perhatian dari
d. sarana dan prasarana orang tua.
e. waktu
f. kebiasaan belajar
g. guru
h. orang tua
i. faktor emosional
j. kesehatan siswa
k. faktor teman
/

3. Rismawati (2021) mengemukakan faktor yang paling dominan


mempengaruhi rendahnya hasil belajar mahasiswa prodi pendidikan
matematika yaitu sarana belajar seperti alat peraga serta buku-buku
perkuliahan yang berhubungan dengan ilmu matematika masih belum
lengkap karena terbatasnya akses untuk mendapatkannya.

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah dan Guru

1. Kepala Sekolah (A.S. Sidqon, S.Ag.)


Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai motivasi belajar masih
rendah adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya motivasi belajar siswa yaitu karena siswa membawa


masalah-masalahnya yang ada di rumah.
b. Latar belakang dari siswa tersebut terutama dari keluarga.
c. Input / kecerdasan siswa dirasa kurang/ rendah.

2. Guru Matematika (Santi Savitri, S.Pd.)


Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai motivasi belajar masih
rendah adalah sebagai berikut:

a. Fakor internal tidak semua siswa mengetahui kegunaan/penerapan


matematika dalam kehidupan sehari-hari.
b. Faktor eksternal meliputi lingkungan , keluarga , sekolah dan guru.
c. Masih ada miskonsepsi pada materi dasar sehingga anak merasa
kesulitan materi matematika.
d. Motivasi belajar siswa masih rendah karena mind set yang terbangun
dari dini bahwa matematika itu sulit, dan siswa masih menyesuaikan
dengan ritme PTM setelah 2 tahun nyaman PJJ.
/

Hasil Wawancara dengan Pakar


1. Dosen UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan
(Heni Lilia Dewi, M.Pd.)
Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai motivasi belajar masih
rendah adalah sebagai berikut:

a. Dari diri sendiri siswa pembelajarannya masih kurang.


b. Dari guru dalam proses pembelajarannya. Bagaimana guru
menciptakan rasa nyaman dalam belajar.
c. Orang tua yang kurang mendukung minat belajar siswa.
d. Lingkungan belajar siswa, teman-teman salah satunya.
e. Faktor kesehatan siswa.
f. Faktor sarana prasarana yang kurang memadai.

2. Rendahnya Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil


kemampuan literasi 1. Hasil penelitian Sumanik, dkk (2021) menunjukkan bahwa faktor yang kajian literatur dan wawancara dapat
dalam pembelajaran mempengaruhi rendahnya literasi sains diantaranya adalah: diketahui bahwa penyebab rendahnya
matematika. a. minat belajar kemampuan literasi dalam pembelajaran
b. rasa ingin tahu matematika adalah:
c. kebiasaan belajar 1. Kemandirian belajar siswa masih rendah
d. gaya belajar dalam pembelajaran.
e. minat membaca 2. Literasi siswa yang masih rendah
f. teknik mengajar seorang guru ataupun dosen dikarenakan kurangnya kebiasaan
membaca sejak dini.
2. Kholifasari, dkk (2020) mengemukakan faktor yang mempengaruhi 3. Pembelajaran dikelas masih berpusat
kemampuan literasi matematis ditinjau dari karakter kemandirian belajar pada guru.
pada materi aljabar secara umum dipengaruhi oleh faktor internal yaitu 4. Guru belum menyajikan masalah
faktor dari siswa itu sendiri, siswa kurang mampu untuk memahami, (LKPD) yang menstimulus siswa untuk
menerima, maupun mencerna materi pelajaran, siswa kesulitan dalam melakukan literasi matematika.
merencanakan strategi dalam pemecahan masalah baik dalam
menggunakan rumus yang akan digunakan, aturan dalam pengoperasian
dan tidak memberikan langkah-langkah yang tepat dalam menjawab soal.
/

3. Berdasarkan hasil penelitian dari Wahyuningtyas, dkk (2020) tentang


kemampuan literasi matematis siswa terutama dalam menyelesaikan soal
cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya
dengan budaya lokal. Oleh sebab itu diperlukan suatu inovasi
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan literasi matematis
siswa, salah satunya adalah dengan pendekatan kontekstual berbasis
karakter dan budaya lokal dengan LKPD, yang memuat soal-soal latihan
literasi matematis yang berbasis budaya lokal. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa:
(1) kemampuan literasi matematis siswa yang mendapatkan pendekatan
kontekstual berbasis karakter dan budaya lokal dengan LKPD lebih baik
daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori
(2) peningkatan kemampuan literasi matematis siswa yang mendapatkan
pendekatan kontekstual berbasis karakter dan budaya lokal dengan
LKPD lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran
ekspositori.

Hasil Wawancara denganr Kepala Sekolah dan Guru

1. Kepala Sekolah (A.S. Sidqon, S.Ag.)


Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai rendahnya kemampuan
literasi dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

a. Literasi rendah pada siswa bisa dikarenakan kurangnya kebiasaan


membaca sejak dini.
b. Siswa lebih tertarik mencari jawaban soal langung ke google
daripada membaca step by step materi/buku.
c. Tingkat ketertarikan ke matematika rendah dan memandang
matematika pembelajaran yang rumit.
d. Guru kurang kreatif dalam membuat soal-soal
yang dapat melatih literasi siswa.
/

2. Guru Matematika (Santi Savitri, S.Pd.)


Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai rendahnya kemampuan
literasi dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

a. Siswa tidak terbiasa dengan matematika konseptual. Terpaku dengan


rumus, sehingga tidak dapat menghubungkan antara pemahaman
pada konsep dasar untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
b. Sebagian besar siswa masih sulit untuk memecahkan masalah
berbentuk cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari..
c. Siswa kurang berminat membaca soal
literasi.

Hasil Wawancara dengan Pakar


1. Dosen UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan
(Heni Lilia Dewi, M.Pd.)
Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai rendahnya kemampuan
literasi dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

a. Siswa tidak terbiasa berliterasi.


b. Kemampuan guru dalam membuat soal literasi masih kurang.
c. Kemampuan literasi matematis siswa yg rendah dapat disebabkan
karena kurangnya intensitas membaca siswa selama proses belajar
mengajar.
d. Guru disekolah masih belum banyak memasukkan aktivitas
membaca secara intensif dalam setiap mata pelajaran.
e. Fasilitas sekolah juga masih minim terhadap buku buku yang
menunjang kegiatan literasi.

3. Hasil Belajar Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
Matematika Siswa 1. Ardila dan Hartono (2017) mengemukakan bahwa faktor yang kajian literatur dan wawancara dapat
masih Rendah mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa yaitu:
/

a. kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika. diketahui bahwa penyebab Hasil Belajar
b. kurangnya konsentrasi siswa selama proses pembelajaran. Matematika Siswa masih Rendah adalah:
c. rendahnya pemahaman konsep siwa.
1. Kemampuan dasar matematis siswa
d. kurangnya kedisiplinan siswa.
rendah .
2. Motivasi siswa dalam mengikuti
2. Andri, Rini dan Parida (2021) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang pembelajaran masih rendah.
mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika 3. Model dan media pembelajaran yang
yaitu: digunakan belum mampu menarik
a. kemampuan pemecahan masalah matematis perhatian siswa seluruhnya.
b. kemampuan komunikasi matematis
c. kemampuan koneksi matematis
d. kemampuan representasi matematis.

3. Sari (2019) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil


belajar siswa adalah:
a. Intelegensi atau kecerdasan daya serap pikir siswa.
Siswa yang cerdas akan mudah menangkap apa yang di jelaskan oleh
guru sedangkan Siswa yang mempunyai intelegensi yang rendah
susah menangkap dengan apa yang dijelaskan oleh guru.
b. Faktor diri (internal), baik secara fisiologis maupun secara
psikologis, beserta usaha yang di lakukannya.
c. Sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran.
d. Minat dan bakat siswa
e. Motivasi
f. Faktor lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah dan Guru

1. Kepala Sekolah ( A.S.Sidqon, S.Ag)


Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai hasil belajar matematika
siswa masih rendah adalah sebagai berikut:
/

a. Kurangnya keinginan siswa untuk belajar sehingga pelajaran yang


didapat tidak sealu dipelajari lagi di luar sekolah.
b. Faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar diantaranya :
motivasi belajar, kemampuan matematis awal siswa, kurangnya
pemahaman materi dan kurangnya latihan soal.

2. Guru Matematika (Santi Savitri,S.Pd.)


Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai hasil belajar matematika
siswa masih rendah adalah sebagai berikut:

a. Capaian hasil belajar siswa masih kurang, sebagai contoh hasil PH


yang telah terlaksana, persentase siswa yang tuntas kurang dari 50%.
b. Masih banyak siswa yang mendapatkan nilai rendah dalam
pembelajaran matematika, banyak siswa yang sulit memahami materi
pembelajaran walaupun sudah berulang kali dijelaskan.
c. Siswa yang belum mengerti dan sulit untuk memahami pembelajaran
juga enggan untuk bertanya. Ketika guru bertanya pemahaman siswa,
mereka menjawab sudah mengerti, tetapi ketika diberikan tugas
banyak siswa yang tidak bisa mengerjakannya dan selalu
mendapatkan nilai yang rendah.

Hasil Wawancara dengan Pakar


1. Dosen UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan
(Heni Lilia Dewi, M.Pd.)
Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai hasil belajar matematika
siswa masih rendah adalah sebagai berikut:

a. IQ/kemampuan kognitif dari masing-masing siswa


b. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
c. Orang tua yang kurang memperhatikan pergaulan anak.
/

d. Guru kurang efektif dalam pembelajaran/ kegiatan KBM kurang


efektif.
e. Guru kurang bersemangat dalam mengajar.

4. Siswa Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap kajian


sering mengalami 1. Berdasarkan hasil kajian dari penelitian Yani dan Fauzan (2021) literatur dan wawancara dapat diketahui
miskonsepsi menyatakan bahwa penelitian ini ditemukan banyak miskonsepsi yang bahwa penyebab siswa mengalami
dalam dialami peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan geometri. miskonsepsi adalah
menyelesaikan 1. Guru belum memberikan pengalaman
Oleh karena itu, sebaiknya sebelum memulai pembelajaran, pendidik
soal. belajar yang bermakna.
dapat melakukan suatu tes diagnostik yang mengukur kemampuan 2. Guru belum menggunakan media atau
peserta didik pada materi prasyarat. Hal ini akan memudahkan alat peraga yang konkret.
pendidik dalam mengatasi miskonsepsi yang menghambat proses
konstruksi pengetahuan selama pembelajaran matematika.

2. Guru belum menggunakan alat peraga dengan tepat. Hal ini


berdasarkan hasil penelitian dari Ainiyah dan Sugiono (2016)
penyebab siswa mengalami mikonsepsi:
a. Kemampuan spasial dan motivasi belajar memiliki keeratan
korelasi yang sangat lemah sehingga tidak termasuk dalam
kemungkinan penyebab siswa mengalami miskonsepsi.
b. Alat peraga yang masih kurang dimanfaatkan oleh guru
c. Guru terlalu sering memberikan latihan soal dibandingkan dengan
belajar konsep kepada siswa
d. Terdapat kesalahan dalam buku referensi siswa.
/

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah dan Guru

1. Kepala Sekolah (A.S.Sidqon, S.Ag.)


Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai miskonsepsi yang
dialami siswa dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

Penyebab miskonsepsi yaitu jauhnya jarak antara


konsep yang mereka pahami dengan apa yang mereka
alami. Konsep yang diajarkan berbeda dengan
konteks yang dipahami peserta didik

2. Guru Matematika (Santi Savitri, S.Pd.)


Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai miskonsepsi yang
dialami siswa dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan awal siswa yang sangat terbatas


b. Tahap perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai
c. Metode pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan
konsep

Hasil Wawancara dengan Pakar


1. Dosen UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan
(Heni Lilia Dewi, M.Pd.)
Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai miskonsepsi yang
dialami siswa dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Guru tidak menggunakan peraga yang tepat.


b. Guru tidak melakukan apersepsi
c. Guru terlalu sering memberikan tugas-tugas sehingga penguatan
konsep dasarnya kurang.
/

5. Penerapan model Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
pembelajaran 1. Berdasarkan hasil kajian dari Sinabariba (2017) dapat disimpulkan bahwa kajian literatur dan wawancara penerapan
inovatif sesuai ada beberapa faktor yang menyebabkan penerapan/penggunaan model model pembelajaran inovatif sesuai dengan
dengan karakteristik pembelajaran kurang efektif antara lain: karakteristik materi belum optimal adalah:
materi belum a. Guru kurang memperhatikan keadaan atau kondisi siswa. 1. Kurangnya pengetahuan guru
optimal b. Guru kurang menguasai bahan pelajaran serta sumber sumber belajar tentang model pembelajaran
yang ada. inovatif.
c. Guru kurang mampu menguasai keterampilan dasar mengajar. 2. Siswa terbiasa dihadapkan pada
pembelajaran konvensional
2. Yusrina, Ba’in dan Suryadi (2019) mengemukakan bahwa faktor sehingga ketika guru
penyebab penggunaan model pembelajaran kurang efektif antara lain: menerapkan salah satu model
a. Latar belakang pendidikan guru yang berasal dari satu jurusan saja pembeajaran siswa cenderung
akan tetapi harus mengajarkan 3 materi sekaligus. kurang aktif.
b. Pemahaman guru mengenai model – model pembelajaran inovatif 3. Guru kesulitan menyesuaikan model
yang masih terbatas. pembelajaran yang berkaitan dengan
c. Lebih mengutamakan penggunaan metode pembelajaran yang materi dan karakteristik siswa.
monoton seperti ceramah dan diskusi.
d. Kurang aktif dalam mengikuti pelatihan untuk guru seperti MGMP
e. Selain mengajar IPS , guru mendapat tugas tambahan seperti waka
sarana dan prasarana, ketua perpustakaan dan lain sebagainya.

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah dan Guru


1. Kepala Sekolah (A.S.Sidqon, S.Ag.)
Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai penerapan model
pembelajaran inovatif sesuai dengan karakteristik materi belum optimal
dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya pengetahuan guru tentang model pembelajaran yang


inovatif.
b. Dorongan semangat berinovasi pada guru kurang/ masih rendah.
/

c. Guru kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran dengan


karakteristik siswa yang heterogen. Dalam satu kelas guru hanya
menerapkan satu model pembelajaran yang universal.

2. Guru Matematika (Santi Savitri, S.Pd.)


Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai penerapan model
pembelajaran inovatif sesuai dengan karakteristik materi belum optimal
dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

a. Guru kesulitan dalam mengklasifikasi karakter materi dan siswa


b. Guru menggunakan model pembelajaran yang monoton
c. Guru kurang mampu dalam menguasai teknologi,pengelolaan dan
pengawasan kelas.
d. Siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran sehingga, proses
penerapan model pembelajaran tidak dapat berjalan dengan
maksimal
e. Ketidaksesuaian pemilihan model dengan karakteristik materi
f. Kemampuan guru yang berbeda untuk beradaptasi dan berinovasi,
guru kurang mampu menerapkan model pembelajaran.

Hasil Wawancara dengan Pakar


1. Dosen UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan
(Heni Lilia Dewi, M.Pd.)

Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai penerapan model


pembelajaran inovatif sesuai dengan karakteristik materi belum optimal
dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
a. Guru tidak ada waktu untuk membuat pembelajaran itu inovatif
karena dikejar materi.
b. Seringnya menggunakan pembelajaran konvensional.
c. Fasilitas sekolah yang kurang memadai
/

d. Guru kurang mempunyai skill dan pengetahuan tentang


pembelajaran inovatif.
e. Guru kurang bisa mengelola kelasnya.
f. Guru mendapat tugas tambahan lain selain mengajar.
g. Proses penyesuaian siswa yang lama dalam menerima suatu model
pembelajaran yang asing bagi mereka sehingga kesiapan siswa
kurang.
h. Guru kesulitan dalam mengalokasikan waktu serta menyesuaikan
model pembelajaran dengan tujuan, materi dan strategi
pembelajaran.

6. Kemampuan siswa Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil
dalam penyelesaian 1. Amalia dan Hadi (2020) mengemukakan faktor penyebab kesalahan kajian literatur dan wawancara kemampuan
soal HOTS masih yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS, yaitu: siswa dalam penyelesaian soal HOTS masih
kurang maksimal. a. siswa kemampuan penalaran tinggi matematis(SKPT) memiliki kurang maksimal. adalah:
kesalahan dalam memahami soal dan kesalahan keterampilan proses 1. Kurangnya pengetahuan guru tentang
serta mampu menyelesaikan soal HOTS dengan benar tanpa ada konsep pembelajaran HOTS.
kesalahan. Faktor yang menyebabkan kesalahan SKPT adalah 2. Guru masih jarang menggunakan soal
kekeliruan dalam melakukan perhitungan dalam menyelesaikan soal HOTS dalam pembelajaran.
HOTS 3. Rendahnya pemahaman siswa dalam
b. siswa kemampuan penalaran rendah (SKPR) rendah memiliki menyelesaikan soal HOTS .
kesalahan memahami soal HOTS dan kesalahan dalam 4. Model pembelajaran yang digunakan
keterampilan proses. Sedangkan, faktor penyebab kesalahan SKPR belum mengarahkan siswa untuk
adalah pada segi kognitif yaitu kurang memahami soal dengan baik menyelesaiakan soal HOTS.
5. Minimnya sumber belajar berbasis
2. Viani (2020) mengemukakan penyebab terjadinya kesalahan yang HOTS.
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal bertipe HOTS adalah 6. Guru belum menyajikan permasalahan
a. kurangnya ketelitian dan kesabaran matematika yang bersifat open-ended.
b. kurangnya pengalaman latihan terhadap soal yang serupa
c. lemahnya keterampilan subjek dalam berpikir kritis dan kreatif
/

d. kesalahan yang dilakukan siswa sebelumnya sehingga berpeluang


akan menyebabkan kesalahan-kesalahan berikutnya
e. siswa tidak mengetahui konsep menghitung bilangan desimal
khususnya pada operasi pembagian.

3. Mahmudah (2018) mengemukakan bahwa kesalahan kesalahan siswa


dalam menyelesaikan soal HOTS sebagian besar karena kesalahan dalam
memahami maksud dari soal yang diberikan, kemudian kesalahan
transformasi dan keterampilan proses, sehingga menyebabkan penulisan
jawaban akhirnya menjadi salah. Secara umum faktor penyebab
kesalahan antara lain:
a. kemampuan penalaran dan kreativitas siswa yang rendah dalam
memecahkan masalah konteks nyata dan memanipulasinya ke dalam
bentuk aljabar.
b. siswa tidak terbiasa menggunakan proses pemecahan masalah
dengan benar.

4. Berdasarkan hasil kajian dari Januariawan, dkk (2020) menyatakan


bahwa pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat
dilakukan melalui pendekatan open-ended. Pendekatan open-ended
merangsang siswa untuk melatih dan membiasakan diri dalam
berpikir kritis, logis, kreatif, dalam pemecahan masalah, kemampuan
beragumen sampai pada pengambilan keputusan berupa penyelesaian
masalah yang melibatkan aktivitas menganalisis, mengevaluasi,
dan menciptakan. Dengan demikian pendekatan open-ended sangat baik
dilakukan dalam proses pembelajaran yang dapat menunjang
berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS).
/

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah dan Guru

1. Kepala Sekolah (A.S. Sidqon, S.Ag.)


Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai kemampuan siswa
dalam penyelesaian soal HOTS masih kurang maksimal dalam
pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

a. Guru belum memahami sepenuhnya tentang pembelajaran HOTS


b. Siswa kurang terbiasa berfikir kritis dalam menyelesaiakan soal
HOTS.
c. Siswa kurang terbiasa mengerjakan Latihan-latihan soal HOTS.

2. Guru Matematika (Santi Savitri, S.Pd.)


Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai kemampuan siswa
dalam penyelesaian soal HOTS masih kurang maksimal dalam
pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

a. Siswa tidak memahami materi dan mereka tidak mengerti perintah


soal
b. Permasalahan yang diangkat kurang dekat dengan keadaan siswa
c. Siswa belum terbiasa menyelesaikan soal HOTS
d. Guru kesulitan untuk mengembangkan soal HOTS
e. Siswa memiliki pemahaman yang kurang dalam materi prasyarat
sehingga kesulitan dalam mengerjakan soal HOTS
f. Kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal hots rendah
dikarenakan siswa cenderung tidak mau membaca soal secara utuh
dan menganggap soal itu sulit, selain itu siswa juga tidak secara
kontinu diberikan soal hots
/

Hasil Wawancara dengan Pakar


1. Dosen UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan
(Heni Lilia Dewi, M.Pd.)
Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai kemampuan siswa
dalam penyelesaian soal HOTS masih kurang maksimal dalam
pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

Ada 2 kemungkinan faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam


mengerjakan soal dengan tipe HOTS, yaitu:
a. Kemampuan pemahaman siswa yg lemah
b. Guru belum/kurang dalam menerapkan pembelajaran yang
mengarah ke arah pembelajaran berfikir tingkat tinggi(HOTS) dan
Guru kurang memberikan latihan soal-soal tipe HOTS.

7. Pemanfaatan Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap hasil


teknologi 1. Tafonao, Saputra dan Suryaningwidi (2020) mengemukaan bahwa di kajian literatur dan wawancara Pemanfaatan
informatika dalam dalam penggunaan media pembelajaran online, guru mengalami teknologi informatika dalam pembelajaran
pembelajaran belum kesulitan. Kesulitan-kesulitan guru dalam penggunaan media belum maksimal adalah:
maksimal pembelajaran online yaitu: 1. Keterampilan guru dalam menguasai
a. Merancang media berbasis IT teknologi dan media pembelajaran
b. Mengoperasikan media berbasis IT masih kurang/rendah.
c. Sarana dan Prasarana 2. Sarana dan prasarana yang
d. Kreatifitas guru. kurang memadai.
3. Kurangnya waktu guru dalam
2. Menurt Hazna (2020), hambatan yang terjadi oleh guru ketika pembuatan bahan ajar/ media ajar yang
menggunakan media pembelajaran terdapat beberapa sebab yaitu: menarik dan interaktif.
a. kurangnya pengetahuan guru terhadap teknologi. 4. Minimnya partisipasi guru dalam
b. kurangnya keterampilan guru dalam mengatur waktu dan membuat mengikuti kegiatan pelatihan dan
media pembelajaran. workshop.
c. guru memiliki metode yang lebih efektif untuk digunakan dalam
proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang akan
disampaikan.
/

3. Sahelatua,Vitoria dan Mislinawati (2018) mengemukakan kendala guru


memanfaatkan IT sebagai berikut.
a. kurangnya pengetahuan guru tentang media IT.
b. arus listrik dan wifi di sekolah tidak normal
c. tidak adanya kewajiban dari pihak sekolah agar guru mengajar
menggunakan IT.
Simpulan penelitian ini yaitu guru masih mengalami kendala dalam
mengoperasikan IT sebagai media pembelajaran diantaranya yaitu
kurangnya pengetahuan guru tentang IT, kurangnya fasilitas IT yang
tersedia di sekolah, arus listrik di sekolah tidak normal, internet tidak
dapat menjangkau ke seluruh kelas, serta tidak adanya kewajiban dari
pihak sekolah agar guru yang mengajar harus menggunakan IT.

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah dan Guru


1. Kepala Sekolah (A.S. Sidqon, S.Ag.)
Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai pemanfaatan teknologi
informatika dalam pembelajaran belum maksimal sebagai berikut:

a. Ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang memadai.


b. Beberapa guru kurang menguasai teknologi informatika.
c. Kurangnya motivasi guru dalam memanfaatkan sarana dan
prasarana yang ada.

2. Guru Matematika (Santi Savitri, S.Pd.)


Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai pemanfaatan teknologi
informatika dalam pembelajaran belum maksimal sebagai berikut:

a. Guru jarang menggunakan tayangan interaktif, video atau alat


peraga lain yang menggunakan teknologi.
b. Guru malas/ belum tahu cara menggunakan media/aplikasi
/

c. Guru kurang menguasai TIK karena kebanyakan dari mereka yang


sudah berusia tua merasa tidak mampu lagi belajar.
d. Ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang memadai.
e. Guru kurang mampu dalam membuat media pembelajaran berbasis
teknologi informasi.

Hasil Wawancara dengan Pakar


1. Dosen UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan
(Heni Lilia Dewi, M.Pd.)
Hasil wawancara yang saya rangkum mengenai pemanfaatan teknologi
informatika dalam pembelajaran belum maksimal sebagai berikut:

a. Ketersediaan sarana dan prasarana yang belum memadai


b. Keterampilan guru dalam membuat media/ aplikasi pembelajaran
masih kurang
c. Kurangnya waktu guru dalam pembuatan bahan ajar/ media ajar.
d. Kurangnya support system internet untuk daerah-daerah terpencil
/

DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, L. A. & Sugiyono, S. (2016). Identifikasi Miskonsepsi Siswa dalam Materi Geometri pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 1 Punggelan. Jurnal Pedagogi Matematika, 5(1).
https://journal.student.uny.ac.id/index.php/jpm/article/download/681/2444

Amalia, D., & Hadi, W. (2020). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS berdasarkan kemampuan penalaran
matematis. Transformasi: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika,4(1),219-236.
https://doi.org/10.36526/tr.v4i1.904

Andri, M., Rini, N., & Parida, L. (2021). Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran
Matematika. J-PiMat: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 295-306.
https://doi.org/10.31932/j-pimat.v3i1.1129

Ardila, A., & Hartanto, S. (2017). Faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika siswa mts iskandar muda batam. Pythagoras:
Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 6(2).
https://doi.org/10.33373/pythagoras.v6i2.966

Hazna, Maulidya. 2020. Hambatan Guru Terhadap Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Audio Visual di MTs YAPI Pakem.Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/29077

Januariawan, I. W., Wijaya, I. K. W. B., Supadmini, N. K., & Dewi, D. N. (2020). Pengembangan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Melalui Pendekatan Open-Ended. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 125-140.
https://doi.org/10.37329/cetta.v3i2.444
/

Kholifasari, R., Utami, C., & Mariyam, M. (2020). Analisis kemampuan literasi matematis siswa ditinjau dari karakter kemandirian belajar
materi aljabar. Jurnal Derivat: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 7(2),117-125.
https://doi.org/10.31316/j.derivat.v7i2.1057

Mahmudah, Wilda.2018.Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Bertipe HOTS Berdasar Teori Newman.Unisda
Journal of Mathematics and Computer Science,4(1), 49-56.

Rismawati, M. (2021). Faktor yang Paling Dominan Mempengaruhi Rendahnya Motivasi Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan
Matematika. Edupedia,5(1),78-87.
https://doi.org/10.24269/ed.v5i1.698

Rohman, A. A., & Karimah, S.(2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa kelas XI. Jurnal At-
Taqaddum,10(1),95-108.
https://doi.org/10.21580/at.v10i1.2651

Sabrina, dkk.(2017). Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran Matematika di Kelas V SD Negeri
Garot Geuceu Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah, 2(4),108-118.

Sahelatua, L. S., Vitoria, L., & Mislinawati, M. (2018). Kendala Guru Memanfaatkan Media It Dalam Pembelajaran Di Sdn 1 Pagar Air Aceh
Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar,3(2).

Sari, D. M. (2019).Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Hasil Belajar di SMA.


https://doi.org/10.31227/osf.io/zb53m

Sinabariba, Rencus B. 2017.Peranan Guru Memilih Model-Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi.Medan:
Universitas Negeri Medan.
https://doi.org/10.31227/osf.io/c672m

Sumanik, dkk.(2021). Analisis Profil Kemampuan Literasi Sains Mahasiswa Calon Guru Pendidikan Kimia. Quantum.Jurnal Inovasi
Pendidikan Sains, 12(1),22-32.
https://doi.org/10.20527/quantum.v12i1.10215
/

Tafonao, T., Saputra, S., & Suryaningwidi, R. (2020). Learning Media and Technology: Generation Z and Alpha. Indonesian Journal of
Instructional Media and Model, 2(2), 89-100.
https://doi.org/10.32585/ijimm.v2i2.954

Viani,Chyntya Faras.2020. Analisis Kesalahan Siswa SMP Berdasarkan Kriteria Watson dalam Menyelesaikan Soal Metematika Bertipe High
Order Thinking Skills.Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika,2(5),372-381.
https://doi.org/10.26877/imajiner.v2i5.6115

Wahyuningtyas, A., Nindiasari, H., & Fatah, A. (2020). Efektivitas Pendekatan Kontekstual Berbasis Karakter dan Budaya Lokal Terhadap
Kemampuan Literasi Matematis Siswa SMP. Wilangan: Jurnal Inovasi dan Riset Pendidikan Matematika, 1(2), 226-235.
http://dx.doi.org/10.56704/jirpm.v1i2.9141

Yani, Y & Fauzan, A., (2021). Miskonsepsi Peserta Didik pada Materi Geometri SMP. Jurnal Edukasi dan Penelitian Matematika,10(3).92-
97.
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pmat/article/viewFile/12315/4772

Yusrina, F., Bain, B., & Suryadi, A. (2019). Hambatan Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Inovatif Pada Mata Pelajaran Sejarah
di SMP Negeri 3 Magelang. Historia Pedagogia, 8(1),51-57.
https://doi.org/10.15294/hisped.v8i1.34597
/

Anda mungkin juga menyukai