No PPG :
Rombel :
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Ni Made Gemini, S.Pd.SD.)
Penyebab minat belajar siswa
rendah yaitu:
1.1.4 Pembelajaran oleh guru
kurang menarik.
1.1.5 Konsep dasar belum
dikuasai oleh siswa.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab minat belajar siswa
rendah yaitu:
1.1.6 Penggunaan media
pembelajaran masih
kurang.
1.1.7 Konten buku tidak
menarik.
1.1.8 Metode guru mengajar
kurang menarik.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab minat belajar siswa
rendah yaitu:
1.1.9 Belum dilaksanakannya
asesmen diagnostik.
1.1.10 Pembelajaran belum
mengakomodasi minat
belajar siswa.
Pengawas Sekolah
(Gusti Ayu Kusumawati, S.Pd.,
M.Pd.)
Penyebab minat belajar siswa
rendah yaitu:
1.1.11 Pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru
kurang menarik.
1.2 Siswa mengalami Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian
kejenuhan 1.2.1 Agustina, dkk. (2019) literatur dan wawancara,
(burnout). menyatakan kejenuhan penyebab siswa
belajar dapat berasal mengalami kejenuhan
dari situasi yang
(burnout) yaitu:
monoton, kebisingan
pada saat belajar, tugas 1) Situasi pembelajaran
terlalu banyak, harapan yang monoton.
yang tinggi, kurang 2) Kebisingan pada saat
adanya kontrol, tekanan siswa belajar.
yang tinggi, tidak 3) Terlalu banyak tugas
dihargai, diacuhkan, yang harus dikerjakan
kehilangan kesempatan, siswa.
aturan yang 4) Stagnasi pada variasi
membingungkan, metode pembelajaran
tuntutan yang saling oleh guru.
bertentangan, dan 5) Aturan dari guru yang
deadline tugas. membingungkan siswa.
6) Kurangnya interelasi
1.2.2 Muhibbin Syah (dalam siswa dengan guru.
Istiqamah & Ichsan, 7) Media pembelajaran
2021) menyatakan yang kurang
faktor-faktor yang mendukung.
menyebabkan kejenuhan 8) Tidak adanya feedback
belajar yaitu: 1) stagnasi positif dari aktivitas
pada variasi metode belajar siswa.
pembelajaran, 2) tidak 9) Guru tidak
didukung oleh memberikan
lingkungan dan iklim kesempatan bagi siswa
belajar, 3) adanya untuk relaksasi ketika
konflik dalam belajar.
lingkungan belajar yang
tidak cepat diselesaikan,
dan 4) tidak adanya
feedback positif dari
aktivitas belajar.
1.2.3 Damayanti, dkk. (2020)
menyatakan faktor yang
menjadi penyebab
kejenuhan belajar yaitu:
1) metode pembelajaran
yang digunakan guru
tidak disukai oleh siswa,
2) media pembelajaran
yang kurang
mendukung, 3) terlalu
banyak hafalan, 4) guru
mengajar terlalu
monoton, dan 5) tidak
adanya relaksasi dalam
belajar.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Ni Made Gemini, S.Pd.SD.)
Penyebab siswa mengalami
kejenuhan (burnout) yaitu:
1.2.4 Pembelajaran monoton
atau tidak bervariasi.
1.2.5 Pembelajaran tidak
menarik.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab siswa mengalami
kejenuhan (burnout) yaitu:
1.2.6 Kegiatan pembelajaran
kurang bervariasi.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab siswa mengalami
kejenuhan (burnout) yaitu:
1.2.7 Faktor internal: tidak
terpenuhi keinginan
(minat) siswa.
1.2.8 Faktor eksternal: variasi
media dan model
pembelajaran kurang.
1.3 Rendahnya Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian
minat baca 1.3.1 Solahudin, dkk. (2022) literatur dan wawancara,
siswa. menyatakan rendahnya penyebab rendahnya
minat baca siswa minat baca siswa yaitu:
disebabkan oleh faktor
1) Kemampuan siswa
internal dan faktor
membaca rendah.
eksternal. Faktor
2) Siswa tidak memahami
internalnya meliputi:
makna yang
kemampuan membaca
terkandung dalam
dan memahami makna
bacaan.
yang terkandung dalam
3) Guru belum
bacaan, kurangnya
menanamkan budaya
membiasakan membaca,
membaca kepada
membaca buku atas
siswa.
perintah guru, siswa
4) Mading sekolah tidak
jarang mencari buku
pernah diperbaharui.
atau bahan bacaan
5) Sekolah tidak memiliki
sesuai dengan
tempat khusus untuk
kebutuhannya. Faktor
membaca selain
eksternalnya meliputi:
perpustakaan.
budaya membaca yang
6) Program literasi belum
kurang di lingkungan
berjalan maksimal.
sekolah, program literasi
7) Tidak tersedianya pojok
belum berjalan
baca di kelas.
maksimal, mading
8) Siswa kurang
sekolah yang tidak
menyadari pentingnya
pernah diperbaharui,
membaca.
dan sekolah tidak
memiliki tempat khusus
untuk membaca selain
di perpustakaan.
1.3.2 Prasrihamni, dkk. (2022)
menyatakan rendahnya
minat baca bisa
dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor
pertama, belum adanya
pembiasaan dalam
membaca yang
ditanamkan kepada
anak sejak dini. Faktor
kedua, akses seperti
fasilitas pendidikan
yang belum merata dan
minimnya kualitas
sarana pendidikan.
1.3.3 Magdalena (dalam
Marlina, 2021)
menyatakan kurangnya
minat baca siswa
sekolah dasar karena
kurangnya kemauan dari
siswa sendiri untuk
terlibat dalam kegiatan
membaca, serta guru
belum melibatkan siswa
secara intensif dalam
kegiatan membaca buku
saat pembelajaran
ataupun sebelum
pembelajaran.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Ni Made Gemini, S.Pd.SD.)
Penyebab rendahnya minat
baca siswa yaitu:
1.3.4 Belum adanya program
literasi di sekolah.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab rendahnya minat
baca siswa yaitu:
1.3.5 Kurangnya pembiasaan
membaca pada siswa.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab rendahnya minat
baca siswa yaitu:
1.3.6 Tidak tersedianya pojok
baca di kelas.
1.3.7 Siswa kurang menyadari
pentingnya membaca.
Pengawas Sekolah
(Gusti Ayu Kusumawati, S.Pd.,
M.Pd.)
Penyebab rendahnya minat
baca siswa yaitu:
1.3.8 Siswa belum dibiasakan
membaca sebelum
kegiatan pembelajaran
dimulai.
1.3.9 Belum adanya program
literasi di sekolah.
1.4 Kemampuan Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian
siswa dalam 1.4.1 Dwiyono (2021) literatur dan wawancara,
menyelesaikan menyatakan faktor penyebab kemampuan
operasi hitung penyebab kesulitan siswa dalam
perkalian masih siswa belajar perkalian
rendah. menyelesaikan operasi
yaitu faktor internal
meliputi: minat dan hitung perkalian masih
perhatian siswa. Faktor rendah yaitu:
eksternal meliputi: relasi 1) Minat belajar
guru dengan siswa. Jika matematika siswa
hubungan atau rendah.
komunikasi guru dengan 2) Kurangnya interelasi
siswa baik, maka siswa siswa dengan guru.
akan menyukai guru dan 3) Guru mengajarkan
mata pelajaran. perkalian masih
1.4.2 Solikin, dkk. (2019) menggunakan metode
menyatakan penyebab menghafal.
sulitnya siswa belajar 4) Siswa belum
perkalian yaitu banyak memahami konsep
guru dalam pelaksanaan dasar perkalian.
pengajaran operasi 5) Kurangnya variasi guru
perkalian masih dalam mengajar.
mengunakan metode 6) Kurangnya perhatian
hafalan. Pada orang tua saat siswa
pembelajaran operasi belajar perkalian.
perkalian bilangan lebih 7) Tidak adanya
dari satu digit, guru kesadaran dalam diri
cenderung menerapkan siswa untuk belajar
metode perkalian matematika.
bersusun, tanpa ada 8) Metode drill jarang
variasi metode lain. diterapkan oleh guru.
1.4.3 Husnah, dkk. (2022)
menyatakan kesulitan
siswa menyelesaikan
soal perkalian
disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu: 1)
siswa menggunakan
metode hafalan dalam
mempelajari operasi
hitung perkalian, 2)
kurangnya perhatian
orang tua saat belajar
perkalian, 3) kurangnya
motivasi dan minat
belajar siswa terhadap
perkalian, 4) tidak
adanya kesadaran
dalam diri siswa untuk
belajar matematika, dan
5) kurangnya variasi
guru dalam mengajar.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Ni Made Gemini, S.Pd.SD.)
Penyebab kemampuan siswa
dalam menyelesaikan operasi
hitung perkalian masih rendah
yaitu:
1.4.4 Konsep dasar yang
diajarkan guru belum
dipahami siswa.
1.4.5 Siswa beranggapan mata
pelajaran matematika
sulit dipelajari.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab kemampuan siswa
dalam menyelesaikan operasi
hitung perkalian masih rendah
yaitu:
1.4.6 Siswa belum memahami
konsep dasar perkalian.
1.4.7 Metode drill jarang
diterapkan di kelas.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab kemampuan siswa
dalam menyelesaikan operasi
hitung perkalian masih rendah
yaitu:
1.4.8 Siswa hanya sekedar
menghafal perkalian.
1.4.9 Siswa belum
menerapkan konsep
dasar perkalian dalam
kehidupan sehari-hari.
2 Kesulitan belajar
siswa termasuk
siswa berkebutuhan
khusus dan masalah
pembelajaran
(berdiferensiasi) di
kelas berdasarkan
pengalaman
mahasiswa saat
menjadi guru.
2.1 Terdapat siswa Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian
slow learner. 2.1.1 Rofiah (2017) literatur dan wawancara,
menyatakan penyebab penyebab terdapatnya
anak lambat belajar siswa slow learner yaitu:
(slow learner) antara lain
1) Masalah konsentrasi
karena masalah
siswa.
konsentrasi, daya ingat
2) Daya ingat siswa yang
yang lemah, kognisi,
lemah.
serta masalah sosial dan
3) Faktor kelahiran siswa
emosional di sekolah,
yang prematur.
siswa diharuskan
4) Ketidaksesuaian
menyelesaikan tugas-
karakteristik sekolah
tugas, belajar dengan
dengan siswa.
sungguh-sungguh, dan
5) Masalah sosial dan
mencapai nilai yang
emosional siswa.
tinggi.
6) Gizi siswa yang tidak
2.1.2 Nurfadhillah, dkk. (2021)
memadai.
menyatakan beberapa
7) Kurang tepatnya
faktor yang
strategi pembelajaran
menyebabkan siswa
oleh guru.
lamban belajar (slow
8) Kegiatan pembelajaran
learner) yaitu faktor
yang tidak mampu
sebelum lahir, faktor
membangkitkan
saat proses kelahiran,
motivasi siswa.
dan ketidaksesuaian
karakteristik sekolah
yang membuatnya tidak
berprestasi optimal
secara akademisnya.
2.1.3 Ningsih & Silvianetri
(2022) menyatakan
penyebab seorang anak
mengalami slow learner
yaitu faktor biokimia
yang dapat merusak
otak, misalnya: zat
pewarna pada makanan,
pencemaran lingkungan,
gizi yang tidak memadai,
dan pengaruh psikologis
dan sosial. Faktor
eksternal yaitu kurang
tepatnya strategi
pembelajaran dan
kegiatan pembelajaran
yang tidak mampu
membangkitkan motivasi
anak.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Ni Made Gemini, S.Pd.SD.)
Penyebab terdapatnya siswa
slow learner yaitu:
2.1.4 Faktor kelahiran yang
prematur.
2.1.5 Siswa kurang gizi.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab terdapatnya siswa
slow learner yaitu:
2.1.6 IQ atau intelligence
quotient siswa yang
rendah.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab terdapatnya siswa
slow learner yaitu:
2.1.7 Faktor genetik siswa.
2.1.8 Guru hanya
menggunakan media
yang abstrak.
2.2 Belum Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian
diterapkannya 2.2.1 Dewantara, dkk. (2020) literatur dan wawancara,
pembelajaran menyatakan guru belum penyebab belum
berdiferensiasi di mampu mengakomodir diterapkannya
kelas. diferensiasi gaya belajar
pembelajaran
siswa, dikarenakan guru
belum memiliki berdiferensiasi di kelas
pengetahuan pedagogik yaitu:
yang mendalam terkait 1) Guru belum memiliki
pemilihan media pengetahuan pedagogik
pembelajaran ditinjau terkait pemilihan media
dari gaya belajar siswa. sesuai gaya belajar
2.2.2 Herwina (2021) siswa.
menyatakan guru belum 2) Guru terbiasa
bisa membayangkan melakukan
pembelajaran pembelajaran satu
diferensiasi karena 1) arah dan berpusat
sudah terbiasa dan hanya pada guru
sejak lama melakukan (teacher center).
suatu proses 3) Perbedaan siswa
pembelajaran satu arah dianggap sebagai
dan berpusat hanya masalah oleh guru.
pada guru (teacher 4) Guru jarang
center), 2) perbedaan memperhatikan profil
siswa dianggap sebagai belajar siswa.
masalah, 3) lebih 5) Guru hanya berfokus
menonjolkan pada kecerdasan
kecerdasan intelektual, intelektual siswa.
4) minat siswa jarang
diperhatikan, dan 5)
profil belajar siswa
jarang diperhatikan.
2.2.3 Alhafiz (2022)
menyatakan
pembelajaran
berdiferensiasi belum
diterapkan karena guru
cenderung kurang
paham atau
mengabaikan konsep
ini. Pembelajaran lebih
dominan bertumpu pada
guru (teacher center)
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Ni Made Gemini, S.Pd.SD.)
Penyebab belum diterapkannya
pembelajaran berdiferensiasi di
kelas yaitu:
2.2.4 Guru belum memahami
pembelajaran
berdiferensiasi yang
mengakomodasi gaya
belajar siswa.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab belum diterapkannya
pembelajaran berdiferensiasi di
kelas yaitu:
2.2.5 Guru belum memahami
pembelajaran
berdiferensiasi.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab belum diterapkannya
pembelajaran berdiferensiasi di
kelas yaitu:
2.2.6 Belum adanya
sosialisasi yang
menyeluruh terkait
pembelajaran
berdiferensiasi.
2.2.7 Guru masih belajar
mengadakan
pembelajaran
berdiferensiasi.
3 Membangun
relasi/hubungan
dengan siswa dan
orang tua siswa.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Ni Made Gemini, S.Pd.SD.)
Penyebab belum optimalnya
kerja sama guru dan orang tua
siswa yaitu:
3.1.4 Orang tua siswa sibuk
bekerja.
3.1.5 Respon atau tanggapan
dari orang tua siswa
lambat, sehingga
menghambat
komunikasi.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab belum optimalnya
kerja sama guru dan orang tua
siswa yaitu:
3.1.6 Orang tua sibuk bekerja.
3.1.7 Orang tua sepenuhnya
mempercayakan
anaknya kepada guru.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab belum optimalnya
kerja sama guru dan orang tua
siswa yaitu:
3.1.8 Pemikiran guru dan
orang tua siswa terpisah
terkait pembelajaran.
Orang tua menganggap
mengajar selalu
dilakukan oleh guru
saja.
3.1.9 Guru belum melibatkan
orang tua siswa dalam
kegiatan terstruktur.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Ni Made Gemini, S.Pd.SD.)
Penyebab rendahnya
keterampilan kalaborasi siswa
yaitu:
3.2.4 Guru terlalu fokus pada
pemberian tugas secara
individu, tidak melalui
diskusi.
3.2.5 Siswa belum dibiasakan
untuk bekerja dalam
kelompok.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab rendahnya
keterampilan kalaborasi siswa
yaitu:
3.2.6 Siswa tidak dibiasakan
bekerja dalam
kelompok.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab rendahnya
keterampilan kalaborasi siswa
yaitu:
3.2.7 Guru masih
mengganggap dirinya
sebagai pusat
pembelajaran atau
teacher center.
3.2.8 Siswa belum diberikan
kesempatan
mengeksplorasi
pengalaman temannya.
4 Pemahaman/
pemanfaatan model-
model pembelajaran
inovatif berdasarkan
karakteristik materi
dan siswa.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Ni Made Gemini, S.Pd.SD.)
Penyebab kurang optimalnya
penerapan model pembelajaran
inovatif yaitu:
4.1.4 Kurangnya pemahaman
guru terkait dengan
model pembelajaran
inovatif.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab kurang optimalnya
penerapan model pembelajaran
inovatif yaitu:
4.1.5 Kurangnya pemahaman
guru terkait dengan
model pembelajaran
inovatif.
4.1.6 Kurangnya pelatihan
guru terkait model
pembelajaran inovatif.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab kurang optimalnya
penerapan model pembelajaran
inovatif yaitu:
4.1.7 Guru hanya berfokus
mengikuti langkah
pembelajaran pada RPP
konvensional.
4.1.8 Kurangnya pelatihan-
pelatihan penerapan
model pembelajaran
inovatif untuk guru.
4.1.9 Kurangnya keinginan
guru untuk
mengeksplorasi model-
model pembelajaran
inovatif.
Pengawas Sekolah
(Gusti Ayu Kusumawati, S.Pd.,
M.Pd.)
Penyebab kurang optimalnya
penerapan model pembelajaran
inovatif yaitu:
4.1.10 Kurangnya pengetahuan
guru terkait model
pembelajaran inovatif.
4.1.11 Guru belum mengikuti
pelatihan penerapan
model pembelajaran
inovatif.
5 Materi terkait
Literasi numerasi,
Advanced material,
miskonsepsi, HOTS.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Ni Made Gemini, S.Pd.SD.)
Penyebab rendahnya
kemampuan literasi numerasi
siswa yaitu:
5.1.4 Guru belum
membiasakan siswa
menjawab soal literasi
numerasi.
5.1.5 Anggapan siswa bahwa
literasi numerasi
merupakan mata
pelajaran yang baru.
Padahal, sudah
terintegrasi pada mata
pelajaran matematika.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab rendahnya
kemampuan literasi numerasi
siswa yaitu:
5.1.6 Guru jarang melatih
siswa menjawab soal
literasi numerasi.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab rendahnya
kemampuan literasi numerasi
siswa yaitu:
5.1.7 Adanya perasaan takut
siswa untuk belajar
materi yang memuat
angka-angka.
5.1.8 Siswa kurang
mengaitkan materi
literasi numerasi dengan
kegiatannya dalam
kehidupan sehari-hari.
5.2 Siswa mengalami Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian
miskonsepsi. 5.2.1 Adi, dkk. (2019) literatur dan wawancara,
menyatakan penyebab penyebab siswa
miskonsepsi antara lain: mengalami miskonsepsi
1) konsep awal siswa, 2)
yaitu:
reasoning yang keliru,
dan 3) pemikiran 1) Konsep awal siswa
humanistik dan keliru.
pemikiran asosiatif. 2) Reasoning siswa yang
5.2.2 Nasution, dkk (2021) keliru.
menyatakan faktor 3) Metode mengajar yang
penyebab miskonsepsi dipakai guru tidak
pada siswa berasal dari tepat.
diri siswa sendiri, 4) Konsep yang dipelajari
berasal dari konteks, tidak sesuai dengan
dan juga berasal dari perkembangan kognitif
metode mengajar yang siswa.
dipakai guru. 5) Kurangnya penanaman
5.2.3 Yuliati (2017) konsep mendasar dari
menyatakan penyebab jenjang kelas
miskonsepsi yang sebelumnya.
dialami oleh siswa yaitu:
1) berasal dari siswa itu
sendiri yaitu berkaitan
dengan pengetahuan
awal yang dimiliki siswa
(prakonsepsi), 2) tahap
perkembangan kognitif
yang tidak sesuai
dengan konsep yang
dipelajari, 3)
pembelajaran yang
dilakukan oleh guru,
dan 4) bahan ajar yang
digunakan oleh siswa.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Ni Made Gemini, S.Pd.SD.)
Penyebab siswa mengalami
miskonsepsi yaitu:
5.2.4 Daya tangkap siswa
terhadap materi
pelajaran yang berbeda-
beda.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab siswa mengalami
miskonsepsi yaitu:
5.2.5 Siswa kurang memahami
konsep dasar.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab siswa mengalami
miskonsepsi yaitu:
5.2.6 Siswa kurang memahami
konsep dasar.
5.2.7 Kurangnya penanaman
konsep mendasar dari
jenjang kelas
sebelumnya.
5.3 Siswa tidak Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian
mampu 5.3.1 Nuraini (2022) literatur dan wawancara,
menyelesaikan menyatakan penyebab penyebab siswa tidak
soal HOTS. siswa tidak mampu mampu menyelesaikan
menjawab soal HOTS
soal HOTS yaitu:
yaitu tidak terbiasa
dalam menyelesaikan 1) Kurangnya
soal HOTS, kurangnya pemahaman siswa
pemahaman materi, terhadap materi ajar.
kurang memahami 2) Siswa kurang
kalimat dalam soal, serta memahami kalimat
kurang teliti dalam soal.
membaca dan 3) Siswa tidak terbiasa
memahami soal. mengerjakan soal
5.3.2 Aryani, dkk. (2019) konstekstual atau tidak
menyatakan siswa rutin.
kesulitan menjawab soal 4) Siswa tidak teliti dalam
HOTS karena siswa tidak mengerjakan soal.
terbiasa dengan soal 5) Siswa kesulitan
konstekstual atau soal membangun ide dalam
tidak rutin, tidak mengerjakan soal.
mengingat lagi konsep 6) Guru belum
yang sudah dipelajari, menerapkan
siswa cenderung pembelajaran berbasis
menghafal rumus atau HOTS.
suatu konsep tanpa 7) Guru memberikan soal
memahami maknanya. latihan sebatas pada
Siswa tidak teliti dan tingkat kognitif yang
terburu-buru dalam rendah (LOTS).
mengerjakan soal,
cenderung menjawab
soal dengan singkat, dan
siswa mengalami
kesulitan membangun
ide atau gagasan dalam
mengerjakan soal.
5.3.3 Dalman & Junaidi (2022)
menyatakan siswa
kesulitan menjawab soal
HOTS karena 1) siswa
tidak memahami materi
ajar, 2) siswa tidak
mengerti perintah soal,
dan 3) siswa tidak
terbiasa menganalisis.
5.3.4 Silalahi & Deri (2022)
menyatakan kesulitan
siswa mengerjakan soal
HOTS disebabkan
karena kurangnya
pengetahuan siswa pada
materi dan kurangnya
pemaknaan model dan
bentuk pembelajaran.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Ni Made Gemini, S.Pd.SD.)
Penyebab siswa tidak mampu
menyelesaikan soal HOTS
yaitu:
5.3.5 Guru belum mampu
memberikan pertanyaan
yang membuat siswa
tertantang menjawab.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab siswa tidak mampu
menyelesaikan soal HOTS
yaitu:
5.3.6 Guru jarang melatih
siswa menjawab soal
HOTS.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab siswa tidak mampu
menyelesaikan soal HOTS
yaitu:
5.3.7 Guru memberikan soal
latihan sebatas pada
tingkat kognitif yang
rendah (LOTS).
5.3.8 Guru belum mengikuti
pelatihan terkait
pembelajaran HOTS.
6 Pemanfaatan
teknologi/inovasi
dalam pembelajaran.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Ni Made Gemini, S.Pd.SD.)
Penyebab belum optimalnya
pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran yaitu:
6.1.5 Kurangnya sarana dan
prasarana.
6.1.6 Kemampuan siswa
dalam menggunakan
perangkat teknologi
masih kurang.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab belum optimalnya
pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran yaitu:
6.1.7 Kurangnya sarana dan
prasarana.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab belum optimalnya
pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran yaitu:
6.1.8 Kurangnya keinginan
untuk belajar
memanfaatkan TIK
dalam pembelajaran.
6.1.9 Guru cukup berpuas diri
ketika hanya
menggunakan
powerpoint dalam
pembelajaran.
Pengawas Sekolah
(Gusti Ayu Kusumawati, S.Pd.,
M.Pd.)
Penyebab belum optimalnya
pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran yaitu:
6.1.10 Kurangnya kemampuan
guru dalam
mengoperasikan laptop.
6.1.11 Belum dilaksanakannya
pelatihan terkait
penggunaan TIK dalam
pembelajaran.
Daftar Pustaka
Adi, dkk. 2019. “Faktor-Faktor Penyebab Miskonsepsi Siswa SD Pada Materi Life
Processes And Living Things”. Profesi Pendidikan Dasar. Volume 6. Nomor 1.
Tersedia pada https://journals.ums.ac.id/index.php/ppd/article/view/7988
(diakses tanggal 30 Agustus 2022).
Agustin, dkk. 2021. “Peranan Media Interaktif Animasi Terhadap Minat Belajar
Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 019
Tanjung Sawit Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Pembelajaran
2020/2021”. Jurnal Pendidikan Dan Konseling. Volume 3. Nomor 1. Tersedia
pada
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/138
5 (diakses tanggal 1 September 2022).
Agustina, dkk. 2019. “Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Kejenuhan Belajar
Pada Siswa Dan Usaha Guru BK Untuk Mengatasinya”. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Volume 4. Nomor 1. Tersedia pada
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pbk/article/view/7153/4834 (diakses tanggal
30 Agustus 2022).
Alhafiz, Nurzaki. 2022. “Analisis Profil Gaya Belajar Siswa Untuk Pembelajaran
Berdiferensiasi Di SMP Negeri 23 Pekanbaru”. Jurnal Cakrawala Ilmiah.
Volume 1. Nomor 5. Tersedia pada
https://bajangjournal.com/index.php/JCI/article/view/1203 (diakses
tanggal 1 September 2022).
Asmaranti & Sri. 2018. “Mengapa Media Berbasis Komputer dalam Pembelajaran
Matematika Penting? Perspektif Guru dan Siswa”. Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains. Volume 6. Nomor 2. Tersedia pada
https://www.researchgate.net/publication/332396714_Mengapa_Media_Berb
asis_Komputer_dalam_Pembelajaran_Matematika_Penting_Perspektif_Guru_d
an_Siswa (diakses tanggal 2 September 2022).
Dalman & Junaidi. 2022. “Penyebab Sulitnya Siswa Menjawab Soal HOTS dalam
Pembelajaran Sosiologi di Kelas XI IPS SMAN 1 Batang Kapas Pesisir Selatan”
. Journal of Education&Pedagogy. Volume 1. Nomor 1. Tersedia pada
https://naradidik.ppj.unp.ac.id/index.php/nara/article/view/12/13 (diakses
tanggal 2 September 2022).
Hamida, dkk. 2021. “Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
di Masa Pandemi COVID-19”. Jurnal Mimbar Ilmu. Volume 26. Nomor 2.
Tersedia pada
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MI/article/view/39024 (diakses
tanggal 30 Agustus 2022).
Herwina, Wiwin. 2021. “Optimalisasi Kebutuhan Siswa Dan Hasil Belajar Dengan
Pembelajaran Berdiferensiasi”. Perspektif Ilmu Pendidikan. Volume 35. Nomor
2. Tersedia pada
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/pip/article/view/22057 (diakses
tanggal 30 Agustus 2022).
Husnah, dkk. 2022. “Analisis Kesulitan Belajar Siswa Kelas III Dalam
Menyelesaikan Soal Materi Operasi Hitung Perkalian pada Masa Pandemi
Covid-19”. Journal of Classroom Action Research. Volume 4. Nomor 2.
Tersedia pada
https://jppipa.unram.ac.id/index.php/jcar/article/view/1587/1190 (diakses
tanggal 1 September 2022).
Istiqamah & Ichsan. 2021. “Masalah Lupa, Kejenuhan Dan Kesulitan Siswa Serta
Mengatasinya Dalam Pembelajarandi Mi/SD”. Jurnal Limas PGMI. Volume 1.
Nomor 2. Tersedia pada
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/limaspgmi/article/view/7671
(diakses tanggal 30 Agustus 2022).
Mariamah, dkk. 2021. ”Kemampuan Numerasi Siswa Sekolah Dasar Ditinjau Dari
Jenis Kelamin”. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar. Volume 1. Nomor 2.
Tersedia pada
https://jurnal.fkip.unmul.ac.id/index.php/tunas/article/view/818/521
(diakses tanggal 30 Agustus 2022).
Marlina , Nur Ari. 2021. “Hubungan Minat Membaca dengan Prestasi Belajar Mata
Pelajaran IPS Kelas III SD Karanggayam”. Jurnal Ilmu Pendidikan. Volume 12.
Nomor 1. Tersedia pada
https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/LITERASI/article/view/1575/1489
(diakses tanggal 1 September 2022).
Mulyantini, dkk. 2019. “Pengaruh Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Terhadap Minat Belajar IPA Siswa Kelas IV SD”. Mimbar PGSD Undiksha.
Volume 7. Nomor 1. Tersedia pada
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/17023
(diakses tanggal 30 Agustus 2022).
Nasution, dkk. 2021. “Analisis Miskonsepsi Siswa SD pada Materi Gaya dan
Gerak”. Journal of Natural Science and Integration. Volume 4. Nomor 1.
Tersedia pada http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/JNSI/article/view/10851 (diakses tanggal 30 Agustus
2022).
Natsir, dkk. 2018.” Mutu Pendidikan: Kerjasama Guru Dan Orang Tua”. Jurnal
Mudarrisuna. Volume 8. Nomor 2. Tersedia pada https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/mudarrisuna/article/view/3315/3038 (diakses
tanggal 30 Agustus 2022).
Nazarudin , Mgs. 2018. “Pola Kerja sama Guru dan Orang Tua dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di MIN 2 Kota Palembang”. Intizar. Volume
24. Nomor 2. Tersedia pada
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/3259/2181.
(diakses tanggal 1 September 2022).
Ningsih & Silvianetri. 2022. “Analisis Motivasi Belajar Siswa Slow Learner Pasca
BDR”. Jurnal Elementary. Volume 5. Nomor 2. Tersedia pada
http://journal.ummat.ac.id/index.php/elementary/article/view/8538/pdf
(diakses tanggal 1 September 2022).
Nuraini. 2022. “Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Siswa Sekolah Dasar Kelas Iv
Dalam Menyelesaikan Soal HOTS (High Order Thinking Skills) Pada Mata
Pelajaran IPA”. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Volume 10.
Nomor 1. Tersedia pada https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-
penelitian-pgsd/article/view/44430 (diakses tanggal 30 Agustus 2022).
Nurfadhillah, dkk. 2021. “Analisis Faktor Penyebab Anak Lamban Belajar (Slow
Learner) Di SD Negeri Jelambar 01 Jakarta Barat”. Jurnal Pendidikan dan
Ilmu Sosial. Volume 3. Nomor 3. Tersedia pada
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pensa/article/download/1540/1089
(diakses tanggal 30 Agustus 2022).
Rofiah, Nurul Hidayati. 2017. “Penerapan Metode Pembelajaran Peserta Didik Slow
Learner (Studi Kasus Di Sekolah Dasar Inklusi Wirosaban Yogyakarta)”.
Jurnal Kajian Penelitian Dan Pendidikan Dan Pembelajaran. Volume 2. Nomor
1. Tesedia pada
https://journal.umtas.ac.id/index.php/naturalistic/article/view/108
(diakses tanggal 30 Agustus 2022).
Salvia, dkk. 2022. “Analisis Kemampuan Literasi Numerasi Peserta Didik Ditinjau
Dari Kecemasan Matematika”. ProSANDIKA UNIKAL (Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika Universitas Pekalongan). Volume 3. Nomor 1.
Tersedia pada
https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/sandika/article/view/890
(diakses tanggal 30 Agustus 2022).
Silalahi & Deri. 2022. “Analisis Kemampuan Numerik Siswa Kelas V dalam
Mengerjakan Soal Tipe Higher Order of Thinking Skill”. Jurnal Perseda.
Volume 5. Nomor 1. Tersedia pada
https://jurnal.ummi.ac.id/index.php/perseda/article/view/1580 (diakses
tanggal 30 Agustus 2022)
Solahudin, dkk. 2022. “Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Minat Baca Pada
Siswa Kelas 5 SD Negeri 4 Tanjung Lago”. Jurnal Pendidikan dan Konseling.
Volume 4. Nomor 5. Tersedia pada
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/546
5/3978 (diakses tanggal 30 Agustus 2022).
Zahroh, dkk. 2020. “Studi Permasalahan dalam Pembelajaran Tematik Muatan IPA
Kelas IV SDN Socah 4 Kabupaten Bangkalan”. Prosiding Nasional Pendidikan
: LPPM IKIP PGRI Bojonegoro. Volume 1. Nomor 1. Tersedia pada
https://prosiding.ikippgribojonegoro.ac.id/index.php/Prosiding/article/view/
1079/397 (diakses tanggal 30 Agustus 2022).
Lampiran