Anda di halaman 1dari 9

EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH

PPG DALAM JABATAN


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
TAHUN 2023

Nama : SUHAWATI
NIM : 2005230278
Institusi : SDN 1 SINDANGSARI
Prodi : PGSD

LK. 1.2. Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah
Analisis eksplorasi
No yang telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi
1 Peserta didik Ada beberapa faktor penyebab rendahnya Setelah dilakukan
masih memiliki motivasi dan semangat belajar peserta didik, analisis terhadap hasil
semangat belajar khususnya dalam pembelajaran matematika: kajian dan wawancara,
yang rendah 1) Matematika terkesan merupakan pelajaran serta dikonfirmasi
dalam yang sangat sulit melalui observasi/
pembelajaran 2) Materi yang disajikan kurang menarik pengamatan secara
matematika, 3) Metode mengajar guru kurang Inovatif langsung di sekolah
khususnya dalam 4) Guru kurang berinteraksi dengan siswa dapat diketahui bahwa
Pembagian 5) Sarana pembelajaran terbatas penyebab masalah
dengan bilangan 6) Kurang perhatian orangtua motivasi belajar Peserta
satu angka didik rendah adalah:
LANTANIDA JOURNAL, VOL. 5 NO. 2 (2017) 1. Metode mengajar guru
93-196 kurang Inovatif
JUDUL : KEDUDUKAN MOTIVASI 2. Sarana pembelajaran
BELAJAR SISWA DALAM terbatas
PEMBELAJARAN 3. Pembelajaran di dalam
PENULIS : AMNA EMDA kelas masih monoton
Link : file:///C:/Users/asus/Downloads/2838- 4. Guru belum merancang
5736-1-SM%20.pdf pembelajaran aktif dan
Kajian literatur: menyenangkan
1. faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi 5. Untuk peserta didik
belajar antara lain: tak mendapat
a. Cita-cita/aspirasi siswa perhatian dari kedua
b. Kemampuan siswa orang tua yang sibuk
c. Kondisi Peserta didikdan lingkungan bekerja.
c. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
d. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Link :
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/attaq
addum/article/view/2651
2. Menurut Rohman (2018) faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar antara lain:
1) Tempat belajar
2) Fungsi fisik
3) Kecerdasan
4) Sarana dan prasarana
5) Waktu
6) kebiasaan belajar siswa
7) Faktor guru
8) orang tua
9) faktor emosional siswa
10) Kesehatan
11) Teman
Link : https://lib.unnes.ac.id/3067/1/1659.pdf
3. Menurut Setiawan, A. (2016) Beberapa faktor
yang menyebabkan motivasi belajar Peserta
didikrendah adalah kurang dukungan dari
orang tua, guru atau lingkungan sekitar.

Link :
https://www.kompasiana.com/luluzahiroh9
232/61afdb1962a704221740e0a3/motivasi-
belajar-terhadap-hasil-belajar-siswa
4. Artikel Kompas (2019) mengatakan motivasi
belajar Peserta didik tergolong rendah
disebabkan beberapa faktor internal atau
eksternal

Hasil Wawancara:
1. Wawancara dengan Kepala Sekolah
Dari wawancara yang dilakukan dengan
Kepala Sekolah (Ibu Lia Yuliaty, S.Pd)
diperoleh keterangan sebagai berikut:
a. Guru kurang mampu dalam pengkondisian
kelas
b. Kurangnya metode pembelajaran yang
inovatif.
c. Tingkat pemahaman matematika Peserta
didik sangat kurang karena minat
belajarnya rendah
2. Dari wawancara yang dilakukan dengan guru
SDN 1 Sindangsari (Ibu Shofwah Tresnawati,
S.Pd) sebagai teman sejawat, penyebab
rendahnya motivasi belajar peserta didik
adalah:
a. Metode pembelajaran yang monoton,
Guru kurang memperhatikan kebutuhan
individu siswa.
b. Latar belakang siswa, kondisi siswa, gaya
belajar siswa, kemauan siswa, tujuan
belajar siswa, cita-cita siswa, motivasi
orang tua, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, kompetensi profesional
guru, kompetensi pedagodik guru,
kompetensi kepribadian guru
c. Latar belakang sosial ekonomi siswa,
Latar belakang pendidikan orang tua,
d. Faktor keluarga: Diantaranya adalah Pola
asuh, hubungan dengan keluarga, situasi di
rumah, keadaan ekonomi keluarga dan
latar belakang budaya keluarga.
e. Faktor lingkungan di sekolah:
Diantaranya adalah hubungan guru dan
siswa, hubungan dengan teman, dan
sarana dan prasarana di sekolah
2 Kemampuan Faktor yang menyebabkan rendahnya Setelah dilakukan
matematika kemampuan peserta didik dalam pembagian analisis terhadap hasil
peserta didik dengan bilangan satu angka, di antaranya: kajian dan wawancara,
tergolong 1) Stigma bahwa pembelajaran matematika serta dikonfirmasi
rendah, terutama merupakan pelajaran yang sulit, sehingga melalui observasi/
dalam berpengaruh terhadap kemampuan peserta pengamatan secara
pembagian didik dalam pembelajaran tersebut, langsung di sekolah
dengan bilangan 2) Peserta didik hanya mengandalkan lingkungan dapat diketahui bahwa
satu angka, sekolah sebagai media utama dalam penyebab masalah
sehingga Peserta pembelajaran rendahnya kemampuan
didik kesulitan 3) Kurangnya keinginan para peserta didik untuk matematik peserta didik
meraih nilai mendapatkan nilai yang baik. dan kesulitan meraih
yang baik dalam nilai yang baik dalam
pembelajaran Kajian Literatur: pembelajaran (Hasil
(Hasil Belajar) Link : file:///C:/Users/asus/Downloads/952- Belajar) adalah:
Article%20Text-2075-1-10-20210331.pdf 1) Peserta didik belum
1. Mulyana (2022) Faktor yang Mempengaruhi banyak memiliki
Hasil Belajar Siswa: wawasan terkait
1) Faktor internal (factor dalam diri) materi pembelajaran
2) Faktor eksternal (factor diluar diri) yang diberikan
3) Faktor pendekatan belajar “pendekatan 2) Peserta didik hanya
belajar dapat dipahami sebagai segala cara mengandalkan
strategi yang digunakan siswa dalam lingkungan sekolah
menunjang efektivitas dan efisiensi proses sebagai media utama
pembelajaran materi tertentu”. dalam pembelajaran

Link :
https://repository.uir.ac.id/4584/5/bab2.pdf
2. Menurut Slameto (2010) Faktor yang
Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa:
1) Faktor internal
a. Faktor jasmaniah: terdiri dari faktor
kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor fisiologis: terdiri dari intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kedisiplinan.
c. Faktor kelelahan: terdiri dari kelelahan
jasmani dan rohani.
2) Faktor eksternal
a. Faktor keluarga: terdiri dari cara orang
tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang tua,
dan talar belakang kebudayaannya.
b. Faktor sekolah: terdiri dari metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, disiplin siswa, keadaan gedung
dan tugas rumah.
c. Faktor kegiatan masyarakat: terdiri dari
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat.

Link :
https://files1.simpkb.id/guruberbagi/rpp/323422-
1674470569.pdf
3. Menurut Yuli, dkk. (2018) mengatakan
kemampuan dasar matematika siswa rendah
karena pembelajaran yang diberikan masih
berbasis teacher center.

Link :
file:///C:/Users/asus/Downloads/gautama,+19.
+Dian+Rizky+Utari+534-540.pdf
4. Artikel detik.com (2019) mengatakan
pelajaran matematika masih menjadi mata
pelajaran yang sulit yang dihadapi oleh setiap
siswa.

Hasil Wawancara:
1. Wawancara dengan Kepala Sekolah
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
sekolah yaitu Ibu Lia Yuliaty, S.Pd, diperoleh
keterangan sebagai berikut:
a. Guru kurang maksimal dalam
pengkondisian kelas, sehingga Peserta
didik tidak dapat diatur dalam
pembelajaran.
b. Guru belum optimal dalam memberikan
stimulus bagi Peserta didik
c. Minat belajar Peserta didik kurang,
sehingga capaian belajarnya rendah
2. Wawancara dengan teman sejawat
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
sebagai teman sejawat (Ibu Shofwah
Tresnawati, S.Pd), dapat dikemukakan
beberapa penyebab masalah tersebut di atas
sebagai berikut:
a. Kemampuan literasi dan numerasi masih
rendah.
b. Latar belakang siswa, kondisi siswa, gaya
belajar siswa, kemauan siswa, tujuan
belajar siswa, cita-cita siswa, motivasi
orang tua, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, kompetensi profesional guru,
kompetensi pedagodik guru, kompetensi
kepribadian guru
c. Rasa malas belajar, siswa tidak terdukung
oleh alat/media pembelajaran (buku, HP,
jaringan internet), motivasi belajar rendah
d. Faktor internal siswa diantaranya Motivasi
dan minat belajar.
Faktor External diantaranya: Guru dan
sarana pembelajaran
e. Dukungan keluarga, Sarana prasarana
sekolah, Motivasi dan kualitas guru
3 Relasi atau Setelah dieksplorasi, diketahui bahwa penyebab Dari hasil analisis
hubungan antara kurang intens dan terbatasnya hubungan antara terhadap hasil kajian dan
guru dan orang tua peserta didik dengan guru, di antaranya: wawancara, serta
orangtua peserta 1) Orangtua sibuk dengan pekerjaan dan kurang dikonfirmasi melalui
didik sangat memperhatikan anaknya observasi/ pengamatan
terbatas dan 2) Orangtua tidak tahu perkembangan anaknya secara langsung di
kurang intens dalam pembelajaran sekolah dapat diketahui
3) Beberapa orangtua tidak hadir pada saat bahwa penyebab masalah
diundang ke sekolah dan sulit dihubungi Hubungan komunikasi
apabila ada permasalahan yang dialami oleh antar guru dan orangtua
anaknya peserta didik sangat
terbatas adalah:
Kajian Literatur: 1. Orang tua kurang
Tiharoh (2008) Fungsi Hubungan komunikasi proaktif terhadap
walikelas dan orangtua Bertujuan membahas kegiatan-kegiatan yang
Masalah-masalah antara lain: diadakan pihak
1. Bidang edukatif antara lain: sekolah
a. Hasil belajar siswa 2. Orangtua sibuk
b. Prestasi siswa dengan pekerjaan dan
2. Bidang non edukatif, antara lain: kurang memperhatikan
a. Penolakan siswa terhadap guru-guru anaknya
tertentu 3. Orang tua tidak
b. Masalah-masalah anak di rumah yang mempunyai alat
menganggu proses belajar komunikasi (Hp atau
c. Ketidakpuasan orangtua atas perilaku guru telp)
terhadap anaknya

Sumber Literatur Jurnal Ilmiah:


Muhammad Saleh. Pola Hubungan Guru Dan
Orang tua Dalam Pendidikan Pada Madrasaah
Aliyah Negeri Di Aceh Tamiang.
https://jurnal.untan.ac.id/index.
php/jpdpb/article/download/4503/ 4596
Keberhasilan pendidikan anak sangat dipengaruhi
hubungan atau kerja sama antara guru dan
orangtua, salah satunya dalam prestasi belajar
anak diperlukan kerja sama guru dan orangtua
agar anak berprestasi dalam belajar. Hubungan
guru dan orangtua atau masyarakat sangatlah erat
bagi terwujudnya tujuan pendidikan dalam
menciptakan generasi-generasi tangguh untuk
memimpin bangsa dan agama. Pendidikan
dianggap bermutu dan sukses, apabila adanya
keterlibatan orangtua (masyarakat) dalam
menentukan arah pendidikan.

Hasil Wawancara:
1. Wawancara dengan Kepala Sekolah
Berdasarkan wawancara yang dilakukan
dengan kepala sekolah yaitu Lia Yuliaty, S.Pd,
diperoleh keterangan sebagai berikut:
a. Komite sekolah belum begitu aktif karena
kesibukannya.
b. Pertemuan yang dilakukan pihak sekolah
dengan orangtua sangat kurang.
c. Orang tua tahu perkembangan anaknya
disekolah hanya lewat laporan hasil belajar
2. Hasil wawancara dengan teman sejawat
Berdasarkan hasil wawancara dengan teman
sejawat yaitu Ibu Shofwah Tresnawati, S.Pd,
diperoleh keterangan sebagai berikut;
a. Guru tidak memiliki gawai, jarak rumah ke
sekolah jauh.
b. Guru tidak mengetahui latar belakang
orangtua dan siswa, tidak adanya kerjasama
yang baik antara guru dan orang tua,
orangtua kurang peduli dengan kemajuan
belajar siswa, guru yang terlalu sibuk
mengajar tanpa memberikan sentuhan
sosial emosional pada siswa.
c. orang tua tidak terpasilitasi oleh alat
komunikasi berupa HP
d. Jarak rumah ke sekolah yang terlalu jauh.
Orangtua tidak mempunyai alat komunikasi
(Hp dan telp). Hubungan wali siswa dengan
anaknya kurang harmonis.
e. Kepedulian guru dan wali siswa yang
rendah, jarak yang jauh, kurang finansial
dalam dukungan interaksi.
f. Media komunikasi yang masih kurang.
4. Guru belum Berdasarkan hasil eksplorasi penyebab masalah, Setelah dilakukan analisis
maksimal dapat disebutkan penyebab permasalahan tersebut terhadap guru yang belum
mengimplement muncul, di antaranya: maksimal
asikan model- 1. Guru kurang memiliki waktu untuk mengimplementasikan
model merancang pembelajaran yang inovatif model-model
pembelajaran 2. Terbatasnya pemahaman guru dalam pembelajaran inovatif
inovatif sesuai menerapkan pembelajaran yang inovatif sesuai dengan
dengan karakteristik materi
karakteristik Kajian Literatur: melalui berbagai
materi 1. Nurmasyitah dkk (2018) menyatakan bahwa 6iterature dan wawancara,
penyebab guru belum maksimal dalam maka dapat ditentukan
menerapkan model antara lain rancangan penyebab masalah yang
penerapan, kurang memahami langkah sesuai dengan kondisi
pembelajaran sesuai sintak yang ada pada satuan pendidikan sebagai
model pembelajaran pembelajaran guru. berikut:
2. Jurnal Ilmiah 1. Guru sering
Indah Fajar Friani, Sulaiman, Mislinawati. menggunakan metode
KENDALA GURU DALAMMENERAPKAN ceramah sehingga
MODEL PEMBELAJARAN PADA proses pembelajaran
PEMBELAJARAN TEMATIK terkesan monoton.
BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI 2. Guru belum memahami
SD NEGERI 2 KOTA BANDA ACEH. model-model
https://media.neliti.com/media/ pembelajaran yang
publications/188143-ID-kendala-guru- inovatif.
dalammenerapkan-model-pembe.pdf 3. Kurang memahami
Kendala yang dihadapi guru dalam langkah pembelajaran
menerapkan model pembelajaran diantaranya sesuai sintak yang ada
adalah dalam rencana pelaksanaan pada model
pembelajaran (RPP ) guru kurang memahami pembelajaran.
langkah- langkah pembelajaran sesuai sintak
yang ada pada model pembelajaran. Sehingga
guru kurang mampu dalam menstimulus
Peserta didik untuk menemukan sendiri
masalah yang ada pada materi pembelajaran,
guru kurang mampu mengarahkan Peserta
didik yang kurang pintar untuk terlibat aktif
dengan bekerjasama dalam kelompok,
terkendala dalam menyediakan alat dan bahan
jika diperlukan dalam melakukan proyek, dan
guru kurang menyiasati waktu yang tersedia.

Hasil Wawancara
1. Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah (Lia
Yuliaty, S.Pd);
“Kurangnya pengetahuan guru terhadap model
pembelajaran. Sehingga pembelajaran
cenderung monoton, ditambah juga motivasi
belajar Peserta didik yang rendah.”
2. Hasil wawancara dengan teman sejawat (Ibu
Shofwah Tresnawati, S.Pd);
a. Kurang memahami langkah
pembelajaran sesuai sintak yang ada
pada model pembelajaran.
b. Guru belum memahami model-model
pembelajaran yang inovatif.
5 Peserta didik Setelah dilakukan eksplorasi terhadap masalah Setelah dilakukan analisis
belum maksimal yang muncul terkait dengan pemanfaatan terhadap kurangnya
dalam teknologi/TIK dalam pembelajaran, dapat Peserta didik dalam
keefektifan diidentifikasi hal-hal sebagai berikut: keefektifan belajar ketika
belajar ketika 1. Guru jarang menggunakan teknologi guru memanfaatkan
guru informasi seperti PPT interaktif. teknologi/TIK dalam
memanfaatkan 2. Guru belum pernah mengajar menggunakan melakukan pembelajaran
teknologi/ TIK aplikasi TIK sebagai pendukung melalui berbagai literatur
dalam pembelajaran. dan wawancara, maka
melakukan 3. Peserta didik belum terbiasa mengikuti dapat ditentukan
pembelajaran pembelajaran dengan pemanfaatan TIK penyebab masalah yang
sebagai media belajar sesuai dengan kondisi
satuan pendidikan sebagai
Kajian Literatur: berikut:
1. Menurut salehatua, dkk (2018) mengatakan 1. Masih monoton
bahwa guru masih mengalami kendala dalam menjadikan buku
mengoperasikan IT sebagai media sebagai sumber belajar
pembelajaran diantaranya yaitu kurangnya 2. Kemahiran Peserta
pengetahuan guru tentang IT, kurangnya didik dalam teknologi
fasilitas IT yang tersedia disekolah, arus masih belum
listrik di sekolah tidak norma, internet tidak diterapkan dalam
dapat menjangkau keseluruh kelas, serta tidak pembelajaran, Peserta
adanya kewajiban dari pihak sekolah agar didik lebih asik
guru yang mengajar harus menggunakan IT. bermedia sosial dan
2. Fanny Rahmatina dkk (2019) Mengatakan bermain game dalam
bahwa guru hanya memanfaatkan saran papan kegiatan teknologinya.
tulis sebagai media, guru belum mampu 3. Kurangnya
menggunakan teknologi yang bervariasi. pengalaman guru untuk
3. Jurnal Ilmiah memanfaatkan
Rediana Setiyani. PEMANFAATAN teknologi dalam
INTERNET SEBAGAI SUMBER pembelajaran, dan
BELAJAR. tidak terlalu banyak
https://media.neliti.com/media/ variasi media
publications/61217-ID-pemanfaatan-internet- pembelajaran yang
sebagai-sumber-bela.pdf diketahui guru.
1) Menurut Adri (2007), pemanfaatan
jaringan internet sebagai sumber dan
sarana pembelajaran, dapat
diimplementasikan sebagi berikut:
a. Browsing, merupakan istilah umum
yang digunakan bila hendak menjelajahi
dunia maya atau web.
b. Resourcing adalah menjadikan internet
sebagai sumber pengajaran.
c. Searching merupakan proses pencarian
sumber pembelajaran guna melengkapi
materi yang akan disampaikan kepada
peserta didik.
d. Consulting dan communicating
2) Menurut Association for Educational
Communications and Technology sumber
pembelajaran adalah segala sesuatu atau
daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru,
baik secara terpisah maupun dalam bentuk
gabungan, untuk kepentingan belajar
mengajar dengan tujuan meningkatkan
efektivitas dan efisiensi tujuan
pembelajaran. Sumber pembelajaran dapat
dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Sumber pembelajaran yang sengaja
direncanakan (learning resources by
design), yakni semua sumber yang
secara khusus telah dikembangkan
sebagai komponen sistem instruksional
untuk memberikan fasilitas belajar yang
terarah dan bersifat formal.
b. Sumber pembelajaran yang karena
dimanfaatkan (learning resources by
utilization), yakni sumber belajar yang
tidak secara khusus didesain untuk
keperluan pembelajaran namun dapat
ditemukan dan dimanfaatkan untuk
keperluan belajar salah satunya adalah
media masa.

Hasil Wawancara:
1. Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah (Lia
Yuliaty, S.Pd);
a. Guru selalu menjadikan buku sebagai
sumber belajar, padahal dengan
mengunakan kelas multi media dalam
pembelajaran akan lebih mengasyikkan.
b. Pengalaman guru untuk memanfaatkan
teknologi dalam pembelajaran masih
kurang, padahal fasilitas teknologi sekolah
sudah cukup memadai.
c. Minimnya pelatihan yang dilakukan guru
dalam penerapan aplikasi teknologi seperti
powerpoint, google class, google meet, dan
yang lainnya
2. Hasil wawancara dengan teman sejawat (Ibu
Shofwah Tresnawati, S.Pd);
a. Kemahiran Peserta didik dalam teknologi
masih belum diterapkan dalam
pembelajaran.
b. Penggunaan internet yang dilakukan
Peserta didik masih seputar game dan
media sosial.
c. Masih monoton menjadikan buku sebagai
sumber belajar.
d. Kurangnya pengalaman guru untuk
memanfaatkan teknologi.
6 Pembelajaran Pembelajaran belum berbasis HOTS dapat Setelah dilakukan
berbasis HOTS disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya: analisis terhadap
belum 1. Kurangnya pemahaman pembelajaran berbasis Pembelajaran di kelas
dilaksanakan HOTS masih belum berbasis
dalam proses 2. Kurangnya pelatihan dalam merancang HOTS melalui berbagai
belajar mengajar pembelajaran berbasis HOTS. literatur dan wawancara,
maka dapat ditentukan
Kajian Literatur: penyebab masalah yang
1. Pertiwi dkk (2016:10) menyatakan bahwa sesuai dengan kondisi
pemahaman Peserta didik yang rendah satuan pendidikan
menyebabkan guru mengalami kesulitan sebagai berikut:
dalam menyesuaikan indikator soal dengan 1. Guru belum paham
kemampuan Peserta didik yang ingin konsep pembelajaran
dikembangkan. yang berorientasi
2. Akhmad Riandi Agusta dkk (2021) bahwa HOTS.
guru belum siap melaksanakan pembelajaran 2. Peserta didik Belum
berbasis HOTS. siap untuk diajak
berpikir kritis seperti
ciri pembelajaran
3. Jurnal Ilmiah HOTS. Kita masih
Posma. Analisis kesulitan Guru Bahasa menggunakan ingatan
Indonesia dalam Penerapan Pembelajaran rendah dalam
Higher Order Thinking Skills (HOTS) di pembelajaran.
SMK Swasta Pariwisata Prima Sidikalang
https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/ 3. Guru dan peserta didik
Bahastra/article/download/3676/2574 belum paham dalam
Penerapan dalam HOTS masih sulit proses pembelajaran
diterapkan guru dalam pembelajaran sehingga HOTS.
guru masih menciptakan soal yang hanya
mengandalkan ingatan otak dibandingkan
dengan berfikir secara kritis. Penerapan dalam
penyusunan soal berbasis HOTS masih sangat
minim untuk diterapkan dalam pembelajaran
yang ada di sekolah. Sesuai dengan
pernyataan, permasalahan yang muncul adalah
cenderung berkaitan dengan masih banyak
guru yang kebingungan dalam menerapkan
pembelajaran berbasis HOTS tersebut. Para
guru masih belum paham tentang penyusunan
soal, sehingga mereka kesulitan tentang cara
menerapkan dan menilai. Meskipun
pemerintah sudah melakukan rangkaian
berbagai kegiatan berupa pelatihan, seminar,
dan sebagainya untuk implementasi kurikulum
2013 revisi 2016 yang benar. Masih banyak
guru yang kebingungan dalam menerapkan
pembelajaran berbasis HOTS dan penyusunan
soal HOTS.
Hasil Wawancara :
1. Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah (Lia
Yuliaty, S.Pd);
“Penerapan HOTS dalam pembelajaran di
sekolah kita masih sulit diterapkan. selain guru
dalam pembelajaran masih mengandalkan
ingatan otak dibandingkan dengan berfikir
secara kritis, faktor Peserta didik juga belum
siap diajak untuk berpikir kritis.”

2. Hasil wawancara dengan teman sejawat (Ibu


Shofwah Tresnawati, S.Pd);
“Peserta didik Belum siap untuk diajak
berpikir kritis seperti ciri pembelajaran HOTS.
Kita masih menggunakan ingatan rendah
dalam pembelajaran.”

Anda mungkin juga menyukai