No UKG : 201509035998
Bidang Studi : Geografi
LPTK : Universitas Siliwangi
Hasil Wawancara:
Kepala Sekolah:
1. Program literasi sekolah kurang berjalan dengan baik seperti mading sekolah jarang diisi.
2. Kurangnya sosialisasi guru-guru mengkampanyekan gemar membaca
3. Belum optimalnya program pojok baca di tiap kelas
(Ahmad Rifai, S.Pd)
Kepala Perpustakaan:
1. Pengunjung perpustakaan tidak lebih dari 20 siswa per harinya.
2. Lebih banyak buku paket daripada buku fiksi yang diminati siswa
(Acep Dangdang, S.Sos)
2 Kemampuan dasar matematis Kajian literatur Berdasarkan analisis eksplorasi penyebab masalah
siswa masih rendah yang 1. Program for International Student Assesment (PISA) merupakan salah satu program yang diinisiasi oleh kemampuanmatematis siswa masih rendah:
mengahmbat pembelajaran OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) pada Tahun 1990an yang merupakan 1. Kesadaran siswa terhadap pentingnya
geografi salah satu assesmen utama berskala internasional yang menilai kemampuan matematika siswa dan kemampuanmatematis kurang
memberikan informasi kepada pemerintah maupun pihak lainnya tentang bagaimana tingkat efektivitas 2. Bimbingan belajar secara khusus di sekolah
sistem pendidikan khususnya dalam mempersiapkan masa depan siswa (Kaye & Rose 2015). Fiad, belumberjalan secara optimal
Suharto dan Kurniati (2017) kemampuan literasi matematis siswa maksimal diperoleh pada level 3. Hal 3. Kemampuan dasar matematis siswa tidak pernah
ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi matematis siswa masih rendah. Padahal kemampuan literasi di latihmelalui KBM, atau bimbingan belajar
matematis ini sangat penting. 4. Siswa masih menanamkan mindset negatif
Sumber: terhadapmatematika
Muzaki, A., & Masjudin, M. (2019). Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa. Mosharafa:Jurnal 5. Perhatian orang tua siswa terhadap
Pendidikan Matematika, 8(3), 493-502. perkembanganakademik siswa
(https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/mosharafa/article/view/mv8n3_13) 6. Pada umumnya orang tua menyerahkan
masalahpendidikan anaknya sepenuhnya kepada
2. Menurut Abdussakir (2018) menyatakan literasi matematis tidak hanya melibatkan penggunaan sekolah
prosedurprosedur, tetapi menuntut dasar pengetahuan dan kompetensi serta rasa percaya diri untuk 7. Peran orang tua dalam memberikan bimbingan
mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan seharihari. Hal ini berarti, seseorang yang memiliki kepadaanak belum dilakukan
kemampuan literasi matematis dapat mengestimasi, menginterpretasi data serta dapat menyelesaikan 8. Orang tua tidak memahami pentingnya
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman tentang matematika sangat penting bagi kesiapan pembelajaran dasar di keluarga, sehingga
siswa untuk hidup dalam masyarakat modern karena matematika merupakan alat penting bagi siswa berdampak pada anak yang memiliki
ketika mereka menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari (Muzaki, 2017) keterlambatan dalam belajar
Sumber:
Akbar, P., Hamid, A., Bernard, M., & Sugandi, A. I. (2018). Analisis kemampuan pemecahan masalah
dan disposisi matematik siswa kelas xi sma putra juang dalam materi peluang. Jurnal Cendekia: Jurnal
Pendidikan Matematika, 2(1), 144-153.
https://www.j-cup.org/index.php/cendekia/article/view/62
3. Matematika merupakan ilmu universal yang melandasi perkembangan teknologi modern, mempunyai
peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan pengembangan daya pikir manusia (Masykur &
Fathani, 2004; Nuraeni, 2018; Nursyeli & Puspitasari, 2021).
Sumber:
Anggraeni, N. S., & Sundayana, R. (2021). Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dengan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dan Team Quiz Ditinjau dari Kemandirian Belajar.
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(3), 469-480.
https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/plusminus/article/view/pv1n3_08
Hasil Wawancara:
Guru rekan sejawat :
1. Siswa menganggap matematika susah
2. Kemampuan siswa terhadap operasi bilangan masih rendah
3. Motivasi belajar matematika rendah
4. Persaingan di sekolah rendah
5. Guru tidak melakukan bimbingan secara personal
(M. Ruli haikal, S.Pd., Pipih Nurhanipah, S.Pd., Dikdik Kusdinar, S.Sos.)
Kepala sekolah :
1. Orang tua sibuk bekerja
2. Orang tua kurang peduli terhadap akademik anaknya
3. Siswa tidak di bimbing secara mandiri oleh orang tua
4. Orang tua selalu menyerahkan secara penuh pendidikan anak kepada sekolah
(Ahmad Rifai, S.Pd)
3 Hubungan relasi dan Kajian Literatur Berdasarkan analisis eksplorasi penyebab masalah
komunikasi guru dan orang tua 1. Penelitian yang Putria dkk lakukan menemukan ada faktor-faktor yang membantu guru dalam proses hubungan relasi komunikasi guru dan orang tua siswa
siswa belum terjalin secara baik pembelajaran daring yaitu adanya fasilitas handphone, paket kuota serta sinyal internet yang stabil. belum terjalin secarabaik:
Sedangkan faktor-faktor yang menjadi kendala antara lain belum semua peserta didik mempunyai 1. Orang tua siwa terlalu sibuk dengan pekerjaan
handphone dan kesibukan orang tua karena pekerjaan. (Putria dkk, 2020) sehingga kurang begitu memperhatikan
Sumber : perkembangan hasil belajar siswa
Wiratmo, L. B., & Mardhiyani, N. L. (2021). Komunikasi Empatik dalam Relasi Guru dengan Orang 2. Latar belakang ekonomi orang tua siswa
Tua pada Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Studi pada SD Muhammdiyah 08 Kota Semarang. 3. Keterbatasan alat komunikasi yang dimiliki
SOSFILKOM: Jurnal Sosial, Filsafat Dan Komunikasi, 15(01), 1-7. orang tuasiswa
https://e-journal.umc.ac.id/index.php/SFK/article/view/1957 4. Kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak
masihrendah
2. Dalam pasal 2 Permendikbud Nomor 30 Tahun 2017 dinyatakan Pelibatan Keluarga pada 5. Kemampuan menjalin relasi guru dengan orang
Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan untuk: tua siswabelum maksimal
a. meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama antara Satuan Pendidikan,Keluarga, dan 6. Guru masih disibukkan dengan tugas-tugas
Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pendidikan; disekolah
b. mendorong Penguatan Pendidikan Karakter Anak; 7. Keterlibatan orang tua siswa dalam
c. meningkatkan kepedulian Keluarga terhadap pendidikan Anak; kegiatan/acarasekolah masih rendah
d. membangun sinergitas antara Satuan Pendidikan, Keluarga, dan Masyarakat; dan 8. Sekolah belum memberikan wadah kepada orang
e. mewujudkan lingkungan Satuan Pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan. tua siswa untuk memberikan saran dan masukan
Sumber: terhadap program yang dicanangkan sekolah
Wiratmo, L. B., & Mardhiyani, N. L. (2021). Komunikasi Empatik dalam Relasi Guru denganOrang
Tua pada Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Studi pada SD Muhammdiyah 08 KotaSemarang.
SOSFILKOM: Jurnal Sosial, Filsafat Dan Komunikasi, 15(01), 1-7.
https://jfe.ppj.unp.ac.id/index.php/jfe/article/download/63/48
3. Menurut pendapat ahli bahwa kerjasama antara orang tua dan guru merupakan usaha sekolah/ guru
dalam membimbing putra-putri dalam pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan pendidikan yang lebih baik lagi. Kerjasama ini bisa berupa partisipasi dan
keterlibatan. (Mumu et al., 2019)
Sumber:
Khosiah, N., Susandi, A., & Dheasari, A. E. (2021). Kerja Sama Orang Tua Dan Guru Dalam
Membangun Kreativitas Siswa Madrasah Ibtidaiyah Melalui Pembelajaran Online. JurnalPenelitian
IPTEKS, 6(1), 62-71.
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/PENELITIAN_IPTEKS/article/view/5252/3258
Hasil Wawancara:
Guru rekan sejawat:
1. Guru disibukan dengan administrasi
2. Siswa memiliki latar belakang keluarga yang broken home
3. Guru kesulitan berkomunikasi karena orang tua tidak memiliki gawai
4. Guru belum memaksimalkan gruop WA orang tua siswa
(M. Ruli haikal, S.Pd., Pipih Nurhanipah, S.Pd., Dikdik Kusdinar, S.Sos.)
Kepala Sekolah:
1. Orang tua jarang menghadiri udangan rapat orang tua yang diselenggarakan sekolah
2. Walikelas belum bisa berkomunikasi secara baik dengan orang tua siswa
3. Jarang melakukan bimbingan kewalikelasan terhadap siswa
4. Guru belum memaksimalkan perannya sebagai walikelas
(Ahmad Rifai, S.Pd)
Hasil wawancara:
Guru/ rekan sejawat:
1. Kurangnya pemahaman guru terkait model pembelajaran inovatif.
2. Guru merasa sudah cukup menggunakan model pembelajaran yang konvensional.
3. Kurangnya pelatihan guru tentang pembelajaran inovatif.
4. Rendahnya minat belajar guru untuk memahami model pembelajaran inovatif.
5. Guru belum maksimal mengimplementasikan model pembelajaran
6. Guru kesulitan memilih model pembelajaran
(M. Ruli haikal, S.Pd., Pipih Nurhanipah, S.Pd., Dikdik Kusdinar, S.Sos.)
Kepala Sekolah:
1. Guru belum termotivasi untuk belajar secara mandiri.
2. Guru jarang mengikuti pelatihan pengembangan diri.
(Ahmad Rifai, S.Pd)
5 Pembelajaran belum berbasis Kajian Literatur Berdasarkan analisis eksplorasi penyebab masalah
inovatif atau HOTs 1. Proses pembelajaran pada abad ke-21 dan revolusi industri 4.0 membutuhkan aktivitas pembelajaran pembelajaranbelum berbasis HOTs:
yang mengarah pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, menggunakan kreatifitas dalam 1. Guru beranggapan pembelajaran berbasis HOTs
berpikir, penyelesaian masalah, komunikasi, pembelajaran seumur hidup, manajemen mandiri, literasi sulit diterapkan dalam KBM
baru seperti literasi teknologi dan banyak lagi lebih dari itu, berpikir kreatif, keterampilan inovasi, 2. Guru enggan mengikuti pelatihan, diklat
kolaborasi dengan orang lain dan kepemimpinan (Hasratuddin, 2014; Istianah, 2013; Suparman, 2015). mengenaipembelajaran berbasis HOTs
Sumber: 3. Dalam KBM guru masih menggunakan
Agusta, A. R., & Sa’dijah, C. (2021). Kesiapan Guru Melaksanakan Pembelajaran Berbasis HOTSDitinjau pembelajaranberbasis LOTs
dari Pengetahuan dan Kemampuan Mengemas Perangkat Pembelajaran. PADARINGAN(Jurnal 4. Pembiasaan literasi dan numerasi dalam KBM
Pendidikan Sosiologi Antropologi), 3(2), 402-424. belumdiimplementasikan oleh guru
http://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/padaringan/article/view/3422 5. Guru beranggapan pembelajaran berbasis HOTs
itu sukardi terapkan dalam pembelajaran
2. Sumber daya manusia masa depan akan menghadapi lebih banyak tantangan seperti keterampilan 6. Motivasi atau kesadaran guru dalam peningkatan
literasi informasi dan teknologi, keterampilan berpikir kritis dan berpikir kreatif, komunikasi dan kualitaskompetensi masih rendah
kolaborasi (Dhanapal & Lim, 2014; Suriansyah, 2018).
Sumber:
Agusta, A. R., Suriansyah, A., Noorhapizah, N., & Pratiwi, D. A. (2020). Kesiapan Guru dalam
Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Menggunakan
Metode Pembelajaran Online pada Masa Pandemi COVID-19 Ditinjau dari
Pengetahuan dan Kemampuan Guru dalam Mengemas Perangkat Pembelajaran.
https://repo-dosen.ulm.ac.id/handle/123456789/24835
3. Pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu program
pemerintah yang dikembangkan sebagai upaya Kemendikbud melalui Direktorat Jendral Guru dan
Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk peningkatan kualitas dan mutu pembelajaran serta kualitas
lulusan yang lebih baik (Ariyana et al.,2018).
Sumber:
Nursari, E. V., Setiawati, I., & Lismaya, L. (2021). Analisis Perangkat Pembelajaran Berbasis Higher
Order Thinking Skill (HOTS) di Masa Pandemi Covid-19. ALVEOLI: Jurnal Pendidikan Biologi, 2(2),
78-97.
https://alveoli.iain-jember.ac.id/index.php/alv/article/view/52
Hasil wawancara:
Guru/ Rekan Sejawat:
1. Pemahaman guru terkait pembelajaran HOTS masih kurang
2. Guru kurang mempelajari materi berbasis HOTS berserta soal-soal HOTS
3. Siswa belum mampu berpikir kritis
4. Input siswa masih kurang
5. Guru kurang mengikuti pelatihan terkait pembelajaran HOTS
6. Guru kurang berliterasi terkait materi pembelajaran
7. Guru terbiasa melakukan proses KBM yang konvensional
(M. Ruli haikal, S.Pd., Pipih Nurhanipah, S.Pd., Dikdik Kusdinar, S.Sos.)
Kepala Sekolah:
1. Guru tidak mengetahui pembelajaran HOTS
2. Guru menganggap siswa belum mampu mengikuti pembelajaran HOTS
(Ahmad Rifai, S.Pd)
3. Komputer dan laptop merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi dunia pendidikan, di
mana seluruh guru diwajibkan untuk bisa menguasai perangkat TIK tersebut sebagai perangkat
pembelajaran, administrasi guru, media (Suwarno, Hasmiana, & Faiza, 2016).
Sumber:
Irvani, A. I., Warliani, R., & Amarulloh, R. R. (2020). Pelatihan Pemanfaatan Teknologi Informasi
Komunikasi Sebagai Media Pembelajaran. Jurnal PkM MIFTEK, 1(1), 35-41.
https://www.jurnal.itg.ac.id/index.php/miftek/article/view/658
Hasil Wawancara:
Guru/ Rekan sejawat:
1. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran terhambat karena perangkat siswa yang belum memadai.
2. Kemauan siswa untuk mencoba masih minim, hal ini dilihat dengan keengganan siswa mendownload
suatu aplikasi.
3. Kemampuan guru untuk pemanfaatan teknologi masih harus ditingkatkan.
4. Sarana dan prasarana pembelajaran belum memadai.
5. siswa sudah dekat dengan teknologi namun belum tepat guna.
6. siswa belum terbiasa mengenal aplikasi-aplikasi pembelajaran.
7. faktor usia guru membuat guru kesulitan
8. kemampuan guru menguasai pemanfaatan teknologi terbatas
(M. Ruli haikal, S.Pd., Pipih Nurhanipah, S.Pd., Dikdik Kusdinar, S.Sos.)
Kepala Sekolah:
1. Keuangan sekolah terbatas sehingga belum dapat melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran.
2. Keinginan guru untuk meningkatkan kompetensinya sangat kurang.
(Ahmad Rifai, S.Pd)