N Hasil eksplorasi penyebab masalah penyebab penyebab o. masalah masalah 1 1.2 Kemampuan membaca kelas 1 1.Masih ada 1.Karena siswa masih rendah siswa yang belum kurang berlatih Hasil kajian saya: mengenal untuk mengenal 1.Karena masih ada sebagian siswa yang belum sebagian huruf huruf dan guru mengenal sebagian huruf belum 2.Belum mengoptimalkan 2.belum optimalnya model pembelajaran optimalnya model model yang inovatif sesuai karakteristik siswa pembelajaran pembelajaran yang inovatif yang inovatif sesuai karakter sesuai Hasil kajian literatur: siswa karakteristik Dari(Aini,2019) (Alawiyah et 3.Guru masih siswa yang ada. all.,2018)Masih banyak dijumpai siswa mengajar 2.Guru kurang kelas 1 yangmengalami kesulitan menggunakan menggunakan membaca.hal tersebut dikarenakan guru metode media yang masih mengajar menggunakan metode konvesional konkret seperti konvesional yaitu metode pembelajaran 4.Metode kartu huruf. yang terpusat pada guru, yang bersifat mengajar belum ceramah sehingga kegiatan belajar menggunakan mengajar menjadi monoton dan kurang media-media menarik bagi siswa . masih banyak konkret/ menarik ditemui ketidakmampuan siswa mengenal huruf-huruf alfabetis,kesulitan membaca kata yang berakhir konsonan, tidak bisa membaca suku kata, dan siswa sering menghilangkan huruf ketika membaca kalimat sederhana. Dan juga ada cara lain meningkatkan kemampuan membaca yaitu dengan diterapkannya media gambar.
Hasil wawancara dari kepala sekolah dan
guru senior: Kepala sekolah: ibu Agustina A.Bone, S.Pd 1.Guru harus memastikan peserta didik mengenal semua huruf dengan cara mendikte satu kata dalam setiap huruf dan bisa juga menggunakan kartu kata 2.Peserta didik memahami setiap kata yang dibaca Guru senior: ibu Hasti Makalalag, S.Pd 1.Metode dalam pembelajaran kelas 1adalah bermain sambil belajar dan menggunakan media-media yang konkret contohnya seperti permainan kartu kata 2 1.2.Kemampuan dasar matematika 1.Siswa Dalam proses kelas 1 masih rendah belum bisa pembelajaran Hasil kajian saya: dan Ada siswa yang 1.masih ada peserta didik yang belum bisa membedakan kesulitan belum mengenal antara simbol pertambahan dan pengurangan dalam membedaka simbol mengerjakan oprasi hitung n simbol pertambahan pertambaha dan 2.Pembelajaran dikelas masih belum n dan pengurangan, melibatkan keaktifan peserta didik pengurangan serta strategi pembelajaran 3.kesulitan dalam memahami hubungan 2.kurangnya belum antara penjumlahan dan pengurangan Strategi menyenangkan yang merupakan kebalikan pembelajaran bagi siswa dan matematika harus 4.kesulitan memahami maksud soal yang kurangnya sehingga salah menterjemahkan kedalam menyenangkan penggunaan kalimat matematika bagi siswa media yang konkret dan Hasil kajian literaturnya: 3Kurangnya menarik saat media pembelajaran konkret/menarik serta kurangnya Berdasarkan hasil penelitian yang didapat oleh(Maswar,2019) menunjukkan bimbingan 4.Harus ada bahwa untuk memotivasi siswa secara Bimbingan menyukai matematika dapat diterapkan khusus intensif/berkelan strategi pembelajaran matematika jutan kepada menyenangkan siswa (MMS) berbasis siswa yang metode permainan mathemagic, teka-teki rendah matematis kemampuan Berdasarkan hasil analisis dari kajian dasar saya, kajian literatur dan kajian dari matematikanya. kepalah sekolah dan guru senior : 1.Kesulitan membedakan penjumlahan dan pengurangan
2.Penyampaian konsep dasar dikelas
rendah guru perlu kehati-hatian agar siswa paham
3.Siswa belum lancar dalam
membaca(KEMAMPUAM MEMBACA SISWA TERBATAS) dan sulit memahami maksud soal sehingga salah menterjemahkan kedalam kalimat matematika
4.Kesulitan dalam memahami hubungan
antara penjumlahan dan pengurangan sehingga sering tertukar antara penjumlahan dan pengurangan dalam mengerjakan soal
,dan cerita matematika yang
menarik,menantang dan menghibur.Dengan demikian, pembelajaran dikelas matematika menjadi nyaman dan tidak kaku. https://pgsd.binus.ac.id/2020/07/06/ keterampilan-mengajar/
Hasil wawancara kepala sekolah dan
guru senior: Kepala sekolah: ibu Agustina A.Bone,S.Pd 1.Guru harus memberikan dulu pemahaman apa yang dimaksud dengan pengurangan maupun penjumlahan dengan memberikan contoh menggunakan media konkret sederhana
Guru senior: ibu Hasti Makalalag,S.Pd
1.Harus ditunjang dengan alat bantu yang konkret
2.Penugasan dengan bimbingan secara
khusus 3 1.2.Guru mengabaikan aspek-aspek 1. Cara Dalam proses tentang dasar-dasar mengajar mengajar pembelajaran Hasil kajian saya: masih guru belum 1.masih menggunakan cara mengajar konvesional efektif, efisien konvesional sehingga perlu 2.kemampuan guru dalam 2. adanya mengembangkan berbagai keterampilan Kemampuan penerapan dasar mengajar masih kurang guru dalam metode 3.guru belum mampu memposisikan diri mengembang pembelajaran sebagai pendidik sekaligus mitra belajar kan yang inovatif keterampilan sesuai Hasil kajian literatur: dasar perkembangan mengajar zaman. 1.( Muftahul Huda, 2013) Pembelajaran belum merupakan hasil dari memori,kognisi efektif, dan metakognisi yang berpengaruh efisien dan terhadap pemahaman. profesional 2.( As. Gilcman, 1991) yaitu keterampilan dasar mengajar (Teaching skills) 3. Guru merupakan keterampilan khusus (most harus specific instructional behaviors) yang merubah harus dimiliki oleh guru agar dapat pola pikir melaksanakan tugas mengajar secara sesuai efektif, efisien dan profesional. perkembang 3.Dan menurut Turney(1973) ada 8 an zaman keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai seorang guru yaitu: Keterampilan bertanya, Keterampilan memberikan penguatan, Keterampilan membuat variasi stimulus, Keterampilan menjelaskan, Keterampilan membuka dan menutup pelajaran, Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, Keterampilan mengelola kelas, Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan. https://pgsd.binus.ac.id/2020/07/06/ keterampilan-mengajar/
Hasil wawancara dari guru senior: ibu
Hasti Makalalag,S.Pd
1.Sebagai guru kita harus mau merubah
pola pikir kita untuk lebih maju dan mau berkembang menerima perubahan zaman 3. dst 4 1.2.Belum optimalnya model 1. Metode Dalam proses pembelajaran yang inovatif sesuai yang pembelajaran dengan karakteristik materi digunakan model yang Hasil kajian saya: masih digunakan 1.Metode yang digunakan masih monoton monoton kurang inovatif 2.Kegiatan belajar masih berpusat pada sehingga proses guru 2. Guru pembelajaran 3.Guru belum menguasai karakteristik harus menjadi monoton model-model pembelajaran yang ada merubah tidak menarik pola bagi siswa. Kajian literaturnya: pembelajara n yang Menurut Komalasari (2010: 57) model berpusat pembelajaran pada dasrnya merupakan pada guru bentuk pembelajaran yang tergambar harus dari awal sampai akhir yang disajikan beralih secara khas oleh guru. Dengan kata berpusat lain , model pembelajaran merupakan pada siswa wadah atau bungkus dari penerapan suatu pendekatan,metode, dan teknik pembelajaran.
Hasil dari wawancara pengawas dan
pakar pendidikan: Pengawas: Bapak Warsono,S.Pd 1.Guru belum mengeksplor diri
2.Harus adanya kerjasama dengan pihak
sekolah untuk melakukan inovasi
Pakar: Bapak Kasturi S.Pd. M.Pd
1.Guru harus merubah pola
pembelajaran dari yang berpusat pada guru (Teacher Centre) harus berahli berpusat pada siswa (Student Centre)
2.Dalam pembelajaran abad 21 banyak
hal yang kompetensi yang harus dikembangkan yaitu; hots dan literasi numerasi 5 1.2.Terbatasnya pemahaman guru 1. Guru Kurangnya terkait materi literasi numerasi belum pemahaman Hasil kajian saya: memahami guru terhadap 1.Kurangnya pemahaman guru terhadap materi literasi dengan baik penerapan numerasi penerapan konsep literasi konsep numerasi dan 2.Guru belum memahami dengan baik literasi belum ada penerapan konsep literasi numerasi numerasi program disekolah pembiasaan yang 2. Harus ada konsisten seperti Kajian literaturnya: program membaca 15 pembiasaan menit sebelum 1.Anies Baswedan (dalam tabloid asah yang harus kegiatan asuh 2015) mengatakan bahwa budi dikembangk pembelajaran. pekerti bukan lagi sebuah penanaman an tetapi penumbuhan,karena memandang warga sekolah telah memiliki budi pekerti yang baik. Pembudayaannya adalah dengan mengajarkan,membiasakan, melatih untuk konsisten,menjadikan kebiasaan,menjadi karakter,kemudian menjadi budaya.Budaya inilah yang biasa disebut dengan literasi. Literasi merupakan salah satu prasyarat kecakapan hidup di Abad 21.World Economic Forum ,pada tahun 2015 telah menyepakati enam literasi dasar,diantaranya; literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan. 2.Menurut (Ibrahim, 2017:5) keenam literasi tersebut tidak hanya penting bagi peserta didik saja ,tetapi juga orang tua dan semua masyarakat. Salah satru literasi yang memiliki peran terkait pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari adalah literasi numerasi.sementara literasi numerasi di Indonesia belum berkembang.
2.Sedangkan menurut pandangan Ekowati ct al.,(2019)
literasi numerasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan penalaran .penalaran berarti menganalisis dan memahami suatu pernyataan, melalui aktivitas dalam memanipulasi symbol atau bahasa matematika yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, dan mengungkapkan pernyataan tersebut melalui tulisan maupun lisan.
Hasil wawancara pengawas dan pakar pendidikan:
Pengawas: Bapak Warsono, S.Pd 1. Karena masih ada siswa yang masuk ke sekolah dasar belum dari tk dan kurangnya bimbingan orang tua juga ketika dirumah
2.Guru kurang kreatif dalam pembiasaan model
pembelajaran
Pakar: Bapak Kasturi, S.Pd. M.Pd
1. Harus ada program pembiasaan yang harus dikembangkan oleh guru ataupun pihak sekolah
2.Pemahaman guru harus dioptimalkan lagi
6 1.2.Guru belum mengoptimalkan 1. Masih Dalam pemanfaatan teknologi informasi (TIK) monoton pembelajaran dalam pembelajaran menjadikan guru masih Hasil kajian saya: buku berpusat pada 1.Sarana prasarana pendukung sebagai buku sebagai yang terbatas sumber sumber bahan belajar ajar dan 2.Masih monoton menjadikan buku sebagai sumber kurangnya belajar 2. kepercayaan dan Kurangnya pengetahuan Kajian literatunya: kepercayaan dalam dan penggunaan TIK 1.Menurut Basak dan Govender (2015), satu sikap yang pengetahuan dalam dimiliki para guru ,disemua tingkatan ,adalah dalam pembelajaran. kurangnya kepercayaan untuk menggunakan TIK dalam menggunaka pengajaran mereka dan menjadi cemas ketika harus n TIK menggunakan pengetahuan TIK mereka ,selain itu ,bannyak guru juga kurang pengetahuan tentang manfaat TIK dalam pendidikan.
2.Nikolopoulou dan Gialamas (2016) mengelompokkan
tantangan penggunaan TIK dalam proses pembelajaran dari tiga aspek , yaitu kurangnya dukungan (lack of support), kurangnya kepercayaan (lack of confidence), dan kurangnya perlengkapan(lack of equipment)
Hasil wawancara pengawas dan pakar pendidikan:
Pengawas:Bapak Warsono, S.Pd
1.Guru harus ada alat (TIK)
2.Masih kurangnya sarana IT yang tersedia
Pakar:bapak Kasturi, S.PD. M.Pd
1. Pemahaman guru mengenai (TIK) masih harus diupayakan melalui workshop atau pelatihan-pelatihan lainnya
2. Harus ada monitoring batau supervisi secara intensiv