Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nurmawati,S.

Pd

Sekolah : UPT SMPN Benteng Selatan No 49 Kepulauan Selayar

LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah Yang Telah Hasil eksplorasi Penyebab Masalah Analisis Eksplorasi Penyebab
Diidentifikasi Masalah
1. Minat Belajar Siswa Hasil Kajian Literatur Setelah dianalisis lagi masalah
Rendah Saat 1. Menurut Hamzah B. Uno rendahnya minat belajar siswa
Pembelajaran (2011 :23) motivasi belajar saat pembelajaran
Berlangsung adalah dorongan internal dan berlangsung karena :
eksternal pada siswa yang 1. Guru kurang mendapatkan
sedang belajar untuk pelatihan tentang cara
mengadakan yang tingkah laku, menerapkan pembelajaran
pada umumnya dengan inovatif, sehingga
beberapa indicator atau unsur- mengajarnya monoton.
unsur yang mendukung. 2. Guru belum memiliki cukup
Indikator-indikator tersebut, waktu untuk menyiapkan
antara lain : media pembelajaran yang
1. Adanya hasrat dan keinginan sesuai,sehingga mengajar
berhasil ala kadarnya saja.
2. Dorongan dan kebutuhan 3. Tuntutan kurikulum tidak
dalam belajar, Harapan dan sejalan dengan kondisi di
Cita-cita masa depan . lapangan, sehingga sering-
3. Penghargaan dalam belajar seringnya guru hanya
4. Lingkungan belajar yang mengejar materi selesai
kondusif. diajarkan meski siswa
belum menguasai materi
2. Oemar Hamalik (2011 : 108), tersebut.
menyebutkan fungsi motivasi itu 4. Guru kurang kreatif dalam
meliputi : menata ruang kelas menjadi
1. Mondorong timbulnya ruangan yang menarik dan
kelakuan / suatu perbuatan nyaman untuk digunakan.
2. Sebagai pengarah, artinya
mengarah pada perbuatan ke
pencapaian tujuan yang
diinginkan.
3. Sebagai penggerak,artinya
sebagai motor penggerak
dalam kegiatan belajar.

Hasil Wawancara
1. Secara Internal,Siswa ingin
berhasil tapi kejenuhan belajar
Bahasa inggris mulai muncul
disebabkan metode mengajar
yang kurang menarik.
2. Guru belum menggunakan
metode mengajar yang tepat
sehingga materi sulit dipahami
oleh siswa.
3. Kesulitan siswa dalam
memahami ini membuat mereka
tidak memiliki penggerak dalam
kegiatan belajar

Siswa kesulitan Literatur : Setelah dianalisis lagi masalah


membaca, 1. Literasi Numerasi adalah kesulitan siswa dalam
Angka,tanggal,tahun pengetahuan dan kecakapan membaca angka,tanggal,
,menghitung,menye untuk menggunakan berbagai tahun, menghitung,
butkan Nominal macam angka dan symbol yang menyebutkan nominal uang
uang dan terkait dengan matematika dan menyebutkan jam dalam
menyebutkan jam dasar untuk memecahkan Bahasa Inggris ini karena :
dalam Bahasa masalah nyata dalam situasi 1. Siswa menganggap mudah
inggris. kehidupan sehari hari yang membaca angka dalam
berbeda guna memberikan Bahasa inggris.
informasi dalam format yang 2. Siswa jarang menggunakan
berbeda baik itu grafik, table, angka berbahasa inggris
maupun bagan,kemudian dalam kehidupan sehari-
menggunakan interpretasi hari
hasil analisis untuk 3. Guru kurang membiasakan
pengambilan keputusan siswa menggunakan angka
(Rosalina dan Suhardi, 2020). dalam bahsa inggris.
2. Menurut Han, dkk. (2017) 4. Jarang terdapat angka
menyatakan bahwa indicator berbahasa inggris yang
kemampuan literasi numerasi ditempel di dinding,
diungkapkan seperti :
a. Menggunakan berbagai
macam angka dan symbol
yang terkait dengan
matematika dasar untuk
memecahkan masalah
dalam berbagai macam
konteks kehidupan sehari-
hari.
b. Menganalisis informasi
yang ditampilkan dalam
berbagai bentuk ( grafik,
table,bagan,diagram dan
sebagainya).
c. Menafsirkan hasil Analisis
tersebut untuk
memprediksi dan
mengambil keputusan.
Wawancara
1. Siswa sering keliru menyebutkan
angka, jam, nominal uang dalam
Bahasa inggris
2. Siswa keliru menggunakan
angka dalam Bahasa inggris
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kemampuan Literatur : Analisis penyebab masalah :
membaca dan 1. Chitravelu (2004 : 87-89) 1. Pembelajaran Reading
memahami teks mengemukakan ada beberapa belum cukup menarik
berbahsa inggris hal yang perlu diperhatikan minat siswa.
pada siswa masih dalam membaca, diantaranya : 2. Kurang dukungan
kurang a. Membaca memerlukan orangtua dan
seperangkat pengetahuan lingkungan.
tentang kaedah atau (lingkungan tidak
ketentuan membaca. banyak menggunakan
b. Membaca memerlukan tulisan Bahasa Inggris).
pemahaman arti dan pesan 3. Banyaknya platfrorm
yang terkandung di dalam audio visual yang
teks. bermunculan
c. Pemahaman terhadap teks menyebabkan siswa
memerlukan pemahaman lebih suka menonton
terhadap Bahasa yang dari pada membaca.
digunakan dalam penulisan 4. Kurangnya kemauan
teks. guru mengembangkan
d. Membaca merupakan suatu metode belajar
proses berfikir, karena dalam membaca Bahasa
membaca seseorang Inggris.
menduga, memprediksi dan 5. Guru belum aktif
mengambil kesimpulan. membiasakan
e. MEmbaca merupakan proses program literasi
interaksi. membaca Bahasa
f. Membaca merupakan system inggris bagi siswa.
kebutuhan hidup.
g. Membaca bukan merupakan
single skill akan tetapi
merupakan multiple skill
yang digunakan secara
berbeda pada teks yang
berbeda dan tujuan yang
berbeda pula.
h. Pengalaman membaca yang
luas pada jenis teks yang
beragam akan memudahkan
seseorang dalam memahami
teks yang dibacanya.
2. Ebel dalam Somadayo (2010 :
28) berpendapat bahwa, yang
mempengaruhi tinggi rendahnya
kemampuan memahami bacaan
yang dapat dicapai oleh siswa
dan perkembangan minat
bacanya tergantung pada factor.
a. Siswa yang bersangkutan.
b. Keluarganya.
c. Kebudayaannya.
d. Situasi Sekolah.
Hasil Wawancara
1. Siswa tidak paham arti dan
pesan yang terkandung dalam
teks.
2. Ketidak pahaman ini
menyebabkan siswa malas
berfikir.
3. Siswa belum dibiasakan
membaca sejak dari lingkungan
keluarganya.
4. Lingkungannya juga belum
membiasakan budaya membaca.
5. Orangtua jarang mendampingi
anak belajar.
6. Media social lebih menarik
minat siswa dari pada buku teks
berbahasa inggris.
Kebanyakan siswa Kajian Literatur Analisis penyebab masalah :
belum memiliki Menurut Darsiana. (2018)Faktor 1. Keengganan siswa untuk
keterampilan yang mempengaruhi pembelajaran mencoba berbicara
berbicara Bahasa Bahasa inggris terasa sulit bagi menggunakan Bahasa
inggris yang baik siswa yaitu : Inggris.
1. Sebagian siswa masih enggan 2. Takut salah
dan bahkan tutup mulut apabila pengucapannya.
mereka diajak berbicara dalam 3. Guru kurang membiasakan
Bahasa inggris. Padahal,kalau siswa berbicara dalam
dilihat dari penguasaan kosa bahasa Inggris di kelas.
kata, siswa tersebut seharusnya
sudah mampu berbicara bahasa
Inggris meskipun dalam
rangkaian kalimat yang sangat
sederhana.
2. karena siswa tidak terbiasa
berbicara bahasa inggris
sehingga mereka belum mampu
berkomunikasi
3. karena siswa tidak terbiasa
berbicara kecuali hanya karena
printah guru ,dan tidak ada
kemauan dari dalam diri sendiri
Hasil Wawancara :
1. Pengaruh gadget yang sangat
kuat sehingga siswa lebih
tertarik ke penggunaan gadget
daripada belajar berbicara
bahasa Inggris

2. Siswa menganggap berbicara


bahasa Inggris sulit karena
kurangnya kosa kata yang
dimiliki

3. Siswa tidak percaya diri


berbicara dalam bahasa Inggris
karena lebih sering berbicara
menggunakan bahasa
daerah dan bahasa Indonesia.
3. Hubungan guru dan Kajian literatur : Analisis penyebabnya:
orang tua terkait 1. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati 1. Terbatasya partisipasi orang
pembelajaran masih (2004 : 26) mengemukakan tua di sekolah.
sangat terbatas. bahwa: Sekolah sebagai 2. Orang tua jarang dilibatkan
Lembaga Pendidikan formal, dalam kegiatan.
terdiri atas guru (pendidik) dan 3. Program Home Visit kurang
siswa. Antara mereka sudah Maksimal.
barang tentu terjadi adanya
saling hubungan, baik antara
guru sebagai pendidik dengan
siswa maupun antara siswa
dengan siswa dan orang tua
dengan guru.
2. E. Mulyasa (2007 : 115)
mengemukakan maksud
hubungan antara sekolah
dengan orang tua adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengembangkan
pemahaman tentang
maksud-maksud dan saran-
saran dari sekolah.
2. Untuk menilai program
sekolah
3. Untuk mempersatukan
orangtua siswa dan guru
dalam memenuhi kebutuhan
siswa.
4. Untuk mengambangkan
kesadaran tentang
pentingnya Pendidikan
sekolah dalam era
pembangunan.
5. Untuk membangun dan
memelihara kepercayaan
orangtua terhadap sekolah.
6. Untuk memberitahu
orangtua siswa tentang
perkerjaan sekolah.
7. Untuk mengarahkan
dukungan dan bantuan bagi
pemeliharaan dan
peningkatan program
sekolah.
Hasil wawancara :
1. Orang tua biasanya
berhubungan dengan wali kelas
bukan guru Mata Pelajaran
2. Guru Mata Pelajaran
menyampaikan keluhan
terhadap siwa kepada wali kelas,
bukan orangtua langsung.
3. Pengerjaan tugas sekolah tidak
melibatkan orangtua.
4. Guru belum Kajian literatur : Analisis penyebabnya :
maksimal Menurut Trianto model 1. Kurangnya keterampilan
mengimplementasik pembelajaran Inovatif- progresif guru mengimplementasikan
an model-model mendasarkan diri (Self oriented) pembelajaran inovatif.
pembelajaran pada kecenderungan pemikiran 2. Mindset guru bahwa
inovatif. belajar sebagai berikut: membuat siswa paham,
a. Proses Belajar paling baik adalah dengan
1). Belajar tidak hanya sekedar menjelaskan.
menghafal. Siswa harus 3. Fokus pembelajaran hanya
mengkontruksi pengalaman di pada lembar kerja siswa.
benak mereka sendiri. 4. Guru tidak mau repot untuk
Hasil Wawancara: mengimplementasikan
1. Pemahaman guru mengenai model pembelajaran
pembelajaran inovatif masih inovatif.
kurang.
2. Waktu untuk menyiapkan
pembelajaran inovatif
membutuhkan persiapan lebih
banyak dan lama.
3. Tuntutan materi yang banyak.
4. Guru kurang memiliki waktu
untuk memberikan
pembelajaran terbaik.
5. Anggapan mengajar paling cepat
dan jelas adalah dengan
menjelaskan.

5. Guru masih kurang Literatur : Analisis penyebabnya :


dalam mengemas Menurut Newman dan Wehlage 1. Guru belum cukup waktu
pembelajaran dengan High Order Thinking untuk mengikuti pelatihan
berbasis HOTS. peserta didik akan dapat terkait mengemas
membedakan ide atau gagasan pembelajaran berbasis
secara jelas, mampu memecahkan HOTS.
masalah, mampu mengkonstruksi 2. Anggapan guru yang
penjelasan, mampu berhipotesis berlebihan terkait
dan memahami hal-hal kompleks pembelajaran berbasis
menjadi lebih jelas. (Hanifah,2019) HOTS.
3. Guru merasa lebih mudah
Hasil Wawancara : mengemas pembelajaran
1. Untuk mendisain pembelajaran berbasis LOTS.
HOTS membutuhkan waktu yang
lebih lama, sementara guru juga
disibukkan dengan berbagai
administrasi dan aktivitas
lainnya.
2. Guru belum terbiasa
menggunakan HOTS, sehingga
beranggapan kelas yang
menggunakan HOTS itu harus
yang berbobot, maksudnya
soalnya susah, metodenya
canggih, menggunakan
peralatan yang bagus dsb.
3. Pelaksanaan pembelajaran yang
mengemas HOTS lebih lama
dipahami siswa, karena tidak
langsung memberikan
penjelasan akan tetapi siswa
yang menemukan penjelasan
tersebut. Maka biasanya guru
lebih memilih langsung
menerangkan dan meminta
siswa menghafalnya (LOTS).
6. Guru belum Literatur : Analisis penyebabnya :
maksimal 1. Jack Ma (2018) mengatakan 1. Kurang memiliki wawasan
memanfaatkan TIK Pendidikan adalah tantangan dalam pemanfaatan
dalam melakukan besar abad ini.Jika tidak teknologi.
pembelajaran. mengubah cara mendidik dan 2. Keengganan guru untuk
belajar mengajar, maka 30 berinovasi dengan
tahun mendatang kita akan teknologi.
mengalami kesulitan besar. 3. Guru kekurangan waktu
2. Davies (2015) menyampaikan untuk menyiapkan TIK
bahwa revolusi terjadi 4 kali. dalam pembelajaran.
Revolusi industri 1,0 sampai 4. Guru kurang membiasakan
sekarang 4,0. Yang mana diri untuk menggunakan
industri mulai menyentuh dunia berbagai TIK dalam
virtual, berbentuk konektivitas pembelajaran.
manusia, mesin dan data, semua
sudah ada dimana-mana.
Wawancara
1. Kebanyakan guru kurang
memiliki wawasan dalam
memanfaatkan teknologi.
2. Maka guru merasa enggan untuk
berinovasi dengan teknologi.
3. Banyaknya tugas guru membuat
mereka tidak memiliki cukup
waktu untuk mengembangkan
diri.
4. Memerlukan waktu lebih banyak
untuk memanfaatkan TIK dalam
pembelajaran karena belum
terbiasa.

Anda mungkin juga menyukai