Anda di halaman 1dari 7

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab


Hasil eksplorasi penyebab masalah
. diidentifikasi masalah
1 Kurangnya minat SUMBER KAJIAN LITERATUR Setelah dilakukan analisis
baca siswa JURNAL PENDIDIKAN DAN KONSELING terhadap kurangnya minat
Dandi Solahudin dkk, Analisis Faktor Penyebab baca siswa melalui berbagai
Rendahnya Minat Baca Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri sumber literatur dan
4 Tanjung Lago. Universitas PGRI Palembang, 2022 wawancara, maka dapat
https://journal.universitaspahlawan.ac.id ditentukan penyebab
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh dua faktor masalah yang sesuai dengan
penyebab kurangnya minat baca siswa, yaitu faktor kondisi ` satuan pendidikan
internal dan faktor eksternal sebagai berikut:
faktor internal merupakan faktor yang berasal dari 1. Tidak adanya
diri siswa yaitu kemampuan membaca, memahami Pembiasaan dari guru
makna yang terkandung dalam bacaan, kurangnya terkait membaca pada
membiasakan membaca, membaca buku atas pelajaran IPA
perintah guru, siswa jarang mencari buku atau 2. Dalam pembelajaran,
bahan bacaan sesuai dengan kebutuhannya, siswa Guru belum mampu
yang menyelesaikan tugas melalui internet tanpa memberikan strategi
buku. yang baik dalam
faktor eksternal merupakan yang disebabkan oleh menumbuhkan minat
oleh diri siswa sendiri yaitu lingkungan sekolah baca siswa pada
kurang mendukung, budaya membaca yang kurang pelajaran IPA
dilingkungan sekolah, program literasi belum
berjalan maksimal, mading sekolah yang tidak
pernah diperbaharui, sekolah tidak memiliki tempat
khusus untuk membaca selain diperpustakaan,
peran perpustakaan sekolah yang belum maksimal,
dan pengaruh pengunaan smarthphone.
JURNAL ILMIAH
Citra Pratama Sari. Faktor-Faktor Penyebab
Rendahnya Minat Membaca Siswa Kelas IV.
Universitas Negeri
Yogyakarta.2018http://eprints.uny.ac.id/57375/

Rendahnya minat membaca pada siswa disebabkan


oleh beberapa faktor seperti (1) faktor internal dan
(2) faktor eksternal siswa.
Faktor internal adalah (1) kemampuan membaca
siswa dan
(2) kurangnya kebiasaan membaca.
Faktor eksternal adalah (1) lingkungan sekolah yang
kurang mendukung, (2) peran perpustakaan sekolah
belum maksimal, (3) keterbatasan buku/bahan
bacaan, (4) lingkungan keluarga kurang yang
mendukung, dan (5) pengaruh menonton televisi
dan (6) bermain games di handphone.

JURNAL ILMIAH
Aulia Fahma Balqis, dkk. Analisis Faktor Minimnya
Minat Membaca Siswa di Kelas VI SDIT Daarul
Istiqlal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
2021 https://jurnal.unimed.ac.id/2012/ index.php/
school/article/view/29137

Rendahnya minat membaca pada siswa disebabkan


oleh faktor internal meliputi (1) gender, (2) faktor
keinginan dari dalam diri sendiri dan (3) faktor
media elektronik.
Faktor eksternal meliputi (1) faktor keluarga, (2)
faktor ekonomi, dan
(3) lingkungan.
WEBSITE
Refani Dwi Pratiwi, Analisis Minat Baca Siswa Pada
Pembelajaran IPA Yang Menggunakan Media
Kalender Cerita, Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Majalengka. 2019.
https://prosiding.unma.ac.id
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT
BACA
Adapun faktor yang mempengaruhi minat baca :
1. Kesadaran individu
2. alat peraga yang menarik untuk membaca
3. metode yang digunakan harus sesuai
4. suasana yang menyenangkan
5. dukungan dari lingkungan sekitar serta melaui
pemahaman dari lingkungan

HASIL WAWANCARA
GURU/ TEMAN SEJAWAT
Narsum : Sri Rahmawati, S.Pd
Waktu : Senin, 15 Mei 2023
1. Tidak semua siswa senang membaca
2. Buku yang kurang menarik.
3. Koleksi buku di perpustakaan tidak sesuai
dengan minat siswa

PAKAR/ KEPALA SEKOLAH


Narsum : Drs. Iriansyah, M.M.Pd
Waktu : Selasa, 16 Mei 2023
1. Kebanyakan siswa menganggap bahwa
membaca merupakan kegiatan yang sangat
mudah dan kurang menarik untuk dilakukan.
2. Sekolah dan guru kurang dalam menjalankan
program literasi.
3. Perpustakaan belum dimanfaatkan maksimal
oleh warga sekolah sebagai salah satu sumber
belajar
4. Siswa lebih cenderung senang bermedia sosial
dan bermain game di smartphone ketimbang
membaca.
5. Dalam pembelajaran, Guru belum mampu
membuat siswa terbiasa membaca, baik itu
membaca text book maupun mencari informasi
lebih dari apa yang telah ajarkan.
6. Lingkungan keluarga yang tidak membiasakan
tradisi membaca di rumah
2 Guru kesulitan HASIL LITERATUR Lebih lanjut setelah
mengeksplor dilakukan analisis ``terhadap
pembelajaran Darmadi, H. (2017). Pengembangan model dan Guru kesulitan mengeksplor
inovatif metode pembelajaran dalam dinamika belajar pembelajaran inovatif
siswa. Yogyakarta: Deepublish. melalui berbagai sumber
Pembelajaran inovatif mengandung arti literatur dan wawancara,
pembelajaran yang dikemas oleh guru atau maka dapat ditentukan
instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan penyebab masalah ` yang
atau teknik yang dipandang baru agar mampu sesuai dengan kondisi
menfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan `satuan pendidikan sebagai
dalam proses dan hasil belajar. Pembelajaran berikut:
inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran
yang menyenangkan. “Learning is fun” merupakan 1. Guru belum memahami
kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. model-model
Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya pembelajaran inovatif
tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, 2. Miskonsepsi guru akan
perasaan tertekan, kemungkinan kegagalan, pembelajaran inovatif
keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. 3. Guru sudah terbiasa
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri dengan pembelajaran
bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengukur yang konvensional atau
daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. cenderung monoton
Menurut Terttiaavini, dkk (2017) dalam
penelitian ”Peningkatan Kompetensi Guru
Dalam Pembuatan Bahan Ajar
Menggunakan Media Pembelajaran Smart
Learning Di Kabupaten Sembawa
Sumatera Selatan”
faktor penyebab permasalahan kurang
maksimalnya implementasi model pembelajaran
inovatif adalah:
1. Sarana prasarana pendukung belum
memadai
2. Guru kurang kreatif dalam
mengembangkan metode
pembelajaran
3. Kondisi perekonomian orangtua
siswa yang tidak mendukung siswa
untuk konsentrasi dalam tugas
belajar
Syah dkk. Pembelajaran Inovatif (Jakarta :
Duplish, 2013) berpendapat bahwa Pembelajaran
inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri
dan kanan apabila dilakukan dengan cara
mengelola media yang berbasis teknologi dalam
proses pembelajaran. Sehingga, terjadi proses
dalam membangun rasa pecaya diri pada siswa.
Pembelajaran yang inovatif diharapkan siswa
mampu berpikir kritis dan terampil dalam
memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini
mampu menggunakan penalaran yang jernih dalam
proses memahami sesuatu dan mudah dalam
mengambil pilihan serta membuat keputusan. Hal
itu dimungkinkan karena pemahaman yang terkait
dengan persoalan yang dihadapinya. Kemampuan
dalam mengidentifikasi dan menemukan
pertanyaan tepat yang dapat mengarah kepada
pemecahan masalah secara lebih baik. Informasi
yang diperolehnya akan dikembangkan dan
dianalisis sehingga akan dapat menjawab
pertanyaan- pertanyaan tersebut dengan baik.

Indah Fajar, dkk (2017), Penerapan `` model materi


pembelajaran
1. Kurang aktif guru dalam pengelolaan kelas
terhadap siswa yang kurang pintar
2. Terkendala dalam menyediakan alat dan
bahan jika dalam menyediakan proyek
3. Guru kurang menyiasati waktu yang tersedia
4. Siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran

HASIL WAWANCARA
GURU/ TEMAN SEJAWAT
Narsum : Sri Rahmawati, S.Pd
Waktu : Jum’at, 19 Mei 2023
pembelajaran guru terkendala karena:
1. Guru kurang memahami RPP
2. Langkah-langkah pembelajaran sesuai sintak
yang ada pada model pembelajaran
3. Guru kurang menstimulus siswa untuk
menemukan masalah sendiri yang ada

PAKAR/ KEPALA SEKOLAH


Narsum : Drs. Iriansyah, M.M.Pd
Waktu : Jum’at, 19 Mei 2023

1. Pemahaman guru terhadap


pembelajaran inovatif yang masih kurang.
2. Guru kurang mengerti tentang teknologi
dalam membuat model pembelajaran
inovatif.
3. Waktu untuk menyiapkan pembelajaran
inovatif membutuhkan persiapan lebih
banyak dan lama.
4. Keterbiasaan serta nyaman dengan metode
pembelajaran konvensional (ceramah).
5. Guru cenderung
khawatir semua model
pembelajaran inovatif harus
mengaplikasikan keterampilan
Digital, Guru belum terbiasa atau
belum membuka diri mengenal
model-model pembelajaran inovatif

3 Guru masih belum Hasil Literatur Lebih lanjut setelah


mengoptimalkan dilakukan analisis
pemanfaatan Jurnal Ilmiah terhadap penggunaan
Teknologi Sahelatua, dkk. (2018). Kendala Guru teknologi yang belum
`Informasi (TIK) Memanfaatkan Media It Dalam Pembelajaran Di Sdn maksimal oleh guru
dalam 1 Pagar Air Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa disebabkan:
pembelajaran. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(2). 1. Kurangnya Pemahaman
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/article/ guru tentang
view/8579 penggunaan teknologi
Guru masih mengalami kendala dalam dalam pembelajaran
mengoperasikan IT sebagai media pembelajaran 2. Adanya anggapan guru
diantaranya yaitu yang menganggap bahwa
1. kurangnya pengetahuan guru tentang IT, materi yang ada dibuku
2. kurangnya fasilitas IT yang tersedia di sudah cukup untuk
sekolah, arus listrik di sekolah tidak normal, mengajarkan siswa
3. internet tidak dapat menjangkau ke dengan baik, sehingga
seluruh kelas, tidak diperlukan media
4. serta tidak adanya kewajiban dari pihak TIK
sekolah agar guru yang mengajar harus 3. Guru lebih nyaman
menggunakan IT. menggunakan metode
mengajar konvensional
Tantri Nurhayati (2016), problematika ``guru dalam yang dianggap mudah
mengusai TIK adalah: dan tidak menyulitkan
1. Kemampuan dasar guru dalam bidang TIK yang
memang masih rendah
2. Ketersedian fasilitas TIK yang masih belum
memadai
3. Sekolah tidak mengharuskan guru
menggunakan TIK dalam proses pembelajaran,
sehingga guru kurang terangsang untuk
mengembangkan diri
4. Keterbatasan waktu yang digunakan untuk
mempersiapkan media TIK di dalam
pembelajaran
5. Anggapan guru yang menganggap bahwa
materi yang ada dibuku sudah cukup untuk
mengajarkan siswa dengan baik, sehingga tidak
diperlukan media TIK
6. Kenyamanan guru dalam
menggunakan metode mengajar konvesnsional
yang dianggap mudah dan tidak menyulitkan
7. Tidak adanya kegiatan
pelatihan pelatihan guru untuk meningkatkan
kemampuan dalam ` bidang TIK.

Jurnal Ilmiah
Rahmadhani, D. D., Putri, I. C., Putri,
D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Teknologi
Informasi Dan Komunikasi Sebagai Salah Satu
Pemanfaatan Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Di Sekolah ` Dasar.
Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 3(6), 4904-4912.
https://edukatif.org/index.php/edukatif/arti
cle/view/1574
Media pembelajaran dirancang sesuai dengan
perkembangan teknologi, seperti penggunaan
internet, gadget dan alat-alat elektronik pun sudah
menjadi menjadi faktor keberhasilan dalam
mengembangkan pendidikan, sehingga sudah
menjadi keharusan sebagai seorang pendidik untuk
mengembangkan media pembelajaran dengan
memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi
terutama pada Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai acuan untuk meningkatkan jiwa kebangsaan
ditengah perkembangan teknologi di dunia, serta
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan
tertentu untuk menanamkan nilai- nilai ideologi
Pancasila di tengah era globalisasi terhadap generasi
muda
  
Munir (2010: 1) teknologi informasi dan komunikasi
adalah berbagai aspek yang melibatkan teknologi,
rekayasa teknik, dan teknik pengelolaan yang
digunakan dalam pengendalian dan pemrosesan
informasi serta penggunaannya dalam
komputerisasi berbagai aspek kehidupan yang
berkaitan dengan sosial, ekonomi, pendidikan, dan
kebudayaan.

HASIL WAWANCARA
GURU/ TEMAN SEJAWAT
Narsum : Sri Rahmawati, S.Pd
Waktu : Jum’at, 19 Mei 2023
1. Sebagian guru tidak memiliki pengetahuan
tentang TIK
2. Tidak adanya kemauan guru untuk
memanfaatkan TIK

PAKAR/ KEPALA SEKOLAH


Narsum : Drs. Iriansyah, M.M.Pd
Waktu : Jum’at, 19 Mei 2023
1. Guru sudah cukup baik dalam memanfaatkan
media pembelajaran berbasis TIK, namun
masih dibutuhkan banyak bimbingan dalam
mengakses langsung media dari internet.
2. Guru yang kurang mampu menggunakan TIK
disebabkan oleh faktor usia.
3. Guru yang kurang mampu menggunakan TIK
masih terikat dengan media konvensional yang
ada di lingkungan sekitar.
4. lemahnya pengetahuan dan kemampuan
guru dalam mengoperasikan IT
atau aplikasi-aplikasi untuk kegiatan
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai