Anda di halaman 1dari 7

Nama : Erawati Tammu

Kelas : 001/PGSD

LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah

Akar Analisis akar


N
Hasil eksplorasi penyebab masalah penyebab penyebab
o.
masalah masalah
1 1.2 Kemampuan membaca kelas 1 1.Masih ada 1.Karena siswa
masih rendah siswa yang belum kurang berlatih
Hasil kajian saya: mengenal untuk mengenal
1.Karena masih ada sebagian siswa yang belum sebagian huruf huruf dan guru
mengenal sebagian huruf belum
2.Belum
mengoptimalkan
2.belum optimalnya model pembelajaran optimalnya model
model
yang inovatif sesuai karakteristik siswa pembelajaran pembelajaran
yang inovatif yang inovatif
sesuai karakter sesuai
Hasil kajian literatur: siswa karakteristik
Dari(Aini,2019) (Alawiyah et 3.Guru masih siswa yang ada.
all.,2018)Masih banyak dijumpai siswa mengajar
2.Guru kurang
kelas 1 yangmengalami kesulitan menggunakan
menggunakan
membaca.hal tersebut dikarenakan guru metode
media yang
masih mengajar menggunakan metode konvesional
konkret seperti
konvesional yaitu metode pembelajaran
4.Metode kartu huruf.
yang terpusat pada guru, yang bersifat
mengajar belum
ceramah sehingga kegiatan belajar menggunakan
mengajar menjadi monoton dan kurang media-media
menarik bagi siswa . masih banyak konkret/ menarik
ditemui ketidakmampuan siswa
mengenal huruf-huruf alfabetis,kesulitan
membaca kata yang berakhir konsonan,
tidak bisa membaca suku kata, dan
siswa sering menghilangkan huruf ketika
membaca kalimat sederhana. Dan juga
ada cara lain meningkatkan kemampuan
membaca yaitu dengan diterapkannya
media gambar.

Hasil wawancara dari kepala sekolah dan


guru senior:
Kepala sekolah: ibu Agustina A.Bone,
S.Pd
1.Guru harus memastikan peserta
didik mengenal semua huruf dengan cara mendikte satu
kata dalam setiap huruf dan bisa juga menggunakan
kartu kata
2.Peserta didik memahami setiap kata yang dibaca
Guru senior: ibu Hasti Makalalag, S.Pd
1.Metode dalam pembelajaran kelas 1adalah bermain
sambil belajar dan menggunakan media-media yang
konkret contohnya seperti permainan kartu kata
2 1.2.Kemampuan dasar matematika 1.Siswa Dalam proses
kelas 1 masih rendah belum bisa pembelajaran
Hasil kajian saya: dan Ada siswa yang
1.masih ada peserta didik yang belum bisa membedakan kesulitan belum mengenal
antara simbol pertambahan dan pengurangan dalam membedaka simbol
mengerjakan oprasi hitung n simbol pertambahan
pertambaha dan
2.Pembelajaran dikelas masih belum n dan pengurangan,
melibatkan keaktifan peserta didik pengurangan serta strategi
pembelajaran
3.kesulitan dalam memahami hubungan 2.kurangnya belum
antara penjumlahan dan pengurangan Strategi menyenangkan
yang merupakan kebalikan pembelajaran
bagi siswa dan
matematika harus
4.kesulitan memahami maksud soal yang
kurangnya
sehingga salah menterjemahkan kedalam menyenangkan penggunaan
kalimat matematika bagi siswa media yang
konkret dan
Hasil kajian literaturnya: 3Kurangnya menarik saat
media pembelajaran
konkret/menarik serta kurangnya
Berdasarkan hasil penelitian yang
didapat oleh(Maswar,2019) menunjukkan bimbingan
4.Harus ada
bahwa untuk memotivasi siswa secara
Bimbingan
menyukai matematika dapat diterapkan khusus intensif/berkelan
strategi pembelajaran matematika jutan kepada
menyenangkan siswa (MMS) berbasis siswa yang
metode permainan mathemagic, teka-teki rendah
matematis kemampuan
Berdasarkan hasil analisis dari kajian dasar
saya, kajian literatur dan kajian dari matematikanya.
kepalah sekolah dan guru senior :
1.Kesulitan membedakan penjumlahan
dan pengurangan

2.Penyampaian konsep dasar dikelas


rendah guru perlu kehati-hatian agar
siswa paham

3.Siswa belum lancar dalam


membaca(KEMAMPUAM MEMBACA
SISWA TERBATAS) dan sulit memahami
maksud soal sehingga salah
menterjemahkan kedalam kalimat
matematika

4.Kesulitan dalam memahami hubungan


antara penjumlahan dan pengurangan
sehingga sering tertukar antara
penjumlahan dan pengurangan dalam
mengerjakan soal

,dan cerita matematika yang


menarik,menantang dan
menghibur.Dengan demikian,
pembelajaran dikelas matematika
menjadi nyaman dan tidak kaku.
https://pgsd.binus.ac.id/2020/07/06/
keterampilan-mengajar/

Hasil wawancara kepala sekolah dan


guru senior:
Kepala sekolah: ibu Agustina
A.Bone,S.Pd
1.Guru harus memberikan dulu
pemahaman apa yang dimaksud dengan
pengurangan maupun penjumlahan
dengan memberikan contoh
menggunakan media konkret sederhana

Guru senior: ibu Hasti Makalalag,S.Pd


1.Harus ditunjang dengan alat bantu
yang konkret

2.Penugasan dengan bimbingan secara


khusus
3 1.2.Guru mengabaikan aspek-aspek 1. Cara Dalam proses
tentang dasar-dasar mengajar mengajar pembelajaran
Hasil kajian saya: masih guru belum
1.masih menggunakan cara mengajar konvesional efektif, efisien
konvesional sehingga perlu
2.kemampuan guru dalam 2. adanya
mengembangkan berbagai keterampilan Kemampuan penerapan
dasar mengajar masih kurang guru dalam metode
3.guru belum mampu memposisikan diri mengembang pembelajaran
sebagai pendidik sekaligus mitra belajar kan yang inovatif
keterampilan sesuai
Hasil kajian literatur: dasar perkembangan
mengajar zaman.
1.( Muftahul Huda, 2013) Pembelajaran belum
merupakan hasil dari memori,kognisi efektif,
dan metakognisi yang berpengaruh efisien dan
terhadap pemahaman. profesional
2.( As. Gilcman, 1991) yaitu keterampilan
dasar mengajar (Teaching skills) 3. Guru
merupakan keterampilan khusus (most harus
specific instructional behaviors) yang merubah
harus dimiliki oleh guru agar dapat pola pikir
melaksanakan tugas mengajar secara sesuai
efektif, efisien dan profesional. perkembang
3.Dan menurut Turney(1973) ada 8 an zaman
keterampilan dasar mengajar yang harus
dikuasai seorang guru yaitu:
Keterampilan bertanya, Keterampilan
memberikan penguatan, Keterampilan
membuat variasi stimulus, Keterampilan
menjelaskan, Keterampilan membuka
dan menutup pelajaran, Keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil,
Keterampilan mengelola kelas,
Keterampilan mengajar kelompok kecil
dan perseorangan.
https://pgsd.binus.ac.id/2020/07/06/
keterampilan-mengajar/

Hasil wawancara dari guru senior: ibu


Hasti Makalalag,S.Pd

1.Sebagai guru kita harus mau merubah


pola pikir kita untuk lebih maju dan mau
berkembang menerima perubahan zaman
3.
dst
4 1.2.Belum optimalnya model 1. Metode Dalam proses
pembelajaran yang inovatif sesuai yang pembelajaran
dengan karakteristik materi digunakan model yang
Hasil kajian saya: masih digunakan
1.Metode yang digunakan masih monoton monoton kurang inovatif
2.Kegiatan belajar masih berpusat pada sehingga proses
guru 2. Guru pembelajaran
3.Guru belum menguasai karakteristik harus menjadi monoton
model-model pembelajaran yang ada merubah tidak menarik
pola bagi siswa.
Kajian literaturnya: pembelajara
n yang
Menurut Komalasari (2010: 57) model berpusat
pembelajaran pada dasrnya merupakan pada guru
bentuk pembelajaran yang tergambar harus
dari awal sampai akhir yang disajikan beralih
secara khas oleh guru. Dengan kata berpusat
lain , model pembelajaran merupakan pada siswa
wadah atau bungkus dari penerapan
suatu pendekatan,metode, dan teknik
pembelajaran.

Hasil dari wawancara pengawas dan


pakar pendidikan:
Pengawas: Bapak Warsono,S.Pd
1.Guru belum mengeksplor diri

2.Harus adanya kerjasama dengan pihak


sekolah untuk melakukan inovasi

Pakar: Bapak Kasturi S.Pd. M.Pd

1.Guru harus merubah pola


pembelajaran dari yang berpusat pada
guru (Teacher Centre) harus berahli
berpusat pada siswa (Student Centre)

2.Dalam pembelajaran abad 21 banyak


hal yang kompetensi yang harus
dikembangkan yaitu; hots dan literasi
numerasi
5 1.2.Terbatasnya pemahaman guru 1. Guru Kurangnya
terkait materi literasi numerasi belum pemahaman
Hasil kajian saya: memahami guru terhadap
1.Kurangnya pemahaman guru terhadap materi literasi dengan baik penerapan
numerasi penerapan konsep literasi
konsep numerasi dan
2.Guru belum memahami dengan baik literasi belum ada
penerapan konsep literasi numerasi numerasi program
disekolah pembiasaan yang
2. Harus ada konsisten seperti
Kajian literaturnya: program membaca 15
pembiasaan menit sebelum
1.Anies Baswedan (dalam tabloid asah
yang harus kegiatan
asuh 2015) mengatakan bahwa budi
dikembangk pembelajaran.
pekerti bukan lagi sebuah penanaman
an
tetapi penumbuhan,karena memandang
warga sekolah telah memiliki budi
pekerti yang baik. Pembudayaannya
adalah dengan
mengajarkan,membiasakan, melatih
untuk konsisten,menjadikan
kebiasaan,menjadi karakter,kemudian
menjadi budaya.Budaya inilah yang
biasa disebut dengan literasi.
Literasi merupakan salah satu prasyarat
kecakapan hidup di Abad 21.World
Economic Forum ,pada tahun 2015 telah
menyepakati enam literasi
dasar,diantaranya; literasi baca tulis,
literasi numerasi, literasi sains, literasi
digital, literasi
finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.
2.Menurut (Ibrahim, 2017:5) keenam literasi tersebut
tidak hanya penting bagi peserta didik saja ,tetapi juga
orang tua dan semua masyarakat. Salah satru literasi
yang memiliki peran terkait pengambilan keputusan
dalam kehidupan sehari-hari adalah literasi
numerasi.sementara literasi numerasi di Indonesia
belum berkembang.

2.Sedangkan menurut pandangan Ekowati ct al.,(2019)


literasi numerasi diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam menggunakan penalaran .penalaran
berarti menganalisis dan memahami suatu pernyataan,
melalui aktivitas dalam memanipulasi symbol atau
bahasa matematika yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, dan mengungkapkan pernyataan tersebut
melalui tulisan maupun lisan.

Hasil wawancara pengawas dan pakar pendidikan:


Pengawas: Bapak Warsono, S.Pd
1. Karena masih ada siswa yang masuk ke sekolah dasar
belum dari tk dan kurangnya bimbingan orang tua juga
ketika dirumah

2.Guru kurang kreatif dalam pembiasaan model


pembelajaran

Pakar: Bapak Kasturi, S.Pd. M.Pd


1. Harus ada program pembiasaan yang harus
dikembangkan oleh guru ataupun pihak sekolah

2.Pemahaman guru harus dioptimalkan lagi


6 1.2.Guru belum mengoptimalkan 1. Masih Dalam
pemanfaatan teknologi informasi (TIK) monoton pembelajaran
dalam pembelajaran menjadikan guru masih
Hasil kajian saya: buku berpusat pada
1.Sarana prasarana pendukung sebagai buku sebagai
yang terbatas sumber sumber bahan
belajar ajar dan
2.Masih monoton menjadikan buku sebagai sumber
kurangnya
belajar
2. kepercayaan dan
Kurangnya pengetahuan
Kajian literatunya: kepercayaan dalam
dan penggunaan TIK
1.Menurut Basak dan Govender (2015), satu sikap yang pengetahuan dalam
dimiliki para guru ,disemua tingkatan ,adalah dalam pembelajaran.
kurangnya kepercayaan untuk menggunakan TIK dalam menggunaka
pengajaran mereka dan menjadi cemas ketika harus n TIK
menggunakan pengetahuan TIK mereka ,selain
itu ,bannyak guru juga kurang pengetahuan tentang
manfaat TIK dalam pendidikan.

2.Nikolopoulou dan Gialamas (2016) mengelompokkan


tantangan penggunaan TIK dalam proses pembelajaran
dari tiga aspek , yaitu kurangnya dukungan (lack of
support), kurangnya kepercayaan (lack of confidence),
dan kurangnya perlengkapan(lack of equipment)

Hasil wawancara pengawas dan pakar pendidikan:


Pengawas:Bapak Warsono, S.Pd

1.Guru harus ada alat (TIK)

2.Masih kurangnya sarana IT yang tersedia

Pakar:bapak Kasturi, S.PD. M.Pd


1. Pemahaman guru mengenai (TIK) masih harus
diupayakan melalui workshop atau pelatihan-pelatihan
lainnya

2. Harus ada monitoring batau supervisi secara intensiv


dari pimpinan atau pihak yang terkait.
7

Anda mungkin juga menyukai