Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD

(PDGK4502)

Tutor Pembimbing: Yan Imam Santoso, M.Pd

disusun oleh :
Nama : ANDRY RAHARJA
NIM : 857476286
Program Studi : S1 PGSD Masukan Sarjana

Pokjar /Kelas : SMA PGRI MAJALENGKA/E

Masa Registrasi : 2022.2

UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH BANDUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2022
1. Penjelaskan contoh fungsi kurikulum sebagai:
1. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function). Kurikulum berfungsi
sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
yang terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis artinya dapat
berubah-ubah.
Contoh: Kurikulum disesuaikan dengan perubahan perkembangan zaman.
2. Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function). Kurikulum berfungsi sebagai
diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan pelayanan dari berbagai perbedaan
disetiap siswa yang harus dihargai dan dilayani.
Contoh: Untuk menampung anak yang berbakat didirikan program sekolah inklusi
3. Fungsi Persiapan (the propaeduetic function). Kurikulum berfungsi sebagai
persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan mampu
mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat mempersiapkan diri dapat
hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan.
Contoh: Kurikulum terdapat standar kompetensi lulusan sehingga siswa yang lulus
dari sekolah tersebut sudah siap mengikuti sekolah jenjang berikutnya. Pada
kurikulum juga terdapat program muatal lokal potensi daerah untuk membentuk siswa
memiliki keterampilan ketika tidak melanjutkan sekolah.
4. Fungsi Pemilihan (the selective function). Kurikulum berfungsi sebagai pemilihan
adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihan program belajar
yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Contoh: Kurikulum terdapat muatan peminatan yang mengakomodasi siswa untuk
memilih program yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

2. a. Urgensi yang memunculkan adanya landasan sosiologis dan teknologis:


Penerapan landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya
pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat peserta didik, baik
penyesuaian dari segi materi atau bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari
segi proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur
upaya pendidikan lainnya. Karakteristik perilaku setiap individu pada berbagai
tingkatan perkembangan merupakan kajian dari psikologi perkembangan, dan oleh
karena itu dalam pengembangan kurikulum yang senantiasa berhubungan dengan
program pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka landasan psikologi mutlak
harus dijadikan dasar dalam upaya pengembangannya.
Landasan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) diperlukan
karena pendidikan dihadapkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkembang dengan pesat. Oleh karena itu agar kurikulum dapat bertahan kuat,
maka pengembangannya harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang
kuat pula. Dengan demikian kurikulum akan mampu menyesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang berkembang baik dilihat dari segi perkembangan sosial budaya
maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Yang terjadi apabila tidak memperhatikan kedua landasan tersebut:
Bila kurikulum diibaratkan sebuah bangunan rumah yang dibangun tidak
menggunakan landasan (fondasi) yang kokoh, maka ketika terjadi goncangan atau
diterpa oleh angin sedikit saja rumah tersebut akan mudah rubuh. Demikian halnya
dengan kurikulum, jika dikembangkan tidak didasarkan pada landasan yang tepat dan
kuat, maka kurikulum tersebut tidak bisa bertahan lama, dan bahkan dengan mudah
dapat ditinggalkan oleh para pemakainya. Bila bangunan rumah rubuh yang
diakibatkan tidak menggunakan landasan (fondasi) yang kuat, kerugian tidak akan
terlalu besar hanya sebanding dengan harga rumah yang dibangun, dan jika kondisi
keuangan memungkinkan maka dengan segera akan mudah dibangun kembali. Tapi
bila yang roboh itu kurikulum sebagai alat untuk mempersiapkan manusia, maka
kerugiannya bersifat fatal dan tidak bisa diukur dengan materi karena menyangkut
dengan upaya memanusiakan manusia.
3. a. Prinsip Fleksibilitas
b. Prinsip fleksibilitas berarti suatu kurikulum harus lentur (tidak kaku), terutama
dalam hal pelaksanaannya. Pada dasarnya, kurikulum didesain untuk mencapai suatu
tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Meskipun
demikian, dalam proses pegembangan kurikulumnya harus fleksibel. Didalam
kurikulum harus terdapat suatu sistem tertentu yang dapat memberikan alternative
dalam mencapai tujuannya. Pengembangan kuriklum harus menggunakan berbagai
metode atau cara-cara tertentu yang sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, tempat
dimana kurikulum itu diterapkan.
Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang
dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya,
memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi
tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang
peserta didik Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi: Flexible dalam memilih program
pendidikan serta fleksibilitas dalam mengembangkan program pengajaran.
Fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-
penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu
berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik. Apa yang diharapkan
dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataan yang
ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kurang,
latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah, atau mungkin sarana dan
prasarana yang ada di sekolah tidak memadai. Kurikulum harus bersifat lentur atau
fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang
ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan.
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi:
1. Fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi
guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang
ada.
2. Fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai
kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

Anda mungkin juga menyukai