Anda di halaman 1dari 23

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah pembelajaran peserta didik

Nama Mahasiswa : Nina Rosalina

Asal Sekolah : SMPN 5 Cisompet

Masalah yang
telah diidentifikasi Analisis eksplorasi penyebab
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
(di salin dari masalah masalah
yang berada di LK1.1)
1 Kemandirian belajar Kajian literature Berdasarkan kajian literatur, hasil
peserta didik masih wawancara dan observasi yang telah
kurang baik o Menurut (Tahar & Enceng, 2006), kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang dilakukan, dapat disimpulkan
dilakukan oleh seseorang dengan kebebasannya dalam menentukan dan mengelola bahwa factor penyebab masih
sendiri bahan ajar, waktu, tempat, dan memanfaatkan sumber belajar yang diperlukan. rendahnya kemandirian belajar
Sehingga dapat dikatakan, seseorang yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi siswa dalam pembelajaran
mampu mengelola kegiatan belajarnya sendiri dimulai dari tahap persiapan, diantaranya :
pelaksanaan, maupun evaluasi. o Kecerdasan emosional diri
https://jsn.ppj.unp.ac.id/index.php/jsn/article/download/95/62 siswa
o Menurut Hadi & Farida (2012) kemandirian belajar adalah berlangsungnya kegiatan o Siswa kurang diberi
pembelajaran yang berdasarkan kemapuan diri secara pribadi, serta pilihan dan kesempatan untuk ikut
tanggungjawab diri sendiri. berpartisipasi selama proses
https://jurnal.stkipkusumanegara.ac.id/index.php/semnara2020/article/download/132 pembelajaran berlangsung
2/918/5191 o Pola asuh orang tua di rumah
o Menurut Retnowati (2011) terdapat dua faktor yang dapat berpengaruh dengan yang kurang
tingkat kemandirian belajar. Pertama, faktor internal yakni faktor dari diri siswa yang menstimulus/membimbing
mempengaruhi kemandirian belajar, antara lain: kecerdasan emosional, jenis kelamin siswa untuk belajar dan
dan usia. Kedua, faktor eksternal adalah faktor dari lingkungan, seperti: sekolah, belajar mandiri
teman sebaya, keluarga dan masyarakat. o Motivasi belajar siswa yang
https://repo.undiksha.ac.id/10647/3/1817011043BAB%201%20PENDAHULUAN. masih rendah
pdf
o Ciri-ciri kemandirian belajar menurut Prayuda, Thomas, & Basri (2014) adalah o Cara guru mengajar ( Model
mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif, tidak mudah terpengaruh oleh pembelajaran) yang masih
pendapat orang lain, tidak lari atau menghindari masalah, memecahkan masalah kurang menarik
dengan berfikir yang mendalam, apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri o Minimnya media
tanpa meminta bantuan orang lain, tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pembelajaran yang
dengan orang lain, berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan, dan digunakan guru
bertanggung jawab atas tindakannya sendiri o Sarana di sekolah kurang
https://eprints.uny.ac.id/9567/2/bab%202%20-%20NIM%2008108247088.pdf mendukung pembelajaran
o Rusman (2010: 366) yang mengatakan bahwa siswa yang sudah mandiri mempunyai inovatif
karakteristik antara lain: 1) siswa sudah mengetahui dengan pasti apa yang ingin dia
capai dalam kegiatan belajarnya, 2) siswa sudah dapat memilih sumber belajarnya
sendiri, 3) siswa sudah dapat menilai tingkat kemampuan yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan atau memecahkan permasalahan yang dijumpai dalam
kehidupannya.
o Haris Mujiman (2011: 8) tugas seorang guru dalam meningkatkan kemandirian
belajar siswa antara lain: 1) membantu siswa mencari informasi yang diperlukan, 2)
memberikan pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan rasa senang dan rasa puas
pada diri siswa
o Martinis Yamin (2008: 213-214) mengatakan, dalam menciptakan belajar mandiri
perlu diperhatikan beberapa hal antara lain:
1) Guru harus mampu merencanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan teliti
termasuk tugas yang harus dikerjakan siswa,
2) perencanaan kegiatan pembelajaran serta tugas-tugasnya harus dilakukan
berdasarkan karakteristik dan kemampuan awal siswa,
3) guru harus senantiasa memperkaya dirinya terus menerus dalam penerapan
belajar mandiri,
4) sarana dan sumber belajar yang digunakan harus memadai
https://repository.uir.ac.id/4649/5/bab2.pdf

Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah ( Ibu Eti Supriati, S.Pd., M.Pd.)
o Kemandirian dalam belajar bukan berarti siswa belajar sendiri, akan tetapi
siswa belajar dengan inisiatifnya sendiri tanpa paksaan dari siapapun
o Cara guru saat mengajar yang kurang menarik merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi kemandirian siswa. Kurang bervariasinya guru
dalam menerapkan strategi pembelajaran pada proses belajar mengajar di
kelas disertai seringnya guru menggunakan metode konvensional
menyebabkan siswa mengalami kejenuhan sehingga berakibat pada
kurangnya antusias siswa dalam belajar
o Beberapa cara yang bisa dilakukan guru untuk meningkatkan kemandirian
belajar siswa di kelas, yaitu: a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengeksplorasi kemampuan mereka, b) Memberikan materi yang
menyenangkan, c) Perhatikan kondisi siswa Jangan selalu membantu siswa d)
Berikan waktu untuk mereka beradaptasi dan belajar untuk menjadi
mandiri e) Berikan pujian dan apresiasi saat siswa melakukan hal yang baik
2. Guru ( Ibu Kartika, S.E)
o Pada dasarnya kemandirian merupakan perilaku individu yang mampu
berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya
diri untuk melakukan kegiatan belajar
o Penyebab rendahnya kemandirian belajar siswa bias jadi karena siswa juga
kurang diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi selama proses
pembelajaran berlangsung
o Untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa, guru harus selalu
memberikan kesempatan terbuka kepada siswa untuk mengeksplorasi
kemampuan yang dimiliki masing-masing, guru harus memiliki kemampuan
untuk melakukan penyampaian materi pelajaran dengan cara yang mudah
dimengerti serta tak monoton, dengan cara menanamkan asas pantang
menyerah pada siswa jangan terus membatu siswa dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi, serta guru jangan mengharapkan kesempurnaan
hasil belajar siswa
3. Pengawas Sekolah (Bapak Dede Rahayu, M.Pd)
o Kemandirian belajar adalah aktivitas kesadaran siswa untuk mau belajar tanpa
paksaan dari lingkungan sekitar dalam rangka mewujudkan
pertanggungjawaban sebagai seorang pelajar dalam menghadapi kesulitan
belajar
o Penyebab rendahnya kemandirian belajar siswa bisa dikarenakan pola asuh
orang tua, cara mengajar guru serta motivasi belajar siswa yang masih rendah
o Ketika guru mengajar dengan menggunakan Contextual Teaching and
Learning (CTL), maka secara otomatis guru tersebut menanamkan nilai-nilai
karakter kepada peserta didiknya. Salah satu nilai-nilai karakter adalah
kemandirian, dimana permasalahan yang ada di lapangan adalah kurangnya
nilai kemandirian pada diri peserta didik
4. Pakar GP angkatan 1 dan Guru Pengajar Praktik angkatan 8 ( Ibu Wina Dwina
Hermayanti, S.Pd)
o Kemandirian belajar siswa dapat dilihat dalam proses belajar. Alur proses
belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling
mengajar dengan sesama siswa yang lainnya.
o Faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian belajar siswa yaitu media
pembelajaran. Minimnya media pembelajaran akan menghambat proses
belajar siswa. Media pembelajaran yang kurang menarik juga akan membuat
siswa cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga
kemandirian dan hasil belajar kurang maksimal. Selain itu penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat juga dapat mempengaruhi kemandirian
belajar siswa
o Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut
sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning dapat
meningkatkan kemandirian belajar siswa. Sehingga siswa yang sudah baik
kemandirian belajarnya dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa yang lainnya
2 Minat baca siswa masih Kajian Literatur Berdasarkan kajian literature, hasil
rendah dalam o Dalman (2018: 142) menyatakan “Minat baca merupakan aktivitas yang dilakukan wawancara dan observas yang telah
menyelesaikan tugas dengan penuh ketekunan dalam rangka membangun pola komunikasi dengan diri dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
diskusi sendiri untuk menemukan makna tulisan dan menemukan informasi untuk factor penyebab rendahnya minat
mengembangkan intelektualitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan baca siswa adalah :
perasaan senang yang timbul dari dalam dirinya.” o Kemampuan membaca siswa
http://portaluniversitasquality.ac.id:55555/951/4/BAB%20II.pdf masih rendah
o Hariss and Sipay Rebecca dalam Ade dan Tri (2014: 3) menyatakan : Aspek minat o Kebiasaan siswa membaca
membaca pada anak adalah: (1) aspek kesadaran akan manfaat baca yaitu seberapa media online
jauh subyek menyadari, mengetahui, dan memahami manfaat membaca buku, (2) o Budaya membaca di
aspek perhatian terhadap membaca buku yaitu seberapa besar perhatian dan lingkungan sekolah masih
ketertarikan subyek dalam membaca buku, (3) aspek rasa senang yaitu seberapa rasa rendah
senang subyek terhadap kegiatan membaca buku, dan (4) aspek frekuensi membaca o Program literasi belum
buku yaitu seberapa sering subyek membaca buku. berjalan maksimal
o Menurut Sarlina dalam Jayadi dkk (2017:88) Faktor-faktor yang mempengaruhi o Keterbatasan buku/bahan
rendahnya minat baca adalah tersedianya waktu, status sosial ekonomi keluarga, bacaan
lingkungan, dorongan dalam diri, dan motivasi agar mendapatkan prestasi lebih o Peran perpustakaan belum
baik. maksimal
o Prasetyono (2008 : 29) mengatakan terdapat beberapa faktor penyebab rendahnya o Sekolah tidak memiliki
minat membaca yang dialami siswa ialah faktor internal seperti intelegensi, usia, tempat khusus untuk
jenis kelamin, kemampuan membaca, sikap, serta kebutuhan psikologis. Adapun membaca selain di
faktor eksternal yang mempengaruhi minat membaca ialah seperti belum tersedianya perpustakaan.
bahan bacaan yang sesuai, status sosial, ekonomi, kelompok etnis, pengaruh teman o Lingkungan keluarga kurang
sebaya, orang tua, guru, televisi dan film. mendukung literasi siswa
https://repository.uir.ac.id/12758/1/166810812.pdf o Pengaruh menonton televisi
o Sukarman Kartosedono dalam Fatin (2015) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor dan bermain games di
yang dapat mempengaruhi tumbuhnya minat baca di masyarakat, khususnya di handphone.
kalangan siswa sekolah. Buku untuk anak di rumah, sekolah, perpustakaan, toko
buku, (3) Pilihan yang dibuat oleh pustakawan untuk anak-anak atau untuk anak-
anak, (4) Ketersediaan waktu dan kesempatan anak untuk membaca, (5) ) Kebutuhan
dan Kemampuan Pribadi Dengan berbagai jenis buku, anak menjadi gemar dan
penasaran, sehingga mereka bebas memilih bahan bacaan favoritnya.

Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah ( Ibu Eti Supriati, S.Pd., M.Pd.)
o Pada masa perkembangan, anak didik harus dipupuk minatnya terutama minat
membaca, karena dengan membaca seseorang akan memiliki banyak
pengetahuan dan pengalaman.
o Faktor penyebab rendahnya minat membaca pada siswa diantaranya adalah
lingkungan sekolah yang kurang mendukung, peran perpustakaan sekolah
belum maksimal, keterbatasan buku/bahan bacaan, lingkungan keluarga
kurang yang mendukung, dan pengaruh menonton televisi dan bermain games
di handphone.
o Penanaman dan penumbuhan minat baca siswa dapat dilakukan dalm bentuk
menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal- hal
yang berhubungan dengan cita-cita. Guru perlu memberikan dorongan kepada
siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam mengembangkan
2. Guru ( Ibu Kartika, S.E)
o Membaca merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses
belajar.
o Kurangnya kebiasaan membaca dapat menjadi faktor penyebab rendahnya
minat membaca siswa
o Langkah pertama meningkatkan minat baca anak didik adalah dengan
memilih buku yang tepat, langkah selanjutnya dengan memanfaatkan apa
yang ada di sekitar, seperti buku komik, resep makanan, cerpen bergambar,
dan sebagainya serta menciptakan suasana membaca yang nyaman serta
membimbing untuk mengetahui siasat agar membaca menjadi lebih
menyenangkan dan selanjutnya adalah sharing kepada para siswa setelah guru
selesai membaca sebuah buku.
3. Pengawas sekolah ( )
o Membaca merupakan kegiatan yang penting karena dengan membaca
seseorang akan memperoleh wawasan yang berguna untuk meningkatkan
kecerdasannya, sehingga mereka siap dalam menghadapi tantangan ke depan.
o Faktor penyebab rendahnya minat baca siswa yaitu karena serangan gadget
atau perkembangan teknologi, budaya membaca di lingkungan sekolah masih
rendah, program literasi yang belum berjalan maksimal dan sekolah tidak
memiliki tempat khusus untuk membaca selain di perpustakaan.
o Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat membaca
terkhususnya pada anak-anak baik dari sekolah maupun di lingkungan rumah,
entah menggunakan perpustakaan keliling maupun pojok baca dan masih
banyak cara lainnya. Sayangnya dengan upaya tersebut minat membaca pun
masih saja rendah, oleh karena itu guru harus mampu menguasai pengetahuan
yang mengenai tentang pendekatan, metode, strategi, teknik pembelajaran
agar tercapainya tujuan pembelajaran yang dirumuskan
4. Pakar GP angkatan 1 dan Guru Pengajar Praktik angkatan 8 ( Wina Dwina
Hermayanti, S.Pd)
o Proses pembelajaran di sekolah selalu melibatkan siswa dalam kegiatan
membaca. Manfaat membaca untuk siswa sekolah dasar besar yaitu
membantu siswa mempelajari berbagai pengetahuan, menambah informasi,
dan menambah kosa kata siswa.
o Faktor penyebab rendahnya minat baca siswa dapat terjadi karena kurangnya
pembiasaan membaca di rumah maupun di sekolah.
o Menumbuhkan minat baca siswa dapat dilakukan dengan pembiasaan
membaca 15 menit di kelas dengan cara yang lebih menyenangkan dan
variatif. Misalnya siswa atau guru dapat membaca bersama, membaca
nyaring, dan lainnya. Dengan kegiatan membaca, siswa diharapkan bisa
bertambah kemampuannya dalam perbendaharaan kata.

3 Siswa belum mampu Kajian Literatur Berdasarkan kajian literature, hasil


memahami pembelajaran wawancara dan observas yang telah
HOTS o Higher Order Thinking Skills menurut Thomas & Thorne (Nugroho, 2018:16) dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Higher Order Thinking Skills adalah cara berpikir yang lebih tinggi daripada factor penyebab siswa belum mampu
menghafalkan fakta, mengemukakan fakta, atau menerapkan peraturan, rumus, memahami pembelajaran hots
dan prosedur. Hal tersebut dapat diartikan jika cara berpikir dalam HOTS tidak diantaranya :
hanya sekedar mengingat tetapi mampu menganalisis. o Kurangnya pemahaman siswa
https://repository.ump.ac.id/9588/3/Nisa%20Irmalia%20Fitri_BAB%20II.pdf terhadap makna dari sebuah
o Penelitian Sofyan dkk (2020) menjelaskan bahwa faktor-faktor kesulitan belajar bacaan
siswa ketika mengerjakan soal HOTS yaitu ketidakmampuan siswa pada aspek o Terdapat beberapa siswa yang
pengetahuan sehingga mengakibatkan kurangnya ketelitian dari siswa itu sendiri masih belum memahami
ketika mengerjakan soal. LKPD secara tepat
o Menurut Hamidah (2018:59) HOTS membutuhkan berbagai langkah-langkah o Siswa seringkali tidak
pembelajaran dan pengajaran yang berbeda dengan hanya sekedar mempelajari memahami soal-soal HOTS
fakta dan konsep semata. Pembelajaran dan pengajaran dirancang secara o Siswa yang belum terbiasa
maksimal untuk memenuhi indikator dalam HOTS. berfikir tingkat tinggi karena
o Penelitian Fatahillah (2017) juga menjelaskan bahwa tipe kesalahan siswa paling terbilang cukup baru
tinggi menurut teori Newman yaitu memahami masalah mengenal pembelajaran
o Anderson dan Krathwohl (Hamidah, 2018:62) mengemukakan indikator untuk HOTS
mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi menganalisis, o Siswa yang belum terbiasa
mengevaluasi dan menciptakan. dalam menyelesaikan soal
berbasis hots
https://www.studocu.com/id/document/universitas-pendidikan- o Kurangnya buku pelajaran
ganesha/metodologi-penelitian/kajian-teori-media-fun-thinkers-book-higher- serta media pembelajaran
order-thinking-skills-hots/45675624 yang mendukung
o Menurut hasil penelitian Berlian Arista Putri (2019) belum sempurnanya proses pembelajaran berbasis HOTS
pembelajaran berbasis HOTS karena adanya beberapa kendala, yaitu kurangnya o Guru yang juga belum
alokasi waktu untuk belajar, siswa yang belum terbiasa berfikir tingkat tinggi memahami pembelajaran
karena terbilang cukup baru mengenal pembelajaran HOTS dan kendala yang HOTS karena kurangnya
terakhir yaitu kurangnya buku pelajaran serta media pembelajaran yang informasi dan keterampilan
mendukung pembelajaran berbasis HOTS. yang dimiliki guru.
https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/elibtidaiy/article/download/7961/4524 o Belum di sosialisasikan
o Menurut Rahdiyah A (2021) hambatan dalam penerapan penilaian aspek-aspek pembelajaran hots pada guru
berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) yaitu kesulitan guru dalam maupun siswa di sekolah
menghadapi kemampuan siswa yang berbeda-beda, materi pelajaran yang selalu o Guru belum siap dengan
berubah dan keterampilan guru yang masih kurang. tuntutan pembelajaran
Pinisi Journal Of Sociology Education Review; Vol. 1; No. 2; Juli 2021 Halaman 89- berbasis hots
96 o Guru masih berpatokan pada
o Menurut pendapat Sani, (2019) perbedaan antara aktivitas belajar antara LOTS buku dalam mengajar belum
dan HOTS dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini: banyak guru kreatif
LOTS HOTS merancang perangkat
Pasif dalam belajar Aktif dalam belajar pembelajaran seperti LKPD
Menyelesaikan masalah Memformulasikan masalah o Guru belum mampu
Mengkaji permasalahan sederhana Mengkaji permasalahan kompleks memanfaatkan kemajuan
Berpikir konvergen Berpikir divergen dan teknologi untuk menunjang
mengembangkan ide proses pembelajaran
Belajar dari guru sebagai sumber Mencari informasi dari berbagai
informasi utama sumber
Berlatih menyelesaikan soal dan berpikir kritis dan menyelasaikan
menghafal masalah secara kreatif
Mengutamakan pengetahuan faktua Berpikir analitik, evaluatif, dan
membuat kesimpulan
https://jurnal.uns.ac.id/jkc/article/view/53837/32375
Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah ( Ibu Eti Supriati, S.Pd., M.Pd.)
o Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher
order thinking skills (HOTS) siswa adalah salah satu tujuan utama pembelajaran pada
abad 21.
o HOTS merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih
tinggi yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir
kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan.
o Penyebab siswa belum memahami pembelajaran HOTS bisa dikarenakan guru
yang juga belum memahami pembelajaran HOTS karena kurangnya informasi
dan keterampilan yang dimiliki guru.
o Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melatih peserta didik dalam
berpikir tingkat tinggi pada kurikulum 2013, antara lain sebagai berikut :
1. Membuat Mind Map (peta konsep)
2. Mengajukan pertanyaan
3. Pembelajaran berbasis teknologi informasi
4. Menggunakan analogi
5. Eksperimen berbasis inkuiri
6. Metode proyek
2. Guru ( Ibu Kartika, S.E)
o Pembelajaran berbasis HOTS merupakan pembelajaran yang mengembangkan
keterampilan berfikir kritis.
o Kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran HOTS dikarenakan berbagai
kendala seperti memerlukan waktu yang panjang. Di sekolah juga belum di
sosialisasikan pembelajaran hots pada siswa sehingga wajar saja jika siswa belum
memahami pembelajaran hots.
o Keterampilan dalam pembelajaran yang diharapkan dalam orientasi HOTS dapat
muncul jika guru sebagai fasilitator. Guru harus mampu mendesain pembelajaran
yang tepat. Pemilihan model pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi.
Sehingga guru harus memiliki ketrampilan dalam pemilihan model
pembelajaran.
3. Pengawas Sekolah (Dede Rahayu, M.Pd.)
o HOTS adalah kemampuan berpikir yang bukan hanya sekedar mengingat,
menyatakan kembali, dan juga merujuk tanpa melakukan pengolahan kembali,
akan tetapi kemampuan berpikir untuk menelaah informasi secara kritis, kreatif,
berkreasi dan bisa memecahkan masalah.
o Kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran hots diantaranya siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal berbasis hots, yaitu karena peserta didik yang
belum terbiasa dalam menyelesaikan soal berbasis hots, peserta didik masih
memerlukan bantuan orang lain dalam menyelesaikan soal, kesulitan dalam
memahami kalimat atau maksud dari soal, kurang teliti dalam membaca dan
memahami soal, serta pemahaman materi yang kurang. Dalam menyelesaikan soal
hots terkadang guru perlu memberi stimulus pada peserta didik agar peserta didik
dapat memahami dan menyelesaikan soal hots tersebut.
o Dengan High Order Thinking Skill peserta didik akan dapat membedakan ide atau
gagasan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu memecahkan masalah,
mampu mengkontruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal
kompleks menjadi lebih jelas.
o Mengintegrasikan higher order of thinking skill (hots) pada pembelajaran yaitu
dengan cara :
a) Berfokus pada pertanyaan.
b) Menganalisis / menilai argumen dan data.
c) Mendefinisikan konsep.
d) Menentukan kesimpulan.
e) Menggunakan analisis logis.
f) Memproses dan menerapkan informasi.
g) Menggunakan informasi untuk memecahkan masalah.
4. Pakar GP ( Wina Dwina Hermayanti, S.Pd)
o Pengembangan pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat
tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan program yang
dikembangkan sebagai upaya Kemendikbud dalam upaya peningkatan
kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan.Implementasi
Pembelajaran Higher Order Thinking Skill (HOTS)
o penyebab pembelajaran hots belum maksimal dilaksanakan di sekolah dapat
terjadi karena guru belum siap dengan tuntutan pembelajaran berbasis hots.
kedua, semua guru masih berpatokan pada buku dalam mengajar belum
banyak guru kreatif merancang perangkat pembelajaran seperti lkpd. ketiga,
guru belum mampu memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menunjang
proses pembelajaran. keempat, proses pembelajaran yang dilakukan masih
belum menunjukan ada upaya ke arah pembelajaran berbasis hots. kelima,
latihan soal yang diberikan kepada siswa juga hanya baru sebatas tingkatan
kognitif mengingat (c1), memahami (c2) dan mengaplikasikan (c3). keenam,
guru belum memiliki lkpd elektronik (e-lkpd) yang berorientasi kemampuan
berpikir tingkat tinggi
o Dalam implementasi pembelajaran hots ini dalam pelaksanaannya ada 3
yakni menelaah informasi secara kritis, menciptakan daya kreatif siswa, dan
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah yang dapat dilakukan
dengan menerapkan model pembelajaran melalui penyingkapan/penemuan
(discovery/inquiry learning), berbasis masalah (problem-based
learning/PBL), berbasis projek (project- based learning/PjBL).

4 Kurangnya keberanian Kajian Literatur Berdasarkan kajian literature, hasil


siswa dalam bertanya wawancara dan observasi yang telah
pada kegiatan presentasi o Keberanian bertanya menurut Indrawati (2010: 22), adalah suatu keadaan dimana dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
hasil diskusi kelompok seseorang mempunyai kemauan (keberanian) untuk meminta keterangan factor penyebab keberanian siswa
(penjelasan) dari guru dengan rasa percaya diri yang besar dan tidak takut untuk dalam bertanya masih rendah
bertanya mengenai sesuatu hal yang belum jelas. diantaranya :
o Menurut Prilanita (2017), bertanya menjadi suatu komponen penting dalam o Siswa tidak mampu mengolah
komunikasi sehari-hari. Banyak makna yang tersirat dalam setiap pertanyaan yang pertanyaan dengan baik.
dilontarkan. Dari pertanyaan yang terlontar dapat mengambarkan sejauh mana o Siswa kurang memperhatikan
pengetahuan individu terhadap suatu kasus atau materi yang di jelaskan. Semakin kelompok yang melakukan
banyak pengalaman seseorang dalam belajar atau memiliki pengetahuan yang lebih presentasi dengan baik
maka akan lebih kompleks pula pertanyaan yang disampaikan. Pengalaman belajar o Siswa kurang berminat
tersebut tercermin dengan tingkat pengetahuan atau pemahaman seseorang terhadap mengikuti kegiatan
suatu materi. Jadi semakin tinggi tahapan pemahaman seseorang semakin kompleks pembelajarana
pula pertanyaan yang akan muncul. o Motif/motivasi siswa dalam
https://repository.uir.ac.id/7915/1/156510401.pdf pembelajaran masih rendah
o Menurut Albantati (2010), keterampilan bertanya dapat dibedakan menjadi 2 o Kebiasaan diam diri siswa
golongan yaitu: saat pembelajaran
1. Keterampilan Bertanya Dasar. Keterampilan bertanya dasar di secara etimologis di o Sikap mental diri siswa
uraikan menjadi dua suku kata yaitu “terampil dan tanya”. Menurut kamus bahasa
Indonesia “bertanya” berasal dari kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan o Siswa benar-benar tidak
keterangan. Sedangkan kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam penyelesaian paham dengan
tugas ataupun mampu dan cekatan”. Dengan demikian keterampilan bertanya secara materi yang diajarkan
sederhana dapat diartikan dengan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam o Siswa takut jika pertanyaan
meminta keterangan atau penjelasan dari orang lain atau pihak yang menjadi lawan hanya akan menjadi bahan
bicara. Pertanyaan yang dapat memberikan rangsangan pada verbal anak juga dapat tertawaan siswa yang lain
di berikan dalam proses pembelajaran harus menuntut respon siswa dapat o kurangnya kepercyaan diri
meningkatkan kemampuan berfikir. siswa
2. Keterampilan Bertanya Lanjut. Pertanyaan lanjut adalah kelanjutan dari pertanyaan o Kurangnya konsentrasi siswa
pertama (dasar) yait mencari tau atau mengungkapkan kemampuan berfikir yang o Tidak adanya reward yang
lebih dalam dan komperehensif dari pihak yang diberi pertanyaan (siswa). diberikan guru kepada siswa
Keberhasilan mengembangkan kemampuan berfikir yang dilakukan melalui yang mau bertanya
bertanya lanjut banyak dipengaruhi oleh hasil pembelajaran yang dikembangkan o Guru yang kurang ramah
melalui pengggunaan pertanyaan dasar. terhadap siswa
Kemampuan bertanya lanjut sebagai kelanjutan dari bertanya dasar lebih o Guru belum mengembangan
mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berfikir, memperbesar model pembelajaran secara
partisipasi dan mendorong lawan bicara agar lebih aktif dan kritis mengembangkan maksimal
kemampuan berfikirnya.
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2017/07/15/menumbuhkan-keterampilan-
bertanya-bagi-calon-guru/
o Menurut Lubis dalam Prilanita (2017), setidaknya ada tiga alasan mengapa siswa
enggan untuk bertanya, yaitu: ketidak percaya diri siswa, siswa kurang memahami
materi dan guru yang kurang komunikasi. Maka tidak dapat dipungkiri lagi
kemampuan bertanya siswa pun rendah.
o Hasil penelitian Nur Fadhilah Mukhtar (2022) Faktor penyebab kesulitan belajar
keterampilan berbicara antara lain :
Factor Internal Faktor Eksternal
Minat siswa terhadap pembelajaran Guru
Motif/motivasi siswa dalam Hubungan interaksi antara guru
pembelajaran dan murid
Kebiasaan siswa saat pembelajaran Hubungan interaksi antara siswa
Penguasaan komponen kebahasaan dengan siswa
Sikap mental
https://repository.unibos.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1993/2022%20
NUR%20FADHILAH%20MUKHTAR%204517103035.pdf?sequence=1&isAllo
wed=y

Hasil Wawancara

1. Kepala Sekolah ( Ibu Eti Supriati, S.Pd., M.Pd.)


o Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dengan keaktifan
siswa seperti kemampuan untuk bertanya, maupun menanggapi pertanyaan dari
gur.,
o Beberapa faktor yang menjadi penyebab kurangnya partisipasi siswa untuk
membuat pertanyaan dalam pembelajaran, antara lain : 1) siswa benar-benar
tidak paham dengan materi yang diajarkan, 2) takut jika pertanyaan hanya akan
menjadi bahan tertawaan siswa yang lain, 3) turang terlatihnya siswa dalam
bertanya
o Banyak cara yang bisa guru lakukan untuk meningkatkan keterampilan
bertanya siswa. misalnya, meminta siswa membuat list pertanyaan seperti yang
guru saya lakukan.
o Guru juga bisa merangsang siswa untuk bertanya terkait mata pelajaran tanpa
penjelasan terlebih dahulu. Jadi, biarkan rasa ingin tahu siswa berkembang saat
mendengar topik yang akan dibahas
2. Guru ( Ibu Kartika, S.E)
o Bertanya merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh semua orang
termasuk salah satunya peserta didik
o Penyebab siswa tidak mau bertanya dalam kegiatan pembelajaran misalnya
kurangnya motivasi baik dari diri sendiri maupun guru, kurangnya kepercyaan
diri siswa, kurangnya konsentrasi siswa, tidak adanya reward yang diberikan
guru kepada siswa yang mau bertanya
o Untuk memancing dan meningkatkan partisipasi peserta didik dalam proses
belajar mengajar seorang guru harus menunjukkan sikap yang baik saat
mengajukan pertanyaan maupun saat menerima jawaban peserta didik. Semua
itu dapat dilihat peserta didik dari gerak tubuh, intonasi suara, maupun
ekspresi wajah.
3. Pengawas Sekolah (Dede Rahayu, M.Pd)
o Kegiatan bertanya adalah suatu hal yang penting untuk membuka wawasan dan
mencari informasi yang ingin diketahui apalagi dalam kegiatan pembelajaran di
kelas.
o Faktor penyebab kurang aktifnya siswa bertanya diantaranya kehidupan keluarga
dan masyarakat yang tidak membiasakan siswa untuk bertanya, adanya perasaan
sungkan untuk bertanya baik terhadap guru maupun siswa, serta siswa kurang
menguasai materi yang dijadikan bekal untuk bertanya
o Langkah-Langkah Meningkatkan Keterampilan Bertanya
a) Langkah pertama yang dilakukan siswa adalah mengeksplorasi informasi. Bisa
juga eksplorasi informasi dilakukan oleh guru melalui presentasi singkat. Guru
dapat menampilkan video, atau gambar-gambar, atau hal lain yang menarik
yang berkaitan dengan materi pelajaran.
b) Pada langkah kedua, guru memberikan fokus sebagai titik sentral pertanyaan
dan diskusi siswa.
c) Selajutnya, siswa diminta untuk mendiskusikan video yang baru mereka tonton.
Sesekali, guru dapat mengulangi tayangan video tersebut jika diperlukan oleh
siswa. Semua hasil diskusi dalam bentuk pernyataan atau bahkan pertanyaan
ditulis di buku catatan. Diskusi dapat dilakukan antar siswa yang duduk
bersebelahan atau dalam kelompok khusus. Siswa diminta menguraikan dan
mendiskusikan sebanyak yang mereka mampu dan menuliskannya dengan
jelas.
d) berikutnya, guru melatihkan siswa untuk mengembangkan pertanyaan
berdasarkan pernyataan-pernyataan. Keterampilan mereka dapat diasah tentang
bagaimana mengubah redaksi dari pernyataan menjadi kalimat pertanyaan.
e) Pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis ulang dari pernyataan kemudian
diseleksi oleh siswa untuk mendapatkan pertanyaan yang bermutu.
4. Pakar GP ( Wina Dwina Hermayanti, S.Pd)
o Bertanya merupakan cara untuk mengungkapkan rasa ingin tahu terhadap
jawaban yang tidak atau belum diketahui
o Terdapat banyak alasan mengapa siswa malas atau takut bertanya, diantaranya
takut dianggap bodoh, buang-buang energi, khawatir tersinggung, berpikir yang
ditanya tidak paham jawaban, sulit menemukan kata yang cocok dalam kalimat
tanya, tidak diberi kesempatan bertanya serta model pembelajaran yang masuh
belum tepat atau guru belum mengembangkan model pembelajaran dengan
maksimal
o Untuk melatih siswa untuk berani bertanya dapat dilakukan dengan
mengenalkan sebuah fenomena yang menarik, permainan Words in a question,
memulai kelas dengan bertanya, bemberikan stimulus siswa untuk bertanya
dengan memberikan reward/penghargaan.
5 Siswa cenderung pasif Kajian Literatur Berdasarkan hasil kajian literature,
ketika presentasi hasil o Menurut (Achmad, 2012) murid yang pasif memiliki kemampuan yang hebat, namun wawancara dan observasi yang telah
diskusi kelompok mereka malu untuk mengutarakan apa yang ada di dalam pikiran mereka, murid yang dilakukan, terdapat beberapa factor
pasif tidak percaya diri, apalagi saat pendapat mereka disanggah dan menjadi bahan yang menjadi fator penyebab
ejekan oleh teman kelas atau teman sebaya mereka. pembelajaran pasif yaitu :
o Penjelasan terkait individu yang pasif dikatakan oleh Nuha (Hidayah, 2016: 18-19) o Kemampuan berkomunikasi
bahwa, individu yang pasif akan membiarkan orang lain menentukan apa yang harus yang dimiliki siswa kurang
dilakukan dan sering kali berakhir dengan perasaan cemas, kecewa terhadap diri baik
sendiri, dan bahkan kemungkinan akan berakhir dengan kemarahan dan perasaan o Kurangnya keterampilan
tersinggung. siswa dalam berbicara dan
o Terdapat beberapa karakteristik perilaku siswa pasif menurut Ibid (Hidayah, 2016: bertanya
21), yaitu: (1) anak terlihat lamban dalam merespon stimulus; (2) pendiam; (3) acuh o Kurangnya motivasi belajar
tak acuh dan mengabaikan; (4) sering merasa cemas dan gugup menghadapi orang; siswa
(5) cenderung pemalu, sukar bergaul, dan menyendiri. o Guru yang cara
o Terkait penjelasan tentang karakteristik siswa pasif, maka Mazzei (Munk & mengajarnya membuat
Agregaard, 2018: 5) membagi 5 tipe pasif pada siswa, yaitu: 1) Sikap pasif yang siswa merasa jenuh
sopan terjadi ketika takut menyinggung orang lain. 2) Pasif yang istimewa, ketika o Kurangnya kedekatan guru
enggan mengakui atau mengakui hak istimewa diri sendiri. 3) Pasif terselubung, terhadap siswa
ketika menyamarkan apa atau siapa mereka. 4) Pasif yang disengaja, ketika orang o Tidak ada suasana
memilih untuk tidak berbicara karena mereka tidak yakin apa reaksi atau sanksi yang persaingan antar murid.
dapat diprovokasi. 5) Pasif yang tidak dapat dipahami, mempunyai tujuan tetapi tidak o Siswa yang kurang percaya
dapat dilihat atau dimengerti, dan tetap tidak dapat dimengerti oleh peneliti. diri
o Kemampuan berkomunikasi yang dimiliki siswa kurang baik Menurut Erman Anom o Ketidakcocokan model
(2005: 28), komunikasi merupakan dasar dari seluruk interaksi antar manusia. Karena pembelajaran yang
tanpa komunikasi interaksi antar umat manusia, baik secara perorangan, kelompok digunakan dengan karakter
maupun organisasi tidak mungkin terjadi. Sebagian interaksi manusia berlangsung siswa maupun dengan
dalam situasi komunikasi antar pribadi. materi yang diajarkan
o Menurut Suryosubroto (2009:147) “komunikasi dalam pembelajaran adalah o Kurang menariknya model
hubungan timbal balik antara guru (pendidik) dan peserta didik (murid), dalam suatu pembelajaran yang
sistem pengajaran”. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi diterapkan guru
adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah
berkomunikasi dengan lingkungannya.
o Menurut William I. Gorden (dalam Ami Purnamawati, 2010: 197), kemampuan
berkomunikasi secara efektif merupakan kemampuan dalam menukarkan ide atau
gagasan dan pesan terhadap orang lain secara efektif sehingga akan membuat
pendengar mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat yang ditunjukkan
kepada orang lain), membuat pendengar memahami yang didengar atau lihat,
membuat pendengar menyetujui yang telah mereka dengar (atau tidak menyetujui apa
yang dikatakan, tetapi dengan pemahaman yang benar), membuat pendengar
mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud pengirim dan maksud pengirim bisa
diterima, dan memperoleh umpan balik dari pendengar. Sehingga orang tersebut
mampu membangun Konsep Diri (Establishing SelfConcept), eksistensi diri (Self
Existence), kelangsungan hidup (Live Continuity), memperoleh kebahagiaan
(Obtaining Happiness), dan terhindar dari tekanan dan ketegangan
o Suryosubroto (2002:71) menjelaskan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran
tampak dalam kegiatan: 1) Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan
penuh keyakinan. 2) Mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana
memperoleh situasi pengetahuan. 3) Merasakan sendiri bagaimanan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru kepadanya. 4) Belajar dalam kelompok. 5) Mencobakan sendiri
konsep-konsep tertentu. 6) Mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan, dan
penghayatan nilainilai secara lisan atau penelitian.
https://eprints.uny.ac.id/39851/1/ROMADI%20PRIWIJAYA%20UTOMI%200950
4244020.pdf

Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah ( Ibu Eti Supriati, S.Pd., M.Pd.)
o Siswa yang pasif adalah siswa yang memiliki sikap diam, pasrah terhadap apa
yang terjadi.
o Penyebab siswa pasif diantaranya : 1) Kurangnya motivasi 2) Guru yang cara
mengajarnya membuat siswa merasa jenuh 3) Kurangnya kedekatan guru
terhadap siswa Tidak ada suasana persaingan antar murid.
o Untuk memancing siswa supaya aktif dan terlibat dalam pembelajaran
diperlukan strategi, metode, dan cara khusus seperti dengan cara melakukan
banyak kegiatan praktik atau membuat proyek tertentu, diskusi kelompok,
memberikan pertanyaan yang hots, serta memberikan apresiasi atau reward
kepada siswa yang aktif di kelas.
2. Guru ( Ibu Kartika, S.E)
o Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar di kelas dapat dilihat dari
tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran
o Faktor penyebab siswa pasif diantaranya siswa yang kurang percaya diri
sehingga siswa cenderung memilih diam dariapada berbicara, tidak akrab
dengan guru sehingga siswa segan untuk bertanya, lingkungan yang kurang
nyaman juga dapat menyebabkan ketidakaktifan siswa dalam belajar. Seperti
halnya siswa tidak nyaman atau mempunyai masalah dengan teman
sekelasnya pasti siswa tidak akan konsen dalam belajar.
o Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan
belajar siswa dalam mata pelajaran yaitu dengan meningkatkan minat siswa,
membangkitkan motivasi siswa, serta menggunakan media dalam
pembelajaran.
3. Pengawas Sekolah ( Bapak Dede Rahayu, M.Pd)
o Rendahnya kemampuan siswa untuk aktif belajar yang mengakibatkan rendah
pula prestasi yang diperolehnya. Dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya
keaktifan siswa, karena dalam pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya peserta didik terlibat secara aktif, baik secara
fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran.
o Salah satu penyebab umum siswa kurang aktif adalah ketidakcocokan model
pembelajaran yang digunakan. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang
berbeda, dan menggunakan pendekatan yang tidak sesuai dengan gaya belajar
siswa dapat membuat mereka kehilangan minat dan motivasi. Oleh karena itu,
penting bagi pendidik untuk mengidentifikasi gaya belajar siswa dan
menyesuaikan metode pembelajaran agar lebih menarik dan relevan bagi
mereka.
o Solusi yang dapat ditempuh untuk mengatasi siswa pasif adalah dengan
mengubah cara mengajar guru, terutama pada penerapan metode yang lebih
tepat, lebih menarik, dan menyenangkan, sehingga siswa mampu belajar
degan baik.
4. Pakar Guru Pengajar Praktik Angkatan 8 ( Ibu Wina Dwina Hermayanti, S.Pd)
o Dalam proses pembelajaran guru merupakan tumpuan utama bagi seluruh
siswanya, maka guru harus mampu merancang model pembelajaran yang
sesuai dengan materi ajar akan disampaikan dengan seksama agar dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa.
o Faktor penyebab kurang aktifnya siswa di kelas dapat terjadi karena kurang
menariknya model ajar yang diterapkan guru, siswa tidak memahami materi
dan tujuan pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan guru tidak
menarik, motivasi belajar siswa rendah serta guru kurang menguasai kelas
o Untuk meningkatkan partisipasi siswa di kelas dapat dilakukan dengan
menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
seperti diskusi, role playing, membuat proyek dan sebagainya yang memiliki
karakteristik sebagai berikut: Student-centered (Berpusat pada siswa), Joyfull
learning (Belajar yang menyenangkan), Competency-based learning (Belajar
yang berorientasi pada tercapainya kemampuan tertentu), Mastery
learning (Belajar secara tuntas), Continuous learning (Belajar secara
berkesinambungan)

6 Kurang optimalnya guru Kajian Literatur Berdasarkan kajian literature, hasil


dalam penggunaan media wawancara dan observasi di sekolah
pembelajaran berbasis o Menurut Aditama, et, al., (2020) menjelaskan bahwa TPACK adalah sebuah dapat disimpulkan bahwa kurang
TPACK pengetahuan yang bersifat baru yang harus dikuasai oleh guru untuk dapat optimalnya guru dalam penggunaan
melakukan integrasi antara teknologi di dalam kegiatan pembelajaran. media pembelajaran berbasis
o Menurut Mishra dan Koehler (dalam Busono, 2019) TPACK adalah sebuah bentuk TPACK dikarenakan :
kerangka kerja untuk dapat mengkolaborasikan sebuah teknologi didalam kegiatan 1. Kurangnya pengetahuan guru
pembelajaran. Sedangkan menurut Pulungtana (2020) menjelaskan bahwasannya terhadap media TPACK
TPACK merupakan sebuah alat atau media untuk membantu meningkatkan 2. Tidak adanya tuntutan dari
kemampuan seorang guru dalam menguasai sebuah teknologi didalam proses sekolah untuk
pembelajaran. menyelenggarakan
o Menurut Jalinus (2016) Menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar pembelajaran berbasis
mengajar merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efektivitas serta TPACK
kualitas dari proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas 3. Guru belum terbiasa
hasil belajar peserta didik. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang menggunakan media IT
menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk menyampaikan isi dalam pembelajaran di kelas
materi ajar dari sumber pembelajaran ke peserta didik (individu atau kelompok), 4. Pengetahuan dan
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat pembelajar keterampilan guru yang
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran (di dalam/ di luar kelas) menjadi masih kurang dalam
lebih efektif menggunakan media IT pada
https://digilib.unila.ac.id/59948/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAH kegiatan pembelajaran
ASAN.pdf 5. Sarana prasarana sekolah
o Menurut Arsyad (2011), media pembelajaran memiliki tujuh ciri-ciri umum, yakni yang kurang mendukung
sebagai berikut : a. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik atau berupa terselenggaranya
hardware (perangkat keras), yang mana memiliki pengertian bahwa media pembelajaran berbasis
pembelajaran adalah suatu benda yang dapat dilihat, diraba serta didengar melalui TPACK
pancaindra. b. Media pembelajaran memiliki pengertian non fisik atau berupa
sotfware (perangkat lunak), yang mana memiliki pengertian bahwa media
pembelajaran adalah suatu pesan informasi yang ada pada hardware yang
merupakan isi yang akan di sampaikan guru kepada peserta didik. c. Media
pembelajaran ditekankan pada ranah visual dan audio. d. Media pembelajaran
diartikan sebagai alatan bantu pada kegiatan pembelajaran baik didalam kelas
maupun diluar kelas. e. Media pembelajaran digunakan dengan tujuan adanya
komunikasi serta interaksi antara guru dan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. f. Media pembelajaran merupakan sebuah sikap, perbuatan, stretegi
serta manajemen yang berkaitan erat dengan suatu ilmu. g. Media pembelajaran
dapat dipakai secara massal, kelompok besar dan kecil serta juga individu. Media
pembelajaran berbasis TPACK (Technological, Pedagogical and Content
Knowledge) telah memenuhi kriteria dari ciri-ciri yang telah dijelaskan diatas.
https://digilib.unila.ac.id/59948/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAH
ASAN.pdf
o Koehler dan Mishra dalam Busono (2019) merumuskan TPACK ke dalam tujuh
unsur. Unsur tersebut biasa disebut sebagai tujuh domain pengetahuan seperti
berikut ini.
1. Pedagogical knowledge (PK). PK berisi pengetahuan yang harus dikuasai
guru dalam pembelajaran, misalnya metode mengajar, pengelolaan kelas,
merencanakan pembelajaran, penilaian kegiatan siswa, dan sebagainya.
Bapak/Ibu biasa mengenal PK dengan istilah pengetahuan pedagogik.
2. Content knowledge (CK). Jika PK terkait serangkaian proses yang harus
dikuasai guru dalam pembelajaran, maka CK terkait dengan substansi materi
yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran. Penguasaan materi seorang
pendidik akan berpengaruh pada pemahaman peserta didik pada materi yang
diajarkan.
3. Technology knowledge (TK). TK merupakan pengetahuan tentang pentingnya
integrasi teknologi dalam pembelajaran. Teknologi bisa dimanfaatkan dalam
proses komunikasi, pengolahan data peserta didik, serta penunjang
produktivitas guru.
4. Pedagogical content knowledge (PCK). PCK lebih fokus pada proses
pembelajaran yang nantinya akan dipilih guru pada materi yang sedang
diajarkan. PCK memuat pemilihan metode mengajar, rencana pembelajaran,
sampai fasilitas pendukung pembelajaran.
5. Technological content knowledge (TCK). TCK merupakan pengetahuan
tentang pengaruh teknologi pada suatu disiplin ilmu pengetahuan. Artinya,
seberapa besar pengaruh teknologi pada perkembangan suatu disiplin ilmu
pengetahuan.
6. Technological pedagogical knowledge (TPK). TPK merupakan pengetahuan
yang memuat hubungan antara teknologi dan proses pembelajaran. Melalui
TPK inilah guru bisa memahami kelebihan serta kekurangan teknologi dalam
pembelajaran untuk kemudian dijadikan bahan evaluasi.
7. Technological pedagogical content knowledge (TPACK). TPACK
merupakan integrasi antara ketiga komponen, yaitu teknologi, pedagogik, dan
konten pembelajaran. Di era serba teknologi seperti sekarang ini, guru dituntut
untuk mahir dalam mengintegrasikan ketiganya. Terlebih lagi, sudah banyak
bermunculan platform penunjang pembelajaran (e-learning), salah satunya
Quipper Video.
o Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pemanfaatan TPACK dalam
pembelajaran :
1. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Dosen FTIK IAIN Lhokseumawe Said
Alwi (2017) guru kurang mengetahui dan memahami penerapan media
pembelajaran dalam kegiatan belajar siswa
2. Hasil penelitian Sri Lestari (2015) Kendala pemanfaatan TIK oleh guru
adalah: tidak adanya akses, tidak adaanya sarana TIK, pembelajaran tidak
mengintegrasikan TIK, guru tidak memiliki pengetahuan tentang TIK, dan
tidak adanya kemauan guru untuk memanfaatkan TIK.

Hasil Wawancara
1. Kepala Sekolah ( Ibu Eti Supriati, S.Pd., M.Pd.)
o TPACK merupakan pengetahuan yang diperlukan untuk mengintegrasikan
teknologi dalam pembelajaran
o Kendala pemanfaatan media pembelajaran oleh guru adalah: tidak adanya
akses internet, tidak adanya sarana TIK, pembelajaran tidak mengintegrasikan
TIK, guru tidak memiliki pengetahuan tentang TIK, dan tidak adanya kemauan
guru untuk memanfaatkan TIK.
2. Guru ( Ibu Kartika, S.E)
o kendala guru memanfaatkan IT dikarenakan kurangnya pengetahuan guru
tentang media IT Arus listrik dan wifi di sekolah tidak normal serta tidak
adanya kewajiban dari pihak sekolah agar guru mengajar menggunakan IT.
o sekolah mengadakan sosialisasi sekaligus pelatihan penggunaan media IT
untuk menunjang pembelajaran berbasis TPACK di sekolah
3. Pengawas Sekolah ( Bapak Dede Rahayu, M.Pd)
o TPACK penting diterapkan dalam pembelajaran karena pendekatan ini
diharapkan mampu memberikan arahan baru bagi pendidik tentang
bagaimana menerapkan teknologi di dalam pembelajaran, sehingga
kegiatan pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan efisien.
o Guru belum terbiasa menggunakan pembelajaran yang berbasis TPACK
o Pengetahuan atau keterampilan guru dalam mengelola media teknologi
menjadi media pembelajaran masih kurang mumpuni
o Menyediakan sarana yang lengkap serta pelatihan bagi guru dalam
penggunaan media belajar yang berbasis TPACK dapat menjadi solusi yang
dilakukan sekolah
4. Pakar Guru pengajar praktik angkatan 8 ( Ibu Wina Dwina Hermayanti, S.Pd)
o Pemanfaatan Media Teknologi Informasi dalam kegiatan
pembelajaran memberikan pengaruh terhadap pencapaian proses pembelajaran
yang memberikan rangsangan untuk dapat meningkatkan semangat serta
motivasi bagi siswa dalam memahami pelajaran.
o Kurangnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam menggunakan media
pembelajaran serta sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai
menjadi salah satu factor penyebab kurang optimalnya guru dalam menerapkan
TPACK dalam pembelajran
o Solusi dalam mengatasi permasalahan media pembelajaran adalah dengan
melakukan pelatihan kepada pendidik dalam meningkatan manajeman
pemanfaatan media pembelajaran, mengkomunikasikan rencana
pemanfaatan media pembelajaran kepada peserta didik, guru harus kreatif dan
inovasi dalam keterbatasan media pembelajaran.

Dokumentasi Wawancara

Anda mungkin juga menyukai