Anda di halaman 1dari 20

KD.

3.8 Menghubungkan konsep partikel materi (atom, ion, molekul), struktur zat
sederhana dengan sifat bahan yang digunakan dalam kehidupan sehari- hari,
serta dampak penggunaannya terhadap kesehatan manusia.

4.8 Menyajikan hasil penyelidikan tentang sifat dan pemanfaatan bahan dalam
kehidupan sehari-hari.

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Hasil eksplorasi Analisis eksplorasi


No.
diidentifikasi penyebab masalah penyebab masalah
1 Pedagogik.

 siswa tidak aktif Menurut Izzah,dkk Setelah dianalisis,


saat proses (2019), Faktor-faktor rendahnya
pembelajaran.si pemicu turunnya Keaktifan, minat, serta
swa kurang keaktifan siswa dalam perhatian peserta didik
aktifitas atau proses pembelajaran didalam proses
peran dalam selama pandemi adalah: pembelajaran dikarenakan :
kegiatan 1) kondisi siswa saat 1. Kurangnya pendekatan
pembelajaran pembelajaran, 2) personal terhadap
menyebabkan kecemasan siswa selama peserta didik dalam
kurangnya proses pembelajaran, 3) pembelajaran.
pemahaman motivasi belajar siswa, 4) 2. Kurangnya konsentrasi
siswa tentang lingkungan siswa. peserta didik selama
materi yang Perubahan budaya proses pembelajaran.
sedang mengajar menjadi salah 3. Rendahnya pemahaman
dipelajari. satu kendala bagi siswa, konsep dan kurangnya
Sedangkan karena selama ini, siswa kedisiplinan peserta
tujuan dalam sudah terbiasa belajar didik.
pembelajaran secara virtual, 4. Teman sebaya yang
IPA yaitu siswa menggunakan kurang mendukung
harus terlibat smartphone atau laptop, kegiatan belajar
langsung dalam sehingga untuk kembali 5. Kurangnya sarana dan
proses belajar di sekolah siswa prasarana
pembelajaran. perlu beradaptasi dengan 6. Lingkungan belajar yang
Proses proses belajar yang baru kurang kondusif
Pembelajaran ini, yang mana secara 7. Kurangnya pembiasaan
tidak langsung akan belajar peserta didik
mempengaruhi daya 8. Penyampaian materi
serap serta keaktifan yang tidak bervariasi
belajar siswa (Purwanto
et al., 2020).

 Kurangnya Menurut Zidny dan


minat belajar Insani, (2021) Metode
siswa terlihat ceramah dan pemberian
dalam tugas merupakan metode
pembelajaran yang banyak digunakan
materi Partikel oleh guru dalam
Penyusun pembelajaran IPA,
Benda dan sehingga sering membuat
Makhluk Hidup. siswa mengantuk dan
Proses bosan saat pembelajaran.
Pembelajaran Hal tersebut bertentangan
dengan sebuah
pernyataan, dimana
metode belajar yang
bervariasi sangat
diperlukan dalam proses
pembelajaran IPA.
Beberapa hal yang
mempengaruhi
kurangnya minat belajar
siswa, yaitu: (1) siswa
kurang aktif dalam proses
pembelajaran; (2) kurang
adanya minat siswa
dalam mata pelajaran
IPA; (3) guru lebih sering
menggunakan metode
ceramah; (4) siswa
merasa jenuh karena
penyampaian materi yang
monoton; (5) tingkat
pemahaman siswa
terhadap pelajaran IPA
 siswa kurang masih rendah.
memperhatikan
saat guru Siswa dalam
menerangkan pembelajaran yang
pelajaran. bersifat pasif adalah
Proses siswa yang lebih banyak
Pembelajaran diam, kurang aktif dan
jarang memperhatikan
materi yang diberikan
oleh guru. Banyak fakta
menunjukkan ketika
pembelajaran matematika
berlangsung, kebanyakan
siswa kurang antusias
menerima materi dan
mereka lebih bersifat
pasif, enggan dan takut
atau malu untuk
mengemukakan pendapat
(Bekti, 2007)
 Siswa didalam
kelas banyak Menurut Slameto (2010)
yang menghayal dalam Nuramaliana
didalam (2016: 25), menyebutkan
pelajaran. bahwa ciri konsentrasi
Proses belajar yang dapat
Pembelajaran menimbulkan kesulitan
belajar adalah sebagai
berikut: 1) Kurang
berminat terhadap mata
pelajaran yang dipelajari.
2) Terganggu oleh
keadaan lingkungan
seperti bising, keadaan
yang sangat semrawut,
cuaca buruk, dan lain-
lain. 3) Pikiran yang
sedang kacau karena
banyak urusan/masalah
masalah. 4) Keadaan
kesehatan siswa. 5)
Bosan terhadap proses
pembelajaran yang dilalui

Hasil Wawancara :
Kepala Sekolah
1. Pembelajaran yang
cenderung didominasi
oleh guru, sehingga
proses pembelajaran
hanya berjalan satu
arah saja.
2. Tingkat keaktifan
peserta didik dalam
pembelajaran rendah.
3. Peserta didik jarang
mengajukan
pertanyaan, sehingga
siswa sulit memahami
materi yang mereka
pelajari.

Guru IPA
1. Semangat belajar
siswa rendah
2. Pengembangan
perangkat ajar belum
maksimal
3. Tidak ada kelompok
belajar
4. Sarana tidak
memadai, labor ada
tetapi fungsinya
dirubah menjadi kelas
karna kekurangan
kelas untuk KBM.

Rekan Sejawat
1. Kurangnya motivasi
belajar siswa
dikarenakan
kurangnya dukungan
orang tua Seteleh dilakukan
2. kurangnya pengkajian lebih lanjut
keterampilan guru diperoleh analisis
Literasi membuat media eksplorasi masalah yaitu:
pembelajaran, 1. Kurangnya kebiasaan
 Siswa belum 3. tidak adanya kemauan membaca peserta didik
maksimal guru untuk berinovasi 2. Pembelajaran tidak
memanfaatkan dikaitkan dengan situasi
perpustakaan kehidupan nyata
sekolah. Proses 3. Kurangnya sarana dan
Pembelajaran Menurut Dian(2018), prasarana
Faktor penghambat 4. Materi yang diajarkan
rendahnya minat siswa belum dipahami oleh siswa
mengunjungi 5. Peserta didik cenderung
perpustakaan: Koleksi menunggu penjelasan dari
buku cerita yang masih guru
kurang, penyaringan 6. Kurang menariknya
buku dari luar masih penyampaian materi oleh
belum tertata, dan guru
kebanyakan siswa yang 7. Kurangnya kemampuan
datang ke perpustakaan guru dalam pengelolaan
hanya menonton televisi. kelas
Faktor penghambat 8. Kurangnya pembiasaan
perpustakaan yang membaca peserta didik
menjadi penyebab
rendahnya minat siswa
mengunjungi
perpustakaan yaitu :
Kurangnya pelayanan
perpustakkaan dalam
pemberian informasi
kepada siswa jika ada
 Bahan bacaan koleksi buku baru dan
tidak menarik keterbatasan tempat jika
menurut siswa. guru ingin melakukan
Hasil Belajar proses pembelajaran di
perpustakaan

Menurut Sumartati,
(2010) menyebutkan
bahwa penyebab
rendahnya literasi sains
siswa Indonesia
disebabkan beberapa hal
antara lain yaitu:
pembelajaran yang
bersifat terpusat pada
guru (teacher centered),
rendahnya sikap positif
siswa dalam mempelajari
sains, terdapat beberapa
kompetensi yang tidak
disukai responden (siswa)
terkait konten, proses
dan konteks. Sejalan
dengan Sumartati
beberapai teori dasar
yang relevan terkait
rendahnya literasi sains
antara lain; Rendahnya
kemampuan literasi sains
siswa dapat disebabkan
kebiasaan pembelajaran
IPA yang masih bersifat
konvensional serta
mengabaikan pentingnya
kemampuan membaca
dan menulis sains
sebagai kompetensi yang
harus dimiliki siswa.
Siswa terbiasa hanya
mengisi tabel yang telah
disediakan oleh guru,
sehingga kemampuan
siswa dalam
menginterpretasikan
grafik/tabel juga terbatas
(Rahayu, 2015). Siswa
tidak terbiasa
mengerjakan soal tes
literasi sains (Sariati,
2013).
Hasil Wawancara :
Kepala Sekolah
1. Pemanfaatan fasilitas
perpustakaan sekolah
oleh siswa dan guru
masih kurang

Guru IPA
1. Buku yang disajikan
diperpustakaan
kurang menarik
2. Buku yang
berhubungan dengan
materi pembelajaran
masih sedikit
3. Terdapat siswa yang
belum lancar membaca

Rekan Sejawat
1. Kurangnya
ketersediaan buku
bacaan
2. Pelayanan petugas
perpustakaan yang
kurang ramah

Pakar
1. Buku bacaan yang
kurang memadai
2. Kurangnya sosialisasi
membaca kepada siswa
2 Kesulitan Belajar

 fokus belajar Suryabrata (1986)


siswa kurang menyatakan bahwa faktor Berdasarkan hasil kajian
didalam proses yang mempengaruhi literatur diperoleh analisis
pembelajaran.Ha belajar dapat berasal dari eksplorasi masalah yaitu:
sil Belajar luar (ekstrinsik) dan dari 1. Guru hanya
dalam diri siswa menggunakan buku
(intrinsik). Kedua faktor sebagai media
tersebut berinteraksi baik pembelajaran
secara langsung maupun 2. Kurangnya variasi model
tidak langsung dalam pembelajaran
mempengaruhi prestasi 3. Guru hanya menerangkan
yang dicapai siswa. materi dan meminta siswa
 siswa sulit
membayangkan tanpa
memahami
Menurut Frandsen (1986 menggunakan media
terhadap materi-
dalam Salirawati, 2002), pembelajaran
materi yang
keinginan-keinginan yang 4. Guru melakukan
menggunakan
mendorong siswa untuk pembelajaran
istilah ilmiah.
belajar antara lain: menggunakan metode
Hasil Belajar
memenuhi rasa ingin ceramah
tahu, maju, mendapatkan 5. Rendahnya keingintahuan
simpati dari orang peserta didik terhadap
tua/guru/teman, materi pembalajaran.
memperbaiki kegagalan
dan mendapatkan rasa
aman bila menguasai
pelajaran.
 siswa kesulitan
dalam Pembelajaran IPA
menghapal merupakan salah satu
istilah ilmiah. pelajaran yang dianggap
Hasil Belajar sulit oleh siswa karena
siswa beranggapan bahwa
mata pelajaran IPA
bersifat abstrak
sedangkan pikiran siswa
bersifat kongkrit,
banyaknya penggunaan
bahasa ilmiah dan istilah
latin membuat siswa
kesulitan untuk
menghafal dan
memahaminya. Selain itu
alokasi waktu
pembelajaran yang
terbatas sedangkan
materi pelajaran yang
dipelajari lebih banyak
diduga juga merupakan
salah satu penyebab
siswa mengalami
kesulitan belajar. (Evita,
2015)
Hasil Wawancara:
Kepala Sekolah
1. Guru kurang peka
terhadap fokus anak
dalam belajar
2. Pembelajaran
dianggap sulit oleh
siswa
3. Penggunaan model
dan media ajar tidak
sesuai dengan materi

Guru IPA
1. Masalah keluarga yang
terbawa sampai ke
sekolah
2. Materi Klasifikasi
materi dan
Perubahannya bersifat
konseptual, sehingga
dalam pembelajaran
harus menggunakan
model dan media
pembelajaran yang
sesuai
3. Pikiran siswa hanya
pada main game
Rekan Sejawat
1. Kurangnya perhatian
peserta didik saat
proses pembelajaran
2. Kurangnya minat
belajar peserta didik
3. Peserta didik tidak
fokus belajar
Pakar
4. Peserta didik bersifat
pasif saat proses
pembelajaran
5. Guru dalam
menyampaian materi
tidak dikaitkan Setelah dilakukan analisis
dengan realita yang terhadap masalah
ada . pembelajaran berdiferensiasi
Pembelajaran
pada materi Klasifikasi
Berdeferensiasi materi dan perubahannya
dari berbagai sumber
 Tidak ada
Hanover (2018: 5) literatur dan wawancara
pemetaan
mengemukakan ada maka diperoleh penyebab
terhadap
empat elemen maslah yang sesuai :
kebutuhan pembelajaran
belajar siswa. berdiferensiasi yaitu 1. Guru belum memiliki
Proses konten, proses, produk, wawasan tentang
Pembelajaran dan pengaruh. pembelajaran
Diferensiasi konten berdiferensiasi
adalah pengetahuan, 2. Guru belum mampu
pemahaman, dan mengenali kesiapan
keterampilan yang siswa belajar siswa
kita ingin pelajari. 3. Guru sulit
Diferensiasi proses adalah mengkondisikan siswa di
bagaimana siswa dalam kelas
mengerti atau memahami
isinya. Diferensiasi
produk adalah bagaimana
siswa
mendemonstrasikan apa
yang telah mereka
ketahui, pahami, dan
mampu melakukannya
setelah pembelajaran
dalam jangka panjang.
Diferensiasi pengaruh
adalah bagaimana emosi
dan perasaan siswa
memengaruhi
pembelajaran mereka.
Dalam penelitian ini,
diferensiasi pengaruh
disebut dengan istilah
student student
wellbeing.
Hasil Wawancara:
Kepala Sekolah
1. Guru belum
menerapkan tes
diagnostik pada siwa
2. Sebagian guru belum
bisa memahami cara
melakukan tes
diagnostik
3. Penggunaan model
dan media ajar tidak
sesuai dengan materi

Guru IPA
1. Guru belum
melakukan tes
terhadap siswa
2. Sulit melakukan uji
terhadap siswa,
karna belum
memahami uji
diagnostik.

Rekan Sejawat

1. Guru belum
menerapkan tes
diagnosis
2. Sulitnya komunikasi
dengan siswa
3. Sulitnya memantau
kesiapan belajar
peserta didik
4. Belum menerapkan
tes diagnosis
5. Sulitnya
mengkondisikan
siswa

Pakar

1. Sebagian guru
belum bisa
memahami cara
melakukan tes
diagnostik
2. Kurangnya
pengalaman guru
menentukan
kesiapan belajar
semua peserta didik
3 Relasi dengan
Siswa
Paradigma terkini Berdasarkan hasil
 Guru belum tersebut menempatkan wawancara diperoleh
mendiskusikan guru sebagai leadership analisis eksplorasi masalah
tentang qualities and effective yaitu:
pemetaan teaching and motivational 1. Guru membangun
kebutuhan murid skill (Mc Laughlin, 1994). hubungan yang baik
(latar belakang) Untuk berhasil dalam dengan siswa, hal ini
Proses posisi ini, dalam terlihat dari banyaknya
Pembelajaran manajemen kelas, Jones siswa yang kurang
(1998: xiii-xiv) memperhatikan guru
berpendapat bahwa guru didalam proses
hendaknya memiliki pembelajaran.
keterampilan- 2. Guru tidak memahami
keterampilan sebagai karakteristik siswa
berikut: 1) mampu 3. Kurangnya pemahaman
mengembangkan guru tentang pendekatan
pemahaman yang utuh kepada siswa
mengenai kondisi 4. Kepedulian guru tehadap
personal/ psikologikal peserta didik masih
dan kebutuhan siswa, 2) rendah
mengembangkan
hubungan positif antara
guru-siswa, siswa-siswa
yang akan membantu
tercapainya kebutuhan
psikologis dasar siswa
dan terbangunnya
komunitas yang efektif di
dalam kelas, 3)
menerapkan metode
instruksional yang
memfasilitasi
pembelajaran secara
optimal dengan tetap
mencermati kebutuhan
akademik individual
maupun kelompok siswa,
4) mengembangkan
sistem manajemen
organisasional dan
kelompok dengan
memaksimalkan berbagai
aktivitas belajar dan
perilaku siswa, 5)
menanggapi secara efektif
setiap ketidaknyamanan
situasi belajar dan
perilaku tidak wajar dari
siswa dengan
mengembangkan sistem
konseling yang
melibatkan siswa untuk
merefleksikan dan
memperbaiki perilaku
yang tidak mendukung
pencapaian tujuan
pembelajaran

Hasil Wawancara:
Kepala Sekolah
1. Sebagian Guru belum
membangun Relasi
yang baik dengan
siswa
2. Guru masih memiliki
sifat egosentris
terhadap siswa

Guru IPA
1. Guru belum
memahami
karakteristik siswa
2. Guru belum
memahami cara
melakukan
pendekatan
3. Jadwal guru terlalu
padat

Rekan Sejawat

1. Guru belum
melakukan
komunikasi yang baik
dengan siswa
2. Sulitnya memantau
belajar peserta didik
Pakar

1. Tugas tambahan guru


yang terlalu banyak
Setelah dianalisis, penyebab
Relasi dengan 2. Kurangnya kepedulian belum terbangunnya
guru terhadap peserta
Orang Tua komunikasi yang baik
didik
bersama orang tua murid,
 Hubungan karena :
komunikasi 1. Relasi yang belum
antara guru dan Menurut Hidayat, (2013: terjalin baik antara guru
orang tua peserta 92) Sekolah sebagai dan wali murid.
didik terkait institusi pendidikan 2. Sulit mencari orang tua
pembelajaran formal tidak saja memiliki dan rumah jauh, orang
masih kurang. fungsi pengajaran, tetapi tua tidak perhatian,
Proses juga mengemban fungsi kesibukan orang tua,
Pembelajaran pendidikan. Salah satu kemampuan orang tua,
komponen pendukung faktor ekonomi dan
keberhasilan sekolah orang tua yang over
dalam menjalankan komunikasi dan guru.
fungsi pendidikan adalah 3. Kurangnya motivasi guru
adanya guru yang dapat untuk melakukan
membangun komunikasi kunjungan kepada wali
yang baik dengan siswa murid (home visit)
dan orang tua siswa).

Wawancara dengan wali


murid :
1. Kualitas belajar
peserta didik juga
akan meningkat
apabila terjalin
hubungan dan
komunikasi yang aktif
terhadap peserta
didik.
2. Peran orang tua/wali
murid akan sangat
membantu
perkembangan belajar
peserta didik, untuk
itu guru harus
membangun
komunikasi secara
teratur bersama wali
murid.

4  Guru belum Menurut Ockta,dkk Setelah dianalisis lagi


mengoptimalkan (2018), Pembelajaran masalah belumoptimalnya
model berbasis masalah (PBM) pemanfaatan model/ metode
pembelajaran merupakan inovasi dalam pembelajaran inovatif
yang inovatif pembelajaran karena dikarenakan :
sesuai dengan dalam PBM kemampuan 1. RPP yang dirancang
karakteristik berpikir siswa tidak memenuhi
materi. Hasil dioptimalisasikan. pembelajaran yang
Belajar Kenyataannya, tidak menarik,
semua guru memahami 2. Kurangnya kreatifitas
konsep PBM, baik guru dalam
disebabkan oleh menciptakan
kurangnya keinginan dan pembelajaran yang
motivasi untuk menyenangkan
meningkatkan kualitas 3. Tidak semua siswa
keilmuan maupun karena memiliki gadget
kurangnya dukungan 4. Guru masih kurang
sistem untuk melakukan literasi
meningkatkan kualitas terkait model/ metode
keilmuan tenaga inovatif
pendidik. Ashoumi,dkk 5. Guru malas
(2020), menyebutkan mengimplementasikan
bahwa guru masih apa yang sudah dibaca
menggunakan metode 6. Guru tidak
konvensional karena : a. merefleksikan
Fasilitas sarana dan pembelajaran yang ia
prasarana masih kurang lakukan memadai.
memadai b. Kurangnya
pemahaman guru
terhadap kurikulum 2013
c. Kesibukan guru
sehingga kurangnya
waktu dalam
mengembangkan
kreativitas dan inovasi
untuk menerapkan
metode inovatif.
Hasil Wawancara :
Kepala Sekolah
1. RPP yang dirancang
tidak memenuhi
pembelajaran yang
menarik
2. Kurangnya kreatifitas
guru dalam
menciptakan
pembelajaran yang
menyenangkan
Guru IPA
1. Tidak semua siswa
memiliki gadget
2. Ketika masuk jam
siang siswa jenuh
untuk belajar.
Rekan Sejawat
1. Alokasi waktu yang
kurang
Pengawas/Pakar
1. Guru masih kurang
melakukan literasi
terkait model/metode
inovatif
2. Guru malas
mengimplementasikan
apa yang sudah
dibaca
3. Tidak mau keluar dari
zona nyaman
4. Guru tidak
merefleksikan
pembelajaran yang ia
lakukan.

5 Anvanced material

 Materi
pengayaan yang Salah satu kendala yang Setelah dianalisis
kurang membuat pendidik atau berdasarkan hasil kajian
dipahami oleh guru jarang membuat literatur diperoleh:
siswa. Seperti bahan ajar sendiri adalah
guru tidak menguasai 1. Pengetahuan mengenai
mengenai
cara pembuatannya materi yang bisa
molekul molekul
(Prastowo, 2011:49), dilakukan pengayaab
pada berbagai
sedangkan guru dituntut masih belum memadai
benda pada
untuk mempunyai 2. Kurangnya pemahaman
kehidupan.
kemampuan tentang tujuan pengayaan
Hasil Belajar
mengembangkan bahan 3. Jumlah siswa yang
ajar sendiri. Selain itu, PP mengikuti pengayaan
nomor 16 tahun 2007 masih kurang sehingga
menyebutkan bahwa guru guru tidak bersemangat
harus memiliki dalam pemberian
kompetensi pengayaan
mengembangkan materi
pelajaran yang kreatif
(Permendiknas RI No. 16,
2007:22).
Menurut Rusman
(2011:193-197) ada tujuh
komponen dalam
pembelajaran
kontekstual, yaitu: 1)
Konstruktivisme;. 2)
Inkuiri; 3) Bertanya; 4)
Masyarakat belajar; 5)
Pemodelan; 6) Refleksi; 7)
Penilaian sebenarnya; (M.
A. Oktavianie, dkk.
2018)

Hasil Wawancara :

Kepala Sekolah
1. Guru belum paham
prosedur pelaksanaan
pengayaan pada
pembelajaran

Guru IPA
1. Siswa masih sedikit
yang mampu
mengikuti pengayaan
2. Siswa banyak yang
masih belum
menguasai materi
dasar
Rekan Sejawat
1. Alokasi waktu yang
kurang

Pakar
1. Guru belum paham
prosedur pelaksanaan
pengayaan

2. Peserta didik yang


mendapat nilai di atas
kkm masih kurang.
Berdasarkan hasil kajian
literatur diperoleh analisis
Miskonsepsi eksplorasi masalah yaitu:
1. Model pembelajaran yang
 Penyampaian Menurut beberapa dilakukan guru masih
konsep materi literature ciri-ciri konvensional sehingga
yang keliru, miskonsepsi disimpulkan peserta didik sulit
Seperti sebagai berikut (Osborne memahami materi
mengenai dan freyberg, 1985; driver 2. Tingkat kemampuan
konsep et al, 1985; Gilbertdan peserta didik yang masih
penghitungan Watts, 1983; Hasweh, rendah
keterkaitan 1986; Halloun dan 3. Kurangnya minat peserta
antara proton, Hestenes, 1985): 1. didik untuk mempelajari
neutron dan Miskonsepsi sulit untuk konsep yang diajarkan
elektron. Hasil diperbaiki. Namun 4. Model pembelajaran yang
Belajar demikian hal ini menjadi digunakan tidak sesuai
kewajiban seorang guru dengan karakteristik
untuk memberikan materi
pemahaman kepada 5. Peserta didik tidak aktif
siswa tentang konsep dalam proses
yang benar. 2. Seringkali pembelajaran
“sisa” miskonsepsi terus 6. Bahasa guru yang
menerus gunakan dalam proses
mengganggu .soal-soal pembelajaran sulit
yang sederhana dapat dimengerti peserta didik
dikerjakan, tetapi dengan 7. Metode pembelajaran
soal yang sedikit lebih yang digunakan guru
sulit miskonsepsi muncul tidak sesuai dengan
lagi. 3. Seringkali terjadi materi
regresi, yaitu mahasiswa
yang sudah pernah
mengatasi miskonsepsi,
beberapa kemudian
mengalami salah konsep
lagi. 4. Dengan ceramah
yang bagus, miskonsepsi
tak dapat dihilangkan
atau dihindari (Halloun &
Hestenes, 1985). 5. Siswa,
mahasiswa, guru, dosen,
maupun peneliti sering
kali mengalami
miskonsepsi 6. Guru dan
dosen pada umumnya
tidak mengetahui
miskonsepsi yang lazim
antara (maha) siswanya
dan tidak menyesuaikan
proses pembelajaran
dengan muskonsepsi
(maha) siswanya. 7.
Miskonsepsi bisa terjadi
pada (maha) siswa tanpa
memandang apakah
(maha) siswa tersebut
pandai atau tidak
terbukti pada hasil tes
miskonsepsi, (maha)
siswa yang tergolong
pandai mendapat skor
rata-rata sama dengan
(maha) siswa yang
memiliki kemampuan
rata-rata. 8. Pada
umumnya cara mediasi
Setelah dianalisis penyebab
HOTS yang sudah dicobakan
Pembelajaran yang
mendapatkan hasi;l yang
dilakukan dikelas masih
 Pembelajaran di belum maksimal.
belum berbasis HOTS,
kelas belum (Kurniyatul Faizah,
adalah :
2016).
berbasis HOTS. 1. Cara mengajar guru yang
Hasil Belajar tidak mudah mereka
Berlandaskan pada mengerti baik itu dari
taksonomi yang sudah penggunaan istilah yang
direvisi Anderson, maka masih sulit mereka
terdapat tiga ranah atau pahami, penyampaian
jenis dalam aktivitas materi yang terkadang
kemampuan berfikir tidak terlalu jelas
diantarnya; Maupun dikarenakan
1) HOTS terlalu cepat dalam
2) MOTS menjelaskan sehingga
3) LOTS menyebabkan siswa
Pertama, HOTS atau kesulitan dalam
kemampuan berfikir memahami materi yang
tingkat tinggi, yang mereka pelajari.
termasuk kedalamnya 2. Siswa banyak yang tidak
adalah aspek memperhatikan saat guru
menganalisa (C4), aspek mengajar di kelas.
mengevaluasi (C5) dan Bahkan ada diantara
aspek mencipta (C6). siswa yang mengantuk,
Kedua, MOTS atau dan mengobrol sehingga
kemampuan berfikir materi yang di ajarkan
tingkat menengah yang oleh guru tidak bisa
termasuk kedalamnya mereka terima dan tidak
antara lain, aspek bisa dipahami dengan
menerapkan (C3). ketiga baik. Dampaknya ketika
LOTS atau kemampuan siswa ditanya oleh guru
berfikir tingkat rendah mengenai materi yang
diantaranya, aspek telah di ajarkan
mengingat (C1), dan kebanyakan dari siswa
aspek memahami (C2). hanya terdiam
Saraswati, dkk (2020) dikarenakan mereka tidak
Setelah dianalisis lagi fokus dan tidak mengikuti
masalah rendahnya pembelajaran dengan
kemampuan berpikir baik.
tingkat tinggi siswa 3. Penyebab lain siswa
dikarenakan : 1. Mindset mengalami kesulitan
guru statis, tidak mau dalam mengerjakan soal
berubah2. Penerapan ber tipe LOTS dan MOTS.
pembelajaran dan
asesmen guru belum
HOTS 3. Kemampuan
berpikir siswa yang masih
rendah terutama dalam
menyebutkan bahwa
untuk mengembangkan
item berbasis HOTS yang
baik untuk siswa,
kualitas guru menjadi
bagian yang sangat
penting dalam kasus ini.
Kenyataannya guru tidak
memahami tentang
konsep HOTS, tidak siap
untuk mengajar atau
menilai HOTS serta
kemampuan guru untuk
meningkatkan
keterampilan tingkat
tinggi siswa masih
rendah.
Hasil Wawancara :
Kepala Sekolah
1. Mindset guru statis,
tidak mau berubah
2. Guru belum memahami
konsep tentang HOTS
3. Asesmen yang dibuat
guru juga belum HOTS.

Guru IPA
1. Kemampuan berpikir
siswa yang masih
rendah terutama dalam
penerapan
konsep/rumus.
2. Tidak ada kelompok
belajar
Rekan Sejawat
1. Kurangnya motivasi
belajar siswa
dikarenakan
kurangnya dukungan
orang tua
Pakar
1. Miskonsepsi guru
tentang soal HOTS
adalah soal yang sulit.
2. Pembelajaran dan
Asesmen tidak sinkron.
Guru melakukan
pembelajaran biasa
(tidak mengarah ke
HOTS) tetapi soal yang
dibuat HOTS.
6  Guru masih Menurut Hasibuan Setelah dianalisis lagi
belum (2021), faktor yang masalah rendahnya
mengoptimalkan menghambat pemanfaatan teknologi dalam
pemanfaatan pemanfaatan teknologi
pembelajaran dikarenakan :
teknologi dalam pembelajaran yaitu
informasi (TIK) : a. Kurangnya inisiatif 1. Guru tidak mau
dalam guru Setelah dianalisis berkembang
pembelajaran. lagi masalah rendahnya 2. Ada perangkat teknologi
Proses pemanfaatan teknologi yang belum dapat diakses
Pembelajaran dalam pembelajaran guru karena tidak adanya
dikarenakan : 1. Guru Laboratorium Komputer /
tidak mau untuk
Multimedia.
mengembangkan potensi
dirinya secara mandiri b. 3. Alokasi waktuyangku rang
Kurangnya fasilitas yang memadai.
disediakan oleh satuan 4. Keterampilan guru dalam
pendidikan Putra (2019)
tekno logi terkini masih
menyebutkan bahwa
faktor hambatan rendah
pemanfaatan teknologi 5. Guru tidak melibatkan
berasal dari faktor siswa dalam penerapan
internal dan eksternal. teknologi dalam
Faktor internal (guru): a. pembelajaran
kurangnya kemampuan 6. 6. Perangkat teknologi
menggunakan teknologi
siswa terbatas
dalam pembelajaran b.
Kurangnya kepercayaan
diri Faktor eksternal yaitu
kurangnya ketersediaan
sarana dan prasarana
pendukung penggunaan
teknologi
Hasil Wawancara :
Kepala Sekolah
1. Guru merasa nyaman
dengan pembelajaran
yang dia lakukan
selama ini
2. Guru tidak mau
berkembang

Guru IPA
1. Ada perangkat
teknologi yang belum
dapat diakses guru
karena tidak adanya
Laboratorium
Komputer /
Multimedia.
Rekan Sejawat
1. Alokasi waktu yang
kurang memadai.
2. Guru enggan belajar
teknologi terutama
untuk guru-guru yang
mendekati pensiun
Pakar
1. Keterampilan guru
dalam teknologi terkini
masih rendah
2. Guru tidak melibatkan
siswa dalam penerapan
teknologi dalam
pembelajaran
3. Perangkat teknologi
siswa terbatas
REFERENSI

Izzah, F. N., Khofsoh, Y. A., Sholihah, Z., Nurningtias, Y., & Wakhidah, N. (2022).
Analisis faktor–faktor pemicu turunnya keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran mata pelajaran IPA di masa pandemi. Pensa E-Jurnal:
Pendidikan Sains, 10(1). pp. 150-154.

Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Santoso, P. B., Wijayanti, L. M., Choi, C. H.,
& Putri, R. S. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19
Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns:
Journal of Education, Psychology and Counseling.

Zidny, R., Insani, M.D. (2021, Oktober). “Peran Pendidik Ipa di Era Merdeka
Belajar : Peluang dan Tantangan”. Universitas Negeri Malang (Prosiding
Seminar Nasional Pembelajaran IPA Ke-6) (e-ISSN 2721-4656)

Nuramaliana, Siti. 2016. Konsentrasi Belajar dan Penyesuaian Diri pada Siswa
Kelas VII di SMP 1 Ciawigebang Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi
Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Psikologi Pendidikan
dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
(dipublikasikan).

Dian Andriani, 2018.PERBEDAAN KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS ANTARA


SISWA YANG MEMPEROLEH MODEL PEMBELAJARAN MULTILITERASI
DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL. Universitas Pendidikan
Indonesia

Sari,.I.L, dkk.(2021). Analisis Tingkat Penalaran Peserta Didik SMP dalam


Memecahkan Masalah Soal Evaluasi Berbasis Literasi Numerasi. IAIN
Ponorogo -Jurnal Tadris IPA Indonesia Vol. 1 No. 3, 2021, pp. 333-342

Vitasari. 2016. KEJENUHAN (BURNOUT) BELAJAR DITINJAU DARI TINGKAT


KESEPIAN DAN KONTROL DIRI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9
YOGYAKARTA. UNY: Fakultas Ilmu Pendidik.

Abdul & Munawir. 2009. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus secara Inklusif.
Surakarta: Yuma Pustaka

Hanover Research. 2019. Differentiated Instruction – A Best Practices Report.


Prepared for Utah Leading through Effective, Actionable, and Dynamic
(ULEAD) Education. Hanover:ULEAD.

Dedy N. Hidayat. 2003. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik


Klasik, Jakarta : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Indonesia.

M. A. Oktavianie, D. Irwandi, & D. Murniati. 2018. PENGEMBANGAN BUKU


PENGAYAAN KIMIA BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KONSEP
ELEKTROKIMIA. JTK: Jurnal Tadris Kimiya 3, 1 (Juni 2018): 22-31
Aulya N. Prafitasari. 2019. ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP
NEGERI 7 JEMBER BERBASIS MEDIA APLIKASI TES. BIOMA: Jurnal
Biologi dan Pembelajaran Biologi, 4 (2)

Kurniyatul Faizah. 2016. MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN IPA. Jurnal


Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam
Vol.VIII, No 1: 115-128. ISSN: 1978-4767

Saraswati, P. M. S., & Agustika, G. N. S. (2020). Kemampuan berpikir tingkat


tinggi dalam menyelesaikan soal HOTS mata pelajaran matematika. Jurnal
Ilmiah Sekolah Dasar, 4(2), 257-269.

Hasibuan, M. F. (2021). ANALISIS KOMPETENSI GURU


MADRASAHIBTIDAIYAHDALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI PADAPEMBELAJARAN (STUDI KASUS PADA MIN 4
LANGKAT). Jurnal Analisa PemikiranInsan Cendikia (APIC), 4(2), 44-53

Anda mungkin juga menyukai