Disusun oleh:
Yulia Hendarsah
NIM : 0103522042
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan proyek yang berjudul “Analisis
Kurikulum Merdeka” ini tepat pada waktunya. Ada pun tujuan dari penulisan dari tugas
proyek ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Dosen Dr. Budiyono, M.S. pada
mata kuliah Analisis Kurikulum Pendidikan Dasar. Selain itu, tugas proyek ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Budiyono, M.S. yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas proyek ini. Kami menyadari, tugas proyek yang kami tulis
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan artikel ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum adalah suatu rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan yang sangat
strategis dalam semua aspek kegiatan dalam pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan
kuat. Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun
kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan
tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pelaksana
kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lain yang terkait
dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam
melakukan pembinaan terhadap implementasi kurikulum di setiap jenjang pendidikan.
Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan dasar pijakan dalam
melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya
sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien
Prinsip pengembangan kurikulum ini bertujuan untuk membantu proses berpikir
dalam menyusun kurikulum operasional di satuan pendidikan dan menjadi dasar
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum. Struktur Kurikulum pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan utama, yaitu:
(1)pembelajaran intrakurikuler (2) projek penguatan profil pelajar Pancasila.
Kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila ditujukan untuk memperkuat upaya
pencapaian profil pelajar Pancasila yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan.
Pemerintah mengatur beban belajar untuk setiap muatan atau mata pelajaran dalam Jam
Pelajaran (JP) per tahun. Satuan pendidikan mengatur alokasi waktu setiap minggunya secara
fleksibel dalam 1 (satu) tahun ajaran. Satuan pendidikan menambahkan muatan lokal yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan karakteristik daerah. Satuan pendidikan
dapat menambahkan muatan tambahan sesuai karakteristik satuan pendidikan secara
fleksibel, melalui 3 (tiga) pilihan sebagai berikut: (1) mengintegrasikan ke dalam mata
pelajaran lain (2) mengintegrasikan ke dalam tema projek penguatan profil pelajar Pancasila
(3) mengembangkan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Struktur kurikulum SD dibagi menjadi 3 (tiga) Fase: (a) Fase A untuk kelas I dan kelas II, (b)
Fase B untuk kelas III dan kelas IV (c) Fase C untuk kelas V dan kelas VI.
SD dapat mengorganisasikan muatan pembelajaran menggunakan pendekatan mata
pelajaran atau tematik. Proporsi beban belajar di SD terbagi menjadi 2 (dua), yaitu: (a)
pembelajaran intrakurikuler (b) projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dialokasikan
sekitar 20% (dua puluh persen) beban belajar per tahun.
Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel, baik
muatan maupun waktu pelaksanaan. Secara muatan, projek harus mengacu pada capaian
profil pelajar Pancasila sesuai dengan fase peserta didik, dan tidak harus dikaitkan dengan
capaian pembelajaran pada mata pelajaran.
BAB II
DOKUMENTASI DAN ASAL KURIKULUM
A. Dokumentasi Kurikulum
Segala sesuatunya didokumentasikan baik dari soft copy (draf) atau hard copy (pencetakan)
yang diarsipkan. Pada kurikulum sumber daya yang dianalisis pada kegiatan proyek ini yaitu
Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana.
Kurikulum bersifat dinamis, artinya kurikulum dapat disesuiakan dengan tempat
sekitar dilihat dari SDM dan sekolah tersebiut. Sehingga standar yang dipakai untuk
kurikulum adalah standar di mana kurikulum itu akan diterapkan. Di Indonesia sendiri sudah
11 kali pergantian kurikulum. Dari data tersebut didapatkan bahwa kurikulum akan baik dan
tepat digunakan sebagaimana mestinya tempat tersebut membutuhkannya. Saat ini standar
kurikulum yang tepat untuk perkembangan zaman saat ini adalah kurikulum yang telah
ditetapkan pemerintah yaitu Kurikulum Merdeka yang dikembangkan sendiri pada
sekolahnya masing-masing atau daerah tersebut berkembang.
Pada dokumen kurikulum ada kurikulum tak terlihat atau tersembunyi, misalnya
aspek kurikulum yang tidak direncanakan, sehingga kurikulum tersebut tidak terlihat.
Pengalaman tertentu pada kurikulum terencana dirancang, misalnya mengajar peserta didik
membaca, tetapi ada pengalaman lain terjadi dilakukan peserta didik, seperti mereka tidak
menyukai membaca. Jadi kedua pengalaman, mengajar peserta didik membaca dan mengajar
peserta didik tidak suka membaca dianggap sebagai bagian kurikulum, meskipun pengalaman
kedua tidak direncanakan dan tidak menjadi tujuan. Ketika peserta didik mendapatkan
pengalaman dan belajar berbagai pelajaran, mereka juga mendapatkan pengalaman, sehingga
mereka akan belajar tentang kepatuhan di samping belajar Matematika, Sejarah, dan Bahasa
Inggris. Definisi kurikulum secara luas sulit dibuktikan kebenarannya, jika semua mengarah
kepada totalitas pengalaman peserta didik di sekolah. Namun sebenarnya definisi ini tidak
berfungsi pada tahap perencanaan kurikulum, karena pengalaman yang sebenarnya akan
diperoleh peserta didik ketika berinteraksi dengan kurikulum. Pengalaman yang sebenarnya
diperoleh peserta didik dengan dukungan dan bantuan sekolah mengandung nilai kualitas dan
efektifitas kurikulum yang direncanakan.
Dua teori kurikulum penting di atas menggambarkan perbedaan antara kurikulum dan
pengajaran, dengan menggunakan kriteria implementasi. Contoh, kurikulum adalah dokumen
tertulis yang berisi banyak unsur, tetapi pada dasarnya kurikulum merupakan suatu rencana
untuk pendidikan peserta didik selama mereka belajar di sekolah tertentu (Beauchamp, 1968).
Jika kita diminta untuk mengevaluasi kurikulum apakah kita tidak lebih hanya ingin melihat
dokumen? Tentu saja kualitas dokumen akan menjadi faktor dalam penilaian akhir, tapi siapa
yang menyangga bahwa tes terhadap kurikulum tergantung pada seberapa bagus kurikulum
berfungsi dalam situasi kehidupan.
Berdasarkan analisa yang peneliti lakukan di SD ….. terdapat hambatan- hambatan
dalam pengembangan kurikulum operasional sekolah. Hambatan dari internal sekolah yaitu
pihak guru. Masih ada guru yang kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum
disebabkan beberapa hal yaitu kurang waktu, kekurangsesuaian pendapat, baik dengan
sesama guru maupun kepala sekolah & administrator karena kemampuan dan pengetahuan
guru sendiri. Masalah pembiayaan, untuk pengembangan kurikulum apalagi untuk kegiatan
eksperimen baik metode isi atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering
tidak sedikit. Bahkan hambatan internal dari faktor kepala sekolah pun terkadang muncul,
dalam hal ini seharusnya kepala sekolah mempunyai latar belakang mendalam tentang teori
dan praktek kurikulum. Kepala sekolah merupakan peranan yang penting dalam
pengembangan kurikulum di sekolah.
Hambatan eksternal dari masyarakat diantaranya untuk pengembangan kurikulum
dibutuhkan dukungan masyarakat, baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan
umpan balik terhadap sistem pendidikan ataupun kurikulum yang sedang berjalan.
Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Faktor birokrasi pun terkadang menjadi
hambatan berupa kinerja dari para petugas yang mempunyai wewenang dalam
pengembangan kurikulum sekolah di kedinasan dan juga orang tua maupun tokoh- tokoh
masyarakat
B. Pengembangan Kurikulum
Kurikulum berubah pada 2013 untuk SD, SMP, SMA, dan SMK. Pihak pemerintah
menyebutnya sebagai "pengembangan kurikulum" bukan "perubahan kurikulum." Kata
Mendikbud pertimbangan pemerintah dengan penyebutan ini terkait dengan dampak
psikologisnya, bukan substansinya. Karena, bila yang dipakai istilah "perubahan kurikulum"
akan menggegerkan dunia pendidikan kita akibatnya hal itu akan menambah kegalauan
kolektif bangsa ini. Pengembangan kurikulum baru sampai pada tahap uji publik,
"Komunikasi Antar-Guru Indonesia" memberikan ulasan. Dengan melihat substansi rencana
pemerintah untuk mengembangkan kurikulum itu digunakan istilah perubahan kurikulum
Benar bahwa kondisi akhlak, keterampilan, pengetahuan masyarakat kita saat ini belum
sesuai harapan bangsa.Benar bahwa kekurangan itu perlu diperbaiki melalui pendidikan
yang berkualitas.Namun, benarkah satu-satunya jalan adalah perubahan kurikulum?
Perubahan kurikulum adalah kebijakan publik berskala luas yang melibatkan
komponen-komponen waktu, keahlian, dana, peralatan, pengorbanan, kemauan yang sangat
masif. Waktu yang diperlukan untuk memulai kebijakan itu tidak cukup dalam hitungan
bulan.Dana yang diperlukan berjumlah triliunan rupiah.Belum lagi berhitung tentang
implementasi yang harus menjangkau ke seluruh wilayah Indonesia.
D. Landasan kurikulum
Ada empat landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
Landasan Filosofis, landasan Psikologis, landasan Sosiologis dan landasan Organisatoris.
1) Landasan Filosofis
Filosofis artinya berdasarkan filsafat. Sedangkan Filsafat itu sendiri berasal dari
bahasa yunani, yaitu dari kata “philos“ dan “sophia“. Philos, artinya cinta yang
mendalam, dan sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat
secara harfiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Filsafat
sangat penting karena harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan tentang
aspek kurikulum.Untuk itu tiap keputusan harus ada dasarnya. Jadi filsafat adalah cara
berfikir yang sedalam-dalamnya, yakni sampai akar-akarnya tentang hakikat sesuatu.
Para pengembang kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa yang
mereka junjung tinggi.
2) Landasan Psikologis
a) Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Implikasi dari perkembangan peserta didik terhadap pengembangan kurikulum
yaitu: Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat
dan kebutuhannya. Disamping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (Program
inti) yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, disediakan pula pelajaran pilihan
yang sesuai dengan minat anak.Kurikulum disamping menyediakan bahan ajar
yang bersifat kejuruan juga menyediakan bahan ajar yang nersifat akademik.Bagi
anak yang berbakat dibidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi
ke jenjang pendidikan selanjutnya. Kurikulum memuat tujuan–tujuan yang
mengandung pengetahuan, nilai atau sikap, dan keterampilan yang
menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan batin.
b) Psikologi Belajar
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan
kedalam tiga rumpun yaitu:
1) Teori Daya (Disiplin Mental).
Menurut teori ini sejak kelahirannya (heredities)anak telah memiliki potensi-
potensi atau daya-daya tertentu (Faculties) yang masing-masing memiliki fungsi
tertentu, seperti potensi/daya mengingat, daya berpikir daya mencurahkan pendapat
daya mengamati, daya memecahkan masalah, dan daya-daya lainnya. Karena itu
pengertian mengajar menurut teori ini adalah melatih peserta didik dalam daya-
daya itu, cara mempelajarinya pada umumnya melalui hapalan dan latihan.
2) Teori Behavorisme
Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu teori Koneksionisme atau teori
Asosiasi, teori Kondisioning, dan teori Reinforcement (Operent Conditioning),
Rumpun teori Behaviorisme berangkat dari asumsi bahwa individu tidak membawa
potensi sejak lahir. Perkembangan individu ditentukan oleh lingkungan (keluarga,
sekolah, masyarakat) Teori Koneksionisme atau teori Asosiasi adalah kehidupan
tunduk kepada hukum stimulus-respon atau aksi-reaksi.Belajar pada dasarnya
merupakan hubungan antara stimulus-respon.Belajar merupakan upaya untuk
membentuk hubungan stimulus-respon.Belajar merupakan upaya untuk
membentuk hubungan stimulus-respon sebanyak-banyaknya.
3) Teori Organismik atau Gestalt
Teori ini mengacu kepada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna dari pada
bagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian.Manusia dianggap
sebagai mahluk organisme yang melakukan hubungan timbal balik dengan
lingkungan secara keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon.
c) Landasan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejalasosial
hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial atau masyarakat.Di
dalam kehidupan kita tidak hidup sendiri, namun hidup dalam suatu
masyarakat.Dalam lingkungan itulah kita memiliki tugas yang harus dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab sebagai bakti kepada masyarakat yang telah
memberikan jasanya kepada kita.
Tiap masyarakat memiliki norma dan adat kebiasaan yang harus dipatuhi. Norma
dan adat kebiasaan tersebut memiliki corak nilai yang berbeda-beda, selain itu
masing-masing dari kita juga memiliki latar belakang kebudayaan yang
berbeda.Hal inilah yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan sebuah
kurikulum, termasuk perubahan tatanan masyarakat akibat perkembangan
IPTEK.Sehingga masyarakat dijadikan salah satu asas dalam pengembangan
kurikulum.
d) Landasan Organisatoris
Landasan ini berkenaan dengan organisasi kurikulum.Dalam pengembangan
kurikulum perlu di susun suatu desain yang tepat dan fungsional.
Dilihat dari organisasinya ada tiga tipe bentuk kurikulum:
1) Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated
subject curriculum)
2) Kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang sejenis di
hubunghubungkan(Correlated curriculum)
3) Kurikulum yang terdiri dari peleburan semua/ hampir semua mata
pelajaran (integrated curriculum)
E. Azas-Azas Kurikulum
a) Asas Psikologi
Dalam ensiklopedia Indonesia asas berarti kebenaran atau pendirian, atau yang
dijadikan pokok suatu keterangan.Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu
pada hal-hal yang bersifat psikologi. Havighurs mengemukakan, bahwa kebutuhan
anak tergantung pad fase-fase perkembangan.Piaget berpendapat bahwa
perkembangan anak untuk tiap-tiap tahap mempunyai perkembangan yang
berbeda-beda.Spranger mengungkapkan bahwa jiwa terbagi menjadi dua, yaitu
jiwa yang bersifat subjektif dan jiwa yang bersifat objektif.Jiwa objektif
terpampang pada fenomena kebudayaan, agama, dan seni.Berbagai aspek lapangan
hidup tersebut perlu mendapat perhatian bagi para pengembang kurikulum untuk
dijadikan pertimbangan isi berbagai bahan ajar.
b) Asas Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala social
hubungan antara individu dengan individu, antar golongan, lembaga social yang
disebut juga ilmu masyarakat.Di dalam kehidupan sehari-hari anak selalu bergaul
dengan lingkungan atau dunia sekitar.Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup
bagi manusia. Pada dasarnya dunia sekitar manusia dapat digolongkan menjadi
tiga bagian besar yaitu.
1) Dunia alam kodrat
Dunia alam kodrat yaitu segala sesuatu di luar diri manusia yang bukan buatan
manusia, misalnya gunung, lautan, cuaca, sungai, hutan lebat dan
sebagainya.Pengaruh dunia ini terhadap manusia sangat kuat, sebab masuknya
secara wajar.Untuk mengubah dan menjinakkan pengaruh tersebut manusia
berusaha dengan menggunakan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi.Dalam
penyusunan isi bahan pelajaran alam kodrat banyak memberi inspirasi untuk
dipelajarinya.Kurikulum hendaknya dapat merangsang para yang bersangkutan
untuk berusaha menguak dan menggunakan isi serta pengaruh alam kodrat untuk
kesejahteraan manusia.Misalnya menggunakan sinar mata hari, gelombang laut,
gas alam untuk membangkitkan tenaga listrik, memanfaatkan air sungai menjadi
irigasi, memanfaatkan kekayaan dalam bumi menjadi bahan-bahan tambang yang
berharga dan sebagainya. Dengan demikian penyusunan kurikulum hendaknya
berusaha untuk memasukkan problem-problem yang berupa gejala-gejala dalam
alam kodrat pada lembaga pendidikan yang sesuai, dimulai dari gejala yang paling
sederhana sampai dengan yang sangat kompleks dengan cara pendekatan secara
langsung mulai dari observasi, survey sampai dengan penelitian yang serius dengan
didasari pengalaman dan teori-teori yang mendukung sehingga dapat diarahkan
kebutuhan masyarakat luas.
2) Dunia sekitar benda-benda buatan manusia
Dunia sekitar benda-benda buatan manusia ini dapat dibuat oleh manusia untuk
keperluan pemuasan kebutuhan manusia, yang dapat berupa yang paling sederhana
sampai yang sangat kompleks.Misalnya meja, kursi, alat makan sampai dengan
alat-alat elektronik (mulai dari alat-alat pijat, telpon, radioa, sinar X, radar, TV,
computer, internet sampai alat-alat ruang angkasa) dan sebagainya. Dengan
demikian atas dasar landasan ilmu pengetahuan dan diolah dengan keterampilan
baik pisik maupun psikis akan melahirkan teknologi yang canggih, perlu diajarkan
pada lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, agar dapat menghasilkan segala
sesuatu yang menjadi sarana/prasarana pada masyarakat.
3) Dunia sekitar manusia
Dunia sekitar manusia ini merupakan dunia sekitar yang paling kompleks, selalu
berubah dan dinamis. Interaksi antara individu yang satu dengan yang lain terjadi
saling aktif. Oleh karena itu agar interaksi dapat berjalan dengan tertib diadakan
norma-norma, baik yang tertulis maupun tidak tertulis (adat istiadat).Dalam
pergaulan inilah masing-masing individu saling mendewasakan diri, di mana yang
satu dengan yang lain saling to take and to give. Lajunya jumlah penduduk,
terutama pada Negara berkembang akan menimbulkan berbagai model sekolah.
Misalnya: Sekolah Dasar Pamong, SMP Terbuka, Universitas Terbuka, dan
berbagai sekolah aktif seperti: Sekolah Aktif, Sekolah Kerja oleh John Dewey
(USA), Metode Aktif oleh Ovide Decroly (Belgia), CBSA, dan sebagainya.
c) Asas IPTEKS
Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu
pengetahuan. Kadang-kadang suatu karya penemuan yang sekarang telah
berkembang menjadi canggih, mula-mula hanya ditemukan secara kebetulan
bahkan secara trial and erroro .Misalnya penemuan mesin uap oleh James Watt.
Dahulu kala nenek moyang kita kalau mau mengangkat kayu dari hutan ke rumah
mula-mula dengan cara dipanggul, ternyata dirasa terlalu berat, kemudian timbul
pemikiran dengan cara ditarik, kemudian timbul pemikiran lebih lanjut kayu
tersebut diganjal dengan kayu penggamnjal di bawahnya. Akhirnya lahirlah roda
dengan asnya yang sekarang dapat merubah wajah dunia, lahirlah berbagai
kemajuan transportasi industry-industri pertambangan, pertanian, pertahanan dan
sebagainya.
Karya yang dihasilkan oleh cipta, rasa, dan karsa oleh seseorang akan
menghasilkan kreativitas atau teori, sedang kalau yang berkatya tersebut raganya
akan menghasilkan sautu keprigelan atau keterampilan. Kalau kekreatifan tersebut
bertemu dengan keterampilan, hasilnya adalah jasa teknologi. Dengan demikian
sudah selayaknyalah kalau para penyusun kurikulum terutama dalam pemasukkan
bahan ajar hendaknya bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan
teknologi.
BAB III
TUJUAN DAN ISI KURIKULUM
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Rumusan
tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat.
Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Tujuan
pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan
khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur,yang kemudian dinamakan kompetensi.
Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
a) Tujuan Pendidikan Nasional ( TPN)
b) Tujuan Institusional ( TI )
c) Tujuan Kurikuler ( TK )
d) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran ( TP )
b. Komponen Isi
Komponen Isi /Materi Pelajaran Isi kurikulum merupakan komponen yang
berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu
menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau mteri
pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mta pelajaran yang diberikan
maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya
diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
c. Komponen Strategi
Komponen Metode/Strategi Strategi dan metode merupakan komponenketiga dalam
pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran
yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Begitu pula
dengan pendapat T. Rakjoni yang mengartikan strategi pembelajaran sebagai pla dan
urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Penekanan dalam kurikulum antara lain:
1) Kemampuan dan muatan pembelajaran untuk mata pelajaran yang mengacu pada
kompetensi inti.
2) Penguatan pendidikan karakter.
3) Kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS) dan Keterampilan Abad 21
4) Mengerakkan gerakan literasi.
5) Menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi peserta didik dan guru.
6) Pengembangan aspek keterampilan dan karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa
Indonesia
Salah satu macam metode pembelajaran yang kerap digunakan adalah metode ceramah.
Maksudnya, metode ini diterapkan dengan cara berceramah atau menyampaikan
informasi secara lisan kepada siswa. Metode ini merupakan metode yang paling praktis
dan ekonomis, tidak membutuhkan banyak alat bantu. Metode ini mampu digunakan
untuk mengatasi kelangkaan literatur atau sumber rujukan informasi karena daya beli
siswa yang diluar jangkauan. Namun metode ini juga memiliki beberapa kelemahan
dan kelebihan.
b) Metode Pembelajaran Diskusi
Metode diskusi merupakan metode pengajaran yang erat hubungannya dengan belajar
pemecahan masalah. Metode ini juga biasa dilakukan secara berkelompok atau diskusi
kelompok. Metode Diskusi adalah metode pembelajaran berbentuk tukar menukar
informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk
mendapat pengertian yang sama, lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk
mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
c) Metode Pembelajaran Tanya Jawab
Metode pembelajaran eksperimen, metode ini bukan sekedar metode mengajar tetapi
juga merupakan satu metode berfikir, sebab dalam Eksperimen dapat menggunakan
metode lainnya dimulai dari menarik data sampai menarik kesimpulan. Metode
eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
f) Metode Pembelajaran Resitasi
Macam metode pembelajaran yang juga kerap digunakan adalah metode pembelajaran
karyawisata. Metode karyawisata (Field-trip), karyawisata di sini berarti kunjungan di
luar kelas. Jadi karyawisata di atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah
dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan
tempat yang jauh disebut study tour.
Kurikulum memiliki pandangan tentang pendidikan multikultural dalam isinya.
Pendidikan yang menanamkan pentingnya menghargai heterogenitas, baik suku, budaya, dan
etnis. Pendidikan ini sangat penting untuk diterapkan sejak dini pada anak-anak agar mereka
bisa tumbuh menjadi generasi yang toleransi terhadap keberagaman. Pendidikan multikultural
bisa diberikan secara langsung oleh sekolah melalui guru maupun diterapkan oleh orang tua
di rumah. Pendidikan multikultural mempunyai tujuan diantaranya:
1) Memaksimalkan fungsi sekolah dalam menghadapi keberagaman peserta didiknya.
2) Melatih peserta didik dalam bersikap positif terhadap keberagaman suku, etnis,
budaya, dan kelompok yang berbeda dengan dirinya.
3) Mengasah keterampilan sosial peserta didik dalam berinteraksi di lingkungan yang
heterogen.
4) Mengajarkan peserta didik akan pentingnya keberagaman dan cara menghargai
perbedaan.
5) Melatih peserta didik untuk menerapkan hidup damai dalam keberagaman.
Suatu proses belajar mengajar adalah kurikulum actual atau kurikulum nyata atau
kurikulum mikro. Proses belajar mengajar adalah kegiatan nyata mempengruhi anak didik
dalam suatu situasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa, siswa dan
siswa atau siswa dan lingkungan belajarnya. Komponen yang termasuk tingkatan yang lebih
mikro, yang terdapat dalam proses belajar mengajar agar mencapai tujuan pengajaran adalah:
1) bahan pengajaran atau isi pengajaran
2) metode mengajar dan alat bantu mengajar
3) penilaian atau evaluasi
Proses belajar mengajar merupakan tugas dan tanggung jawab guru, karena itu guru
adalah pelaksana kurikulum. Guru yang mempengaruhi dan merubah pribadi anak melalui
nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum. Disinilah posisi dan proses belajar mengajar
sebagai salah satu strategi dalam melaksanakan kurikulum. Guru sebagai pelaksana, Pembina
dan sekaligus pengembang kurikulum dituntut memiliki kemampuan untuk:
1) menguasai garis-garis besar program pengajaran
2) menguasai bahan pengajaran/ pengetahuan ilmiah
3) merencanakan pengajaran
4) mengelola proses belajar mengajar
5) menilai hasil belajar
Hasil Belajar peserta didik, selama ini selalu menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah
proses pembelajaran. Hampir dapat dikatakan bahwa jika hasil belajar peserta didik rendah
berarti kompetensi pendidik dalam membelajarkan peserta didik juga rendah. Hal inilah yang
selalu menjadi “momok” bagi para pendidik. Sepertinya salah satu alasan inilah, yang
membuat pendidik selalu menghalalkan segala cara supaya hasil belajar meningkat. Untuk itu
diperlukan Pendidik yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang memadai,
mutu kepribadian yang mantap serta menghayati profesinya sebagai pendidik. Profesi
kependidikan merupakan kegiatan yang membutuhkan keterampilan, sedangkan keterampilan
membutuhkan pelatihan, baik berupa latihan keterampilan yang tebatas maupun ketrampilan
yang terintegrasi dan mandiri, representasi fisik dari gagasan yang riil serta abstrak,
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku kognitif, sering berpusat
pada pendidik, kurang memperhatikan interaktivitas belajar si pembelajar.
Teknologi Berbasis Informatika; adalah model menciptakan serta menyampaikan bahan
dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Pada dasarnya,
teknologi berbasis komputer menyampaikan informasi kepada pembelajar pada tayangan di
layar monitor. Beraneka ragam aplikasi komputer biasanya disebut “computer-based
instruction (CBI)”, “computer assisted instruction (CAI)”, atau “computer-managed
instruction (CMI)”.
Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan teori perilaku dan
pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih banyak berlandaskan pada teori kognitif.
Aplikasi-aplikasi tersebut dapat bersifat : tutorial, pembelajaran utama diberikan, latihan dan
pengulangan untuk membantu pembelajar mengembangkan kefasihan dalam bahan yang
telah dipelajari sebelumnya, permainan dan simulasi untuk memberi kesempatan
menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari, dan sumber data yang memungkinkan
pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data melalui tata cara pengakasesan
(protocol) data yang ditentukan secara eksternal.
Teknologi Terpadu; merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan
dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Keistimewaan yang
ditampilkan oleh teknologi ini,– khususnya dengan menggunakan komputer dengan
spesifikasi tinggi, yakni adanya interaktivitas pembelajar yang tinggi dengan berbagai macam
sumber belajar. Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman
Pembelajar, relevan dengan kondisi pembelajar, dan di bawah kendali pembelajar. Prinsip-
prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan pemanfaatan
bahan pembelajaran. Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif
sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan.
Prinsip yang menjadi pegangan dalam proses perancangan kurikulum adalah sebagai
berikut:
1) Sederhana, mudah dipahami dan diimplementasikan
Prinsip kerja perancangan kurikulum yang pertama adalah sederhana. Maksudnya,
rancangan kurikulum perlu mudah dipahami dan diimplementasikan. Rancangan
kurikulum ataupun inovasi pendidikan lainnya menjadi lebih sederhana bagi pendidik
apabila perubahannya tidak terlalu jauh daripada yang sebelumnya. Namun apabila
perubahannya cukup besar, dapat disederhanakan dengan cara memberikan dukungan
implementasi yang bertahap agar tingkat kesulitannya tidak terlalu besar untuk
pendidik (Fullan, 2007; OECD 2020a).
Berikut adalah poin-poin utama yang diperhatikan dengan merujuk pada prinsip ini:
a. Melanjutkan kebijakan dan praktik baik yang telah diatur sebelumnya.
b. Rancangan yang logis dan jelas
c. Beragam dukungan dan bantuan untuk mengimplementasikan kurikulum
d. Fokus pada kompetensi dan karakter semua peserta didik
Sejalan dengan prinsip sederhana di mana kebijakan dan praktik baik dilanjutkan,
Kurikulum Merdeka juga melanjutkan cita-cita kurikulum-kurikulum sebelumnya
untuk berfokus pada pengembangan kompetensi dan karakter. Istilah “fokus” memiliki
makna memusatkan perhatian pada materi pelajaran atau konten yang lebih sedikit
jumlahnya agar pembelajaran dapat lebih mendalam dan lebih berkualitas (OECD,
2020a). Prinsip ini menjadi penting karena di banyak negara berkembang masalah
pembelajaran umumnya terjadi karena kurikulum yang terlalu ambisius, yaitu
kurikulum yang padat akan materi-materi pelajaran sehingga harus diajarkan dengan
cepat (“too much, too fast”). Kajian yang dilakukan Pritchett dan Beatty (2015)
menunjukkan bahwa di beberapa negara berkembang seperti Indonesia, materi
pelajaran yang begitu padat membuat guru terus bergerak cepat menyelesaikan bab
demi bab, konsep demi konsep, tanpa memperhitungkan kemampuan siswa memahami
konsep yang telah dipelajarinya. Menurut temuan mereka, hal ini bukan karena guru
tidak menghiraukan kemampuan anak dalam belajar, tetapi karena mereka dituntut
untuk menuntaskan materi ajar.
2) Fleksibel
Fleksibilitas berkaitan dengan otonomi dan kemerdekaan guru dan peserta didik dalam
mengendalikan proses pembelajaran. Prinsip fleksibel ini sesuai dengan amanat dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dalam Pasal 37, dinyatakan bahwa Kemendikbudristek hanya menetapkan kerangka
dasar kurikulum dan struktur kurikulum, sementara satuan pendidikan memiliki
wewenang untuk mengembangkan kurikulum.Kurikulum yang fleksibel akan
memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan dan pendidik untuk mengadaptasi,
menambah kekayaan materi pelajaran, serta menyelaraskan kurikulum dengan
karakteristik peserta didik, visi misi satuan pendidikan, serta budaya dan kearifan lokal.
Keleluasaan seperti ini dibutuhkan agar kurikulum yang dipelajari peserta didik
senantiasa relevan dengan dinamika lingkungan, isu-isu kontemporer, serta kebutuhan
belajar peserta didik.
3) Selaras
Prinsip bergotong royong ini terutama terkait dengan proses perancangan dan
pengembangan kurikulum. Perancangan kurikulum adalah proses yang kompleks,
bukan semata-mata proses ilmiah melainkan juga politik (Ornstein dan Hunkins,
2018). Oleh karena itu, perancangan kurikulum tidak saja berbasis pada data ilmiah
tetapi juga perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk guru dan
peserta didik. Hal ini penting dilakukan untuk mendapatkan persetujuan dan
dukungan dari berbagai pihak (OECD, 2020a). Perancangan Kurikulum Merdeka
beserta perangkat ajarnya dilakukan dengan melibatkan puluhan institusi termasuk
Kementerian Agama, universitas, sekolah, dan lembaga pendidikan lainnya. Sejak
awal perancangan kurikulum dilakukan di akhir tahun 2019, beberapa akademisi
LPTK dan universitas dilibatkan untuk melakukan refleksi terhadap Kurikulum 2013
dan merumuskan ide-ide perubahan kurikulum agar dapat lebih fleksibel, fokus pada
kompetensi dan karakter, serta sejalan dengan perubahan dunia yang begitu dinamis.
Selanjutnya, dalam proses perancangan kurikulum mulai dari kerangka dasar dan
struktur kurikulum, Capaian Pembelajaran, sampai dengan pengembangan berbagai
perangkat ajar, berbagai pihak dilibatkan. Pakar yang dilibatkan dalam perancangan
kurikulum ini adalah kombinasi dari akademisi dan praktisi termasuk guru.
5) Memperhatikan hasil kajian dan umpan balik
Salah satu komitmen penting dalam perancangan kurikulum adalah keajegan serta
kesahihan keputusan yang dibuat dalam berbagai aspek. Ini artinya kurikulum perlu
dirancang dengan berbasis pada data yang sahih sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kualitasnya. Hasil penelitian kontemporer di berbagai konteks
global memberikan inspirasi tentang kebijakan dan praktik yang dapat diadaptasi untuk
konteks Indonesia. Evaluasi dokumen kurikulum berfungsi untuk memperoleh umpan
balik tentang keterbacaan, kebermanfaatan dan keterpakaian dokumen-dokumen
kurikulum. Evaluasi ini dilaksanakan melalui telaah dokumen oleh berbagai unsur
seperti guru dan kepala sekolah dari Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan
serta pakar-pakar melalui diskusi kelompok terpumpun (DKT). Hasil dari evaluasi ini
digunakan untuk pertimbangan pada revisi dokumen-dokumen terkait, yaitu Capaian
Pembelajaran, buku teks, bahan ajar, contoh alur tujuan pembelajaran, serta panduan-
panduan dan contoh-contoh dokumen lainnya. Revisi berbasis data ini dilakukan guna
meningkatkan mutu dari Kurikulum Merdeka.
Monitoring dan evaluasi kurikulum tidak terbatas pada tahun pertama saja. Untuk itu
telah disiapkan rencana monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan. Adapun fokus
monitoring dan evaluasi untuk tiap tahun adalah sebagai berikut: (1) tahun 2021 - 2022,
monitoring dan evaluasi pada kualitas materi kurikulum, (2) tahun 2022 - 2023, monitoring
pada perubahan perilaku guru dalam pembelajaran, dan (3) tahun 2023 - 2024, monitoring
pada dampak kurikulum terhadap hasil belajar siswa. Selanjutnya untuk tahun- tahun
berikutnya monitoring dilaksanakan guna memutakhirkan muatan pelajaran. Hasil monitoring
pada tahun 2024 juga menjadi dasar pertimbangan untuk kebijakan implementasi kurikulum
di Indonesia. Demikian prinsip-prinsip yang dipegang sepanjang perancangan kurikulum dan
uji coba dilakukan.
Teknologi sangat berperan dalam organisasi kurikulum dengan menerapkan platfrom
merdeka belajar. Tahun ajaran baru 2022/2023 dimulai, terdapat 143,265 sekolah dari
berbagai wilayah di Indonesia telah tercatat untuk memulai implementasi kurikulum merdeka
dalam kegiatan belajar mengajarnya. Untuk menghindari miskonsepsi implementasi
kurikulum merdeka, seperti adanya keluhan yang dilayangkan kepada tim Implementasi
Kurikulum Merdeka Pusat bahwa satuan pendidikan harus atau wajib melaksanakan
kurikulum merdeka pada tahun ajaran 2022/2023; Satuan pendidikan yang
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka jalur mandiri diberikan bimbingan teknis
berjenjang (cascading) dari pusat ke daerah lanjut ke level sekolah, pihak Kemendikbudristek
telah melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah melakukan sinergi dengan pemerintah
daerah, untuk dapat melihat secara langsung implementasi kurikulum merdeka dan
pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar di satuan pendidikan. Teknologi secara umum
ditafsirkan sebagai apa saja yang dapat memberikan kita kemudahan dalam banyak hal.
Teknologi juga memiliki dampak besar pada pendidikan. Kedua hal ini menjadi semakin
tidak terpisahkan karena perannya yang saling berhubungan. Teknologi dapat dijadikan alat
oleh pendidik untuk mempermudah proses pendidikan. Selain itu, siswa juga dapat menggali
lebih banyak pengetahuan dan melakukan proses pembelajaran yang berbeda. Pembelajaran
di kelas dapat dibuat lebih menyenangkan dengan menerapkan inovasi pembelajaran yang
didorong oleh kehadiran teknologi. Pada era digitalisasi saat ini, hampir semua akses
informasi dan materi dapat ditemukan di dunia maya baik mengakses sebuah laman maupun
aplikasi. Kemendikbudristek sangat menyadari kebutuhan saat ini, karena dengan
memanfaatkan teknologi dapat menjangkau serta distribusi kebijakan lebih luas, serta
optimalisasi implementasi kurikulum Merdeka melalui proses pembelajaran berdiferensiasi.
Selama pembelajaran berdiferensiasi, harus ada lingkungan kelas yang mendukung di mana
semua orang di kelas akan menyambut dan merasa diterima, semua orang saling
menghormati, siswa merasa seaman mungkin di kelasnya. Mengajar untuk mencapai
keberhasilan siswa. Ada kesetaraan yang dirasakan dalam bentuk nyata oleh siswa, guru dan
siswa bekerja sama untuk berhasil, (Jamoliddinova 2019:321). Pemanfaatan teknologi dapat
menjadi pilihan guru untuk melaksanakan pembelajaran diferensiasi di dalam kelas.
Berbagai cara penggunaan teknologi dalam membuat produk/ konten pembelajaran
antara lain penggunaan video pendidikan, pembelajaran audio, multimedia interaktif, dan
munculnya Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR). Guru dan siswa bisa
mendapatkan konten-konten tersebut yang disiapkan kemendikbudristek dengan mengakses
Portal Rumah Belajar di laman https://belajar.kemdikbud.go.id/ . Untuk suplemen dan
informasi mengenai kurikulum merdeka guru dapat mengakses
laman https://kurikulum.kemdikbud.go.id/. Secara mandiri guru juga dapat mendapatkan
semua melalui Platform Merdeka Mengajar. Platform Merdeka Mengajar dipersembahkan
untuk mempermudah guru mengajar sesuai kemampuan murid, menyediakan pelatihan untuk
tingkatkan kompetensi, serta berkarya untuk menginspirasi rekan sejawat. Tersedia
di Playstore bagi pengguna layanan Android atau bisa diakses melalui
laman https://guru.kemdikbud.go.id/.
Pendidikan dan politik adalah dua elemen yang erat hubungannya dan dinamis
disetiap negara. Hubungan tersebut adalah realitas empiris yang telah terjadi sejak awal
perkembangan peradapan manusia dan menjadi perhatian para ilmuwan. Berbagai institusi
pendidikan yang ada dalam masyarakat dapat berfungsi sebagai alat kekuasaan dalam upaya
membentuk sikap dan keyakinan politik yang dikehendaki. Berbagai aspek pembelajaran,
terutama kurikulum dan bahan-bahan, sering kali diarahkan pada kepentingan politik tertentu.
Eliot (M.Sirozi, 2007) menulis: “Walaupun kekuasaan politik terpusat pada berbagai
kelompok dan individu, efektifitas dan kegunaannya dibentuk oleh berbagai institusi. Pola
institusional pendidikan publik mungkin saya tampak kokoh, cukup mantap, sehingga untuk
dapt berhasil, setiap proposal perlu menyesuaikan diri dengannya. Dan juga Eliot
menambahkan bahwa salah satu komponen terpenting pendidikan, kurikulum, misalnya dapat
menjadikan media sosialisasi politik”. Fungsi politik pendidikan secara khusus juga dapat
diaktualisasikan melalui proses pembelajaran. Menurut Massialas (M. Sirozi, 2007), proses
pembelajaran bisa bersifat kognitif (misalnya, mendapatkan pengetahuan dasar tentang suatu
sistem), bisa bersifat afektif (misalnya, mengetahui sikap-sikap positif dan negatif terhadap
penguasa atau symbol-simbol), bisa bersifat evaluative (misalnya, penanaman rasa ingin
berpartisipasi). Sebagian besar unsur-unsur pembelajaran tersebut dirancang dan diarahkan
sedemikian rupa untuk memenuhi tuntutan politik tertentu.
Organisasi kurikulum ini berperan penting dalam menentukan urutan materi yang
diajarkan dan cara menyajikannya. Selanjutnya istilah pengorganisasian dalam konteks
penulisan ini diartikan sebagai pola pengorganisasian dari komponen kurikulum dalam
perspektif penyusunan lingkup isi kurikulum dan sekuensi materi pendidikan berdasarkan
urutan tingkat kesukaran (Mustofa, 2014). Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain
bahan kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam memperlajari bahan
pelajaran dapat dicapai secara efektif. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat
mempengaruhi pola atau desain kurikulum karena tujuan tersebut dapat menentukan pola
atau kerangka untuk memilih, merencanakan, dan melaksanakan segala pengalaman dan
kegiatan belajar di sekolah (Rusman, 2009). Organisasi kurikulum tertentu sangat
mempengaruhi bentuk-bentuk pengalaman apakah yang akan disajikan kepada anak-anak,
dan tentunya akan mempermudah dalam mencapai tujuan pendidikan.
E. Organisasi Kurikulum
Asumsi epistemologis mendasari suatu organisasi kurikulum. Secara umum
epistemology merupakan cabang filsafat yang mengkaji sumber, watak/sifat dan ruang
lingkup kebenaran pengetahuan dan disebut sebagai, terori pengetahuan. Dengan kata lain
epistemology adalah studi tentang sifat, sumber, dan validasi pengetahuan. Jadi epistemology
mencakup dua bidang yaitu isi pikiran dan berpikir. Atau dalam istilah pendidikan kurikuum
dan instruksi atau konten dan metode. Selain itu asumsi juga mendasari organisasi kurikulum.
Psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
hubungan dengan lingkungan, pengertian sejenis menyebutkan bahwa psikologi merupakan
suatu ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan
pengaruhnya pada perilaku, ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.
Dengan menerapkan landasan psikologi dalam proses pengembangan kurikulum
diharapkan dapat diupayakan pendidikan yang dilaksanakan relevan dengan hakikat peserta
didik, baik penyesuaian dari segi materi/bahan yang harus diberikan/dipelajari peserta didik,
maupun dari segi penyampaian dan proses belajar serta penyesuaian dari unsur–unsur upaya
pendidikan lainnya. Pada dasarnya terdapat dua cabang ilmu psikologi yang berkaitan erat
dalam proses pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu,
yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori
belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka
program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Organisasi kurikulum
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu srtuktur horisontal dan struktur vertikal. Struktur
horisontal berhubungan dengan masalah pengorganisasian kurikulum dalam bentuk
penyusunan bahan-bahan pengajaran yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk penyusunan
mata pelajaran itu dapat secara terpisah (separate subject), kelompok-kelompok mata
pelajaran (correlated), atau penyatuan seluruh pelajaran (integrated). Tercakup pula di sini
adalah jenis-jenis program pendidikan umum, akademis, keguruan, keterampilan, dan lain-
lain. Struktur vertikal berhubungan dengan masalah pelaksanaan kurikulum di sekolah.
Misalnya apakah kurikulum dilaksanakan dengan sistem kelas, tanpa kelas, atau gabungan
antara keduanya, dengan sistem unit semester atau caturwulan.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Setiap kurikulum yang berlaku di Indonesia memiliki kekuatan dan kelemahannya Kekuatan
dan kelemahan kurikulum 2006 dan 2013 yang pernah berlaku di Indonesia yaitu:
a. Kelebihan dari kurikulum 2006 adalah Guru lebih diberi kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta
kondisi sekolah berada artinya kurikulum 2006 lebih mendorong guru untuk
meningkatkan kreativitasnya dalam pembelajaran dimana kegiatan pembelajaran
lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan, selain itu juga dalam pembelajaran
siswa sebagai pusat pembelajaran artinya pembelajaran berpusat pada siswa sehingga
evaluasi yang dilakukan berbasiskelas yang lebih menekankan pada proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa
b. Sedangkan Kekuatan dari Kurikulum 2013 adalah setiap anak atau siswa dituntut
kreatif dan inovatif selain itu ada juga yang namanya pengembangan karakter yang
telah diintegrasikan kedalam semua program studi
c. Kelemahan dari kurikulum 2006 adalah SDM belum memahami KTSP secara
komprehensif baik konsep maupun praktek sehingga kurang mampu menjabarkan
KTSP dan sangat minim kualitas guru dan sekolah, di tambah kurang ketersediannya
sarana prasarana yang mendukung pelaksanaan KTSP.
d. Sedangkan Kelemahan dari kurikulum 2013 adalah Guru juga tidak pernah dilibatkan
langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013 , pengembangan kurikulum
hanya didasarkan pada orientasi pragmatis, selain itu, kurikulum 2013 tidak
didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006 sehingga dalam pelaksanaannya bisa membingungkan guru dan
pemangku pendidikan, sehingga tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses
pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://herususilofia.lecture.ub.ac.id/
https://jbasic.org/index.php/basicedu