Anda di halaman 1dari 9

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah Kajian literatur


Nama : ANDRY RAHARJA

Masalah yang
Analisis eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi
1 Pedagogik: Hasil Kajian literatur: Berdasarkan kajian
Sebagian siswa 1. Fauzan, G. A., Aripin, U. (2019). literatur dan
belum percaya Menyatakan kurangnya percaya diri wawancara penyebab
diri menjawab disebabkan oleh beberapa faktor, baik sebagian siswa belum
pertanyaan itu karena kekurangan fisik, mental, percaya diri menjawab
dalam bahkan individu yang tidak memiliki pertanyaan dalam
pelajaran PKn suatu hambatan pun mengalami pelajaran PKn materi
materi rendahnya rasa percaya diri. pengamalan Pancasila
pengamalan kelas III, adalah:
Pancasila kelas 2. Riyadi, A. (2019). Menyatakan bahwa 1. Siswa tidak yakin
III faktor penyebab kurang percaya diri akan kemampuan
adalah pernah mendapatkan model diri sendiri
peran negatif, hubungan dengan 2. Metode
keluarga yang terlalu dimanja, tidak pembelajaran guru
merasa nyaman saat di sekolah, tidak kurang interaktif
yakin dengan kemampuan pribadi. 3. Siswa kurang
dilatih berbicara
3. Widyaningrum, A., Hasanah, E. dan berpendapat
(2021). Menyatakan bahwa hambatan dalam
utama yang dihadapi guru dalam pembelajaran
pengelolaan kelas untuk
menumbuhkan rasa percaya diri siswa
SD adalah kurangnya kreativitas dan
inovasi guru dalam melangsungkan
proses pembelajaran, sehingga siswa
sering merasa bosan dengan suasana
kelas yang monoton. Hambatan yang
kedua yaitu strategi dan metode
pembelajaran guru dalam mengajar
yang kurang interaktif, sehingga tidak
memantik diskusi siswa ketika
pembelajaran berlangsung. Pada
akhirnya tidak ada hubungan timbal
balik antara guru dengan siswa dan
siswa terbiasa diam tanpa berlatih
berbicara dan berpendapat.

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah


SDN Haurkuning (Mulyadi, S.Pd)
Yang menyebabkan siswa kurang
percaya diri dalam pembelajaran:
1. Faktor internal siswa diantara:
kemampuan, fisik, dan mental
2. Siswa tidak menguasai materi
pelajaran
3. Metode pembelajaran yang
digunakan kurang interaktif,
sehingga siswa kebanyakan pasif
4. Siswa kurang dilatih untuk
berbicara di depan kelas atau
menyampaikan pendapat saat
pembelajaran
2 Rendahnya Hasil Kajian literatur: Berdasarkan kajian
berpikir kritis 1. Mahariyanti E., dkk. (2021). literatur dan
siswa dalam Menyatakan bahwa kesulitan guru wawancara penyebab
pelajaran dalam mengajarkan keterampilan rendahnya berpikir
matematika berpikir kritis yaitu: kritis siswa dalam
materi keliling a. Guru merasa kesulitan dalam pelajaran matematika
bangun datar mengatasi perbedaan kemampuan materi keliling bangun
kelas III siswa datar kelas III, adalah:
b. Guru kurang mampu menentukan 1. Metode
metode dan model pembelajaran pembelajaran Guru
yang tepat, belum
c. Kurangnya pemahaman guru membiasakan
tentang pengembangan siswa untuk
kemampuan berpikir tingkat berpikir kritis
tinggi. 2. Guru kurang
d. Guru kurang mampu memberikan soal-
menyesuaikan soal dengan kata soal hots
kerja operasional yang terdapat 3. Kemampuan siswa
dalam indikator pembelajaran kurang dalam
e. Guru belum mampu mengatasi pemahaman
siswa yang memiliki cara berbeda konsep dan
dalam menunjukkan kemampuan pemecahan
berpikirnya. masalah
4. Kemampuan materi
2. Purnaningsih, I., & Zulkarnaen, R. dasar siswa masih
(2022). Menyatakan bahwa kesulitan rendah
siswa dalam memahami soal, 5. Siswa masih
membuat model matematis, dan terpaku pada cara
ketidaktelitian dalam menerapkan yang telah
prosedur matematika menjadi diajarkan oleh
penyebab rendahnya kemampuan guru.
siswa dalam menganalisis,
menginterpretasi, dan membuat
simpulan atas jawaban atau proses
penyelesaian soal.

3. Djawa, Y., dkk. (2022). Menyatakan


faktor yang mempengaruhi
kemampuan berpikir kritis siswa,
diantaranya kurangnya mempelajari
kembali materi yang telah
diperoleh, penguasaan konsep
matematika, minat belajar dan
ketelitian siswa dalam mengerjakan
soal
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
SDN Haurkuning (Mulyadi, S.Pd)
Yang menyebabkan berprikir kritis siswa
rendah:
1. Metode pembelajaran belum
membiasakan siswa untuk berpikir
kritis
2. Kurangnya pemberian soal-soal hots
yang akan mengasah bagaimana
siswa berpikir kritis (pembiasaan
latihan soal berpikir kritis)
3. Kemampuan pemahaman konsep dan
pemecahan masalah yang juga
kurang optimal, itu akan
mempengaruhi kemampuan berpikir
kritisnya.
4. Kemampuan materi dasar siswa
masih rendah
5. Siswa masih terpaku pada cara yang
telah diajarkan oleh guru. Mereka
belum terbiasa mengembangkan ide-
ide kreatif yang dimiliki.
6. Kurangnya pembiasaan yang
menuntut anak berpikir kritis dalam
pembelajaran.

3 Sebagian besar Kajian literatur: Berdasarkan kajian


siswa kurang 1. Novita, K. (2019). Menyatakan bahwa literatur dan
komunikasi upaya meningkatkan kemampuan wawancara penyebab
dengan guru public speaking peserta didik dengan sebagian besar siswa
dalam melatih peserta didik kelas VIII dalam kurang komunikasi
pelajaran PKn Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan guru dalam
materi seperti melakukan diskusi, tanya pelajaran PKn materi
pengamalan jawab ataupun dengan presentasi pengamalan Pancasila
Pancasila kelas dan memberikan contoh nyata teknik kelas III, adalah:
III berbicara yang baik kepada peserta 1. Pemilihan Model
didik. pembelajaran yang
tidak sesuai. Model
2. Dewi (2019). Menyatakan bahwa pembelajaran yang
Pengajaran yang komunikatif adalah dipakai kurang
proses di mana guru memilih dan mengasah
merencanakan yang dipelajari murid komunikasi dua
(isi/materi pelajaran), memutuskan arah antara guru
bagaimana cara terbaik menolong dan siswa
para murid untuk belajar (metode 2. Metode
dan pendekatan pengajaran), dan pembelajaran
menentukan bagaimana kesuksesan kurang membuat
pengajaran ditetapkan, serta interaktif guru dan
bagaimana kemajuan belajar murid siswa dalam proses
dapat dikomunikasikan (evaluasi dan pembelajaran
umpan balik). 3. Siswa kurang
termotivasi untuk
3. Noor, A. F., Wangid, M. N. (2019). aktif dalam
Menyatakan bahwa interaksi pembelajaran
energetik guru dan siswa harus 4. Siswa takut kepada
dilandasi: guru
1) hubungan yang baik terlebih
dahulu antara guru dan siswa
artinya siswa merasa guru adalah
orangtua dan temannya yang
dapat diajak berinteraksi tanpa
rasa takut tetapi tetap
menghormati.
2) Interaksi tanpa rasa takut tetapi
tetap menghormati diperlukan
karena sesuai dengan salah
satu keterampilan pembelajaran
abad 21 yaitu kolaborasi.
3) Kolaborasi yang baik
menyebabkan pembelajaran
menjadi menyenangkan
sehingga pembelajaran menjadi
efektif.

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah


SDN Haurkuning (Mulyadi, S.Pd)
Yang menyebabkan rendahnya
komunikasi siswa dengan guru:
1. Pemilihan Model pembelajaran yang
tidak sesuai. Model pembelajaran
yang dipakai kurang mengasah
komunikasi dua arah antara guru
dan siswa (kadang terjadi seperti ini)
2. Kurangnya metode pembelajaran
yang membuat interaktif guru dan
siswa dalam proses pembelajaran
3. Guru kurang memotivasi siswa untuk
aktif dalam pembelajaran
4. Anak takut kepada guru

4 Siswa kurang Kajian literatur: Berdasarkan kajian


medapatkan 1. Menurut Salam (2020). literatur dan
model Guru-guru masih belum terbiasa wawancara penyebab
pembelajaran melakukan variasi model siswa kurang
inovatif dalam pembelajaran. Model pembelajaran medapatkan model
pelajaran yang sering digunakan masih pembelajaran inovatif
matematika konvensional dengan lebih banyak dalam pelajaran
materi keliling mengandalkan metode ceramah. matematika materi
bangun datar keliling bangun datar
kelas III 2. Menurut Kusmirti (2019). kelas III, adalah:
Pendidik yang kurang sadar akan 1. Siswa terbiasa
pentingnya pembaharuan kualitas dan belajar dengan
proses pembelajaran, tidak pembelajaran
mengembangkan model-model konvensional
pembelajaran apalagi menerapkan
sesuatu yang baru dalam proses 2. Guru dalam
pembelajaran. memahami dan
menerapkan
3. Menurut Rahyu (2019). Guru hanya model-model
mengggunakan perangkat pembelajaran yang
pembelajaran yang sudah ada tanpa inovatif masih
membuat perangkat pembelajaran kurang
sendiri, sehingga proses pembelajaran
yang dilakukan masih bersifat
tekstual, guru hanya menjelaskan
materi yang sudah ada di buku paket
sedangkan siswa hanya
mendengarkan dan mencatat
penjelasan gurunya, dan aktivitas
kelas didominasi oleh guru. Sebagian
besar guru-guru belum pernah
melakukan penyusunan perangkat
pembelajaran berbasis model-model
pembelajaran inovatif.

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah


SDN Haurkuning (Mulyadi, S.Pd)
Yang menyebabkan rendahnya
komunikasi siswa dengan guru:
1. Kompetensi profesional dan
pedagogik guru masih kurang
2. Kegiatan pengembangan kompetensi
guru jarang diikuti oleh guru
3. Kekurangan dan keterbatasan sarana
dan prasarana, dalam menggunakan
media pembelajaran
4. Siswa terbiasa dihadapkan pada
pembelajaran konvensional
5. Guru kurang kreatif dan inovasi
dalam membuat rencana
pembelajarannya
6. Kemampuan guru dalam memahami
dan menerapkan model-model
pembelajaran yang inovatif masih
kurang

5 Sebagian besar Kajian literasi: Berdasarkan kajian


siswa sulit 1. Menurut Tanudjaya, C. P., & literatur dan
memahami Doorman, M. (2020). Hasil wawancara penyebab
penyelesaian penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
soal cerita sebagian besar siswa dapat sulit memahami
(HOTS) dalam mengkonstruksi model matematika penyelesaian soal
pelajaran tetapi mengalami kesulitan dalam cerita (HOTS) dalam
matematika mentransfer pengetahuan ke dalam pelajaran matematika
materi keliling konteks baru, dalam menerapkan materi keliling bangun
bangun datar pemikiran kreatif, dan dengan datar kelas III, adalah:
kelas III keterampilan literasi informasi. Selain
itu, sebagian guru sudah mengenal 1. Siswa kurang
konsep HOT, namun ada juga yang pembiasaan
memandang HOT sebagai mengerjakan soal-
keterampilan bagi siswa berbakat, soal cerita
atau soal HOT yang memiliki tingkat 2. Kurangnya
kesulitan tinggi dan alur cerita yang kemampuan siswa
panjang. Pengetahuan tentang strategi dalam pemahaman
pengajaran yang ada, keakraban konsep dan
dengan masalah HOT, dan dukungan pemecahan
rekan kerja diperlukan untuk masalah
meningkatkan pengembangan 3. Siswa tidak
keterampilan HOT di kelas memahami cara
matematika. menganalisis soal
dan materi
2. Saraswati, P. M. S., & Agustika, G. N. 4. Metode
S. (2020). Menyatakan bahwa hasil pembelajaran guru
analisis kendala menyeselesaikan belum dapat
soal HOTS siswa cenderung diterima oleh siswa,
mengalami kesulitan saat penjelasan dari
membuat/membentuk kalimat guru tidak mudah
matematika. Pada faktor kendala dimengerti siswa
siswa juga disebut siswa jarang
mengerjakan bentuk uraian
berbasis masalah (soal cerita)
sehingga siswa belum terbiasa
menentukan cara apa yang digunakan
untuk menjawab soal tersebut.

3. Julianto, J (2022). Menyatakan ketika


peserta didik tidak dapat
menyelesaikan soal berbasis HOTs
tentu ada faktor yang
mempegaruhinya, yaitu: tidak
terbiasa dalam menyelesaikan soal
HOTs, kurangnya
pemahaman materi, kurang
memahami kalimat dalam soal, serta
kurang teliti dalam membaca dan
memahami soal.

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah


SDN Haurkuning (Mulyadi, S.Pd)
Yang menyebabkan siswa sulit
memahami penyelesaian soal cerita
(HOTS):
1. Kurangnya pembiasaan mengerjakan
soal-soal cerita itu sendiri
2. Kurangnya kemampuan matematis
lainya terkait siswa yang belum
optimal yaitu kemampuan
pemahaman konsep dan pemecahan
masalah
3. Siswa tidak memahami cara
menganalisis soal dan materi
4. Metode pengajarannya belum dapat
diterima oleh siswa, penjelasan dari
guru tidak mudah dimengerti siswa
baik itu dari penggunaan istilah yang
masih sulit dipahami, penyampaian
materi yang terkadang tidak terlalu
jelas maupun dikarenakan terlalu
cepat dalam menjelaskan

6 Sebagian siswa Kajian literaturnya: Berdasarkan kajian


belum mampu 1. Putra, Z. H. (2019). Menyatakan literatur dan
dalam bahwa rendahnya pemanfaatan wawancara penyebab
memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran berasal sebagian siswa belum
TIK dalam dari diri guru sendiri (faktor internal) mampu dalam
pembelajaran seperti rendahnya kemampuan memanfaatkan TIK
matematika matematis dan didaktis guru, dalam pembelajaran
Materi materi kurangnya kepercayaan diri, dan matematika
keliling bangun kurangnya kemampuan menggunakan Materi materi keliling
datar kelas III teknologi digital dalam pembelajaran. bangun datar kelas III,
Selain itu faktor eksternal yang adalah:
menjadi kendala utama terkait dengan 1. Guru kurang
ketersediaan sarana dan prasarana inisiatif dalam
pendukung penggunaan teknologi pengembangan
digital. pembelajaran yang
berinovasi.
2. Kurniawan, A. (2019). Menyatakan 2. Pengetahuan guru
bahwa seluruh responden sudah dalam penguasaan
memanfaatkan TIK dalam proses IT nya masih
pembelajaran meskipun dengan rendah
frekuensi yang berbeda-beda. 3. Guru kurang
Hambatan yang dihadapi antara lain motivasi dalam
adalah keterbatasan sarana serta mengembangkan
rendahnya kemampuan wawasan dan IT
memanfaatkan TIK.

3. Lestari, N., & Wirasty, R. (2019).


Menyatakan bahwa pengembangan
kompetensi guru khususnya di
bidang keterampilan dalam
pembuatan media pembelajaran
sangat penting untuk dilakukan.
Namun permasalahan yang masih
sering dijumpai di beberapa sekolah
adalah masih kurangnya
kemampuan para guru dalam
mengadopsi perkembangan teknologi
informasi, terutama komputer. Selain
itu guru masih kesulitan dalam
menemukan sumber atau media
pembelajaran yang tepat dan
memiliki keefektifan yang tinggi.

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah


SDN Haurkuning (Mulyadi, S.Pd)
Yang menyebabkan siswa belum mampu
dalam memanfaatkan TIK dalam
pembelajaran:
1. Kurangnya kompetensi guru
profesional, dan
2. Guru kurang inisiatif dalam
pengembangan pembelajaran yang
berinovasi.
3. Pengetahuan guru dalam penguasaan
IT nya masih rendah
4. Guru jarang mempraktikan
penggunaan IT dalam pembelajaran
5. Guru kurang motivasi dalam
mengembangkan wawasan dan IT

DAFTAR PUSTAKA
Djawa, Y., dkk. (2022). Kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal
operasi himpunan. Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 3(1), 116-122.
Dewi (2019). Hubungan gaya komunikasi guru terhadap tingkat keefektifan proses
pembelajaran. Purwadita: Jurnal Agama dan Budaya, Vol. 3, No. 2, September
2019, pp. 71-78.
Fauzan, G. A., & Aripin, U. (2019). Penerapan Ice Breaking dalam Pembelajaran
Matematika untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa VIII B SMP Bina
Harapan Bangsa. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 2(1), 17-24.
Julianto, J (2022). ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KESULITAN SISWA SEKOLAH
DASAR KELAS IV DALAM MENYELESAIKAN SOAL HOTs (HIGH ORDER
THINKING SKILLS) PADA MATA PELAJARAN IPA. JPGSD. 10(1), 60-74.
Kurniawan, A. (2019). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
untuk Pembelajaran Di SMP Negeri 5 Ponorogo, Jawa Timur. Jurnal Teknodik,
55-64.
Kusmirti, R. R., Mila, H. M., & Qurniati, A. Q. (2019). Pendampingan Proses
Pembelajaran Guru Sekolah Dasar Muhammadiyah Di Kota Bengkulu. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Bumi Raflesia, 2(3).
Lestari, N., & Wirasty, R. (2019). Pemanfaatan multimedia dalam media
pembelajaran interaktif untuk meningkatkan minat belajar siswa. Amaliah:
jurnal pengabdian kepada masyarakat, 3(2), 349-353.
Mahariyanti E., dkk. (2021). Analisis kesulitan guru dalam mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada pembelajaran biologi
SMA. JIGE 2 (1) (2021) 96-103.
Noor, A. F., Wangid, M. N. (2019). Interaksi enegetik guru dan siswa pada
pembelajaran abad 21. Anterior Jurnal, Vol. 18, No. 2, Juni 2019, 107–112.
Novita, K. (2019). Strategi membangun keterampilan komunikasi dan kepercayaan
diri dalam pembelajaran public speaking melalui metode presentasi dan role
playing Miss Universe ASEAN. Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol 9, No. 2,
November 2019, 21-28.
Purnaningsih, I., & Zulkarnaen, R. (2022). Identifikasi Faktor Penyebab Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis Pada Siswa Kelas Viii. Teorema: Teori dan Riset
Matematika, 7(2), 291-302.
Putra, Z. H. (2019, August). Tantangan dan peluang guru SD dalam pembelajaran
matematika berbasis teknologi digital di era revolusi industri 4.0. In Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Vol. 1, No. 1, pp. 7-19).
Rahayu, G. D. S., & Firmansyah, D. (2019). Pengembangan pembelajaran inovatif
berbasis pendampingan bagi guru sekolah dasar. Abdimas Siliwangi, 1(1), Hal.
17-25.
Riyadi, A. (2019). Identifikasi Faktor Penyebab SIswa Kurang Percaya Diri Di SD
Negeri 2 Wates. BASIC EDUCATION, 8(2), 176-188.
Salam, A., dkk. (2020). Pelatihan model-model pembelajaran inovatif dan penulisan
karya ilmiah. Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(1), Hal. 1-9.
Saraswati, P. M. S., & Agustika, G. N. S. (2020). Kemampuan berpikir tingkat tinggi
dalam menyelesaikan soal HOTS mata pelajaran matematika. Jurnal Ilmiah
Sekolah Dasar, 4(2), 257-269.
Tanudjaya, C. P., & Doorman, M. (2020). Examining Higher Order Thinking in
Indonesian Lower Secondary Mathematics Classrooms. Journal on Mathematics
Education, 11(2), 277-300
Widyaningrum, A., & Hasanah, E. (2021). Manajemen Pengelolaan Kelas Untuk
Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kepemimpinan
Dan Pengurusan Sekolah, 6(2), 181-190.

Anda mungkin juga menyukai