Anda di halaman 1dari 12

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
Pedagogik Setelah dilakukan analisis terhadap
Hasil Kajian Literatur:
Rendahnya minat hasil kajian literatur dan hasil
belajar peserta didik 1. Akrim, (2021): Ada enam faktor wawancara, serta dikonfirmasi melalui
yang mempengaruhi minat dalam observasi dapat diketahui penyebab
proses pembelajaran. Keenam faktor munculnya masalah rendahnya minat
tersebut adalah sebagai berikut: cita- belajar peserta didik saya adalah:
cita atau aspirasi pembelajar, 1. Kurangnya kesiapan dalam
kemampuan pembelajar, kondisi belajar peserta didik
pembelajar, kondisi lingkungan 2. Kurangnya kemampuan yang
pembelajar, unsur-unsur dinamis dimiliki oleh peserta didik
belajar, dan upaya guru dalam terhadap materi pelajaran
membelajarkan pembelajaran. (E- 3. Peserta didik tidak merasa senang
Book dengan suasana atau keadaan
https://id.b-ok.asia/book/18581209/b kelas
9b7aa) 4. Kurangnya perhatian yang
diberikan oleh guru terhadap
peserta didik
2. Bambang, (2019): a) perasaan, b) 5. Kurangnya perhatian dari
perhatian dalam belajar dan c) keluarga dan lingkungan sekitar
ketertarikan pada materi dan guru. tempat tinggal peserta didik
(Jurnal 6. Tidak adanya kemauan dan
https://www.jonedu.org/index.php/jo keinginan peserta didik untuk
e/article/view/298/239) belajar
1
7. Peserta didik merasa jenuh karena
cara guru mengajar monoton
Hasil Wawancara : cenderung menggunakan model
1. Kepala sekolah: Pemulihan pasca konvensional dan tidak menarik
pandemi belum sepenuhnya bagi peserta didik
menyeluruh kepada siswa, PTM
baru dimulai sejak pandemi
berlangsung, siswa masih
beradaptasi terhadap pembelajaran
yang disajikan oleh guru (Hj,
Rosnaeni, S.Pd., M.MPd)

2. Guru: Materi yang diberikan guru


terlalu sulit untuk dipahami oleh
peserta didik, kurang menariknya
cara guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran, guru kurang
kreatif dalam memilih media
pembelajaran (Nur Afiah Ulfah,
Kelas 2)

3. Rekan Sejawat: Keterbatasan buku


sumber, menurunnya motivasi siswa
dalam belajar, kurangnya kemauan
dan keinginan siswa dalam belajar
(Gita Candra Nurani, Kelas 012)

4. Pengawas Sekolah (Hj. Winda


Nadira, S.Pd):
 Karena tidak menariknya cara
penyajian materi seorang
pendidik
 Peserta didik merasa jenuh
karena cara mengajar guru yang
monoton hampir sama disetiap
pertemuan yaitu metode
ceramah, tidak memakai
multimetode

5. Pakar:
 Faktor internal (psikologis,
perhatian, bakat, motivasi,
kesiapan, intelegensi peserta
didik
 Faktor eksternal anak
(lingkungan keluarga, keadaan
ekonomi keluarga, perhatian
orang tua kepada peserta didik
Literasi Setelah dilakukan analisis terhadap
Hasil Kajian Literatur:
Rendahnya hasil kajian literatur dan hasil
pemahaman peserta 1. Annisa, Muharram, dan Hidayat wawancara, serta dikonfirmasi melalui
didik tentang teks (2021): a) Suasana membaca yang observasi dapat diketahui penyebab
bacaan tidak kondusif. Suasana membaca munculnya masalah rendahnya
yang tidak kondusif, tidak nyaman, pemahaman peserta didik tentang teks
dan tidak menyenangkan dapat bacaan adalah:
membuat semangat belajar 1. Peserta didik tidak merasa
membaca siswa menjadi rendah. nyaman terhadap keadaan atau
Dan suasana yang tidak nyaman lingkungan yang tidak kondusif
juga dapat membuat siswa bosan sehingga siswa tidak tenang
dan membuat konsentrasi siswa dalam membaca dan memahami
terganggu. b) Tidak memiliki isi teks bacaan
prasana yang mendukung siswa 2. Ada beberapa kata dalam teks
tetap tenang. c) Keterbatasan buku bacaan yang sulit dimengerti oleh
bacaan d) Menggunakan kata-kata peserta didik
yang sulit dipahamisiswa. e) 3. Peserta didik tidak
Kurangnya memperhatikan detail memperhatikan atau membaca
bacaan sehingga memicu kesulitan secara detail teks bacaan sehingga
memahami isi bacaan. sulit memahami isi teks bacaan
(http://proceedings2.upi.edu/index.p 4. Kurangnya minat baca peserta
hp/semnaspgsdpwk/article/view/ didik terhadap teks bacaan karena
2160/1993) teks bacaan yang kurang menarik
5. Kurangnya pembiasaan peserta
didik dalam membaca
2. Astuti, Mumpuni, dan Pranoto, 6. Peserta didik lambat membaca
(2019): a). Terdapat pengaruh 7. Teks bacaan yang panjang
antara minat membaca dengan 8. Minimnya bimbingan atau
memahami teks bacaan. b) pengarahan dari Guru pada saat
Terdapat pengaruh antara peserta didik membaca dan
kemampuan membaca dengan setelah membaca
memahami teks bacaan
(http://jurnal.umus.ac.id/index.php/k
ontekstual/article/view/55/37)

Hasil Wawancara :
1. Kepala Sekolah: Kurangnya minat
baca siswa terhadap buku teks, buku
teks yang kurang menarik, minim
kunjungan ke perpustakaan sekolah,
siswa lambat membaca (Hj,
Rosnaeni, S.Pd., M.MPd)

2. Guru: Kosa kata yang terdapat


dalam bacaan banyak menggunakan
kata yang suli/ kata ilmiah, teks
bacaan yang diberikan terlalu
panjang (Nur Afiah Ulfah, Kelas 2)

3. Rekan Sejawat: siswa tidak


mengerti isi bacaan, siswa kurang
suka membaca, siswa tidak tertarik
dengan isi bacaan (Gita Candra
Nurani, Kelas 012)

4. Pengawas Sekolah (Hj. Winda


Nadira, S.Pd):
 Setelah peserta didik
membaca tidak ada
penjelasan tentang arah atau
alur bacaannya
 Guru tidak memberikan
bimbingan pada saat peserta
didik membaca
 Tidak adanya interaksi antara
guru dan peserta didik terkait
teks bacaan yang telah
dibaca

5. Pakar (Angraeni Latif, S.Pd/


Ketua KKG & Guru Penggerak):
 Peserta didik malas atau
kurang motivasi dari diri
sendiri untuk membaca
aneka buku bacaan
 Kurang minat belajar
membaca dan menulis
 Kurang arahan untuk
memperbanyak membaca
baik di rumah maupun di
sekolah
 Kurang dukungan dari orang
tua
 Pengaruh teman sekelas
 Fasilitas buku bacaan tidak
tersedia
Peserta didik masih Hasil Kajian Literatur: Setelah dilakukan analisis terhadap
kesulitan dalam hasil kajian literatur dan hasil
1. Ayu, Ardianti, dan Wanabuliandari
memahami materi wawancara, serta dikonfirmasi melalui
(2021) : Faktor penyebab kesulitan
pada mata pelejaran observasi dapat diketahui penyebab
belajar matematika terdiri dari faktor
matematika munculnya masalah kesulitan dalam
internal dan faktor eksternal. Faktor
memahami materi pada mata pelajaran
internalnya adalah kesehatan tubuh
matematika peserta didik saya adalah:
yang tidak optimal, cacat tubuh
1. Kesehatan tubuh peserta didik
yaitu penglihatan yang lemah atau
yang kurang optimal seperti
mata minus dan pendengaran yang
penglihatan yang kurang,
kurang, kecerdasan yang rendah,
kecerdasan yang rendah
minat siswa pada pelajaran
2. Rendahnya motivasi peserta didik
matematika masih rendah, serta
dalam pembelajaran matematika
motivasi siswa dalam pembelajaran
3. Kondisi tempat belajar yang tidak
matematika juga rendah. Sedangkan
dapat membuat peserta didik
faktor eksternalnya adalah faktor
fokus terhadap pembelajaran
lingkungan sekolah yaitu
matematika
2 penggunaan media pembelajaran
4. Penggunaan media dan model
matematika yang kurang inovatif,
pembelajaran yang kurang
faktor lingkungan keluarga adalah
inovatif
orang tua kurang memperhatikan
5. Kemampuan dasar matematika
kegiatan belajar matematika siswa,
peserta didik yang kurang dalam
suasana dirumah kurang baik saat
memahami simbol-simbol dalam
siswa belajar matematika, kegiatan
matematika
dalam masyarakat yaitu siswa yang
terlalu banyak aktivitas sehingga
kegiatan belajar siswa menjadi
terbengkalai, dan faktor media
massa yaitu pengaruh penggunaan
gadget dan TV.
(https://scholar.archive.org/work/r6u
l24ky5jco7a6pbrfontq5m4/access/
wayback/https://
ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/
matematika/article/download/3824/
pdf )

2. Amir dan Risnawati (2015) : Faktor


internal Siswa a) Ciri khas/Karakter
siswa, b) Sikap terhadap belajar, c)
Motivasi belajar, d) konsentrasi
belajar, e) mengolah bahan belajar.
Faktor eksternal siswa a)
Lingkungan keluarga, b)
Lingkungan masyarakta, c) Guru, d)
Media pembelajaran. (https://id.b-
ok.asia/book/22399250/496ca7)

Hasil Wawancara :
1. Kepala Sekolah: Faktor genetik,
gizi yang kurang, kemampuan
memahami simbol dalam
matematika (Hj, Rosnaeni, S.Pd.,
M.MPd)

2. Guru: Kemampuan dasar siswa


kurang, motivasi belajar yang
kurang, kurang tepatnya guru
mengelola pembelajaran dan
menerapkan metodologi (Nur Afiah
Ulfah, Kelas 2)

3. Rekan Sejawat: Kurangnya


kemampuan dasar siswa, motivasi
belajar dan penggunaan media atau
alat peraga yang minim (Gita
Candra Nurani, Kelas 012)

4. Pengawas Sekolah (Hj. Winda


Nadira, S.Pd):
 Siswa tidak memahami
konsep dasar matematika
(Pembagian, Perkalian, dll)

5. Pakar (Angraeni Latif, S.Pd/


Ketua KKG & Guru Penggerak):
 Faktor internal meliputi
sikap negatif dalam belajar
matematika, motivasi belajar
masih rendah, kesehatan
tubuh tidak optimal, dan
kemampuan pengindraan.
 faktor eksternal meliputi
kurangnya variasi mengajar
guru, penggunaan media
pembelajaran yang belum
maksimal, sarana prasarana
di sekolah, serta lingkungan
keluarga.
Hubungan antar Setelah dilakukan analisis terhadap
Hasil Kajian Literatur:
peserta didik kurang hasil kajian literatur dan hasil
harmonis 1. Asnidar dan Awaru, (2017) : (a) wawancara, serta dikonfirmasi melalui
adanya perbedaan pendapat antar observasi dapat diketahui penyebab
siswa, (b) adanya perasaaan dendam munculnya masalah kurang
dalam diri siswa kepada siswa lain harmonisnya hubungan antar peserta
atau kelompok siswa yang pernah didik saya adalah:
menganiaya dan mempermalukan 1. Adanya perbedaan karakteristik
dirinya, (c) Adanya kesalahpahaman dan lingkungan tempat tinggal
yang terjadi antar siswa. pada tiap peserta didik
(https://ojs.unm.ac.id/sosialisasi/arti 2. Peserta didik yang mudah
cle/view/11787/6931) tersinggung dan cepat emosi
3. Belum terjalinnya keakraban
2. Muthmainnah, (2015): Faktor antar peserta didik
penyebab terjadinya konflik antar 4. Kurangnya pembiasaan dan
pelajar adalah siswa mudah arahan Guru tentang pentingnya
tersinggung, cepat emosi, dan tidak persatuan dan kesatuan
ingin diremehkan oleh temannya 5. Kurangnya pembelajaran atau
atau kelompok pelajar lainnya. penugasan yang sifatnya
(http://eprints.unm.ac.id/5247/) berkelompok
3 6. Perbedaan pendapat antar peserta
didik
Hasil Wawancara :
1. Kepala Sekolah: Belum terjalin
keakraban dengan temannya,
adaptasi pasca pandemi belum
sepenuhnya terlaksana, kurangnya
pembiasaan yang dilakukan oleh
guru terhadap siswa pada saat
pembelajaran dimulai (berdoa,
membaca, bercerita, berkelompok)

2. Guru: Perbedaan pendapat antar


satu sama lain, kurangnya
komunikasi (Nur Afiah Ulfah, Kelas
2)

3. Rekan Sejawat: kesalahpahaman


antar siswa, pembelajaran
berkelompok yang kurang (Gita
Candra Nurani, Kelas 012)
4. Pengawas Sekolah (Hj. Winda
Nadira, S.Pd):
 Minimnya nasehat-nasehat
dari guru sebelum
pembelajaran tentang
pentingnya tata krama,
kerjasama dan gotong
royong

5. Pakar (Angraeni Latif, S.Pd/


Ketua KKG & Guru Penggerak):
 Adanya perbedaan karakter
dan perbedaan lingkungan
tempat tinggal
4 Belum optimalnya Hasil Kajian Literatur: Setelah dilakukan analisis terhadap
penggunaan model hasil kajian literatur dan hasil
1. Dewi, Dantes dan Sadia, (2013):
pembelajaran yang wawancara, serta dikonfirmasi melalui
Pertama, pembelajaran cenderung
sesuai dengan observasi dapat diketahui penyebab
menggunakan pendekatan
karakteristik peserta munculnya masalah belum optimalnya
ekpositori. Maksudnya,
didik penggunaan model pembelajaran yang
pembelajaran yang dilakukan guru
sesuai dengan karakteristik peserta
hanya memberikan definisi dari
didik saya adalah:
suatu kata serta memberikan prinsip
1. Pembelajaran cenderung
dan konsep pembelajaran, Siswa
menggunakan pendekatan
hanya dijejali dengan konsep tanpa
ekspositori, pembelajaran yang
ada proses ilmiah untuk menemukan
dilakukan hanya memberikan
konsep tersebut. Kedua, Guru dalam
definisi dari suatu kata serta
pembelajaran sangat jarang
memberikan prinsip dan konsep
memberikan kesempatan kepada
tanpa adanya proses ilmiah
siswanya untuk memahami
menemukan konsep tersebut.
fenomena-fenomena di sekitarnya
2. Kemampuan Guru/ kompetensi
berdasarkan konsep-konsep yang
pedagogik masih perlu
dipelajari.
ditingkatkan, Guru belum mampu
(https://media.neliti.com/media/publ
mengkombinasikan antara tujuan
ications/119287-ID-none.pdf)
pembelajaran yang diajarkan dan
teknik ajar yang diberikan kepada
2. Mislinawati, Nurmasyitah, (2018): peserta didik
Guru menyatakan kendala yang 3. Kurangnya pengamatan terhadap
dihadapi adalah kurang mampu peserta didik selama proses
menyiasati waktu yang tersedia, belajar
pengelolaan dan pengawasan kelas 4. kurangnya penerapan pemahaman
yang tidak dapat berjalan maksimal terhadap siswa bukan hanya dari
dan ketidakaktifnya siswa dalam segi karakteristik melainkan segi
proses pembelajaran. Sehingga, proses kognitifnya
penerapan model pembelajaran tidak 5. Kurangnya pemahaman Guru
dapat berjalan dengan maksimal.
terhadap model pembelajaran
(http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/PEA
yang dipilih
R/article/view/12194/9462)
6. Model pembelajaran tidak sesuai
dengan gaya belajar siswa
7. Minimnya pemahaman Guru
terkait model-model
Hasil Wawancara : pembelajaran yang dapat
1. Kepala Sekolah: Kemampuan mengakomodasi karakteristik
Guru/ kompetensi pedagogik masih peserta didik.
perlu ditingkatkan, Guru belum 8. Guru tidak paham bagaimana
mampu mengkombinasikan antara langkah pembelajaran yang
tujuan pembelajaran yang diajarkan inovatif dalam menerapkan model
dan teknik ajar yang diberikan pembelajaran, guru kurang
kepada peserta didik (Hj, Rosnaeni, implementasi model
S.Pd., M.MPd) pembelajaran yang lebih inovatif
di dalam keseharian di kelas
2. Guru: Kurangnya pengamatan 9. Kurang mampu menyiasati waktu
terhadap siswa selama proses yang tersedia, pengelolaan dan
belajar, kurangnya penerapan pengawasan kelas yang tidak dapat
pemahaman terhadap siswa bukan berjalan maksimal dan
ketidakaktifnya siswa dalam proses
hanya dari segi karakteristik
pembelajaran. Sehingga, proses
melainkan segi kognitifnya (Nur
penerapan model pembelajaran
Afiah Ulfah, Kelas 2) tidak dapat berjalan dengan
maksimal
3. Rekan Sejawat: Kurangnya
pemahaman Guru terhadap model
pembelajaran yang dipilih, model
pembelajaran tidak sesuai dengan
gaya belajar siswa (Gita Candra
Nurani, Kelas 012)

4. Pengawas Sekolah (Hj. Winda


Nadira, S.Pd):
 Minimnya pemahaman Guru
terkait model-model
pembelajaran yang dapat
mengakomodasi karakteristik
peserta didik
 Minimnya pemahaman Guru
terkait karakteristik masing-
masing peserta didiknya atau
gaya belajar setiap peserta
didik
5. Pakar (Angraeni Latif, S.Pd/
Ketua KKG & Guru Penggerak):
 Penyebabnya adalah guru
kurang memahami model
pembelajaran inovatif, Guru
tidak paham bagaimana
langkah pembelajaran yang
inovatif dalam menerapkan
model pembelajaran, guru
kurang implementasi model
pembelajaran yang lebih
inovatif di dalam keseharian
di kelas

5 Penerapan Setelah dilakukan analisis terhadap


Hasil Kajian Literatur:
pembelajaran berbasis hasil kajian literatur dan hasil
1. Fatimahtuzzahroh, Mustadi, dan
HOTS belum wawancara, serta dikonfirmasi melalui
Wangid, (2021) : hasil penelitian
maksimal observasi dapat diketahui penyebab
menunjukkan 1) perencanaan proses
munculnya masalah penerapan
pembelajaran berbasis HOTS masih
pembelajaran berbasis HOTS yang
belum optimal, 2) proses
belum maksimal adalah:
pembelajaran berbasis HOTS belum
1. Minimnya pemahamn guru
terlaksana secara maksimal, 3) pada
tentang proses pembelajaran
evaluasi pembelajaran berbasis
berbasis HOTS
HOTS masih tergolong rendah, 4)
2. Pada evaluasi pembelajaran
banyak kendala yang dihadapi
berbasis HOTS masih tergolong
selama pelaksanaan proses
rendah
pembelajaran berbasis HOTS
3. Kekeliruan memahami konsep
berlangsung.
HOTS akan berdampak
(http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.p
pada kesalahan model
hp/jpp/article/view/21814)
pembelajaran yang makin tidak
efektif dan tidak produktif
2. Ernawati, (2017): Faktor kurikulum,
4. Guru cenderung masih sering
sarpras, manajemen lembaga juga
menggunakan teknik mengajar
mempengaruhi dalam
yang lama yang lebih mudah dan
pengembangan HOTS namun yang
simpel seperti metode ceramah,
terpenting adalah ditangan guru.
peserta didik belum mampu
Bagaimana guru dapat mengelola
mencerna pembelajaran dan soal
suasana kelas, memotivasi siswa,
berbasis HOTS
mampu memanfaatkan berbagai
5. Kurangnya sumber belajar
sumber belajar dalam aktifitas
berbasis HOTS sehingga Guru
pembelajarannya.
belum memahami
(https://jurnal.unipasby.ac.id/index.p
pengintegrasian HOTS dalam
hp/jurnal_inventa/article/view/
pembelajaran
1803/1625)
6. Guru langsung memberikan
pembelajaran atau pertanyaan
3. Sofyan, (2019): Kekeliruan
yang memerlukan kemampuan
memahami konsep HOTS akan
berpikir tingkat tinggi tanpa
berdampak pada kesalahan model
adanya pertanyaan-pertanyaan
pembelajaran yang makin tidak
dasar diawal pembelajaran
efektif dan tidak produktif.
sehingga peserta didik
(https://jurnal.unipasby.ac.id/index.p
kebingungan
hp/jurnal_inventa/article/view/
1803/1625)
Hasil Wawancara :
1. Kepala Sekolah: Guru cenderung
masih sering menggunakan teknik
mengajar yang lama yang lebih
mudah dan simpel seperti metode
ceramah, peserta didik belum
mampu mencerna pembelajaran dan
soal berbasis HOTS (Hj, Rosnaeni,
S.Pd., M.MPd)

2. Guru: Guru kesulitan dalam


mengatasi kemampuan siswa yang
berbeda-beda, keterbatasan waktu
guru dalam menerapkkan soal
HOTS (Nur Afiah Ulfah, Kelas 2)

3. Rekan Sejawat: Kurangnya sumber


belajar berbasis HOTS, Guru belum
memahami pengintegrasian HOTS
dalam pembelajaran (Gita Candra
Nurani, Kelas 012)

4. Pengawas Sekolah (Hj. Winda


Nadira, S.Pd):
 Guru langsung memberikan
pembelajaran atau pertanyaan
yang memerlukan kemampuan
berpikir tingkat tinggi tanpa
adanya pertanyaan-pertanyaan
dasar diawal pembelajaran
sehingga peserta didik
kebingungan

5. Pakar (Angraeni Latif, S.Pd/


Ketua KKG & Guru Penggerak):
 penyebab atau kendalanya
adalah karena mereka tidak
memahami materi dan
kurangnya stimulus dalam
mengerjakan soal HOTS
(C4-C6)
6 Pemanfaatan Hasil Kajian Literatur: Setelah dilakukan analisis terhadap
pembelajaran berbasis 1. Sahelatua, Vitoria, dan Mislinawati hasil kajian literatur dan hasil
IT belum optimal (2017): Berdasarkan analisis data wawancara, serta dikonfirmasi melalui
dapat disimpulkan bahwa kendala observasi dapat diketahui penyebab
guru memanfaatkan IT sebagai munculnya masalah belum optimalnya
berikut. Pertama, kurangnya pemanfaatan IT dalam pembelajaran
pengetahuan guru tentang media IT. adalah:
Kedua, Arus listrik dan wifi di 1. Kurangnya pengetahuan Guru
sekolah tidak normal. Ketiga, tidak tentang media IT
adanya kewajiban dari pihak sekolah 2. Tidak adanya kebijakan dari
agar guru mengajar menggunakan pihak sekolah agar guru mengajar
IT. menggunakan IT
(http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/ 3. kemampuan terbatas, guru
article/view/8579) belum mampu mengelaborasi
dan mengembangkan sendiri
2. Dewantara, Amir, dan Arnida media pembelajaran yang
(2020): Dengan kemampuan menarik dan memiliki aspek
terbatas, guru belum mampu keaslian.
mengelaborasi dan 4. Guru cenderung masih banyak
mengembangkan sendiri media memanfaatkan media yang telah
pembelajaran yang menarik dan tersedias ecara bebas di internet
memiliki aspek keaslian. Guru sebagai sumber belajar.
cenderung masih banyak 5. Kurangnya keterampilan serta
memanfaatkan media yang telah pengetahuan guru tentang variasi
tersedias ecara bebas di internet aplikasi pembelajaran.
sebagai sumber belajar. Faktor 6. Tidak mahir dalam
utama yang menyebabkan hal mengoperasikan media berbasis
demikian karena kurangnya teknologi seperti laptop dan/atau
keterampilan serta pengetahuan guru komputer,
tentang variasi aplikasi 7. Tidak familiar dengan berbagai
pembelajaran. Tidak mahir dalam aplikasi pembelajaran, serta
mengoperasikan media berbasis tidak pernah memperoleh
teknologi seperti laptop dan/atau pelatihan pengembangan media
komputer, tidak amiliar dengan ajar
berbagai aplikasi pembelajaran,
serta tidak pernah memeperoleh
pelatihan pengembangan media
ajar. (https://www.jurnal.iain-
bone.ac.id/index.php/algurfah/article
/view/1039/765)

Hasil Wawancara :
1. Kepala Sekolah: Minim
pemahaman dan skill terkait fasilitas
teknologi (Hj, Rosnaeni, S.Pd.,
M.MPd)

2. Guru: Kurang mampunya guru


dalam menggunakan IT, sekolah
kurang memadai untuk
menggunakan IT (Nur Afiah Ulfah,
Kelas 2)

3. Rekan Sejawat: Kurangnya


pengetahuan Guru dalam
mengoperasikan IT (Gita Candra
Nurani, Kelas 012)

4. Pengawas Sekolah (Hj. Winda


Nadira, S.Pd):
 Guru masih belum mampu
menggunakan IT secara
maksimal
 Minimnya waktu Guru untuk
belajar menggunakan IT
dalam pembelajaran
5. Pakar (Angraeni Latif, S.Pd/
Ketua KKG & Guru Penggerak):
 Penyebab atau kendala guru
masih belum
mengoptimalkan TIK yaitu
sarana dan prasarana
pendukung kurang memadai,
Pengetahuan teknis guru
tentang teknologi informasi
dan komunikasi yang
terbatas, kurangnya pelatihan
TIK, kurangnya kesempatan
mengembang diri melalui
Teknologi

Anda mungkin juga menyukai