Anda di halaman 1dari 18

KD.

3.5 Menganalisis sistem pencernaan pada manusia dan memahami


gangguan yang berhubungan dengan sistem pencernaan, serta upaya
menjaga kesehatan sistem pencernaan

4.5 Menyajikan hasil penyelidikan tentang pencernaan mekanis dan


kimiawi

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi


. diidentifikasi masalah penyebab masalah
1 Pedagogik.
Kajian Literatur: Setelah dianalisis,
 siswa merasa jenuh, Schaufeli & Enzman (1998: 21-22) rendahnya tahap
bosan dan tidak mengemukakan indikator dari pembelajaran
semangat pada saat kejenuhan belajar yaitu kelelahan terhadap proses
pembelajaran emosi (kemampuan mengendalikan
berlangsung. Proses diri dan kecemasan), kelelahan belajar peserta didik
Pembelajaran kognitif (ketidak mampuan untuk karena :
berkonsentrasi, tidak dapat 1. Guru belum
mengerjakan tugas-tugas yang merancang
kompleks, kesepian dan penurunan
daya tahan dalam menghadapi
pembelajaran yang
frustasi yang 4 dirasakan), aktif dan
kehilangan motivasi (kehilangan menyenangkan
semangat, kehilangan idealisme, 2. Penyajian materi
kecewa, pengunduran diri dari yang tidak menarik
lingkungan, kebosanan dan
demoralisasi).
yang hanya
mengandalkan
buku ajar.
Menurut Izzah,dkk (2019), Faktor- 3. Guru hanya
faktor pemicu turunnya keaktifan menggunakan
 siswa tidak aktif saat siswa dalam proses pembelajaran metode ceramah
proses pembelajaran. selama pandemi adalah:
1. kondisi siswa saat selama proses
Proses Pembelajaran
pembelajaran, belajar berlangsung
2. kecemasan siswa selama 4. Kurangnya
proses pembelajaran, pendekatan
3. motivasi belajar siswa, personal terhadap
4. lingkungan siswa. peserta didik dalam
Perubahan budaya mengajar pembelajaran.
menjadi salah satu kendala bagi 5. Kurangnya
siswa, karena selama ini, siswa konsentrasi peserta
sudah terbiasa belajar secara didik selama proses
virtual, menggunakan smartphone
atau laptop, sehingga untuk
pembelajaran.
kembali belajar di sekolah siswa 6. Rendahnya
perlu beradaptasi dengan proses pemahaman konsep
belajar yang baru ini, yang mana dan kurangnya
secara tidak langsung akan kedisiplinan peserta
mempengaruhi daya serap serta
keaktifan belajar siswa (Purwanto
didik.
et al., 2020).
Menurut Slameto (2010) dalam
Nuramaliana (2016: 25),
menyebutkan bahwa ciri
 siswa kurang konsentrasi belajar yang dapat
memperhatikan saat menimbulkan kesulitan belajar
guru menerangkan adalah sebagai berikut:
pelajaran. Proses 1. Kurang berminat
Pembelajaran terhadap mata pelajaran
yang dipelajari.
2. Terganggu oleh keadaan
lingkungan seperti bising,
keadaan yang sangat
semrawut, cuaca buruk,
dan lain-lain.
3. Pikiran yang sedang
kacau karena banyak
masalah.
4. Keadaan kesehatan siswa.
5. Bosan terhadap proses
pembelajaran yang dilalui
Hasil Wawancara :
Kepala Sekolah
1. Proses pembelajaran
didalam kelas didominasi
oleh guru, sehingga proses
pembelajaran hanya
berjalan satu arah saja.
2. Tingkat minat/keaktifan
peserta didik dalam
pembelajaran rendah.
3. Peserta didik jarang
mengajukan pertanyaan,
sehingga siswa sulit
memahami materi yang
mereka pelajari.

Guru IPA
1. Minat belajar siswa rendah
2. Pengembangan perangkat
ajar belum maksimal
3. Tidak ada kelompok belajar
4. Sarana tidak memadai,
labor ada tetapi fungsinya
dirubah menjadi kelas
karna kekurangan kelas
untuk KBM.

Pakar
1. Kurangnya motivasi
belajar siswa dikarenakan
kurangnya dukungan
orang tua
2. kurangnya keterampilan
guru membuat media
pembelajaran,
3. tidak adanya kemauan
Literasi guru untuk berinovasi
 Bahan bacaan tidak
menarik menurut
siswa. Proses Menurut Sumartati, (2010)
Pembelajaran menyebutkan bahwa penyebab
rendahnya literasi sains siswa
Indonesia disebabkan beberapa hal
antara lain yaitu: pembelajaran
yang bersifat terpusat pada guru
(teacher centered), rendahnya sikap
Setelah dianalisis,
positif siswa dalam mempelajari rendahnya kualitas
sains, terdapat beberapa literasi pada proses
kompetensi yang tidak disukai belajar peserta didik
responden (siswa) terkait konten, karena :
proses dan konteks. Sejalan dengan
Sumartati beberapai teori dasar
yang relevan terkait rendahnya
1. Program Literasi yang
literasi sains antara lain; digaungkan belum
Rendahnya kemampuan literasi berjalan dengan baik,
sains siswa dapat disebabkan baik oleh guru
kebiasaan pembelajaran IPA yang maupun peserta
masih bersifat konvensional serta
mengabaikan pentingnya
didik
kemampuan membaca dan menulis 2. Persiapan LKPD yang
sains sebagai kompetensi yang disiapkan guru
harus dimiliki siswa. Siswa terbiasa belum memadai
hanya mengisi tabel yang telah terhadap tuntutan
disediakan oleh guru, sehingga
kemampuan siswa dalam
materi
menginterpretasikan grafik/tabel 3. Pelayanan
juga terbatas (Rahayu, 2015). perpustakaan
terhadap kunjungan
Menurut Dian(2018), siswa belum baik
Faktor penghambat 4. Guru hanya
rendahnya minat siswa menggunakan buku
mengunjungi perpustakaan: sebagai media
 Siswa belum
maksimal Koleksi buku cerita yang pembelajaran
memanfaatkan masih kurang, penyaringan 5. Kurangnya variasi
perpustakaan sekolah. buku dari luar masih belum
model pembelajaran
Proses Pembelajaran tertata, dan kebanyakan 6. Guru hanya
siswa yang datang ke menerangkan materi
perpustakaan hanya dan meminta siswa
menonton televisi. Faktor membayangkan
penghambat perpustakaan tanpa menggunakan
yang menjadi penyebab media pembelajaran
rendahnya minat siswa 7. Guru melakukan
mengunjungi perpustakaan pembelajaran
yaitu : Kurangnya pelayanan menggunakan
perpustakkaan dalam metode ceramah
pemberian informasi kepada
siswa jika ada koleksi buku
baru dan keterbatasan
tempat jika guru ingin
melakukan proses
pembelajaran di
perpustakaan

Hasil Wawancara :
Kepala Sekolah
1. Program Literasi yang
digaungkan belum berhasil
menumbuhkan semangat
baca sebagian siswa
2. Persiapan Untuk mengajar
yang kurang lengkap
disiapkan oleh guru saat
mengajar
3. Pemanfaatan fasilitas
perpustakaan sekolah oleh
siswa dan guru masih
kurang

Guru IPA
1. Buku yang disajikan
diperpustakaan kurang
menarik
2. Buku yang berhubungan
dengan materi
pembelajaran masih
sedikit,sehingga tidak
menjangkau terhadap
kebutuhan jumlah siswa
yang ada
3. Terdapat siswa yang belum
lancar membaca
4. Masih banyak siswa yang
tidak mau memahami
bacaan yang dibaca dan
hanya mmengandalkan
penjelasan dari guru

Rekan Sejawat
1. Kurangnya ketersediaan
buku bacaan baik pada
pojok baca maupun
perpustakaan sekolah
2. Pelayanan petugas
perpustakaan yang kurang
ramah, sehingga kurang
menumbuhkan semangat
siswa untuk membaca
Pakar
1. Tidak adanya budaya atau
pembiasaan membaca
kepada peserta didik
2. Siswa malas membaca
karena sudah kecanduan
main game di gadget
3. Tidak menerapkan konsep
membaca seperti membaca
nyaring dll.
4. Bahan bacaan tidak
menarik

2 Kesulitan Belajar

 fokus belajar siswa Keaktifan belajar siswa Berdasarkan hasil


kurang didalam selama proses pembelajaran kajian literatur
proses pembelajaran. tatap muka secara bergantian diperoleh analisis
Proses Pembelajaran tentunya harus mencakup eksplorasi masalah
beberapa indikator sebagai yaitu:
berikut: 1. Guru hanya
1. Siswa aktif dalam menggunakan buku
mengajukan pertanyaan sebagai media
apabila ada materi yang pembelajaran
tidak dapat dimengerti 2. Kurangnya variasi
dengan baik, model pembelajaran
2. Terlibat dalam kegiatan 3. Guru hanya
diskusi, menerangkan materi
3. Aktif dalam bertanya, dan meminta siswa
4. Aktif dalam menjawab membayangkan
pertanyaan yang diberikan tanpa menggunakan
oleh guru. media pembelajaran
cara yang dapat dilakukan 4. Guru melakukan
oleh guru dalam pembelajaran
meningkatkan keaktifan menggunakan
belajar siswa adalah: metode ceramah
1. Saat awal pembelajaran 5. Rendahnya
guru melakukan keingintahuan
percakapan singkat peserta didik
dengan siswa, terhadap materi
2. Menggunakan metode pembalajaran.
pembelajaran yang tepat,
3. Memberikan motivasi
belajar,
4. Menganalisis kesulitan
 siswa sulit
belajar siswal,
memahami terhadap
materi-materi yang 5. Menggunakan strategi
menggunakan istilah pembelajaran yang sesuai.
ilmiah. Hasil (Wakhidah, 2016)
Pembelajaran

Suryabrata (1986) menyatakan


bahwa faktor yang mempengaruhi
belajar dapat berasal dari luar
(ekstrinsik) dan dari dalam diri
siswa (intrinsik). Kedua faktor
tersebut berinteraksi baik secara
langsung maupun tidak langsung
dalam mempengaruhi prestasi yang
dicapai siswa. Menurut Frandsen
(1986 dalam Salirawati, 2002),
keinginan-keinginan yang
mendorong siswa untuk belajar
antara lain: memenuhi rasa ingin
tahu, maju, mendapatkan simpati
 siswa kesulitan dari orang tua/guru/teman,
dalam menghapal memperbaiki kegagalan dan
istilah ilmiah. Hasil mendapatkan rasa aman bila
belajar menguasai pelajaran.

Pembelajaran IPA merupakan salah


satu pelajaran yang dianggap sulit
oleh siswa karena siswa
beranggapan bahwa mata pelajaran
IPA bersifat abstrak sedangkan
pikiran siswa bersifat kongkrit,
banyaknya penggunaan bahasa
ilmiah dan istilah latin membuat
siswa kesulitan untuk menghafal
dan memahaminya. Selain itu
alokasi waktu pembelajaran yang
terbatas sedangkan materi
pelajaran yang dipelajari lebih
banyak diduga juga merupakan
salah satu penyebab siswa
mengalami kesulitan belajar.
(Evita, 2015)

Hasil Wawancara :
Kepala Sekolah
1. Pembelajaran yang
cenderung didominasi oleh
guru, sehingga proses
pembelajaran hanya
berjalan satu arah saja.
2. Tingkat keaktifan peserta
didik dalam pembelajaran
rendah.
3. Peserta didik jarang
mengajukan pertanyaan,
sehingga siswa sulit
memahami materi yang
mereka pelajari.

Guru IPA
1. Semangat belajar siswa
rendah
2. Pengembangan perangkat
ajar belum maksimal
3. Tidak ada kelompok belajar
4. Sarana tidak memadai,
labor ada tetapi fungsinya
dirubah menjadi kelas
karna kekurangan kelas
untuk KBM.

Pakar
1. Kurangnya motivasi belajar
siswa dikarenakan
kurangnya dukungan orang
tua
2. kurangnya keterampilan
guru membuat media
pembelajaran,
3. tidak adanya kemauan
Pembelajaran guru untuk berinovasi
Berdeferensiasi

 Tidak ada pemetaan Hanover (2018: 5) mengemukakan


terhadap kebutuhan
ada empat elemen pembelajaran Setelah dilakukan
belajar siswa. Proses
berdiferensiasi yaitu konten, analisis terhadap
Pembelajaran
proses, produk, dan pengaruh. masalah pembelajaran
Diferensiasi konten adalah
pengetahuan, pemahaman, dan
berdiferensiasi pada
keterampilan yang siswa kita ingin materi Klasifikasi
pelajari. Diferensiasi proses adalah materi dan
bagaimana siswa mengerti atau perubahannya dari
memahami isinya. Diferensiasi berbagai sumber
produk adalah bagaimana siswa
mendemonstrasikan apa yang telah
literatur dan
mereka ketahui, pahami, dan wawancara maka
mampu melakukannya setelah diperoleh penyebab
pembelajaran dalam jangka maslah yang sesuai :
panjang. Diferensiasi pengaruh
adalah bagaimana emosi dan 1. Guru belum memiliki
perasaan siswa memengaruhi
pembelajaran mereka. Dalam
wawasan tentang
penelitian ini, diferensiasi pengaruh pembelajaran
disebut dengan istilah student berdiferensiasi
student wellbeing. 2. Guru belum mampu
Hasil Wawancara: mengenali kesiapan
Kepala Sekolah belajar siswa
1. Guru belum menerapkan 3. Guru sulit
tes diagnostik pada siwa mengkondisikan siswa
2. Sebagian guru belum bisa di dalam kelas
memahami cara melakukan
tes diagnostik
3. Penggunaan model dan
media ajar tidak sesuai
dengan materi

Guru IPA
1. Guru belum melakukan
tes terhadap siswa
2. Sulit melakukan uji
terhadap siswa, karna
belum memahami uji
diagnostik.

Rekan Sejawat

1. Guru belum menerapkan


tes diagnosis
2. Sulitnya komunikasi
dengan siswa
3. Sulitnya memantau
kesiapan belajar peserta
didik
4. Belum menerapkan tes
diagnosis
5. Sulitnya mengkondisikan
siswa

Pakar
1. Guru tidak menerapkan
tes diagnostik
2. Kurangnya pengalaman
guru menentukan
kesiapan belajar semua
peserta didik

3 Relasi dengan
Siswa
Paradigma terkini tersebut Berdasarkan hasil
 Guru belum menempatkan guru sebagai wawancara diperoleh
mendiskusikan leadership qualities and effective
tentang pemetaan teaching and motivational skill (Mc
analisis eksplorasi
kebutuhan murid Laughlin, 1994). Untuk berhasil masalah yaitu:
(latar belakang). dalam posisi ini, dalam manajemen 1. Guru membangun
Proses Pembelajaran kelas, Jones (1998: xiii-xiv) hubungan yang baik
berpendapat bahwa guru
hendaknya memiliki keterampilan- dengan siswa, hal
keterampilan sebagai berikut: 1) ini terlihat dari
mampu mengembangkan
pemahaman yang utuh mengenai
banyaknya siswa
kondisi personal/ psikologikal dan yang kurang
kebutuhan siswa, 2) memperhatikan guru
mengembangkan hubungan positif didalam proses
antara guru-siswa, siswa-siswa pembelajaran.
yang akan membantu tercapainya
kebutuhan psikologis dasar siswa
2. Guru tidak
dan terbangunnya komunitas yang memahami
efektif di dalam kelas, 3) karakteristik siswa
menerapkan metode instruksional 3. Kurangnya
yang memfasilitasi pembelajaran pemahaman guru
secara optimal dengan tetap
mencermati kebutuhan akademik
tentang pendekatan
individual maupun kelompok siswa, kepada siswa
4) mengembangkan sistem 4. Kepedulian guru
manajemen organisasional dan tehadap peserta
kelompok dengan memaksimalkan didik masih rendah
berbagai aktivitas belajar dan
perilaku siswa, 5) menanggapi
secara efektif setiap
ketidaknyamanan situasi belajar
dan perilaku tidak wajar dari siswa
dengan mengembangkan sistem
konseling yang melibatkan siswa
untuk merefleksikan dan
memperbaiki perilaku yang tidak
mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran

Hasil Wawancara:
Kepala Sekolah
1. Sebagian Guru belum
membangun Relasi yang
baik dengan siswa
2. Guru masih memiliki sifat
egosentris terhadap siswa

Guru IPA
1. Guru belum memahami
karakteristik siswa
2. Guru belum memahami
cara melakukan
pendekatan
3. Jadwal guru terlalu padat

Rekan Sejawat

1. Guru belum melakukan


komunikasi yang baik
dengan siswa
2. Sulitnya memantau belajar
peserta didik
Pakar

1. Tugas tambahan guru


yang terlalu banyak
2. Kurangnya kepedulian
guru terhadap peserta
didik

Menurut Hidayat, (2013: 92)


Sekolah sebagai institusi
pendidikan formal tidak saja
memiliki fungsi pengajaran, tetapi
Relasi dengan juga mengemban fungsi
Orang Tua pendidikan. Salah satu komponen
pendukung keberhasilan sekolah
dalam menjalankan fungsi
 Hubungan pendidikan adalah adanya guru
komunikasi antara yang dapat membangun
guru dan orang tua komunikasi yang baik dengan siswa Setelah dianalisis,
peserta didik terkait dan orang tua siswa). penyebab belum
pembelajaran masih
kurang. Proses
terbangunnya
Wawancara dengan wali komunikasi yang baik
Pembelajaran
murid : bersama orang tua
1. Kualitas belajar peserta murid, karena :
didik juga akan meningkat 1. Relasi yang belum
apabila terjalin hubungan terjalin baik antara
dan komunikasi yang aktif guru dan wali
terhadap peserta didik. murid.
2. Peran orang tua/wali 2. Sulit mencari orang
murid akan sangat tua dan rumah
membantu perkembangan jauh, orang tua
belajar peserta didik, tidak perhatian,
untuk itu guru harus kesibukan orang
membangun komunikasi tua, kemampuan
secara teratur bersama orang tua, faktor
wali murid. ekonomi dan orang
tua yang over
komunikasi dan
guru.
3. Kurangnya motivasi
guru untuk
melakukan
kunjungan kepada
wali murid (home
visit)
4  Guru belum Menurut Ockta,dkk (2018), Setelah dianalisis lagi
mengoptimalkan Pembelajaran berbasis masalah masalah belumoptimalnya
model pembelajaran (PBM) merupakan inovasi dalam pemanfaatan model/ metode
yang inovatif sesuai pembelajaran karena dalam PBM pembelajaran inovatif
dengan karakteristik kemampuan berpikir siswa dikarenakan :
materi Proses dioptimalisasikan. Kenyataannya, 1. RPP yang dirancang
Pembelajaran tidak semua guru memahami tidak memenuhi
konsep PBM, baik disebabkan oleh pembelajaran yang
kurangnya keinginan dan motivasi menarik,
untuk meningkatkan kualitas 2. Kurangnya kreatifitas
keilmuan maupun karena guru dalam
kurangnya dukungan sistem untuk menciptakan
meningkatkan kualitas keilmuan pembelajaran yang
tenaga pendidik. Ashoumi,dkk menyenangkan
(2020), menyebutkan bahwa guru
masih menggunakan metode
3. Tidak semua siswa
konvensional karena : a. Fasilitas memiliki gadget
sarana dan prasarana masih 4. Guru masih kurang
kurang memadai b. Kurangnya melakukan literasi
pemahaman guru terhadap terkait model/ metode
kurikulum 2013 c. Kesibukan guru inovatif
sehingga kurangnya waktu dalam 5. Guru malas
mengembangkan kreativitas dan mengimplementasikan
inovasi untuk menerapkan metode apa yang sudah dibaca
inovatif. 6. Guru tidak
Hasil Wawancara : merefleksikan
Kepala Sekolah pembelajaran yang ia
1. RPP yang dirancang tidak lakukan memadai.
memenuhi pembelajaran
yang menarik
2. Kurangnya kreatifitas guru
dalam menciptakan
pembelajaran yang
menyenangkan
Guru IPA
1. Tidak semua siswa
memiliki gadget
2. Ketika masuk jam siang
siswa jenuh untuk belajar.

Rekan Sejawat
1. Alokasi waktu yang
kurang

Pengawas/Pakar
1. Guru masih kurang
melakukan literasi terkait
model/metode inovatif
2. Guru malas
mengimplementasikan apa
yang sudah dibaca
3. Tidak mau keluar dari
zona nyaman
4. Guru tidak merefleksikan
pembelajaran yang ia lakukan.

5 Advanced material
Salah satu kendala yang membuat Setelah dianalisis
pendidik atau guru jarang berdasarkan hasil kajian
 Materi pengayaan membuat bahan ajar sendiri adalah literatur diperoleh:
yang kurang
guru tidak menguasai cara
dipahami oleh siswa
1. Pengetahuan
pembuatannya (Prastowo, 2011:49),
mengenai zat yang
sedangkan guru dituntut untuk mengenai materi
terkandung didalam
mempunyai kemampuan
makanan. Proses
mengembangkan bahan
yang bisa dilakukan
ajar
Pembelajaran pengayaab masih
sendiri. (M. A. Oktavianie, dkk.
2018) belum memadai
2. Kurangnya
Hasil Wawancara : pemahaman tentang
tujuan pengayaan
Kepala Sekolah 3. Jumlah siswa yang
1. Guru belum paham mengikuti pengayaan
prosedur pelaksanaan masih kurang
pengayaan pada sehingga guru tidak
pembelajaran bersemangat dalam
pemberian pengayaan
Guru IPA
1. Siswa masih sedikit yang
mampu mengikuti
pengayaan
2. Siswa banyak yang masih
belum menguasai materi
dasar
Rekan Sejawat
1. Alokasi waktu yang kurang

Pakar

1. Guru belum paham


prosedur pelaksanaan
pengayaan
2. Peserta didik yang
mendapat nilai di atas
kkm masih kurang

Miskonsepsi Berdasarkan hasil


kajian literatur
 Penyampaian konsep Menurut beberapa literature ciri-ciri diperoleh analisis
materi yang keliru, miskonsepsi disimpulkan sebagai eksplorasi masalah
Seperti mengenai berikut (Osborne dan freyberg,
konsep konsep 1985; driver et al, 1985; Gilbertdan
yaitu:
kekurangan zat Watts, 1983; Hasweh, 1986; 1. Model pembelajaran
makanan (nutrisi ) Halloun dan Hestenes, 1985): 1. yang dilakukan guru
yang menyebabkan Miskonsepsi sulit untuk diperbaiki. masih konvensional
berbagai penyakit. Namun demikian hal ini menjadi sehingga peserta
Hasil Pembelajaran kewajiban seorang guru untuk
memberikan pemahaman kepada
didik sulit
siswa tentang konsep yang benar. memahami materi
2. Seringkali “sisa” miskonsepsi 2. Tingkat kemampuan
terus menerus mengganggu .soal-
soal yang sederhana dapat peserta didik yang
dikerjakan, tetapi dengan soal yang masih rendah
sedikit lebih sulit miskonsepsi
muncul lagi. 3. Seringkali terjadi
3. Kurangnya minat
regresi, yaitu mahasiswa yang peserta didik untuk
sudah pernah mengatasi mempelajari konsep
miskonsepsi, beberapa kemudian yang diajarkan
mengalami salah konsep lagi. 4. 4. Model pembelajaran
Dengan ceramah yang bagus,
miskonsepsi tak dapat dihilangkan
yang digunakan
atau dihindari (Halloun & Hestenes, tidak sesuai dengan
1985). 5. Siswa, mahasiswa, guru, karakteristik materi
dosen, maupun peneliti sering kali 5. Peserta didik tidak
mengalami miskonsepsi 6. Guru aktif dalam proses
dan dosen pada umumnya tidak
mengetahui miskonsepsi yang lazim
pembelajaran
antara (maha) siswanya dan tidak 6. Bahasa guru yang
menyesuaikan proses pembelajaran gunakan dalam
dengan muskonsepsi (maha) proses pembelajaran
siswanya. 7. Miskonsepsi bisa sulit dimengerti
terjadi pada (maha) siswa tanpa
memandang apakah (maha) siswa
peserta didik
tersebut pandai atau tidak terbukti 7. Metode
pada hasil tes miskonsepsi, (maha) pembelajaran yang
siswa yang tergolong pandai digunakan guru
mendapat skor rata-rata sama tidak sesuai dengan
dengan (maha) siswa yang memiliki
kemampuan rata-rata. 8. Pada
materi
umumnya cara mediasi yang sudah
dicobakan mendapatkan hasi;l yang
belum maksimal. (Kurniyatul
Faizah, 2016).

Hasil Wawancara:
Kepala Sekolah
1. Siswa kurang berhati-
hati pada saat
pembelajaran
2. Siswa tidak mengulangi
dengan baik materi
yang teah diajarkan
dirumah
Guru IPA
1. Siswa kurang aktif
dalam proses
pembelajaran
2. Penyajian materi sulit
dimengerti peserta didik
3. Tingkat kemampuan
peserta didik
Rekan Sejawat
1. Siswa kurang
memperhatikan dengan
baik saat pembelajaran
2. Siswa Kurang teliti
didalam pemahaman
materi
Pakar
1. Guru tidak
menanamkan dengan
Baik materi kepada
siswa
2. Siswa Kurang teliti
didalam mempelajari
materi

Saraswati, dkk (2020) Setelah


dianalisis lagi masalah rendahnya
kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa dikarenakan : 1. Mindset
HOTS guru statis, tidak mau berubah2.
Penerapan pembelajaran dan
asesmen guru belum HOTS 3.
 Pembelajaran di kelas
Kemampuan berpikir siswa yang
belum berbasis
masih rendah terutama dalam
HOTS. Proses Penyebab
menyebutkan bahwa untuk
Pembelajaran
mengembangkan item berbasis Pembelajaran yang
HOTS yang baik untuk siswa, dilakukan dikelas
kualitas guru menjadi bagian yang masih belum berbasis
sangat penting dalam kasus ini.
Kenyataannya guru tidak
HOTS, adalah :
memahami tentang konsep HOTS, 1. Cara mengajar guru
tidak siap untuk mengajar atau yang tidak mudah
menilai HOTS serta kemampuan mereka mengerti baik
guru untuk meningkatkan itu dari penggunaan
keterampilan tingkat tinggi siswa
masih rendah.
istilah yang masih
sulit mereka pahami,
Hasil Wawancara : penyampaian materi
Kepala Sekolah yang terkadang tidak
1. Mindset guru statis, tidak terlalu jelas maupun
mau berubah dikarenakan terlalu
2. Guru belum memahami cepat dalam
konsep tentang HOTS menjelaskan
3. Asesmen yang dibuat guru sehingga
juga belum HOTS. menyebabkan siswa
kesulitan dalam
Guru IPA memahami materi
1. Kemampuan berpikir yang mereka pelajari.
siswa yang masih rendah 2. Siswa banyak yang
terutama dalam penerapan tidak memperhatikan
konsep/rumus. saat guru mengajar
2. Tidak ada kelompok di kelas. Bahkan ada
belajar
Rekan Sejawat diantara siswa yang
1. Kurangnya motivasi mengantuk, dan
belajar siswa dikarenakan mengobrol sehingga
kurangnya dukungan materi yang di
orang tua ajarkan oleh guru
tidak bisa mereka
terima dan tidak bisa
Pakar dipahami dengan
1. Miskonsepsi guru tentang baik. Dampaknya
soal HOTS adalah soal ketika siswa ditanya
yang sulit. oleh guru mengenai
2. Pembelajaran dan materi yang telah di
Asesmen tidak sinkron. ajarkan kebanyakan
Guru melakukan dari siswa hanya
pembelajaran biasa (tidak terdiam dikarenakan
mengarah ke HOTS) tetapi mereka tidak fokus
soal yang dibuat HOTS. dan tidak mengikuti
pembelajaran dengan
baik.
3. Penyebab lain siswa
mengalami kesulitan
dalam menjawab soal
HOTS adalah karena
mereka tidak
mengerti perintah
soal.
6  Guru masih belum Menurut Hasibuan (2021), faktor Setelah dianalisis lagi
mengoptimalkan yang menghambat pemanfaatan masalah rendahnya
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran yaitu pemanfaatan teknologi
teknologi informasi : a. Kurangnya inisiatif guru
dalam pembelajaran
(TIK) dalam Setelah dianalisis lagi masalah
rendahnya pemanfaatan teknologi dikarenakan :
pembelajaran. Proses
Pembelajaran dalam pembelajaran dikarenakan : 1. Guru tidak mau
1. Guru tidak mau untuk berkembang
mengembangkan potensi dirinya 2. Alokasi waktu yang
secara mandiri b. Kurangnya
fasilitas yang disediakan oleh kurang memadai.
satuan pendidikan Putra (2019) 3. Keterampilan guru
menyebutkan bahwa faktor dalam tekno logi terkini
hambatan pemanfaatan teknologi masih rendah
berasal dari faktor internal dan
eksternal. Faktor internal (guru): a.
4. Guru tidak melibatkan
kurangnya kemampuan siswa dalam penerapan
menggunakan teknologi dalam teknologi dalam
pembelajaran b. Kurangnya pembelajaran
kepercayaan diri Faktor eksternal 5. Perangkat teknologi
yaitu kurangnya ketersediaan
sarana dan prasarana pendukung siswa terbatas
penggunaan teknologi.

Hasil Wawancara :
Kepala Sekolah
1. Guru merasa nyaman
dengan pembelajaran
yang dia lakukan selama
ini
2. Guru tidak mau
berkembang

Guru IPA
1. Ada perangkat teknologi
yang belum dapat diakses
guru karena tidak adanya
Laboratorium Komputer /
Multimedia.
Rekan Sejawat
1. Alokasi waktu yang kurang
memadai.
2. Guru enggan belajar
teknologi terutama untuk
guru-guru yang mendekati
pensiun

Pakar
1. Keterampilan guru dalam
teknologi terkini masih
rendah
2. Guru tidak melibatkan
siswa dalam penerapan
teknologi dalam
pembelajaran
3. Perangkat teknologi siswa
terbatas

REFERENSI

Vitasari. 2016. KEJENUHAN (BURNOUT) BELAJAR DITINJAU DARI


TINGKAT KESEPIAN DAN KONTROL DIRI SISWA KELAS XI SMA
NEGERI 9 YOGYAKARTA. UNY: Fakultas Ilmu Pendidik.

Izzah, F. N., Khofsoh, Y. A., Sholihah, Z., Nurningtias, Y., & Wakhidah, N.
(2022). Analisis faktor–faktor pemicu turunnya keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA di masa pandemi.
Pensa E-Jurnal: Pendidikan Sains, 10(1). pp. 150-154.

Nuramaliana, Siti. 2016. Konsentrasi Belajar dan Penyesuaian Diri pada


Siswa Kelas VII di SMP 1 Ciawigebang Tahun Ajaran 2016/2017.
Skripsi Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta (dipublikasikan).

Sumartati, L. 2010. Pembelajaran IPA Berbasis Scientific And Technological


Literacy (STL). Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung. IV(9)

Rahayu, S. 2015. Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam Mewujudkan


Literasi Sains Siswa Melalui Pembelajaran Kimia/IPA Berkonteks
Isu-Isu Sosiosaintifik (Socioscientific Issues). Makalah disampaikan
dalam Semnas Pendidikan Kimia di Fakultas Pendidikan MIP A FKIP
Undana. 5(3), 1-11.

Wakhidah, N., Erman, E., Widyaningrum, A., & Aini, V. N. (2021). Reflection
Online Learning During Pandemic and New Normal: Barriers,
Readiness, Solutions, and Teacher Innovation. JPI (Jurnal
Pendidikan Indonesia), 10(3), 464. https://doi.org/10.23887/jpi-
undiksha.v10i3.31093

Evita, Z. , Rahmi , Efendi, Y,. 2015. ANALISIS FAKTOR KESULITAN


BELAJAR PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(IPA) SISWA KELAS VII MTs BATAMIYAH BATAM. SIMBIOSA Vol 4
(1):42-47, Juli 2015

Jones, Vernon F, & Jones, Louise S. (1998). Comprehensive Classroom


Management: Creating Communities of Support and Solving
Problems. Boston: Allyn and Bacon.

Haqiqi, A. K. 2018. Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Belajar IPA Siswa


SMP Kota Semarang. Edu Sains Jurnal Pendidikan Sains &
Matematika 6 (1), pp. 37-43.

Wahyuni. 2018. Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di
Kelas VII SMP Negeri 4 Terbanggi Besar. Jurna Sains dan Teknologi,
1 (1), pp. 29-26.

Hanover Research. 2019. Differentiated Instruction – A Best Practices


Report. Prepared for Utah Leading through Effective, Actionable, and
Dynamic (ULEAD) Education. Hanover:ULEAD.

Dedy N. Hidayat. 2003. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik


Klasik, Jakarta : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Indonesia.

Aulya N. Prafitasari. 2019. ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA


SMP NEGERI 7 JEMBER BERBASIS MEDIA APLIKASI TES. BIOMA:
Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi, 4 (2)
M. A. Oktavianie, D. Irwandi, & D. Murniati. 2018. PENGEMBANGAN BUKU
PENGAYAAN KIMIA BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KONSEP
ELEKTROKIMIA. JTK: Jurnal Tadris Kimiya 3, 1 (Juni 2018): 22-31

Kurniyatul Faizah. 2016. MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN IPA.


Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran
Hukum Islam Vol.VIII, No 1: 115-128. ISSN: 1978-4767

Saraswati, P. M. S., & Agustika, G. N. S. (2020). Kemampuan berpikir


tingkat tinggi dalam menyelesaikan soal HOTS mata pelajaran
matematika. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 4(2), 257-269.

Hasibuan, M. F. (2021). ANALISIS KOMPETENSI GURU


MADRASAHIBTIDAIYAHDALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI PADAPEMBELAJARAN (STUDI
KASUS PADA MIN 4 LANGKAT). Jurnal Analisa PemikiranInsan
Cendikia (APIC), 4(2), 44-53.

Anda mungkin juga menyukai