Pd
Asal Instansi : UPTD SPF SDN MANDIRO 1 TEGALAMPEL
NO. UKG : 201500413755
UNIVERSITAS : Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(NURUL FITRI SINTIA SARI,
S.Pd.) Penyebab minat belajar
siswarendah yaitu:
1.1.4 Pembelajaran oleh guru
kurang menarik.
1.1.5 Konsep dasar belum
dikuasai oleh siswa.
Kepala Sekolah
(SUHARTONO, S.Pd.)
Penyebab minat belajar siswa
rendah yaitu:
1.1.6 Penggunaan media
pembelajaran masih
kurang.
1.1.7 Konten buku tidak
menarik.
1.1.8 Metode guru mengajar
kurang menarik.
Pakar
(Eric Dwi Putra, S.Pd.,M.Pd.)
Penyebab minat belajar siswa
rendah yaitu:
1.1.9 Belum dilaksanakannya
asesmen diagnostik.
1.1.10 Pembelajaran belum
mengakomodasi minat
belajar siswa.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(NURUL FITRI SINTIA
SARI, S.Pd.) Penyebab
siswa mengalami
kejenuhan (burnout) yaitu:
1.2.4 Pembelajaran monoton
atau tidak bervariasi.
1.2.5 Pembelajaran tidak
menarik.
Kepala Sekolah
(SUHARTONO, S.Pd.)
Penyebab siswa mengalami
kejenuhan (burnout) yaitu:
1.2.6 Kegiatan pembelajaran
kurang bervariasi.
Pakar
(Eric Dwi Putra, S.Pd.,M.Pd.)
Penyebab siswa mengalami
kejenuhan (burnout) yaitu:
1.2.7 Faktor internal: tidak
terpenuhi keinginan
(minat) siswa.
1.2.8 Faktor eksternal: variasi
media dan model
pembelajaran kurang.
1.3 Rendahnya Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian
minat baca 1.3.1 Solahudin, dkk. (2022) literatur dan wawancara,
siswa. menyatakan rendahnya penyebab rendahnya
minat baca siswa minat baca siswa yaitu:
disebabkan oleh faktor
1) Kemampuan siswa
internal dan faktor
membaca rendah.
eksternal. Faktor
2) Siswa tidak memahami
internalnya meliputi:
makna yang
kemampuan membaca
terkandung dalam
dan memahami makna
bacaan.
yang terkandung dalam
3) Guru belum
bacaan, kurangnya
menanamkan budaya
membiasakan membaca,
membaca kepada
membaca buku atas
siswa.
perintah guru, siswa
4) Mading sekolah tidak
jarang mencari buku
pernah diperbaharui.
atau bahan bacaan
5) Sekolah tidak memiliki
sesuai dengan
tempat khusus untuk
kebutuhannya. Faktor
membaca selain
eksternalnya meliputi:
perpustakaan.
budaya membaca yang
6) Program literasi belum
kurang di lingkungan
berjalan maksimal.
sekolah, program literasi
7) Tidak tersedianya pojok
belum berjalan
baca di kelas.
maksimal, mading
8) Siswa kurang
sekolah yang tidak
menyadari pentingnya
pernah diperbaharui,
membaca.
dan sekolah tidak
memiliki tempat khusus
untuk membaca selain
di perpustakaan.
1.3.2 Prasrihamni, dkk. (2022)
menyatakan rendahnya
minat baca bisa
dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor
pertama, belum adanya
pembiasaan dalam
membaca yang
ditanamkan kepada
anak sejak dini. Faktor
kedua, akses seperti
fasilitas pendidikan
yang belum merata dan
minimnya kualitas
sarana pendidikan.
1.3.3 Magdalena (dalam
Marlina, 2021)
menyatakan kurangnya
minat baca siswa
sekolah dasar karena
kurangnya kemauan dari
siswa sendiri untuk
terlibat dalam kegiatan
membaca, serta guru
belum melibatkan siswa
secara intensif dalam
kegiatan membaca buku
saat pembelajaran
ataupun sebelum
pembelajaran.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(NURUL FITRI SINTIA
SARI, S.Pd.) Penyebab
rendahnya minat baca
siswa yaitu:
1.3.4 Belum adanya program
literasi di sekolah.
Kepala Sekolah
(SUHARTONO, S.Pd.)
Penyebab rendahnya minat
baca siswa yaitu:
1.3.5 Kurangnya pembiasaan
membaca pada siswa.
Pakar
(Eric Dwi Putra,
S.Pd.,M.Pd.) Penyebab
rendahnya minat baca
siswa yaitu:
1.3.6 Tidak tersedianya pojok
baca di kelas.
1.3.7 Siswa kurang menyadari
pentingnya membaca.
1.4 Kemampuan Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian
siswa dalam 1.4.1 Dwiyono (2021) literatur dan wawancara,
menyelesaikan menyatakan faktor penyebab kemampuan
operasi hitung penyebab kesulitan siswa dalam
perkalian masih siswa belajar perkalian
rendah. menyelesaikan operasi
yaitu faktor internal
meliputi: minat dan hitung perkalian masih
perhatian siswa. Faktor rendah yaitu:
eksternal meliputi: relasi 1) Minat belajar
guru dengan siswa. Jika matematika siswa
hubungan atau rendah.
komunikasi guru dengan 2) Kurangnya interelasi
siswa baik, maka siswa siswa dengan guru.
akan menyukai guru dan 3) Guru mengajarkan
mata pelajaran. perkalian masih
1.4.2 Solikin, dkk. (2019) menggunakan metode
menyatakan penyebab menghafal.
sulitnya siswa belajar 4) Siswa belum
perkalian yaitu banyak memahami konsep
guru dalam pelaksanaan dasar perkalian.
pengajaran operasi 5) Kurangnya variasi guru
perkalian masih dalam mengajar.
mengunakan metode 6) Kurangnya perhatian
hafalan. Pada orang tua saat siswa
pembelajaran operasi belajar perkalian.
perkalian bilangan lebih 7) Tidak adanya
dari satu digit, guru kesadaran dalam diri
cenderung menerapkan siswa untuk belajar
metode perkalian matematika.
bersusun, tanpa ada 8) Metode drill jarang
variasi metode lain. diterapkan oleh guru.
1.4.3 Husnah, dkk. (2022)
menyatakan kesulitan
siswa menyelesaikan
soal perkalian
disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu: 1)
siswa menggunakan
metode hafalan dalam
mempelajari operasi
hitung perkalian, 2)
kurangnya perhatian
orang tua saat belajar
perkalian, 3) kurangnya
motivasi dan minat
belajar siswa terhadap
perkalian, 4) tidak
adanya kesadaran
dalam diri siswa untuk
belajar matematika, dan
5) kurangnya variasi
guru dalam mengajar.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(NURUL FITRI SINTIA SARI,
S.Pd.) Penyebab kemampuan
siswa dalam menyelesaikan
operasi hitung perkalian
masih rendahyaitu:
1.4.4 Konsep dasar yang
diajarkan guru belum
dipahami siswa.
1.4.5 Siswa beranggapan mata
pelajaran matematika
sulit dipelajari.
Kepala Sekolah
(SUHARTONO, S.Pd.) Penyebab
kemampuan siswa dalam
menyelesaikan operasi hitung
perkalian masih rendahyaitu:
1.4.6 Siswa belum memahami
konsep dasar perkalian.
1.4.7 Metode drill jarang
diterapkan di kelas.
Pakar
(Eric Dwi Putra, S.Pd.,M.Pd.)
Penyebab kemampuan siswa
dalam menyelesaikan operasi
hitung perkalian masih rendah
yaitu:
1.4.8 Siswa hanya sekedar
menghafal perkalian.
1.4.9 Siswa belum
menerapkan konsep
dasar perkalian dalam
kehidupan sehari-hari.
2 Kesulitan belajar
siswa termasuk siswa
berkebutuhan khusus
dan masalah
pembelajaran
(berdiferensiasi) di
kelas berdasarkan
pengalaman
mahasiswa saat
menjadi guru.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(NURUL FITRI SINTIA SARI,
S.Pd.) Penyebab terdapatnya
siswa slow learner yaitu:
2.1.4 Faktor kelahiran yang
prematur.
2.1.5 Siswa kurang gizi.
Kepala Sekolah
(SUHARTONO, S.Pd.) Penyebab
terdapatnya siswa slow
learner yaitu:
2.1.6 IQ atau intelligence
quotient siswa yang
rendah.
Pakar
(Eric Dwi Putra, S.Pd.,M.Pd.)
Penyebab terdapatnya
siswa slow learner yaitu:
2.1.7 Faktor genetik siswa.
2.1.8 Guru hanya menggunakan
media yang abstrak.
2.2 Belum Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian
diterapkannya 2.2.1 Dewantara, dkk. (2020) literatur dan wawancara,
pembelajaran menyatakan guru belum penyebab belum
berdiferensiasi di mampu mengakomodir diterapkannya
kelas. diferensiasi gaya belajar
pembelajaran
siswa, dikarenakan guru
belum memiliki berdiferensiasi di kelas
pengetahuan pedagogik yaitu:
yang mendalam terkait 1) Guru belum memiliki
pemilihan media pengetahuan pedagogik
pembelajaran ditinjau terkait pemilihan media
dari gaya belajar siswa. sesuai gaya belajar
2.2.2 Herwina (2021) siswa.
menyatakan guru belum 2) Guru terbiasa
bisa membayangkan melakukan
pembelajaran pembelajaran satu
diferensiasi karena 1) arah dan berpusat
sudah terbiasa dan hanya pada guru
sejak lama melakukan (teacher center).
suatu proses 3) Perbedaan siswa
pembelajaran satu arah dianggap sebagai
dan berpusat hanya masalah oleh guru.
pada guru (teacher 4) Guru jarang
center), 2) perbedaan memperhatikan profil
siswa dianggap sebagai belajar siswa.
masalah, 3) lebih 5) Guru hanya berfokus
menonjolkan pada kecerdasan
kecerdasan intelektual, intelektual siswa.
4) minat siswa jarang
diperhatikan, dan 5)
profil belajar siswa
jarang diperhatikan.
2.2.3 Alhafiz (2022)
menyatakan
pembelajaran
berdiferensiasi belum
diterapkan karena guru
cenderung kurang
paham atau
mengabaikan konsep
ini. Pembelajaran lebih
dominan bertumpu pada
guru (teacher center)
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(NURUL FITRI SINTIA SARI,
S.Pd.) Penyebab belum
diterapkannyapembelajaran
berdiferensiasi dikelas yaitu:
2.2.4 Guru belum memahami
pembelajaran
berdiferensiasi yang
mengakomodasi gaya
belajar siswa.
Kepala Sekolah
(SUHARTONO, S.Pd.) Penyebab
belum diterapkannya
pembelajaran berdiferensiasi di
kelas yaitu:
2.2.5 Guru belum memahami
pembelajaran
berdiferensiasi.
Pakar
(I Made Suirta, M.Pd.)
Penyebab belum diterapkannya
pembelajaran berdiferensiasi di
kelas yaitu:
2.2.6 Belum adanya
sosialisasi yang
menyeluruh terkait
pembelajaran
berdiferensiasi.
2.2.7 Guru masih belajar
mengadakan
pembelajaran
berdiferensiasi.
3 Membangun
relasi/hubungan
dengan siswa dan
orang tua siswa.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Nurul Fitri Sintia Sari, S.Pd.)
Penyebab belum optimalnya
kerja sama guru dan orang tua
siswa yaitu:
3.1.4 Orang tua siswa sibuk
bekerja.
3.1.5 Respon atau tanggapan
dari orang tua siswa
lambat, sehingga
menghambat
komunikasi.
Kepala Sekolah
(SUHARTONO, S.Pd.) Penyebab
belum optimalnya kerja sama
guru dan orang tua
siswa yaitu:
3.1.6 Orang tua sibuk bekerja.
3.1.7 Orang tua sepenuhnya
mempercayakan
anaknya kepada guru.
Pakar
(Eric Dwi Putra, S.Pd.,M.Pd.)
Penyebab belum optimalnya
kerja sama guru dan orang tua
siswa yaitu:
3.1.8 Pemikiran guru dan
orang tua siswa terpisah
terkait pembelajaran.
Orang tua menganggap
mengajar selalu
dilakukan oleh guru
saja.
3.1.9 Guru belum melibatkan
orang tua siswa dalam
kegiatan terstruktur.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(NURUL FITRI SINTIA SARI,
S.Pd.) Penyebab rendahnya
keterampilan kalaborasi siswa
yaitu:
3.2.4 Guru terlalu fokus pada
pemberian tugas secara
individu, tidak melalui
diskusi.
3.2.5 Siswa belum dibiasakan
untuk bekerja dalam
kelompok.
Kepala Sekolah
(SUHARTONO, S.Pd.)
Penyebab rendahnya
keterampilan kalaborasi siswa
yaitu:
3.2.6 Siswa tidak dibiasakan
bekerja dalam
kelompok.
Pakar
(Eric Dwi Putra, S.Pd.,M.Pd.)
Penyebab rendahnya
keterampilan kalaborasi siswa
yaitu:
3.2.7 Guru masih
mengganggap dirinya
sebagai pusat
pembelajaran atau
teacher center.
3.2.8 Siswa belum diberikan
kesempatan
mengeksplorasi
pengalaman temannya.
4 Pemahaman/
pemanfaatan model-
model pembelajaran
inovatif berdasarkan
karakteristik materi
dan siswa.
Kepala Sekolah
(SUHARTONO, S.Pd.) Penyebab
kurang optimalnya penerapan
model pembelajaran inovatif
yaitu:
4.1.5 Kurangnya pemahaman
guru terkait dengan
model pembelajaran
inovatif.
Kurangnya pelatihan guru
terkait model
pembelajaran inovatif.
Pakar
(Eric Dwi Putra, S.Pd.,M.Pd.)
Penyebab kurang optimalnya
penerapan model pembelajaran
inovatif yaitu:
4.1.7 Guru hanya berfokus
mengikuti langkah
pembelajaran pada RPP
konvensional.
4.1.8 Kurangnya pelatihan-
pelatihan penerapan
model pembelajaran
inovatif untuk guru.
4.1.9 Kurangnya keinginan
guru untuk
mengeksplorasi model-
model pembelajaran
inovatif.
5 Materi terkait
Literasi numerasi,
Advanced material,
miskonsepsi, HOTS.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(NURUL FITRI SINTIA SARI,
S.Pd.) Penyebab rendahnya
kemampuan literasi numerasi
siswa yaitu:
5.1.4 Guru belum
membiasakan
siswamenjawab soal
literasinumerasi.
5.1.5 Anggapan siswa bahwa
literasi numerasi
merupakan mata
pelajaran yang baru.
Padahal, sudah
terintegrasi pada mata
pelajaran matematika.
Kepala Sekolah
(SUHARTONO, S.Pd.)
Penyebab rendahnya
kemampuan literasi numerasi
siswa yaitu:
5.1.6 Guru jarang melatih
siswa menjawab soal
literasi numerasi.
Pakar
(Eric Dwi Putra, S.Pd.,M.Pd.)
Penyebab rendahnya
kemampuan literasi numerasi
siswa yaitu:
5.1.7 Adanya perasaan takut
siswa untuk belajar
materi yang memuat
angka-angka.
5.1.8 Siswa kurang
mengaitkan materi
literasi numerasi dengan
kegiatannya dalam
kehidupan sehari-hari.
5.2 Siswa mengalami Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian
miskonsepsi. 5.2.1 Adi, dkk. (2019) literatur dan wawancara,
menyatakan penyebab penyebab siswa
miskonsepsi antara lain: mengalami miskonsepsi
1) konsep awal siswa, 2)
yaitu:
reasoning yang keliru,
dan 3) pemikiran 1) Konsep awal siswa
humanistik dan keliru.
pemikiran asosiatif. 2) Reasoning siswa yang
5.2.2 Nasution, dkk (2021) keliru.
menyatakan faktor 3) Metode mengajar yang
penyebab miskonsepsi dipakai guru tidak
pada siswa berasal dari tepat.
diri siswa sendiri, 4) Konsep yang dipelajari
berasal dari konteks, tidak sesuai dengan
dan juga berasal dari perkembangan kognitif
metode mengajar yang siswa.
dipakai guru. 5) Kurangnya penanaman
5.2.3 Yuliati (2017) konsep mendasar dari
menyatakan penyebab jenjang kelas
miskonsepsi yang sebelumnya.
dialami oleh siswa yaitu:
1) berasal dari siswa itu
sendiri yaitu berkaitan
dengan pengetahuan
awal yang dimiliki siswa
(prakonsepsi), 2) tahap
perkembangan kognitif
yang tidak sesuai
dengan konsep yang
dipelajari, 3)
pembelajaran yang
dilakukan oleh guru,
dan 4) bahan ajar yang
digunakan oleh siswa.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Nurul Fitri Sintia Sari, S.Pd.)
Penyebab siswa mengalami
miskonsepsi yaitu:
5.2.4 Daya tangkap siswa
terhadap materi
pelajaran yang berbeda-
beda.
Kepala Sekolah
(Ni Made Ratna, S.Pd.SD.)
Penyebab siswa mengalami
miskonsepsi yaitu:
5.2.5 Siswa kurang memahami
konsep dasar.
Pakar
(Eric Dwi Putra,
S.Pd.,M.Pd.) Penyebab
siswa mengalami
miskonsepsi yaitu:
5.2.6 Siswa kurang memahami
konsep dasar.
5.2.7 Kurangnya penanaman
konsep mendasar dari
jenjang kelas
sebelumnya.
5.3 Siswa tidak Hasil Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian
mampu 5.3.1 Nuraini (2022) literatur dan wawancara,
menyelesaikan menyatakan penyebab penyebab siswa tidak
soal HOTS. siswa tidak mampu mampu menyelesaikan
menjawab soal HOTS
soal HOTS yaitu:
yaitu tidak terbiasa
dalam menyelesaikan 1) Kurangnya
soal HOTS, kurangnya pemahaman siswa
pemahaman materi, terhadap materi ajar.
kurang memahami 2) Siswa kurang
kalimat dalam soal, serta memahami kalimat
kurang teliti dalam soal.
membaca dan 3) Siswa tidak terbiasa
memahami soal. mengerjakan soal
5.3.2 Aryani, dkk. (2019) konstekstual atau tidak
menyatakan siswa rutin.
kesulitan menjawab soal 4) Siswa tidak teliti dalam
HOTS karena siswa tidak mengerjakan soal.
terbiasa dengan soal 5) Siswa kesulitan
konstekstual atau soal membangun ide dalam
tidak rutin, tidak mengerjakan soal.
mengingat lagi konsep 6) Guru belum
yang sudah dipelajari, menerapkan
siswa cenderung pembelajaran berbasis
menghafal rumus atau HOTS.
suatu konsep tanpa 7) Guru memberikan soal
memahami maknanya. latihan sebatas pada
Siswa tidak teliti dan tingkat kognitif yang
terburu-buru dalam rendah (LOTS).
mengerjakan soal,
cenderung menjawab
soal dengan singkat, dan
siswa mengalami
kesulitan membangun
ide atau gagasan dalam
mengerjakan soal.
5.3.3 Dalman & Junaidi (2022)
menyatakan siswa
kesulitan menjawab soal
HOTS karena 1) siswa
tidak memahami materi
ajar, 2) siswa tidak
mengerti perintah soal,
dan 3) siswa tidak
terbiasa menganalisis.
5.3.4 Silalahi & Deri (2022)
menyatakan kesulitan
siswa mengerjakan soal
HOTS disebabkan
karena kurangnya
pengetahuan siswa pada
materi dan kurangnya
pemaknaan model dan
bentuk pembelajaran.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(Nurul Fitri Sintia Sari, S.Pd.)
Penyebab siswa tidak mampu
menyelesaikan soal HOTS
yaitu:
5.3.5 Guru belum mampu
memberikan pertanyaan
yang membuat siswa
tertantang menjawab.
Kepala Sekolah
(SUHARTONO, S.Pd.)
Penyebab siswa tidak mampu
menyelesaikan soal HOTS
yaitu:
5.3.6 Guru jarang melatih
siswa menjawab soal
HOTS.
Pakar
(Eric Dwi Putra, S.Pd.,M.Pd.)
Penyebab siswa tidak mampu
menyelesaikan soal HOTS
yaitu:
5.3.7 Guru memberikan soal
latihan sebatas pada
tingkat kognitif yang
rendah (LOTS).
5.3.8 Guru belum mengikuti
pelatihan terkait
pembelajaran HOTS.
6 Pemanfaatan
teknologi/inovasi
dalam pembelajaran.
Hasil Wawancara
Teman Sejawat
(NURUL FITRI SINTIA SARI,
S.Pd.) Penyebab belum
optimalnyapemanfaatan
TIK dalam pembelajaran
yaitu:
6.1.5 Kurangnya sarana dan
prasarana.
6.1.6 Kemampuan siswa
dalam menggunakan
perangkat teknologi
masih kurang.
Kepala Sekolah
(SUHARTONO, S.Pd.)
Penyebab belum optimalnya
pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran yaitu:
6.1.7 Kurangnya sarana dan
prasarana.
Pakar
(Eric Dwi Putra, S.Pd.,M.Pd.)
Penyebab belum optimalnya
pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran yaitu:
6.1.8 Kurangnya keinginan
untuk belajar
memanfaatkan TIK
dalam pembelajaran.
6.1.9 Guru cukup berpuas diri
ketika hanya
menggunakan
powerpoint dalam
pembelajaran.
Daftar Pustaka
Hamida, dkk. 2021. “Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswadi Masa Pandemi COVID-19”. Jurnal Mimbar Ilmu. Volume 26.
Nomor 2.
Tersedia pada
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MI/article/view/39024
(diaksestanggal 30 Agustus 2022).
Herwina, Wiwin. 2021. “Optimalisasi Kebutuhan Siswa Dan Hasil Belajar Dengan
Pembelajaran Berdiferensiasi”. Perspektif Ilmu Pendidikan. Volume 35. Nomor
2. Tersedia pada
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/pip/article/view/22057
(diaksestanggal 30 Agustus 2022).
Husnah, dkk. 2022. “Analisis Kesulitan Belajar Siswa Kelas III Dalam
Menyelesaikan Soal Materi Operasi Hitung Perkalian pada Masa
PandemiCovid-19”. Journal of Classroom Action Research. Volume
4. Nomor 2.
Tersedia pada
https://jppipa.unram.ac.id/index.php/jcar/article/view/1587/1190
(diaksestanggal 1 September 2022).
Istiqamah & Ichsan. 2021. “Masalah Lupa, Kejenuhan Dan Kesulitan Siswa
Serta Mengatasinya Dalam Pembelajarandi Mi/SD”. Jurnal Limas PGMI.
Volume 1.Nomor 2. Tersedia pada
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/limaspgmi/article/view/767
1 (diakses tanggal 30 Agustus 2022).
Marlina , Nur Ari. 2021. “Hubungan Minat Membaca dengan Prestasi Belajar
Mata Pelajaran IPS Kelas III SD Karanggayam”. Jurnal Ilmu Pendidikan.
Volume 12. Nomor 1. Tersedia pada
https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/LITERASI/article/view/1575/1
489 (diakses tanggal 1 September 2022).
Mulyantini, dkk. 2019. “Pengaruh Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Terhadap Minat Belajar IPA Siswa Kelas IV SD”. Mimbar PGSD
Undiksha. Volume 7. Nomor 1. Tersedia pada
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/17023
(diakses tanggal 30 Agustus 2022).
Nasution, dkk. 2021. “Analisis Miskonsepsi Siswa SD pada Materi Gaya dan
Gerak”. Journal of Natural Science and Integration. Volume 4. Nomor 1.
Tersedia pada http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/JNSI/article/view/10851 (diakses tanggal 30
Agustus 2022).
Natsir, dkk. 2018.” Mutu Pendidikan: Kerjasama Guru Dan Orang Tua”.
Jurnal Mudarrisuna. Volume 8. Nomor 2. Tersedia pada
https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/mudarrisuna/article/view/3315/3038 (diakses
tanggal 30 Agustus 2022).
Nazarudin , Mgs. 2018. “Pola Kerja sama Guru dan Orang Tua dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di MIN 2 Kota Palembang”. Intizar.
Volume
24. Nomor 2. Tersedia pada
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/3259/2
181.(diakses tanggal 1 September 2022).
Ningsih & Silvianetri. 2022. “Analisis Motivasi Belajar Siswa Slow Learner
PascaBDR”. Jurnal Elementary. Volume 5. Nomor 2. Tersedia pada
http://journal.ummat.ac.id/index.php/elementary/article/view/8538/
pdf (diakses tanggal 1 September 2022).
Silalahi & Deri. 2022. “Analisis Kemampuan Numerik Siswa Kelas V dalam
Mengerjakan Soal Tipe Higher Order of Thinking Skill”. Jurnal Perseda.
Volume 5. Nomor 1. Tersedia pada
https://jurnal.ummi.ac.id/index.php/perseda/article/view/1580
(diaksestanggal 30 Agustus 2022)
Gambar 1 Wawancara dengan teman sejawat (NURUL FITRI SINTIA SARI, S.Pd.)
Video wawancara tersedia pada:
https://youtu.be/x-xHSaHhkZ8