Sumber wawancara
1.Guru :
➢ Kurangnya motivasi dari
lingkungan keluarga.
➢ Kurangnya variasi guru
dalam pembelajaran
2. Rekan sejawat :
➢ Siswa tidak menyukai
matematika
➢ Siswa tidak menyukai
gurunya
➢ Guru belum
menggunakan model
pembelajaran yang
menarik
➢ Kurangnya perhatian
guru
➢ Guru belum
menggunakan alat
peraga untuk membantu
pemahaman siswa.
3. Kepala Sekolah:
➢ Kurangnya dukungan dan
perhatian dari keluarga/
orang tua
➢ Siswa menganggap
matematika pelajaran
yang sulit
➢ Guru kurang bervariasi
dan menarik dalam
menyampaikan materi.
4.Pengawas Sekolah :
➢ Guru mengajar masih
menggunakan sistem
lama belum inovatif
➢ Guru belum
menggunakan model
pembelajaran yang
menarik
➢ Kurangnya pemahaman
guru tentang cara
memotivasi anak dalam
belajar
➢ Pengaruh penggunaan
gadet selama pandemi.
5. Pakar :
➢ Faktor Internal : Minat
belajar rendah, gaya
belajar siswa yang
berbeda-beda.
➢ Faktor Eksternal : Model
pembelajaran atau metode
pembelajaran yang
kurang tepat atau tidak
sesuai. Sarana prasarana
sekolah kurang
mendukung.
2 Rendahnya hasil belajar Sumber kajian literatur Setelah dilakukan analisis
matematika materi buku/jurnal : tindak lanjut diperoleh
perkalian dan pembagian 1. Menurut Sinar (2018:2) hasil bahwa rendahnya
pada siswa kelas 2 rendahnya hasil belajar hasil belajar matematika
disebabkan karena siswa siswa materi perkalian dan
kurang aktif dalam pembagian disebabkan
pembelajaran dan metode oleh:
mengajar yang digunakan 1. Guru dalam
guru masih konvensional. menjelaskan materi
2. Jurnal Elemetary, Vol 3 masih secara abstrak
No.2 Tahun 2020. tanpa menggunakan
Berdasarkan hasil media atau alat
penelitian Nur Sina dkk, peraga.
rendahnya hasil belajar 2. Guru dalam
matematika materi pembelajaran masih
menggunakan metode
perkalian dan pembagian
ceramah.
disebabkan karena peserta 3. Siswa belum
didik mengalami kesulitan memahami konsep
memahami konsep dasar perkalian dan
pembagian dan perkalian. pembagian, dimana
Hal ini dikarenakan konsep dasar
penggunaan model, perkalian adalah
pendekatan, metode, dan penjumlahan yang
teknik pembelajaran yang berulang sedangkan
kurang bervariasi pembagian adalah
menyebabkan pengurangan yang
pembelajaran kurang berulang.
efektif dan membosankan. 4. Guru belum
3. Jurnal Pendidikan Sekolah mengaitkan materi
Dasar , Volume 3, Nomor perkalian dan
2, 129–138, 2020. pembagian dengan
Menurut Puri Juliana dkk, masalah dalam
faktor yang melatar kehidupan sehari hari.
belakangi kesulitan belajar
operasi hitung perkalian
dan pembagian terdiri dari
faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal :
(1) kognitif siswa meliputi
belum menguasai konsep,
keterampilan dasar operasi
perkalian dan
pengurangan yang masih
lemah, (2) kurangnya
perhatian siswa saat
menerima pelajaran, (3)
minat belajar yang masih
rendah. Faktor eksternal
terdiri dari: (1) Orang tua
dan keluarga, kurangnya
perhatian orang tua
terhadap kebiasaan belajar
anak di rumah, rendahnya
ekonomi orang tua, dan
kurangnya pengetahuan
orang tua, (2) pada masa
pandemi (covide19) ini
siswa belajar dirumah
secara online yang tidak
kondusif, (3) faktor
sekolah meliputi,
pendekatan guru terhadap
siswa yang kurang terjalin,
banyaknya materi
pelajaran dan kurangnya
waktu, pemberian latihan
soal – soal pembagian
yang belum tepat.
4. JUPENDAS Vol.6 No 1
tahun 2019. Menurut
Zulfida dkk siswa
mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan
soal-soal mengenai
operasi hitung perkalian
dan pembagian
disebabkan karena
pembelajaran materi
perkalian dan pembagian
masih belum mengaitkan
dengan masalah dalam
kehidupan sehari hari.
Sumber Wawancara
1. Guru
➢ Siswa belum
memahami konsep
dasar dasarnya
➢ Guru belum
menggunakan
pembelajaran yang
bervariatif.
➢ Guru belum melibatkan
siswa praktek langsung
dalam pembelajaran.
2. Rekan Sejawat
Hasil belajar rendah pada
materi perkalian dan
pembagian disebabkan
karena siswa belum
memahami konsep dasar
perkalian dan pembagian.
3. Kepala Sekolah
➢ Kurangnya pehaman
konsep terutama materi
pembagian
➢ Guru dalam menjelaskan
konsep dasar kurang
mengena pada siswa
4. Pengawas Sekolah
➢ Siswa belum
memahami konsep
dasar perkalian dan
pembagian
➢ Guru dalam mengajar
masih menggunakan
cara lama.
➢ Guru belum
menggunakan alat
peraga yang sesuai
5. Pakar
➢ Siswa belum
memahami konsep
perkalian dan
pembagian
➢ Guru
mengesampingkan
learning continum
➢ Guru dalam
menjelaskan materi
masih secara abstrak.
3 Pemahaman dan Sumber kajian literatur Setelah dilakukan analisis
penalaran isi bacaan buku/jurnal : tindak lanjut diperoleh
pada mupel Bahasa 1. Jurnal Pengembangan hasil bahwa rendahnya
Indonesia dan IPS masih Ilmu Komunikasi dan pemahaman dan penalaran
rendah Sosial Vol 3 No 1 tahun siswa terhadap isi bacaan
2019. Menurut Eka pada mupel Bahasa
Oksarini dkk faktor Indonesia dan IPS
penyebab rendahnya disebabkan oleh :
penguasaan siswa dalam 1. Siswa belum mampu
keterampilan membaca membaca dengan baik,
yaitu guru kurang karena masih kurang
mempersiapkan materi lancar dalam membaca
pembelajaran, metode dan kurangnya
yang digunakan guru pembiasaan membaca.
kurang bervariasi, guru 2. Guru kurang bervariasi
hanya menggunakan dalam pembelajaran,
metode membaca bergilir guru hanya
atau metode dikte, menggunakan metode
pembelajaran berpusat membaca bergilir atau
pada guru kurangnya minat metode dikte.
baca siswa, motivasi siswa 3. Guru kurang maksimal
dalam membaca kurang, dalam mempersiapkan
siswa cepat lupa terhadap materi pembelajaran
isi bacaan yang baru dibaca 4. Guru belum terbiasa
dan kecepatan membaca memberi pertanyaan
siswa masih kurang. yang memantik
2. Jurnal Basicedu Vol 4 No 3 mengenai isi bacaan.
Tahun 2020. Menurut Yuli
Rahmi dkk, Penggunaan
pendekatan, metode, dan
teknik membaca yang
tidak tepat diasumsikan
merupakan salah satu
faktor penentu kurang
maksimalnya pencapaiaan
tujuan membaca di
sekolah. Selain itu,
alokasi waktu yang
disediakan untuk
pembelajaran masih
sangat minim.
Pemahaman guru
terhadap kiat-kiat
pengembangan membaca
yang baik juga disinyalir
sangat kurang.
3. JPGSD Vol 1 No 1 Tahun
2019, menurut Fatonah
dkk. Pembelajaran secara
konvensional menjadi
salah satu faktor
rendahnya keterampilan
membaca pemahaman
sehingga pembelajaran
menjadi membosankan.
Sumber Wawancara
1. Guru
➢ Siswa belum lancar
dalam membaca.
➢ Siswa yang sudah
lancar membaca belum
terbiasa diberi
pertanyaan yang
memantik oleh guru
tentang isi bacaan.
2. Rekan Sejawat
➢ Belum lancar dalam
membaca.
➢ Kurang fokus dalam
membaca
➢ Kurangnya pembiasaan
membaca
➢ Belum optimalnya
fungsi perpustakaan
sekolah
3. Kepala Sekolah
➢ Siswa sulit memahami
isi bacaan disebabkan
karena guru hanya
sekedar mengajar
membaca tanpa
memberi penekaan
pada isi bacaan.
➢ Siswa kurang dilatih
dengan pertanyaan
yang mengarah kepada
isi bacaan.
4. Pengawas
➢ Pengaruh media sosial,
menyebabkan siswa
malas membaca.
➢ Kurangnya kegiatan di
sekolah yang
mendorong anak untuk
gemar membaca
➢ Kurangnya sarpras
(buku) atau pojok baca
di kelas.
➢ Anak kurang berlatih
dalam memahami isi
bacaan
5. Pakar
➢ Siswa belum mampu
membaca dengan baik
➢ Siswa belum mampu
menyusun kata, kalimat
dan paragraf dengan
baik
4 Lamban belajar yang Sumber kajian literatur Setelah dilakukan analisis
terjadi pada lebih dari 50 buku/jurnal : tindak lanjut diperoleh
% siswa kelas IV dan 1. Jurnal REPOSITORY hasil bahwa anak lamban
hampir pada semua 2020. Menurut Zalukhu dalam belajar disebabkan
mupel. ada beberapa faktor yang oleh :
dapat menyebabkan anak 1. Guru belum
lamban belajar, antara lain: memahami
kemiskinan, emosi, faktor bagaimana cara
pribadi, orang tua dan menyampaikan
anggota keluarga yang pembelajaran /materi
semakin banyak. kepada anak yang
2. Jurnal Pendidikan dan lamban belajar.
Ilmu Sosial,Volume 3, 2. Dalam pembelajaran
Nomor 3, 416-426 tahun cara menyampaikan
2021. Menurut Septi materi antara anak
Nurfadillah dkk Faktor yang lamban belajar
penyebab anak lamban dengan anak yang
belajar, antara lain: 1) sedang ataupun cepat
faktor prenatal (sebelum dibuat sama.
lahir) dan genetik; 2) 3. Faktor genetika atau
faktor biologis non keturunan.
keturunan; 3) faktor natal 4. Faktor fisiologis atau
(saat proses kelahiran); dan kondisi fisik anak.
4) faktor postnatal 5. Kurangnya perhatian
(sesudah lahir) dan orang tua, karena
lingkungan. kesibukan orang tua.
3. Jurnal Ilmu Pendidikan 6. Lingkungan belajar
Volume 2 Nomor 1 Halm atau bermain anak
93-101 tahun 2020. yang kurang
Menurut Fadila Nawang mendukung.
Utami faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan
belajar siswa antara lain:
Faktor fisiologis,
psikologis, faktor kelurga,
lingkungan sekolah,
lingkungan tempat tinggal.
Sumber Wawancara:
1. Guru
Siswa lamban belajar
sebagian besar dipengaruhi
faktor genetik, dan
kurangnya dukungan dari
lingkungan sekitar.
2. Rekan Sejawat
➢ Lingkungan keluarga
➢ Pergaulan siswa
➢ Pengaruh HP
sehingga malas
belajar
➢ Faktor genetika
3. Kepala Sekolah
➢ Kurangnya perhatian
orang tua,
➢ Faktor genetika
➢ Pengaruh lingkungan
bermain anak.
4. Pengawas Sekolah
➢ Faktor gentika
➢ Guru belum memahami
secara baik karakter
siswa
➢ Pengaruh lingkungan
anak, baik lingkungan
keluarga ataupun
lingkungan bermain
5. Pakar
➢ Faktor genetika
➢ Guru belum memahami
karakter peserta didik
➢ Guru dalam
pembelajaran masih
dibuat sama baik siswa
lamban belajar ataupun
cepat belajar.
➢ Kematangan siswa
dalam belajar
➢ Faktor keluarga
➢ Lingkungan belajar
baik di rumah atau di
sekolah.
Sumber Wawancara
1. Guru
Guru belum memahami
prinsip HOTS. Sehingga
belum mampu
menerapkan dalam
pembelajaran maupun
evaluasi.
2. Rekan sejawat
Guru belum memahami
pembelajaran HOTS
secara utuh karena
kurangnya pembimbingan
dan pelatihan.
3. Kepala sekolah
➢ Guru belum memahami
apa itu HOTS
➢ Kurangnya pelatihan
tentang HOTS
➢ Guru enggan
mempelajari tentang
HOTS karena merasa
sudah tua dan sudah
nyaman dengan
pembelajaran yang
dilakukan saat ini
4. Pengawas
➢ Guru menganggap
HOTS membuat anak
semakin sulit dalam
belajar.
➢ Guru belum memahami
secara menyeluruh apa
itu HOTS.
➢ Sebagian guru merasa
sudah tua dan enggan
untuk belajar tentang
HOTS.
5. Pakar
➢ Terjadi miskonsepsi dari
pemahaman HOTS itu
sendiri, guru
menganggap HOTS itu
adalah semua soal yang
sulit.
➢ Kurangnya pelatihan dan
pendampingan dalam
pembuatan soal HOTS
➢ Kurangnya literasi guru
mengenai HOTS
Sumber Wawancara
1. Guru
➢ Keterbatasan sarpras
➢ Kurangnya waktu
dalam menyiapkan
perangkat
pembelajaran.
➢ Guru belum menguasai
tekhnologi informasi
2. Rekan Sejawat
➢ Merasa sudah tua dan
tidak mau belajar
➢ Banyaknya tugas
tambahan guru, sehingga
tidak memiliki waktu
untuk menyiapkan
pembelajaran yang
inovatif.
3. Kepala Sekolah
➢ Guru kurang menguasai
IT
➢ Guru enggan belajar IT
karena merasa sudah
tua
➢ Keterbatasan sarpras
4. Pengawas
➢ Keterbatasan
kemampuan IT guru
➢ Tidak ada keinginan
untuk upgrade skill
➢ Keterbatasan sarana
prasarana
5. Pakar
➢ Terbatasnya sarana
prasarana yang ada
➢ Guru enggan belajar
➢ Tugas tambahan guru
yang membuat guru tidak
memiliki waktu untuk
menyiapkan perangkat
pembelajaran.
➢ Kurangnya pelatihan
pemanfaatan potensi
lokal yang ada di sekitar.