Anda di halaman 1dari 5

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Masalah yang
No Analisis eksplorasi penyebab
telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
. masalah
diidentifikasi
1 Motivasi belajar Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel: Setelah dianalisis penyebab
masih rendah 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa kurang termotivasi
kususnya dalam belajar adalah: cita-cita atau aspirasi siswa, dalam pembelajaran adalah:
materi Limit kondisi jasmani dan rohani siswa, kondisi 1. Faktor intrinsik: Kondisi
Trigonometri. lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis awal siswa minat dan
belajar, dan upaya guru membelajarkan tujuan siswa datang
siswa (Sudaryono, 2012). kekelas.
2. Sudirman (2011:85) menjelaskan ada tiga 2. Faktor Ekstrinsik
fungsi motivasi yaitu, mendorong manusia 1. Keluarga
untuk berbuat, menentukan arah Kondisi keluaga, ada
perbuatan dan menyeleksi perbuatan. permasalahan dengan
3. Putri Aulia (2020) faktor-faktor yang keluarga kurangnya
mempengaruhi motivasi belajar: perhatian dan
a. Faktor intrinsik (minat, ekspektasi atau kurangnya kasih
nilai, tujuan) sayang dari orang tua.
b. Faktor Ekstrinsik (keluarga, lingkungan 2. Lingkungan Sekolah
sekolah) Lingkungan belajar
Wawancara dengan teman guru sejawat : mulai dari segi waktu
1. Guru belum memanfaatkan media sebagai belajar, siswa lebih
salah satu cara yang mungkin dapat semangat untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta belajar matematika di
didik. Pagi hari dibanding
2. Guru dalam menjelaskan materi masih siang hari, peran guru
monoton belum mencoba menciptakan sangatlah penting
kompetisi atau persaingan yang terjadi dalam memahami
selama pembelajaran. Karena kondisi siswa, agar
dimungkinkan dalam kompetisi, mereka siswa siap menerima
akan saling membuktikan bahwa merespon
merekalah yang terbaik. Agar menjadi yang pembelajaran yang
terbaik, siswa dituntut untuk terus belajar. akan guru berikan.
Kondisi inilah yang nantinya bisa 3. Guru belum
meningkatkan motivasi belajar siswa. memberikan suasana
3. Guru dalam menjelaskan materi masih pembelajaran yang
kaku belum memberikan Pujian yang berbeda mungkin
merupakan ucapan yang bisa memberikan dengan metode
sentuhan positif secara verbal. pembelajaran yang
4. Seorang guru harus mengetahui kondisi berbeda atau dengan
siswa, waktu pagi dan siang. Tindakan tempat yang berbeda.
kelas yang dilakukan harus berbeda. 4. Guru belum dapat
5. Kesadaran siswa dan orangtua terhadap mengkaitkan materi
pentingnya belajar matematika masih ajar yang diberikan
kurang. kepada siswa terhadap
6. Faktor ekonomi, untuk pendapatan musik atau game
perekenomian didaerah kami tergolong untuk memicu gerak
masih rendah. Dampaknya minat untuk aktif siswa
siswa lanjut ke PG rendah, terbukti dari
300 siswa hanya 10 siswa.

2 Dalam hal Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel: Setelah dianalisis lebih lanjut
Numerasi, 1. Yuli, dkk. (2018) mengatakan kemampuan penyebab kemampuan dasar
Kemampuan dasar matematika siswa rendah karena matematis siswa rendah:
dasar pembelajaran yang diberikan masih 1. Pembelajaran di kelas
matematika berbasis teacher center. masih belum melibatkan
siswa rendah. 2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kaeaktifan peserta didik,
kemampuan berasal dari kata mampu yang 2. Rasa percaya diri siswa
artinya bisa atau sanggup melakukan kurang sehingga
sesuatu. Kemampuan berarti membatasi siswa untuk
kesanggupan/ kecakapan/kekuatan untuk meningkatkan kemampuan
melakukan sesuatu. Setiap siswa memiliki dasar matematika
ide–ide atau pengetahuan yang berlainan, 3. Peserta didik
dari pengetahuan yang sangat elementer membutuhkan bimbingan
sampai kepada yang tinggi, dan luasnya secara khusus untuk
jenis pengetahuan yang dimilikinya dan meningkatkan kemampuan
berlainan. Demikian pula kemampuan dasar matematis siswa.
dasar seseorang dalam menguasai
pelajaran Matematika berlainan. Tinggi
rendahnya hasil belajar pelajaran
Matematika mencerminkan pula tinggi
rendahnya kemampuan dasar pada
pelajaran Matematika.
3. Menurut Slameto (2009: 198), kemampuan
dasar yang dimiliki oleh siswa sebelum
memulai pelajaran baru, mempunyai
pengaruh pada kemampuan siswa untuk
memahami materi pelajaran yang akan
dihadapinya. Hal ini terjadi jika antara
kemampuan dasar dan materi pelajaran
baru menunjukkan adanya relevansi,
terutama kalau pengetahuan awal tersebut
merupakan pengetahuan persyaratan
pelajaran berikutnya.
Sumber Wawancara kepada siswa dan teman
guru sejawat:
1. Peserta didik menyebutkan pelajaran
matematika pelajaran yang tidak disukai.
2. Guru belum menjadi figur yang
menyenangkan bagi siswa.
3. Adanya learning loss, sehingga banyak
materi yang belum tersampaikan ke siswa
sehingga ketika siswa sdah naik kelas,
untuk materi prasarat belum terpenuhi
4. Kurang percaya dirinya siswa dalam
mengerjakan soal-soal latihan, siswa tidak
ada keinginan untuk mencoba mengerjakan
soal mereka lebih cenderung menunggu
temannya yang pintar selesai mengerjakan.
Sehingga matematika dasar siswa sulit
berkembang.
5. Kesadaran siswa terkait kemampuan dasar
matematika tentang hitung dasar -/+ masih
kurang.
6. Kesadaran orang tua tentang masalah anak
masih kurang.

3 Dalam hal Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel: Setelah dianalisis lebih lanjut
literasi, 1. National Institute for Literacy, penyebab kurangnya literasi
kurangnya mendefinisikan Literasi sebagai siswa dalam memahami
siswa dalam “kemampuan individu untuk membaca, konteks isi bacaan dalam
memahami menulis, berbicara, menghitung dan menyelesaikan masalah soal
konteks isi memecahkan masalah pada tingkat keahlian cerita adalah :
bacaan dalam yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga 1. Budaya literasi siswa
menyelesaikan dan masyarakat.” Definisi ini memaknai masih kurang, siswa lebih
masalah soal Literasi dari perspektif yang lebih suka menonton video
cerita. kontekstual. Dari definisi ini terkandung dibanding membaca.
makna bahwa definisi Literasi tergantung 2. Siswa enggan mengexplore
pada keterampilan yang dibutuhkan dalam dan memahami suatu
lingkungan tertentu. permasalahan dan lebih
2. Menurut de Lange (Ronda, 2011), literasi suka menunggu atau
matematika adalah keaksaraan menyeluruh mendengarkan penjelasan
yang meliputi berhitung, kesadaran dari guru.
terhadap literasi kuantitatif dan literasi 3. Ketika siswa menyalin
spasial. jawaban dari internet siswa
3. Literasi matematis adalah salah satu enggan untuk memahami
kemampuan kognitif yang penting dikuasai langkah maupun cara
siswa. Literasi matematis merupakan pengerjaannya, jadi hanya
kemampuan matematika yang asal tulis.
komprehensif, menyangkut kemampuan 4. Guru belum maksimal
merumuskan, menerapkan, dalam meberikan
menginterpretasikan matematika dalam keanekaragaman soal.
berbagai konteks; menalar; dan 5. Guru belum optimal dalam
menghubungkan matematika dengan membimbing mendampingi
kehidupan sehari-hari (the Organization for serta mengarahkan siswa
Economic Cooperation and Development dalam memahami
(OECD), 2013). penyelesaian masalah.

Sumber Wawancara kepada siswa dan teman


guru sejawat:
1. Siswa jarang diberikan keanegaramaan soal-
soal bacaan
2. Siswa hanya diminta mengerjakan soal
tanpa dijelaskan penyelesaian masalahnya,
setahu guru sudah selesai mengerjakan,
materi langsung dilanjutkan.
3. Ketergantungan terhadap hp, siswa ketika
diberi PR bisa dikerjakan(menyalin dari
internet) ketika diminta menjelaskan apa
yang dikerjakan tidak paham.
4. Guru belum maksimal dalam membimbing
siswa kususnya dalma menyelesaikan soal-
soal bacaan
5. Guru masih kurang memperhatikan
pemahaman siswa dan hanya mengejar
selesainya materi
6. Budaya literasi disekolah belum berjalan
secara maksimal.
7. Guru kurang mencintai pekerjaan sebagai
guru, jadi belum memiliki sikap empati
terhadap permasalahan belajar siswa.

4 Penguasan guru Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel: Setelah dianalisis lebih lanjut
terhadap model 1. Model pembelajaran merupakan kerangka penyebab Penguasan guru
pembelajaran konseptual yang melukiskan prosedur yang terhadap model pembelajaran
masih terbatas sistematis dalam mengorganisasikan masih terbatas dan belum
dan belum pengalaman belajar untuk mencapai tujuan maksimal dalam memilih
maksimal dalam belajar tertentu dan berfungsi sebagai model pembelajaran adalah:
memilih model pedoman bagi perancang pembelajaran dan 1. Siswa lebih paham jika
pembelajaran para guru dalam merencanakan dan dijelaskan secara langsung
yang tepat melaksanakan aktivitas belajar-mengajar dibandingkan
(Suyanto dan Jihad, 2013: 134). pembelajaran secara
2. Suprihatiningrum (2013, hlm. 145) yang kelompok.
menyatakan bahwa model pembelajaran 2. Guru lebih suka
adalah kerangka konseptual yang menjelaskan secara
melukiskan prosedur pembelajaran dengan langsung daripada
sistematis untuk mengelola pengalaman memakai model
belajar siswa agar tujuan belajar tertentu pembelajaran
yang diinginkan bisa tercapai. 3. Guru belum bisa
3. Joyce & Weil dalam Rusman (2018, hlm. menentukan ketepatan
144) berpendapat bahwa model dari model pembelajan
pembelajaran adalah suatu rencana atau yang sesuai dengan
pola yang bahkan dapat digunakan untuk karakteristik siswa.
membentuk kurikulum (rencana 4. Guru kurang mendapatkan
pembelajaran jangka panjang), merancang pelatihan mengenai
bahan-bahan pembelajaran, dan pemanfaatan model-model
membimbing pembelajaran di kelas atau pembelajaran inovatif
lingkungan belajar lain. berdasarkan karakteristik

Sumber Wawancara kepada siswa dan teman


guru sejawat:
1. Siswa lebih paham jika dijelaskan secara
langsung dibandingkan pembelajaran
secara kelompok.
2. Guru lebih suka menjelaskan secara
langsung daripada memakai model
pembelajaran.
3. Pengetahuan guru terhadap model
pembelajaran yang inovatif harus
ditambahkan.
4. Guru masih relatif kurang brekreatifitas
dalam mengelola kelas supaya kelas lebih
hidup dan lebih nyaman harus diterapkan.
5. Ada anggapan dari guru jika pembelajaran
dibuat model-model akan membuat siswa
jauh tidak paham dengan materi
pembelajaran.
5 Pembelajaran di Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel: Setelah dianalisis lebih lanjut
kelas belum 1. Krathwohl (2002) dalam A revision of penyebab pembelajaran di
berbasis HOTS Bloom’s Taxonomy, yang menyatakan kelas belum berbasis HOTS:
bahwa indikator untuk mengukur 1. Kemampuan dasar
kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika terhadap
meliputi: penjumlahan, pengurangan
a. menganalisis (C4) yaitu kemampuan bilangan bulat dan
memisahkan konsep ke dalam pecahan siswa masih
beberapa komponen dan rendah.
menghubungkan satu sama lain untuk 2. Cara mengajar guru yang
memperoleh pemahaman atas konsep tidak mudah dimengerti
secara utuh, baik itu dari penggunaan
b. mengevaluasi (C5) yaitu kemampua istilah yang masih sulit
menetapkan derajat sesuatu dipahami, penyampaian
berdasarkan norma, kriteria atau materi yang terkadang
patokan tertentu, dan tidak terlalu jelas maupun
c. mencipta (C6) yaitu kemampuan dikarenakan terlalu cepat
memadukan unsur-unsur menjadi dalam menjelaskan
sesuatu bentuk baru yang utuh dan sehingga menyebabkan
luas, atau membuat sesuatu yang siswa kesulitan dalam
orisinil. memahami materi yang
2. Menurut Resnick (dalam Ayuningtyas & dipelajari.
Rahaju, 2017) karakteristik atau ciri dari 3. Siswa banyak yang tidak
HOTS adalah sebagai berikut. memperhatikan saat
a. Berpikir tingkat tinggi bersifat guru mengajar di kelas.
nonalgoritmik, yang berarti jalan Bahkan ada diantara
menuju tindakan tidak dapat siswa yang mengantuk,
sepenuhnya ditentukan terlebih dan mengobrol
dahulu (tidak dapat dirumuskan sehingga materi yang
terlebih dahulu). diajarkan oleh guru tidak
b. Berpikir tingkat tinggi cenderung rumit bisa mereka terima.
atau kompleks. 4. Guru belum dapat
c. Berpikir tingkat tinggi sering mengelola kelas dengan
menghasilkan multi solusi, setiap dan memandu siswa untuk
solusi lebih ke memiliki kelebihan dan berlatih mengerjakan soal-
kekurangannya, bukan solusi yang soal HOTS
berbeda-beda.
d. Berpikir tingkat tinggi melibatkan
penilaian dan interpretasi yang
bervariasi.
e. Berpikir tingkat tinggi itu
membutuhkan usaha keras. Terdapat
banyak pekerjaan mental yang terlibat
dalam jenis elaborasi dan penilaian
yang diperlukan.

Sumber Wawancara kepada siswa dan teman


guru sejawat:
1. Kemampuan dasar matematika terhadap
penjumlahan, pengurangan bilangan bulat
dan pecahan siswa masih rendah.
2. Cara mengajar guru yang tidak mudah
dimengerti baik itu dari penggunaan istilah
yang masih sulit dipahami, penyampaian
materi yang terkadang tidak terlalu jelas
maupun dikarenakan terlalu cepat dalam
menjelaskan sehingga menyebabkan siswa
kesulitan dalam memahami materi yang
dipelajari.
3. Guru menganggap soal yang
sederhana/LOTS saja susah dikerjakan
apalagi diberikan soal HOTS.
4. Guru belum begitu memahami konsep soal
HOTS.
5. Guru belum cakap dalam menyelesaikan
contoh-contoh soal HOTS
6. Guru belum bisa memacu siswa untuk
mau atau termotivasi dalam mengerjakan
soal-soal HOTS.
6 Guru masih Sumber Kajian Literatur Jurnal/artikel: Setelah dianalisis lebih lanjut
belum 1. Anitah (2008) menuturkan bahwa penyebab belum optimalnya
mengoptimalkan pemakaian media dalam proses pemanfaatan teknologi
pemanfaatan pembelajaran dapat memperjelas informasi (TIK) dalam
teknologi penyampaian pesan dan informasi, pembelajaran:
informasi (TIK) sehingga dapat memperlancar dan 1. Rendahnya kemampuan
dalam meningkatkan proses dan hasil belajar, guru dalam menggunakan
pembelajaran meningkatkan dan mengarahkan teknologi dalam proses
perhatian siswa sehingga dapat pembelajaran belum
menimbulkan motivasi belajar. menguasai berbagai
2. Menurut (Waldopo, 2014) Teknologi platform pembelajaran
informasi dan komunikasi (TIK) diyakini sebagai media lain yang
memberikan kontribusi positif dalam menjadi pendukung
meningkatkan kualitas pembelajaran, baik proses pembelajaran.
proses maupun hasil. Sejumlah 2. Guru lebih suka
pengalaman dan penelitian telah menjelaskan secara
membuktikan hal tersebut. Pemanfaatan langsung/ceramah dari
TIK dapat memberikan pengaruh positif pada memakai model
dalam meningkatkan hasil ujian akhir pembelajaran berbasis TIK.
3. Faktor usia guru yang
Sumber Wawancara kepada siswa dan teman sudah senior/tua, sehingga
guru sejawat: lemah dalam penguasaan
1. Siswa lebih paham jika dijelaskan secara teknologi dan kreatifitas
langsung dibandingkan pembelajaran dalam inovasi
secara diskusi kelompok yang berbasis IT pembelajaran.
2. Guru lebih suka menjelaskan secara
langsung/ceramah daripada memakai
model pembelajaran berbasis TIK.
3. Guru sudah memanfaatkan kuis berbasis
android(quizzy), tetapi belum maksimal
dalam mengakomodir pemahaman siswa.
4. Terbatasnya kemampuan guru dalam
penggunaan TIK dalam proses
pembelajaran matematika
5. Guru masih belum banyak mengenali
pembelajaran berbasis teknologi dan
inovasi.

Anda mungkin juga menyukai