Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PROYEK

ANALISIS KURIKULUM MERDEKA


MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
KELAS I DI SD NEGERI SADAGORI

Untuk Memenuhi TugasUAS Mata Kuliah Analisis Kurikulum Pendidikan Dasar


Dosen Pengampu Dr. Budiyono, M. S.

Disusun oleh:
Yulia Hendarsah
NIM : 0103522042

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DASAR


PASCASARJANA S2 PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan proyek yang berjudul “Analisis
Kurikulum Merdeka” ini tepat pada waktunya. Ada pun tujuan dari penulisan dari tugas
proyek ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Dosen Dr. Budiyono, M.S. pada
mata kuliah Analisis Kurikulum Pendidikan Dasar. Selain itu, tugas proyek ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Budiyono, M.S. yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas proyek ini. Kami menyadari, tugas proyek yang kami tulis
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan artikel ini.

Cirebon, Desember 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Kurikulum adalah suatu rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan yang sangat
strategis dalam semua aspek kegiatan dalam pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan
kuat. Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun
kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan
tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pelaksana
kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lain yang terkait
dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam
melakukan pembinaan terhadap implementasi kurikulum di setiap jenjang pendidikan.
Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan dasar pijakan dalam
melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya
sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien
Prinsip pengembangan kurikulum ini bertujuan untuk membantu proses berpikir
dalam menyusun kurikulum operasional di satuan pendidikan dan menjadi dasar
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum. Struktur Kurikulum pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan utama, yaitu:
(1)pembelajaran intrakurikuler (2) projek penguatan profil pelajar Pancasila.
Kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila ditujukan untuk memperkuat upaya
pencapaian profil pelajar Pancasila yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan.
Pemerintah mengatur beban belajar untuk setiap muatan atau mata pelajaran dalam Jam
Pelajaran (JP) per tahun. Satuan pendidikan mengatur alokasi waktu setiap minggunya secara
fleksibel dalam 1 (satu) tahun ajaran. Satuan pendidikan menambahkan muatan lokal yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan karakteristik daerah. Satuan pendidikan
dapat menambahkan muatan tambahan sesuai karakteristik satuan pendidikan secara
fleksibel, melalui 3 (tiga) pilihan sebagai berikut: (1) mengintegrasikan ke dalam mata
pelajaran lain (2) mengintegrasikan ke dalam tema projek penguatan profil pelajar Pancasila
(3) mengembangkan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Struktur kurikulum SD dibagi menjadi 3 (tiga) Fase: (a) Fase A untuk kelas I dan kelas II, (b)
Fase B untuk kelas III dan kelas IV (c) Fase C untuk kelas V dan kelas VI.
SD dapat mengorganisasikan muatan pembelajaran menggunakan pendekatan mata
pelajaran atau tematik. Proporsi beban belajar di SD terbagi menjadi 2 (dua), yaitu: (a)
pembelajaran intrakurikuler (b) projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dialokasikan
sekitar 20% (dua puluh persen) beban belajar per tahun.
Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel, baik
muatan maupun waktu pelaksanaan. Secara muatan, projek harus mengacu pada capaian
profil pelajar Pancasila sesuai dengan fase peserta didik, dan tidak harus dikaitkan dengan
capaian pembelajaran pada mata pelajaran.
BAB II
DOKUMENTASI DAN ASAL KURIKULUM

A. Dokumentasi Kurikulum

Dalam penyusunan dokumentasi dan pelaksanaan kurikulum operasional, satuan


pendidikan dapat mengembangkan sesuai kesiapan dan kondisi masing-masing satuan
pendidikan. Langkah-langkah penyusunan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan yaitu :
1. Menganalisis konteks Karakteristik Satuan Pendidikan.
2. Merumuskan Visi Misi Tujuan.
3. Menentukan Pengorganisasian Pembelajaran.
4. Menyusun Rencana Pembelajaran.

Segala sesuatunya didokumentasikan baik dari soft copy (draf) atau hard copy (pencetakan)
yang diarsipkan. Pada kurikulum sumber daya yang dianalisis pada kegiatan proyek ini yaitu
Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana.
Kurikulum bersifat dinamis, artinya kurikulum dapat disesuiakan dengan tempat
sekitar dilihat dari SDM dan sekolah tersebiut. Sehingga standar yang dipakai untuk
kurikulum adalah standar di mana kurikulum itu akan diterapkan. Di Indonesia sendiri sudah
11 kali pergantian kurikulum. Dari data tersebut didapatkan bahwa kurikulum akan baik dan
tepat digunakan sebagaimana mestinya tempat tersebut membutuhkannya. Saat ini standar
kurikulum yang tepat untuk perkembangan zaman saat ini adalah kurikulum yang telah
ditetapkan pemerintah yaitu Kurikulum Merdeka yang dikembangkan sendiri pada
sekolahnya masing-masing atau daerah tersebut berkembang.
Pada dokumen kurikulum ada kurikulum tak terlihat atau tersembunyi, misalnya
aspek kurikulum yang tidak direncanakan, sehingga kurikulum tersebut tidak terlihat.
Pengalaman tertentu pada kurikulum terencana dirancang, misalnya mengajar peserta didik
membaca, tetapi ada pengalaman lain terjadi dilakukan peserta didik, seperti mereka tidak
menyukai membaca. Jadi kedua pengalaman, mengajar peserta didik membaca dan mengajar
peserta didik tidak suka membaca dianggap sebagai bagian kurikulum, meskipun pengalaman
kedua tidak direncanakan dan tidak menjadi tujuan. Ketika peserta didik mendapatkan
pengalaman dan belajar berbagai pelajaran, mereka juga mendapatkan pengalaman, sehingga
mereka akan belajar tentang kepatuhan di samping belajar Matematika, Sejarah, dan Bahasa
Inggris. Definisi kurikulum secara luas sulit dibuktikan kebenarannya, jika semua mengarah
kepada totalitas pengalaman peserta didik di sekolah. Namun sebenarnya definisi ini tidak
berfungsi pada tahap perencanaan kurikulum, karena pengalaman yang sebenarnya akan
diperoleh peserta didik ketika berinteraksi dengan kurikulum. Pengalaman yang sebenarnya
diperoleh peserta didik dengan dukungan dan bantuan sekolah mengandung nilai kualitas dan
efektifitas kurikulum yang direncanakan.
Dua teori kurikulum penting di atas menggambarkan perbedaan antara kurikulum dan
pengajaran, dengan menggunakan kriteria implementasi. Contoh, kurikulum adalah dokumen
tertulis yang berisi banyak unsur, tetapi pada dasarnya kurikulum merupakan suatu rencana
untuk pendidikan peserta didik selama mereka belajar di sekolah tertentu (Beauchamp, 1968).
Jika kita diminta untuk mengevaluasi kurikulum apakah kita tidak lebih hanya ingin melihat
dokumen? Tentu saja kualitas dokumen akan menjadi faktor dalam penilaian akhir, tapi siapa
yang menyangga bahwa tes terhadap kurikulum tergantung pada seberapa bagus kurikulum
berfungsi dalam situasi kehidupan.
Berdasarkan analisa yang peneliti lakukan di SD ….. terdapat hambatan- hambatan
dalam pengembangan kurikulum operasional sekolah. Hambatan dari internal sekolah yaitu
pihak guru. Masih ada guru yang kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum
disebabkan beberapa hal yaitu kurang waktu, kekurangsesuaian pendapat, baik dengan
sesama guru maupun kepala sekolah & administrator karena kemampuan dan pengetahuan
guru sendiri. Masalah pembiayaan, untuk pengembangan kurikulum apalagi untuk kegiatan
eksperimen baik metode isi atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering
tidak sedikit. Bahkan hambatan internal dari faktor kepala sekolah pun terkadang muncul,
dalam hal ini seharusnya kepala sekolah mempunyai latar belakang mendalam tentang teori
dan praktek kurikulum. Kepala sekolah merupakan peranan yang penting dalam
pengembangan kurikulum di sekolah.
Hambatan eksternal dari masyarakat diantaranya untuk pengembangan kurikulum
dibutuhkan dukungan masyarakat, baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan
umpan balik terhadap sistem pendidikan ataupun kurikulum yang sedang berjalan.
Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Faktor birokrasi pun terkadang menjadi
hambatan berupa kinerja dari para petugas yang mempunyai wewenang dalam
pengembangan kurikulum sekolah di kedinasan dan juga orang tua maupun tokoh- tokoh
masyarakat

B. Pengembangan Kurikulum

Banyak pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum. Di antaranya ialah


kepala sekolah, guru, komite sekolah dan siswa. Sebagai manajer, kepala sekolah
bertanggung jawab atas manajemen sekolah. Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang
dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim. Evaluasi
kurikulum dilakukan oleh evaluator yang telah memenuhi syarat atau kualifikasi. Tidak
semua orang boleh menjadi evaluator, kecuali orang-orang yang memang berkompeten di
bidang kurikulum.
Setiap kali ada penyusunan kurikulum pendidikan di Indonesia, selalu berujung
menjadi sebuah polemik. Apalagi jika kurikulum yang telah dirancang tidak dapat
diimplementasikan dengan baik. Adapun menurutnya, permasalahan terbesar penyusunan
kurikulum adalah masih kurangnya pengaturan proses dan target belajar atau toxonomy para
murid. Oleh karena itu, implementasi kurikulum yang telah dicanangkan selalu gagal. Perlu
diketahui, kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran
yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Pengembangan kurikulum bukanlah proses instan tanpa adanya kajian yang matang
terhadapnya. Setidaknya sumber rujukan dalam mengembangkan kurikulum harus berdasar
pada data empiris dan eksperimen, serta cerita dan pengetahuan umum yang berkembang di
masyarakat. Selain itu, pijakan dalam menegembangkan kurikulum juga perlu
memperhatikan prinsip-prinsip dasar, seperti; prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas,
efisiensi, efektivitas, dan komponen pendidikan lainnya agar tujuan pengembangan
kurikulum dapat terarah dengan baik
Pada kurikulum operasional masalah sosial, ekonomi, dan paradigma teori pendidikan
menjadi dasar penting dalam mengembangkan kurikulum. Banyak pihak yang turut
berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang
ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-
pihak tersebut yang secara terus-menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum
adalah administrator, guru, dan orang tua. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya
melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya
melibatkan banyak orang, seperti: politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur-
unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan. Keragaman
sosial, budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi memberikan tekanan yang sama,
kalau tidak dapat dikatakan lebih kuat dibandingkan perbedaan filosofi, visi, dan teori yang
dianut para pengambil keputusan mengenai kurikulum.
Keragaman sosial, budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi adalah suatu
realita masyarakat dan bangsa Indonesia. Realita tersebut memang berposisi sebagai objek
periferal dalam proses pengembangan kurikulum nasional. Posisi sebagai objek ini tidak
menguntungkan karena ia seringkali diabaikan oleh para otoritas pengembang kurikulum.
Sayangnya, kedudukannya yang menjadi objek berubah menjadi subjek dan penentu dalam
implementasi kurikulum tetapi tetap tidak dijadikan landasan ketika guru mengembangkan
kurikulum. Padahal keragaman itu berpengaruh langsung terhadap kemampuan guru dalam
melaksanakan kurikulum, kemampuan sekolah dalam menyediakan pengalaman belajar, dan
kemampuan siswa dalam berproses dalam belajar serta mengolah informasi menjadi sesuatu
yang dapat diterjemahkan sebagai hasil belajar. Artinya, keragaman itu menjadi suatu
variabel bebas yang memiliki kontribusi sangat signifikan terhadap keberhasilan kurikulum
baik sebagai proses (curriculum as observed, curriculum as experienced, curriculum as
implemented, curriculum as reality) tetapi juga kurikulum sebagai hasil.
Elemen perencanaan yang mendominasi proses pengembangan kurikulum salah
satunya yaitu Rencana Pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.Dalam kajian tentang sumber-sumber prinsip
pengembangan kurikulum, Peter F. Oliva mengemukakan bahwa pada prinsip pengembangan
kurikulum paling tidak ada 4 (empat) sumber yang menjadi acuan sebuah pengembangan
kurikulum yaitu data empiris (empirical data), data hasil penelitian (experimental data), kisah
rakyat (folkfore curriculum) yang menyangkut tentang keyakinan masyarakat dan nilai-nilai
yang ada di dalamnya, serta pemahaman bersama atau pengertian umum yang ada dalam
suatu masyarakat (common sense).
C. Perspektif Kurikulum

Kurikulum berubah pada 2013 untuk SD, SMP, SMA, dan SMK. Pihak pemerintah
menyebutnya sebagai "pengembangan kurikulum" bukan "perubahan kurikulum." Kata
Mendikbud pertimbangan pemerintah dengan penyebutan ini terkait dengan dampak
psikologisnya, bukan substansinya. Karena, bila yang dipakai istilah "perubahan kurikulum"
akan menggegerkan dunia pendidikan kita akibatnya hal itu akan menambah kegalauan
kolektif bangsa ini. Pengembangan kurikulum baru sampai pada tahap uji publik,
"Komunikasi Antar-Guru Indonesia" memberikan ulasan. Dengan melihat substansi rencana
pemerintah untuk mengembangkan kurikulum itu digunakan istilah perubahan kurikulum
Benar bahwa kondisi akhlak, keterampilan, pengetahuan masyarakat kita saat ini belum
sesuai harapan bangsa.Benar bahwa kekurangan itu perlu diperbaiki melalui pendidikan
yang berkualitas.Namun, benarkah satu-satunya jalan adalah perubahan kurikulum?
Perubahan kurikulum adalah kebijakan publik berskala luas yang melibatkan
komponen-komponen waktu, keahlian, dana, peralatan, pengorbanan, kemauan yang sangat
masif. Waktu yang diperlukan untuk memulai kebijakan itu tidak cukup dalam hitungan
bulan.Dana yang diperlukan berjumlah triliunan rupiah.Belum lagi berhitung tentang
implementasi yang harus menjangkau ke seluruh wilayah Indonesia.
D. Landasan kurikulum
Ada empat landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
Landasan Filosofis, landasan Psikologis, landasan Sosiologis dan landasan Organisatoris.
1) Landasan Filosofis
Filosofis artinya berdasarkan filsafat. Sedangkan Filsafat itu sendiri berasal dari
bahasa yunani, yaitu dari kata “philos“ dan “sophia“. Philos, artinya cinta yang
mendalam, dan sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat
secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Filsafat
sangat penting karena harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan tentang
aspek kurikulum.Untuk itu tiap keputusan harus ada dasarnya. Jadi filsafat adalah cara
berfikir yang sedalam-dalamnya, yakni sampai akar-akarnya tentang hakikat sesuatu.
Para pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa yang
mereka junjung tinggi.
2) Landasan Psikologis
a)  Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Implikasi dari perkembangan peserta didik terhadap pengembangan kurikulum
yaitu: Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat
dan kebutuhannya. Disamping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (Program
inti) yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran pilihan
yang sesuai dengan minat anak.Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar
yang bersifat kejuruan juga menyediakan bahan ajar yang nersifat akademik.Bagi
anak yang berbakat dibidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi
ke jenjang pendidikan selanjutnya. Kurikulum memuat tujuan–tujuan yang
mengandung pengetahuan, nilai atau sikap, dan keterampilan yang
menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan batin.
b) Psikologi Belajar
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan
kedalam tiga rumpun yaitu:
1)  Teori Daya (Disiplin Mental).
Menurut teori ini sejak kelahirannya (heredities)anak telah memiliki potensi-
potensi atau daya-daya tertentu (Faculties) yang masing-masing memiliki fungsi
tertentu, seperti potensi/daya mengingat, daya berpikir daya mencurahkan pendapat
daya mengamati, daya memecahkan masalah, dan daya-daya lainnya. Karena itu
pengertian mengajar menurut teori ini adalah melatih peserta didik dalam daya-
daya itu, cara mempelajarinya pada umumnya melalui hapalan dan latihan.
2)    Teori Behavorisme
Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu teori Koneksionisme atau teori
Asosiasi, teori Kondisioning, dan teori Reinforcement (Operent Conditioning),
Rumpun teori Behaviorisme berangkat dari asumsi bahwa individu tidak membawa
potensi sejak lahir. Perkembangan individu ditentukan oleh lingkungan (keluarga,
sekolah, masyarakat) Teori Koneksionisme atau teori Asosiasi adalah kehidupan
tunduk kepada hukum stimulus-respon atau aksi-reaksi.Belajar pada dasarnya
merupakan hubungan antara stimulus-respon.Belajar merupakan upaya untuk
membentuk hubungan stimulus-respon.Belajar merupakan upaya untuk
membentuk hubungan stimulus-respon sebanyak-banyaknya.
3)  Teori Organismik atau Gestalt
Teori ini mengacu kepada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna dari pada
bagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian.Manusia dianggap
sebagai mahluk organisme yang melakukan hubungan timbal balik dengan
lingkungan secara keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon.
c) Landasan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejalasosial
hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial atau masyarakat.Di
dalam kehidupan kita tidak hidup sendiri, namun hidup dalam suatu
masyarakat.Dalam lingkungan itulah kita memiliki tugas yang harus dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab sebagai bakti kepada masyarakat yang telah
memberikan jasanya kepada kita.
Tiap masyarakat memiliki norma dan adat kebiasaan yang harus dipatuhi. Norma
dan adat kebiasaan tersebut memiliki corak nilai yang berbeda-beda, selain itu
masing-masing dari kita juga memiliki latar belakang kebudayaan yang
berbeda.Hal inilah yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan sebuah
kurikulum, termasuk perubahan tatanan masyarakat akibat perkembangan
IPTEK.Sehingga masyarakat dijadikan salah satu asas dalam pengembangan
kurikulum.
d) Landasan Organisatoris
Landasan ini berkenaan dengan organisasi kurikulum.Dalam pengembangan
kurikulum perlu di susun suatu desain yang tepat dan fungsional.
Dilihat dari organisasinya ada tiga tipe bentuk kurikulum:
1) Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated
subject curriculum)
2) Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis di
hubunghubungkan(Correlated curriculum)
3) Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/ hampir semua mata
pelajaran (integrated curriculum)

E. Azas-Azas Kurikulum
a) Asas Psikologi
Dalam ensiklopedia Indonesia asas berarti kebenaran atau pendirian, atau yang
dijadikan pokok suatu keterangan.Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu
pada hal-hal yang bersifat psikologi. Havighurs mengemukakan, bahwa kebutuhan
anak tergantung pad fase-fase perkembangan.Piaget berpendapat bahwa
perkembangan anak untuk tiap-tiap tahap mempunyai perkembangan yang
berbeda-beda.Spranger mengungkapkan bahwa jiwa terbagi menjadi dua, yaitu
jiwa yang bersifat subjektif dan jiwa yang bersifat objektif.Jiwa objektif
terpampang pada fenomena kebudayaan, agama, dan seni.Berbagai aspek lapangan
hidup tersebut perlu mendapat perhatian bagi para pengembang kurikulum untuk
dijadikan pertimbangan isi berbagai bahan ajar.
b)  Asas Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala social
hubungan antara individu dengan individu, antar golongan, lembaga social yang
disebut juga ilmu masyarakat.Di dalam kehidupan sehari-hari anak selalu bergaul
dengan lingkungan atau dunia sekitar.Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup
bagi manusia. Pada dasarnya  dunia sekitar manusia dapat digolongkan menjadi
tiga bagian besar yaitu.
1) Dunia alam kodrat

Dunia alam kodrat yaitu segala sesuatu di luar diri manusia yang bukan buatan
manusia, misalnya gunung, lautan, cuaca, sungai, hutan lebat dan
sebagainya.Pengaruh dunia ini terhadap manusia sangat kuat, sebab masuknya
secara wajar.Untuk mengubah dan menjinakkan pengaruh tersebut manusia
berusaha dengan menggunakan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi.Dalam
penyusunan isi bahan pelajaran alam kodrat banyak memberi inspirasi untuk
dipelajarinya.Kurikulum hendaknya dapat merangsang para yang bersangkutan
untuk berusaha menguak dan menggunakan isi serta pengaruh alam kodrat untuk
kesejahteraan manusia.Misalnya menggunakan sinar mata hari, gelombang laut,
gas alam untuk membangkitkan tenaga listrik, memanfaatkan air sungai menjadi
irigasi, memanfaatkan kekayaan dalam bumi menjadi bahan-bahan tambang yang
berharga dan sebagainya. Dengan demikian penyusunan kurikulum hendaknya
berusaha untuk memasukkan problem-problem yang berupa gejala-gejala dalam
alam kodrat pada lembaga pendidikan yang sesuai, dimulai dari gejala yang paling
sederhana sampai dengan yang sangat kompleks dengan cara pendekatan secara
langsung mulai dari observasi, survey sampai dengan penelitian yang serius dengan
didasari pengalaman dan teori-teori yang mendukung sehingga dapat diarahkan
kebutuhan masyarakat luas.
2)  Dunia sekitar benda-benda buatan manusia

Dunia sekitar benda-benda buatan manusia ini dapat dibuat oleh manusia untuk
keperluan pemuasan kebutuhan manusia, yang dapat berupa yang paling sederhana
sampai yang sangat kompleks.Misalnya meja, kursi, alat makan sampai dengan
alat-alat elektronik (mulai dari alat-alat pijat, telpon, radioa, sinar X, radar, TV,
computer, internet sampai alat-alat ruang angkasa) dan sebagainya. Dengan
demikian atas dasar landasan ilmu pengetahuan dan diolah dengan keterampilan
baik pisik maupun psikis akan melahirkan teknologi yang canggih, perlu diajarkan
pada lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, agar dapat menghasilkan segala
sesuatu yang menjadi sarana/prasarana pada masyarakat.
3) Dunia sekitar manusia

Dunia sekitar manusia ini merupakan dunia sekitar yang paling kompleks, selalu
berubah dan dinamis. Interaksi antara individu yang satu dengan yang lain terjadi
saling aktif. Oleh karena itu agar interaksi dapat berjalan dengan tertib diadakan
norma-norma, baik yang tertulis maupun tidak tertulis (adat istiadat).Dalam
pergaulan inilah masing-masing individu saling mendewasakan diri, di mana yang
satu dengan yang lain saling to take and to give. Lajunya jumlah penduduk,
terutama pada Negara berkembang akan menimbulkan berbagai  model sekolah.
Misalnya: Sekolah Dasar Pamong, SMP Terbuka, Universitas Terbuka, dan
berbagai sekolah aktif seperti: Sekolah  Aktif, Sekolah Kerja oleh John Dewey
(USA), Metode Aktif oleh Ovide Decroly (Belgia), CBSA, dan sebagainya.
c)  Asas IPTEKS
Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu
pengetahuan. Kadang-kadang suatu karya penemuan yang sekarang telah
berkembang menjadi canggih, mula-mula hanya ditemukan secara kebetulan
bahkan secara trial and erroro .Misalnya penemuan mesin uap oleh James Watt.
Dahulu kala nenek moyang kita kalau mau mengangkat kayu dari hutan ke rumah
mula-mula dengan cara dipanggul, ternyata dirasa terlalu berat, kemudian timbul
pemikiran dengan cara ditarik, kemudian timbul pemikiran lebih lanjut kayu
tersebut diganjal dengan kayu penggamnjal di bawahnya. Akhirnya lahirlah roda
dengan asnya yang sekarang dapat merubah wajah dunia, lahirlah berbagai
kemajuan transportasi industry-industri pertambangan, pertanian, pertahanan dan
sebagainya.
Karya yang dihasilkan oleh cipta, rasa, dan karsa oleh seseorang akan
menghasilkan kreativitas atau teori, sedang kalau yang berkatya tersebut raganya
akan menghasilkan sautu keprigelan atau keterampilan. Kalau kekreatifan tersebut
bertemu dengan keterampilan, hasilnya adalah jasa teknologi. Dengan demikian
sudah selayaknyalah kalau para penyusun kurikulum terutama dalam pemasukkan
bahan ajar hendaknya bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan
teknologi.
BAB III
TUJUAN DAN ISI KURIKULUM

A. Tujuan dan isi kurikulum


Kurikulum yang dimaksudkan untuk pelatihan maksudnya adalah sebuah set
kurikulum diklat yang merupakan materi yang digunakan sebagai sumber perspektif
pembelajaran, serta strategi yang digunakan, dan dimaksudkan untuk mencapai target
program diklat. Kurikulum diklat juga merupakan bagian dari proses pengajaran dan
pembelajaran, dan mengandung aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif
adalah aspek yang terhubung dengan pemikiran atau perspektif, khususnya kapasitas dan
tindakan pikiran untuk mendorong kapasitas bijaksana. Selain itu, aspek afektif adalah materi
dalam pandangan segala sesuatu yang berhubungan dengan perasaan seperti penghargaan,
sentimen, energi, minat, dan perspektif terhadap sesuatu. Teakhir psikomotorik ialah ruang
yang menggabungkan perilaku gerakan dan koordinasi jasmani, kemampuan motorik, dan
kapasitas fisik individu.
Pengembangan sumber daya manusia dengan meningkatkan kemampuan dan
kompetensi tenaga pendidik dapat ditempuh dengan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat).
Dimaksudkan yakni lembaga pemerintah yang menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan
(Diklat) harus menyesuaikan kegiatan dengan perkembangan sistem pendidikan dan
kebutuhan tenaga pendidik. Ada berbagai faktor yang dapat menunjang suksesnya
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan salah satunya adalah kurikulum. Kurikulum memegang
peranan penting dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan karena merupakan alat
dalam mencapai tujuan program pendidikan, serta evaluasi suatu kegiatan pembelajaran.
Tujuan kurikulum pada hakekatnya bertujuan dari setiap program pendidikan yang
akan diberikan kepada anak didik. Mengingat kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan.
Berdasarkan hakekat dari tujuan dijabarkan sejumlah tujuan kurikulum mulai dari tujuan
kelembagaan pendidikan, tujuan setiap mata pelajaran atau bidang studi sampai kepada
tujuan-tujuan pengajaran. Rumusan tujuan kurikulum tersebut harus terlebih dahulu di
tetapkan sebelum menyusun dan menentukan isi kurikulum strategi pelaksanaan kurikulum
dan penilaian atau evaluasi kurikulum.
Tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga
bertanggung jawab. Sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk mencapai tujuan pendidikan ini
perlu prioritas dalam mengelola  pendidikan. Salah satu prioritas utama kegiatan pendidikan
di Indonesia dalam meningkatkan mutu pendidikan telah diusahakan melalui berbagai
kegiatan.
Sasaran kegiatan prioritas pendidikan di tahun 2021 diantaranya yaitu:
a) Pengadaan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
b) Peningkatan kemampuan literasi pelajar. Pengadaan leksikografi sebanyak 25.000 kata
dan istilah baru serta pengadaan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia dalam Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) literasi yang diampu Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa.
c) Penyediaan peralatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta pendampingan
daerah dan penguatan tata kelola yang diampu Direktorat Jenderal Pendidikan Anak
Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PAUD Dasmen).
d) Sekolah penggerak/revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), penguatan
sumber daya manusia (SDM) bidang vokasi, serta Bantuan Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN) Vokasi yang diampu Ditjen Pendidikan Vokasi.
e) Guru Penggerak, Organisasi Penggerak, dan Peningkatan Kompetensi Guru dan
Tenaga Kependidikan (GTK) yang diampu Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan.
f) BOPTN Satuan Kerja dan PTN Badan Hukum dan Kerja sama/magang industri
(Kampus Merdeka) yang diampu Ditjen Pendidikan Tinggi.
g) Pengembangan AKM dan pengembangan perbukuan nasional yang diampu Badan
Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Balitbang dan Perbukuan). “Balitbang
dan Perbukuan akan hampir seratus persen fokus pada pengembangan kurikulum dan
asesmen.”
Untuk mencapai sasaran ini dibutuhkan skala proritas. Skala prioritas menduduki
urutan pertama sebagai fungsi yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke
seluruh kegitan.
B. Jenis Tujuan Pembelajaran
Jenis tujuan pembelajaran yang dimasukkan dalam kurikulum antara lain:
a. Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Rumusan
tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat.
Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Tujuan
pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan
khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur,yang kemudian dinamakan kompetensi.
Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
a) Tujuan Pendidikan Nasional ( TPN)
b) Tujuan Institusional ( TI )
c) Tujuan Kurikuler ( TK )
d) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran ( TP )
b. Komponen Isi
Komponen Isi /Materi Pelajaran Isi kurikulum merupakan komponen yang
berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu
menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau mteri
pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mta pelajaran yang diberikan
maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya
diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
c. Komponen Strategi
Komponen Metode/Strategi Strategi dan metode merupakan komponenketiga dalam
pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran
yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Begitu pula
dengan pendapat T. Rakjoni yang mengartikan strategi pembelajaran sebagai pla dan
urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Penekanan dalam kurikulum antara lain:
1) Kemampuan dan muatan pembelajaran untuk mata pelajaran yang mengacu pada
kompetensi inti.
2) Penguatan pendidikan karakter.
3) Kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS) dan Keterampilan Abad 21
4) Mengerakkan gerakan literasi.
5) Menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi peserta didik dan guru.
6) Pengembangan aspek keterampilan dan karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa
Indonesia

Pada pelaksanaan kurikulum terdapat beberapa metode dalam menyampaikan materi


pelajaran kepada siswa, yaitu :
a) Metode Pembelajaran Konvensional / Metode Ceramah

Salah satu macam metode pembelajaran yang kerap digunakan adalah metode ceramah.
Maksudnya, metode ini diterapkan dengan cara berceramah atau menyampaikan
informasi secara lisan kepada siswa. Metode ini merupakan metode yang paling praktis
dan ekonomis, tidak membutuhkan banyak alat bantu. Metode ini mampu digunakan
untuk mengatasi kelangkaan literatur atau sumber rujukan informasi karena daya beli
siswa yang diluar jangkauan. Namun metode ini juga memiliki beberapa kelemahan
dan kelebihan.
b) Metode Pembelajaran Diskusi

Metode diskusi merupakan metode pengajaran yang erat hubungannya dengan belajar
pemecahan masalah. Metode ini juga biasa dilakukan secara berkelompok atau diskusi
kelompok. Metode  Diskusi  adalah metode pembelajaran berbentuk tukar menukar
informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk
mendapat pengertian yang sama, lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk
mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. 
c) Metode Pembelajaran Tanya Jawab

Metode Tanya Jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya


komunikasi langsung yang bersifat two way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi
dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya
guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara
langsung antara guru dengan siswa.
d) Metode Pembelajaran Demonstrasi
Metode  demonstrasi  dan  eksperimen  merupakan metode mengajar yang sangat
efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta yang benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode
mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu. Metode 
demonstrasi  adalah  metode  mengajar  yang  cukup  efektif sebab  membantu  para 
siswa  untuk  memperoleh  jawaban  dengan mengamati suatu proses atau peristiwa
tertentu. 
e) Metode Pembelajaran Eksperimen 

Metode pembelajaran eksperimen, metode ini bukan sekedar metode mengajar tetapi
juga merupakan satu metode berfikir, sebab dalam Eksperimen dapat menggunakan
metode lainnya dimulai dari menarik data sampai menarik kesimpulan. Metode 
eksperimen  adalah  cara  penyajian  pelajaran,  di  mana  siswa melakukan 
percobaan  dengan  mengalami  dan  membuktikan  sendiri sesuatu yang dipelajari.
f) Metode Pembelajaran Resitasi 

Macam metode pembelajaran selanjutnya adalah resitasi. Metode pembelajaran


resitasi merupakan metode mengajar dengan siswa diharuskan membuat resume
tentang materi yang sudah disampaikan guru, dengan menuliskannya pada kertas dan
menggunakan bahasa sendiri.
g) Metode Pembelajaran Karyawisata

Macam metode pembelajaran yang juga kerap digunakan adalah metode pembelajaran
karyawisata. Metode karyawisata (Field-trip), karyawisata di sini berarti kunjungan di
luar kelas. Jadi karyawisata di atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah
dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan
tempat yang jauh disebut study tour.
Kurikulum memiliki pandangan tentang pendidikan multikultural dalam isinya.
Pendidikan yang menanamkan pentingnya menghargai heterogenitas, baik suku, budaya, dan
etnis. Pendidikan ini sangat penting untuk diterapkan sejak dini pada anak-anak agar mereka
bisa tumbuh menjadi generasi yang toleransi terhadap keberagaman. Pendidikan multikultural
bisa diberikan secara langsung oleh sekolah melalui guru maupun diterapkan oleh  orang tua
di rumah. Pendidikan multikultural mempunyai tujuan diantaranya:
1) Memaksimalkan fungsi sekolah dalam menghadapi keberagaman peserta didiknya.
2) Melatih peserta didik dalam bersikap positif terhadap keberagaman suku, etnis,
budaya, dan kelompok yang berbeda dengan dirinya.
3) Mengasah keterampilan sosial peserta didik dalam berinteraksi di lingkungan yang
heterogen.
4) Mengajarkan peserta didik akan pentingnya keberagaman dan cara menghargai
perbedaan.
5) Melatih peserta didik untuk menerapkan hidup damai dalam keberagaman.

Selain itu Pendidikan multikultural mempunyai fungsi diantaranya:


1) Sebagai langkah penguatan karakter pada peserta didik. 
2) Sebagai upaya untuk mengajarkan pada peserta didik bahwa konflik itu selalu ada,
sehingga mereka bisa mengedepankan perilaku positif di tengah keberagaman.
3) Sebagai upaya pembinaan akan pentingnya menjaga keutuhan bangsa yang di
dalamnya memuat keberagaman.
4) Sebagai pandangan asimilasi: merupakan proses interaksisosial yang dilakukan oleh
antar kelompok, mulai dari berpikir, saling menghargai, dan bertindak yang
memungkinkan untuk berbaur dengan kebudayaan.

Faktor pendorong terjadinya asimilasi meliputi:


1) Sikap toleransi.
2) Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi (setiap individu mendapatkan
kesempatan yang sama untuk mencapai kedudukan tertentu atas dasar kemampuan
dan jasanya).
3) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
4) Sikap terbuka dari golongan penguasa dalam masyarakat. Persamaan dalam unsur
kebudayaan.
5) Perkawinan campuran (amalgamasi).
6) Adanya musuh bersama dari luar

Sebagai pandangan multietnis, pendalaman untuk memahami keragaman suku bangsa


dan sebagai modal dasar untuk mencegah munculnya konflik antaretnik. Selama ini
pemerintah mengkhawatirkan pendidikan multietnik akan memecah belah kesatuan bangsa,
sehingga materi ajar didominasi dengan nilai-nilai moral yang utamanya dikenal dalam suku
mayoritas di Indonesia. Memaksakan nilai-nilai tersebut kepada sebuah masyarakat etnik
yang berbeda tentunya akan menimbulkan penentangan yang kuat. Kecuali jika ajaran moral
yang disampaikan adalah sebuah sikap universal. Sebagai pandangan rekonstruksi sosial,
rekonstruksi sosial memandang bahwa pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan
bersama, interaksi, kerja sama. Kerja sama atau intraksi bukan hanya terjadi antara siswa
dengan guru, tetapi antara siswa dengan siswa, dengan orang di lingkungannya, dan dengan
sumber belajar lainnya.
Terdapat beberapa standar pemenuhan bagi siswa, guru, dan sekolah. Evaluasi, adalah
proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang berguna untuk menetapkan
alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan measurement dan bisa juga berarti di luar
keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi keputusan yang professional. Seseorang dapat
mengevaluasi baik dengan data kuantitatif maupun kualitatif atau bias dikatakan juga
evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan
evaluasi adalah gambaran kualitas daripada sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau
arti. Sedangkan kegiatan untuk sampai kepada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi.
Gambaran kualitas yang dimaksud merupakan konsekuensi logis dari proses evaluasi yang
dilakukan. Proses tersebut tentu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, dalam arti
terencana, sesuai dengan prosedur dan aturan, dan terus menerus. Tujuan evaluasi adalah
untuk menentukan kualitas daripada sesuatu, terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti.
Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement). Pemberian
pertimbangan ini pada dasarnya merupakan konsep dasar evaluasi. Melalui pertimbangan
inilah ditentukan nilai dan arti (worth and merit) dari sesuatu yang sedang dievaluasi. Tanpa
pemberian pertimbangan, suatu kegiatan bukanlah termasuk kategori kegiatan evaluasi.
Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria tertentu. Tanpa
kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang diberikan bukanlah suatu proses yang
dapat diklasifikasikan sebagai evaluasi. Kriteria ini penting dibuat oleh evaluator dengan
pertimbangan (a) hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (b) evaluator
lebih percaya diri (c) menghindari adanya unsur subjektifitas (d) memungkinkan hasil
evaluasi akan sama sekalipun dilakukan pada waktu dan orang yang berbeda, dan (e)
memberikan kemudahan bagi evaluator dalam melakukan penafsiran hasil evaluasi. Kriteria
dalam evaluasi ini juga bisa dikatakan standar evaluasi. Dimana dalam evaluasi harus adanya
standar sebagai patokan guru dalam menilai pesera didiknya. Patokan tersebut dikatakan
kriteria ketuntasan minimal (KKM). Setiap sekolah memiliki standar yang berbeda-beda. Hal
gtersebut ditentukan noleh stakeholder pada setiap sekolah. Peserta didik yang telah
memenuhi KKM dikatakan telah tuntas pada materi yang diajarkan dan sebaliknya untuk
peserta didik yang belum memenuhi KKM, maka guru harus melakukan proses remedial.
Remedial dilakukan untuk mengulang materi yang belum tuntas.
Standar kurikulum merupakan pernyataan untuk mengarahkan penyusunan,
pelaksanaan, pencapaian dan evaluasi kurikulum. Kurikulum pada hakekatnya telah
memenuhi stancdar pendidikan Indonesia dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman bagi para guru dan tenaga kependidikan
dalam mengorganisasikan proses pendidikan. Pada kurikulum juga terdapat
Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat.
Pengembangan kurikulum harus didasarkan pada landasan dan prinsip-prinsip
pengembangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan kurikulum yang
dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional. Oleh sebab
itu, struktur kurikulum harus sesuai dengan standar pendidikan yang ada, yaitu standar
pendidikan Indonesia. Keseimbangan antara kedalaman dan keluasan antara kurikulum dan
standar pendidikan juga harus seimbang dan kongruen, maksudnya agar tujuan dari
pendidikan nasional dapat tercapai. Standar pendidikan yang ada di Indonesia disesuaikan
dengan pribadi bangsa dan rakyat Indonesia dengan menyesuaikan perkembangan zaman.
Standar yang digunakan setidaknya mencakup sebagian besar pada topik pembahasan yang
ada pada kurikulum Indonesia
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum antara lain:
Pergururan Tinggi, Masyarakat, Sistem Nilai, Filosofis, Psikologis, Politik, Pembangunan
Negara Dan Perkembangan Dunia, Ilmu dan Teknologi (IPTEK). Penerapan teknologi
dalam pendidikan mempengaruhi kurikulum dalam dua hal, yaitu aplikasi dan teori.
Aplikasi teknologi merupakan sebuah rencana sistematik dalam berbagai hal dan media,
asistensi komputer, tujuan dan pendekatan pembelajaran, tutorial dan kreasi
kreasi dalam bentuk les. Peran teknologi pendidikan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan antara lain: menyediakan fasilitas belajar melalui proses
perencanaan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta mengevaluasikan sumber-
sumber belajar; dan menyelesaikan permasalahan belajar yang ada dan dikaji secara
menyeluruh dengan memadukan.
C. Asumsi yang mendasari pendekatan kurikulum
Dalam konsep kurikulum menyatakan bahwa mendisain kurikulum perlu
mengidentifikasi empat pertanyaan mendasar yaitu 1) what educational purposes should the
school seek to attain? 2) what educational experiences can be provided that are likely to attain
these purposes? 3) how can these experiences be effectively organized? dan 4) how can we
determine whether these purposes are being attained? Yang perlu dikembangkan p ada 3
yaitu 1) universal (umum); 2) spesial; 3) alternative. Fungsi sekolah adalah bagaimana
membuka keterkungkungan itu supaya bisa membuka cakrawala untuk berkembang. Sumber
perubahan itu antara lain 1) masyarakatnya; 2) sekolah; dan 3) IPTEK. Sekolah berfungsi
untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Oleh
karena itu, kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus
relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang
akan diberikan pada anak didik dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan
nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Tujuan
pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik, selanjutnya
dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari
setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan 86 Analisis Pengembangan
Kurikulum Dan Pembelajaran tertentu. Dalam implementasinnya bahwa untuk
mengembangkan pendidikan dengan tantangan yang sangat kompleks boleh dikatakan
hampir tidak mungkin untuk merumuskan tujuan-tujuan kurikulum dengan hanya berpegang
pada satu filsafat, teori pendidikan atau model kurikulum tertentu secara konsisten dan
konsekuen. Oleh karena itu untuk mengakomodir tantangan dan kebutuhan pendidikan yang
sangat kompleks sering digunakan model eklektik, dengan mengambil hal-hal yang terbaik
dan memungkinkan dari seluruh aliran filsafat yang ada, sehingga dalam menentukan tujuan
pendidikan lebih diusahakan secara berimbang.
Konsepsi dan perspektif yang mendasari kurikulum yaitu Kurikulum tersembunyi
(hidden curriculum) secara umum dapat dideskripsikan sebagai 'hasil (sampingan) dari
pendidikan dalam latar sekolah atau luar sekolah, khususnya hasil yang dipelajari, tetapi tidak
secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan : (a) Hidden curriculum dapat menunjukkan suatu
hubungan sekolah, yang meliputi interaksi guru, peserta didik, struktur kelas, keseluruhan
pola organisasional peserta didik sebagai mikosmos sistem nilai sosial; (b) Hidden
curriculum dapat menjelaskan sejumlah proses pelaksanaan di dalam atau di luar sekolah
yang meliputi halhal yang memiliki nilai tambah, sosialisasi, dan pemeliharaan struktur kelas;
(c) Hidden curriculum mencakup perbedaan tingkat kesenjangan yang berhubungan dengan
hasil yang bersifat insidental. Bahkan hal itu terkadang tidak diharapkan dari penyususnan
kurikulum dalam kaitannya dengan fungsi sosial Pendidikan
Peran hegemonik dalam tujuan dan isi kurikulum diartikan sebagai sebuah upaya
pihak elit penguasa yang mendominasi untuk menggiring cara berpikir, bersikap, dan menilai
masyarakat agar sesuai dengan kehendaknya. Hegemoni bisa berlangsung secara halus, tanpa
terasa, tetapi masyarakat secara sukarela mengikuti dan menjalaninya. Secara sempit,
hegemoni selalu bicara pengaruh kepemimpinan, dominasi dan kekuasaan. Teori hegemoni
tidak saja diterapkan dalam sebuah bentuk kekuasaan negara tetapi pendidikan di dalamnya.
Teori ini menjelaskan bagaimana masyarakat sosial bisa rela dan puas terhadap pendidikan
yang ada, bukan pendidikan yang berdiri karena murni oleh kepentingan masyarakatnya
tetapi oleh kepentingan luar yang lebih ekonomik dan politik. Dalam dunia pendidikan,
hegemoni justru dilancarkan secara sistematis dan cerdas.
D. Pengelolaan Kurikulum
Terdapat ketentuan yang mengatur pengelolaan kurikulum diantaranya peran
organisasi dalam hal ini satuan pendidikan dan dinas terkait. Pengertian organisasi adalah
suatu kelompok sosial yang bersifat tertutup atau terbuka terhadap pihak luar yang diatur
berdasarkan aturan tertentu yang dipimpim oleh seorang pemimpin atau seorang staf
administratif yang dapat melaksanakan bimbingan secara teratur dan bertujuan. Untuk
mengembangkan kurikulum, pengorganisasiannya adalah :
a. Organisasi perencanaan kurikulum, dilaksanakan oleh suatu tim pengembang
kurikulum.
b. Organisasi dalam rangka plaksanaam kurikulum, pada tingkat daerah.
c. Organisasi dalam evaluasi kurikulum, yang melibatkan berbagai pihak yang
berkepentingan.

Pada masing-masing jenis organisasi tersebut dilaksanakan oleh suatu susunan


kepengurusan yang ditentukan sesuai dengan struktur organisasi dengan tugas-tugas
organisasi tertentu. Secara akademik, organisai kurikulumnya meliputi:
a. Kurikulum mata pelajaran, terdiri dari sejumlah mata pelajaran secara terpisah.
b. Kurikulum bidang studi, memfungsikan beberapa mata pelajaran sejenis.
c. Kurilukulum integrasi, memusatkan kurikulum pada topik atau masalah tertentu.
d. Core Curicullum, kurikum disusun berdasarkan masalah dan kebutuhan siswa.

Di sini, bentuk-betuk kurikulum disusun menurut pola organisasi kurikulum yang


terstruktur, urutan dan ruang lingkup materi tertentu.
1) Implementasi Pengembangan Kurikulum

Implementasi merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan, dalam bentuk


tindakan praktis, sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan, maupun nilai dan sikap.
2) Kurikulum tidak akan tercapai jika hanya dibiarkan setelah dikembangkan.

Kurikulum yang telah didesain optimal harus diimplementasikan dan mempunyai


hasil bagi pembelajaran. Banyak kurikulum yang telah didesain dan dikembangkan
tidak diiplementasikan karena ketiadaan suatu rencana perubahan dalam keseluruhan
suatu sistem persekolahan.
3) Kurikulum yang gagal boleh jadi karena alasan belum mempertimbangkan
pengembangan kurikulum secara kritis. Seringkali, individu dalam sekolah percaya
bahwa usaha kurikulum adalah untuk melengkapi rencana baru yang akan
dikembangkan.

Suatu proses belajar mengajar adalah kurikulum actual atau kurikulum nyata atau
kurikulum mikro. Proses belajar mengajar adalah kegiatan nyata mempengruhi anak didik
dalam suatu situasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa, siswa dan
siswa atau siswa dan lingkungan belajarnya. Komponen yang termasuk tingkatan yang lebih
mikro, yang terdapat dalam proses belajar mengajar agar mencapai tujuan pengajaran adalah:
1) bahan pengajaran atau isi pengajaran
2) metode mengajar dan alat bantu mengajar
3) penilaian atau evaluasi

Proses belajar mengajar merupakan tugas dan tanggung jawab guru, karena itu guru
adalah pelaksana kurikulum. Guru yang mempengaruhi dan merubah pribadi anak melalui
nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum. Disinilah posisi dan proses belajar mengajar
sebagai salah satu strategi dalam melaksanakan kurikulum. Guru sebagai pelaksana, Pembina
dan sekaligus pengembang kurikulum dituntut memiliki kemampuan untuk:
1) menguasai garis-garis besar program pengajaran
2) menguasai bahan pengajaran/ pengetahuan ilmiah
3) merencanakan pengajaran
4) mengelola proses belajar mengajar
5) menilai hasil belajar

Hasil Belajar peserta didik, selama ini selalu menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah
proses pembelajaran. Hampir dapat dikatakan bahwa jika hasil belajar peserta didik rendah
berarti kompetensi pendidik dalam membelajarkan peserta didik juga rendah. Hal inilah yang
selalu menjadi “momok” bagi para pendidik. Sepertinya salah satu alasan inilah, yang
membuat pendidik selalu menghalalkan segala cara supaya hasil belajar meningkat. Untuk itu
diperlukan Pendidik yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang memadai,
mutu kepribadian yang mantap serta menghayati profesinya sebagai pendidik. Profesi
kependidikan merupakan kegiatan yang membutuhkan keterampilan, sedangkan keterampilan
membutuhkan pelatihan, baik berupa latihan keterampilan yang tebatas maupun ketrampilan
yang terintegrasi dan mandiri, representasi fisik dari gagasan yang riil serta abstrak,
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku kognitif, sering berpusat
pada pendidik, kurang memperhatikan interaktivitas belajar si pembelajar.
Teknologi Berbasis Informatika; adalah model menciptakan serta menyampaikan bahan
dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Pada dasarnya,
teknologi berbasis komputer menyampaikan informasi kepada pembelajar pada tayangan di
layar monitor. Beraneka ragam aplikasi komputer biasanya disebut “computer-based
instruction (CBI)”, “computer assisted instruction (CAI)”, atau “computer-managed
instruction (CMI)”.
Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan teori perilaku dan
pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih banyak berlandaskan pada teori kognitif.
Aplikasi-aplikasi tersebut dapat bersifat : tutorial, pembelajaran utama diberikan, latihan dan
pengulangan untuk membantu pembelajar mengembangkan kefasihan dalam bahan yang
telah dipelajari sebelumnya, permainan dan simulasi untuk memberi kesempatan
menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari, dan sumber data yang memungkinkan
pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data melalui tata cara pengakasesan
(protocol) data yang ditentukan secara eksternal.
Teknologi Terpadu; merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan
dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Keistimewaan yang
ditampilkan oleh teknologi ini,– khususnya dengan menggunakan komputer dengan
spesifikasi tinggi, yakni adanya interaktivitas pembelajar yang tinggi dengan berbagai macam
sumber belajar. Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman
Pembelajar, relevan dengan kondisi pembelajar, dan di bawah kendali pembelajar. Prinsip-
prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan pemanfaatan
bahan pembelajaran. Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif
sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan.
Prinsip yang menjadi pegangan dalam proses perancangan kurikulum adalah sebagai
berikut: 
1) Sederhana, mudah dipahami dan diimplementasikan
Prinsip kerja perancangan kurikulum yang pertama adalah sederhana. Maksudnya,
rancangan kurikulum perlu mudah dipahami dan diimplementasikan. Rancangan
kurikulum ataupun inovasi pendidikan lainnya menjadi lebih sederhana bagi pendidik
apabila perubahannya tidak terlalu jauh daripada yang sebelumnya. Namun apabila
perubahannya cukup besar, dapat disederhanakan dengan cara memberikan dukungan
implementasi yang bertahap agar tingkat kesulitannya tidak terlalu besar untuk
pendidik (Fullan, 2007; OECD 2020a). 
Berikut adalah poin-poin utama yang diperhatikan dengan merujuk pada prinsip ini:
a. Melanjutkan kebijakan dan praktik baik yang telah diatur sebelumnya.
b. Rancangan yang logis dan jelas
c. Beragam dukungan dan bantuan untuk mengimplementasikan kurikulum
d. Fokus pada kompetensi dan karakter semua peserta didik

Sejalan dengan prinsip sederhana di mana kebijakan dan praktik baik dilanjutkan,
Kurikulum Merdeka juga melanjutkan cita-cita kurikulum-kurikulum sebelumnya
untuk berfokus pada pengembangan kompetensi dan karakter. Istilah “fokus” memiliki
makna memusatkan perhatian pada materi pelajaran atau konten yang lebih sedikit
jumlahnya agar pembelajaran dapat lebih mendalam dan lebih berkualitas (OECD,
2020a). Prinsip ini menjadi penting karena di banyak negara berkembang masalah
pembelajaran umumnya terjadi karena kurikulum yang terlalu ambisius, yaitu
kurikulum yang padat akan materi-materi pelajaran sehingga harus diajarkan dengan
cepat (“too much, too fast”). Kajian yang dilakukan Pritchett dan Beatty (2015)
menunjukkan bahwa di beberapa negara berkembang seperti Indonesia, materi
pelajaran  yang begitu padat membuat guru terus bergerak cepat menyelesaikan bab
demi bab, konsep demi konsep, tanpa memperhitungkan kemampuan siswa memahami
konsep yang telah dipelajarinya. Menurut temuan mereka, hal ini bukan karena guru
tidak menghiraukan kemampuan anak dalam belajar, tetapi karena mereka dituntut
untuk menuntaskan materi ajar. 
2) Fleksibel

Fleksibilitas berkaitan dengan otonomi dan kemerdekaan guru dan peserta didik dalam
mengendalikan proses pembelajaran. Prinsip fleksibel ini sesuai dengan amanat dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dalam Pasal 37, dinyatakan bahwa Kemendikbudristek hanya menetapkan kerangka
dasar kurikulum dan struktur kurikulum, sementara satuan pendidikan memiliki
wewenang untuk mengembangkan kurikulum.Kurikulum yang fleksibel akan
memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan dan pendidik untuk mengadaptasi,
menambah kekayaan materi pelajaran, serta menyelaraskan kurikulum dengan
karakteristik peserta didik, visi misi satuan pendidikan, serta budaya dan kearifan lokal.
Keleluasaan seperti ini dibutuhkan agar kurikulum yang dipelajari peserta didik
senantiasa relevan dengan dinamika lingkungan, isu-isu kontemporer, serta kebutuhan
belajar peserta didik. 
3) Selaras

Keselarasan (alignment) berkaitan dengan tiga hal (OECD, 2020a): 1) keselarasan


antara kurikulum, proses belajar (pedagogi), dan asesmen; 2) keselarasan antara
kurikulum dan sistem tata kelola dan kompetensi guru; serta 3) keselarasan dengan
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pembelajaran individu sejak usia dini
hingga perguruan tinggi. Tiga hal ini menjadikan rancangan kurikulum perlu dipandang
secara sistemik dan melibatkan lintas unit dalam sistem birokrasi pemerintah dalam
proses kerjanya. Kurikulum merupakan poros dari banyak kebijakan pendidikan. Oleh
karena itu, dalam merancang suatu perubahan kurikulum, implikasi terhadap kebijakan-
kebijakan pendidikan lainnya perlu diperhatikan. Sebagai contoh, perubahan struktur
kurikulum di SMA/MA membutuhkan adanya keselarasan dengan peraturan tentang
beban kerja guru. Hal ini kemudian berujung pula pada sistem pendataan dalam
Dapodik. Demikian pula ketika pelajaran Bahasa Inggris mulai dianjurkan untuk
jenjang SD, strategi penyiapan gurunya membutuhkan perubahan kebijakan terkait
linieritas guru serta kompetensi guru. 
4) Bergotong royong

Prinsip bergotong royong ini terutama terkait dengan proses perancangan dan
pengembangan kurikulum. Perancangan kurikulum adalah proses yang kompleks,
bukan semata-mata proses ilmiah melainkan juga politik (Ornstein dan Hunkins,
2018). Oleh karena itu, perancangan kurikulum tidak saja berbasis pada data ilmiah
tetapi juga perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk guru dan
peserta didik. Hal ini penting dilakukan untuk mendapatkan persetujuan dan
dukungan dari berbagai pihak (OECD, 2020a).  Perancangan Kurikulum Merdeka
beserta perangkat ajarnya dilakukan dengan melibatkan puluhan institusi termasuk
Kementerian Agama, universitas, sekolah, dan lembaga pendidikan lainnya. Sejak
awal perancangan kurikulum dilakukan di akhir tahun 2019, beberapa akademisi
LPTK dan universitas dilibatkan untuk melakukan refleksi terhadap Kurikulum 2013
dan merumuskan ide-ide perubahan kurikulum agar dapat lebih fleksibel, fokus pada
kompetensi dan karakter, serta sejalan dengan perubahan dunia yang begitu dinamis.
Selanjutnya, dalam proses perancangan kurikulum mulai dari kerangka dasar dan 
struktur kurikulum, Capaian Pembelajaran, sampai dengan pengembangan berbagai
perangkat ajar, berbagai pihak dilibatkan. Pakar yang dilibatkan dalam perancangan
kurikulum ini adalah kombinasi dari akademisi dan praktisi termasuk guru. 
5) Memperhatikan hasil kajian dan umpan balik 

Salah satu komitmen penting dalam perancangan kurikulum adalah keajegan serta
kesahihan keputusan yang dibuat dalam berbagai aspek. Ini artinya kurikulum perlu
dirancang dengan berbasis pada data yang sahih sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kualitasnya. Hasil penelitian kontemporer di berbagai konteks
global memberikan inspirasi  tentang kebijakan dan praktik yang dapat diadaptasi untuk
konteks Indonesia. Evaluasi dokumen kurikulum berfungsi untuk memperoleh umpan
balik tentang keterbacaan, kebermanfaatan dan keterpakaian dokumen-dokumen
kurikulum. Evaluasi ini dilaksanakan melalui telaah dokumen oleh berbagai unsur
seperti guru dan kepala sekolah dari Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan
serta pakar-pakar melalui diskusi kelompok terpumpun (DKT). Hasil dari evaluasi ini
digunakan untuk pertimbangan pada revisi dokumen-dokumen terkait, yaitu Capaian
Pembelajaran, buku teks, bahan ajar, contoh alur tujuan pembelajaran, serta panduan-
panduan dan contoh-contoh dokumen lainnya. Revisi berbasis data ini dilakukan guna
meningkatkan mutu dari Kurikulum Merdeka. 
Monitoring dan evaluasi kurikulum tidak terbatas pada tahun pertama saja. Untuk itu
telah disiapkan rencana monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan. Adapun fokus
monitoring dan evaluasi untuk tiap tahun adalah sebagai berikut: (1) tahun 2021 - 2022,
monitoring dan evaluasi pada kualitas materi kurikulum, (2) tahun 2022 - 2023, monitoring
pada perubahan perilaku guru dalam pembelajaran, dan (3) tahun 2023 - 2024, monitoring
pada dampak kurikulum terhadap hasil belajar siswa. Selanjutnya untuk tahun- tahun
berikutnya monitoring dilaksanakan guna memutakhirkan muatan pelajaran. Hasil monitoring
pada tahun 2024 juga menjadi dasar pertimbangan untuk kebijakan implementasi kurikulum
di Indonesia. Demikian prinsip-prinsip yang dipegang sepanjang perancangan kurikulum dan
uji coba dilakukan. 
Teknologi sangat berperan dalam organisasi kurikulum dengan menerapkan platfrom
merdeka belajar. Tahun ajaran baru 2022/2023 dimulai, terdapat 143,265 sekolah dari
berbagai wilayah di Indonesia telah tercatat untuk memulai implementasi kurikulum merdeka
dalam kegiatan belajar mengajarnya. Untuk menghindari miskonsepsi implementasi
kurikulum merdeka, seperti  adanya keluhan yang dilayangkan kepada tim Implementasi
Kurikulum Merdeka Pusat bahwa satuan pendidikan harus atau wajib melaksanakan
kurikulum merdeka pada tahun ajaran 2022/2023; Satuan pendidikan yang
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka jalur mandiri diberikan bimbingan teknis
berjenjang (cascading) dari pusat ke daerah lanjut ke level sekolah, pihak Kemendikbudristek
telah melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah melakukan sinergi dengan pemerintah
daerah, untuk dapat melihat secara langsung implementasi kurikulum merdeka dan
pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar di satuan pendidikan. Teknologi secara umum
ditafsirkan sebagai apa saja yang dapat memberikan kita kemudahan dalam banyak hal.
Teknologi juga memiliki dampak besar pada pendidikan. Kedua hal ini menjadi semakin
tidak terpisahkan karena perannya yang saling berhubungan.  Teknologi dapat dijadikan  alat
oleh pendidik untuk mempermudah proses pendidikan. Selain itu, siswa juga dapat  menggali
lebih banyak pengetahuan dan melakukan proses pembelajaran yang berbeda. Pembelajaran
di kelas dapat dibuat lebih menyenangkan dengan menerapkan inovasi pembelajaran yang
didorong oleh kehadiran teknologi. Pada era digitalisasi saat ini, hampir semua akses
informasi dan materi dapat ditemukan di dunia maya baik mengakses sebuah laman maupun
aplikasi. Kemendikbudristek sangat menyadari kebutuhan saat ini, karena dengan
memanfaatkan teknologi dapat menjangkau serta distribusi kebijakan lebih luas, serta
optimalisasi implementasi kurikulum Merdeka melalui proses pembelajaran berdiferensiasi.
Selama pembelajaran berdiferensiasi, harus ada lingkungan kelas yang mendukung di mana
semua orang di  kelas akan menyambut dan merasa diterima, semua orang saling
menghormati, siswa merasa seaman mungkin di kelasnya. Mengajar untuk mencapai
keberhasilan siswa. Ada kesetaraan yang dirasakan  dalam bentuk nyata oleh siswa, guru dan
siswa bekerja sama untuk berhasil, (Jamoliddinova 2019:321). Pemanfaatan teknologi dapat
menjadi pilihan guru untuk melaksanakan pembelajaran diferensiasi di dalam kelas.
Berbagai cara penggunaan teknologi dalam membuat produk/ konten pembelajaran
antara lain penggunaan video pendidikan, pembelajaran audio, multimedia interaktif, dan
munculnya Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR). Guru dan siswa bisa
mendapatkan konten-konten tersebut yang disiapkan kemendikbudristek dengan mengakses
Portal Rumah Belajar di laman https://belajar.kemdikbud.go.id/ . Untuk suplemen dan
informasi mengenai kurikulum merdeka  guru dapat mengakses
laman https://kurikulum.kemdikbud.go.id/. Secara mandiri guru juga dapat mendapatkan
semua melalui Platform Merdeka Mengajar. Platform Merdeka Mengajar dipersembahkan
untuk mempermudah guru mengajar sesuai kemampuan murid, menyediakan pelatihan untuk
tingkatkan kompetensi, serta berkarya untuk menginspirasi rekan sejawat. Tersedia
di  Playstore bagi pengguna layanan Android atau bisa diakses melalui
laman https://guru.kemdikbud.go.id/. 
Pendidikan dan politik adalah dua elemen yang erat hubungannya dan dinamis
disetiap negara. Hubungan tersebut adalah realitas empiris yang telah terjadi sejak awal
perkembangan peradapan manusia dan menjadi perhatian para ilmuwan. Berbagai institusi
pendidikan yang ada dalam masyarakat dapat berfungsi sebagai alat kekuasaan dalam upaya
membentuk sikap dan keyakinan politik yang dikehendaki. Berbagai aspek pembelajaran,
terutama kurikulum dan bahan-bahan, sering kali diarahkan pada kepentingan politik tertentu.
Eliot (M.Sirozi, 2007) menulis: “Walaupun kekuasaan politik terpusat pada berbagai
kelompok dan individu, efektifitas dan kegunaannya dibentuk oleh berbagai institusi. Pola
institusional pendidikan publik mungkin saya tampak kokoh, cukup mantap, sehingga untuk
dapt berhasil, setiap proposal perlu menyesuaikan diri dengannya. Dan juga Eliot
menambahkan bahwa salah satu komponen terpenting pendidikan, kurikulum, misalnya dapat
menjadikan media sosialisasi politik”. Fungsi politik pendidikan secara khusus juga dapat
diaktualisasikan melalui proses pembelajaran. Menurut Massialas (M. Sirozi, 2007), proses
pembelajaran bisa bersifat kognitif (misalnya, mendapatkan pengetahuan dasar tentang suatu
sistem), bisa bersifat afektif (misalnya, mengetahui sikap-sikap positif dan negatif terhadap
penguasa atau symbol-simbol), bisa bersifat evaluative (misalnya, penanaman rasa ingin
berpartisipasi). Sebagian besar unsur-unsur pembelajaran tersebut dirancang dan diarahkan
sedemikian rupa untuk memenuhi tuntutan politik tertentu.
Organisasi kurikulum ini berperan penting dalam menentukan urutan materi yang
diajarkan dan cara menyajikannya. Selanjutnya istilah pengorganisasian dalam konteks
penulisan ini diartikan sebagai pola pengorganisasian dari komponen kurikulum dalam
perspektif penyusunan lingkup isi kurikulum dan sekuensi materi pendidikan berdasarkan
urutan tingkat kesukaran (Mustofa, 2014). Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain
bahan kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam memperlajari bahan
pelajaran dapat dicapai secara efektif. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat
mempengaruhi pola atau desain kurikulum karena tujuan tersebut dapat menentukan pola
atau kerangka untuk memilih, merencanakan, dan melaksanakan segala pengalaman dan
kegiatan belajar di sekolah (Rusman, 2009). Organisasi kurikulum tertentu sangat
mempengaruhi bentuk-bentuk pengalaman apakah yang akan disajikan kepada anak-anak,
dan tentunya akan mempermudah dalam mencapai tujuan pendidikan.

E. Organisasi Kurikulum
Asumsi epistemologis mendasari suatu organisasi kurikulum. Secara umum
epistemology merupakan cabang filsafat yang mengkaji sumber, watak/sifat dan ruang
lingkup kebenaran pengetahuan dan disebut sebagai, terori pengetahuan. Dengan kata lain
epistemology adalah studi tentang sifat, sumber, dan validasi pengetahuan. Jadi epistemology
mencakup dua bidang yaitu isi pikiran dan berpikir. Atau dalam istilah pendidikan kurikuum
dan instruksi atau konten dan metode. Selain itu asumsi juga mendasari organisasi kurikulum.
Psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
hubungan dengan lingkungan, pengertian sejenis menyebutkan bahwa psikologi merupakan
suatu ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan
pengaruhnya pada perilaku, ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.
Dengan menerapkan landasan psikologi dalam proses pengembangan kurikulum
diharapkan dapat diupayakan pendidikan yang dilaksanakan relevan dengan hakikat peserta
didik, baik penyesuaian dari segi materi/bahan yang harus diberikan/dipelajari peserta didik,
maupun dari segi penyampaian dan proses belajar serta penyesuaian dari unsur–unsur upaya
pendidikan lainnya. Pada dasarnya terdapat dua cabang ilmu psikologi yang berkaitan erat
dalam proses pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu,
yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori
belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka
program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Organisasi kurikulum
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu srtuktur horisontal dan struktur vertikal. Struktur
horisontal berhubungan dengan masalah pengorganisasian kurikulum dalam bentuk
penyusunan bahan-bahan pengajaran yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk penyusunan
mata pelajaran   itu dapat secara terpisah (separate subject), kelompok-kelompok mata
pelajaran (correlated), atau penyatuan seluruh pelajaran (integrated). Tercakup pula di sini
adalah jenis-jenis program pendidikan umum, akademis, keguruan, keterampilan, dan lain-
lain. Struktur vertikal berhubungan dengan masalah pelaksanaan kurikulum di sekolah.
Misalnya apakah kurikulum dilaksanakan dengan sistem kelas, tanpa kelas, atau gabungan
antara keduanya, dengan sistem unit semester atau caturwulan.

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan

Hasil analisis ini menunjukan bahwa implementasi kurikulum di sekolah penggerak


telah dilaksanakan dengan optimal dan sedang berlangsung, walaupun dalam pelaksanaannya
masih banyak kekurangan dan hambatan. Kunci keberhasilan dari adanya penerapan
kurikulum di sekolah penggerak adalah dari kepala sekolah dan guru-gurunya harus memiliki
kemauan untuk melakukan perubahan. Kepala sekolah selaku pemimpin harus dapat merubah
mindset Sumber Daya Manusia yang ada di sekolah tersebut untuk mau melakukan
perubahan sehingga kurikulum merdeka dapat diterapkan. Menurut penilaian saya terhadap
kurikulum  adalah sebagai perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan
oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan
perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang
pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari
sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan
pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara
menyeluruh.
Dengan demikian di negara kita tidak sama dengan negara-negara lain. Untuk itu, maka:
a. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,
b. Kurikulum merupakan program yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid
dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu,
c. Kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar
mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Setiap kurikulum yang berlaku di Indonesia memiliki kekuatan dan kelemahannya Kekuatan
dan kelemahan kurikulum 2006 dan 2013 yang pernah berlaku di Indonesia yaitu:
a. Kelebihan dari kurikulum 2006 adalah Guru lebih diberi kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta
kondisi sekolah berada artinya kurikulum 2006 lebih mendorong guru untuk
meningkatkan kreativitasnya dalam pembelajaran dimana kegiatan pembelajaran
lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan, selain itu juga dalam pembelajaran
siswa sebagai pusat pembelajaran artinya pembelajaran berpusat pada siswa sehingga
evaluasi yang dilakukan berbasiskelas yang lebih menekankan pada proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa
b. Sedangkan Kekuatan dari Kurikulum 2013 adalah setiap anak atau siswa dituntut
kreatif dan inovatif selain itu ada juga yang namanya pengembangan karakter yang
telah diintegrasikan kedalam semua program studi
c. Kelemahan dari kurikulum 2006 adalah SDM belum memahami KTSP secara
komprehensif baik konsep maupun praktek sehingga kurang mampu menjabarkan
KTSP dan sangat minim kualitas guru dan sekolah, di tambah kurang ketersediannya
sarana prasarana yang mendukung pelaksanaan KTSP.
d. Sedangkan Kelemahan dari kurikulum 2013 adalah Guru juga tidak pernah dilibatkan
langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013 , pengembangan kurikulum
hanya didasarkan pada orientasi pragmatis, selain itu, kurikulum 2013 tidak
didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006 sehingga dalam pelaksanaannya bisa membingungkan guru dan
pemangku pendidikan, sehingga tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses
pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013.

B. Saran

Saran peneliti dalam proses menyesuaikan kurikulum perlu melakukan


pengembangan kurikulum disesuaikan dengan memperhatikan faktor lingkungan, baik
lingkungan siswa berada, guru maupun lingkungan sekolah. Serta dalam penerapan
kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik sehingga tujuan
pendikan nasional dapat tercapai. Kunci keberhasilan dari adanya penerapan kurikulum di
sekolah penggerak adalah dari kepala sekolah dan guru-gurunya harus memiliki kemauan
untuk melakukan perubahan. Kepala sekolah selaku pemimpin harus dapat merubah mindset
Sumber Daya Manusia yang ada di sekolah tersebut untuk mau melakukan perubahan
sehingga kurikulum merdeka dapat diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

 Mulyasa, H. . (2021). Menjadi Guru penggerak Merdeka Belajar. Bumi Aksara.

Munandar, A. (2017). Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan


Indonesia dengan Tema "Membangun Generasi Berkarakter Melalui Pembelajaran Inovatif.
Aula Handayani IKIP Mataram

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, dan Teknologi, 2022, Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional di Satuan
Pendidikan
https://guru.kemdikbud.go.id/

Permendikbudristek tahun 2022

http://herususilofia.lecture.ub.ac.id/

https://jbasic.org/index.php/basicedu

Anda mungkin juga menyukai